ABSTRAK
PERBANDINGAN EFEK AIR PERASAN DAUN BLUSTRU (Luffa cylindrica (L.) Roem) DAN AIR PERASAN DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L) DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA
INSISI MENCIT Swiss Webster
Velicia Irene Kesuma, 2015 Pembimbing : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Dr. Savitri R. Wardhani, dr. SpKK
Manusia dalam kehidupan sehari-hari rentan mengalami luka. Ada berbagai cara untuk pengobatannya baik dengan pengobatan modern dan tradisional. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisa efek air perasan daun blustru (APDB) dan air perasaan daun tempuyung (APDT) serta perbandingan potensinya dalam mempercepat durasi penyembuhan luka.
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Enam kelompok mencit (n=5) dibuat luka sayat sepanjang 2 cm. Pengobatan dan pengukuran panjang luka dilakukan setiap hari secara topikal. Kelompok I diberi APDB 10%, kelompok II diberi APDB 20%, kelompok III diberi APDT 10%, kelompok IV diberi APDT 20%, kelompok kontrol diberi air akuades, dan kelompok pembanding diberi povidone iodine 10%. Data yang diamati adalah durasi penyembuhan luka (hari) hingga kedua tepi luka saling bertautan. Analisis data menggunakan uji non parametrik Kruskal- Wallis dilanjutkan uji Mann- Whitney dengan α = 0,05 menggunakan program komputer.
Hasil penelitian menunjukan rerata durasi penyembuhan luka dalam hitungan hari kelompok APDB 10% (8,4), APDB 20% (7,4), APDT 10% (10,4), APDT 20% (9,2) berbeda sangat bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol (11,6) dengan p = 0,007 ; 0,005 ; 0,009 ; 0,007. Apabila antar kelompok dibandingkan, maka perbandingan kelompok APDB 20% terhadap APDT 20% menunjukkan hasil bermakna dengan p = 0,014. Perbandingan kelompok APDB 10% dengan APDT 10% menunjukkan hasil yang tidak bermakna dengan p = 0,093%.
Kesimpulan adalah APDB 10%, APDB 20%, APDT 10, dan APDT 20% berefek dalam mempercepat penyembuhan luka. APDB mempunyai potensi yang lebih kuat daripada APDT.
ABSTRACT
THE EFFECT COMPARISON OF SPONGE GOURD JUICE (Luffa cylindrica (L.) Roem) AND SOW THISTLE JUICE (Sonchus arvensis L) IN
ACCELERATING INCISIONS WOUND HEALING OF Swiss Webster’s MICE
Velicia Irene Kesuma, 2015 Tutor : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Dr. Savitri R. Wardhani, dr. SpKK
Wound is a very common thing that can be happened to people. We can treat wounds by using modern medicine and herbs medicine, such as sponge gourd (Luffa cylindrica (L.) Roem) and sow thistle (Sonchus arvensis L). The purpose of this research is to analyze the comparison effect of sponge gourd juice (APDB) and sow thistle juice (APDT) in accelerate healing of mice incision wound and compare it potency.
In this study, we use a laboratoric experimental. Six groups of mice were made cut along 2 cm. We observed and treated the length of the wound done topically everyday. Group I treated with the sponge gourd juice in 10% concentration, group II treated with the sponge gourd juice in 20% concentration, group III treated with the sow thistle juice in 10% concentration, group IV treated with the sow thistle juice in 20% concentration, control group given aquadest, and standard group treated with povidone iodine 10%. The measured data was the duration of wound healing process (day) until the both wound edges interlocked. Non parametric Kruskal- Wallis method was used to analyzed the data with α = 0,05 using computer program.
From the research, it is shown the average time needed to heal perfectly, group APDB 10% (8,4 days), APDB 20% (7,4 days), APDT 10% (10,4 days), APDT 20% (9,2 days) differed highly significant from group control (11,6 days) with p = 0,007 ; 0,005 ; 0,009 ; 0,007. APDB 20% and APDT 20% is significant different with p = 0,014. APDB 10% and APDT 10% is not significant different with p = 0,093.
It is concluded that APDB 10%, APDB 20%, APDT 10, and APDT 20% can accelerate of wound healing process. APDB have a stronger potency than APDT.
DAFTAR ISI
JUDUL... ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan... ... 3
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 4
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 4
1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Kulit ... 6
2.1.1 Lapisan Epidermis ... 6
2.1.2 Lapisan Dermis ... 8
2.2.4 Adneksa Kulit ... 10
2.2.2 Vaskularisasi Kulit ... 10
2.2 Fisiologi Kulit ... 11
2.3 Luka dan Penyembuhan Luka ... 12
2.3.1 Jenis-Jenis Luka ... 12
2.3.2 Patofisiologi Penyembuhan Luka ... 14
2.3.3 Klasifikasi Penyembuhan Luka ………16
2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka ... 18
2.4 Komplikasi Luka ... 20
2.5 Blustru (Luffa cylindrical [L.] Roem) ... 22
2.5.1 Morfologi Tanaman Blustru ... 22
2.5.2 Taksonomi ... 23
2.7.3 Kandungan Blustru ... 24
2.7.4 Khasiat Blustru ... 24
2.6 Tempuyung (Sonchus arvensis L) ... 25
2.6.1 Morfologi Tanaman Tempuyung ... 25
2.6.2 Taksonomi ... 26
2.6.3 Kandungan Tempuyung ... 26
2.6.4 Khasiat Tempuyung ... 26
2.7 Povidone iodine ... 27
BAB III BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 28
3.2 Subjek Penelitian ... 29
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
3.2 Metode Penelitian ... 29
3.4.2 Variabel Penelitian ... 29
3.4.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 29
3.4.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 30
3.4.3 Penentuan Besar Sampel ... 31
3.5 Prosedur Kerja ... 31
3.5.1 Pengumpulan dan Persiapan Bahan Uji ... 31
3.5.2 Persiapan Hewan Coba ... 32
3.5.3 Prosedur Penelitian ... 32
3.6 Metode Analisis ... 34
3.7 Aspek Etik Penelitian ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 35
4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian…... ... 40
4.2.1 Hipotesis Penelitian I ... 40
4.2.2 Hipotesis Penelitian II ... 40
4.2.3 Hipotesis Penelitian III ... 41
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………42
5.2 Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 43
LAMPIRAN ... 46
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambara histologis kulit tebal….………...…….…………..8
Gambar 2.2 Lapisan dermis kulit……….…....…………...……....…………9
Gambar 2.3 Lapisan subkutan kulit…………..……….………....…………10
Gambar 2.4 Fase penyembuhan luka…………...……….….……….….…....…14
Gambar 2.5 Proses penyembuhan luka……….………….………...……….16
Gambar 2.6 Klasifikasi penyembuhan luka………...18
Gambar 2.7 Blustru - Luffa cylindrica [L.] Roem……….…………22
Gambar 2.8 Tempuyung - Sonchus arvensis L……….………...……25
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Durasi Penyembuhan Luka Dalam Hari ... 35
Tabel 4.2 Uji Mann- Whitney Kelompok Bahan Uji Terhadap Kelompok
Negatif ...36
Tabel 4.3 Uji Mann- Whitney Antara Kelompok Bahan Uji...37
Tabel 4.4 Uji Mann- Whitney Pada Kelompok Bahan Uji Terhadap Kontrol
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat keputusan komisi etik penelitian ... 46
Lampiran 2 Hasil uji determinasi tumbuhan ... 47
Lampiran 3 Daftar tabel proses penyembuhan luka menggunakan air perasan
daun blustru (Luffa cylindrica (L) Roem) dalam dua variasi dosis ... 49
Lampiran 4 Daftar tabel proses penyembuhan luka menggunakan air perasaan
daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) dalam dua variasi dosis...50
Lampiran 5 Daftar tabel proses penyembuhan luka dengan kontrol positif
menggunakan povidone iodine 10%...52
Lampiran 6 Daftar tabel proses penyembuhan luka dengan kontrol negatif
menggunakan akuades……….…....53 Lampiran 7 Uji Shapiro- Wilk ... 54
Lampiran 8 Uji Krussal Wallis ... 55
Lampiran 9 Uji Mann- Whitney kelompok bahan uji terhadap kontrol negatif .... 56
Lampiran 10 Uji Mann- Whitney antara kelompok bahan uji ... 57
Lampiran 11 Uji Mann- Whitney kelompok bahan uji terhadap kontrol positif ... 59
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sebagai organ tubuh paling luar, kulit yang berhubungan dengan dunia luar,
sangat rentan mengalami luka. Luka adalah rusaknya komponen jaringan, ditandai
dengan adanya substansi jaringan yang hilang atau rusak (Irman, 2007). Manusia
dalam kehidupan sehari-hari rentan mengalami luka. Hal tersebut antara lain
karena meningkatnya mobilitas manusia yang salah satunya disebabkan adanya
kemajuan pesat dari bidang transportasi. Hal ini diperberat dengan banyaknya
penggunaan teknologi mesin dalam membantu pekerjaan manusia.
Data kesehatan mudik lebaran pada tanggal 27 Juli 2014 menunjukkan jumah
kecelakaan lalu lintas mencapai 1146. Sebanyak 351 orang mengalami luka berat
dan 1376 orang mengalami luka ringan. Jumlah korban yang meninggal tercatat
sebanyak 263 orang. Dari data tersebut diketahui bahwa kasus korban kecelakaan
lalu lintas yang ditangani di puskesmas dan rumah sakit terbanyak, adalah korban
luka robek dan luka lecet (Aditama TY, 2014).
Tipe kecelakaan terbanyak yang dialami tenaga kerja Indonesia adalah
kecelakaan akibat benda tajam atau benda keras yang menyebabkan luka gores,
terpotong, dan tertusuk. Pada tahun 2014, frekuensi tipe kecelakaan ini menurut
data yang didapatkan cukup tinggi, yaitu mencapai 14.529 kasus. Sementara
jumlah kasus kecelakaan kerja akibat teknologi mesin di Indonesia, pada tahun
2014 mencapai 3.986 kasus (Aditama TY, 2014).
Luka dapat merupakan luka yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu, seperti
luka insisi pada operasi atau luka yang tidak disengaja seperti, luka gores atau
luka iris. Luka yang tidak mendapatkan perhatian dan perawatan yang baik
terkadang dapat mengancam nyawa. Luka meskipun kecil dapat menjadi “pintu” bagi bakteri untuk dapat berkolonisasi dan masuk ke dalam tubuh yang
infeksi pasca operasi caesar di South London Hospital. Pada pascaoperasi
ternyata luka operasi terbuka dan tidak sembuh sempurna karena terinfeksi bakteri
MRSA (Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus) yang resisten terhadap
antibiotik. Luka terus membesar sampai membentuk lubang sebesar 10 inci, terasa
nyeri, dan mengeluarkan bau tidak sedap (Hodgekiss, 2013). Sebenarnya hal ini
dapat dikurangi dengan melakukan tindakan preventif serta penanganan secara
cepat dan tepat.
Penanganan luka biasanya menggunakan povidone iodine. Akan tetapi,
penanganan dengan cara tersebut memiliki efek samping berupa iritasi kulit dan
beberapa reaksi alergi yang berat seperti rash, gatal, bengkak di mulut, wajah,
bibir, dan lidah (MIMS, 2013). Upaya untuk menghindari efek samping yang
ditimbulkan, digunakan tanaman obat sebagai pengganti povidone iodine.
Tanaman obat sendiri memperoleh sorotan yang besar dari masyarakat Indonesia
dalam penyembuhan luka. Selain mudah didapat, harganya relatif murah,
khasiatnya juga tidak kalah dibandingkan dengan pengobatan modern. Efek
samping yang relatif kecil juga menambah keunggulan pengobatan dengan
tanaman obat (Matoa, 2011).
Di Amerika sejak tahun 1991, herbal banyak digunakan secara luas dalam
berbagai pengobatan. Pengobatannya pun tergolong unggul karena bahan
pengobatannya mudah didapatkan. Bahkan diberbagai tempat, pengobatan secara
herbal merupakan satu-satunya langkah terapi suatu penyakit (Jucket, 2004).
Obat tradisional merupakan bahan alami yang digunakan secara
turun-temurun dalam satu keluarga. Tanaman obat yang dapat digunakan dalam
pengobatan luka adalah blustru (Luffa cylindrica (L) Roem), tempuyung (Sonchus
arvensis L), brotowali (Tinospora crispa (L) Miers.), rosella (Hibiscus sabdariffa
L), meniran (Phyllanthus urinaria linn.), dan binahong (Anredera cordifolia).
Selain bermanfaat dalam menyembuhkan luka, daun tersebut juga berkhasiat
sebagai antiinflamasi, antimikroba, dan mengatasi haid yang tidak teratur
(Setiawan Dalimartha S, 2004; Ervinal et al., 2012).
Efektifitas dari daun blustru (Luffa cylindrica (L) Roem) dan daun
terdapat pada daun. Daun blustru (Luffa cylindrica (L) Roem) mengandung
saponin, tanin, vitamin B, dan C sedangkan daun tempuyung (Sonchus arvensis
L) mengandung inositol dan flavonoid (Setiawan Dalimartha S, 1999; Yohana
Arisandi, Yovita Andriani, 2011).
Daun tempuyung dan daun blustru dikenal masyarakat sebagai salah satu
terapi alternatif dalam penyembuhan luka. Hal ini disebabkan karena khasiat daun
yang baik dalam penyembuhan luka, efek samping yang relatif kecil, dan tanaman
obat tersebut tumbuh banyak di Indonesia. Penggunaan khasiat dari tanaman obat
tersebut hanya dilakukan secara empiris dan belum banyak dibuktikan melalui
penelitian klinis. Maka dari itu, penulis tertarik untuk meneliti salah satu khasiat
tanaman obat tersebut dalam mempercepat durasi penyembuhan luka.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas identifikasi masalah yang didapat adalah
1.2.1 Apakah air perasan daun blustru (Luffa cylindrica (L.) Roem) berefek
mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
1.2.2 Apakah air perasan daun tempuyung (Sonchus arvensis L) berefek
mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
1.2.3 Apakah air perasan daun blustru (Luffa cylindrica (L.) Roem) memiliki
potensi lebih kuat daripada air perasan daun tempuyung (Sonchus arvensis
L).
1.3Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah menjadikan air perasan daun blustru (Luffa
cylindrica (L.) Roem) dan air perasan daun tempuyung (Sonchus arvensis L)
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Menganalisa efek air perasan daun blustru (Luffa cylindrica (L.) Roem)
dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
1.3.2 Menganalisa efek air perasan daun tempuyung (Sonchus arvensis L) dalam
mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
1.3.3 Menganalisa air perasan daun blustru (Luffa cylindrica (L.) Roem)
memiliki potensi lebih kuat daripada air perasan daun tempuyung
(Sonchus arvensis L).
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat akademis yaitu dapat memberikan informasi farmakologi tanaman
obat khususnya mengenai perbandingan efek air perasan daun blustru (Luffa
cylindrica (L.) Roem) dan air perasan daun tempuyung (Sonchus arvensis L)
dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
Manfaat praktis yaitu daun blustru (Luffa cylindrica (L.) Roem) dan daun
tempuyung (Sonchus arvensis L) dapat digunakan masyarakat sebagai obat
alternatif untuk menyembuhkan luka.
1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Luka adalah rusaknya komponen jaringan, ditandai dengan adanya substansi
jaringan yang hilang atau rusak (Irman, 2007). Proses penyembuhan luka terjadi
dalam tiga fase yaitu fase peradangan (dini dan lanjut), fase pembentukan jaringan
granulasi dan reepitelisasi, dan pengendapan Extracellular Matrix (ECM), fase
kontraksi luka, dan remodeling. Faktor pertumbuhan dan sitokin yang
mempengaruhi penyembuhan luka adalah kemotaksis monosit, migrasi fibroblas,
proliferasi fibroblas, angiogenesis, sintetsis kolagen, dan sekresi kolagenase
Daun blustru sebagai tanaman obat mengandung saponin, tanin, vitamin B,
dan C (Setiawan Dalimartha, 2000). Saponin berperan sebagai antiseptik, dapat
mencegah pertumbuhan mikroorganisme sehingga dapat mempercepat fase
pertama dari proses penyembuhan luka. Tanin bersifat sebagai antiinflamasi,
antimikroba, dan astringent dapat mempercepat fase pertama dan ketiga dalam
proses penyembuhan luka (Mills, 2000; Nani Ayu Lestari, 2014). Vitamin C
dalam jaringan memiliki fungsi utama untuk sintesis kolagen. Vitamin C
dibutuhkan untuk mempercepat perubahan residu prolin dan lisin pada prokolagen
menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin dalam sintesis kolagen pada fase kedua
dan ketiga proses penyembuhan luka. Vitamin B dari daun blustru juga berperan
serta dalam fase tersebut sehingga penyembuhan luka dapat berlangsung dengan
baik (Bruneton, 1999; Mills, 2000).
Daun tempuyung sebagai tanaman obat mengandung flavonoid dan inositol
(Setiawan Dalimartha S, 1999; Yohana Arisandi, Yovita Andriani, 2011).
Flavonoid pada fase pertama penyembuhan luka berperan sebagai antiinflamasi,
antialergi, antivirus, dan antioksidan yang dapat membantu menetralisir dan
menstabilkan radikal bebas berlebih sehingga tidak lagi merusak sel-sel dan
jaringan sehat (Bruneton, 1999). Inositol yang juga dikenal sebagai vitamin B
sangat diperlukan bagi kulit dalam proses regenerasi. Inositol akan mempengaruhi
aktivitas RNA dan DNA sehingga proses regenerasi pada fase kedua dan ketiga
dalam proses penyembuhan luka dapat terus berlangsung dengan baik (Mills,
2000; Sulaksono, 2013).
1.5.2 Hipotesis Penelitian
1.5.2.1Air perasan daun blustru (Luffa cylindrica (L.) Roem) berefek
mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
1.5.2.2 Air perasan daun tempuyung (Sonchus arvensis L) berefek mempercepat
penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
1.5.2.3Air perasan daun blustru (Luffa cylindrica (L.) Roem) memiliki potensi
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Air perasan daun blustru (Luffa cylindrica (L.) Roem) berefek mempercepat penyebuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
Air perasan daun tempuyung (Sonchus arvensis L) berefek mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster.
Air perasan daun blustru (Luffa cylindrica (L.) Roem) memiliki potensi lebih kuat daripada air perasan daun tempuyung (Sonchus arvensis L).
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan adalah:
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek daun blustru dan tempuyung terhadap penyembuhan luka dengan dosis bervariasi.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek gabungan dari daun blustru dan tempuyung terhadap penyembuhan luka.
Perlu dilakukan isolasi zat aktif agar dapat diketahui efeknya secara langsung. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek samping dan efek toksik yang ditimbulkan pemakaian daun blustru dan daun tempuyung
pada hewan coba dan manusia.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan hewan coba dan sediaan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama TY. 2014. Arus Mudik Natal 2014 & Tahun Baru 2015.
http://www.litbang.depkes.go.id/node/619. 8 Januari 2015.
_______. 2014. Data Kesehatan Mudik Lebaran 2014.
http://www.litbang.depkes.go.id/node/431. 8 Januari 2015.
Braun S, Ulrich AK, Heike S, Sabine W. 2004. Fibroblast Growth Factor Activity. http://www.biomicrodermabrasion.com/ glycobiology/. 15 Juli 2015.
Bruneton J. 1999. Pharmacognosy Phytochemistry Medical Plants. France : Lavoisier publishing Inc. h 309–330.
Devi GS, A. Kottai Muthu, D Satheesh Kumar, S Rekha, Indhumathy, R Nandhihi. 2009. Studies on The Antibacterial and Antifungal Activities of The Ethanolic Extracts of Luffa Cylindrica (Linn) Fruit. Int.J.Drug Dev & Res, 105 (1) : 1-5.
Enoch S. 2013. Wound Bed Preparation: The Science Behind the Removal of Barriers to Healing. http://www.medscape.com/viewarticle/459733_1. 15 Juli 2015.
Ervinal AM Zuhud, Sumarto, Haryati E, Felanesa L, Nur RC. 2012. Khasiat 15 Tanaman Obat Unggulan Kampung Gunung Leutik. Bogor : Gedung SEAFAST Center. h 4-22.
Hana Rizmadewi Agustina. 2009. Perawatan Luka Modern.
http://www.keperawatan-online.blogspot.com/2009/01/perawatan-luka%20 modern.html. 15 Juli 2015.
Irman. 2007. Perawatan Luka. http://www.fkep.unpad.ac.id/2007/07/perawatan-luka/. 15 Desember 2014.
Jucket, G. 2004. Modern Pharmacology with Clinical Application Sixth Edition. Philadephia : Lippincott Williams & Wikins. h 786.
Kapten. 2012. Tindakan Aseptik. http://bedahminor.com/index.php/main/show_ page/ 217. 15 Juli 2015.
Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan Percobaan Aplikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Lestari NA. 2014. Makalah Farmakognosi – Tanin. http://www.academia.edu/ 7268353/Makalah_Farmakognosi_-_Tanin. 15 Desember 2014.
Mann FE. Gheorghe MC. Hun YY. 2011. Fundamental of Small Animal Surgery. UK : Blackwell publishing. h 75.
Matoa. 2011. Kekurangan dan Kelebihan Herbal. http://matoa.org/kekurangan-dan-kelebihan-herbal/. 10 Januari 2015.
Mills S, Bone K. 2000. Principles and Practice of Phytotherapy Modern Herbal Medicine. USA : Merck & Co.,Inc. h 60-66.
MIMS. 2013. Mims Bahasa Indonesia Edisi 14. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer (Kelompok gramedia). h 439.
Robbins SL, Cotran RS. 2009. Dasar Patologis Penyakit Edisi 7. Jakarta : EGC. h 115– 119.
Seahaand MD. 2014. Selamat Dari Gergaji Maut. http://video.liputan6.com/tv/ selamat-dari-gergaji-maut-2031998. 16 Januari 2015.
Setiawan Dalimartha S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 1. Jakarta : Trubus Agriwidya. h 158 – 160.
_______. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Jakarta : Trubus
Sloane E. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC. h. 84-89.
Slomianka L. 2009. Integumentary System. http://www.lab.anhb.uwa.edu.au/ mb140/corepages/integumentary/integum.htm. 12 Juli 2015.
Storey M. 2015. Sonchus arvensis L. http://www.discoverlife.org/20/q?search= Sonchus +arvensis. 12 Juli 2015.
Sulaksono. 2013. Manfaat Vitamin B Kompleks Bagi Kesehatan Kita.
http://www.carakhasiatmanfaat.com/artikel/manfaat-vitamin-b-kompleks-bagi-kesehatan-kita.html . 15 Desember 2014.
Sunil KP, Raja BP, Jagadish RG, Uttam A. 2012. Povidone Iodine – Revisited. NACD, 146 (3) : 1-6.
Syarif M Wasitaatmadja. 2010. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. h 3-8.
Yohana Arisandi, Yovita Andriani. 2011. Khasiat Berbagai Tanaman Untuk Pengobatan. Jakarta : Eska Media. h 463–466.