• Tidak ada hasil yang ditemukan

QUALITY CONTROL DI SENTRA INDUTRI KECIL PEMBUATAN EMPING JAGUNG “di UKM Hani Snack

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "QUALITY CONTROL DI SENTRA INDUTRI KECIL PEMBUATAN EMPING JAGUNG “di UKM Hani Snack"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

TUGAS AKHIR

QUALITY CONTROL DI SENTRA INDUTRI KECIL PEMBUATAN EMPING JAGUNG “di UKM Hani Snack”

Oleh :

DWI WAHYUNI

H 3108081

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

TUGAS AKHIR

QUALITY CONTROL DI SENTRA INDUTRI KECIL PEMBUATAN EMPING JAGUNG “di UKM Hani Snack”

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Ahli Madya

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Program Studi

Teknologi Hasil Pertanian

Oleh : DWI WAHYUNI

H 3108081

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(3)

commit to user

TUGAS AKHIR

QUALITY CONTROL DI SENTRA INDUTRI KECIL PEMBUATAN EMPING JAGUNG “di UKM Hani Snack”

Yang dipersiapkan dan disusun oleh DWI WAHYUNI

H 3108081

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal ……… Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji Penguji I

Ir. Windi Atmaka, MP. NIP. 19610831198803 1 001

Penguji II

Dian Rachmawanti A. STP.MP. NIP. 19790803200604 2 001

Surakarta, Juli 2011 Dekan Fakultas Pertanian

(4)

commit to user

MOTTO

“Bukankan Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?

Dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu yang

memberatkan punggungmu dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu

bagimu. Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah

bekerja keras (untuk urusan yanglain) dan hanya kepada

Tuhanmulah engkau berharap”

(QS. Al-Insyiroh :

1

-8)

Ketika semua berasal dari sebuah perjuangan, kepahitan maka

yakinlah suatu saat qita akan merasakan betapa manisnya serta

(5)

commit to user

PERSEMBAHAN

Mom and Dad

I can’t say a word’s just say thank you for both of you.

Thank you so much for being wise and take care of me until I stand

today.

Thanks for you, my love and guidance, you mean the world to me.

My Brother and my family’s

Thanks for all your prayers and supports.

My love

(6)

commit to user

QUALITY CONTROL DI SENTRA INDUSTRI PEMBUATAN EMPING JAGUNG “DI UKM HANI SNACK”

Dwi Wahyuni1

Ir. Windi Atmaka MP2 dan Dian Rachmawanti A., STP. MP3 ABSTRAK

Dwi wahyuni. H 3108081. Quality Control Sentra Indutri Kecil Pembuatan Emping Jagung “di UKM Hani Snack”. Dibimbing oleh Ir. Windi Atmaka, MP. dan Dian Rachmawanti A., STP. MP. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Emping jagung merupakan salah satu olahan jagung yang dipipihkan menjadi lempengan dengan bentuk pipih, dikeringkan dan digoreng renyah. Tujuan dari Quality Control Sentra Indutri Kecil Pembuatan Emping Jagung “di UKM Hani Snack” meliputi : (1) Mengetahui proses pembuatan emping jagung,(2) Mengetahui konsep pengendalian mutu dan konsep HACCP pada setiap tahap proses, (3) Mengetahui kualitas emping jagung yang sudah diproduksi. Kegiatan ini dilakukan di UKM Hani snack, Desa Suwono, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Proses pengolahan emping jagung meliputi pencucian I, perendaman, pencucian II, pengukusan,

pemipihan, pengeringan, penggorengan dan pengemasan. HACCP (Hazard Analysis Analysis Critical

Control Point) merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mencegah terjadinya bahaya pada produk

makanan yang disebabkan oleh faktor biologi, kimia maupun fisis (food safety problem). Konsep HACCP meliputi bahan baku dan tahapan proses. Bahan baku yang tergolong CCP (critical control point) yaitu biji jagung dan pada tahapan proses meliputi proses pencucian II, penggorengan dan pengemasan. Konsep pengendalian mutu emping jagung meliputi pengendalian mutu bahan baku, bahan pembantu dan tahapan proses.

Hasil analisa sensoris mutu emping jagung meliputi bau dan rasa khas, warna normal dank khas, tekstur renyah serta kandungan gizi emping jagung adalah kadar air 2,15%, kadar abu 1,38%, kadar asam lemak bebas 0,00766 %, kadar protein 5,56 % dan kadar cemaran logam timbal (Pb) 0,16 (mg/kg).

Kata Kunci : Quality Control, Emping Jagung, UKM Hani Snack

1. Mahasiswa Jurusan/Prodi Teknologi Hasil Pertanian UNS Surakarta dengan NIM H 3108081

2. Dosen Pembimbing Utama/ Penguji I

(7)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

sumber segala pengetahuan. Hanya berkat ridho-Nya lah, maka penulis dapat

menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul “Quality Control di Sentra

Indutri Kecil Pembuatan Emping Jagung” di UKM Hani Snack Desa Suwono,

Karangpandan, Karanganyar. Laporan Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi

sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Ahli Madya di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret.

Penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk

itu, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

banyak memberikan bantuan baik material maupun spiritual, antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Puji Asmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Choiroel Anam, M.P, M.T. selaku Ketua Program Diploma III

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

3. Bapak Ir. Windi Atmaka, M.P. selaku Pembimbing utama yang telah

memberikan bimbingan, arahan, masukan, nasihat, dan kritik dalam penulisan

Tugas Akhir ini.

4. Ibu Dian Rachmawanti A. S.TP.M.P. selaku Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan, masukan, nasihat, dan kritik yang sangat

berharga bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

6. Seluruh karyawan/karyawati Fakultas Pertanian dan Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan dan kemudahan bagi

penulis.

7. Bapak Sularwo yang telah memberikan ijin serta informasi, ilmu yang

(8)

commit to user

8. Kepada seluruh karyawan di UKM Hani Snack dan keluarga Bapak Sularwo

yang memberikan rasa kekeluargaan kepada penulis.

9. Orang tuaku, Ibu Sutarmi dan Bapak Triyono terimakasih atas segala doa,

dukungan, motivasi, nasihat, dan kasih sayang yang tiada tara sepanjang

masa, serta kesempatan yang telah diperoleh penulis.

10. Kakakku , Haryanto , terimakasih atas doa, dukungan, kasih sayang, motivasi,

nasihat dan keceriannya.

11. Adikku, Dina Triwiningsih, terimakasih atas doa, dukungan, kasih sayang,

dan keceriaanya.

12. Keluarga Besarku (eny, eki) yang telah memberikan doa, kasih sayang,

dukungan, motivasi, dan bantuan bagi penulis.

13. Teman-teman seperjuanganku, hunny, ganis, tya dan teman-teman

DIII Teknologi Hasil Pertanian 2008, terimakasih atas kebersamaan,

kekeluargaan, bantuan, dukungan serta saat-saat indah selama ini.

14. Pengurus HIMADIPTA periode 2009/2010 dan 2010/2011 atas indahnya

kebersamaan, kekeluargaan dan dukungannya, teman-teman D3 THP 2006,

2007 atas nasehat, pengalaman berharga dan dukungannya.

15. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada Penulis

yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu, terimakasih.

Penulis menyadari bahwa penulis Tugas Akhir ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun di kesempatan yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga

Tugas Akhir ini berguna bagi pembaca.

Surakarta, Agustus 2011

(9)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan ... 4

D. Manfaat ... 4

II. LANDASAN TEORI ... 5

A. Komoditi Jagung ... 5

B. Emping Jagung ... 7

C. Bahan Pembantu Pembuatan Emping Jagung ... 8

D. Proses Pembuatan Emping Jagung ... 9

E. Pengendalian Mutu ... 12

F. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) ... 13

III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN ... 17

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 17

B. Alat dan bahan yang Digunakan dalam Analisa Emping Jagung ... 17

1. Alat ... 17

(10)

commit to user

C. Analisa yang Dilakukan ... 18

D. Penentuan CCP ... 23

IV. PEMBAHASAN ... 26

A. Keadaan Umum Industri ... 26

B. Penyediaan Bahan Baku ... 26

C. Proses Produksi ... 26

D. Pengendalian Mutu ... 32

1.Pengendalian Mutu Bahan Baku ... 32

2.Konsep Pengendalian Mutu Bahan Pembantu Emping Jagung ... 36

3.Konsep pengendalian Mutu Proses Pembuatan Emping Jagung ... 36

4.Pengendalian Mutu Produk Akhir ... 38

E. HACCP Emping Jagung ... 40

1. Diskripsi Produk Emping Jagung ... 41

2.Analisa Bahaya Bahan Baku dan Tahapan Proses ... 41

3.Penetapan CCP Bahan Baku dan Tahapan Proses ... 48

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(11)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Produksi Jagung tahun 2006-2010 ... 2

Tabel 2.1 Komposisi Biji Jagug Kering dan Komposisi Beras ... 6

Tabel 2.2 Kandungan Amilosa dan Daya nisbah kelarutan air ... 7

Tabel 2.3 Standar Mutu Jagung Marning menurut (SNI 01-4300-1996) ... 13

Tabel 4.1 Hasil Analisis Mutu Produk Emping Jagung ... 38

Tabel 4.2 Deskripsi Produk Emping Jagung ... 41

Tabel 4.3 Identifikasi Bahaya, Penetapan Potensi Bahaya Bahan Baku... 44

Tabel 4.4 Identifikasi Bahaya, Penetapan Potensi Bahaya Tahapan Proses ... 46

Tabel 4.5 Penetapan Titik Kritis (CCP) pada Bahan Baku ... 50

Tabel 4.6 Penetapan Titik Kritis (CCP) pada Tahapan Proses ... 50

(12)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Biji Jagung Utuh dan Jagung Pipilan ... 7

Gambar 2.2 Emping Jagung ... 8

Gambar 3.1 Diagram Alir Uji Kadar Air ... 19

Gambar 3.2 Diagram Alir Uji Kadar Abu ... 20

Gambar 3.3 Diagram Alir Uji Kadar Protein ... 21

Gambar 3.4 Penentuan Asam Lemak Bebas (%FFA) ... 22

Gambar 3.5 Penentuan Cemaran Logam Pb metode AAS ... 23

Gambar 3.6 Langkah Penyusunan dan Implementasi Sistem HACCP ... 24

Gambar 3.7 Decision Tree Untuk Penetapan pada Bahan Baku ... 25

Gambar 3.8 Decision Tree Untuk Penetapan pada Tahapan Proses ... 25

Gambar 4.1 Proses Pembuatan Emping Jagung ... 27

Gambar 4.2 Perendaman dengan air kapur ... 28

Gambar 4.3 Alat Pengukus Jagung ... 29

Gambar 4.4 Alat Pemipih Jagung ... 30

Gambar 4.5 Pengeringan Emping Jagung ... 30

(13)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jagung termasuk tanaman yang familiar bagi sebagian masyarakat dan

merupakan salah satu tanaman pangan yang terpenting, selain gandum dan

padi. Sebagai sumber karbohidrat utama yang menjadi alternatif sumber

pangan. Sebagian besar masyarakat Indonesia, jagung digunakan sebagai

makanan pokok yaitu sebagai sumber karbohidrat pengganti beras serta

sebagai makanan tradisional.

Jagung berperan penting dalam perekonomian nasional dengan

berkembangnya industri pangan yang ditunjang oleh teknologi budidaya dan

varietas unggul. Dari hasil data statistik, dapat dilihat hasil produktivitas

jagung di Indonesia mengalami peningkatan dari setiap tahunnya yaitu pada

tahun 2006 sampai tahun 2010. Dari hasil Biro Pusat Statistik (2011),

menunjukkan hasil produktivitas jagung dari tahun 2006 sampai tahun 2010

dengan hasil yang tertinggi yaitu pada tahun 2010 yang mencapai 18.016.537

ton dan produktivitas hasil terendah pada tahun 2006 yaitu 11.609.463 ton.

Hasil tersebut diperoleh dari hasil produktivitas jagung di berbagai provinsi di

wilayah Indonesia. Di wilayah provinsi Indonesia yaitu Sumtera, Jawa,

Kalimantan, Nusa Tenggara, Bali, Aceh, Sulawesi, Papua, Maluku dan

seluruh ppropinsi di Indonesia. Hasil produktivitas jagung masih sangat

rendah dibandingkan dengan Negara-Negara lain. Hal tersebut disebabkan

karena masyarakat Indonesia belum menggunakan varietas jagung unggul

serta sistem cocok tanam yang belum baik. Namun pada kenyataannya hasil

produktivitas jagung di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya

(14)

commit to user

Tabel 1.1. Produksi Jagung menurut Provinsi (ton), 2006-2010

(15)

commit to user

Selain untuk pengadaan pangan dan pakan, jagung juga banyak

digunakan di industri makanan, minuman, industri kimia, dan industri

farmasi. Berdasarkan komposisi kimia dan kandungan nutrisi, jagung

mempunyai prospek sebagai pangan dan bahan baku idustri. Pemanfaatan

jagung sebagai bahan baku idustri akan memberikan nilai tambah bagi usaha

tani komoditas tersebut (Suarni 2003, Suarni dan Sarasutha 2002).

Menurut AAK (1993) jagung merupakan salah satu jenis bahan pangan

yang mengandung sumber karbohidrat yang dapat digunakan untuk

mengganti (mensubtitusi) beras, sebab:

1. Jagung memiliki kalori yang hampir sama dengan kalori yang terkandung

pada padi.

2. Kandungan protein di dalam biji jagung sama dengan kalori kandungan

protein pada biji padi, sehingga jagung dapat pula menyumbangkan

sebagian kebutuhan protein yang dibutuhkan manusia. Kandungan

karbohidratnya juga mendekati pada padi, sehingga jagung memiliki

kandungan gizi seperti kandungan pada padi.

3. Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, bahkan pada kondisi

tanah kering tanaman jagung masih dapat tumbuh. Didaerah tertentu

jagung digunakan sebagai makanan pokok karena jagung mudah

diperoleh.

Emping jagung merupakan salah satu bentuk olahan jagung yang cukup

digemari oleh masyarakat. Dibandingkan hasil olahan jagung lainnya seperti

marning jagung. Emping jagung memiliki berbagai macam rasa yang dapat

menambah cita rasa yaitu emping jagung rasa gurih, manis, pedas, asin, atau

pemambahan bumbu-bumbu sesuai selera. Umumnya bentuk emping jagung

berbentuk bulatan-bulatan tetapi tergantung pada besarnya biji yang

digunakan. Bahan yang digunakan dalam pembuatan emping jagung yaitu biji

jagung yang memiliki bentuk yang besar agar dapat dipipihkan dan

menjadikan hasil emping yang baik serta bentuk yang seragam. Emping

jagung digunakan sebagai makanan camilan serta salah satu produk olahan

(16)

commit to user

Semakin banyak produk olahan pangan maka semakin menuntut adanya

jaminan mutu dan keamanan pangan. Jaminan mutu dan keamanan pangan

yang sangat mengutamakan produk-produk yang aman (food safety) yang

sesuai persyaratan konsumen. Masyarakat atau konsumen tidak hanya

menginginkan makanan yang enak dan bergizi, tetapi juga aman untuk

dikonsumsi. Oleh karena itu, proses produksi yang baik harus diikuti dengan

pengendalian dan pengawasan mutu serta keamanan pada produk pangan

menjadi hal yang penting untuk diterapkan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan judul di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pembuatan emping jagung ?

2. Bagaimana pengendalian mutu dan konsep HACCP pada setiap tahap

produksi ?

3. Bagaimana kualitas emping jagung yang sudah diproduksi ?

C. Tujuan

Dari perumusan masalah di atas maka tujuan dari pelaksanaan “Quality

Control di Sentra Industri Kecil Pembuatan Emping Jagung” ini adalah :

1. Mengetahui proses pembuatan emping jagung.

2. Mengetahui konsep pengendalian mutu dan konsep HACCP pada setiap

tahap proses.

3. Mengetahui kualitas emping jagung yang sudah diproduksi.

D. Manfaat

Manfaat dari pelaksanaan “Quality Control di Sentra Industri Kecil

Pembuatan Emping Jagung” ini adalah :

1. Bagi produsen pengolaan emping jagung, diharapkan dapat memberikan

informasi keamanan pangan pada produk pangan.

2. Bagi pihak lain, diharapkan dapat menjadi bahan wacana untuk

menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pustaka untuk permasalahan

(17)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Komoditi Jagung

Jagung (Zea Mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

terpenting, selain gandum dan padi. Jagung merupakan sumber karbohidrat

utama di Amerika Tengah dan Selatan. Jagung juga menjadi alternatif sumber

pangan di Amerika Serikat. Di Indonesia, jagung sebagai sumber pangan

pokok yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi khususnya di daerah

Madura dan Nusa Tenggara. Selain sebagai sumber pangan, jagung ditanam

sebagai pakan ternak (tongkol jagung), diambil minyak (dari biji jagung),

dibuat tepung/tepung maizena (dari biji jagung), dan sebagai bahan baku

industri (Warisno, 2009).

Tanaman jagung (Zea Mays L.) dalam tata nama sistematika (Taksonomi)

tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub-Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Graminae

Familia : Graminaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea Mays L.

(Warisno, 2009).

Biji jagung mengandung pati sebesar 54,1-71,7%, sedangkan kandungan

gulanya 2,6-12%. Karbohidrat pada jagung sebagian besar merupakan

komponen pati, sedangkan komponen lainnya adalah pentosan, serat kasar,

dekstrin, sukrosa dan gula pereduksi. Bentuk dan ukuran granula pati jagung

dipengaruhi oleh sifat biokimia dari khloroplas atau amyloplasnya.

Dibandingkan sumber pati lain, jagung mempunyai beragam jenis pati, mulai

dari amilopektin rendah sampai tinggi. Jagung dapat digolongkan menjadi

(18)

commit to user

amilopektin dan 26-24% amilosa, jenis waxy mengandung 99% amilopektin,

jenis amilomaize mengandung 20% amilopektin atau 40-70% amilosa, dan

jagung manis mengandung sejumlah sukrosa disamping pati. Jagung normal

mengandung 15,3-25,1% amilosa, jagung jenis waxy hampir tidak beramilosa,

jagung amilomize mengandung 42,6-67,8% amilosa, jagung manis

mengandung 22,8% amilosa (Richana dan Suarni, 2005).

Jagung mempunyai potensi besar untuk dikembangkan dan menjadi salah

satu bahan pangan alternatif pengganti beras dan terigu. Jagung banyak

dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan dan bahan baku industri farmasi

dan industri manufaktur misalnya : gula, sirup fruktosa (pemanis cair untuk

minuman bersoda dan produk-produk bakery), sereal, minyak sayur, enzim,

etanol (jenis alkohol yang bisa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan).

pemanfaatan tersebut karena kandungan-kandungan didalam biji jagung.

Komposisi biji jagung dan beras tersaji dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Komposisi Biji Jagung Kering dan Komposisi Beras per 100 gr bahan

Komponen Jagung kering Beras

Kalori 355 kalori 370 kalori

Jagung memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, sehingga banyak di

manfaatkan dalam industri pengolahan. Pemanfaatan jagung terutama pada biji

jagung. Untuk mendapatkan biji jagung yang baik dilakukan pemisahan dengan

tongkol jagung yaitu dengan cara pemipilan. Pemipilan dapat dilakukan secara

tradisonal atau dengan menggunakan mesin pemipil. Menurut Anonimc (2011)

biji jagung tersusun rapi pada tongkol dan setiap tongkol terdapat 200-400 biji

(19)

commit to user

(a) Jagung utuh (b) Jagung pipilan

Gambar 2.1. Jagung Sumber : (a) Hasna, 2009

(b) Anonima, 2011

Amilosa memiliki 490 unit glukosa per molekul dengan rantai lurus

1-4 α glukosida, sedangkan amilopektin memiliki 22 unit glukosa per molekul

dengan ikatan rantai lurus 1-4 α glukosida dan rantai cabang 1,6- α glukosida.

Kandungan pati jagung, amilosa, daya absorbsi dan kelarutan dapat dilihat

pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Kandungan Amilosa, Daya pengembangan dan Nisbah kelarutan air.

Pati Jagung Amilosa (%) Daya Absorbsi (g/g) (oC)

Kelarutan (%) (oC)

Jagung normal 15,3-25,1 14,9-17,9 (90) 12,5-20,3

Waxy 0 30,2 10,5

Amilomize 42,6-67,8 6,3 12,4

Jagung manis 22,8 7,8 6,3

Sumber : Sighn et al. (2005)

B.Emping Jagung

Emping adalah produk olahan pangan dari bahan berpati yang dipipihkan

menjadi lempengan dengan bentuk tertentu (berbentuk pipih), dikeringkan dan

digoreng renyah. Emping dapat ditambah bumbu-bumbu sesuai selera yaitu

emping rasa asin, gurih, manis dan dengan variasi lain. Bahan-bahan yang

dapat diolah menjadi emping yaitu melinjo, singkong/ubi kayu, garut dan

(20)

commit to user

Emping jagung merupakan salah satu olahan jagung yang renyah seperti

halnya emping lainnya. Dibandingkan olahan jagung lainnya, emping jagung

memerlukan penanganan khusus dan hati-hati karena bentuk fisiknya yang tipis

dan mudah hancur. Untuk mendapatkan emping jagung yang baik dan lebar,

dalam proses pembuatan emping jagung mutlak dibutuhkan biji jagung yang

utuh dan besar-besar. Biji jagung yang kecil akan menghasilkan emping jagung

yang kecil dan seperti hancuran atau remukan. Jagung yang dipilih untuk

pembuatan emping jagung yaitu jagung besih dan kondisinya baik, terutama

bebas dari serangan jamur (Anonima, 2011).

Untuk mendapatkan hasil olahan emping jagung yang baik diperlukan

kriteria bahan serta penanganan pada proses pembuatan, sehingga

menghasilkan olahan emping yang utuh dan baik. Hasil olahan emping jagung

dapat dilihat pada Gambar 2.2

(a) Mentah (b) Matang

Gambar 2.2. Emping Jagung

Sumber : Dokumen Pribadi dari UKM Hani snack

C.Bahan Pembantu Pembuatan Emping Jagung a. Garam, Bawang Putih dan Penyedap Rasa

Bumbu-bumbu merupakan bahan tambahan yang dapat menambah

citarasa dalam produk olahan. Garam yang digunakan yaitu garam dapur

yang memperkuat rasa gurih pada hasil olahan. Bawang putih merupakan

bahan tambahan pangan alami, yang menambah rasa serta gurih dalam

pangan. Menurut Saparinto (2006) bawang putih mengandung senyawa

(21)

commit to user

mengandung alliin, gurwithchrays, selenium, antitoksin, dan senyawa

lainnya. Bawang putih juga memiliki senyawa antioksidan alami lainnya

adalah komponen fenolik, vitamin E, vitamin C, dan β-karoten.

Penyedap rasa dan bumbu masak sudah tidak asing lagi bagi

masyarakat. Penyedap rasa digunakan untuk memperkuat rasa pada

masakan yang diolah. Zat penyedap rasa sintetis berasal dari hasil sintetis

zat-zat kimiaiwi, contoh penyedap rasa adalah vetsin atau MSG

(monosodium glutamat). Namun penggunaan penyedap rasa berlebihan

akan menimbulkan resiko bagi kesehatan (Saparinto, 2006).

b. Minyak goreng

Minyak goreng adalah hasil akhir (refined oils) dari sebuah proses

pemurnian minyak nabati (golongan yang bisa dimakan) dan terdiri dari

beragam jenis senyawa trigliserida. Minyak dapat digunakan sebagai

medium penggoreng bahan pangan. Dalam penggorengan, minyak goreng

berfungsi sebagai medium penghantar panas, menambah rasa gurih,

menambah nilai gizi dan kalori dalam bahan pangan. Tetapi pemanasan

minyak secara berulang-ulang pada suhu tinggi dan waktu yang cukup lama,

akan menghasilkan senyawa polimer yang berbentuk padat dalam minyak.

Kerusakan minyak selama proses penggorengan akan mempengaruhi mutu

dan nilai gizi dari bahan pangan yang digoreng (Ketaren, 1986).

D.Proses Pembuatan Emping Jagung

Proses pembuatan emping jagung yang baik dimulai dengan

pembersihan biji jagung dari kotoran dan dicuci. Jagung direbus dengan

ditambahkan kapur 2-4% dari berat jagung. Proses perebusan dengan air kapur

(Niktamalisasi) tersebut bertujuan untuk menghancurkan kulit ari (kulit tipis

yang menyelimuti biji jagung), sehingga memudahkan penetrasi air dan panas

pada biji jagung. Proses niktamalisasi dianggap cukup, apabila biji jagung

ketika dipegang dengan jari tangan terasa licin dan kulit ari hancur atau rusak.

Setelah dicuci bersih, biji jagung direndam air selama semalam, tujuan

perendaman tersebut yaitu untuk memudahkan proses pengukusan karena

(22)

commit to user

sekitar 1 jam, biji jagung dianggap cukup pada proses pengukusan yaitu

apabila pati dalam aleuron (kantung pati) telah tergelatinisasi seluruhnya.

Apabila gelatinisasi yang berlebihan atau jagung terlalu matang menyebabkan

biji jagung hancur ketika dipipihkan. Dalam keadaan panas jagung dipipihkan

dengan mesin roll pemipih. Dengan roll pemipih, roll akan berputar

berlawanan arah, maka biji jagung akan menjadi pipih dengan ketebalan sekitar

1 mm. Biji jagung tersebut akan berjatuhan kebawah dan ditampung dalam

wadah penampungan. Selanjutnya, jagung pipih dikeringkan dengan sinar

matahari yang membutuhkan waktu selama 1-2 hari (Anonimb, 2011).

Proses pengeringan pada dasarnya bertujuan untuk mengeluarkan

kandungan air dengan cara pemanasan sampai mencapai kadar air tertentu.

Dengan keterbatasan kadar air, enzim-enzim tidak aktif dan mikroorganisme

tidak dapat tumbuh. Pertumbuhan jasad mikroorganisme dapat dihambat

bahkan dapat dimatikan, karena mikroorganisme seperti umumnya jasad hidup,

membutuhkan air untuk proses metabolisme. Mikroorganisme hanya dapat

hidup dan melangsungkan pertumbuhan pada bahan dengan kondisi air

tertentu. Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau

menghilangkan sebagian air dari suatu bahan, dengan cara menguapkan

sebagian besar air yang terkandungnya dengan menggunakan energi panas

(Anonimb, 2011).

Pengeringan dengan sinar matahari tidak hanya dilakukan oleh

perusahaan kecil (bermodal kecil), tetapi dilakukan pula oleh perusahaan yang

relative bermodal besar. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka

pengawetan makanan melalui proses pengeringan alami, akan memberi

keuntungan dan kerugian. Keuntungan dari pengeringan alami adalah :

1. Biaya yang dikeluarkan relative murah, karena sinar matahari dapat

diperoleh secara gratis.

2. Tidak memerlukan keahlian seperti yang diperlukan oleh seorang operator

(23)

commit to user

Kerugian yang bisa timbul dari pengeringan dengan sinar matahari

antara lain:

1. Waktu yantg dipakai untuk pengeringan tidak selalu tetap. Umumnya

pengeringan berlangsung lebih lama. Hal ini kadang-kadang menyebabkan

kerusakan lebih besar.

2. Tempat pemanasan/ pengeringan yang dibutuhkan relative lebih luas.

3. Kebersihan bahan yang dikeringkan kurang terjamin, karena penjemuran

dilakukan di udara terbuka. Hal ini bias terjadi, karena selama waktu

pengeringan di udara terbuka, mungkin adanya debu, serangga, pasir atau

kotoran-kotoran lainnya yang masuk.

4. Prosesnya tergantung dari keadaan cuaca. Bila keadaan cuaca tidak baik,

misalnya mendung atau hujan, maka bahan yang dikeringkan sempat

mengalami proses fermentasi, sehingga kualitas hasilnya kurang baik.

5. Penyusutan bahan relative lebih banyak, karena dimakan hewan, tercecer,

dan sebagiannya (Hudaya, dkk, 1981).

Sebelum emping jagung digoreng, perlu dilakukan sortasi ukurannya

yaitu memisahkan ukuran emping jagung yang besar dengan berukuran kecil

yaitu dengan cara diayak. Apabila digoreng, emping jagung akan mengembang

dan mekar menjadi 2 kali lipatnya. Hal ini karena kandungan amilosanya

jagung cukup tinggi dan ketebalan emping cukup tipis. Untuk penambahan cita

rasa emping jagung ditambahkan bumbu-bumbu pada saat penggorengan yang

berlangsung sebelum emping jagung diangkat dari penggorengan. Karena air

pelarut bumbu mudah teruapkan dengan cepat oleh minyak panas dan partikel

bumbu seperti garam tidak larut minyak, maka partikel-partikel bumbu tersebut

akan menempel pada emping jagung yang digoreng. Sehingga emping jagung

lebih terasa gurih, asin dan renyah. Kelemahan dari proses ini adalah dalam

penambahan bumbu-bumbu dapat menyebabkan minyak goreng cepat kotor,

karena adanya residu garam, maka residu tersebut dapat menempel seluruhnya

yang membuat hasil penggorengan berikutnya cenderung lebih asin, rasa dari

emping jagung yang tidak seragam dan minyak goreng akan lebih cepat tengik

(24)

commit to user

E. Pengendalian Mutu

Kualitas/mutu merupakan salah satu syarat dalam pengolahan suatu

pangan, sehingga perlu dilakukan pengendalian kualitas. Pengendalian

kualitas merupakan manajemen untuk mengukur karakteristik dari produk

dan membandingkannya dengan spesifikasi serta mengambil sebuah

tindakan perbaikan yang sesuai jika terdapat perbedaan antara produk

dengan spesifikasi yang ditentukan. Mutu suatu bahan dapat dipertahankan

dalam jangka waktu tertentu, apabila dilakukan penanganan yang baik.

Pengendalian kualitas merupakan salah satu cara untuk memelihara serta

meningkatkan mutu sehingga produk yang dihasilkan agar dapat

memuaskan konsumen (Anang, 2003).

Produk yang berkualitas akan memberikan kepuasan bagi konsumen

dan menghindari banyaknya keluhan para pelanggan setelah menggunakan

produk. Agar produk yang dihasilkan tersebut mempunyai kualitas sesuai

dengan harapan konsumen maka perusahaan harus melakukan pengendalian

tehadap kualitas dan menghindari banyaknya produk yang cacat ke pasar.

Untuk melakukan pengendalian kualitas produk agar kerusakan produk

yang dihasilkan dapat dikurangi maka perusahaan harus melakukan

perbaikan secara terus menerus (Dwiwinarno, 2011).

Penyusunan Standar Nasional Indonesia (SNI) dimaksudkan untuk

meningkatkan mutu produk dan melindungi pemakaiannya. Syarat mutu

yang ditetapkan dalam SNI 01-4300-1996 pada produk jagung marning

meliputi sifat sensoris berupa keadaan bau, rasa, warna, dan tekstur,

keutuhan serta kandungan gizi yang terdapat dalam jagung marning yaitu

kadar air, kadar lemak, kadar abu, kadar serat kasar, bahan tambahan

makanan, cemaran mikroba serta cemaran logam berupa timbal, seng, raksa,

arsen dan sebagainya. Syarat mutu tersebut digunakan sebagai acuan untuk

menentukan kualitas emping jagung atau olahan sejenis komoditi jagung.

(25)

commit to user

6. Bahan Tambahan Makanan

6.1 Pewarna - Sesuai SNI 01-0222-1987**

8.3 Clostridium Pefringen Koloni/g 0

8.4 Stapylococus Aureus Koloni/g 0

Sumber : (*) Badan Standarisasi Nasional, 1996.

(**)

Badan Standarisasi Nasional, 1987.

F. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

Untuk mengetahui penerapan sistem kemanan pangan pada produk dan

sistem pengendalian mutu suatu produk yaitu dengan sistem HACCP

(Hazard Analysis And Critical Control Point). HACCP merupakan suatu

sistem yang dirancang untuk mencegah terjadinya masalah kualitas produk

makanan baik yang disebabkan oleh faktor biologis, kimiawi maupun fisis

(food safety problem). Identifikasi sumber masalah dilakukan sejak datangnya

bahan baku, proses produksi dilakukan sampai dengan produk jadi yang siap

didistribusikan. HACCP akan dapat mengidentifikasi Critical Control Point

(26)

commit to user

Titik-titik kritis ini harus dikontrol secara ketat untuk menjamin mutu produk

dan menjaga kadar kontaminan tidak melebihi critical limit (Thaheer 2005).

Konsep HACCP menurut CAC (Codex Alimentarius Commision) terdiri

dari 12 langkah, dimana 7 prinsip HACCP tercakup pula di dalamnya.

Langkah-langkah penyusunan dan penerapan sistem HACCP menurut CAC

adalah sebagai berikut :

Langkah 1 : Menyusun tim HACCP.

Langkah 2 : Mendeskripsikan produk.

Langkah 3 : Mengidentifikasi pengguna yang dituju.

Langkah 4 : Menyusun diagram alir proses pembuatan.

Langkah 5 : Menverifikasi diagram alir.

Langkah6 : Mendaftarkan semua bahaya potensial, dan melakukan analisis

bahaya, menentukan tindakan pengendalian.

Langkah 7 : Menentukan CCP.

Langkah 8 : Menetapkan batas kritis untuk setiap CCP.

Langkah 9 : Menetapkan sistem pemantauan untuk setiap CCP.

Langkah10: Menetapkan tindakan koreksi untuk penyimpangan yang

mungkin terjadi.

Langkah 11 : Menetapkan prosedur verifikasi.

Langkah 12 : Menetapkan penyimpanan catatan dan dokumentasi.

(Koswara, 2006).

Sistem HACCP terdiri dari tujuh prinsip, prinsip-prinsip tersebut yaitu:

1. Melakukan analisis bahaya yaitu segala macam aspek pada mata rantai

produksi pangan yang dapat menyebabkan masalah keamanan pangan

harus dianalisa. Bahaya yang dapat ditimbulkan adalah keberadaan

pencemar (kontaminan) biologis, kimiawi, atau fisik bahan pangan.

Selain itu, bahaya lain mencakup pertumbuhan mikrroganisme atau

perubahan kimiawi yang tidak dikehendaki selama proses produksi, dan

terjadinya kontaminasi silang pada produk antara, produk jadi, atau

(27)

commit to user

2. Menentukan Titik Pengendalian Kritis (Critical Control Point, CCP)

yaitu suatu titik, tahap, atau prosedur dimana bahaya yang berhubungan

dengan pangan dapat dicegah, dieliminasi, atau dikurangi hingga ke titik

yang dapat diterima (diperbolehkan atau titik aman). Terdapat dua titik

pengendalian kritis yaitu Titik Pengendalian Kritis 1 sebagai titik dimana

bahaya dapat dihilangkan, dan Titik Pengendalian Kritis 2 dimana

bahaya dapat dikurangi.

3. Menentukan batas kritis yaitu kriteria yang memisahkan sesuatu yang

bisa diterima dengan yang tidak bisa diterima. Pada setiap titik

pengendalian kritis, harus dibuat batas kritis dan kemudian dilakukan

validasi. Kriteria yang umum digunakan dalam menentukan batas kritis

HACCP pangan adalah suhu, pH, waktu, tingkat kelembaban, Aw,

ketersediaan klorin, dan parameter fisik seperti tampilan visual dan

tekstur.

4. Membuat suatu sistem pemantauan (monitoring) CCP yaitu suatu sistem

pemantauan (observasi) urutan, operasi, dan pengukuran selama terjadi

aliran makanan. Hal ini termasuk sistem pelacakan operasi dan

penentuan kontrol mana yang mengalami perubahan ketika terjadi

penyimpangan. Biasanya, pemantauan harus menggunakan catatan

tertulis.

5. Melakukan tindakan korektif apabila pemantauan mengindikasikan

adanya CCP yang tidak berada di bawah kontrol. Tindakan korektif

spesifik yang diberlakukan pada setiap CCP dalam sistem HACCP untuk

menangani penyimpangan yang terjadi. Tindakan korektif tersebut harus

mampu mengendalikan membawa CCP kembali dibawah kendali dan hal

ini termasuk pembuangan produk yang mengalami penyimpangan secara

tepat.

6. Menetapkan prosedur verifikasi untuk mengkonfirmasi bahwa sistem

HACCP bekerja secara efektif. Prosedur verifikasi yang dilakukan dapat

mencakup peninjauan terhadap sistem HACCP dan catatannya,

(28)

commit to user

CCP yang berada dalam pengendalian, serta melakukan pemeriksaan

(audit) metode, prosedur, dan uji. Setelah itu, prosedur verifikasi

dilanjutkan dengan pengambilan sampel secara acak dan

menganalisanya. Prosedur verifikasi diakhiri dengan validasi sistem

untuk memastikan sistem sudah memenuhi semua persyaratan Codex dan

memperbaharui sistem apabila terdapat perubahan di tahap proses atau

bahan yang digunakan dalam proses produksi.

7. Melakukan dokumentasi terhadap seluruh prosedur dan catatan yang

berhubungan dengan prinsip dan aplikasinya. Beberapa contoh catatan

dan dokumentasi dalam sistem HACCP adalah analisis bahaya,

penetapan CCP, penetapan batas kritis, aktivitas pemantauan CCP, serta

penyimpangan dan tindakan korektif yang berhubungan.

(29)

commit to user

BAB III

TATA LAKSANA PELAKSANAAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan pembuatan Tugas Akhir ini dilakukan pada bulan April di

industri rumah tangga pembuatan emping jagung “Hani Snack”. Industri

rumah tangga tersebut terletah di Dusun Suwono, Kecamatan Karangpandan,

Kabupaten Karanganyar dan Departemen Kesehatan Karanganyar.

B. Alat dan Bahan yang Digunakan Dalam Analisa Emping Jagung

a. Alat

Alat yang digunakan dalam pengujian kadar air yaitu botol timbang,

eksikator (iwaki), oven (Memmert), penjepit dan timbangan analitik

(ohaus).

Alat yang digunakan dalam pengujian kadar abu suatu bahan adalah

cawan porselin, eksikator (iwaki), kompor listrik (Diamond), timbangan

analitik (ohaus, capacity 500 g x 0,19), Penjepit, oven (Memmert) dan

tanur (Barnstead Thermolyne).

Alat yang digunakan dalam pengujian kadar protein dengan metode

Kjeldahl yaitu labu destruksi (labu kjeldahl), lemari asam, eksikator

(Iwaki), gelas ukur, kompor listrik (Diamond), buret, dan erlenmeyer.

Alat yang digunakan dalam penentuan kadar asam lemak bebas suatu

produk pangan yaitu penangas air/hot plate, pipet, Erlenmeyer dan

timbangan (ACIS, capacity 500 g x 0,19).

Alat yang digunakan adalah cawan porselin, eksikator (iwaki),

kompor listrik (Diamond), timbangan analitik (ohaus), Penjepit, oven

(Memmert), tanur (Barnstead Thermolyne), labu ukur 100 ml, kertas

saring, pengaduk kaca dan alat AAS (Atomatic Absorbtion

(30)

commit to user

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pengujian kadar air dan kadar abu yaitu

emping jagung. Dan bahan yang digunakan untuk uji kadar protein bahan

baku yaitu biji jagung kering.

Bahan yang digunakan dalam pengujian Protein metode Kjeldahl yaitu

emping jagung, katalis campuran, larutan H2SO4, larutan asam borat 4%,

larutan Na Sulfat, aquadest dan larutan HCL 0,02 N.

Bahan yang digunakan dalam pengujian kadar asam lemak bebas yaitu

emping jagung, aquadest, alkohol 96%, larutan NaOH 0,1 N dan

indikator PP.

Bahan yang digunakan dalam pengujian logam berat (Pb) yaitu

emping jagung, larutan asam nitrat, aquadest dan larutan deret standar Pb.

C. Analisa yang Dilakukan

a. Kadar Air metode Thermogravimetri (SNI 01-3712-1995)

Prinsip dari uji kadar air secara Thermogravimetri yaitu menguapkan

air yang terdapat dalam bahan dengan jalan pemanasan. Kadar air dalam

bahan diukur berdasarkan berkurangnya berat contoh setelah dipanaskan

dengan suhu 1050C selama 2 jam. Kemudian menimbang bahan sampai

berat konstan yang berarti semua air dalam bahan sudah diuapkan.

Alat yang digunakan dalam pengujian kadar air yaitu botol timbang,

eksikator (iwaki), oven (Memmert), timbangan analitik (ohaus) dan

penjepit. Untuk mengetahui besarnya kadar air suatu bahan adalah:

% Air (wb) = X100%

D E D

C+

Keterangan : C = berat botol timbang

D = berat sampel

(31)

commit to user

Cara menentukan kadar air dalam bahan dapat dilihat pada Gambar 3.1 .

Gambar 3.1 Diagram Alir Uji Kadar Air

b. Kadar Abu (SNI 01-3712-1995)

Abu adalah residu organic yang tersisa setelah pemanasan. Prinsip dari

uji kadar abu metode cara kering yaitu mengoksidasikan semua zat organik

pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500-6000C dan kemudian melakukan

penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut.

Alat yang digunakan dalam pengujian kadar abu suatu bahan adalah

cawan porselin, eksikator (iwaki), kompor listrik (Diamond), timbangan

analitik (ohaus, capacity 500 g x 0,19), Penjepit, oven (Memmert) dan tanur

(Barnstead Thermolyne). Untuk mengetahui besarnya kadar air suatu bahan

% Abu (wb) = x100%

Y X

Z

Keterangan: Z = berat cawan porselin + residu

X = berat cawan porselin

Y = berat sampel

Botol timbang dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 1 jam.

Didinginkan dalam eksikator pada kondisi tertutup. Kemudian, botol ditimbang.

Sample berbentuk halus ditimbang sebanyak 1 gram dalam botol timbang yang telah

diketahuiberatnya.

Dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C dengan tutup dilepas selama 8-24 jam.

Lalu didinginkan dalam eksikator dan ditimbang.

(32)

commit to user

Cara menentukan kadar abu dalam bahan dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Diagram Alir Uji Kadar Abu

c. Protein metode Kjeldahl (SNI 01-3712-1995)

Prinsip penentuan kadar protein terlarut dengan metode Kjeldahl yaitu

oksidasi bahan-bahan berkarbon dan konversi nitrogen menjadi amonia

bereaksi dengan kelebihan asam membentuk amonia sulfat. Kemudian larutan

dibasakan dan ammonia diuapkan dan diserap dalam larutan asam borat.

Nitrogen dalam larutan ditentukan dengan titrasi menggunakan HCL 0,02 N.

Alat dan bahan yang digunakan dalam penentuan kadar protein dengan

metode Kjeldahl yaitu labu destruksi (labu kjeldahl), eksikator (Iwaki), gelas

ukur, kompor listrik (Diamond), buret, erlenmeyer, katalis campuran, larutan

H2SO4, larutan asam borat 4%, larutan Na Sulfat, dan larutan HCL.

Untuk mengetahui besarnya kandungan protein suatu bahan adalah

%Protein (wb) =( ) 0,014 6,25x100% J

X xHCLX

L

K

-Keterangan : K = besar destilat

L = besar titrasi blanko

J = berat sampel

Didinginkan dalam eksikator dan ditimbang

Cawan dipindahkan dalam oven suhu 1200C selama 1 jam

Didinginkan dalam eksikator dan ditimbang

Sampel kering ditimbang sebanyak 3-5 gr dalam cawan porselin

Selanjutnya di bakar diatas kompor listrik sampai tidak terbentuk asap

Diabukan dalam tanur pada suhu 6000 C selama 12 jam

(sampel berbentuk abu sempurna)

Botol timbang dikeringkan dalam oven (suhu 1050C) dengan tutup dibuka

(33)

commit to user

Cara menentukan kandungan protein (metode Kjeldahl) dalam bahan dapat

dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Diagram Alir Uji Kadar Protein

d. Kadar Asam Lemak Bebas (SNI 01-2602-1992)

Angka FFA dinyatakan sebagai % FFA asam lemak bebas ditentukan

sebagai kandungan asam lemak yang terdapat paling banyak dalam suatu

minyak. Prinsip asam lemak bebas ditentukan dengan cara titrasi asam basa

dan dihitung sebagai asam laurat.

Alat dan bahan yang digunakan dalam penentuan kadar asam lemak

bebas suatu produk pangan yaitu penangas air/hot plate, pipet, Erlenmeyer,

timbangan (ACIS, capacity 500 g x 0,19), alkohol 96%, larutan NaOH 0,1 N,

dan indikator PP.

Erlenmeyer berisi distilat diambil dan dititrasi dengan HCL 0,02 N dan bandingkan dengan titrasi blanko

Bahan ditimbang 0,3 g yang telah ditumbuk halus dan dimasukkan dalam labu Kjeldahl dengan ditambahkan 0,7 g katalis campuran 5 ml

Ditambahkan pelan-pelan 15 ml larutan NAOH-Na tiosulfat dan segera dihubungkan dengan destilator untuk destilasi

Distilat (NH3 dan air) ditampung dalam Erlenmeyer berisi 5-10 ml asam borat yang ada dalam penampung

Setelah labu Kjeldahl serta cairannya dingin dipindahkan ke dalam labu destilasi dan diencerkan dengan 20-60 ml aquades. Tambahkan butir Zink granuler

Blanko dibuat yaitu seperti perlakuan diatas tanpa contoh

(34)

commit to user

Untuk mengetahui besarnya kandungan asam lemak bebas suatu bahan adalah

%FFA = 100%

1000 x

lx beratsampe

emak OHxBMasaml mlNAOHxnNA

Cara menentukan kadar asam lemak bebas dapat dililhat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Penentuan Asam Lemak Bebas (%FFA)

e. Cemaran Logam Pb metode AAS (SNI 01-2602-1992)

Prinsip penentuan cemaran logam Pb dengan metode AAS (Atomatic

Absorbtion Spectrofotometry) yaitu pengabuan kering contoh dilakukan untuk

menghilangkan zat-zat organik. Abu yangt diperoleh diabukan dengan asam

khlorida hingga kepekatan akhir. Larutan kemudian dideteksi dengan AAS.

Penetapan didasarkan pada absorbs atom bebas.

Alat yang digunakan adalah cawan porselin, eksikator (iwaki),kompor

listrik (Diamond), timbangan analitik (ohaus), Penjepit, oven (Memmert),

tanur (Barnstead Thermolyne), labu ukur 100 ml, kertas saring, pengaduk

kaca dan alat AAS. Bahan yang digunakan yaitu larutan asam nitrat, aquades

dan larutan deret standar Pb.

Bahan dihaluskan dan ditimbang sebanyak 3 gr

Dihitung asam lemak bebas dinyatakan dalam % FFA Dicacat volume NaOH yang digunakan

Dititrasi dengan larutan 0,1 N NaOH yang telah distandarisasi sampai warna merah jambu

Ditambahkan ± 3 tetes indikator PP

(35)

commit to user

Cara menentukan cemaran logam Pb dapat dililhat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Penentuan Cemaran Logam Pb metode AAS

D. Penentuan CCP

Analisa bahaya pada titik pengendalian kritis adalah suatu system yang

mengidentifikasi bahaya yang mungkin timbul dalam mata rantai produksi

pangan dan tindakan pencegahan untuk mengendalikan bahaya tersebut serta

untuk menjamin keamanan pangan yang diproduksi. Yang dimaksud bahaya

adalah adanya bahan biologis, kimia atau fisik atau kondisi yang dapat

menimbulkan resiko kesehatan yang tidak diinginkan konsumen serta dapat

menurunkan mutu produk (Anang, 2003).

HACCP dapat diterapkan pada seluruh tahapan produksi, mulai produksi

primer hingga konsumen akhir. Tujuan umum HACCP adalah untuk

meningkatkan kesehatan masyarakat/konsumen melalui pencegahan

timbulnya bahaya dan sekaligus menjamin mutu produk. Secara khusus Bahan dihaluskan dan ditimbang sebanyak 4 gr

Abu didinginkan dilarutkan dengan larutan asam nitrat

Diabukan dalam tanur pada suhu 6000 C selama 12 jam

(sampel berbentuk abu sempurna)

Bakar diatas kompor listrik sampai tidak terbentuk asap

Dimasukkan dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan hingga tanda tera

Larutan dikocok lalu disaring dengan kertas saring

(36)

commit to user

penerapan HACCP mempunyai tujuan antara lain mengevaluasi cara produksi

untuk mengetahui bahaya yang mungkin timbul, memperbaiki cara produksi,

memantau dan mengevaluasi cara penanganan bahan (Anang, 2003).

Untuk mengetahui langkah penyusunan dan implementasi system HACCP

dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Langkah Penyusunan dan Implementasi Sistem HACCP

Dalam penetapan CCP sebagai titik kendali kritis dimana pengendalian

dapat diterapkan dan bahaya keamanan dapat dicegah atau dikurangi sampai

batas yang dapat diterima. Dari masing-masing titik penerapan, tindakan

pencegahan yang ditetapkan dengan mengunakan CCP decision tree untuk

menentukan CCP. Decision tree berisi urutan pernyataan mengenai bahaya

yang mungkin muncul dalam suatu tahap proses maupun bahan baku. CCP

decision tree suatu tahap proses maupun bahan baku dapat dilihat pada

Gambar 3.7 dan Gambar 3.8

Identifikasi Bahaya (Fisik, Kimia, Mikrobiologis)

Batas kritis CCP CCP

Bila terjadi penyimpangan Pemantauan CCP

Dokumentasi. Tindakan koreksi

(37)

commit to user

Gambar 3.8 Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Tahapan Proses Bukan CCP Apakah bahan mentah mungkin mengandung bahan berbahaya

(mikrobiologi/kimia/fisik)

Apakah penanganan/pengolahan (termasuk cara mengkonsumsi) dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya

Gambar 3.7 Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Bahan Baku

CCP DECISION TREE BAHAN BAKU

Ya Tidak

Ya Bukan CCP Tidak CCP

Bukan CCP Bukan CCP

Apakah tahap proses selanjutnya dapat menghilangkan / mengurangi bahaya sampai batas aman?

Apakah tahap inikhusus ditujukan untuk menghilangkan atau

mengurangi bahaya sampai batas aman?

CCP DESSISSION TREE Tahap Proses

Ya CCP

ApakahKontaminasi bahaya dapat terjadi / meningkat sampai

melebihi batas?

Ya Tidak

Ya Bukan CCP Tidak CCP

Apakah ada upaya pencegahan pada tahap tersebut atau tahap berikutnya terhadap bahaya yang di identifikasi?

Tidak

Ya Tidak

P1

P2

P3

(38)

commit to user

BAB IV PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Industri

Salah satu industri rumah tangga yang bergerak dalam pembuatan

emping jagung yaitu UKM “Hani Snack” yang terletak di Desa Suwono,

Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar. Industri rumah tangga

tersebut didirikan sejak tahun 2001 oleh Bapak Sularwo dan Ibu Sri Wuryani

dengan spesifikasi olahan emping jagung. Semakin berkembangnya industri,

UKM tersebut menambah berbagai macam produk olahan yaitu berbagai

aneka kripik misalnya kripik singkong, kripik jamur tiram dan sebagainya.

Tetapi olahan prioritas utama di industri tersebut yaitu emping jagung.

Emping jagung sudah terdaftar dalam Departemen Kesehatan RI. P.IRT.

Nomor 215331301002.

B. Penyediaan Bahan Baku

Bahan baku merupakan hal yang terpenting dalam proses produksi.

Untuk mendapatkan bahan baku yang baik, dari produsen memilih pemasok

bahan baku yang dapat dipercaya dari segi kualitas dan mutu bahan baku

tersebut. Dalam pembuatan emping jagung dilakukan pengendalian mutu baik

bahan pada bahan baku dan bahan pembantu yang digunakan, proses

produksi, maupun produk akhir yang dihasilkan. Pengendalian mutu ini perlu

dilakukan untuk menjaga kualitas produk emping jagung yang dihasilkan.

Spesifikasi bahan baku yang digunakan dalam pembuatan emping jagung

di Industri Hani Snack yaitu butiran jagung dengan ukuran yang besar,

bewarna kuning, dan terhindar dari jamur atau kapang. Jagung yang

digunakan tersebut jagung yang kering. Spesifikasi tersebut agar

mendapatkan kualitas emping jagung yang baik.

C. Proses Produksi

Tahapan Proses pembuatan emping jagung di UKM “Hani Snack” yaitu

(39)

commit to user

Gambar 4.1 Proses Pembuatan Emping Jagung Jagung pipil (100 kg)

Pencucian I menggunakan air bersih

Perendaman dengan larutan kapur 1 malam

Pengeringan dengan sinar matahari ± 5 hari

Penggorengan dengan suhu ± 1500C selama 2 jam

Pencucian II menggunakan air bersih

Pengukusan selama 1 jam

Pemipihan dengan mesin pemipih

Pengemasan dengan kemasan plastik PP

Pengayakan

Pengemasan curah Emping jagung

tidak utuh Emping jagung

(40)

commit to user

Tahapan proses produksi pembuatan emping jagung, yaitu:

1. Pembersihan dan pencucian I

Pada tahap ini jagung pipil dicuci dan dibersihkan dengan cara

dimasukkan ke dalam ember yang berisi air. Ember yang berisi air serta

jagung dimiringkan sedikit demi sedikit untuk mengeluarkan kotoran.

Dengan cara ini, butiran pasir dan kotoran lain akan terbawa pada aliran

ember tersebut dan jagung tetap tinggal dalam ember, hal tersebut dilakukan

secara perlahan-lahan. Pencucian dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali

serta disiram dengan air hingga jagung bersih.

2. Perendaman dengan air kapur

Setelah dilakukan pencucian, jagung yang sudah bersih direndam dalam

air kapur selama satu malam. Perendaman pada larutan air kapur tersebut

bertujuan untuk mempermudah pengelupasan kulit ari jagung. Hal tersebut

terjadi penetrasi air ke dalam jagung sehingga kulit ari dapat terkelupas.

Proses perendaman jagung dilakukan pada bak dan jagung di tempatkan

dalam wadah karung atau pada ember. Proses perendaman jagung dengan air

kapur dalam bak dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Perendaman dengan air kapur

3. Pencucian II

Setelah perendaman dengan larutan kapur, jagung dibersihkan dengan air

bersih. Pencucian tersebut dengan menggunakan ember dan dilakukan seperti

(41)

commit to user

jagung dan membersihkan sisa-sisa larutan kapur yang menempel serta

kotoran-kotoran pada jagung tersebut.

4. Pengukusan

Pengukusan jagung menggunakan alat panci dengan bahan bakar kayu.

Pengukusan pada jagung tersebut untuk melunakkan jagung sehingga

memudahkan dalam pemipihan. Pengukusan berakhir pada jagung setengah

matang yaitu ± 1 jam. Hal tersebut agar pada proses selanjutnya jagung tidak

pecah saat pemipihan.

Alat pengukus jagung berupa panci, alat panci tersebut terbuat dari

aluminium bewarna putih. Warna pada panci dapat berubah jika dilakukan

pembakaran dengan kayu bakar secara terus-menerus. Alat pengukus jagung

dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Alat Pengukus Jagung

5. Pemipihan

Proses pemipihan emping jagung menggunakan mesin pemipih. Pada

proses pemipihan terjadi penekanan pada biji jagung sehingga jagung akan

pipih dan tipis. Pada peoses pemipihan, biji jagung berlangsung setelah

proses pengukusan, karena biji jagung akan lunak sehingga memudahkan

dalam pemipihan. Jagung dimasukkan dalam mesin pemipih, kemudian mesin

pemipih secara langsung akan memipihkan jagung tersebut. Prinsip

pemipihan jagung yaitu dengan roll pemipih, roll akan berputar berlawanan

arah, maka biji jagung akan menjadi pipih dengan ketebalan sekitar 1 mm.

Setelah dipipih, jagung hasil proses pengukusan akan tipis dan gepeng. Pada

(42)

commit to user

ditampung dalam wadah penampungan. Mesin pemipih jagung ini dapat

dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Alat Pemipih Jagung

6. Pengeringan

Setelah dilakukan pemipihan, emping jagung yang telah pipih

dikeringkan. Proses pengeringan dilakukan secara konvensional yaitu

pengeringan secara tradisional atau dengan sinar matahari. Pengeringan

dengan sinar matahari memerlukan tempat yang luas dan terkena sinar

matahari langsung.

Pengeringan emping jagung dengan cara meletakkan emping jagung pada

wadah bambu yang telah dianyam. Peletakan tersebut bertujuan untuk

memudahkan dalam pengangkutan ke tempat penjemuran dan sebaliknya.

Pada cuaca cerah penjemuran berlangsung singkat yaitu lima hari, namun

pada cuaca mendung penjemuran dapat berlangsung satu minggu atau lebih.

Proses pengeringan emping jagung dengan sinar matahari dapat dilihat pada

Gambar 4.5.

(43)

commit to user

7. Penggorengan

Setelah penjemuran, emping jagung digoreng dengan cara deep frying

yaitu penggorengan dengan mencelupkan produk ke dalam minyak yang

banyak. Sebelum proses penggorengan, emping jagung yang telah kering

didiamkan dalam wadah selama 1 minggu. Jika setelah penjemuran emping

jagung langsung digoreng maka emping akan pecah dan tidak utuh yang

mempengaruhi kualitas mutu emping jagung.

Dalam produksi 100 kg jagung pipil dihasilkan 65 kg emping jagung

kering. Setelah proses penggorengan, 65 kg emping jagung kering dihasilkan

68,25 kg emping jagung matang. Untuk 65 kg emping jagung kering

memerlukan 40 liter minyak goreng dengan waktu penggorengan selama

2 jam. Kapasitas wadah/wajan yang digunakan yaitu 20 liter minyak goreng.

Dalam 20 liter minyak goreng digunakan sebanyak 3- 4 kali penggorengan

emping jagung kering. Bahan bakar yang digunakan dalam proses

penggorengan yaitu minyak tanah yang dimasukkan dalam tabung dan

dialirkan melalui selang.

8. Pengemasan

Setelah penggorengan, produk dikemas dengan menggunakan plastik

PP. Sebelum proses pengemasan, produk emping jagung didiamkan dalam

kantong plastik besar agar dingin dan tidak mudah rusak setelah pengemasan.

Emping jagung ditimbang sebanyak 140 gr dan dimasukkan dalam

plastik. Plastik kemasan kemudian direkatkan dengan sealer dan diberi label

produksi serta tanggal kadaluwarsa (expired). Produk emping jagung

memiliki masa kadaluwarsa yaitu selama 5 bulan. Penentuan tersebut dari

pengujian Depkes setempat. Setelah pelabelan, hasil kemasan dimasukkan

dalam master karton yang berupa kardus, setiap 1 dus karton berisi 32

bungkus emping jagung. Proses pengemasan emping jagung dapat dilihat

(44)

commit to user

Gambar 4.6 Proses Pengemasan

9. Pendistribusian

Setelah proses pengemasan, produk didistribusikan ke para pelanggan.

Pendistribusian dilakukan oleh Bapak Sularwo dengan mobil pengangkut.

Pendistribusian produk emping jagung yaitu di daerah lokal Karanganyar,

dan di daerah-daerah luar kota Karanganyar yaitu di daerah Solo, Klaten

dan Boyolali.

D. Pengendalian Mutu

1. Pengendalian Mutu Bahan Baku

Dalam menentukan kualitas jagung, kriteria jagung yang digunakan

untuk proses pengolahan yaitu berdasarkan kenampakan jagung.

Kenampakan tersebut dilihat dari warna, ukuran dan sifat fisik jagung.

Jagung yang dipilih yaitu memiliki warna kuning cerah atau tidak pucat,

ukuran jagung yaitu dengan butiran besar. Sifat fisik jagung dilihat dari

jumlah kerusakan pada butir jagung, ada tidaknya jamur dan kapang yang

dapat dilihat secara visual.

Berdasarkan SNI 01-3920-1995, syarat mutu jagung antara lain kadar

air, butir rusak, butir warna lain, butir pecah, kotoran dan kadar aflatoksin.

Dan berdasarkan klasifikasinya, jagung digolongkan menjadi empat jenis

mutu yaitu mutu I, mutu II, mutu III, dan mutu IV. Syarat mutu tersebut

sangat penting diketahui untuk menghasilkan produk emping jagung yang

berkualitas. Kadar air merupakan jumlah kandungan air dalam jagung

yang dinyatakan dalam persentase berat basah. Kadar air jagung

berdasarkan SNI 01-3920-1995 adalah mutu I dan II maks. 14%, mutu III

maks. 15%, dan mutu IV maks. 17%. Butir rusak adalah jagung, baik yang

(45)

commit to user

panas, berkecambah, cuaca, cendawan, hama dan penyakit atau

kerusakan-kerusakan fisik lainnya. Berdasarkan SNI 01-3920-1995

persentase butir jagung rusak adalah mutu I maks. 2%, mutu II maks. 4 %,

mutu III maks. 6%, dan mutu IV maks. 8%.

Butir warna lain adalah butir jagung yang bewarna lain dari warna

aslinya yang disebabkan oleh perbedaan varietas. Persyaratan mutu butir

warna lain biji jagung berdasarkan SNI 01-3920-1995 adalah mutu I

maks. 1%, mutu II maks. 3 %, mutu III maks. 7%, dan mutu IV maks.

10%. Butir pecah adalah butir jagung yang pecah-pecah selama

penanganan yang mempunyai ukuran sama atau lebih kecil dari 0,6 bagian

jagung yang utuh. Persyaratan mutu butir pecah berdasarkan SNI

01-3920-1995 adalah mutu I maks. 1%, mutu II maks. 2 %, mutu III maks. 3%,

dan mutu IV maks. 5%. Kotoran adalah benda-benda asing seperti tanah,

batu-batu kecil, pasir dan sisa-sisa batang, tongkol jagung, klobot,

biji-bijian lain yang bukan jagung dan sebagainya. Persyaratan mutu kotoran

jagung berdasarkan SNI 01-3920-1995 adalah mutu I maks. 1%, mutu II

maks. 1 %, mutu III maks. 2%, dan mutu IV maks. 2%. Kadar aflatoksin

adalah racun hasil metabolisme cendawan aspergilus flavus. Kadar

aflatoksin tersebut merupakan jumlah dari seluruh jenis aflatoksin yang

terkandung dalam biji jagung.

Penentuan adanya butir rusak, butir warna lain, kotoran dan butir

pecah dilakukan dengan cara manual dengan pinset dengan contoh uji 100

gram/sampel. Persentase butir warna lain, butir rusak, dan kotoran

ditetapkan berdasarkan berat masing-masing komponen dibandingkan

dengan berat contoh analisa x 100%. Persyaratan umum berdasarkan SNI

01-3920-1995 adalah biji jagung bebas hama penyakit, bebas bau busuk,

asam atau benda asing lainnya, bebas dari bahan kimia seperti insektisida

dan fungisida.

Kerusakan-kerusakan pada butiran jagung dapat terjadi saat pasca

panen berlangsung. Waktu panen jagung menentukan mutu biji jagung.

(46)

commit to user

sehingga kualitas dan daya simpan biji rendah. Sebaliknya, pemanenan

yang terlalu lambat menyebabkan penurunan kualitas yang disebabkan

serangan hama dan penyakit di lapang. Jagung yang siap dipanen biasanya

ditandai dengan daun dan batang tanaman mulai mengering dan bewarna

kecoklatan (Firmansyah dkk, 2005).

Berdasarkan Prihatman (2000), waktu pemetikan jagung kurang

tepat/kurang masak menyebabkan penurunan kualitas yaitu butir jagung

menjadi keriput bahkan setelah pengeringan butir jagung akan pecah

terutama bila dipipil dengan alat. Jagung yang sudah matang memiliki

ciri-ciri secara fisiologis yaitu sebagian besar daun/kelobot menguning, biji

dilepas akan ada warna coklat kehitaman pada tongkolnya, bila dipijit

dengan kuku tidak meninggalkan bekas. Terdapat empat tingkat

kematangan buah jagung yaitu masak susu (jagung sayur/muda), masak

lunak (jagung rebus bakar), masak tua (jagung kering). Hal-hal

penanganan pasca panen tersebut penting diketahui agar dalam pemilihan

bahan baku secara tepat untuk menjaga kualitas emping jagung yang

dihasilkan.

Pengeringan adalah upaya untuk menurunkan kadar air biji jagung

agar aman disimpan. Kadar air biji yang aman untuk disimpan berkisar

antara 12-14%. Pengeringan dilakukan untuk menghindari biji pecah,

mempertahankan volume dan bobot bahan sehingga memudahkan

penyimpanan (Firmansyah dkk, 2005). Untuk itu butiran jagung yang

dipilih memiliki kandungan air yang rendah atau biji jagung kering agar

biji aman dari serangan hama dan dari kontaminasi cendawan yang

menghasilkan mikotoksin serta dapat mempermudah dalam proses

pembuatan emping jagung.

Kapang bersifat aerobik, yang tumbuh pada bagian luar permukaan

bahan pangan yang tercemar. Bahan pangan tersebut akan dikelilingi oleh

bulu sebagai hasil produksi miselium dan spora kapang serta bewarna

Gambar

Tabel 1.1 Produksi Jagung tahun 2006-2010 .............................................................
Tabel 1.1. Produksi Jagung menurut Provinsi (ton), 2006-2010
Tabel 2.1. Komposisi Biji Jagung Kering dan Komposisi Beras
Gambar 2.2. Emping Jagung
+7

Referensi

Dokumen terkait

( 3) ada pengaruh interaksi yang signifikan antara perbedaan rasio kerja : istirahat pada latihan interval anaerob dan power otot tungkai terhadap hasil kecepatan

Scherkenbach (dalam Ariani, 2004) mengutarakan bahwa kualitas ditentukan oleh pelanggan, pelanggan menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan

Contoh Soal 5: Sambungan Kelompok Baut Memikul Beban Tak Sebidang Eksentris Suatu sambungan konsol seperti tergambar. Profil

Fokus masalah dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran dan hasil belajar yang terjadi pada siswa kelas satu yang berasal dari PAUD dan non PAUD..

DTP3 coverage, diphtheria and pertussis cases 1980 - 2016 Figure 2 7 Reported cases of vaccine preventable diseases 2011 - 2016 Table 4 7. DTP-Hib-HepB3 coverage by district 2015

Dalam belajar, seorang siswa harus memiliki keterbukaan yang muncul dari dirinya.. Tanpa keterbukaan siswa tidak akan mampu menerima

Berdasarkan Berita Acara Evaluasi Dokumen Penawaran dan Kualifikasi, tanggal 04 Maret 2016 yang menghasilkan Calon Pemenang dan berdasarkan Dokumen Penawaran dan Kualifikasi

Hasil penelitian ini menunjukkkan 3 kesimpulan pokok, yaitu 1) Upacara khitan adalah suatu budaya yang telah menjadi identitas akan tetapi khitan adalah suatu syariat