• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN SELF EFFICACY SISWA SMP NEGERI 1 PADANGSIDIMPUAN DENGAN PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN SOFTWARE CABRI 3D.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN SELF EFFICACY SISWA SMP NEGERI 1 PADANGSIDIMPUAN DENGAN PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN SOFTWARE CABRI 3D."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN SELF

EFFICACY SISWA SMP NEGERI 1 PADANGSIDIMPUAN

DENGAN PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

BERBANTUAN SOFTWARE CABRI 3D

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH :

WILDA HASANAH

Nim. 8106171020

\

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN SELF

EFFICACY SISWA SMP NEGERI 1 PADANGSIDIMPUAN

DENGAN PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

BERBANTUAN SOFTWARE CABRI 3D

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH :

WILDA HASANAH

Nim. 8106171020

\

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

i ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) apakah peningkatan penalaran siswa dengan penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D lebih tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran biasa, (2) apakah peningkatan kemampuan self efficacy siswa dengan penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D lebih tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran biasa, (3) apakah ada interaksi antara peningkatan penalaran siswa dengan pembelajaran dan gender siswa (4) apakah ada interaksi antara peningkatan self efficacy siswa dengan pembelajaran dan gender siswa (5) bagaimana respon siswa dengan penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D. Penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah semua SMP berakredita A di kota Padangsidimpuan. Dan sampel pada penelitian ini adalah SMP N 1 Padangsidimpuan kelas VIII-2 sebagai kelas eksperimen yang diberikan pembelajan penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D dan VIII-3 sebagai kelas control yang diberikan pembelajaran biasa. Instrument pada penelitian ini adalah tes penalaran matematika dan tes self efficacy siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peningkatan penalaran matematik siswa yang memperoleh pendekatan penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D lebih tinggi dari siswa yang memperoleh pembelajaran biasa, (2) peningkatan self efficacy siswa yang memperoleh pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D tidak lebih tinggi dari siswa yang memperoleh pembelajaran biasa, (3) tidak ada interaksi antara kenampuan penalaran dengan pembeajaran dan gender siswa (4) tidak ada interaksi antara peningkatan self efficacy dengan pembelajaran dan gender siswa (5) siswa merespon pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D dengan baik.

(8)

ii ABSTRACT

This research aimed at to know: (1) Whether there is increased reasoning skills on students ' mathematical each learning (2) Whether there is increased self-efficacy on students ' mathematical each learning (3)there is an interaction between type of incuiry approaches with gender Incuiry to increased Reasoning of mathematics students, (4) there is a incuiry approach to the interaction between the types of gender with Incuiry in increased self-efficacy of student (5) the respons of solving students ' answers on the respective instruction. This research was quasi experimental research. The population of this research grade VIII accredited A Padangsidimpuan in the city. Selected as a subject of research i.e. SMP 1. Experimental class given the type of Incuyri software-assisted Cabri 3D and control classes were given the usual learning. Instruments used include: test reasoning skills and self-efficacy is declared to have been been eligible validatas the contents as well as the reliability coefficient of 0.74. The results showed that: (1) there is an increase in math reasoning skills of students in each learning, (2) there is an increase in self efficacy of students in each learning (3) there is no interaction between the incuiry approach with gender in improving reasoning math skills of the students, (4) there is no interaction between the incuiry approach with gender in improving self-efficacy of the students, (5) there is a positif respons from students abaout incuiry approach software assisted Cabri 3D.

(9)

iii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya serta sholawat dan salam kita sanjung sajikan khadirat

Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabat beliau

sekalian. Sehingga tesis saya yang berjudul: ”Peningkatan Kemampuan

Penalaran dan Self Efficacy Siswa SMP Negeri 1 Padangsidimpuan dengan

Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Cabri 3D” dapat

diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam

memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Matematika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si

selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika.

2. Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku pembimbing I sekaligus Sekretaris

program Studi pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED, dan bapak

Dr. Kms M. Amin Fauzi, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan masukan dan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam

penyusunan tesis ini.

3. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Ibu Dr. izwita Dewi, M.Pd, dan Bapak

Dr. lisyanto, M.Si. selaku narasumber yang telah memberikan saran dan kritik

(10)

iv

4. Bapak Syarifuddin, M.Sc, Ph.D selaku Asisten Direktur I Program

Pascasarjana UNIMED.

5. Bapak ibu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan Matematika

Pascasarjana UNIMED.

6. Ibu Hj. Melliani Dalumunthe, S.Pd dan Bapak Alm. Aswan S.Pd selaku

kepala sekolah dan wakil Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kota

Padangsidimpuan beserta dewan guru yang telah memberikan kesempatan

dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta Drs. Amanuddin Lubis, Ibunda tercinta Nursani Nasution, S.Pd yang selalu mendoakan penulis, suami tercinta Deni Rahman Marpaung S.Pd. M.Or, yang senantiasa memberikan dorongan, motivasi dan doa sehingga tesis ini terselesaikan dengan baik.

Adik-adikku Muhammad Fadhli Lubis, S.Kom, Ahmad Fadlan Lubis, S.E, Fahrul Ikhsan Lubis, dan Arif Subhan Lubis.

8. Sahabat seperjuangan Nisah Ayu Siregar, seluruh sahabat kelas A/Reguler

2010, serta seluruh sahabat prodi pendidikan matematika UNIMED yang

telah memberikan dorongan, semangat, serta bantuan kepada penulis.

Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta

saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya.

Medan, Februari 2013 Penulis,

(11)

v

1.3. Pembatasan Masalah... 13

1.4. Rumusan Masalah ... 13

2.1.3.Pembelajaran Temuan Terbimbing ... 27

2.1.4.Pembelajaran Biasa ... 38

2.1.5.Komputer sebagai Media Pembelajaran ... 40

2.1.6.Media Software Cabri 3D ... 44

2.1.7.PembelajaranKubusdanBalok dengan Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan SoftwareCabri 3D ... 48

2.1.8. Gender ... 50

2.2.Teori Belajar Yang Mendukung... 51

2.3.Kerangka Konseptual ... 56

(12)

vi

4.3. Keterbatasan Penelitian ... 187

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN ... 189

5.1. Simpulan ... 189

5.2. Implikasi ... 190

5.3. Saran ... 191

DAFTAR PUSTAKA ... 194

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1: Strategi Penemuan Terbimbing ... 35

Tabel 2.2: Perbedaan Penemuan Terbimbing dengan Pembelajaran Biasa ... 39

Tabel 2.3: Klasifikasi dan Jenis Media ... 42

Tabel 3.1: Rancangan Penelitian ... 68

Tabel 3.2: Tabel Weiner ... 68

Tabel 3.3: Kisi-Kisi Penalaran Matematika ... 72

Tabel 3.4: Pedoman Penskoran Tes Penalaran Matematika Siswa ... 73

Tabel 3.5: Skor Alternatif Jawaban Angket ... 74

Tabel 3.6: Kisi-Kisi Instrumen Self Efficacy ... 74

Tabel 3.7: Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 76

Tabel 3.8: Hasil Uji Validasi Butir Soal Kemampuan Penalaran Matematis ... 78

Tabel 3.9: Hasil Realibilitas Butir Soal Kemampuan Penalaran Matematis ... 79

Tabel 3.10: Hasil Reabilitas Butir Soal Self Efficacy ... 79

Tabel 3.11: Hasil Tingkat Kesukaran Kemampuan Penalaran Matematis .... 80

Tabel 3.12: Hasil Daya Beda Kemampuan Penalaran Matematis ... 81

Tabel 3.13: Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis dan Jenis Uji Statistik Yang Digunakan... 87

Tabel 4.1: Data Hasil Pretes Kemampuan Penalaran ... 88

Tabel 4.2: Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Penalaran Matematis 89 Tabel 4.3: Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Pretes Kemampuan Penalaran Sistematis ... 90

Tabel 4.4: Uji Homogenitas Varians Pretes Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 91

Tabel 4.5: Data Hasil Postes Kemampuan Penalaran Matematis ... 93

Tabel 4.6: Hasil Uji Normalitas Postes Kemampuan Penalaran Matematis 94 Tabel 4.7: Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Postes Kemampuan Penalaran Matematis ... 95

Tabel 4.8: Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 97

Tabel 4.9: Data Hasil Peningkatan Kemampuan Penalaran ... 98

Tabel 4.10: Hasil Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Penalaran ... 99

Tabel 4.11: Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Peningkatan Kemampuan Penalaran ... 100

Tabel 4.12: Hasil Uji Homogenitas Varians Peningkatan Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 102

(14)

Laki-Laki dan Perempuan ... 107

Tabel 4.15: Hasil Uji-t Kemampuan Penalaran Matematis berdasarkan Gender Siswa ... 108

Tabel 4.16: Hasil Uji Anava Dua Jalur untuk Melihat Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan Gender Siswa terhadap Kemampuan Penalaran pada Indikator Menduga. ... 112

Tabel 4.17: Hasil Uji Anava Dua Jalur untuk Melihat Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan Gender Siswa terhadap Kemampuan Penalaran pada Indikator memanipulasi ... 114

Tabel 4.18: Hasil Uji Anava Dua Jalur untuk Melihat Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan Gender Siswa terhadap Kemampuan Penalaran pada Indikator menyusun bukti dan memberialasan pertama ... 117

Tabel 4.19: Hasil Uji Anava Dua Jalur untuk Melihat Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan Gender Siswa terhadap Kemampuan Penalaran pada Indikator menyusun bukti dan alasan kedua ... 120

Tabel 4.20: Hasil Uji Anava Dua Jalur untuk Melihat Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan Gender Siswa terhadap Kemampuan Penalaran pada Indikator Menyimpulkan ... 123

Tabel 4.21: Hasil Uji Anava Dua Jalur untuk Melihat Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan Gender Siswa terhadap Kemampuan Penalaran Total Keseluruhan Indikator ... 126

Tabel 4.22: Data Hasil PretesSelf efficacy Siswa ... 129

Tabel 4.23: Hasil Uji Normalitas PretesSelf efficacy Matematis ... 130

Tabel 4.24: Uji Perbedaan Rata-Rata PretesSelf efficacy Matematis ... 131

Tabel 4.25: Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Self Efficacy Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 132

Tabel 4.26: Data Hasil PostesSelf efficacy Matematis ... 133

Tabel 4.27: Hasil Uji Normalitas PostesSelf efficacyMatematis ... 134

Tabel 4.28: Uji Perbedaan Rata-Rata Postes Self efficacy Matematis ... 135

Tabel 4.29: Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Self efficacy Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 136

Tabel 4.30: Data Hasil Peningkatan Self efficacy Matematis ... 138

Tabel 4.31: Uji Normalitas Peningkatan Self efficacy Matematis ... 139

Tabel 4.32: Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Peningkatan Self Efficacy Matematis ... 139

Tabel 4.33: Hasil Uji Homogenitas Peningkatan Self Efficacy ... 141

Tabel 4.34: Hasil Uji-t Gain Ternormalisasi Self EfficacyKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 142

Tabel 4.35: Data Hasil Gain Self efficacy Matematis Siswa Laki-Laki dan Perempuan ... 145

Tabel 4.36: Hasil Uji-t Self efficacy Matematis Siswa berdasarkan Gender Siswa ... 146 Tabel 4.37: Hasil Uji Anava Dua Jalur untuk Melihat Interaksi antara

(15)

Self efficacy pada Indikator Otentik. ... 148 Tabel 4.38: Hasil Uji Anava Dua Jalur untuk Melihat Interaksi antara

Pendekatan Pembelajaran dengan Gender Siswa terhadap

Self Efficacy pada Indikator Pengalaman Orang Lain. ... 150 Tabel 4.39: Hasil Uji Anava Dua Jalur untuk Melihat Interaksi antara

Pendekatan Pembelajaran dengan Gender Siswa terhadap

Self efficacy pada Indikator Sosial. ... 153 Tabel 4.40: Hasil Uji Anava Dua Jalur untuk Melihat Interaksi antara

Pendekatan Pembelajaran dengan Gender Siswa terhadap

Self efficacy pada Indikator Psikologis. ... 155 Tabel 4.41: Hasil Uji Anava Dua Jalur untuk Melihat Interaksi antara

Pendekatan Pembelajaran dengan Gender Siswa terhadap

Self efficacy pada Jumlah keseluruhan indikator ... 158 Tabel 4.42: Respon Siswa terhadap Pembelajaran Penemuan

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Rangkuman Alur Penelitian ... 71 Gambar 4.1 Grafik Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan

Gender Siswa terhadap Kemampuan Penalaran pada

Indikator menduga ... 113 Gambar 4.2 Grafik Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan

Gender Siswa terhadap Kemampuan Penalaran pada

Indikator memanipulasi ... 116 Gambar 4.3 Grafik Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan

Gender Siswa terhadap Kemampuan Penalaran pada

Indikatormenyusun bukti dan alas an ... 119 Gambar 4.4 Grafik Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan

Gender Siswa terhadap Kemampuan Penalaran pada

Indikator Menyusun bukti dan alasan kedua ... 122 Gambar 4.5 Grafik Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan

Gender Siswa terhadap Kemampuan Penalaran pada

Indikator Menyimpulkan ... 125 Gambar 4.6 Grafik Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan

Gender Siswa terhadap Kemampuan Penalaran

Keseluruhan Indikator ... 128 Gambar 4.7 Grafik Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan

Gender Siswa terhadap Self efficacy pada Indikator Otentik ... 150 Gambar 4.8 Grafik Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan

Gender Siswa terhadap Self efficacy pada Indikator

Pengalaman orang lain ... 152 Gambar 4.9 Grafik Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan

GenderSiswa terhadap Self efficacy pada Indikator Sosial ... 154 Gambar 4.10 Grafik Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan

GenderSiswa terhadap Self efficacy pada IndikatorPsikologis ... 157 Gambar 4.11 Grafik Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan

Gender Siswa terhadap Self efficacy pada Indikator Jumlah

(17)

Gambar 4.20 Proses Penyelesain Masalah Nomor 5 Di Kelas Kontrol ... 176 Gambar 4.21 Grafik Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan

GenderSiswa terhadap Kemampuan Penalaran Keseluruhan Indikator ... 183 Gambar 4.22 Grafik Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2. Lembar Aktifitas Siswa (LAS)

Lampiran B

1. Kisi-kisi Tes Penalaran, Self Efficacy, Respon Siswa 2. Tes Awal Kemampuan Penalaran

3. Tes Akhir Kemampuan Penalaran 4. Kunci Jawaban Tes Awal dan Tes Akhir 5. Angket Self efficacy

6. Angket Respon Siswa

Lampiran C

1. Hasil Ujicoba Soal Kemampuan Penalaran Matematis

Lampiran D

1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian 2. Daftar Nama Kelompok Siswa 3. Daftar Nilai Tes Penalaran Siswa 4. Daftar Nilai Tes Self Efficacy

Lampiran E

1. Analisis Data Penelitian

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi pengembangan

siswa agar kelak menjadi sumber daya manusia berkualitas. Pendidikan nasional

harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu

dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan

diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui

olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam

menghadapi tantangan global. Salah satu cara untuk meningkatkan pendidikan

adalah dengan mengimplementasikan Standar Nasional Pendidikan dalam

kurikulum. Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan

menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada

standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum

yang dibuat oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Bahwa salah satu

prinsip pengembangan kurikulum adalah “Tanggap terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni” (Permen No 22 Tahun 2006). Kurikulum

dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum

mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak lepas dari peranan

(20)

2

adalah matematika. Masykur dan Fathani (2007) mengatakan :“Kedudukan

matematika dalam ilmu pengetahuan adalah sebagai ilmu dasar, sehingga untuk

dapat berkecimpung di dunia sains, teknologi atau disiplin ilmu lainnya, langkah

awal yang harus ditempuh adalah menguasai ilmu dasarnya yaitu matematika”

Matematika disadari sangat penting peranannya. Namun tingginya tuntutan untuk

menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar matematika

siswa. Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi

matematika kurang menggembirakan. Pemerintah, khususnya Departemen

Pendidikan Nasional telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan

salah satunya pendidikan matematika, baik melalui peningkatan kualitas guru

matematika melalui penataran-penataran, maupun peningkatan prestasi belajar

siswa melalui peningkatan standar minimal nilai Ujian Nasional untuk kelulusan

pada mata pelajaran matematika. Namun ternyata prestasi belajar matematika

siswa masih jauh dari harapan (Markaban, 2006). Dari hasil TIMMS 2003, skor

siswa-siswa SMP kelas 2 di bidang matematika berada di bawah rata-rata

internasional (urutan ke 38 dari 49 negara peserta). Posisi itu jauh di bawah

Malaysia yang berada di urutan 12 atau bahkan Singapura yang berjaya di urutan

pertama.

Hasil belajar matematika yang kurang memuaskan ini juga dirasakan

hampir seluruh guru matematika yang mengajar di SMP Negeri 1

Padangsidimpuan. Dari hasil wawancara peneliti dengan bapak Aswan Siregar

sebagai guru dan wakil kepala sekolah di SMP Negeri 1 Padangsidimpuan pada

(21)

3

harapkan belum dapat dicapai maksimal. Para guru memperkirakan kemampuan

siswa seharusnya lebih baik namun siswa lebih cenderung bersifat menerima.

Kenyataan yang kurang memuaskan di atas, salah satunya disebabkan karena

rendahnya kemampuan penalaran siswa. Sering kali siswa menjawab soal dengan

mengikuti contoh dari guru tanpa berusaha untuk memikirkan caranya sendiri

untuk menyelesaikan soal. Padahal masalah dalam matematika adalah suatu

persoalan yang dapat diselesaikan tapi tidak menggunakan cara atau algoritma

yang rutin.

Sesuai dengan Depdiknas (2006) menyatakan bahwa “materi matematika

dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu

materi matematika dipahami melalui panalaran dan penalaran dipahami dan

dilatih melalui pelajaran matematika”. Dari uraian di atas dapat disimpulakan

bahwa seorang siswa belajar matematika berarti siswa harus memiliki pola pikir

yang membutuhkan dan melibatkan pemikiran kritis, sistematis , logis dan kreatif.

Dan siswa tidak seharusnya hanya mampu mengerjakan soal dengan hanya

meniru contoh yang sudah ada. Penalaran yang baik ini pula mempengaruhi self

efficacy siswa.

Self efficacy merupakan keyakinan dan harapan mengenai kemampuan

siswa untuk mengahadapi tugasnya. Berbagai studi menunjukkan self efficacy

berpengaruh terhadap motivasi, keuletan dalam menghadapi kesulitan dari suatu

tugas, dan prestasi belajar. Siswa yang memiliki self efficacy yang rendah merasa

tidak memiliki keyakinan bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas, maka dia

(22)

4

dialami oleh individu yang tidak memiliki kemampuan untuk belajar, tetapi

memungkinkan dialami juga oleh individu berbakat. Maka dari itu, keyakinan

dalam menyelesaikan tugas atau soal-soal matematika diperlukan self efficacy

yang tinggi untuk mencapai hasil yang harapkan.

Para ahli psikologi pendidikan umumnya berpendapat bahwa prestasi yang

dicapai seorang individu mempunyai hubungan erat dengan kemampuan dan rasa

keberhasilan yang dimilikinya. Pada dasarnya prestasi yang dicapai seorang

individu merupakan realisasi kemampuannya. Di antara kemampuan yang

dimaksud adalah kemampuan intelektual yang mempunyai hubungan fungsional

yang lebih nyata dengan prestasi belajar seseorang . Meskipun menurut pendapat

ahli psikologi pendidikan menyatakan bahwa rasa keberhasilan, taraf kemampuan

intelektual merupakan alat prediksi bagi prestasi belajar, namun dalam

kenyataannya tidak selalu demikian. Bagi siswa yang memiliki prestasi akademik

tinggi mereka mempunyai self efficacy tinggi dan juga sebaliknya. Self efficacy

seseorang dapat dibaca dari kemampuannya menghadapi masalah. Siswa

berprestasi tinggi dan memiliki self efficacy tinggi terdorong melakukan usaha

yang gigih, ulet, dan tekun. Mereka memiliki target memperoleh nilai tertinggi

diantara teman-temannya. Mereka memiliki rasa ingin tahu lebih banyak terhadap

pelajaran di kelas.

Salah satu penyebab rendahnya penalaran matematik dan self efficacy

siswa adalah proses pembelajaran yang terjadi masih saja berpusat pada guru.

Siswa tidak banyak terlibat dalam mengkonstruksi pengetahuannya, hanya

(23)

5

tidak mampu menjawab soal yang berbeda dari contoh yang diberikan guru. Hal

ini dikarenakan siswa hanya mendengar penjelasan guru, mencontoh, dan

mengerjakan latihan mengikuti pola yang diberikan guru, bukan dikarenakan

siswa memahami konsepnya. Seperti dikatakan Ansari (Afriati, 2011),

merosotnya pemahaman matematik siswa di kelas antara lain karena (a) dalam mengajar guru sering mencontohkan kepada siswa bagaimana menyelesaikan soal, (b) siswa belajar dengan cara mendengar dan mencontoh guru melakukan matematik, kemudian guru memecahkannya sendiri dan (c) pada saat mengajar matematika, guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian contoh, dan untuk latihan.

Keadaan ini diperkuat oleh pendapat Sari (2009):

Pembelajaran di kelas yang selama ini lebih berpusat pada guru dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran merupakan salah satu permasalahan dalam dunia pendidikan. Pembelajaran yang semacam ini menyebabkan kurangnya minat dan motivasi siswa untuk belajar di kelas. Mereka sering kali mempraktekkan „multiple D‟ yaitu datang, duduk, dengar, diam, dongkol dan dengkur. Siswa sering merasa terpaksa datang dan menghabiskan waktunya dikelas. Apalagi guru masih terbiasa untuk menjadikan siswanya pendengar yang baik, karena guru masih memiliki filosofi pembelajaran yang berpusat pada guru dan masih yakin bahwa satu-satunya cara mengajar dengan cepat untuk mengejar target kurikulum adalah dengan menggunakan metode ceramah.

Padahal dengan pembelajaran konvensional seperti ini siswa cenderung

cepat lupa apa yang telah diajarkan guru. Siswa kurang aktif dan pola

pembelajaran ini kurang menanamkan pemahaman konsep sehingga kurang

mengundang sikap kritis (Sumarmo dalam Afriati, 2011). Pembelajaran seperti ini

juga membuat respon siswa menjadi kurang baik terhadap pembelajaran

matematika. Siswa lebih banyak menerima saja apa yang disampaikan oleh guru.

Serta minimnya penggunaan media pembelajaran yang mengakibatkan kegiatan

(24)

6

Berbeda halnya jika siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Siswa

menyelidiki, menginvestigasi, mencoba dan akhirnya menemukan sendiri konsep

matematika yang dimaksud. Para pakar matematika berpendapat bahwa

pengetahuan tidak diterima secara pasif seperti sebuah hadiah, tetapi harus secara

aktif diciptakan, ditemukan atau dikonstruksi siswa.

Masih senada dengan pernyataan pakar matematika yang lain, Dewey

(Afiatin, 2008) menyatakan:

pembelajaran sejati adalah lebih berdasar pada penjelajahan yang terbimbing dengan pendampingan daripada sekedar transmisi pengetahuan. Pembelajaran merupakan individual discovery. Pendidikan memberikan kesempatan dan pengalaman dalam proses pencarian informasi, menyelesaikan masalah dan membuat keputusan bagi kehidupannya sendiri. Melalui proses pembelajaran yang berpusat pada siswa maka fungsi guru berubah dari pengajar (teacher) menjadi mitra pembelajaran ((fasilitator).

Berdasarkan pendapat para pakar matematika di atas maka Guided Inquiry

atau pembelajaran penemuan terbimbing dapat menjadi salah satu alternatif yang

dapat meningkatkan penalaran dan self efficacy matematik siswa, karena pada

pembelajaranini siswa terlibat aktif bekerja sama mencari, menggali,

mengeksplorasi, mencoba-coba, menyelidiki dari berbagai keadaan, untuk

menemukan dan mengkonstruksi ide baru, pengetahuan baru, berdasarkan

berbagai sumber informasi dan pengetahuan awal atau konsep yang telah dikuasai

sebelumnya hingga menyimpulkan dan menguji kesimpulannya. Seperti dikatakan

Slavin (Padiya, 2008):

(25)

7

Dahar (1989) mengungkapkan pandangan Bruner yang menganggap

belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia

dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Pengetahuan yang

diperoleh melalui penemuan memberikan beberapa kebaikan. Pertama,

pengetahuan itu bertahan lama dan lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan

pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan

mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Ketiga,

secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan kemampuan siswa untuk

berpikir bebas. Secara khusus, belajar penemuan melatih ketrampilan kognitif

siswa untuk menemukan dan memahami masalah.

Pernyataan di atas menunjukkan beberapa kelebihan belajar penemuan.

Akan lebih baik lagi jika dalam proses penemuan ini guru memberikan bimbingan

kepada siswa, sehingga proses pencarian lebih terfokus dan tujuan yang hendak

dicapai terlaksana dengan baik. Seperti dikatakan Ratumanan (Padiya, 2008 )

Dalam proses penemuan ini siswa mendapat bantuan atau bimbingan dari guru agar mereka lebih terarah sehingga baik proses pelaksanaan pembelajaran maupun tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik. Bimbingan guru yang dimaksud adalah memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan dan berupa arahan tentang prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan karakteristik penemuan terbimbing yang berpusat ke siswa

dan mempunyai beberapa kelebihan, serta didukung data hasil penelitian

sebelumnya yang menunjukkan penemuan terbimbing mampu meningkatkan

kemampuan bernalar siswa, maka dalam penelitian ini akan diterapkan

pembelajaranpenemuan terbimbing yang diprediksi mampu meningkatkan

(26)

8

siswa dibantu dengan media pembelajaran yang mempermudah melakukan

investigasi dan berbagai eksperimen. Penggunaan media komputer termasuk

software matematika seperti Cabri 3D akan memberikan banyak kemudahan dan

meningkatkan penalaran siswa serta kualitas pembelajaran matematika. Seperti

yang diungkapkan Zarlis (Rusdi 2008: 2):

”Para pakar teknologi bidang pendidikan mengatakan bahwa komputer sesuai digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Dalam pendidikan, khususnya pembelajaran matematika komputer berfungsi sebagai alat (tool), tutor dan tutee”.

Penggunaan ICT termasuk salah satu dari enam prinsip sekolah

matematika, ”Technology is essential in teaching and learning mathematics; it

influences the mathematics that is taught and enhances students' learning.” Untuk

penerapan di kelas, penggunaan ICT dapat diintegrasikan dengan beberapa

pembelajaran. Seperti dikatakan Karnasih (2008),” There are four different

approaches can be implemented in integrating ICT teaching and learning

mathematics: (1) Expository learning; (2) Inquiry based learning; (3)

Cooperative learning; (4) Individual learning”. Pernyataan Karnasih di atas

menunjukkan ada 4 pembelajaranyang bisa digunakan untuk penerapan ICT

dalam kelas yaitu ekspositori, penemuan terbimbing, koperatif dan individual.

Jadi, pemakaian Cabri 3D sangat cocok jika diintegrasikan dengan pembelajaran

penemuan terbimbing.

Siswa dapat bereksplorasi, melakukan investigasi dan pencarian dengan

Cabri 3D. Siswa dapat menguji lebih banyak contoh-contoh dalam waktu singkat

daripada hanya menggunakan tangan, sehingga dari ekperimennya siswa dapat

(27)

9

akhirnya paham dan memiliki self efficacy yang tinggi tentang karena memiliki

pengalaman untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Sayangnya penggunaan media komputer di sekolah-sekolah masih belum

dioptimalkan, terutama saat belajar matematika. Malah banyak guru yang

menentang penggunaan media berbasis ICT dalam pembelajaran matematika

dikarenakan masalah waktu dan ketidakmampuan dalam memanfaatkan media

tersebut. Minimnya pengetahuan guru dalam pemanfaatan media komputer dan

software matematika menjadi salah satu faktor tidak digunakannya ICT dalam

pembelajaran matematika.

Secara umum Mame (2008) mengatakan:

”Penguasaan komputer terutama di kalangan SMU dan guru masih relatif rendah. Padahal mereka merupakan ujung tombak generasi muda. Penting bagi mereka menguasai teknologi yang pekembangannya semakin pesat dan menyentuh banyak aspek kehidupan. Sayangnya masih banyak dari mereka yang belum menguasai komputer. Masih banyak guru-guru yang bahkan belum tahu cara menggunakan keyboard komputer”.

Khusus di SMP Negeri 1 Padangsidimpuan terdapat beberapa kelas

unggulan yang sudah dianjurkan menggunakan komputer/laptop dalam

pembelajaran dan hampir seluruh siswa unggulan telah memiliki laptop pribadi

untuk keperluannya belajar, tapi belum pernah digunakan sekalipun untuk

pembelajaran matematika. Dan kemampuan guru khususnya guru matematika di

sekolah tersebut masih sangat minim pengetahuan tentang software matematika

yang dapat dimanfaatkan di kelas. Ketika mempelajari kubus dan balok guru

lebih memilih menggambarnya di papan tulis dan siswa menggambar di bukunya

(28)

10

menggambar sedikit contoh. Dengan mengandalkan apa yang disampaikan guru,

tak jarang siswa lupa atau bingung ketika diminta menggambarkannya sendiri.

Sedangkan jika menggunakan Cabri 3D siswa dapat berulangkali mencoba-coba

menghasilkan banyak contoh dan mengeksplorasi, sampai akhirnya siswa dapat

mengambil kesimpulan tentang bagaimana memecahkan masalah yang berkaiatan

dengan kubus dan balok, dan jika siswa ragu siswa dapat mencoba lagi berulang

kali sampai yakin dan terbukti benar kesimpulan yang diambilnya. Dengan

pemahaman yang diperolehnya setelah siswa berhasil menemukan sebuah

kesimpulan, tentu saja siswa tidak akan kesulitan untuk menjelaskan ide dan

pemikirannya tentang kubus dan balok tersebut. Berarti penerapan pembelajaran

penemuan terbimbing dibantu pemakaian software Cabri 3D akan dapat

meningkatkan penalaran matematik siswa.

Namun, ada perbedaan gender dalam kemampuan matematika.. Anak lelaki

lebih bagus dalam perhitungan pengukuran sains, dan olahraga sedangkan anak

perempuan lebih bagus dalam perhitungan yang berhubungan dengan tugas-tugas

tradisional wanita, seperti memasak dan menjahit (Linn & Hyde, dalam

Matematika lagi). Salah satu area matematika yang diteliti kemungkinan

perbedaan gendernya adalah keahlian visuospasial, yang mencakup kemampuan

untuk memutar objek secara mental dan mengetahui seperti apa objek itu jika

diputar. Tipe keahlian ini sangat penting dalam pelajaran bidang dan geometri.

Hal ini diperkuat lagi dalam salah satu studi nasional tentang prestasi

sains, anak lelaki sedikit lebih baik dalam bidang sains ketimbang anak

(29)

11

dua belas (Matematika Lagi, 2010). Dalam studi lain yang difokuskan pada grade

delapan dan sepuluh, anak lelaki nilainya lebih tinggi ketimbang anak wanita

dalam ujian sains, terutama di kalangan murid rata-rata dan murid cerdas

(Burkham, Lee, & Smedon, dalam matematilka lagi, 2010). Dalam kelas sains

yang menekankan pada aktivitas lab, nilai ujian sains anak perempuan meningkat

tajam. Penelitian terbaru menunjukkan perbedaan yang signifikan yang berkenaan

dengan kesenjangan dalam gender dalam prestasi ilmu pengetahuan, namun

laki-laki terus tampil di tingkat yang lebih tinggi berkaitan dengan ilmu pengetahuan.

Analisis hasil mengungkapkan bahwa laki-laki mengungguli perempuan dalam

prestasi sains . Kemudian dalam pengelompokan karakteristik yang berhubungan

dengan perbedaan gender dalam hal kemampuan matematika bahwa mulai masa

remaja anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dalam tes mathematical

reasoning. Perbedaan paling besar terjadi pada murid-murid dengan prestasi

tinggi lebih banyak jumlah anak laki-laki yang nilainya baik dalam matematika .

Dari urian diatas peneliti memprediksi bahwa kemampuan penalaran dan self

efficacy antara laki-laki dan perempuan berbeda.

Beberapa kajian teori dan hasil observasi serta dari hasil penelitian yang

terdahulu, mendorong peneliti untuk menerapkan pembelajaran penemuan

terbimbing yang memiliki karakteristik pembelajaran berpusat ke siswa. Siswa

yang terbiasa aktif bekerja,menggali dan menyelidiki untuk mengkontruksi

ide/gagasan baru akan menumbuhkan daya nalar siswa. Dan kemudian

penalarannya tersebut akan membutuhkan dan melibatkan pemikiran kritis,

(30)

12

meniru contoh yang sudah ada tetapi menimbulkan keyakinan/self efficacy untuk

melanjutkan atau mencoba-coba sehingga siswa menemukan konsep baru dan

dapat menyimpulkan dan menguji kesimpulannya sendiri. Dan pembelajaran

penemuan terbimbing dengan penggunaan software Cabri 3D akan membuat

siswa lebih tertarik, leluasa dan memiliki waktu yang banyak untuk terus

mencoba-coba ide yang dimilikinya.

Dari uraian di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan

menerapkan pembelajaranpenemuan terbimbing, dibantu dengan pemanfaatan

software Cabri 3D pada materi kubus dan balok. Diharapkan peningkatan

penalaran matematik dan self efficacy siswa yang mendapat pembelajaran

penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D lebih tinggi dari siswa yang

mendapat pembelajaran biasa di SMP Negeri 1 Padangsidimpuan.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat

diidentifikasikan beberapa masalah, sebagai berikut:

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah

2. Penalaran matematik siswa tentang kubus dan balok rendah

3. Self efficacy matematika siswa rendah.

4. Pembelajaran di kelas masih terpusat ke guru.

5. Kurangnya penggunaan media komputer dan software matematika dalam

pembelajaran matematika.

6. Rendahnya tingkat penguasaan guru terhadap komputer dan software

(31)

13

1.3. Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah, maka agar lebih fokus mencapai

tujuan, penulis membatasi masalah pada peningkatan kemampuan penalaran

matematik siswa dan self efficacy siswa dengan pembelajaran penemuan

terbimbing berbantuan software Cabri 3D.

1.4. Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah peningkatan kemampuan penalaran siswa dengan pembelajaran

penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D lebih tinggi daripada

siswa yang diberi pembelajaran biasa?

2. Apakah peningkatan self efficacy matematik siswa dengan pembelajaran

penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D lebih tinggi daripada

siswa yang diberi pembelajaran biasa?

3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dan gender terhadap

peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dan gender terhadap

peningkatan self efficacy siswa?

5. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan pembelajaran

(32)

14

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran siswa dengan

pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D lebih

tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran biasa.

2. Untuk mengetahui apakah peningkatan self efficacy matematika siswa dengan

pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software Cabri 3D lebih

tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran biasa.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan

gender terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan

gender terhadap peningkatan self efficacy siswa.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi guru khususnya guru matematika untuk

menerapkan pembelajaran penemuan terbimbing dan memanfaatkan software

matematika dalam pembelajaran matematika

2. Bagi siswa, diharapkan penerapan pembelajaran penemuan terbimbing

berbantuan software Cabri 3D dapat meningkatkan penalaran dan self efficacy

matematik siswa

3. Sebagai bahan masukan kepada kepala sekolah untuk lebih memberdayakan

laboratorium komputer dan meningkatkan pengetahuan komputer guru-guru di

(33)

15

1.7. Definisi Operasional

Beberapa istilah dalam penelitian ini perlu didefenisikan secara

operasional agar tidak menimbulkan kesalahfahaman dan untuk memberi arah

yang jelas dalam pelaksanaannya. Istilah-istilah tersebut adalah:

a. Penalaran sebagai kemampuan siswa untuk menarik kesimpulan secara logis,

memperkirakan jawaban, memberi penjelasan mengenai konsep dan prosedur

jawaban yang digunakan, serta menilai kebenarannya secara matematika.

Indikator yang digunakan adalah: 1) Mengajukan dugaan, 2) Melakukan

manipulasi matematika, 3) Menyusun bukti atau memberikan alasan, 4)

Menarik kesimpulan dari pernyataan.

b. Self efficacy adalah penilaian yang berupa keyakinan subyektif individu

mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas, mengatasi masalah,

dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan hasil tertentu

setelah pembelajaran penemuan terbimbing dilaksanakan. Indicator yang

digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Pengalaman otentik, 2) Pengalaman

orang lain, 3) Pembelajaran sosial atau verbal, 4) Indeks psikologis dan

afektif.

c. Pembelajaran penemuan terbimbing adalah proses dimana siswa berfikir,

mengamati, mencerna, mengerti, membuat dugaan, menjelaskan,

menganalisis sehingga dapat mengkonstruksi dan menemukan sendiri prinsip

umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru dan lembar

(34)

16

d. Pembelajaran biasa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah prosedur yang

pada umumnya biasa digunakan guru dalam mengajar yang

langkah-langkahnya menjelaskan materi pelajaran, guru memberi contoh, siswa

diberikan kesempatan bertanya, siswa mengerjakan latihan, guru dan siswa

membahas latihan.

e. Pembelajaran matematika dengan penemuan terbimbing berbantuan software

Cabri 3D adalah bentuk pembelajaran dimana siswa menggunakan software

Cabri 3D sebagai media untuk membangun pengetahuannya, menemukan

kembali teorema, aturan, rumus dan sejenisnya. Peran guru hanya sebagai

Gambar

Tabel 4.38: Hasil Uji Anava Dua Jalur untuk Melihat Interaksi antara
Gambar 4.20 Proses Penyelesain Masalah Nomor 5 Di Kelas Kontrol ........  176

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang diharapkan peneliti dari penelitian ini adalah menjadi masukan para guru untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam proses pembelajaran

4.1.1 Hasil Penelitian tentang Kemampuan Representasi Matematis

Mustika Ratu, yaitu dengan melihat nilai r adalah 0,982 dan dari persamaan y =2023,32 + 25,51x artinya besar kecilnya biaya distribusi yang dikeluarkan sangat mempengaruhi

Penelaahan penentuan harga pokok produksi yang dipakai UKM bakpia selama ini (3) Berdasarkan hasil data yang sudah diperoleh maka dilakukan perhitungan harga

ManualMutu ini memberikan deskripsi mengenai sistem mutu yang digunakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Brawijaya (UB).Pedoman

• Manajemen RS ingin membandingkan biaya prosedur di ru ah sakit de ga tarif INA CBG’s... MANFAAT MENGETAHUI

Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan perancangan dan analisis kinerja pengkodean audio dengan metode closed loop pada MPEG Surround yang diharapkan

Menurut Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait dalam konferensi pers Catatan Akhir Tahun 2014 Komnas Anak (30 Desember 2014), kasus anak yang berhadapan dengan hukum naik, 10%