• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL WORD SQUARE DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN: Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL WORD SQUARE DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN: Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tertuang dalam konstitusi negara bahwa salah satu tujuan nasional bangsa

Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, tujuan yang dirumuskan oleh

para pahlawan pada saat meraih kemerdekaan Republik Indonesia. Tujuan tersebut

mengandung arti bahwa Indonesia harus mempunyai kemauan untuk mencerdaskan

kehidupan warga negaranya.

Untuk mencapai tujuan nasional haruslah didorong dan didukung oleh

berbagai aspek kehidupan, salah satu aspek kehidupan yang mempunyai kontribusi

besar dan dapat diselaraskan dengan tujuan tersebut adalah melalui pendidikan.

Pendidikan sejatinya akan merubah perilaku seseorang, baik dari tingkahlaku,

pemikiran ataupun tindakan. Melalui perubahan tersebut maka seseorang akan

mengerti dan memahami apa yang seharusnya diperbuat.

Menurut Sofhian (2011, hlm. 6) pendidikan dapat diartikan segala proses

perubahan sikap dan perilaku individu atau kelompok individu melalui pengayaan

pengetahuan dan penguatan keasadaran. Dari titik ini dapat dijelaskan bahwa

pendidikan hanya akan dapat memberi pengaruh berupa perubahan atau

pendewasaan sikap dan perilaku bagi seseorang ketika segala pengetahuan yang

didapatkan pada proses tersebut berubah menjadi kesadaran.

Secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyebutkan :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Hal yang perlu kita sadari bahwa melalui usaha secara terencana dengan

tujuan yang jelas maka akan dihasilkan warga negara yang berkompeten dan

berkualitas. Selain itu pendidikan mempunyai fungsi dan tujuan sebagaimana tertulis

(2)

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab

Dari fungsi dan tujuan yang ada, bahwa pendidikan yang seutuhnya dapat

membantu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh seseorang dan membantu

dirinya untuk menjadi manusia cerdas serta mampu mewujudkan tujuan bangsanya.

Salah satu displin keilmuan yang selaras dengan dasar konstitusi negara Indonesia

adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam pasal 37 ayat 2 Undang-Undang

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tercantum : isi kurikulum

setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan tinggi wajib memuat (a) Pendidikan

Agama; (b) Pendidikan Kewarganegaraan dan (c) Bahasa.

Pernyataan tersebut menandakan bahwa hanya ada 3 muatan wajib dalam

setiap jenjang pendidikan, dilihat dari keagaaman atau spiritual untuk menjadikan

manusia yang beriman dan bertakwa akan diisi oleh Pendidikan Agama, dilihat dari

pembentukan ahlak yang mulia dan menjadi warga negara yang baik

bertanggungjawab akan dibahas dalam PKn dan dilihat dari komunikasi antar warga

negara akan disampaikan oleh Bahasa.

Secara subtatantif dan pedagogis PKn didesain untuk mengembangkan

warganegara yang cerdas dalam seluruh jalur dan jenjang pendidikan, serta sudah

menjadi bagian inheren dari implementasi pendidikan nasional Indonesia dalam lima

status :

1. Sebagai mata pelajaran disekolah; 2. Sebagai mata kuliah di perguruan tinggi;

3. Sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru;

4. Sebagai program pendidikan politik yaitu sebagai suatu crash program; 5. Sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan

kelompok pakar terkait yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai Pendidikan Kewarganegaraan. Ganeswara (2008, hlm. 1)

Dari lima status yang tertulis dapat disimpulkan bahwa PKn sangat erat

(3)

paradigma baru yang menyebutkan, PKn (Civic Education) sebagai salah satu

bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

Indonesia melalui koridor “value based education” dengan kerangka sistemik

sebagai berikut :

1. Secara kurikuler bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga Negara Indonesia yang berahlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggungjawab;

2. Secara teoritik memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik (civic knowledge, civic despotition, dan civic skill) yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks susbtansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela Negara;

3. Secara programatik, menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman dalam bentuk perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga Negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis dan bela Negara. Budimansyah, 2003 (dalam Komalasari, 2010, hlm. 265)

Berdasarkan pada pandangan yang membahas tentang PKn yang begitu

fundamental kiranya warga negara dalam hal ini adalah siswa harus diberi asupan

konsep-konsep pendidikan kewarganegaraan sejak dini, menimbang banyak hal

positif yang termuat didalamanya. Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)

konsep pemahaman ini disampaikan sebagai suatu mata pelajaran yang harus

diterima oleh siswa dari seorang guru. Melalui guru mata pelajaran maka segala hal

yang berkaiatan dengan PKn akan ditransformasikannya lewat suatu proses

pembelajaran di kelas.

Menurut Komalasari (2010, hlm. 3) menjelaskan bahwa “pembelajaran

adalah sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang

direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar

subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif

dan efisien”. Merujuk pada pendapat Komalasari bahwa melalui kegiatan

pembelajaran maka siswa atau warga Negara sebagai subjek yang akan mengikuti

(4)

pembelajaran diharapkan mampu mencapai standar kompetensi yang sudah

ditentukkan.

Namun disisi lain terdapat permasalahan yang timbul dalam pembelajaran

PKn disekolah. Berdasarkan hasil kajian dari penelitian yang telah dilakukan,

dihasilkan bahwa sebagian besar siswa kurang menyukai mata pelajaran PKn, ini

terlihat ketika mengikuti proses pembelajaran sebagian besar siswa bersikap pasif

serta siswa lebih bersifat pasif dengan hanya menerima apa yang disampaikan oleh

guru dan yang aktif dalam pembelajaran hanya guru saja Oktafia (2014, hlm. 2).

Sama halnya dengan Awaliah (2014, hlm. 1) yang menyebutkan bahwa

model pembelajaran yang digunakan kurang efektif dan tidak bervariasi sehingga

menyebabkan pemahaman siswa sangat rendah. Begitupun dengan hasil pra

penelitian yang dilakukan oleh peneliti di kelas VII-B SMPN 26 Bandung dapat

dikatakan partisipasi belajar siswa tergantung kepada guru yang menyampaikan,

apabila guru menggunakan metode belajar dan model pembelajaran yang bervariasi

maka tingkat partisipasi belajar siswa sangat bagus berbeda dengan guru yang masih

menggunakan metode konvensional maka tingkat partisipasi belajarnya akan rendah,

selain itu kondisi siswa yang masih dalam masa transisi dari bangku Skolah Dasar

(SD) naik satu tingkat ke SMP meraskan kesulitan dalam menerima materi ajar, oleh

karenanya kepiawaian seorang guru sangat dituntut dalam permasalahan ini. Seperti

yang dipaparkan oleh Karawati (2010, hlm. 4) :

Salah satu jawaban yang dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah melakukan perbaikan sistem pembelajarannya. Proses belajar mengajar merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Guru dituntut untuk menyajikan pelajaran dengan kemasan menarik yang mampu membangkitkan motivasi siswa untuk belajar bagaimanapun substansinya.

Maka sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan

menggunakan pendekatan, statergi, metode, teknik dan model pembelajaran yang

kekinian yang mampu meningkatkan partisipasi belajar siswa. Sebagaimana Sudjana

(5)

merupakan salah satu bentuk tingkah laku yang ditentukan oleh lima faktor, antara

lain :

1) Pengetahuan/kognitif berupa pengetahuan tentang tema, fakta, aturan dan keterampilan membuat translation.

2) Kondisi situasional, seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial, psikososial, dan faktor-faktor sosial.

3) Kebiasaan sosial, seperti kebiasaan menetap dan lingkungan.

4) Kebutuhan meliputi, kebutuhan approach (mendekatkan diri), avold (menghindari), kebutuhan individual.

5) Sikap, meliputi pandangan/perasaan, kesediaan bereaksi, interaksi sosial, mian dan perhatian (Sudjana dalam Hayati, 2001, hlm. 16).

Terdapat pula pandangan Hanif (2010) bahwa tinggi rendahnya partisipasi

siswa dalam pembelajaran di kelas dapat dilihat dari keadaan atau aktivitas yang

terjadi dalam pembelajaran. Partisipasi siswa dikatakan tinggi jika lebih dari 70%

siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Partisipasi siswa dikatakan sedang jika

40% - 70% siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Partisipasi siswa dikatakan

rendah jika kurang dari 40% siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Dengan

demikian partisipasi belajar siswa harus mendapat perhatian khusus dari seorang

guru, karena keberhasilan pembelajaran dapat diukur melalui partisipasi belajar

siswa. Untuk itu guna meningkatkan partisipasi belajar siswa kelas VII-B SMPN 26

Bandung kali ini peneliti akan menggunakan model pembelajaran word square.

Menurut Laurance Urdang (1986) dalam skripsi Ekawijana (2011) word

square is a set of work such that whenarranged one beneath another in the form of a

square the read a like horizontally, artinya word square adalah sejumlah kata yang

disusun saat di bawah yang lain dalam bentuk bujur sangkar dan dibaca secara

mendatar dan menurun. Menurut Mujiman (2007) mengatakan model pembelajaran

word square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang

diperkaya. Hal ini dapat di identifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah

yang diperkaya yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Dilapangan terdapat banyak penelitian yang menggunakan konsep

pembelajaran kekinian yang serupa yakni dengan mengkolaborasikan konsep –

konsep pembelajaran cooperative learning. Seperti yang telah dilakukan Sulastri

(6)

penggunaan model pembelajaran word square dalam meningkatkan penguasaan

kosakata bahasa Arab di kelas eksperimen dan metode konvensional pada kelas

control, penelitian lain dilakukan oleh Bakti Raja (2012) yang dapat dideskripsikan

bahwa penggunaan model pembelajaran word square dapat mengaktifkan siswa pada

saat proses belajar mengajar berlangsung dan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Serta Sri (2012) yang menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran

word square dapat mengaktifkan siswa pada saat proses belajar mengajar

berlangsung, dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian terdahulu, sangatlah jelas bahwa

model pembelajaran ini memberikan pengaruh dan kontribusi yang besar utamanya

dalam proses pembelajaran yang efektif serta menyenangkan, dapat menarik minat

dan partisipasi belajar siswa sehingga tercipta hubungan timbal balik antara siswa

dan guru. Berangkat dari latar belakang tersebut penulis merumuskan judul

penelitian “Implementasi Model Word Square Dalam Meningkatkan Partisipasi

Belajar Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi

Deskriptif pada Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari paparan pada latar belakang terdapat identifikasi masalah

yang paling utama yaitu partisipasi belajar siswa akan sangat tergantung kepada guru

yang menyampaikan materi ajar pada saat proses pembelajaran, apabila guru

menggunakan metode belajar dan model pembelajaran yang bervariasi maka tingkat

partisipasi belajar siswa sangat bagus berbeda dengan guru yang masih

menggunakan metode konvensional maka tingkat partisipasi belajarnya akan rendah.

Begitupun kondisi siswa yang baru saja mengalami masa transisi dari SD

naik ketingkat SMP banyak siswa yang merasakan kesulitan untuk memahami

konsep pembelajaran PKn di kelas VII SMP oleh karenanya untuk menghasilkan

kualitas, partisipasi pembelajaran yang bagus maka seorang guru sangat dituntut

(7)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada pada latar belakang penelitian, penulis merumuskan secara umum “bagaimana implementasi model word square dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan” . Adapun secara operasional peneliti merumuskan beberapa

rumusan masalah, diantaranya :

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan

model word square untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa kelas VII-B

SMP Negeri 26 Bandung?

2. Bagaimana proses pelaksanaaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

dengan model word square untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa kelas

VII-B SMP Negeri 26 Bandung?

3. Bagaimana peningkatan/kemampuan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan dengan model word square?

4. Bagaimana hambatan dan kendala dalam mengimplementasikan model word

square pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk siswa kelas VII-B

?

D. Tujuan Penelitiaan

Adapun tujuan yang hendak ingin dicapai oleh peneliti dari penelitian yang

akan dilakukan, diantaranya :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan

kemampuan/ partisipasi belajar siswa kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung dalam

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui model word square.

2. Tujuan Khusus

(8)

a. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

dengan menggunakan model word square untuk meningkatkan partisipasi

belajar siswa.

b. Mengetahui deskripsi proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dengan menggunakan model word square.

c. Mengetahui peningkatan/kemampuan partisipasi belajar siswa dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

d. Mengetahui hambatan dan kendala yang ditemui selama

mengimplementasikan model word square pada pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan kelas VII-B.

E. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian yang akan dilakukan ini dapat dijadikan referensi dalam melaksanakan

proses pembelajaran di era modern, juga diharapkan mampu menjawab semua

permasalahan yang ada dan meningkatkan kualitas pembelajaran PKn di

sekolahan.

2. Manfaat Praktis

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

kontribusi bagi berbagai pihak, utamanya pihak-pihak yang berhubungan dengan

dunia pendidikan seperti :

a. Bagi Peneliti

Secara garis besar penulis menaruh harapan bahwa dengan melakukan

penelitian pembelajaran PKn ini, pelaksanaan pembelajaran akan dikemas

secara lebih menarik sehingga hasil pembelajaran siswa akan jauh lebih baik

mengingat, partisipasi siswa dalam pembelajaran merupakan sebuah

keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan materi ajar.

b. Bagi Guru

Penelitian ini akan membantu guru dalam mempersiapkan rencana

pembelajaran yang lebih inovatif, kreatif dan sebagai masukan yang

(9)

pendidikan saat ini serta dapat memberikan peluang besar bagi guru dalam

mengembangkan mata pelajaran PKn.

c. Bagi Siswa

Ketertarikan siswa untuk belajar mata pelajaran PKn akan semakin meningkat

dan berdampak pada tingkat partisipasi belajar sehingga materi atau

konsep-konsep pembelajaran akan mudah ditangkap dan dipahami .

d. Bagi Sekolah

Dapat dijadikan pedoman bagi sekolah khususnya dalam meningkatkan

standarisasi pelaksanaan proses pembelajaran yang solutif.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika dari penelitian yang berjudul “Implementasi Model Word Square

dalam Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (studi deskriptif pada siswa kelas VII-B SMP Negeri 26

Bandung) adalah sebagai berikut :

1. BAB I pendahuluan yang berisikan mengenai latar belakang penelitian,

identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

penjelasan istilah, metodologi penelitian, struktur organisasi skripsi.

2. BAB II kajian pustaka atau landasan teoritis mengenai implementasi model

word square dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (studi deskriptif pada siswa kelas VII-B SMP

Negeri 26 Bandung).

3. BAB III metode penelitian, subjek dan lokasi penelitian, metode penelitian,

definisi operasional, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, teknik

pengumpulan data, serta analisis dan penelitian yang digunakan dalam penelitian

mengenai implementasi model word square dalam meningkatkan partisipasi

belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (studi deskriptif

pada siswa kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung).

4. BAB IV hasil penelitian dan pembahasan yang berisi seperti temuan-temuan

(10)

dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (studi deskriptif pada siswa kelas VII-B SMP Negeri 26

Bandung).

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan oleh peneliti untuk

mendapatkan data penelitian. Dalam penelitian ini tempat yang dipilih adalah SMP

Negeri 26 Bandung yang bertempat di Jalan Sarimanah Blok 23 Sarijadi Bandung,

pertimbangan peneliti dalam memilih tempat ini dikarenakan terkait beberapa

temuan, diantaranya :

a. Tingkat partisipasi belajar siswa masih sangat rendah dalam pembelajaran

PKn bergantung pada metode yang dibawakan guru.

b. Karakter berpikirnya masih dipengaruhi berpikir kongkrit berbeda dengan

tuntutan di SMP yang karakter berpikirnya abstrak.

c. Gaya mengajar guru yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau sumber data yang didefinisikan oleh Nasution (1998,

hlm. 11) adalah “sumber yang dapat memberikan info, yang dipilih secara purposive bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu”. Pada penelitian ini subjek peneliti

yang akan diambil datanya terdiri atas :

a. Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1 (satu) orang.

b. Siswa kelas VII B sebanyak 36 orang yang mengikuti pembelajaran PKn.

Subjek penelitian ini diharapkan mampu memberikan data yang dapat

diyakini kebenarannya. Satu orang guru mata pelajaran PKn sebagai yang akan

menerapkan model pembelajaran word square dalam proses pembelajaran di kelas

serta 36 siswa kelas VII-B yang ikut melangsungkan kegiatan pembelajaran. Jumlah

siswa tersebut diambil berdasarkan teknik sampling nonprobability sampling yakni

dengan teknik sampling insidental yang nantinya akan mengisi angket yang sudah

(12)

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian tentunya peneliti harus menggunakan berbagai

macam pendekatan. Hal tersebut digunakan untuk mempermudah peneliti dalam

memperoleh data penelitian. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan

kualitatif. Nasution (2003, hlm 5) mengemukakan “pendekatan kualitatif ialah

mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha

memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”.

Sugiyono (2012 , hlm. 15) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif yaitu,

Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Berdasarkan pada pendapat di atas bahwa dalam penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang dilakukan secara pengamatan, berinteraksi kemudian

memahami tentang apa yang telah didapatkannya, selain itu peran peneliti sangat

penting utamanya dalam memberikan gambaran dari data yang dihasilkan. Seperti

yang dinyatakan Nasution dalam Sugiyono, (2012, hlm. 306) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada piihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Bodgan dan Tylor dalam Mulyani (2012, hlm. 57) menyatakan bahwa

“penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang dan pelaku yang

diamati”. Sedangkan Moleong (2010, hlm. 4) yang menjelaskan penelitian kualitatif

(13)

Penelitian kualitatif itu berakar pada latar alamiah sebagai suatu keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian memanfatkan metode kualitatif, mengadakan analissi secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa kebasahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian.

Selain menggunakan pendekatan kualitatif yang menurut peneliti dapat

memberikan sejumlah data yang sifatnya actual dan kontekstual. Menurut Nana

(2012, hlm. 72) “penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan dan kurikulum

pengajaran merupakan hal yang cukup penting, mendeskripsikan

fenomena-fenomena kegiatan pendidikan pembelajaran, implementasi kurikulum pada berbagai

jenis, jnejang dan satuan pendidikan”.

Uraian penelitian kualitatif tersebut mempunyai titik berat pada proses dan

hasil data yang mana kedudukannya sangat penting apalagi berkaitan dengan bidang

pendidikan yang membutuhkan ilmu dan pengetahuan baru, serta adanya

kesepakatan antara kedua belah pihak atau subjek penelitian merupakan bagian yang

perlu diperhatikan. Disamping itu penelitian kualitatif memiliki kompetensi

sebagaimana yang dirumuskan Sugiyono (2011, hlm. 28) bahwa penelitian kualitatif

memiliki kompetensi sebagai berikut :

a. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang yang akan diteliti;

b. Mampu menciptakan rapport kepada setiap orang yang ada pada konteks sosial yang akan diteliti. Menciptakan rapport berarti mampu membangun hubungan yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial; c. Memiliki kepakaan untuk melihat setiap gejala yang ada pada obyek

penelitian (konteks sosial);

d. Mampu menggali sumber data dengan observasi partisipan dan wawancara mendalam secara triangulasi serta sumber-sumber lain.

e. Mampu menganlisis data kualitatif secara induktif berkesinambungan mulai dari analisis deskriptif domain komponensial, dan tema

kultural/budaya.

f. Mampu menguji kredibilitas dependebilitas, konfirmaabilitas dan tranferbilitas hasil penelitian.

(14)

Selain pendekatan kualitatif pada penelitian ini akan digunakan pendekatan

kuantitatif. Sugiyono (2012, hlm. 14) menegaskan bahwa :

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitiatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Pendekatan kuantitatif sebagai pendukung dalam memperoleh data penelitian

yang memiliki sifat kuantitatif/statistik. Pada penedekatan ini peneliti akan memakai

metode angket yang nantinya akan diprsentasikan berupa nilai/angka supaya data

yang diperoleh dapat diterima kebenarannya. Sebagaimana data yang akan diambil

dari siswa kelas VII B tidak menggunakan wawancara, hal ini terkadang

menghasilkan informasi yang semu.

Kesimpulan pendapat tersebut bahwa dalam penelitian kualitatif

mengupayakan peneliti hendaknya menguasai dan memahami terlebih dahulu apa

yang akan dikaji dalam penelitian, kemudian tentukan alat pengumpul data yang

lengkap serta pengolahan data yang sesuai yang telah dirumuskan agar tercipta

temuan yang baru, selain itu penggunaan pendekatan kuantitatif sebagai penunjang

peneliti dengan metode angket yang menjadi alternatif untuk menghindari hasil data

yang semu.

2. Metode Penelitian

Pada dasarnya metode penelitian merupakan tata cara yang harus dilakukan

dalam melaksankan penelitian atau pengambilan data. Sugiyono (2011, hlm. 2)

merumuskan bahwa:

(15)

Kesimpulannya bahwa metode merupakan tata cara ilmiah yang digunakan

dalam memperoleh data penelitian dengan ciri keilmuan yakni rasional, empiris dan

sistematis. Metode yang dipilih untuk mengambil data penelitian tentang implemtasi

model word square dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa adalah melalui

metode deskriptif. Dalam peristilahannya Arikunto (2010, hlm. 3) mengatakan

bahwa istilah “deskriptif berasal dari istilah bahasa Inggris to describe yang berarti

memamparkan atau menggambarkan sesuatu hal”.

Mulyani (2012, hlm. 58) menyatakan bahwa metode deskriptif yaitu

penelitian yang didasarkan pada pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta dan

kenyataan-kenyataan yang ada pada saat sekarang atau kontemporer dan

memusatkan pada masalah aKtual yang terjadi pada saat penelitian berlangsung.

Surakhmad (1992, hlm 121) menegaskan bahwa :

Metode merupakan cara utama yang digunakan un tuk mencapai tujuan, mislanya mengkaji suatu rangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini digunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan.

Pandangan lain seperti Nazir (1998, hlm. 63) yang menyatakan bahwa :

Metode deskirpitf adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suattu objek, suatu set kondisi suatu sistem pemikiran atauupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara istimewa serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Inti dari metode deskriptif ini adalah cara ilmiah yang dapat di gunakan

dalam melakukan penelitian dengan mendeskripsikan masalah berdasarkan fakta dan

kenyataan yang aktual yang ditemui pada saat penelitian berlangsung. Oleh karena

itu metode deskriptif ini dipilih sebagai metode yang mumpuni untuk melakukan

penelitian tentang penggunaan model word square dalam proses pembelajaran.

Metode deskriptif memiliki tujuan sebagaimana Danial dan Warsiah (2009, hlm. 63)

menuturkan bahwa :

(16)

Melihat dari tujuan metode deskriptif yang diawali dari mengamati,

mengdientifikasi serta melakuakn penilaian terhadap suatu kajian peneliti

akanmerumuskan mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana model word

square tersebut dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa yang masih tergantung

dalam gaya atau pembawaan seorang guru pada saat mengajar, hal itu akan dikuatkan

oleh fakta dan kenyaatan yang ditemukkan langsung pada saat penelitian dilakukan.

Mengingat pentingnya inovasi dalam bidang pendidikan khusunya dalam perbaikan

kualitas pembelajaran mata pelajaran PKn di persekolahan serta membangun minat

belajar pada diri siswa.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data Sugiyono

(2013, hlm. 308). Secara umum terdapat empat macam teknik pengumpulan data,

yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan triangulasi Sugiyono,

(2013, hlm. 308). Pada penelitian ini penulis akan menggunakan teknik pengumpulan

data melalui :

1. Observasi

Nasution (Sugiyono, 2012, hlm. 310) menyatakan bahwa, “observasi adalah

dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data,

yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.” Sedangkan,

Marshall (Sugiyono, 2012, hlm. 310) menyatakan bahwa, “melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.” Sanafiah Faisal

(Sugiyono, 2012, hlm. 310) mengklasifikasikan observasi menjadi:

a. Observasi Partisipatif (partisipant observation)

(17)

Presentase Aktivitas Guru = �� � �

�� � � + %

b. Observasi Terus Terang dan Tersamar (overt observation dan covert observation)

Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.

c. Observasi Tak Berstruktur (unstructured observation)

Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang di observasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

Menurut Nasution (1998) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua

ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut Suharsimi (2010, hlm. 199) mengatakan

bahwa observasi atau yang disebut pula pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan

perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera .

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa observasi

merupakan kegiatan yang secara langsung diamati oleh peneliti didalam suatu

lingkungan peneliti. Pada observasi penelitian ini kegiatan guru dan siswa ketika

pembelajaran bertlangsung diamati. Adapun formula yang digunakan adalah :

2. Wawancara

Esterberg (2002) dalam (Sugiyono, 2011, hlm. 231) mendefinisikan

wawancara sebagai “pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”.

Wawancara adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada

orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal

yang dipandang perlu. Wawancara digunakan sebagai bahan studi pendahuluan

peneliti sebelum melakukan tindakan yang sesuai dengan keperluan.

Presentase Aktivitas Siswa = �� � �

(18)

Pada peneltian ini yang akan diwawancarai adalah guru mata pelajaran PKn

1 orang. Hal tersebut dipertimbangkan agar informasi yang didapatkan lebih

mendalam dan tergali secara benar dan menyeluruh dari berbagai informan yang

berbeda-beda . Sama halnya dengan Stainback (1998) dalam Sugiyono (2011, hlm.

232) yang menegaskan bahwa melalui wawancara “peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan

fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.”

3. Studi Dokumentasi

Sugiyono (2012, hlm. 329) memaparkan, “studi dokumen merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian

kualitatif. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.” Berkaitan

dengan hal tersebut, Endang Danial (2009 : 79) menjelaskan bahwa:

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan sejumlah dokumen sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk, grafik, gambar, surat-surat, foto, akte dsb.

Artinya barang-barang tertulis, dalam melaksankan metode dokumentasi,

peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku majalah, dokumen,

peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya Suharisimi (2010,

hlm. 201). Metode dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang

dicari datanya, dan check list yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya

Suharsimi (2010, hlm. 201). Dokumen yaitu setiap bahan tertulis ataupun film, lain

dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang peneliti.

Sumber informasi yaitu dokumen sekolah SMPN 26 Bandung berupa silabus,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan pedoman bagi guru

untuk melaksanakan pembelajaran khusunya pada mata pelajaran PKn selain itu juga

data pendukung mengenai kondisi umum sekolah, keadaan siswa, guru, pegawai,

serta data prasarana dan dokumen lain berhubungan dengan fokus penelitian.

4. Studi Literatur

Studi literatur adalah teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari,

(19)

informasi teoritir yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti

Sukmawati (2010, hlm. 50).

5. Angket

Sugiyono (2011, hlm. 142). Kuesioner atau angket adalah teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Desfinis lainnya yaitu daftar

pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi

tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan penggunaan.

Penggunaan angket ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan

hal penelitian ini dan sumber informasinya dari subjek penelitian yang tidak lain

siswa kelas VII B SMP 26 Bandung. Untuk memperoleh data berupa keadaan atau

data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, pendapat serta untuk mengetahui respon

siswa terhadap pembelajaran PKn dengan menggunakan model word square. Maka

peneliti menggunakan alternatif jawaban dalam angket melalui skala sikap.

Skala sikap yakni skala likert. Nazir, (205, hlm. 358) menjelaskan mengenai

skala likert yaitu “skala likert menggunakan hanya item yang secara pasti dan baik dan secara pasti buruk, dimasukan yang agak baik, yang agak kurang, yang netral”.

Bentuk dari angket ini peneliti menggunakan check list dimana responden tinggal

menuliskan tanda check pada kolom yang tersedia. Serta rating scale (skala

bertingkat), yaitu sebuah pernyataan yang diikuti kolom-kolom yang menunjukkan

tingkatan-tingkatan, mulai dari pilihan sangat setuju, ragu atau tidak setuju.

Berdasarkan skala likert yang ada dalam angket , peneliti menentapkan kategori

penyekoran sebagai berikut, kategori untuk setiap butir pernyataan :

Tabel 3.1

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Positif (+) Negatif (-)

Sangat Tidak Setuju 1 5

Tidak Setuju 2 4

Ragu 3 3

Setuju 4 2

Sangat Setuju 5 1

(20)

D. Tahap Penelitian

1. Pra Penelitian

Pada tahap ini peneliti menyusun rancangan penelitian dengan terlebih dahulu

melakukan pra penelitian ke SMPN 26 Bandung pada Agustus 2014. Tujuan

dilakukannya pra penelitian tersebut agar peneliti dapat mengetahui secara umum

kondisi pelaksanaan pembelajaran PKn di kelas VII serta mendapatkan data awal

tentang penggunaan metode belajar kooperatif model word square dalam

meningkatkan partisipasi belajar siswa. Setelah semua selesai peneliti melengkapi

admintrasi penelitian lainnya yaitu surat izin penelitian.

Surat izin penelitian merupakan surat resmi yang berguna untuk perizinan

penelitian dari instansi terkait, adapun prosedur yang harus dilakukan adalah :

a. Mengajukan surat izin penelitian kepada Rektor UPI melalui Jurusan PKn

yang ditandatangani oleh Ketua Jurusan PKn.

b. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Dekan FPIPS UPI c.q

Wakil Dekan I FPIPS disampaikan kepada Rektor UPI melalui Wakil Rektor

Bidang Akademik.

c. Rektor UPI c.q Wakil Rektor Bidang Akademik Kerjasama dan Usaha

mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan kepada Kepala

Sekolah SMPN 26 Bandung.

d. Kepala Sekolah SMPN 26 Bandung melalui Wakil Kepala Sekolah Bidang

Kurikulum memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di

SMPN 26 Bandung.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pada tahapan ini peneliti akan melangsungkan penelitian dengan instrumen

penelitian yang telah disetujui oleh Dosen Pembimbing. Pelaksanaan ini dilakukan

dengan menggunakan teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data yang

telah disesuaikan dengan pendekatan penelitian dan metode penelitian.

Peneliatian akan berlangsung pada saat proses pembelajaran PKn di kelas

VII B, dengan presiapan mulai dari observer, dan dokumentasi guna mengawali

(21)

yang telah ditentukkan yakni 1 orang guru mata pelajaran PKn dan 6 orang siswa

yang merupakan perwakilan kelompok.

E. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini peneliti akan melangsungkan pengolahan dan analisis dari data

yang didaptkan pada saat penelitian berlangsung. Terdapat beberapa proses umum

yang dapat menggambarkan keseluruhan aktivitas analisis data penelitian,

sebagaimana yang disebutkan Cresswll (2010, hlm. 274) :

Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Maksudnya analisis data kualitatif bisa saja melibatkan proses pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara serentak dan bersama-sama.

Sama halnya Nasution dalam Sugiyono (2012, hlm. 336) mengemukakan :

Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun

kelapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data

dapat menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang

grounded. Miles and Huberman dalam Sugiyono (2013, hlm. 337) mengemukakan

bahwa aktivas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jernih.

Penelitian yang diajukan oleh peneliti akan menggunakan teknik analisis data

melalui beberapa macam teknik, yang diantaranya :

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Sugiyono (2011, hlm. 247) menjelaskan bahwa reduksi data adalah berarti

“merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya”. Maka dengan demikian data yang diperoleh akan

tergambarkan secara jelas dan memudahkan peneliti untuk melakukan atau

memproses data selanjutnya. Sejalan dengan hal tersebut Sugiyono (2011, hlm. 128)

mengatakan bahwa :

(22)

atau polanya, jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, direduksi disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis. Sehingga lebih mudah dikendalikan.

Dapat disimpulkan bahwa reduksi data merupakan proses berpikir sensitive

yang memerlukan kecerdasan dan keluasaan dan kedalaman wawasan yang tinggi

karena peneliti harus merangkum data yang sudah terkumpul, meimilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan membuang yang

tidak perlu.

2. Data Display (Penyajian Data)

Sugiyono (2011, hlm. 249) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif

penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, flowchart dan sejenisnya. Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono

(2011, hlm. 249) menyebutkan yang paling sering digunakan Yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks

yang bersifat naratif.

3. Conclusing Drawing /Verification (Kesimpulan)

Kesimpulan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2011, hlm.

252) mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang sejak awal tetapi mungkin

juga tidak karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih

bersifat sementara data akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah

bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Sugiyono (2012 : 335) mengemukakan bahwa,

(23)

Adapun di dalam pengolahan data angket, peneliti menggunakan rumus

statistik sederhana. Adapun pengukuran dapat dipresentasekan ke dalam rumus

sebagai berikut:

Rumus 3.1 Menentukan Presentase

Sumber: Ali (Kusmiati, 2004, hlm. 81)

P = Persentase jawaban

F = Frekuensi jawaban responden

N = Jumlah seluruh responden

100% = Bilangan tetap

Dengan demikian, digunakannya angket sebagai salah satu teknik

pengumpulan data pada penelitian ini, dimaksudkan agar data yang diperoleh dari

lapangan menjadi lebih akurat dalam bentuk presentase.

P

=

Gambar

Tabel 3.1 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Referensi

Dokumen terkait

Dalam memulai usaha dalam bidang apapun, maka yang pertama kali harus diketahui adalah peluang pasar dan bagaimanan menggaet order.. Bagaimana peluang pasar yang hendak kita

Dengan definisi tersebut di atas sebagaimana dipercayai muslim firman Allah yang diturunkan kepada Nabi selain Nabi Muhammad SAW, tidak dinamakan Al- Qur‟an

Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muskular, apex, dan basis cordis, atrium kanan, dan atrium kiri serta

Pada bagian pertama buku model yang telah dikembangkan menjelaskan tentang alasan empiris dan teoritis kenapa pengembangan model pembelajaran dilakukan, agar proses

Kemudian pembimbing membuka kegiatan layanan dengan mengucapkan salam dan menanyakan kabar peserta didik (siswa) dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa. Selanjutnya

Hasil yang dari penelitian ini adalah: (1) Pemakaian alat pengaduk dengan menggunakan tongkat lengan satu buah akan membutuhkan putaran pengadukan sebanyak 3600

Pada penelitian pendahuluan dilakukan dengan dua percobaan yaitu dengan melakukan percobaan untuk mengetahui dosis koagulan optimum dengan nenambahkan tawas tanpa

Berdasarkan pengujian yang dilakukan maka diketahui, untuk pengujian parameter orde dua GLCM akurasi terbesar didapatkan pada saat menggunakan parameter homogenitas dengan