BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Tertuang dalam konstitusi negara bahwa salah satu tujuan nasional bangsa
Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, tujuan yang dirumuskan oleh
para pahlawan pada saat meraih kemerdekaan Republik Indonesia. Tujuan tersebut
mengandung arti bahwa Indonesia harus mempunyai kemauan untuk mencerdaskan
kehidupan warga negaranya.
Untuk mencapai tujuan nasional haruslah didorong dan didukung oleh
berbagai aspek kehidupan, salah satu aspek kehidupan yang mempunyai kontribusi
besar dan dapat diselaraskan dengan tujuan tersebut adalah melalui pendidikan.
Pendidikan sejatinya akan merubah perilaku seseorang, baik dari tingkahlaku,
pemikiran ataupun tindakan. Melalui perubahan tersebut maka seseorang akan
mengerti dan memahami apa yang seharusnya diperbuat.
Menurut Sofhian (2011, hlm. 6) pendidikan dapat diartikan segala proses
perubahan sikap dan perilaku individu atau kelompok individu melalui pengayaan
pengetahuan dan penguatan keasadaran. Dari titik ini dapat dijelaskan bahwa
pendidikan hanya akan dapat memberi pengaruh berupa perubahan atau
pendewasaan sikap dan perilaku bagi seseorang ketika segala pengetahuan yang
didapatkan pada proses tersebut berubah menjadi kesadaran.
Secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Hal yang perlu kita sadari bahwa melalui usaha secara terencana dengan
tujuan yang jelas maka akan dihasilkan warga negara yang berkompeten dan
berkualitas. Selain itu pendidikan mempunyai fungsi dan tujuan sebagaimana tertulis
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab
Dari fungsi dan tujuan yang ada, bahwa pendidikan yang seutuhnya dapat
membantu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh seseorang dan membantu
dirinya untuk menjadi manusia cerdas serta mampu mewujudkan tujuan bangsanya.
Salah satu displin keilmuan yang selaras dengan dasar konstitusi negara Indonesia
adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam pasal 37 ayat 2 Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tercantum : isi kurikulum
setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan tinggi wajib memuat (a) Pendidikan
Agama; (b) Pendidikan Kewarganegaraan dan (c) Bahasa.
Pernyataan tersebut menandakan bahwa hanya ada 3 muatan wajib dalam
setiap jenjang pendidikan, dilihat dari keagaaman atau spiritual untuk menjadikan
manusia yang beriman dan bertakwa akan diisi oleh Pendidikan Agama, dilihat dari
pembentukan ahlak yang mulia dan menjadi warga negara yang baik
bertanggungjawab akan dibahas dalam PKn dan dilihat dari komunikasi antar warga
negara akan disampaikan oleh Bahasa.
Secara subtatantif dan pedagogis PKn didesain untuk mengembangkan
warganegara yang cerdas dalam seluruh jalur dan jenjang pendidikan, serta sudah
menjadi bagian inheren dari implementasi pendidikan nasional Indonesia dalam lima
status :
1. Sebagai mata pelajaran disekolah; 2. Sebagai mata kuliah di perguruan tinggi;
3. Sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru;
4. Sebagai program pendidikan politik yaitu sebagai suatu crash program; 5. Sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan
kelompok pakar terkait yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai Pendidikan Kewarganegaraan. Ganeswara (2008, hlm. 1)
Dari lima status yang tertulis dapat disimpulkan bahwa PKn sangat erat
paradigma baru yang menyebutkan, PKn (Civic Education) sebagai salah satu
bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
Indonesia melalui koridor “value based education” dengan kerangka sistemik
sebagai berikut :
1. Secara kurikuler bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga Negara Indonesia yang berahlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggungjawab;
2. Secara teoritik memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik (civic knowledge, civic despotition, dan civic skill) yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks susbtansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela Negara;
3. Secara programatik, menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman dalam bentuk perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga Negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis dan bela Negara. Budimansyah, 2003 (dalam Komalasari, 2010, hlm. 265)
Berdasarkan pada pandangan yang membahas tentang PKn yang begitu
fundamental kiranya warga negara dalam hal ini adalah siswa harus diberi asupan
konsep-konsep pendidikan kewarganegaraan sejak dini, menimbang banyak hal
positif yang termuat didalamanya. Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)
konsep pemahaman ini disampaikan sebagai suatu mata pelajaran yang harus
diterima oleh siswa dari seorang guru. Melalui guru mata pelajaran maka segala hal
yang berkaiatan dengan PKn akan ditransformasikannya lewat suatu proses
pembelajaran di kelas.
Menurut Komalasari (2010, hlm. 3) menjelaskan bahwa “pembelajaran
adalah sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang
direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar
subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif
dan efisien”. Merujuk pada pendapat Komalasari bahwa melalui kegiatan
pembelajaran maka siswa atau warga Negara sebagai subjek yang akan mengikuti
pembelajaran diharapkan mampu mencapai standar kompetensi yang sudah
ditentukkan.
Namun disisi lain terdapat permasalahan yang timbul dalam pembelajaran
PKn disekolah. Berdasarkan hasil kajian dari penelitian yang telah dilakukan,
dihasilkan bahwa sebagian besar siswa kurang menyukai mata pelajaran PKn, ini
terlihat ketika mengikuti proses pembelajaran sebagian besar siswa bersikap pasif
serta siswa lebih bersifat pasif dengan hanya menerima apa yang disampaikan oleh
guru dan yang aktif dalam pembelajaran hanya guru saja Oktafia (2014, hlm. 2).
Sama halnya dengan Awaliah (2014, hlm. 1) yang menyebutkan bahwa
model pembelajaran yang digunakan kurang efektif dan tidak bervariasi sehingga
menyebabkan pemahaman siswa sangat rendah. Begitupun dengan hasil pra
penelitian yang dilakukan oleh peneliti di kelas VII-B SMPN 26 Bandung dapat
dikatakan partisipasi belajar siswa tergantung kepada guru yang menyampaikan,
apabila guru menggunakan metode belajar dan model pembelajaran yang bervariasi
maka tingkat partisipasi belajar siswa sangat bagus berbeda dengan guru yang masih
menggunakan metode konvensional maka tingkat partisipasi belajarnya akan rendah,
selain itu kondisi siswa yang masih dalam masa transisi dari bangku Skolah Dasar
(SD) naik satu tingkat ke SMP meraskan kesulitan dalam menerima materi ajar, oleh
karenanya kepiawaian seorang guru sangat dituntut dalam permasalahan ini. Seperti
yang dipaparkan oleh Karawati (2010, hlm. 4) :
Salah satu jawaban yang dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah melakukan perbaikan sistem pembelajarannya. Proses belajar mengajar merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Guru dituntut untuk menyajikan pelajaran dengan kemasan menarik yang mampu membangkitkan motivasi siswa untuk belajar bagaimanapun substansinya.
Maka sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan
menggunakan pendekatan, statergi, metode, teknik dan model pembelajaran yang
kekinian yang mampu meningkatkan partisipasi belajar siswa. Sebagaimana Sudjana
merupakan salah satu bentuk tingkah laku yang ditentukan oleh lima faktor, antara
lain :
1) Pengetahuan/kognitif berupa pengetahuan tentang tema, fakta, aturan dan keterampilan membuat translation.
2) Kondisi situasional, seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial, psikososial, dan faktor-faktor sosial.
3) Kebiasaan sosial, seperti kebiasaan menetap dan lingkungan.
4) Kebutuhan meliputi, kebutuhan approach (mendekatkan diri), avold (menghindari), kebutuhan individual.
5) Sikap, meliputi pandangan/perasaan, kesediaan bereaksi, interaksi sosial, mian dan perhatian (Sudjana dalam Hayati, 2001, hlm. 16).
Terdapat pula pandangan Hanif (2010) bahwa tinggi rendahnya partisipasi
siswa dalam pembelajaran di kelas dapat dilihat dari keadaan atau aktivitas yang
terjadi dalam pembelajaran. Partisipasi siswa dikatakan tinggi jika lebih dari 70%
siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Partisipasi siswa dikatakan sedang jika
40% - 70% siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Partisipasi siswa dikatakan
rendah jika kurang dari 40% siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian partisipasi belajar siswa harus mendapat perhatian khusus dari seorang
guru, karena keberhasilan pembelajaran dapat diukur melalui partisipasi belajar
siswa. Untuk itu guna meningkatkan partisipasi belajar siswa kelas VII-B SMPN 26
Bandung kali ini peneliti akan menggunakan model pembelajaran word square.
Menurut Laurance Urdang (1986) dalam skripsi Ekawijana (2011) word
square is a set of work such that whenarranged one beneath another in the form of a
square the read a like horizontally, artinya word square adalah sejumlah kata yang
disusun saat di bawah yang lain dalam bentuk bujur sangkar dan dibaca secara
mendatar dan menurun. Menurut Mujiman (2007) mengatakan model pembelajaran
word square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang
diperkaya. Hal ini dapat di identifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah
yang diperkaya yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Dilapangan terdapat banyak penelitian yang menggunakan konsep
pembelajaran kekinian yang serupa yakni dengan mengkolaborasikan konsep –
konsep pembelajaran cooperative learning. Seperti yang telah dilakukan Sulastri
penggunaan model pembelajaran word square dalam meningkatkan penguasaan
kosakata bahasa Arab di kelas eksperimen dan metode konvensional pada kelas
control, penelitian lain dilakukan oleh Bakti Raja (2012) yang dapat dideskripsikan
bahwa penggunaan model pembelajaran word square dapat mengaktifkan siswa pada
saat proses belajar mengajar berlangsung dan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Serta Sri (2012) yang menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran
word square dapat mengaktifkan siswa pada saat proses belajar mengajar
berlangsung, dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian terdahulu, sangatlah jelas bahwa
model pembelajaran ini memberikan pengaruh dan kontribusi yang besar utamanya
dalam proses pembelajaran yang efektif serta menyenangkan, dapat menarik minat
dan partisipasi belajar siswa sehingga tercipta hubungan timbal balik antara siswa
dan guru. Berangkat dari latar belakang tersebut penulis merumuskan judul
penelitian “Implementasi Model Word Square Dalam Meningkatkan Partisipasi
Belajar Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi
Deskriptif pada Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari paparan pada latar belakang terdapat identifikasi masalah
yang paling utama yaitu partisipasi belajar siswa akan sangat tergantung kepada guru
yang menyampaikan materi ajar pada saat proses pembelajaran, apabila guru
menggunakan metode belajar dan model pembelajaran yang bervariasi maka tingkat
partisipasi belajar siswa sangat bagus berbeda dengan guru yang masih
menggunakan metode konvensional maka tingkat partisipasi belajarnya akan rendah.
Begitupun kondisi siswa yang baru saja mengalami masa transisi dari SD
naik ketingkat SMP banyak siswa yang merasakan kesulitan untuk memahami
konsep pembelajaran PKn di kelas VII SMP oleh karenanya untuk menghasilkan
kualitas, partisipasi pembelajaran yang bagus maka seorang guru sangat dituntut
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada pada latar belakang penelitian, penulis merumuskan secara umum “bagaimana implementasi model word square dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan” . Adapun secara operasional peneliti merumuskan beberapa
rumusan masalah, diantaranya :
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan
model word square untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa kelas VII-B
SMP Negeri 26 Bandung?
2. Bagaimana proses pelaksanaaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
dengan model word square untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa kelas
VII-B SMP Negeri 26 Bandung?
3. Bagaimana peningkatan/kemampuan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dengan model word square?
4. Bagaimana hambatan dan kendala dalam mengimplementasikan model word
square pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk siswa kelas VII-B
?
D. Tujuan Penelitiaan
Adapun tujuan yang hendak ingin dicapai oleh peneliti dari penelitian yang
akan dilakukan, diantaranya :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
kemampuan/ partisipasi belajar siswa kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung dalam
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui model word square.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
dengan menggunakan model word square untuk meningkatkan partisipasi
belajar siswa.
b. Mengetahui deskripsi proses pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dengan menggunakan model word square.
c. Mengetahui peningkatan/kemampuan partisipasi belajar siswa dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
d. Mengetahui hambatan dan kendala yang ditemui selama
mengimplementasikan model word square pada pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan kelas VII-B.
E. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian yang akan dilakukan ini dapat dijadikan referensi dalam melaksanakan
proses pembelajaran di era modern, juga diharapkan mampu menjawab semua
permasalahan yang ada dan meningkatkan kualitas pembelajaran PKn di
sekolahan.
2. Manfaat Praktis
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
kontribusi bagi berbagai pihak, utamanya pihak-pihak yang berhubungan dengan
dunia pendidikan seperti :
a. Bagi Peneliti
Secara garis besar penulis menaruh harapan bahwa dengan melakukan
penelitian pembelajaran PKn ini, pelaksanaan pembelajaran akan dikemas
secara lebih menarik sehingga hasil pembelajaran siswa akan jauh lebih baik
mengingat, partisipasi siswa dalam pembelajaran merupakan sebuah
keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan materi ajar.
b. Bagi Guru
Penelitian ini akan membantu guru dalam mempersiapkan rencana
pembelajaran yang lebih inovatif, kreatif dan sebagai masukan yang
pendidikan saat ini serta dapat memberikan peluang besar bagi guru dalam
mengembangkan mata pelajaran PKn.
c. Bagi Siswa
Ketertarikan siswa untuk belajar mata pelajaran PKn akan semakin meningkat
dan berdampak pada tingkat partisipasi belajar sehingga materi atau
konsep-konsep pembelajaran akan mudah ditangkap dan dipahami .
d. Bagi Sekolah
Dapat dijadikan pedoman bagi sekolah khususnya dalam meningkatkan
standarisasi pelaksanaan proses pembelajaran yang solutif.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika dari penelitian yang berjudul “Implementasi Model Word Square
dalam Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (studi deskriptif pada siswa kelas VII-B SMP Negeri 26
Bandung) adalah sebagai berikut :
1. BAB I pendahuluan yang berisikan mengenai latar belakang penelitian,
identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penjelasan istilah, metodologi penelitian, struktur organisasi skripsi.
2. BAB II kajian pustaka atau landasan teoritis mengenai implementasi model
word square dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (studi deskriptif pada siswa kelas VII-B SMP
Negeri 26 Bandung).
3. BAB III metode penelitian, subjek dan lokasi penelitian, metode penelitian,
definisi operasional, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, teknik
pengumpulan data, serta analisis dan penelitian yang digunakan dalam penelitian
mengenai implementasi model word square dalam meningkatkan partisipasi
belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (studi deskriptif
pada siswa kelas VII-B SMP Negeri 26 Bandung).
4. BAB IV hasil penelitian dan pembahasan yang berisi seperti temuan-temuan
dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (studi deskriptif pada siswa kelas VII-B SMP Negeri 26
Bandung).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan data penelitian. Dalam penelitian ini tempat yang dipilih adalah SMP
Negeri 26 Bandung yang bertempat di Jalan Sarimanah Blok 23 Sarijadi Bandung,
pertimbangan peneliti dalam memilih tempat ini dikarenakan terkait beberapa
temuan, diantaranya :
a. Tingkat partisipasi belajar siswa masih sangat rendah dalam pembelajaran
PKn bergantung pada metode yang dibawakan guru.
b. Karakter berpikirnya masih dipengaruhi berpikir kongkrit berbeda dengan
tuntutan di SMP yang karakter berpikirnya abstrak.
c. Gaya mengajar guru yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian atau sumber data yang didefinisikan oleh Nasution (1998,
hlm. 11) adalah “sumber yang dapat memberikan info, yang dipilih secara purposive bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu”. Pada penelitian ini subjek peneliti
yang akan diambil datanya terdiri atas :
a. Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1 (satu) orang.
b. Siswa kelas VII B sebanyak 36 orang yang mengikuti pembelajaran PKn.
Subjek penelitian ini diharapkan mampu memberikan data yang dapat
diyakini kebenarannya. Satu orang guru mata pelajaran PKn sebagai yang akan
menerapkan model pembelajaran word square dalam proses pembelajaran di kelas
serta 36 siswa kelas VII-B yang ikut melangsungkan kegiatan pembelajaran. Jumlah
siswa tersebut diambil berdasarkan teknik sampling nonprobability sampling yakni
dengan teknik sampling insidental yang nantinya akan mengisi angket yang sudah
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam melakukan penelitian tentunya peneliti harus menggunakan berbagai
macam pendekatan. Hal tersebut digunakan untuk mempermudah peneliti dalam
memperoleh data penelitian. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif. Nasution (2003, hlm 5) mengemukakan “pendekatan kualitatif ialah
mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha
memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”.
Sugiyono (2012 , hlm. 15) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif yaitu,
Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Berdasarkan pada pendapat di atas bahwa dalam penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang dilakukan secara pengamatan, berinteraksi kemudian
memahami tentang apa yang telah didapatkannya, selain itu peran peneliti sangat
penting utamanya dalam memberikan gambaran dari data yang dihasilkan. Seperti
yang dinyatakan Nasution dalam Sugiyono, (2012, hlm. 306) bahwa:
Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada piihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
Bodgan dan Tylor dalam Mulyani (2012, hlm. 57) menyatakan bahwa
“penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang dan pelaku yang
diamati”. Sedangkan Moleong (2010, hlm. 4) yang menjelaskan penelitian kualitatif
Penelitian kualitatif itu berakar pada latar alamiah sebagai suatu keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian memanfatkan metode kualitatif, mengadakan analissi secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa kebasahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian.
Selain menggunakan pendekatan kualitatif yang menurut peneliti dapat
memberikan sejumlah data yang sifatnya actual dan kontekstual. Menurut Nana
(2012, hlm. 72) “penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan dan kurikulum
pengajaran merupakan hal yang cukup penting, mendeskripsikan
fenomena-fenomena kegiatan pendidikan pembelajaran, implementasi kurikulum pada berbagai
jenis, jnejang dan satuan pendidikan”.
Uraian penelitian kualitatif tersebut mempunyai titik berat pada proses dan
hasil data yang mana kedudukannya sangat penting apalagi berkaitan dengan bidang
pendidikan yang membutuhkan ilmu dan pengetahuan baru, serta adanya
kesepakatan antara kedua belah pihak atau subjek penelitian merupakan bagian yang
perlu diperhatikan. Disamping itu penelitian kualitatif memiliki kompetensi
sebagaimana yang dirumuskan Sugiyono (2011, hlm. 28) bahwa penelitian kualitatif
memiliki kompetensi sebagai berikut :
a. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang yang akan diteliti;
b. Mampu menciptakan rapport kepada setiap orang yang ada pada konteks sosial yang akan diteliti. Menciptakan rapport berarti mampu membangun hubungan yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial; c. Memiliki kepakaan untuk melihat setiap gejala yang ada pada obyek
penelitian (konteks sosial);
d. Mampu menggali sumber data dengan observasi partisipan dan wawancara mendalam secara triangulasi serta sumber-sumber lain.
e. Mampu menganlisis data kualitatif secara induktif berkesinambungan mulai dari analisis deskriptif domain komponensial, dan tema
kultural/budaya.
f. Mampu menguji kredibilitas dependebilitas, konfirmaabilitas dan tranferbilitas hasil penelitian.
Selain pendekatan kualitatif pada penelitian ini akan digunakan pendekatan
kuantitatif. Sugiyono (2012, hlm. 14) menegaskan bahwa :
Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitiatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Pendekatan kuantitatif sebagai pendukung dalam memperoleh data penelitian
yang memiliki sifat kuantitatif/statistik. Pada penedekatan ini peneliti akan memakai
metode angket yang nantinya akan diprsentasikan berupa nilai/angka supaya data
yang diperoleh dapat diterima kebenarannya. Sebagaimana data yang akan diambil
dari siswa kelas VII B tidak menggunakan wawancara, hal ini terkadang
menghasilkan informasi yang semu.
Kesimpulan pendapat tersebut bahwa dalam penelitian kualitatif
mengupayakan peneliti hendaknya menguasai dan memahami terlebih dahulu apa
yang akan dikaji dalam penelitian, kemudian tentukan alat pengumpul data yang
lengkap serta pengolahan data yang sesuai yang telah dirumuskan agar tercipta
temuan yang baru, selain itu penggunaan pendekatan kuantitatif sebagai penunjang
peneliti dengan metode angket yang menjadi alternatif untuk menghindari hasil data
yang semu.
2. Metode Penelitian
Pada dasarnya metode penelitian merupakan tata cara yang harus dilakukan
dalam melaksankan penelitian atau pengambilan data. Sugiyono (2011, hlm. 2)
merumuskan bahwa:
Kesimpulannya bahwa metode merupakan tata cara ilmiah yang digunakan
dalam memperoleh data penelitian dengan ciri keilmuan yakni rasional, empiris dan
sistematis. Metode yang dipilih untuk mengambil data penelitian tentang implemtasi
model word square dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa adalah melalui
metode deskriptif. Dalam peristilahannya Arikunto (2010, hlm. 3) mengatakan
bahwa istilah “deskriptif berasal dari istilah bahasa Inggris to describe yang berarti
memamparkan atau menggambarkan sesuatu hal”.
Mulyani (2012, hlm. 58) menyatakan bahwa metode deskriptif yaitu
penelitian yang didasarkan pada pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta dan
kenyataan-kenyataan yang ada pada saat sekarang atau kontemporer dan
memusatkan pada masalah aKtual yang terjadi pada saat penelitian berlangsung.
Surakhmad (1992, hlm 121) menegaskan bahwa :
Metode merupakan cara utama yang digunakan un tuk mencapai tujuan, mislanya mengkaji suatu rangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini digunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan.
Pandangan lain seperti Nazir (1998, hlm. 63) yang menyatakan bahwa :
Metode deskirpitf adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suattu objek, suatu set kondisi suatu sistem pemikiran atauupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara istimewa serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Inti dari metode deskriptif ini adalah cara ilmiah yang dapat di gunakan
dalam melakukan penelitian dengan mendeskripsikan masalah berdasarkan fakta dan
kenyataan yang aktual yang ditemui pada saat penelitian berlangsung. Oleh karena
itu metode deskriptif ini dipilih sebagai metode yang mumpuni untuk melakukan
penelitian tentang penggunaan model word square dalam proses pembelajaran.
Metode deskriptif memiliki tujuan sebagaimana Danial dan Warsiah (2009, hlm. 63)
menuturkan bahwa :
Melihat dari tujuan metode deskriptif yang diawali dari mengamati,
mengdientifikasi serta melakuakn penilaian terhadap suatu kajian peneliti
akanmerumuskan mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana model word
square tersebut dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa yang masih tergantung
dalam gaya atau pembawaan seorang guru pada saat mengajar, hal itu akan dikuatkan
oleh fakta dan kenyaatan yang ditemukkan langsung pada saat penelitian dilakukan.
Mengingat pentingnya inovasi dalam bidang pendidikan khusunya dalam perbaikan
kualitas pembelajaran mata pelajaran PKn di persekolahan serta membangun minat
belajar pada diri siswa.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data Sugiyono
(2013, hlm. 308). Secara umum terdapat empat macam teknik pengumpulan data,
yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan triangulasi Sugiyono,
(2013, hlm. 308). Pada penelitian ini penulis akan menggunakan teknik pengumpulan
data melalui :
1. Observasi
Nasution (Sugiyono, 2012, hlm. 310) menyatakan bahwa, “observasi adalah
dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data,
yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.” Sedangkan,
Marshall (Sugiyono, 2012, hlm. 310) menyatakan bahwa, “melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.” Sanafiah Faisal
(Sugiyono, 2012, hlm. 310) mengklasifikasikan observasi menjadi:
a. Observasi Partisipatif (partisipant observation)
Presentase Aktivitas Guru = �� � �
�� � � + %
b. Observasi Terus Terang dan Tersamar (overt observation dan covert observation)
Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
c. Observasi Tak Berstruktur (unstructured observation)
Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang di observasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
Menurut Nasution (1998) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut Suharsimi (2010, hlm. 199) mengatakan
bahwa observasi atau yang disebut pula pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan
perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera .
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa observasi
merupakan kegiatan yang secara langsung diamati oleh peneliti didalam suatu
lingkungan peneliti. Pada observasi penelitian ini kegiatan guru dan siswa ketika
pembelajaran bertlangsung diamati. Adapun formula yang digunakan adalah :
2. Wawancara
Esterberg (2002) dalam (Sugiyono, 2011, hlm. 231) mendefinisikan
wawancara sebagai “pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”.
Wawancara adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada
orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal
yang dipandang perlu. Wawancara digunakan sebagai bahan studi pendahuluan
peneliti sebelum melakukan tindakan yang sesuai dengan keperluan.
Presentase Aktivitas Siswa = �� � �
Pada peneltian ini yang akan diwawancarai adalah guru mata pelajaran PKn
1 orang. Hal tersebut dipertimbangkan agar informasi yang didapatkan lebih
mendalam dan tergali secara benar dan menyeluruh dari berbagai informan yang
berbeda-beda . Sama halnya dengan Stainback (1998) dalam Sugiyono (2011, hlm.
232) yang menegaskan bahwa melalui wawancara “peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan
fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.”
3. Studi Dokumentasi
Sugiyono (2012, hlm. 329) memaparkan, “studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.” Berkaitan
dengan hal tersebut, Endang Danial (2009 : 79) menjelaskan bahwa:
Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan sejumlah dokumen sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk, grafik, gambar, surat-surat, foto, akte dsb.
Artinya barang-barang tertulis, dalam melaksankan metode dokumentasi,
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya Suharisimi (2010,
hlm. 201). Metode dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang
dicari datanya, dan check list yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya
Suharsimi (2010, hlm. 201). Dokumen yaitu setiap bahan tertulis ataupun film, lain
dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang peneliti.
Sumber informasi yaitu dokumen sekolah SMPN 26 Bandung berupa silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan pedoman bagi guru
untuk melaksanakan pembelajaran khusunya pada mata pelajaran PKn selain itu juga
data pendukung mengenai kondisi umum sekolah, keadaan siswa, guru, pegawai,
serta data prasarana dan dokumen lain berhubungan dengan fokus penelitian.
4. Studi Literatur
Studi literatur adalah teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari,
informasi teoritir yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti
Sukmawati (2010, hlm. 50).
5. Angket
Sugiyono (2011, hlm. 142). Kuesioner atau angket adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Desfinis lainnya yaitu daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi
tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan penggunaan.
Penggunaan angket ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
hal penelitian ini dan sumber informasinya dari subjek penelitian yang tidak lain
siswa kelas VII B SMP 26 Bandung. Untuk memperoleh data berupa keadaan atau
data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, pendapat serta untuk mengetahui respon
siswa terhadap pembelajaran PKn dengan menggunakan model word square. Maka
peneliti menggunakan alternatif jawaban dalam angket melalui skala sikap.
Skala sikap yakni skala likert. Nazir, (205, hlm. 358) menjelaskan mengenai
skala likert yaitu “skala likert menggunakan hanya item yang secara pasti dan baik dan secara pasti buruk, dimasukan yang agak baik, yang agak kurang, yang netral”.
Bentuk dari angket ini peneliti menggunakan check list dimana responden tinggal
menuliskan tanda check pada kolom yang tersedia. Serta rating scale (skala
bertingkat), yaitu sebuah pernyataan yang diikuti kolom-kolom yang menunjukkan
tingkatan-tingkatan, mulai dari pilihan sangat setuju, ragu atau tidak setuju.
Berdasarkan skala likert yang ada dalam angket , peneliti menentapkan kategori
penyekoran sebagai berikut, kategori untuk setiap butir pernyataan :
Tabel 3.1
Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban
Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Positif (+) Negatif (-)
Sangat Tidak Setuju 1 5
Tidak Setuju 2 4
Ragu 3 3
Setuju 4 2
Sangat Setuju 5 1
D. Tahap Penelitian
1. Pra Penelitian
Pada tahap ini peneliti menyusun rancangan penelitian dengan terlebih dahulu
melakukan pra penelitian ke SMPN 26 Bandung pada Agustus 2014. Tujuan
dilakukannya pra penelitian tersebut agar peneliti dapat mengetahui secara umum
kondisi pelaksanaan pembelajaran PKn di kelas VII serta mendapatkan data awal
tentang penggunaan metode belajar kooperatif model word square dalam
meningkatkan partisipasi belajar siswa. Setelah semua selesai peneliti melengkapi
admintrasi penelitian lainnya yaitu surat izin penelitian.
Surat izin penelitian merupakan surat resmi yang berguna untuk perizinan
penelitian dari instansi terkait, adapun prosedur yang harus dilakukan adalah :
a. Mengajukan surat izin penelitian kepada Rektor UPI melalui Jurusan PKn
yang ditandatangani oleh Ketua Jurusan PKn.
b. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Dekan FPIPS UPI c.q
Wakil Dekan I FPIPS disampaikan kepada Rektor UPI melalui Wakil Rektor
Bidang Akademik.
c. Rektor UPI c.q Wakil Rektor Bidang Akademik Kerjasama dan Usaha
mengeluarkan surat permohonan izin untuk disampaikan kepada Kepala
Sekolah SMPN 26 Bandung.
d. Kepala Sekolah SMPN 26 Bandung melalui Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kurikulum memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di
SMPN 26 Bandung.
2. Pelaksanaan Penelitian
Pada tahapan ini peneliti akan melangsungkan penelitian dengan instrumen
penelitian yang telah disetujui oleh Dosen Pembimbing. Pelaksanaan ini dilakukan
dengan menggunakan teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data yang
telah disesuaikan dengan pendekatan penelitian dan metode penelitian.
Peneliatian akan berlangsung pada saat proses pembelajaran PKn di kelas
VII B, dengan presiapan mulai dari observer, dan dokumentasi guna mengawali
yang telah ditentukkan yakni 1 orang guru mata pelajaran PKn dan 6 orang siswa
yang merupakan perwakilan kelompok.
E. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Pada tahap ini peneliti akan melangsungkan pengolahan dan analisis dari data
yang didaptkan pada saat penelitian berlangsung. Terdapat beberapa proses umum
yang dapat menggambarkan keseluruhan aktivitas analisis data penelitian,
sebagaimana yang disebutkan Cresswll (2010, hlm. 274) :
Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Maksudnya analisis data kualitatif bisa saja melibatkan proses pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara serentak dan bersama-sama.
Sama halnya Nasution dalam Sugiyono (2012, hlm. 336) mengemukakan :
Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun
kelapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data
dapat menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang
grounded. Miles and Huberman dalam Sugiyono (2013, hlm. 337) mengemukakan
bahwa aktivas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jernih.
Penelitian yang diajukan oleh peneliti akan menggunakan teknik analisis data
melalui beberapa macam teknik, yang diantaranya :
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Sugiyono (2011, hlm. 247) menjelaskan bahwa reduksi data adalah berarti
“merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya”. Maka dengan demikian data yang diperoleh akan
tergambarkan secara jelas dan memudahkan peneliti untuk melakukan atau
memproses data selanjutnya. Sejalan dengan hal tersebut Sugiyono (2011, hlm. 128)
mengatakan bahwa :
atau polanya, jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, direduksi disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis. Sehingga lebih mudah dikendalikan.
Dapat disimpulkan bahwa reduksi data merupakan proses berpikir sensitive
yang memerlukan kecerdasan dan keluasaan dan kedalaman wawasan yang tinggi
karena peneliti harus merangkum data yang sudah terkumpul, meimilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan membuang yang
tidak perlu.
2. Data Display (Penyajian Data)
Sugiyono (2011, hlm. 249) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif
penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya. Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono
(2011, hlm. 249) menyebutkan yang paling sering digunakan Yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif.
3. Conclusing Drawing /Verification (Kesimpulan)
Kesimpulan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2011, hlm.
252) mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang sejak awal tetapi mungkin
juga tidak karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih
bersifat sementara data akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Sugiyono (2012 : 335) mengemukakan bahwa,
Adapun di dalam pengolahan data angket, peneliti menggunakan rumus
statistik sederhana. Adapun pengukuran dapat dipresentasekan ke dalam rumus
sebagai berikut:
Rumus 3.1 Menentukan Presentase
Sumber: Ali (Kusmiati, 2004, hlm. 81)
P = Persentase jawaban
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah seluruh responden
100% = Bilangan tetap
Dengan demikian, digunakannya angket sebagai salah satu teknik
pengumpulan data pada penelitian ini, dimaksudkan agar data yang diperoleh dari
lapangan menjadi lebih akurat dalam bentuk presentase.