• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING (STAD) DENGAN MODEL KONVENSIONAL TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PENCAK SILAT SENI TEPAK TILU PADA SISWA KELAS V(LIMA) DI SD INTERAKTIF ABDUSSALAM KAB. BANDUNG BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING (STAD) DENGAN MODEL KONVENSIONAL TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PENCAK SILAT SENI TEPAK TILU PADA SISWA KELAS V(LIMA) DI SD INTERAKTIF ABDUSSALAM KAB. BANDUNG BARAT."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENGARUH MODEL COOPERATIVE (STAD) DENGAN MODEL

KONVENSIONAL TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PENCAK SILAT

SENI TEPAK TILU PADA SISWA KELAS VI (ENAM)

DI SD INTERAKTIF ABDUSSALAM

KAB. BANDUNG BARAT

(METODE EKSPERIMEN)

SKRIPSI

diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh

Muhammad Bardiansyah

0704665

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERBEDAAN PENGARUH MODEL COOPERATIVE (STAD) DENGAN MODEL KONVENSIONAL TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PENCAK SILAT

SENI TEPAK TILU PADA SISWA KELAS VI (ENAM) DI SD INTERAKTIF ABDUSSALAM KAB. BANDUNG BARAT

Oleh

Muhammad Bardiansyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Asaretkha Adjane 2012 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PERBEDAAN PENGARUH MODEL COOPERATIVE (STAD) DENGAN MODEL KONVENSIONAL TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PENCAK SILAT SENI

TEPAK TILU PADA SISWA KELAS VI (ENAM) DI SD INTERAKTIF ABDUSSALAM KAB. BANDUNG BARAT

disusun oleh:

Muhammad Bardiansyah

Menyetujui,

Mengetahui,

Mengetahui,

Pembimbing I

Dr. Tite Juliantine, M.Pd

NIP.196807071992032001

Pembimbing II

Drs. Sucipto M.Kes

NIP.19610612 198703 1 002

Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Mudjihartono, M.Pd

(4)

ABSTRAK

Muhammad Bardiansyah. NIM. 0704665. Skripsi: Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung Barat. Skripsi ini dibimbing oleh Pembimbing I Dr.Hj. Tite Juliantine, M.Pd dan Pembimbing II Drs.Sucipto, M.Kes. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Indonesia. Tahun 2014.

Tujuan penelitinan ini adalah untuk mengetahui perbandingan pengaruh antara model cooperative learning (STAD) dengan pembelajaran konvensional terhadap peningkatan keterampilan pencak silat seni tepak tilu siswa pada pembelajaran pencak silat seni tepak tilu di SD Interaktif Abdussalam Kab.Bandung Barat. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 23 siswa di SDS Abdussalam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan mengunakan Pre-Post Test Design, dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes prestasi yang didalamnya terdapat penilaian wiraga (urutan gerak dan ketepatan jurus), wirahma (kesesuaian dengan musik, kemantapan dan ketegasan jurus), wirasa (penghayatan dan ekspresi) dari perguruan pencak silat panglipur dan PPSI (persatuan pencak silat seluruh Indonesia) untuk mengetahui pengaruh model cooperative learning (STAD) dan model Konvensional terhadap peningkatan keterampilan pencak silar seni tepak tilu. Untuk analisis data menggunakan SPSS versi 20. Hasil yang didapat menunjukan bahwa adanya peningkatan terhadap peningkatan keterampilan pencak silat seni tepak tilu baik dari model cooperative learning (STAD) dan model konvensional, namun peningkatan keterampilan dari model konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan model cooperative learning. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajran yang mengunakan model konvensional mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam peningkatan keterampilan pencak silat seni tepak tilu dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model coopereative learning (STAD). Pengunaan model cooperative learning (STAD) dan model konvensional dapat digunkanan dalam pembelajaran pencak silat seni tepak tilu, karena dapat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar.

(5)

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Pada zaman sekarang ini banyak masyarakat yang kurang mengakui dan

mengetahui budaya atau kebiasaannya sendiri. Banyak sekali masyarakat yang

sudah melupakan budaya tradisional atau budaya yang dimiliki oleh bangsa ini

sendiri. Sehingga mereka sering menganggapnya biasa atau kuno, padahal

kebiasaan dan budaya harusnya lebih sering digunakan. Contohnya banyak yang

kurang menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, kesenian daerah

yang banyak dijadikan khas oleh Negara lain, dan bela diri khas Indonesia yaitu

pencak silat yang kurang diminati oleh masyarakat kita. Masyarakat banyak yang

tertarik oleh bela diri dari luar yaitu karate, taekwondo, whu shu, kung fu, dll.

Oleh karena itu, peneliti ingin mengembangkan pencak silat di daerah

khususnya di sekolah yang diajar oleh peneliti. Karena peneliti pun telah

mengajar pencak silat di sekolah, yang di dalam pembelajarannya terdapat materi

pencak silat seni tepak tilu. Dalam proses belajar mengajarnya peneliti mengalami

kendala dalam pengajaran materi pencak silat seni tepak tilu, yaitu kurangnya

kepercayaan diri siswa pada saat melakukan pencak silat seni tepak tilu. Dalam

pengamatan peneliti terhadap pembelajaran pencak silat pencak silat seni tepak

tilu di lingkungan sekolah dasar, banyak siswa-siswi yang mengalami kesulitan

untuk memahami dan mengetahui terhadap gerak pencak silat seni tepak tilu

dengan baik dan benar. Mereka hanya melakukan gerakan sesuai kehendak dan

kemauan mereka sendiri. Dalam melakukan gerakan Pencak silat seni tepak tilu

tersebut tidak terlihat adanya keindahan gerakan yang dilakukan oleh siswa-siswi

tersebut. Dengan adanya pembelajaran pencak silat disekolah, peneliti berharap

agar ke depannya banyak anak-anak atau siswa-siswi yang lebih mengenal dan

tertarik terhadap bela diri khas Indonesia yaitu pencak silat.

Pencak silat sendiri sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia

berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam

(6)

bangsa Indonesia, pencak silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya. Kini pencak

silat kita kenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai

aspek-aspek yang sama.

Pencak silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang

dimiliki dari hasil budi daya yang turun-temurun. Pada masa penjajahan Belanda,

pencak silat tidak diberikan tempat untuk berkembang, tetapi masih banyak para

pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui guru-guru pencak silat, atau

secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan

nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya

yang dapat dikembangkan sebagai identitas nasional. Melalui Panitia Persiapan

Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPPSI) maka pada tanggal 18 Mei 1948 di

Surakarta terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro. Program

utama disamping mempersatukan aliran-aliran dan kalangan pencak silat di

seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program kepada pemerintah untuk

memasukan pelajaran pencak silat di sekolah-sekolah.

Dewasa ini istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni,

bela diri dan kebatinan. Definisi pencak silat selengkapnya yang pernah dibuat

PB. IPSI bersama BAKIN tahun 1975 adalah sebagai berikut :

Pencak Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam http://silat-padjajaran.web.id/?p=22 [minggu tanggal 9 januari

2012] menyebutkan bahwa:

Pada seminar pencak silat di Tugu, Bogor tahun 1973, pemerintah bersama para pembina olahraga dan pencak silat telah membahas dan menyimpulkan masalah program-program pencak silat:

1. Penetapan istilah yang dipergunakan untuk pencak silat

2. Pemasukan pencak silat sebagai kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan.

3. Metode pengajaran pencak silat di sekolah.

(7)

3

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional 5. Pembinaan organisasi guru-guru pencak silat dan kegiatan pencak

silat di lingkungan sekolah.

6. Menanamkan dan menggalang kegemaran serta memassalkan pencak silat di kalangan pelajar/mahasiswa.

Ciri khusus pada pencak silat adalah bagian kesenian yang di

daerah-daerah tertentu terdapat tabuh iringan musik yang khas. Pada jalur kesenian ini

terdapat kaidah-kaidah gerak dan irama yang merupakan suatu pendalaman

khusus (skill). Pencak silat sebagai seni harus menuruti ketentuan-ketentuan,

keselarasan, keseimbangan, keserasian antara wirama, wirasa dan wiraga.

Di beberapa daerah di Indonesia pencak silat ditampilkan hampir

semata-mata sebagai seni tari yang sama sekali tidak mirip sebagai olahraga maupun bela

diri. Misalnya tari serampang dua belas di Sumatera Utara, tari randai di Sumatera

Barat dan tari ketuk tilu di Jawa Barat. Para penari tersebut dapat memperagakan

tari itu sebagai gerak bela diri yang efektif dan efisien untuk menjamin keamanan

pribadi. Selain itu, terdapat pencak silat seni tepak tilu dan tepak tilu. Jurus ini

sering dilakukan dan diajarkan dalam pembelajaran pencak silat di sekolah. Jurus

ini pun dilakukan secara masal dan sering ditampilkan pada acara-acara penting

seperti ulang tahun hari jadi kota.

Pendidikan pencak silat mengalami perubahan yang cukup nyata, hal ini

terbukti dengan adanya pembelajaran pencak silat yang telah masuk ke

sekolah-sekolah. Meskipun dewasa ini pencak silat telah menjadi salah satu bagian dari

kurikulum sekolah baik ditawarkan sebagai ekstrakurikuler maupun sebagai

keterampilan wajib (mulok) di beberapa sekolah dasar, namun banyak tantangan

yang harus dihadapi oleh pengajar pencak silat itu sendiri. Salah satu contoh kasus

yaitu, sulitnya menanamkan rasa peduli generasi muda terhadap seni kebudayaan

asli bangsa Indonesia yakni pencak silat, hal ini dapat terlihat dari gejala umum

yang tampak di sekolah pada saat pencak silat ini dikenalkan, kegiatan tersebut

tidak benar-benar melibatkan semua siswa, dan hanya segelintir orang yang mau

terlibat dan itu pun tampak terpaksa.

Hal tersebut menjadi suatu tantangan bagi pengajar pencak silat untuk

(8)

pembelajaran pencak silat ini dapat menarik, menantang dan modern tanpa

menghilangkan nilai-nilai traditional yang terkandung dalam pencak silat itu

sendiri.

Berbicara mengenai pembelajaran, pembelajaran merupakan suatu

kegiatan pemberian pengalaman ajar atau pemberian informasi yang positif yang

diberikan oleh pengajar kepada peserta didik untuk dijadikan bekal hidup para

peserta didik dimasa yang akan datang. untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan, pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas harus dikemas

semenarik mungkin agar peserta didik merasa terkesan, tertarik untuk mengikuti

pembelajaran yang diberikan oleh guru. Pada proses pembelajaran pendidikan

jasmani, masih banyak guru yang menggunakan penerapan metode pembelajaran

yang kurang tepat. Sedangkan penerapan metode yang tepat merupakan salah satu

faktor penunjang terhadap hasil pembelajaran siswa. Selain metode guru pun bisa

menerapkan berbagai model, sebab dengan adanya metode, juga model akan

membantu guru untuk penyelenggaraaan proses belajar mengajar (PBM). Banyak

model pembelajaranyang dapat diterapkan dalam pembelajaran,

model-model tersebut adalah model-model konvensional, cooperative, inquiry, peer teaching,

dll. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menerapkan 2 model yaitu model

cooperative learning (STAD), dan model konvensional yang dilihat pengaruhnya

dalam pembelajaran pembelajaran pencak silat.

Cooperative Learning dengan menggunakan metode Student

Team-Achievement Division (STAD) atau Pembagian Pencapaian Tim Siswa.

Model pembelajaran Cooperative Learning (MPCL) beranjak dari dasar

pemikiran ”getting better together”, yang menekankan pada pemberian

kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk

memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-

keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya dimasyarakat. Melalui

MPCL, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru

dalam PBM, melainkan bisa juga belajar dari yang lainnya, dan sekaligus

mempunyai kesempatan untuk memberi pelajaran kepada siswa yang lain.

(9)

5

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional

“Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai

tujuan bersama”.

Menurut Sthal (dalam Juliantine, et al) menyatakan bahwa ” proses

pembelajaran dengan MPCL ini mampu merangsang dan menggugah potensi

siswa secara optimal dalam suasana belajar pada kelompok-kelompok kecil yang

terdiri dari 2 sampai 6 orang siswa”.

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model

pembelajaran yang mendukung pembelajaran konstektual. Sistem pengajaran

Cooperative learning dapat didefinisikan sebagai system kerja/belajar kelompok

yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok

Johnson & Johnson (dalam Juliantine, etal, 2011:53) yaitu “Saling ketergantungan

positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan

proses kelompok”. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan model

pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) pengelompokkan.; 2) semangat gotong royong; 3) penataan ruang

belajar.

Ada tiga metode yang dapat diadaptasi untuk semua tingkatan kelas,

yaitu:

a) Student Team-Achievement Division (STAD) atau Pembagian Pencapaian

Siswa. Dalam STAD para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri dari

empat orang dengan tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar etnik

yang berbeda.

b) Team-Games-Tournament (TGT) Turnamen Game Tim. TGT memiliki

banyak kesamaan dengan STAD. Teman dalam kelompok akan saling

membantu dalam mempersiapkan diri untuk bermain dalam game dengan

mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama

lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak

boleh membantu, tetapi memastikan telah terjadi tanggung jawab

individual.

(10)

kelompok yang sama yaitu empat orang, dengan latar belakang yang

berbed kelompok yang sama yaitu empat orang, dengan latar belakang

yang berbeda dari sudah berkurangnya peminat masyarakat terhadap

budaya sendiri salah satunya pencak silat, metode yang kurang tepat

digunakan dalam pembelajaran dan sebagainya. Hal ini merupakan suatu

tantangan bagi guru pendidikan jasmani untuk melakukan inovasi- inovasi

dalam hal proses pembelajaran pencak silat.

Sedangkan mengenai model konvensional Menurut Djamarah (1996:35) “model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran tradisional, karena sejak dulu model ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran”. Dalam pembelajaran, sejarah pembelajaran konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan

penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.

Tabel 1.1

kekurangan dan kelebihan model cooperative learning dan konvensional.

Model Cooperative Learning Model Konvensional

kelebihan Kekurangan Kelebihan kekurangan

(11)

7

Muhammad Bardiansyah, 2014

(12)

ilmu dari

Berdasarkan penjelasan dari uraian, dan tabel diatas mengenai kelebihan

dan kekurangan model cooperative learning (STAD), dan model konvensional,

oleh karena itu peneliti beranggapan bahwa model konvensional mempunyai

pengaruh lebih besar dibanding model cooveratif learning (STAD) dalam

pembelajaran pencak silat seni tepak tilu, karena model pembelajaran

konvensional mempunyai keunggulan siswa dapat terkondisikan dengan baik,

terarah, fokus, efektif dan efisien dalam pembelajaran pencak silat seni tepak tilu,

maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui bagaimanakah ”Perbedaan

Pengaruh Model Cooperative (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil

pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas VI (enam) Di SD Interaktif

Abdussalam Kab. Bandung Barat”.

B.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang

masalah, maka peneliti mencoba menjabarkan kembali permasalahan yang timbul

sehingga peneliti betul-betul merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut. Dengan

ini peneliti merumuskan masalah penelitian ini ke dalam beberapa pertanyaan

berikut:

1. Seberapa besar pengaruh model cooperative learning (STAD) terhadap

(13)

9

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional pembelajaran pencak silat di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung

Barat?

2. Seberapa besar pengaruh pembelajaran konvensional terhadap peningkatan

hasil belajar pencak silat seni tepak tilu siswa pada pembelajaran pencak

silat di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung Barat?

3. perbandingan pengaruh antara model cooperative learning (STAD)

dengan pembelajaran konvensional terhadap peningkatan hasil belajar

pencak silat seni tepak tilu siswa pada pembelajaran pencak silat di SD

Interaktif Abdussalam Kabupaten Bandung Barat?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sesuatu hal yang ingin dicapai oleh peneliti

setelah penelitian ini selesai. Suharsimi Arikunto (1993:49) mengemukakan tujuan penelitian: ”Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai”. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui pengaruh model cooperative learning (STAD)

terhadap peningkatan keterampilan pencak silat seni tepak tilu siswa pada

pembelajaran pencak silat di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung

Barat?

2. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran konvensional terhadap

peningkatan keterampilan pencak silat seni tepak tilu siswa pada

pembelajaran pencak silat di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung

Barat?

3. Untuk mengetahui perbandingan pengaruh antara model cooperative

learning (STAD) dengan pembelajaran konvensional terhadap

peningkatan keterampilan pencak silat seni tepak tilu siswa pada

pembelajaran pencak silat seni tepak tilu di SD Interaktif Abdussalam

Kab. Bandung Barat?

(14)

Jika tujuan penelitian ini tercapai, manfaat yang dapat dirasakan dari

penelitian ini adalah sebagi berikut.

1. Secara Teoritis, penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran dan

bahan pengajaran dalam penyampaian materi pembelajaran pencak silat

pada siswa-siswi di SD SIAS Kab. Bandung Barat.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan bahan

masukan bagi guru pendidikan jasmani/guru mulok untuk menyampaikan

materi pembelajaran pencak silat pareredan sehingga hasil belajar yang

diperoleh siswa akan lebih baik.

E.Pembatasan Penelitian

Agar penelitian ini memperoleh sasaran yang sesuai dengan tujuan yang

diharapkan, maka perlu adanya pembatasan masalah tentang pembatasan masalah

ini, sebagaimana yang dikemukakan oleh Surakhmad (1987:35) sebagai berikut: “Pembatasan ini diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi peneliti, tetapi juga dapat menetapkan lebih

dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk pemecahannya, tenaga, kekuatan,

ongkos dan lain-lain yang timbul dari rencana tertentu”.

Berpedoman dari latar belakang diatas, serta untuk menghindari

timbulnya penafsiran yang terlalu luas dan untuk memperoleh gambaran yang

jelas, maka batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi suatu objek.

Dalam peelitian ini model pembelajaran cooperative learning

(STAD) dan model konvensional sebagai variabel bebas.

b. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh suatu

perlakuan. Dalam hasil ini hasil pembelajaran pencak silat seni

tepak tilu sebagai variabel terikat.

(15)

11

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional a. Pupulasi dalam penelitian ini adalah siswa SD Abdussalam (SIAS)

kelas VI(enam) sebanyak 23 orang terdiri dari 14 laki-laki dan 9

perempuan.

b. Sampel dalam penelitian ini dilaksanakan pada siswa putra dan

putri kelas VI SD Sias Kab. Bandung Barat sebanyak 23 orang

(sample jenuh), dikarnakan jumlah sample kurang dari 30 orang,

atau penelitian yang diinginan membuat generalisasi dengan

kesalahan yang sangat kecil.

c. Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah di SD Abdussalam

Kab. Bandung Barat.

F.Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Berdasarkan anggapan dasar di atas, hipotesis dalam

penelitian ini adalah :

1. Model cooperative learning (STAD) memberi pengaruh yang signifikan

dalam penigkatan keterampilan pencak silat seni tepak tilu dalam

pembelajaran pencak silat di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung

Barat.

2. Pembelajaran konvensional memberi pengaruh yang signifikan dalam

peningkatan keterampilan pencak silat seni tepak tilu dalam pembelajaran

pencak silat di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung Barat.

3. Model konvensional memberikan pengaruh yang lebih signifikan

dibandingkan dengan metode konvensional terhadap pembelajaran pencak

silat seni tepak tilu di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung Barat.

G.Definisi Istilah

Untuk lebih jelas dan mengarahkan pembahasan dalam penelitian ini dan

(16)

penulis menganggap perlu mendefinisikan istilah-istilah yang ada pada judul

proposal penelitian ini, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh adalah daya yang ada atau ditimbulkan dari sesuatu (orang,

benda dan sebagainya) yang berkuasa atau yang berkekuatan.

2. Model ccoperative learning adalah adalah suatu strategi belajar

mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam

bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang

teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.

(http://Cooperative learning -teknik jigsaw ahmad sudrajat tentang

pendidikan_files). Student Team-Achievment Division (STAD) atau

Pembagian Pencapaian Siswa. Dalam STAD para siswa dibagi dalam

tim belajar yang terdiri dari empat orang den gan tingkat kemampuan,

jenis kelamin, dan latar etnik yang berbeda. Gagasan utama STAD

adalah untuk memotivasi

3. siswa agar dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain

dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.

4. Metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran

tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat

komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran”. Dalam pembelajaran, sejarah pembelajaran konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian

tugas dan latihan. (Djamarah, 1996:35)

5. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya.

6. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain

intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan

pada penyediaan sumber belajar. (Dimiyanti dan Mujiono, 1999).

7. Pecak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela dan

mempertahankan eksistensi dan integritasnya terhadap lingkungan

(17)

13

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional

dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (PB IPSI dan BAKIN 1975;

dalam Saleh1991:19).

8. Tepak tilu adalah motif-motif kendang tempo lambat dan merupakan salah

satu teknik seni ibing pencak silat.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, T.M. (2007). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rienika Cipta

Farida, Ai. (2012). Pengaruh Model Cooperative Learning Terhadap Hasil

Pembelajaran Pencak Silat Seni Paleredan di SMA IT As-Syifa Boarding

School Subang. Bandung: FPOK UPI.

Gerlact dan Ely (1971:3) dalam kutipan Arsyad (2002) Media Pembelajaran :

Jakarta PT Raja Garfindo Perasada.

Junaedi, Edi. (2010). Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Model Student

Achievement Divisions (STAD) Terhadap Hasil Pembelajaran

Siswa/Warga Belajar pada Mata Pelajaran Matematika (Studi Kuasi

Eksperimen pada Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D.

Bandung : Alfabeta.

Mahendra, Agus. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. FPOK UPI. Bandung..

Internet google: www.http://silat-padjadjaran.web.id/?p=22

Hidayat, Yusup. (2008). Psikologi Olahraga. FPOK UPI. Bandung.

Saputra, Yudha. dkk. (2007). Filsafat Penjas, Kesehatan, dan Rekreasi. FPOK

UPI: Bandung.

Sharan, dan sholomo. (2009). Handbook of Cooperative Learning Inovasi

(18)

Kelas. Yogyakarata: IMPERIUM.

Subroto, Toto. dkk. (2008). Teori Bermain. FPOK UPI. Bandung.

Suherman, Adang dan Sartono, Hadi. (2008). Pedagogi Olahraga. Bandung.

FPOK UPI.

Kasmahidayat, Yuliawan. (2008). Ibing Pencak Sebagai Materi Pembelajaran.

Bandung: CV. Bintang WarliArtika.

IPSI. (2007). Peraturan Pertandingan Pencak Silat Hasil MUNAS XII IPSI.

Jakarta: Ikatan Pencak Silat Indonesia.

Yudistira, Febryan Sita. (2011). Perbandingan Antara Metode Bagian Dengan

Metode Keseluruhan Terhadap Penguasaan Gerak Jurus Paleredan Pada

(19)

15

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional

Sumber

sumber dari internet

:

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2179456-pengertian-hasil-belajar-menurut-ahli/#ixzz1aFxBhJoF

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2179456-pengertian-hasil-belajar- menurut-ahli/

http://duniabaca.com/pengertian-belajar-dan-hasil-belajar.html

http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/

http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/

www.silatindonesia.com

http://silatindonesia.com/2011/02/ibing-penca-dan-beladiri-pencak-silat/

http://wahanabudayaindonesia.com/index.php?option=com_content&vie

w=article&id=382%3Aketuktilu&catid=161%3Apertunjukantradisional&

Itemid=64&lang=en

http://silat.blogsome.com/2006/03/23/

(20)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Sebagai penunjang untuk mempermudah penulis dalam mengambil

langkah langkah dalam penelitian, penulis menggunakan suatu metode. Metode

adalah langkah-langkah yang diambil untuk mempermudah penelitian. Setiap

penelitian terlebih dahulu harus menentukan metode apa yang akan digunakan

dalam penelitian tersebut, hal ini perlu dilakukan karena metode merupakan cara

yang akan menentukan berhasil atau tidaknya tujuan yang akan dicapai. Hal ini

diperkuat oleh pendapat ahli yaitu Surakhmad (1998:131) menjelaskan tentang

metode, yaitu :

Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik dan alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan.

Sementara itu, Sudjana (2005:52) mengungkapkan bahwa “metode

penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang

didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis,

pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”. Karena kegiatan tersebut dilakukan setiap

melaksanakan penelitian, maka beberapa ahli menyebutnya sebagai tradisi

penelitian (research traditions).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

penelitian berkaitan dengan prosedur, alat, serta desain penelitian yang digunakan,

sehingga dihasilkan penelitian yang benar-benar ilmiah atas

permasalahan-permasalahan penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

(21)

51

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau

akibat\dari suatu perlakuan atau treatment. Di samping itu penulis ingin

mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diselidiki atau

diamati. Mengenai metode eksperimen ini Arikunto (2002:4) berpendapat bahwa :

Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab-akibat (hubungan klausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminir atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yg bisa mengganggu.

Untuk penelitian ada dua variabel yang harus menjadi perhatian peneliti.

Hal ini seperti dijelaskan Sudjana (1989:19) adalah sebagai berikut:

Dalam eksperimen ada dua variabel yang menjadi perhatian utama yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas sengaja dimanipulasi oleh peneliti, sedangkan variabel yang diamati atau diukur sebagai variabel akibat dari manipulasi dari variabel bebas disebut variabel terikat.

Untuk melihat keberhasilan dari variabel bebas perlu adanya kelompok

kontrol sebagai pembanding. Dalam hal ini Faisal (1982:80) menjelaskan sebagai

berikut:

Suatu eksperimen mengandung upaya membandingkan mengenai akibat suatu treatmen tertentu dengan treatmen lainnya yang berbeda, atau dengan tanpa treatmen. Biasanya disebut suatu kelompok eksperimen dan suatu kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tadi, sedapat mungkin sama atau mendekati sama ciri-cirinya.

Mengacu pada uraian tersebut, maka dalam penelitian ini terdapat

variabel-variabel yang terlibat, yakni:

1. Pembelajaran pencak silat dengan model cooperative learning

2. Pembelajaran pencak silat dengan model konvensional

3. Hasil pembelajaran pencak silat seni tepak tilu

Pembelajaran pencak silat dengan menggunakan model cooperative

learning merupakan kelompok eksperimen, sedangkan pembelajaran pencak silat

konvensional sebagai variabel kontrol. Pembelajaran pencak silat dengan

(22)

52

model konvensional merupakan variabel bebas, sedangkan penampilan pencak

silat seni tepak tilu sebagai variabel terikat atau variabel akibat.

B. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian merupakan sumber data yang sangat penting bagi

terlaksananya suatu penelitian. Tanpa adanya populasi, penelitian tidak mungkin

dapat dilaksanakan. Populasi dapat diartikan sebagai, “… sekelompok subjek,

baik manusia maupun gejala nilai tes benda-benda atau peristiwa”, Surakhmad

(1982:73). Kemudian tentang hal yang sama, Asyari (1983:69) menjelaskan,

“Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, mungkin berupa manusia, gejala, benda-benda, pola sikap, tingkah laku dan sebagainya yang menjadi objek

penelitian”.

Sedangkan pengertian sampel menurut Surakhmad (1993:3) yaitu:

“Sampel adalah penarikan sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh

populasi”. Lebih lanjut lagi Sugiyono berpendapat :

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu”.

Berdasarkan penjelasan kedua kutipan diatas, maka penulis simpulkan

bahwa populasi adalah keseluruhan jumlah dari sumber data yang dijadikan

penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang dapat mewakili

seluruh populasi.

Untuk penelitian ini, karena objek yang diteliti siswa SD Abdussalam

yang jumlahnya kurang 30, yaitu 23 orang. Maka semua siswa dijadikan sample.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Arikunto (1992:107) berikut :

(23)

53

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD

Berdasarkan pada pejelasan tersebut, maka jumlah sampel dalam

penelitian ini ditetapkan sebanyak 23 siswa. Teknik pengambilan sampelnya

adalah sampling jenuh.

Teknik pengambilan random sampling ini dilakukan dikarenakan jumlah

populasi yang relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin

membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara, proses, dan

menganalisis data agar dapat dilaksanakan dengan mudah dan sesuai dengan

tujuan penelitian. Mengenai desain penelitian, Nasution (2004:40) menyatakan

bahwa, ”Desain penelitian merupakan suatu rencana tentang cara mengumpulkan

dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian”. Penggunaan desain

penelitian ini disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang ingin

diungkapkan. Desain penelitian ini berfungsi untuk memberikan jalan dan arah

dari proses penelitian. Gambar arah dan kegiatan penelitian akan tercantum dalam

desain penelitian, sehingga hal ini akan membantu peneliti dalam upaya

memecahkan masalah penelitian yang telah dirumuskan.

Desain penelitian yang digunakan adalah Pre-Post tes Design (Sugiono,

2010:76). Mekanisme penelitian Pre-Post tes Design digambarkan dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel. 3.1

Pre - Post tes Design

Kelompok Pre test Perlakuan Post test

R1 O1 X1 O1o

R2 O2 X2 O2o

Keterangan :

R1 : Kelompok model pembelajaran cooperative learning

(24)

54

O1 : Pre -test yang dilaksanakan pada model cooperative learning

O2 :Pre-test yang dilaksanakan pada kelompok model pembelajaran

konvensional.

X1 :Perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model

coopereative learning

X2 :Perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model

konvensional

O1 : Post test yang dilaksanakan pada kelompok model cooperative learning

O2 : Post test yang dilaksanakan pada kelompok model konvensional

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini diperlukan adanya data dan juga alat ukur untuk

mengetahui kekurangan-kekurangan atau kemajuan-kemajuan yang telah dicapai.

Mengenai hal ini Arikunto (2007:100) menjelaskan bahwa “Metode pengumpulan

data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan

data”. Dalam pengumpulan data, instrument atau alat pengumpulan data yang digunakan harus sesuai dengan data yang akan kita cari. Nurhasan (1999:2)

mengemukakan bahwa: “Dalam proses pengukuran membutuhkan alat ukur”.

Dengan alat ukur ini akan mendapatkan data yang merupakan hasil pengukuran.

Oleh karena itu, diperlukan suatu instrument penelitian untuk dapat memperoleh

suatu data.

Setiap penelitian sudah tentu menggunakan instrument atau alat untuk

mengumpulkan data. Lebih lanjut lagi Arikunto (2006:160) mengemukakan

bahwa: “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik, dalam arti leih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah”.

Adapun instrumen yang digunakan penulis untuk memperoleh data dalam

penelitian ini adalah tes prestasi. Menurut Arikunto (2006:151), “Tes prestasi atau

achievement test yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang

(25)

55

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD prestasi diberikan sesudah orang yang dimaksud mempelajari hal-hal sesuai

dengan yang akan diteskan.

Agar penelitian menjadi lebih konkrit, maka perlu ada data. Data tersebut

diperoleh pada akhir eksperimen sebagai data akhir setelah kelompok tersebut

diberi suatu treatment atau perlakuan. Tujuannya agar dapat mengetahui pengaruh

hasil perlakuan yang merupakan tujuan akhir dari eksperimen. Dalam

pengumpulan data untuk mengetahui kemampuan setelah diberikan perlakuan

dilakukan tes yaitu menampilkan pencak silat jurus seni Tepak Tilu yang diambil

dari Perguruan Panglipur dengan item tesnya yaitu wiraga (ketepatan gerak,

urutan gerakan), wirama (kesesuaian gerak dengan musik), wirasa (kemantapan,

ekspresi).

E. Tahap Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian, penulis merencanakan beberapa tahapan

sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

a. Menyusun jadwal pemberian treatment

Pemberian perlakuan ini dilakukan dengan cara memberikan pembelajaran

jurus seni tepak tilu. Waktu untuk pemberian perlakuan selama penelitian

adalah 1 bulan yaitu bulan Agustus. Waktu pembelajaran dalam setiap minggu 2

kali pertemuan. Lama waktu penelitian selama 2 jam pelajaran yang setiap jam

pelajaran adalah 45 menit. Lama penelitian model Cooperative Learning dan

model Konvensional adalah 8 kali pertemuan, diluar pertemuan pre-test dan

post-test, karena perubahan hasil belajar dapat dilihat setelah 8 kali pertemuan seperti

ujian tengah semester di sekolah.

Adapun jadwal pemberian treatment yang akan diterapkan yaitu:

Tabel 3.2

(26)

56

1. Pengenalan gerakan pencak silat seni tepak tilu perkelompok sesuai kelompok yang telah ditentukan, yaitu :

a. Langkah kaki kanan,dan kaki kiri, pasang.

b. Besot.

c. Sogok ayun 4 kali.

d. Besot

e. Giles kiri, maju kaki kanan, giles kanan

2. Pemantapan jurus/materi.

Konvensional

1. Pengenalan gerakan pencak silat seni tepak tilu, yaitu :

a. Langkah kaki kanan,dan kaki kiri, pasang. b. Besot.

c. Sogok ayun 4 kali.

Besot

d. Giles kiri, maju kaki kanan, giles kanan

2. Pemantapan jurus/materi.

1. Pengulanagan semua rangkaian gerakan pertemuan pertama perkelompok. 2. Pengenalan jurus /materi baru,

perkelompok sesuai kelompok yang ditentukan, yaitu:

1. Pengulanagan semua rangkaian gerakan pertemuan pertama.

2. Pengenalan jurus /materi baru yaitu:

a. Siku bandul

1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya perkelompok. 2. Pengenalan jurus/materi baru perkelompok,

yaitu:

a. Kelid pasang nutup kedepan. b. Besot kiri.

c. Sogok kanan ayun 6 kali. 3. Pemantapan jurus/materi.

Konvensional

1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya.

2. Pengenalan jurus/materi baru, yaitu: a. Kelid pasang nutup kedepan. b. Besot kiri.

(27)

57

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD

4

1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya perkelompok.

2. Pengenalan jurus baru perkelompok, yaitu :

a. Besot.

b. Peupeuh depan,kaki gesoh kiri. c. Tendang kanan, peupeuh kanan,

giles sikut depan, bandul 3. Pementapan jurus/materi.

Konvensional

1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya.

2. Pengenalan jurus baru yaitu : a. Besot.

b. Peupeuh depan,kaki gesoh kiri. c. Tendang kanan, peupeuh kanan,

giles sikut depan, bandul

1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya

perkelompok.

2. Pengenalan jurus baru perkelompok, yaitu:

a. Kepeung malik belakang

b. Tonjok maju

c. Kepeug malik tonjok kedepan ditempat.

3. Pemantapan jurus/materi.

Konvensional

1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya.

2. Pengenalan jurus baru, yaitu:

a. Kepeung malik belakang

b. Tonjok maju

c. Kepeug malik tonjok kedepan ditempat.

1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya

perkelompok.

2. Pengenalan jurus baru perkelompok, yaitu:

a. Giles, tarik, tendang kedepan kaki kiri.

b. Seseug langkah kedepan 4 kali.

c. Peupeuh, giles, sikut, bandul.

3. Pemantapan jurus/materi

Konvensional

1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya.

2. Pengenalan jurus baru, yaitu:

(28)

58

b. Seseug langkah kedepan 4 kali. c. Peupeuh, giles, sikut, bandul.

3. Pemantapan jurus/materi

1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya

perkelompok.

2. Pengenalan jurus baru perkelompok, yaitu:

a. Kepeug tonjok belakang maju.

b. Kepeug tonjok depan ditempat.

c. giles tendang, mincid 4 kali ditempat.(tarik kaki kiri). 3. Pemantapan jurus/materi.

Konvensional

1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya.

2. Pengenalan jurus baru, yaitu:

a. Kepeug tonjok belakang maju. b. Kepeug tonjok depan ditempat. c. giles tendang, mincid 4kali

ditempat.(tarik kaki kiri).

1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya

perkelompok.

2. Pengenalan jurus/materi baru perkelompok, yaitu :

a. Giles kiri, sogok kanan, gedig kanan.(gerakan cilakong). b. Gibas kanan, sogok kiri, gedig

kiri.(gerakan cikalong).

c. Gibas kiri, peupeuh kanan , gibas gantung, peupeuh belakang, gites, sikut, bandul, besot, tamplok gebrag depan.

3. Pemantapan jurus /materi.

Konvensional

1. Pengulangan semua rangakaian gerakan pada pertemuan sebelumnya.

2. Pengenalan jurus/materi baru, yaitu :

a. Giles kiri, sogok kanan, gedig kanan.(gerakan cilakong). b. Gibas kanan, sogok kiri, gedig

kiri.(gerakan cikalong).

c. Gibas kiri, peupeuh kanan , gibas gantung, peupeuh belakang, gites, sikut, bandul, besot, tamplok gebrag depan. 3. Pemantapan jurus /materi.

(29)

59

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD

2. Tahap pemberian treatment

Pemberian treatment dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran

yang telah dibuat.

3. Tahap tes penampilan pencak silat seni tepak tilu

Tes penampilan pencak silat dilakukan pada saat pertemuan terakhir,

setelah pemberian treatment selesai dan dinilai oleh wait juri / pelatih pencak silat

tingkat nasional dan tingkat Provinsi Jawa Barat. Adapun aspek penilaian yang

menjadi unsur peniliaian pada penampilan pencak silat jurus seni pareredan

diantaranya yaitu wiraga, wirahma dan wirasa.

Tabel 3.3

gerakan Melakukan gerakan setiap jurus sesuai urutan. Ketepatan

jurus

Melakukan gerakan yang tepat sesuai ketentuan gerak.

Wirahma

Kemantapan dan ketegasan

gerak jurus

Melakukan gerak dengan baik, indah dan bertenaga.

Kesesuaian dengan

music

Melakukan gerakan sesuai dengan musik pengiring.

wirasa

Penghayatan dan ekspresi

Melakukan setiap gerakan dengan penghayatan dan penjiwaan.

Adapun tata cara pelaksanaan tes pencak silat seni pareredan tersebut yaitu

siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menampilkan gerak jurus seni

tepak tilu.

a. Tujuan

Menilai hasil pembelajaran pencak silat dengan beberapa aspek penilaian,

melalui tes yang sama yaitu tes jurus seni tepak tilu.

b. Alat/perlengkapan

(30)

60

c. Pelaksanaan tes

Siswa dengan pakaian pencak silat maupun olahraga melakukan seluruh

rangkaian gerakan jurus seni tepak tilu

d. Penilaian

Penilaian dilakukan dengan cara mengamati penampilan siswa, kemudian

tester mencatat hasil pengamatannya di lembar penilaian. Adapun lembar

penilaian yang digunakan terlampir.

e. Tester

Tester pada tes akhir penelitian ini dilakukan oleh para wasit juri/pelatih

pencak silat tingkat Nasional dan tingkat Jawa Barat. Hal ini dilakukan untuk

menjaga kualitas hasil penilaian penelitian ini.

F. Prosedur Pengolahan Data dan Analisis Data

Setelah proses pengetesan berakhir, maka langkah selanjutnya adalah

mengumpulkan data untuk diolah dan dianalisis agar dapat memberikan informasi

yang bermakna sesuai dengan tujuan penelitian. Pengumpulan, pengolahan dan

penganalisisan data dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang

perbandingan pengaruh pembelajaran pencak silat yang menggunakan model

pembelajaran cooperative learning dengan pembelajaran pencak silat yang

mengunakan model konvensional terhadap penampilan pencak silat seni tepak tilu

di SD Abdussalam Kab. Bandung Barat.

Setelah seluruh data hasil penelitian terkumpul maka selanjutnya akan

diolah menggunakan statistika inferensial. Teknik pengolahan data dalam

penelitian ini dilakukan menggunakan software, seperti SPSS versi 20.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis dalam mengolah data tersebut diantaranya :

1. Menghitung skor pre test dan post test kelas eksperimen dan kelas kontrol

pada sampel penelitian.

2. Menghitung gain atau selisih dari pre test dan post test pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

3. Menguji normalitas data dengan uji Kolmogorov Smirnov. Kriteria

(31)

61

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD

a. Jika nilai signifikasi (sig) > α 0,05 , maka data berdistribusi normal

b. Jika nilai signifikasi (sig) < α 0,05, maka data berdistribusi tidak normal

4. Uji homogenitas dari masing-masing pada tiap kelompok dengan

menggunakan uji Lavene. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikasi (sig) > α 0,05, maka data tersebut homogen

b. Jika nilai signifikasi (sig) < α 0,05, maka data tersebut homogen

5. Apabila data yang dicari berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan

pengolahan hasil penelitian untuk menguji hipotesis dengan uji-t. Kriteria

pengujiannya sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikansi (sig) > 0,05 maka H0 diterima.

(32)

62

Lampiran Jurus Seni Pencak Silat Tepak Tilu

No GERAKAN DESKRIPSI Gambar

1 Langkah kaki kanan, kiri, pasang

1. Langkah kaki kanan

mengibaratkan niat dengan

ruas panjang hanya 1/4

langlah.

2.Langkah kiri menyusul untuk

membentuk kuda-kuda

tengah dengan mantap dan

(33)

63

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD

3.Pasang nutup dengan posisi

tangan kanan melengkup

kedepan disusul dengan

tangan kiri melengkup juga

sampai batas sikut tangan

kanan.

2 Besot 1.Gerakan menyulur tangan kanan dengan tangan kiri

bertujuan menusuk kearah

ulu hati dan leher.

(34)
(35)

65

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD

4 Besot 1.Membeuka awalan

selanjutnya

5 Giles kiri, maju kaki kanan, giles kanan

1.Mengunci gerakan pukulan

(36)

66

2. Mematikan lawan yang

sudah dikunci dengan

melempar atau

menjatuhkan.

6 Siku bandul 1. Gerakan menangkis serangan tangan lawan

dengan menggenggam

pergelangan tangan lalu

lanjut mematikan lawan.

2. Gerakan cepat dan

tiba-tiba(cikalong) untuk

(37)

67

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD 7 Kembali adeg-adeg

tunggal

1. Kembali siap sedia

menerima serangan lawan

selanjutnya.

8 Gunting(kaki dibuka sejajar)

1. Menangkis serangan

lawan kearah kaki /

(38)

68

9 Kelid pasang nutup kedepan

1. Kembali siap sedia

untuk meyerang

dengan membuat

pertahanan

terlebih dahulu.

10 Besot kiri 1. Membuka opensif

(39)

69

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD 11 Sogok kanan ayun 6 kali 1. Gerakan seser

berfungsi sebagai

kuncian / cikalong

/ pun sebagai

keindahan.

12 Besot 1. Membuka

(opensif)

(40)

70

13 Peupeuh depan, kaki gesoh kiri

14 Tendang kanan, peupeuh kanan, giles sikut depan,

bandul

1. Serangan arah

uluh

(41)

71

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD

2. Serangan arah

muka.

3. Menangkis dan

mengunci

(42)

72

4. Mematikan

lawan.

5. Gerakan cepat

pada lawan yang

datang

(43)

73

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD 15 Kepeung malik belakang Ada dua opsi

1. Hanya menangkis

gerakan

/serangan

2. Atau menangkis

dan mematahkan

tangan.

16 Tonjok maju 1. Sereangan

pukulan kedepan

(44)

74

17 Kepeug malik tonjok kedepan ditempat.

1. Grakan tangkisan

belakang secara

cepat.

2.

3. Dilanjutkan

pukulan arah ulu

hati dengan

kuotabertenaga.

18 Giles, tarik, tendang kedepan kaki kiri.

1. Mengunci

(45)

75

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD

.

2. Memblock

serangan

lawan,tendang

kaki kiri.

19 Seseug langkah kedepan 4 kali.

1. Menunggu

serangan lawan

dengan 4 langkah

kedepan(sebagai

keindahan

(46)

76

20

Peupeuh, giles, sikut,

bandul.

(47)

77

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD

2.Mengunci serangan lawan.

(48)

78

4.Kembali melakukan serangan

pada lawan dengan tiba-tiba dan

(49)

79

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD Interaktif Abdussalam Kab. Bandung Barat

(50)
(51)

81

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD

(52)

82

2. Dilanjutkan

pukulan arah

ulu hati

dengan kuat

dan

bertenaga.

23 giles mincid

4 kali

ditempat.

(tarik kaki

kiri)

1. Mengunci

serangan

(53)

83

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD

2. Memblock

serangan

(54)

84

24 Giles kiri,

sogok kanan,

gedig

kanan.(gerak

an cilakong)

1. Menangkis

pukulan dari

lawan.

2. Menusuk

kearah ulu

(55)

85

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD

3. Menangkis

dan mengunci

pukulan

lawan lalu

mematahkan

(56)

86

25 Gibas kanan,

sogok kiri,

gedig kiri.

(gerakan

cikalong)

1. Menangkis

pukulan dari

lawan.

2. Menusuk

kearah ulu

hati.

3. Menangkis

dan mengunci

pukulan

lawan lalu

mematahkan

(57)

87

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD 26 Gibas kiri,

peupeuh

kanan , gibas

gantung, , ,

sikut,

bandul,

peupeuh

belakang

besot,

tamplok

gebrag

depan.

1. Menangkis

pukulan

lawan.

2. Menyerang

(58)

88

3. Gibas

gantung.

4. Sikut

(59)

89

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD

6. tangkisan

serangan

bawah

7. peupeh

belakang

8. Membuka

opensif

serangan.

(60)

90

9. Membawa

dan mengunci

lawan lalu

melempar

(61)

91

Muhammad Bardiansyah, 2014

(62)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis perkembangan dari aspek model cooperative

learning (STAD) dan model konvensional, maka diperoleh beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

Model cooperative learning (STAD) memberikan pengaruh signifikan

terhadap hasil pembelajaran pencak silat seni tepak tilu di SD Interaktif

Abdusslam Kab. Bandung Barat.

Model konvensional memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil

pembelajaran pencak silat seni tepak tilu SD Interaktif Abdusslam Kab. Bandung

Barat.

“Model konvensional memberikan pengaruh yang lebih signifikan

dibandingkan dengan model cooperative learning (STAD) terhadap hasil

pembelajaran pencak silat seni tepak tilu di SD Abdussalam Kabupaten Bandung

Barat”.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mengajukan saran-saran sebagai

berikut:

1. Dalam pembelajaran pencak silat materi pencak silat seni tepak tilu di

sekolah dasar, sebaiknya menggunakan metode konvensional karena

dalam proses belajar mengajarnya siswa menjadi lebih terarah, lebih

kondusif dan lebih fokus. Sehingga siswa menjadi lebih mengerti,

memahami, dan menguasai terhadap pembelajaran pencak silat seni

(63)

73

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD

2. Guru pencak silat agar memperhatikan kebenaran jurus dan

kemantapan gerakan dalam mengajarkan pencak silat seni tepak tilu

kepada siswa. Karena dengan kebenaran gerakan yang baik, maka

tingkat penguasaan gerak siswa akan menjadi lebih baik.

3. Pengunaan model cooperative learning dan model konvensional dapat

digunkanan dalam pembelajaran pencak silat seni tepak tilu, karena

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, T.M. (2007). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rienika Cipta

Farida, Ai. (2012). Pengaruh Model Cooperative Learning Terhadap Hasil Pembelajaran Pencak Silat Seni Paleredan di SMA IT As-Syifa Boarding School Subang. Bandung: FPOK UPI.

Hidayat, Yusup. (2008). Psikologi Olahraga. FPOK UPI. Bandung.

Internet google: www.http://silat-padjadjaran.web.id/?p=22

IPSI. (2007). Peraturan Pertandingan Pencak Silat Hasil MUNAS XII IPSI. Jakarta: Ikatan Pencak Silat Indonesia.

Juliantine, Tite, dkk. (2011). Model-model pembelajaran pendidikan jasmani Bandung: FPOK UPI

Junaedi, Edi. (2010). Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Model Student Achievement Divisions (STAD) Terhadap Hasil Pembelajaran Siswa/Warga Belajar pada Mata Pelajaran Matematika (Studi Kuasi Eksperimen pada Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Kasmahidayat, Yuliawan. (2008). Ibing Pencak Sebagai Materi Pembelajaran. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.

Mahendra, Agus. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. FPOK UPI. Bandung.

Metzler. M.W, (2000) instructional models for psycal education. Boston : Allyn and Bacon

Saputra, Yudha. dkk. (2007). Filsafat Penjas, Kesehatan, dan Rekreasi. FPOK UPI: Bandung.

Slameto, (2007). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rinekacipta

Sharan, dan sholomo. (2009). Handbook of Cooperative Learning Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran untuk Memacu Keberhasilan Siswa di Kelas. Yogyakarata: IMPERIUM.

Slavin, Robert. E.(2005). Cooperative Learning. London :Nusa Media.

Subroto, Toto. dkk. (2008). Teori Bermain. FPOK UPI. Bandung.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

(65)

Muhammad Bardiansyah, 2014

Perbedaan Pengaruh Model Cooperative Learning (STAD) Dengan model konvensional terhadap hasil pembelajaran Pencak Silat Seni Tepak Tilu pada siswa kelas V(lima) Di SD Yudistira, Febryan Sita. (2011). Perbandingan Antara Metode Bagian Dengan Metode

Gambar

Tabel 1.1  kekurangan dan kelebihan model cooperative learning dan konvensional.
Tabel. 3.1
Tabel 3.2 Jadwal Pemberian Treatment
Tabel 3.3 Aspek penilaian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pencairan logam dapat dilakukan dengan bermacam- macam cara, misal dengan tanur induksi (tungku listrik di mana panas diterapkan dengan pemanasan induksi logam),

Setelah membaca teks terkait, siswa mampu menuliskan kembali teks eksplanasi ilmiah tentang aktivitas astronaut dalam rangka penjelajahan angkasa luar dengan menggunakan

LULUK YUNAN

Analisis menggunakan statistik parametrik sub menu, One Way Anova untuk menguji perbedaan lebih dari tiga variabel, yaitu tingkat kecemasan sebelum, selama dan

Wirosaban di bagian Instalasi Unit Gawat Darurat /yang tetap akan buka pada hari natal// Bahkan saat pemkot melakukan cuti bersama hingga tanggal 27 Desember 2009 /RSUD wirosaban

membuat, menguji, dan mempresentasikan karya rekayasa pembuatan penjernih air dari bahan buatan di wilayah setempat berdasarkan teknik dan prosedur

STUDI IMPLEMENTASI KURIKULUM ISLAM TERPADU SESUAI STANDAR MUTU JSIT DI SMP IT AL MULTAZAM KABUPATEN KUNINGAN.. Universitas Pendidikan Indonesia |

UNTUK ITULAH TIMOHO EXPO DIGELAR SAAT MUSIM LIBURAN PANJANG YANG DILAKUKAN UNTUK. MEMECAH KEPADATAN DAN