• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN MEDIA FLASHCARD SISWA KELAS 2 SD NEGERI SUROKARSAN 2 YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN MEDIA FLASHCARD SISWA KELAS 2 SD NEGERI SUROKARSAN 2 YOGYAKARTA."

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN MEDIA FLASHCARD SISWA KELAS 2 SD NEGERI

SUROKARSAN 2 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Oktavia Triami Putri NIM 11108241063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

“Belajarlah dari yang mudah ke yang sulit, dari yang sederhana ke yang rumit, dari yang dekat ke yang jauh”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang mempunyai makna istimewa bagi bagi kehidupan penulis, diantaranya:

1. Orang tua tercinta yang selalu memberikan doa dan motivasi baik secara riil maupun materiil.

2. Teman-teman kelas I PGSD Mandala dan teman-teman PYC yang selalu memberikan semangat agar saya bisa segera menyelesaikan skripsi

(7)

vii

PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS MENGGUNAKAN MEDIA FLASHCARD SISWA KELAS 2 SD NEGERI

SUROKARSAN 2 YOGYAKARTA Oleh

Oktavia Triami Putri NIM 11108241063

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris melalui penggunaan media flashcard pada siswa kelas 2 SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model Kemmis dan Taggart. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 2 SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta yang berjumlah 22 siswa. Penelitian berlangsung dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan teknik observasi, tes unjuk kerja, dan catatan lapangan. Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penggunaan media

flashcard, dapat meningkatkan penguasaan kosakata pada siswa kelas 2 SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta. Pada pratindakan, nilai rata-rata kelas sebesar 39,55 dengan nilai tertinggi 65 dan nilai terendah 32,5 lalu mengalami peningkatan sebesar 13,35 pada siklus I menjadi sebesar 52,9. Sedangkan nilai dari siklus I juga mengalami peningkatan sebesar 20,83 pada siklus II menjadi sebesar 73,73 pada rentang skor 0-100. Siswa yang mendapatkan nilai ≥60 sudah mencapai 90%.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Menggunakan Media

Flashcard Siswa Kelas 2 SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta” ini dengan baik. Skripsi ini tersusun atas bimbingan dan bantuan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk menyelesaikan pendidikan di UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan PSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi ini.

4. Bapak P. Sarjiman, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang selalu memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik.

(9)

ix

6. Suprapti, M. Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

7. Ibu Himti M, S.Pd., selaku guru bahasa Inggris kelas 2 SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta yang telah membantu dan bekerjasama dengan peneliti dalam melaksanakan penelitian.

8. Seluruh siswa kelas 2 SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta atas kerjasama yang diberikan selama peneliti melakukan penelitian..

9. Sahabat-sahabatku yang telah membantu dan selalu memberikan masukan-masukan yang bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman PGSD UNY 2011 kelas I yang telah berjuang bersama dan saling memberikan motivasi.

11.Semua pihak yang memberikan bantuan, doa dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 30 Desember 2015

(10)

x

2. Aspek-aspek Pembelajaran bahasa ... 14

3. Pembelajaran Bahasa Inggris ... 17

a. Perencanaan pembelajaran bahasa ... 19

(11)

xi

c. Evaluasi pembelajaran bahasa ... 21

B. Pembelajaran Bahasa di Sekolah Dasar 1. Prinsip Pembelajaran Bahasa Untuk Anak SD ... 23

2. Perkembangan Bahasa Anak ... 23

3. Kemampuan Penguasaan Kosakata ... 26

4. Aspek Pembelajaran Kosakata ... 28

5. Penilaian Penguasaan Kosakata ... 30

6. Pembelajaran Kosakata di SD ... 32

7. Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Penguasaan Kosakata ... 33

C. Media Pembelajaran Bahasa 1. Hakikat Media ... 35

2. Jenis-jenis Media ... 37

3. Pengertian Media Flashcard ... 38

4. Media Flashcard Pada Pembelajaran Bahasa Inggris ... 40

D. Karakteristik Siswa Kelas 2 SD 1. Karakteristik siswa kelas 2 SD ... 41

2. Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris Kelas 2 SD Negeri Surokarsan 2 ... 45

C. Lokasi, Setting, dan Waktu Penelitian ... 48

D. Desain Penelitian ... 49

1. Perencanaan ... 49

2. Tindakan dan Observasi ... 50

3. Refleksi ... 51

(12)

xii

F. Teknik Pengumpulan Data ... 53

G. Instrumen Penelitian ... 53

H. Teknik Analisis Data ... 56

I. Validitas Data ... 58

J. Indikator Keberhasilan ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Awal Penelitian ... 59

B. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 61

a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 61

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 62

c. Pengamatan ... 68

d. Refleksi dan Revisi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 70

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 74

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 74

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 74

c. Pengamatan ... 81

d. Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 83

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 86

1. Pembahasan Hasil Penelitian Tindakan Siklus I ... 86

2. Pembahasan Hasil Penelitian Tindakan Siklus II ... 88

D. Keterbatasan Penelitian ... 91

BABV SIMPULAN A. Simpulan ... 92

B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Taggart ... 49 Gambar 2. Diagram batang penguasaan kosakata bahasa Inggris pada Pratindakan dan Siklus I ... 74 Gambar 3. Diagram Batang Peningkatan Penguasaan Kosakata Pratindakan,

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Aspek Penguasaan Kosakata Dan Tinjauan Reseptif-Produktif ... 29 Tabel 2. Jenis Pembelajaran Kosakata Berdasarkan Aspek

Pemahaman Kosakata ... 30 Tabel 3. Kisi-Kisi Tes Unjuk Kerja Pelafalan Kosakata Bahasa Inggris... 55 Tabel 4. Kriteria Penilaian Tes Unjuk Kerja Pelafalan Kosakata

Bahasa Inggris... 55 Tabel 5. Kisi-Kisi Soal Tes Unjuk Kerja Mengisi Huruf Yang Kosong Dalam

Kosakata Bahasa Inggris ... 56 Tabel 6. Peningkatan Penguasaan Kosakata Siswa Kelas 2

SD Negeri Surokarsan Siklus I ... 73 Tabel 7. Klasifikasi Nilai Penguasaan Kosakata Siklus I ... 74 Tabel 8. Peningkatan Penguasaan Kosakata Siswa Kelas 2

SD Negeri Surokarsan Siklus II ... 86 Tabel 9. Peningkatan Penguasaan Kosakata Pada Pratindakan, Siklus I, Dan

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1: Daftar Nilai Kosakata Bahasa Inggris Siswa Kelas 2 SD

Negeri Surokarsan 2 ... 100

Lampiran 2: Instrumen Soal Tes Unjuk Kerja Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siklus I ... 101

Lampiran 3: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 103

Lampiran 4: Daftar Nilai Penguasaan Kosakata Siswa Kelas 2 Siklus I ... 114

Lampiran 5: Instrumen Soal Tes Unjuk Kerja Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siklus II ... 115

Lampiran 6: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 117

Lampiran 7: Daftar Nilai Penguasaan Kosakata Siswa Kelas 2 Siklus II ... 128

Lampiran 8: Catatan Lapangan ... 129

Lampiran 9: Foto Kegiatan Penelitian ... 138

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran pada sekolah dasar sangatlah penting sebagai dasar pijakan anak untuk mengkonstruksi pengetahuan selanjutnya. Anak belajar melalui berbagai hal yang kemudian memotivasinya untuk ingin tahu dan mencoba. Hal ini sesuai dengan sifat anak di kelas awal yang masih memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi.

Pembelajaran bukan sekedar pemindahan informasi dari guru ke siswa seperti yang telah diungkapkan oleh Paulo Freire (2011:51) tentang pendidikan gaya bank dimana siswa hanya sebagai wadah untuk menabung informasi yang diberikan guru sedangkan siswa sendiri tidak diajak untuk berkembang. Namun pembelajaran yang ideal adalah untuk menggali potensi dan bakat yang dimiliki sisiwa untuk membantu mempersiapkan siswa hidup dalam masyarakatnya. Pembelajaran berarti siswa juga harus berkembang sesuai dengan pemikirannya, sehingga bukan hanya guru yang monoton menceramahi dan menjejali ilmu kepada siswa namun siswa diajak untuk memahami materi dan mengembangkannya sendiri.

(17)

2

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sehingga kegiatan pendidikan diupayakan dapat menciptakan kemajuan pada semua individu dan masyarakat tanpa kecuali.

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar adalah bahasa yang meliputi bahasa Indonesia dan bahasa asing seperti Bahasa Inggris atau terkadang ditambah dengan bahasa Mandarin dan Arab dan diikuti dengan muatan lokal yang mengandung bahasa daerah setempat. Pembelajaran bahasa asing merupakan salah satu pembelajaran yang dirasa sulit bagi siswa. Bahasa merupakan pembiasaan bagi seseorang. Bila ia tidak biasa menggunakan suatu bahasa dalam keseharian, maka akan sulit untuk menguasai bahasa tersebut, begitu juga dengan kesulitan siswa belajar bahasa asing yang tidak biasa dipakai dalam keseharian. Jadi sangat perlu adanya pembiasaan sehari-hari baik melalui membaca, mendengar atau pengucapan agar membantu siswa lebih mudah mengahafal.

(18)

3

Menurut Kasihani Suyanto (2010: 2), pembelajaran bahasa Inggris diterapkan karena adanya dukungan pemerintah dalam kebijakan mata pelajaran muatan lokal di sekolah dasar yang diatur dalam Kebijakan Depdikbud Republik Indonesia Nomor 0187/11/1992 Bab VIII yang menyatakan bahwa sekolah dasar dapat menambah mata pelajaran dalam kurikulumnya asalkan mata pelajaran tersebut tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. Mata pelajaran tambahan yang dimasud dapat berupa bahasa asing dan juga bahasa daerah setempat sehingga biasanya terdapat perbedaan antara sekolah daerah yang satu dengan yang lain untuk mata pelajaran muatan lokal dan kesenian.

Kebijakan ini disusul oleh Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 060/1993 tanggal 25 Februari 1993 tentang dimungkinkannya program bahasa Inggirs lebih dini sebagai satu mata pelajaran muatan lokal dan dianjurkan dimulai sejak kelas 4 SD, namun pada beberapa sekolah pembelajaran bahasa Inggris ini sudah dimulai sejak kelas 1 atau kelas 2. Pembelajaran bahasa Inggris adalah bahasa yang baru bagi siswa, sehingga diperlukan adanya cara baru dalam belajar. Perlu ada pembiasaan bagi siswa untuk menggunakan bahasa Inggris. Jika siswa sudah terbiasa dan lekat pada bahasa Inggris, maka semakin baik bagi siswa dalam mempersiapkan diri mereka untuk kehidupan global mendatang.

(19)

4

awal yang masih belum lancar menulis, akan lebih ditekankan pada pengenalan dan penguasaan kosakata secara lisan.

Pembelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar di Yogyakarta ada yang dimulai sejak kelas awal, namun juga ada yang dimulai sejak kelas 4 sesuai Undang-Undang yang berlaku. Pembelajaran tersebut meliputi pengajaran kosakata dan ketrampilan berbahasa Inggris lainnya. Sedangkan di SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta, pembelajaran bahasa Inggris dimulai sejak kelas 1 dengan materi yang sederhana berupa kosakata yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Namun demikian masih ditemukan adanya kekurangan penguasaan kosakata bahasa Inggris pada siswa kelas 2 SD Negeri Surokarsan 2. Menurut hasil observasi dan wawancara awal dengan guru mata pelajaran bahasa Inggris pada tanggal 16, 23, dan 30 April 2015, jumlah kosakata bahasa Inggirs siswa kelas 2 masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai siswa saat diberikan evaluasi kosakata pada pelajaran sebelumnya. Siswa diminta untuk menuliskan kosakata yang tepat pada sebuah kalimat rumpang dengan menghubungkannya ke gambar yang mewakili kosakata tersebut. Kosakata tersebut adalah kosakata pada tema yang dipelajari dan pada pelajaran sebelumnya sudah diajarkan, namun siswa masih kesulitan dalam mengingat kosakata baru mereka. Kosakata yang diberikan sesuai dengan tema yang saat itu diajarkan masih baru bagi anak sehingga sulit untuk dihafal.

(20)

5

bahasa Inggris sehingga mereka lebih cenderung asik bermain sendiri daripada mengikuti pembelajaran, bahkan sebagian besar siswa berlarian sampai ke luar kelas dan yang lain asik bercerita dengan teman sebangkunya. Berdasarkan data hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris, nilai rata-rata dari 22 siswa adalah 39,55 dengan nilai tertinggi 65 dan nilai terendah 30.

Pelajaran bahasa Inggris masih baru bagi siswa kelas 2, namun siswa sudah diminta untuk menghafal kosakata, seperti anggota tubuh, hewan dan buah, nama ruangan, dan sebagainya. Apalagi di taman kanak-kanak memang belum diajarkan pelajaran bahasa Inggris, lingkungan siswa juga tidak semuanya menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa tidak terbiasa menggunakan bahasa Inggris.

Rendahnya penguasaan kosakata siswa kelas 2 SD Negeri Surokarsan 2 ini salah satunya karena pembelajaran bahasa Inggris yang siswa terima sebelumnya kurang menarik perhatian dan konsentrasi, juga karena media pembelajaran yang terbatas sehingga kurang bervariasi. Keterbatasan media ini salah satunya disebabkan oleh penyediaan sekolah yang memang masih kurang, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran menjadi kurang bervariasi.

(21)

6

salah satunya disebabkan karena guru mata pelajaran bahasa Inggris bukan guru kelas yang mereka sering temui setiap hari sehingga siswa bertindak kurang sopan.

Sebagai alternatif pemecahan masalah tersebut digunakan suatu metode baru, yaitu kartu bahasa atau flashcard yang dibaca sesuai tema pelajaran yang akan diajarkan. Penggunaan media flashcard sebagai salah satu metode dalam membiasakan siswa berbahasa Inggris, diasumsikan dapat meningkatkan jumlah kosakata siswa.

Media kartu bahasa adalah sebuah media yang memusatkan pada penambahan jumlah kosakata siswa melalui cara belajar yang menarik. Media ini dilengkapi dengan gambar yang dapat menarik perhatian dan minat belajar siswa, apalagi siswa kelas 2 SD memang lebih mudah untuk mengalami pembelajaran konkret dengan melihat bukan hanya tulisan saja namun juga gambar yang diasosiasikan dengan kehidupan sehari-harinya.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan di kelas 2 SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta sebagai berikut:

1. Penguasaan kosakata bahasa Inggris masih rendah.

2. Pembiasaan penggunaan kosakata bahasa Inggris dalam aktivitas belajar siswa masih kurang.

(22)

7

4. Media yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris bagi siswa masih kurang bervariasi.

5. Siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran kosakata bahasa Inggris.

6. Sikap siswa terhadap guru bahasa Inggris yang memang bukan guru kelas yang mereka temui setiap hari masih kurang sopan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada masalah rendahnya penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas 2 SD Negeri Surokarsan 2.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris melalui media flashcard siswa kelas 2 SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris melalui media

flashcard siswa kelas 2 SDNegeri Surokarsan 2 Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian

(23)

8 1. Manfaat teoritis

Dapat menambah atau memperkaya kajian teori dibidang ilmu pengetahuan khususnya mengenai media meningkatkan kosakata bahasa Inggris siswa. Selain itu, juga dapat menambah referensi bagi peneliti selanjutnya yang hendak melakukan penelitian mengenai peningkatan kosakata bahasa Inggris siswa melalui media flashcard.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa, dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kosakata bahasa Inggris dengan cara yang menarik.

b. Bagi guru, dapat menjadi alternatif pembelajaran baru dalam mengajarkan kosakata bahasa Inggris bagi siswa dengan cara yang lebih menarik perhatian siswa.

(24)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Bahasa 1. Pembelajaran Bahasa

Bahasa diartikan dalam beberapa pengertian. Sebagian mengatakan bahasa sebagai perkataan-perkataan yang diucapkan atau ditulis. Sebagian lain berpendapat bahwa bahasa adalah alat komunikasi manusia. Bahasa juga diartikan oleh sebagian orang sebagai kata benda, kata kerja kalimat-kalimat, ungkapan-ungkapan, atau sebagainya yang dipelajari di sekolah. Bahasa juga dimaknai sebagai kumpulan kata-kata dan kaidah-kaidah atau peraturan-peraturan. Namun bila dicermati, pengertian tersebut hanya menyentuh dan menerangkan sebagian dari hakikat dan fungsi bahasa. Bahasa sendiri adalah sistem lambang-lambang atau simbol-simbol berupa bunyi yang digunakan oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu untuk berkomunikasi dan berinteraksi (Ahmad Izzan, 2010: 2).

Dalam buku Introduction to Linguistic Science karya E. H. Struetevan (Ahmad Izzan, 2010: 2) mendefinisikan bahasa sebagai “a

system of arbitary, vocal, symbol which permit all people in a given

culture, or other people who have learned the system of the culture to

communicate or interact”. Penggunaan istilah “sistem” untuk

(25)

10

Dalam bahasa tulis, huruf-huruf abjad yang biasa digunakan untuk menulis atau mengabadikan bahasa lisan merupakan hasil dari pemikiran dan penemuan manusia. Karena itu bahasa tertulis merupakan gambaran sebuah bahasa dan merupakan bagian dari bahasa itu sendiri. Dengan demikian “bahasa” dan “tulisan”

tidak boleh dicampurkan sehingga mengaburkan maknanya karena masing-masing merupakan dua hal yang berbeda. Misalnya tulisan Arab bukan hanya untuk bahasa Arab namun juga untuk menulis bahasa Persia dan Melayu kuno (Ahmad Izzan, 2010: 3).

Pada perkembangannya, kemajuan bahasa setara dengan tingkat kemajuan peradaban manusia dan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan baik lisan maupun tulisan. Beberapa fungsi bahasa menurut Ahmad Izzan (2010: 4) antara lain:

1. Bahasa digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mencapai maksudnya serta beberapa kepentingannya dalam rangka aktualisasi diri.

2. Bahasa dapat digunakan untuk mengungkapkan emosi, harapan, keinginan, cita-cita dan pikiran seseorang. Bahasa juga dapat membuat orang lain mengerti perasaan diri kita.

(26)

11

4. Bahasa dapat digunakan untuk mempengaruhi orang lain baik digunakan secara lisan maupun tulisan.

5. Bahasa merupaka media penghubung antara satu orang dengan orang lain melalui komunikasi.

6. Bahasa merupakan salah satu lambang agama, misalnya bahasa Arab menjadi alat penyampai dakwah Islam.

7. Bahasa menjadi alat pendukung utama dan mutlak bagi seluruh pengetahuan manusia.

8. Bahasa merupakan landasan yang asasi bagi semua bentuk kerja sama antarmanusia. Dengan bahasa, peradaban (civilization) dan kebudayaan manusia dapat dipelihara, dikembangkan, dan diwariskan pada generasi selanjutnya.

9. Bahasa dapat menjadi alat pemersatu bangsa

10.Bahasa menjadi senjata bagi kelompok subversive untuk mempropagandakan kepentingan kelompok yang bersangkutan.

Menurut Drucker dalam Riant Nugroho (2008: 11), pendidikan merupakan kebutuhan mutlak karena sumber daya manusia yang terdidik menjadi sumber keunggulan dari negara tersebut. Jelas di sini dikatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia menjadi prioritas bagi suatu negara untuk membangun keunggulan kompetitifnya.

(27)

12

pertumbuhan ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta menambahkan kecakapan di dalam perkembangan seseorang. Sedangkan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara bertujuan untuk menyiapkan rasa kebebasan dan tanggung jawab agar anak berkembang merdeka dan menjadi serasi, terikat erat dan sadar akan budayanya sendiri sehingga terhindar dari pengaruh hubungan kolonial seperti rasa rendah diri, ketakutan, keseganan, atau bahkan peniruan yang membuta (Sugihartono, dkk; 2007:125). Dalam konsep pendidikan yang dituju oleh Ki Hajar Dewantara, beliau lebih mengutamakan budaya dan nilai kerohanian, hal ini dapat dilihat secara langsung dari penanaman buadaya di sekolah Taman Siswa yang menggunakan acuan pendidikan beliau dimana kesederhanaan merupakan yang terutama namun memiliki visi yang luas dan siswa dididik untuk menjadi mandiri.

Pendidikan dapat disimpulkan sebagai proses pengalaman bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh baik secara formal maupun informal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.

(28)

13

Perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut Slameto berarti bahwa:

1) perubahan tersebut terjadi secara sadar

2) perubahan tersebut bersifat kontinu dan fungsional 3) perubahan tersebut bersifat positif dan aktif

4) perubahan tersebut bukan bersifat sementara 5) perubahan tersebut bertujuan dan terarah

6) perubahan tersebut mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Dari pengertian bahasa dan pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar bahasa adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dari hasil interaksinya dengan lingkungan mengenai sistem lambang atau simbol berupa bunyi yang digunakan oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu untuk berinteraksi.

Menurut Ahmad Izzan (2010: 20), sejak jaman purbakala manusia telah belajar bahasa, khususnya untuk berkomunikasi dengan orang di sekelilingnya. Sehingga untuk hidup sebagai makhluk sosial manusia perlu untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa. Dalam pembelajaran bahasa sendiri tidak ada yang disebut “guru” secara harafiah karena “belajar” atau “mengetahui bahasa” tidak

selalu melalui “proses pengajaran”. Yang dibutuhkan di sini adalah sarana belajar

atau memperoleh suatu sistem komunikasi (bahasa) dan tersedianya contoh atau “model” komunikasi tersebut. Jadi yang paling utama adalah tersedianya pelajar

(29)

14

misalnya orang dengan bahasa Jawa adalah orang Jawa atau orang dengan bahasa Batak adalah orang Batak. Bahasa identifikasi seseorang itu yang disebut sebagai “bahasa ibu” atau “bahasa pertama” karena bahasa itulah

yang digunakan paling utama dalam keluarga tempat orang tersebut dibesarkan.

Belajar bahasa yang bukan bahasa pertama ini disebut dengan bahasa kedua atau bahasa asing. Menurut penelitian Ahmad Izzan (2010: 22), belajar bahasa kedua termasuk sukar, baik bahasa yang digunakan secara umum oleh masyarakat luas (bukan bahasa dalam keluarga) maupun yang digunakan oleh orang asing (di luar masyarakat dalam kelompok atau bangsa). Oleh sebab itu, dalam belajar bahasa kedua inilah diperlukan metode belajar dan pengajar yang seutuhnya.

Mengajar bahasa memiliki empat faktor yaitu pengajar, metode, pengajaran bahasa, dan materi belajar. Guru di sini dapat juga disebut dengan fasilitator yang sebaiknya mencari metode-metode dan memakai alat-alat media yang efektif dalam membantu pembelajaran.

2. Aspek-aspek pembelajaran bahasa a. Mendengarkan

(30)

15

tidak menyadari begitu kompleksnya proses pemerolehan keterampilan mendengar tersebut. Saat bayi, manusia belum dapat mengerti kata-kata. Bayi akan lebih banyak mendengar dan menyimak bunyi-bunyi yang ada di sekelilingnya baik dari orang tua maupun lingkungannya, kemudian ia akan mulai dapat menanggapi apa yang dikatakan orang tuanya meskipun bukan dalam bahasa yang sebenarnya atau lebih seperti bergumam. Hal ini sesuai dengan yang dimaksud oleh Cook dalam Caroline T. Linse (2005: 22) :

“Before babies can comprehend words, they listen to the rythm and melody of the language and have some awareness of interaction and relationship whith the speaker. Toddlers listen to both sound and words. Eventually, children start tuning into words and the meanings attached to them.”

Anak mendengar beragam bunyi dan suara di sekelilingnya dan mengolahnya. Di dalam ruangan saja anak sudah akan mendengar suara orang berbicara, suara tv, musik, dan lainnya.

b. Berbicara

(31)

16

pengajaran bahasa Inggris dewasa ini adalah untuk berbicara. Lebih jauh lagi Wilkin menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda. Ada banyak cara bagaimana anak dapat belajar untuk berbicara dari hasil ia mendengarkan suara sejak bayi. Kemampuan berbicara pada awalnya hanya dengan huruf bilabial. Huruf bilabial adalah huruf yang terbentuk dari paduan bibir. Setelah mendengar lebih banyak kata, anak akan menyerap berbagai kosakata dan mencernanya lalu berusaha menirukannya, semakin lama anak akan belajar kata dan mengintegrasikannya dalam kalimat untuk berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan penuturan Caroline T. Linse (2005: 46), “ When children begin speaking, they experiment and play with the utterances that are made to form words and phrases such as bye-bye. As

they grow, children integrate these words and structures into their real and

imaginary play”.

c. Membaca

(32)

17

masuk dalam kognisi/otak manusia.Kemampuan mengolah informasi sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuan individu.

d. Menulis

Salah satu aspek kebahasan yang harus dilatihkan kepada siswa adalah menulis. Menurut Tarigan (Yanuarita Widi A dan Ali Mustadi 2014: 2) keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur. Keterampilan menulis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam bidang tulis menulis sehingga tenaga potensial dalam menulis. Keterampilan menulis untuk saat sekarang telah menjadi rebutan dan setiap orang berusaha untuk dapat berperan dalam dunia menulis. Banyak orang berusaha meningkatkan keterampilan menulisnya dengan harapan dapat menjadi penulis handal.

3. Pembelajaran Bahasa Inggris

(33)

18

pelajaran bahasa Inggris di SD menurut Standar Isi BSNP (2006: 403) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan (language accompanying action)

dalam konteks sekolah

b. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global.

(34)

19

Berikut ini adalah urutan dalam pembelajaran bahasa Inggris: a. Perencanaan pembelajaran bahasa

Menurut Ahmad Izzan (2010: 23), dalam mengajarkan bahasa, pencarian metode yang paling tepat sampai saat ini masih terus terjadi karena metode yang sudah diterapkan dirasa masih memiliki kekurangan. Hal ini disebabkan karena pengajaran bahasa sebenarnya melibatkan setidaknya tiga disiplin ilmu yaitu linguistik, psikologi, dan ilmu pendidikan. Ilmu linguistik memberikan kita informasi tentang bahasa secara umum dan bahasan-bahasan tertentu. Ilmu psikologi dapat membantu kita mengetahui bagaimana orang belajar mengenai sesuatu, sedangkan ilmu pendidikan membuat kita dapat meramu semua keterangan sebelumnya menjadi suatu metode belajar yang bisa diterapkan di kelas dan memudahkan proses belajar mengajar baik untuk guru maupun siswa. Pengajaran bahasa juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan sehingga metode belajar yang dapat diterapkan di lingkungan yang satu dengan yang lain akan berbeda.

b. Pelaksanaan pembelajaran bahasa

Dalam mengajarkan bahasa ada beberapa metode yang dapat diterapkan di kelas tergantung bagaimana kondisi guru dan siswa kelas tersebut sesuai dengan pendapat Ahmad Izzan (2010: 39-52), metode tersebut antara lain: 1) Metode langsung (direct method)

2) Metode alamiah (natural method)

(35)

20 4) Metode fonetik (phonetic method) 5) Metode membaca (reading method) 6) Metode gramatika (grammar method) 7) Metode terjemah (translation method)

8) Metode gramatika-terjemah (grammar-translate method) 9) Metode gabungan (Electic method)

10) Metode unit (unit method)

11) Metode pembatasan bahasa (language control method) 12) Metode mim-mem (mimicry-memorization method) 13) Metode praktik-teori (practice-theory method) 14) Metode kognasi (cognate method)

15) Metode dwibahasa (duallanguage method)

Dalam penelitian ini metode pengajaran bahasa yang digunakan adalah metode psikologi karena proses pembelajarannya berdasarkan pengamatan perkembangan mental dan asosiasi pikiran. Pembelajaran menggunakan benda-benda atau gambar dan menghubungkannya dengan kata yang diucapkan.

(36)

21

Manajemen kelas yang efektif juga sangat mempengaruhi bagaimana guru dapat mengelola siswa dan membantu masing-masing siswa untuk belajar. Tanpa konsentrasi dan fokus, siswa akan sulit menerima pelajaran. Salah satu tujuan pembelajaran adalah untuk mengembangkan kapasitas siswa untuk pembelajaran jangka panjang. Untuk itu, guru harus mampu melihat keahlian dan kemampuan siswa agar dapat diadaptasi menjadi suatu metode belajar yang pas bagi siswa (Helena Ceranic, 2011: 31-33).

c. Evaluasi pembelajaran bahasa

Selama ini penilaian yang dilakukan oleh guru bahasa menggunakan tes atau ulangan harian (formatif) yang dilakukan periodik setelah menyelesaikan satu pokok bahan ajar. Setelah itu dilakukan ulangan umum bersama pada akhir semester dan akhir tahun ajaran (sumatif). Namun penilaian bahasa tidak hanya dilakukan pada akhir suatu kegiatan pembelajaran saja, tetapi juga saat pembelajaran sedang berlangsung.

Penilaian yang seharusnya dilakukan adalah penilaian proses yang dilakukan saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung (on going assessment) dan penilaian menyeluruh (overall). Pada kenyataannya penilaian menyeluruh ini sering dilupakan oleh guru di lapangan, padahal penilaian bahasa untuk siswa dilakukan bukan hanya untuk mengetahui dan mengukur pemerolehan belajar siswa namun juga mengikuti peningkatan belajar siswa.

(37)

22

hendaknya relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan dan disesuaikan dengan konteks pokok bahasannya. Butir tes harus merupakan gambaran dan refleksi dari kegiatan dan bahan yang sudah diajarkan pada siswa. Jenis penilaian autentik yang cocok untuk pembelajaran bahasa menurut Kasihani Suyanto (2010: 140) antara lain:

1) Portofolio

2) Tugas kelompok atau berpasangan

3) Hasil wawancara dan hasil diskusi kelompok 4) Menceritakan kembali

5) Rekaman kinerja siswa 6) Hasil observasi guru

7) Hasil karangan, puisi, atau kinerja siswa 8) Bermain peran dan simulasi.

9) Tes unjuk kerja

Sebenarnya yang paling memahami sejauh mana bahan ajar yang sudah diberikan kepada siswa adalah guru itu sendiri, sehingga teacher-made test

(38)

23 B. Pembelajaran Bahasa di Sekolah Dasar

1. Prinsip Pembelajaran Bahasa Untuk Anak SD

Sesuai tujuan dan fungsi pengembangan bahasa anak yaitu untuk berkomunikasi dengan lingkungan, meningkatkan intelegensi, mengembangkan ekspresi dan menyatakan perasaan anak, maka prinsip pelaksanaan pengembangan bahasa untuk anak yang disajikan oleh BSNP (2006) adalah sebagai berikut:

a. Sesuaikan dengan tema kegiatan dan lingkungan terdekat

b. Pembelajaran harus berorientasi pada kemampuan yang hendak dicapai sesuai potensi anak

c. Tumbuhkan kebebasan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan dikaitkan dengan spontanitas

d. Berikan alternatif pikiran dalam mengungkapkan isi hati anak e. Komunikasi antara guru dan anak harus akrab dan menyenangkan f. Guru harus terlebih dahulu menguasai pengembangan bahasa

g. Guru harus bersikap normatif, model, dan contoh dalam penggunaan bahasa yang baik dan benar

h. Bahan pembelajaran membantu pengembangan kemampuan dasar anak

i. Tidak menggunakan huruf satu-satu secara formal. 2. Perkembangan Bahasa Anak

(39)

24

menerjemahkan pengalaman ke dalam simbol-simbol yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan berpikir. Bahasa erat sekali kaitannya dengan perkembangan kognitif. Menurut Vygotsky (Ahmad Susanto, 2011: 73), bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan ide dan bertanya , dan bahasa juga menghasilkan konsep dan kategori-kategori untuk berpikir. Sedangkan menurut Nana Syaodih (Ahmad Susanto, 2011: 73), bahwa aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan rabaan. Perkembangan selanjutnya sangat dipengaruhi oleh perkembangan intelektual dan sosial. Oleh sebab itu, ketrampilan bahasa sangat penting dalam rangka pembentukan kosep, informasi, dan pemecahan masalah.

Anak memperoleh bahasa dari lingkungan keluarga dan lingkungan tetangga. Dengan bahasa yang mereka miliki, perkembangan kosakata akan berkembang dengan cepat seperti yang telah dikemukakan Sroufe (Ahmad Susanto, 2011: 73), perkembangan kosakata anak akan sangat cepat setelah mereka mulai berbicara. Hal ini terjadi karena anak akan menggunakan arti bahasa dari konteks yang digunakannya.

(40)

25

lingkunganlah yang sangat mendukung dan membantu dalam mengembangkan bahasa dan kosakata anak.

Pembelajaran bahasa pada anak usia dini lebih diarahkan pada kemampuan berkomunikasi. Untuk memahami bahasa simbolis, anak memerlukan pembelajaran membaca dan menulis. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa sering dibagi menjadi dua yaitu pembelajaran bahasa untuk komunikasi dan pembelajaran bahasa untuk literasi, yaitu belajar membaca dan menulis (Ahmad Susanto, 2011: 74).

Menurut Vygotsky dalam (Ahmad Susanto, 2011: 75), pada umumnya bahasa dan pemikiran anak berbeda. Kemudian secara perlahan, sesuai tahap perkembangan mentalnya, bahasa dan pemikiran anak mulai menyatu sehingga bahas amerupakan ungkapan dari pikirannya. Anak secara alami belajar bahasa dari interaksinya dengan orang lain untuk berkomunikasi, yaitu menyatakan pemikirannya dan keinginannya utnk memahami pikiran dan keinginan orang lain. Hal ini terjadi karena hakikat manusia sendiri sebagai makhluk sosial yang akan saling berinteraksi, bergaul, dan bermasyarakat. Oleh karena itu belajar bahasa yang paling efektif adalah dengan bergaul dengan orang lain.

Menurut Suyanto (Ahmad Susanto, 2011: 75), melatih anak berbahasa dapat dilakukan dengan cara berkomunikasi melalui berbagai setting berikut ini:

a. Kegiatan bermain bersama, biasanya anak secara otomatis akan berkomunikasi dengan temannya sambil bermain bersama

(41)

26

c. Bermain peran, bermain peran akan sangat membantu anak berbahasa dengan orang lain sesuai peran yang dijalankannya dan juga membantu anak untuk berkespresi

d. Bermain boneka tangan, anak akan lebih tertarik dan mendengarkan cerita bila dibarengi dengan boneka tangan atau gambar karena mereka belum dapat membayangkan secara abstrak sebuah cerita

e. Belajar dan bermain dalam kelompok juga sangat membantu anak berinteraksi dengan orang lain sehingga mereka harus meningkatkan kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi.

3. Kemampuan Penguasaan Kosakata

Bahasa terdiri dari banyak kata, dan kosakata adalah gabungan dari kata-kata tersebut yang seseorang pahami (Caroline T. Linse, 2005: 121). Penguasaan kosakata seorang anak awalnya tergantung pada perbedaan konsep yang mereka pelajari. Penguasaan kosakata merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai penguasaan bahasa, semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang maka semakin banyak pula ide dan gagasan yang dikuasai seseorang.

(42)

27

benda, kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan. Anak usia prasekolah sudah mampu menggunakan kata benda dengan tepat walaupun masih mengalami kebingungan pada kata-kata ulang dan kata berimbuhan.

Untuk bahasa kedua atau second language atau dalah hal ini adalah bahasa Inggris, penguasaan anak menurut Krashen dalam Helena Curtain dan Carol Ann Dahlberg (2010: 2) sebesar i+1 dimana i adalah kemampuan siswa yang belajar antar bahasa dalam kondisi awal dan angka yang mengikutinya adalah tahapan dari bahasa yang diperoleh. Pembelajar memperoleh bahasa dengan memahami input yang berisi struktur yang sedikit diatas kemampuan pemelajar. Pemelajar tidak memperoleh struktur bahasa pertama kali namun memahami makna suatu ujaran sehingga struktur dengan sendirinya diperoleh. Caroline T. Linse (2005: 123) mengemukakan bahwa: “it is important to use both formal and informal

vocabulary instructions that engages students’ cognitive skills and gives

opportunities for the learners to actually use the words”. Pertumbuhan kosakata sangat diperlukan bagi anak, terlebih yang sedang dalam usia sekolah. Bahkan pemberian kosakata juga dapat dilakukan dengan formal maupun informal agar kemampuan kognitif anak berkembang karena anak akan menentukan kapan memakai kata tersebut.

Tarigan dalam Farihatun(2014: 17) mengatakan bahwa penguasaan koakata secara umum dapat dikelompokkan seperti berikut:

(43)

28

sebagai penguasaan yang bersifat pasif atau pemahamannya hanya bersifat pemikiran

b. Penguasaan produktif atau proses enconding, yaitu proses mengkomunikasikan ide, pikiran, dan perasaan melalui bentuk kebahasaan atau dengan kata lain memahami kosakata melalui penerapannya dalam suatu konteks kalimat sehingga makna yang dikandung oleh kosakata tersebut menjadi jelas

c. Penguasaan penulisan dimana saat seseorang sesorang mampu memahami makna kosakata dan menerapkannya dalam rangkaian kalimat, langkah selanjutnya adalah orang tersebut dapat menuliskannya.

Dari berbagai pengertian tentang kosakata di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan penguasaan kosakata adalah ukuran pemahaman siswa terhadap kosakata khususnya bahasa Inggris dan kemampuannya menggunakan kosakata tersebut.

4. Aspek Pembelajaran Kosakata

(44)

29

pemahaman kognitif terhadap suatu kata. Berikut ini adalah daftar tabel mengenai tinjauan reseptif dan produktif terhadap kosakata:

Tabel 1. Aspek penguasaan kosakata dan tinjauan reseptif-produktif menurut Nation I. S. P dalam Widya Ajeng Pemila (2013:13)

Bentuk Lisan R Bagaimana bunyinya

P Bagaimana mengucapkannya

Tertulis R Bagaimana bentuknya (susunan huruf) P Bagaimana menuliskannya

Bagian-bagian kata R Pemahaman bagian-bagian kata

P Bagian kata mana yang dibutuhkan untuk menyampaikan maksud tertentu

P Apa acuan dari konsep kata tersebut Asosiasi R Kata apa yang berkaitan dengan kata

tertentu

P Apa kata lain yang dapat menggantikan kata tersebut

Penggunaan Fungsi gramatikal R Bagaimana penggunaan kata dalam pola (kalimat) tertentu

P Dalam pola (kalimat) apa kata tersebut dapat digunakan

Kolokasi R Kata-kata apa saja yang digunakan bersama dengan suatu kata tertentu P Kata-kata apa saja yang dapat digunakan

bersamaan dengan suatu kata tertentu Batasan R Di mana, kapan, dan bagaimana

penggunaan suatu kata tertentu

P Di mana, kapan, dan bagaimana suatu kata itu digunakan (aplikasinya)

Namun menurut Nation I. S. P, penguasaan kosakata seseorang sebagai berikut:

“...a learner’s receptive knowlegde, the words that are recognized when hear or

read, is greater than a learner’s productive knowledge, the words that can be

(45)

30

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan kosakata reseptif seseorang lebih besar daripada pengetahuan produktifnya. Pemahaman kosakata menurut Nation I. S. P dalam Widya Ajeng Pemila (2013: 3) juga dibedakan dalam beberapa aspek. Berikut ini adalah jenis pembelajaran kosakata berdasarkan aspek pemahaman kosakata:

Tabel 2. Jenis pembelajaran kosakata berdasarkan aspek pemahaman kosakata menurut Nation I. S. P dalam Widya Ajeng Pemila (2013: 3)

Jenis pemahaman kosakata

Jenis pembelajaran Aktivitas belajar Bentuk Pembelajaran implisit Pengulangan

pengenalan kosakata Makna Pembelajaran eksplisit Penggunaan gambar, elaborasi, pemarikan

Batasan Pembelajaran eksplisit Panduan langsung dan tanggapan (umpan balik dari pembelajar)

5. Penilaian Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris

(46)

31

pertanyaan atau bagian akhir suatu pernyataan yang diberi tanda berbeda dari deretan pertama.

Tes lainnya dapat menggunakan gambar. Tes ini digunakan untuk siswa yang masih belum mampu memahami teks sehingga diperlukan gambar sebagai alat bantu. Misalnya dalam sebuah soal terdapat gambar tangan dan buah-buahan lain, siswa diminta untuk mencari gambar hand dan memberi nomor sesuai gambar dengan kata yang diinginkan. Cara lain adalah dengan menunjukkan kepada siswa sebuah gambar dan meminta siswa melengkapi huruf yang masih kosong dalam kata gambar tersebut.

Penilaian penguasaan kosakata dapat menggunakan instrumen penilaian lisan dan tulisan. Pedoman penilaian keterampilan berbicara sesuai dengan pendapat Ahmad Rofi‟uddin dan Darmiyati Zuhdi dalam Shinta Dhennis

Irianto (2010: 19) menekankan penilaian pada aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek trsebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

a. Aspek kebahasaan 1) Ketepatan ucapan

(47)

32

ragam lisan biasa, sehingga terlalu menarik perhatian, mengganggu komunikasi atau pemakainya (pembicara) dianggap aneh.

2) Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai

Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya, jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan tentu berkurang. Penempatan tekanan pada kata atau suku kata yang kurang sesuai akan mengakibatkan kejanggalan.

b. Aspek nonkebahasaan

1) Keberanian, sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku,

Sikap pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku dapat memberikan kesan pertama yang kurang menarik bagi pendengar. Oleh karena itu diperlukan sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku saat berbicara karena dari sikap tersebut dapat menunjukkan otoritas dan integritas pembicara. 2) Kelancaran

Kelancaran berbicara memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraan. Pembicaraan yang terputus-putus, bahkan di antara bagian-bagian yang putus diselipkan bunyi-bunyi yang mengganggu menyebabkan pendengar tidak memahami isi pembicaraan.

6. Pembelajaran kosakata di Sekolah Dasar

(48)

33

secara baik dan efektif sesuai dengan konteks kalimat. Pembelajaran kosakata tersebut terdiri dari 5 tahap penting sebagai berikut:

1. Memiliki sumber untuk menemukan kata-kata baru

2. Gunakan gambar yang jelas, atau dapat dipadukan dengan suara untuk menggambarkan kata baru tersebut

3. Pelajari arti kata baru tersebut

4. Buat ikatan yang kuat antara bentuk dan arti dari kata tersebut 5. Gunakan kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari

Ciri khas pengajaran bahasa khususnya bahasa asing ialah bahwa peserta didik harus memperolah kemampuan untuk mempergunakan bahasa tersebut sebagai alat komunikasi dan belajar berpikir dalam bahasa tersebut. Jadi kemampuan menggunakan bahasa asing dapat dikuasai secara sempurna apabila bahasa tersebut digunakan sebagai alat komunikasi dengan latihan-latihan secara bertahap dan rutin.

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris

(49)

34

mempengaruhi peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris menurut Kasihani Suyanto (2010: 19):

a. Bahasa Ibu

Insting, karakteristik, dan keterampilan yang sudah terbentuk melalui pembelajaran bahasa ibu sangatlah membantu anak dalam mempelajari bahasa lain. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat banyak perbedaan bahasa ibu dan bahasa Inggris terutama dalam hal ejaan, intonasi, struktur, dan kosakata. Sebagai anak-anak yang masih sangat awal mempelajari bahasa Inggris, bahasa ibu ini akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran mereka.

b. Bahan Ajar

Pemilihan materi bahasan ajar untuk anak permulaan mempelajari bahasa Inggris sangatlah menentukan ketertarikan dan kebermaknaan pembelajaran bagi anak.anak akan menaruh perhatian besar terhadap materi yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-harinya. Bahan ajar hendaknya juga dipilih yang dapat merangsang keaktifan belajar siswa karena melalui pembelajaran langsung, siswa akan lebih mudah mengingat kosakata bahasa Inggris yang diajarkan.

c. Interaksi Sosial

(50)

35

terjadi antara guru dengan siswa atau antar sesama siswa dapat dikurangi dengan adanya permainan maupun tanya jawab.

d. Media Pembelajaran

Pembelajaran bahasa Inggris bagi pemula atau di kelas awal akan lebih menyenangkan dan mudah diterima apabila menggunakan media pembelajaran yang sesuai dan menarik. Media yang bersifat visual dan konkret bagi siswa akan membuat mereka lebih mudah mengahafal kosakata melalui media tersebut.

e. Latar Belakang Keluarga

Latar belakang keluarga dan sosial dapat menunjang maupun menghambat pembelajaran bahasa Inggris bagi pemula. Tersedianya kamus atau buku penunjang pembelajaran bahasa Inggris dan intensitas seringnya penggunaan bahasa Inggris di rumah tidak lepas dari peran dan dukungan orang tua.

C. Media pembelajaran bahasa 1. Hakikat Media

(51)

36

dan lain-lain. Contoh tersebut dapat dijadikan media pembelajaran apabila dapat menghantarkan pesan untuk mencapai tujuan pembelajaran, oleh karena itu harus ada kecocokan antara media, metode, dan pesan yang akan dikirim.

Menurut Gerlach dan Ely dalam Azhar Arsyar (2009: 3), media secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Sedangkan menurut Henich dalam Azhar Arsyar (2009: 4), medium adalah perantara yang mengantarkan informasi antara sumber dan penerima. Jadi apabila medium tersebut membawa pesan-pesan yang bertujuan instruksional atau yang bermaksud pengajaran, maka itu disebut media pembelajaran. Sementara itu,Gagne dan Briggs dalam Azhar Arsyar (2009: 4) secara implisit mendefinisikan bahwa media pembelajaran adalah alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran, misalnya buku, kaset, video, dan lainnya. Dengan kata lain, media berarti sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

(52)

37

a. Ketepatannya terhadap tujuan pembelajaran b. Dukungan terhadap isi materi pembelajaran c. Kemudahan memperoleh media

d. Ketrampilan guru dalam menggunakannya e. Ketersediaan waktu dalam pelaksanaannya f. Sesuai dengan taraf belajar siswa

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang digunakan sebagai salah satu sumber belajar yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media sangat berguna dalam proses belajar mengajar karena penggunaan media pembelajaran membantu siswa belajar dengan lebih baik dan siswa terangsang untuk memahami subjek yang sedang diajarkan dalam bentuk komunikasi yang efektif dan efisien.

2. Jenis-jenis Media

Kasihani Suyanto (2010: 102) menggolongkan media menjadi tiga yaitu (1) visual, (2) audio, dan (3) audio-visual. Penjelasan dari masing-masing jenis media tersebut adalah:

a. Media visual atau media pandang. Media ini dapat dilihatatau dipandang dan disentuh oleh siswa, misalnya gambar foto, peta, miniatur, benda sesungguhnya.

(53)

38

c. Media Audio-visual adalah gabungan dari dua media sebelumnya dimana siswa dapat memandang dan mendengar sekaligus, misalnya TV atau film.

3. Pengertian Media Flashcard

Flashcard menurut pendapat ahli adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan dan menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu. Flashcard biasanya berukuran 8 x 12 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi (Azhar Arsyad 2011: 119-120). Flashcard berisi gambar-gambar benda- benda, binatang, dan sebagainya yang dapat digunakan untuk melatih siswa mengeja dan memperkaya kosakata.

Pendapat Azhar Arsyad di atas dilengkapi oleh Ahmad Susanto (2011: 108) yang mengemukakan bahwa Flashcard adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata. Gambar-gambar pada flashcard dikelompokkan antara lain: seri binatang, buah-buahan, pakaian, warna, bentuk-bentuk angka, dan sebagainya. Kartu ini dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada anak dan dibacakan secara cepat. Tujuan dari metode ini adalah untuk melatih otak kanan untuk mengingat gambar dan kata-kata, sehingga perbendaharaan kata dapat bertambah dan meningkat. Sedangkan Helena Curtain dan Carol Ann Dahlberg (2010: 345) mengatakan bahwa flashcard dapat berupa gambar atau simbol yang digunakan untuk menstimulasi kosakata atau aktivitas siswa.

(54)

39

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa flashcard

merupakan kartu yang berisikan kata atau gambar yang digunakan untuk pengembangan perbendaharaan kata dengan cara diperlihatkan kepada anak dan dibacakan secara cepat. Ukuran dari flashcard dapat disesuaikan dengan kebutuhan kelas, maksudnya ukuran media flashcard untuk kelas sempit akan berbeda dengan ukuran media flashcard pada kelas yang luas dan jumlah siswa yang banyak.

Media flashcard tergolong dalam media berbasis visual. Media berbasis visual memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Dina Indriana (2011: 69), mengemukakan beberapa kelebihan flashcard, antara lain:

a. Mudah dibawa-bawa karena dengan ukuran yang kecil flashcard dapat disimpan di tas bahkan di saku sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas, dapat digunakan di dalam atau di luar ruangan.

b. Praktis, dilihat dari cara pembuatan dan penggunaannya, media flashcard

sangat praktis. Dalam penggunanaan media ini guru tidak perlu memiliki keahlian khusus dan juga media ini tidak perlu menggunakan listrik. Jika akan menggunakan kita tinggal menyusun urutan gambar sesuai dengan keinginan kita, pastikan posisi gambar tepat dan tidak terbalik.

(55)

40

d. Menyenangkan karena media flashcard dalam penggunaannya bisa melalui permainan, misalnya siswa secara berlomba-lomba mencari satu benda atau nama-nama tertentu dari flashcard yang disimpan secara acak. Uraian di atas merupakan kelebihan media flashcard, sedangkan kelemahan media

flashcard adalah anak hanya dapat mengetahui dan memahami kata dan gambar hanya sebatas kata dan gambar yang ada pada media flashcard.

Melalui kelebihan media flashcard sesuai pendapat di atas, dapat diambil manfaat dalam pembelajaran sebagai berikut:

a. Meningkatkan kemampuan anak dalam menghafal dan menguasai kosakata (vocabulary) dalam waktu cepat

b. Memudahkan orang tua atau guru dalam mengajar dan mengenalkan kosakata kepada anak sejak dini

c. Anak akan mendapat dua manfaat sekaligus yaitu mengerti bahasa dan mengenal jenis-jenis binatang, buah, dan lain-lain.

4. Media Flashcard Pada Pembelajaran Bahasa Inggris

(56)

41

oleh siswa. Gerakan memindah kartu dilakukan dengan relatif cepat sehingga itulah mengapa disebut flashcards (flash: cepat atau singkat).

Untuk kegiatan tertentu seperti mendiskripsikan sesuatu, gambar dapat juga ditempel di depan kelas. Gambar akan lebih menarik perhatian sisiwa karena warna dan bentuknya. Gambar pada flashcard dibuat berkelompok sesuai jenis atau kelasnya, misalnya kelompok buah-buahan, anggota tubuh, hewan, alat transportasi, dan lainnya.

Dalam penelitian ini flashcard yang digunakan berukuran 12x12 cm berisi gambar dan tulisan mengenai kosakata gambar tersebut. Tulisan yang berada di bawah kiri gambar berbahasa Indonesia sedangkan di sebelah kanan bawah gambar bertuliskan kosakata bahasa Inggris dari gambar tersebut. Saat menggunakan flashcard, salah satu kosakata ditutup sesuai bahasa yang diinginkan dan siswa dapat menjawab kosakata yang ditutup tersebut.

D. Karakteristik Siswa Kelas 2 SD 1. Karakteristik Siswa kelas 2 SD

(57)

42

bermain dan belajar sehingga anak lebih suka belajar menggunakan permainan atau hal yang menarik perhatian mereka supaya lebih fokus.

Sesuai tahapan perkembangan berpikir anak usia SD menurut Piaget dalam Sekar Purbarini K (2010), siswa kelas 2 masuk dalam masa operasional konkret. Kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar di kelas awal memiliki tiga ciri, yaitu:

a. Konkret

Konkret mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak-atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa

dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.

b. Integratif

Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.

c. Hierarkis

(58)

43

Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi . Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya. Bahan pembelajaran bagi siswa sendiri harus bermakna. Pembelajaran bermakna (meaningful learning) dimaknai sebagai suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif merupakan fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Pembelajaran bermakna terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa.

(59)

44

dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Pelajaran harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap oleh siswa. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Nasution dalam Ali Mustadi (2012:2) menyatakan bahwa dalam kenyataan kebanyakan proses belajar mengajar masih dilakukan secara klasikal. Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya bersifat umum atau tidak spesifik dan cenderung pasif. 2. Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris Kelas 2 SD Negeri Surokarsan 2

Pembelajaran bahasa Inggris di SD Negeri Surokarsan 2 sudah dimulai sejak kelas 1. Materi yang diajarkan berupa pengenalan kosakata menggunakan tema tertentu yang diajarkan pada beberapa kali pertemuan lalu dievaluasi. Biasanya satu tema akan membutuhkan waktu 2-3 kali pertemuan. Pertemuan pertama biasanya hanya akan mengenalkan beberapa kosakata dalam tema tersebut. Pertemuan kedua dilanjutkan dengan menambah jumlah kosakata sesuai tema sambil mengulang kosakata sebelumnya. Pertemuan ketiga akan digunakan untuk mengevaluasi penguasaan kosakata siswa sesuai tema yang dipelajari.

(60)

45

untuk berpikir konkret dan mengalami langsung pembelajaran, namun karena keterbatasan media akhirnya anak hanya diperkenalkan kosakata dengan cara lisan dari guru dan anak menjadi kurang tertarik mengikuti pembelajaran. Hal ini yang akhirnya membuat anak tidak termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Akibatnya nilai pemahaman siswa juga rendah, hal iini dibuktikan dengan nilai hasil belajar bahasa Inggris siswa yang rendah. E. Kerangka Pikir

Pendidikan merupakan hak setiap orang untuk dapat mengembangkan tiap potensi yang ada dalam dirinya. Dalam konteks pendidikan formal, akan ada mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa. Salah satu mata pelajaran yang saat ini diterapkan di sekolah adalah bahasa asing yang antara lain adalah bahasa Inggris.

Pembelajaran bahasa Inggris salah satunya meliputi penguasaan kosakata dirasa sulit karena siswa masih sangat baru mendapatkan pelajaran tersebut. Lingkungan siswa juga tidak mendukung untuk dapat belajar secara efektif dan maksimal. Di rumah dan sekolah, siswa lebih banyak menggunakan bahasa ibu atau bahasa nasional. Padahal penguasaan bahasa Inggris sangat diperlukan siswa untuk bekal era globalisasi.

(61)

46

Penguasaan kosakata bahasa Inggris masih kurang

Penggunaan media flashcard

dalam pembelajaran kosakata bahasa Inggris

Penguasaan kosakata bahasa Inggris meningkat

Dengan menggunakan media flashcard ini, siswa tidak hanya sekedar belajar tentang kosakata bahasa Inggris, namun juga meningkatkan semangat dan keinginannya untuk terus belajar menguasai kosakata bahasa Inggris karena medianya yang sangat menarik. Media ini berbentuk konkret sehingga sesuai dengan tahap berpikir siswa dan berwarna sehingga menarik perhatian siswa.

Berikut ini adalah bagan kerangka pikir penelitian:

F. Hipotesis Tindakan

(62)

47 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action reseach). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto, dkk; 2009:3).

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif, yaitu pihak yang melakukan tindakan adalah guru yang bersangkutan sendiri dan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan proses tindakan (Suharsimi Arikunto, dkk; 2009:17). Dari proses dan hasil penelitian ini akan menimbulkan kolaborasi antara peneliti dan guru bahasa Inggris yang sedang melakukan tindakan. Peneliti akan memantau, mencatat, dan mengumpulkan data lalu menganalisa data serta berakhir dengan pelaporan hasil penelitian.

PTK terdiri dari siklus dan spiral. Dengan model ini jika dalam awal pelaksanaan tindakan didapati kekurangan perencanaan dan pelaksanaan, dapat dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai.

(63)

48

dst

Desain penelitian kelas yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian menurut Kemmis dan Taggart sebagai berikut:

Gambar 1. Model Penelitian menurut Kemmis dan Taggart dalamSuharsimi Arikunto (2009: 16)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 2 SDN Surokarsan 2 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Jumlah seluruh siswa 22 orang yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Dipilihnya sekolah didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain berdasarkan wawancara peneliti dengan guru bahasa Inggris, Ibu Himti Murwijayanti, S. Pd, penguasaan kosakata siswa kelas 2 SDN Surokarsan 2 Yogyakarta masih sangat kurang.

C. Lokasi, Setting, dan Waktu Penelitian

(64)

49

dengan guru bahasa Inggris, Ibu Himti Murwijayanti, S. Pd, pengajaran bahasa Inggris yang sudah dimulai sejak kelas 1 sedangkan siswa masih belum memiliki dasar kosakata yang cukup dalam pembelajaran sehingga pembelajaran masih difokuskan untuk menambah perbendaharaan kosakata. Disamping itu juga penggunaan media pembelajaran yang kurang optimal, sehingga objek penelitian ini adalah penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa. Penelitian dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2015 sesuai jadwal pelajaran yang sudah disusun.

D. Desain Penelitian

Model penelitian yang digunakan sesuai dengan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dalam Suharsimi Arikunto (2009:16). Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang tiap siklusnya meliputi tahap planning (perencanaan), action and observation

(pelaksanaan dan observasi), dan reflection (refleksi). Untuk mengetahui kondisi awal di kelas, sebelum penelitian peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan guru bahasa Inggris kelas 2 SD Negeri Surokarsan. Berdasarkan observasi dan wawancara tersebut, kemudian diterapkan tindakan peembelajaran bahasa Inggris menggunakan media flashcard. Bentuk desain dari Kemmis dan Taggart dalam Suharsimi Arikunto (2009:16) adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

(65)

50

perencanaan dilakukan sebelum menentukan tindakan dalam meningkatkan kosakata siswa. Perencanaan ini dilakukan untuk merancang penerapan penggunaan media flashcard dalam pembelajaran bahasa Inggris untuk meningkatkan kosakata siswa. Kegiatan yang berlangsung dalam perencanaan adalah:

a. Diskusi mengidentifikasi permasalahan yang muncul terkait dengan penguasaan kosakata siswa.

b. Merancang pelaksanaan pemecahan masalah memanfaatkan media

flashcard.

c. Memberi soal sebelum pelaksanaan tindakan untuk mengetahui jumlah kosakata siswa.

d. Memilih materi bahasa Inggris yang akan diajarkan menggunakan media

flashcard.

2. Tindakan dan observasi

Setelah melakukan perencanaan, tahap berikutnya adalah dengan melakukan tindakan yakni penerapan penggunaan media flashcard dalam pembelajaran bahasa Inggris. Tindakan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Memotivasi siswa dan memberikan apersepsi tentang materi dan melakukan tanya jawab mengenai materi yang akan dipelajari

(66)

51

c. Memberikan penjelasan tentang penggunaan media flashcard yang akan dilaksanakan siswa

d. Memberikan contoh kosakata dalam flashcard, kosakata tersebut meliputi anggota tubuh dan buah-buahan

e. Guru mengucapkan kata yang ada dalam flashcard

f. Siswa menirukan kata yang diucapkan guru sambil melihat gambar yang ada dalam flashcard

g. Siswa dan guru mengulangi membaca tulisan yang ada dalam media

flashcard selama beberapa kali

h. Siswa mengulangi sendiri membaca gambar pada media flashcard

i. Siswa dan guru mengulangi kembali membaca dan melihat gambar yang ada dalam media flashcard dari gambar pertama sampai yang terakhir secara bersama-sama untuk menguatkan memori belajar

j. Beberapa siswa diminta maju ke depan untuk membaca beberapa gambar yang ada dalam media flashcard secara acak sesuai pilihan mereka sendiri k. Siswa mengisi bagian kosong dalam kosakata sesuai gambar dalam media

flashcard

l. Siswa dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung 3. Refleksi

Gambar

Tabel 1. Aspek penguasaan kosakata dan tinjauan  reseptif-produktif menurut Nation I. S
Tabel 2. Jenis pembelajaran kosakata berdasarkan aspek pemahaman kosakata menurut Nation I
Gambar 1. Model Penelitian menurut Kemmis dan Taggart dalamSuharsimi Arikunto (2009: 16)
Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Unjuk Kerja Lisan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris (Spoken)
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS ANAK MELALUI MEDIA KARTU GAMBAR (FLASH CARD) PADA KELOMPOK B DI RA BAROKAH KLODRAN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012” ini

Tujuan dalam penelitian adalah: (1) Untuk mengetahui kemampuan kosakata bahasa Arab siswa sebelum menggunakan media gambar animasi (2) Untuk mengetahui kemampuan kosakata bahasa

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan penguasaan kosakata siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia setelah diadakan penelitian menggunakan media gambar pada

Berdasarkan hasil pembahasan, penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas III SD Godwins School dalam pembelajaran penguasaan kosakata dan penyusunan kalimat

Dengan memberikan suatu media pembelajaran yang interaktif dan variatif untuk anak didik dalam pembelajaran Bahasa Inggris diharapkan dapat meningkatkan kosakata/

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, mempelajari kosakata bahasa Inggris untuk siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) memang tidak

Hal tersebut mendorong peneliti mengambil judul artikel sebagai berikut “Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Menggunakan Metode Game “Hangman” pada siswa kelas VIIIB

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi guru dan lembar observasi siswa dan tes hasil belajar siswa untuk mengukur peningkatan penguasaan kosakata bahasa