KOMUNITAS MOTOR GEDE
(Studi Deskr ipsi Per sepsi Masyar akat Surabaya Ter hadap Komunitas Motor Gede)
Skr ipsi
Ditunjkkan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan Memperoleh Gelar Sar jana Pr ogr am Studi Ilmu Komunikasi Fisip UPN “ Veter an” J awa Timur
Oleh:
Rendy Dwi Per mana
0543010151
YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan kemurahan, kebaikan dan karunianya-Nya, sehingga penulisan
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana program studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini penulis melakukan penelitian dengan judul “Persepsi
Masyarakat Terhadap Komunitas Motor Gede (Studi Persepsi Masyarakat
Terhadap Komunitas Motor Gede) .
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan bisa
terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Perkenankan
pada kesempatan ini, penulis menyampikan ucapan terimakasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu guna mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini.
Penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S. Sos., MSi., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional
3. Ibu Dra. Herlina Suksmawati, MSi, selaku Dosen Pembimbing yang
senantiasa membimbing dan meluangkan waktu, guna memberikan
pengarahan pada penulis dalam penyusunan skripsi.
4. Semua dosen dan staff dosen Universitas Pembangunan Nasioanal ”Veteran”
Jawa Timur.
5. Orang tuaku tercinta, yang dengan penuh kesabarannya telah memberikan
bantuan baik materiil maupun moril, serta do’a tulus ikhlas hingga penulis
dapat menyelesaikan pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi.
6. Semua orang yang telah banyak membantu, memberikan saran dan kritik
kepada penulis dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari bahwa isi skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan
mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat
bermanfaat dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk
mendalaminya di masa yang akan datang.
Surabaya, Desember 2011
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tunuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 9
2.1.1.Komunitas ... 9
2.1.1.1.Pengertian Komunitas ... 9
2.1.2.Persepsi ... 10
2.1.2.1.Pengertian Persepsi ... 10
2.1.2.2.Jenis Persepsi ... 13
2.1.2.5.Proses Persepsi ... 16
2.1.2.6.Proses Terjadinya Persepsi ... 16
2.1.2.7.Komunitas Southland MG ... 22
2.2. Kerangka Berfikir ... 23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitihan ... 24
3.2. Subjek atau Informan Penelitian ... 25
3.3. Lokasi Penelitian ... 26
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 26
3.5. Teknik Analisis Data ... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran umum Objek Penelitian ... 29
4.1.1.Motor Moge ... 29
4.1.2.Komunitas Motor Moge ... 30
4.2. Penyajian Data ... 32
4.2.1.Identitas Informan ... 32
4.2.2.Hasil Wawancara ... 35
4.2.2.1.Deskripsi Persepsi Masyarakat Secara Umum Terhadap Komunitas Motor Gede ... 35
5.2. Saran ... 63
4.1. Motor Gede ... 30
Lampiran 1 : Interview Guade
Berbagai komunitas motor gede di atas, membawa persepsi utuk masyarakat terhadap komunitas motor kerap identik dengan hal negatif. Tak bisa dipungkiri, hal ini merupakan imbas dari stigma negatif geng motor–sehingga komunitas motor lainnya terhukum oleh hal-hal yang juga negatif. Penelitian ini didasarkan pada persepsi atau image masyarakat mengenai komunitas motor gede,
Persepsi menurut Deddy Mulyana (2001:167) proses internal yang
memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Persepsi Masyarakat terhadap Komunitas Motor
Gede.Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif yang bertujuan
untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam–dalamnya melalui pengumpulan data sedalam–dalamnya. Pada penelitian ini, yang menjadi informan atau subjek penelitian yaitu para informan yang terdiri dari polisi, pegawai, dan mahasiswa. Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan indepth interview
Hasil dari penelitian ini adalah berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber dapat diketahui mengenai persepsi para informan mengenai motor gede. Pandangan yang disampaikan oleh para narasumber mengenai komunitas moge bermacam-macam, ada yang berpendapat bahwa komunitas motor gede adalah kumpulan orang-orang kaya, atau sebuah wadah pecinta motor gede. Pelan namun pasti, para pencinta motor besar ini berupaya menghapus pandangan (image) buruk itu dengan melakukan hal-hal yang positif.
Kata kunci : Komunitas Motor Gede
Abstr ac
Various communities big , to publicperception of motorcycle community is often synonymous withnegativity. It is undeniable, it is the negative impact of stigma motorcycle gang that other motorcycle community condemned by the things that are also negative. The study was on perception or public image of the motorcycle community, according to Deddy Mulyana Perception (2001:167) the internal processes that allow us to choose, organize, interpret stimuli from our environment, and can affect behavior. The purpose of this study was to determine public perception of Community MotorGede. This study, researchers used qualitative that aim to explain phenomenon with deep through deep data. In this study, which became an informant or informants of the study comprised of police, staff, and students. Techniques of analysis in this study using depth interview. The results of this study is based on interviews with sources can be known about the perceptions of informants about the big motor. The views expressed by the speakers on a variety of community MOGE, some have argued that the motorcycle community is a collection of rich people, or a container big motor lovers. Slowly but surely, the lover of big motor is trying to erase the view (image)by doing the bad things that are positive.
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Setiap orang membutuhkan dukungan satu dengan lainnya, tidak ada
seorang pun yang mampu untuk hidup sendiri. Sadar ataupun tidak, setiap orang
pasti hidup dalam sebuah kelompok. Kelompok sosial terdiri dari
beberapa organisme yang berbagi lingkungan dan secara umum memiliki
ketertarikan yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di
dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi,
kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa
(http://alexbudiyanto.web.id/belajar-dari-komunitas.html).
Komunitas merupakan istilah yang sering digunakan pada percakapan
sehari-hari dari berbagai kalangan. Seperti halnya kebanyakan istilah yang maka
maknanyapun bisa beragam bergantung pada konteks kalimatnya. Menurut
Stewart E. Perry (2001) dalam CED Definition and Terminology memandang ada
dua makna komunitas yaitu komunitas sebagai kategori yang mengacu pada orang
yang saling berhubungan berdasarkan nilai-nilai dan kepentingan bersama yang
khusus atau komunitas sebagai satu kategori manusia yang berhubungan satu
sama lain karena didasarkan pada lokalitas tertentu yang sama, yang karena
kesamaan lokalitas itu secara tak langsung membuat mereka mengacu pada
kepentingan dan nilai-nilai yang sama.
Menurut Carrol Anne Odgin (1998) ada beberapa alasan yang
atau kelompok manusia. Ada 5 faktor yang disebut odgin dan bisa membedakan
komunitas dari kelompok-kelompok individu lain yaitu 1) Pembatasan dan
eksklusivitas yang berdasarkan hal ini bisa dirumuskan siapa yang menjadi
anggota dan bukan anggota komunitas tersebut. 2) Tujuan yang merupakan
landasan keberadaan komunitas. 3) Aturan yang memberi pembatasan terhadap
perilaku anggota komunitas, termasuk ancaman disingkirkan, untuk yang
berperilaku melanggar aturan itu. 4) Komitmen terhadap kesejahteraan orang lain,
sehingga ada kepedulian terhadap orang lain yang berada dalam komunitas yang
sama, atau setidaknya ada tanggung jawab bagi individu terhadap komunitas
secara keseluruhan. 5) Kemandirian yakni memiliki kebebasan sendiri untuk
menentukan apa yang dilakukan dan cara memasuki komunitas.
Komunitas dapat juga dipandang sebagai interaksi dalam struktur sosial
yang berdiam pada lokasi yang berbeda atau mungkin dipersatukan oleh
kepentingan atau nilai-nilai yang sama, seperti komunitas seniman, komunitas
pekerja, komunitas pendidikan, komunitas pecinta otomotif dan sebagainya.
Salah satu komunitas yang banyak diminati oleh masyarakat adalah
komunitas pecinta otomotif. Hal tersebut didukung dengan tingginya jumlah
masyarakat di berbagai daerah di Indonesia yang memiliki kendaraan. Data Polda
Metro Jaya menyebutkan akan ada 12 juta kendaraan hilir mudik pada tahun 2011
di jalan Jakarta. Polisi merilis tahun 2010 ini jumlah kendaraan di Jakarta
mencapai 11.362.396 unit kendaraan. Terdiri dari 8.244.346 unit kendaraan roda
dua dan 3.118.050 unit kendaraan roda empat
yang berhasil diperoleh diketahui jumlah sepeda motor paling terasa dibanding
tahun-tahun sebelumnya. Pada 2010, sepeda motor di Surabaya sudah berjumlah
3.122.901. Jika pertambahan kendaraan bermotor di Surabaya per bulan mencapai
12.000 unit, maka pada Juli 2011 bertambah 120.000 unit. Secara total, jumlah
kendaraan di Surabaya sekarang adalah 4.015.061 unit
(http://lipsus.kompas.com/gowesmudik2011/read/2011/07/23/07594563/Surabaya
..Oh.Surabaya.yang.Macet).
Dari sekian banyak jenis kendaraan yang ada di pasaran, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian pada komunitas pecinta otomotif, khususnya
komunitas pecinta motor gede atau biasa disebut moge mengingat pasar sepeda
motor besar dengan kapasitas di atas 500–1.500 cc ini hanya diminati di Eropa
dan Amerika Serikat atau negara maju lainnya, seperti Kanada.
Sedangkan, untuk Asia masih terbatas di Jepang, Taiwan, dan Korsel. Ini karena
tingginya tingkat penghasilan di negara-negara tersebut hingga menjadikan motor
besar bukan hanya sebagai transpor jarak jauh, tapi juga hobi. Dengan pendapatan
yang tinggi, sudah barang tentu untuk membeli motor besar jenis ini bukan hal
yang sulit. Apalagi,sistem kreditnya begitu mudah dan amat ringan bunganya. Di
Indonesia sendiri, penggemar moge masih sangat terbatas dan hanya diminati para
kalangan tertentu.
Jadi, pasar motor besar di Indonesia semuanya masuk dalam kondisi
build-up. Khusus buatan Eropa dan AS seperti Ducati, Aprilia, dan Harley Davidson
diimpor secara resmi oleh distributor. Sekretaris Harley Davidson Club Indonesia
gede, memang akan membuat orang geleng-geleng kepala.Tapi, bagi yang hobi,
harga bukanlah ukuran. Dia mencontohkan, untuk Harley Davidson tipe Ultra
Classic Electra Glide 1.450 cc tahun 2005 saja bisa mencapai Rp. 530 juta. Ada
juga Harley jenis Ultra Srceaming Eagle 1.800 cc yang harganya hingga Rp700
juta.
Komunitas motor gede yang ada di Indonesia cukup banyak dan beragam.
selain Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) antara lain, Ikatan Motor Gede,
Persaudaraan Motor Antik dan Motor Besar Bali (MBB), Harley Owner Group
(HOG), IMBI (Ikatan Motor Besar Indonesia), MBC (Motor Besar Club) Bali,
DBC (Davidson Bali Club), dan HDKI (Harley Davidson Klub Indonesia) Central
Java Bikers Club dan Singotoro Moge Club dan Southland MG.
(http://communitymotorbandung.blogspot.com/2010/12/komunitas-motor-gede-dan-keanggotaannya.html).
Berbagai komunitas motor gede di atas, membawa persepsi utuk
masyarakat terhadap komunitas motor kerap identik dengan hal negatif. Tak bisa
dipungkiri, hal ini merupakan imbas dari stigma negatif geng motor–sehingga
komunitas motor lainnya terhukum oleh hal-hal yang juga negatif.
http://www.tnol.co.id/id/community/interestgroup/8853-z-club-bukan-anak-motor-biasa.html. Selain itu Banyak yang melihat para pengendara motor besar
seperti Harley-Davidson adalah cerminan dari bikers yang arogan atau sombong.
Namun, pandangan negatif tersebut ternyata tidak semua benar adanya. Citra
negatif dari pengendara Motor gede yang dicap buruk oleh masyarakat misalnya
kota yang dianggap mengganggu pengendara lain. Menurut General Manager
Country Sales and Marketing PT Mabua Harley-Davidson, Irvino Edwardly
menjelaskan, bahwa citra negatif tersebut bisa saja timbul karena kecemburuan
sosial. Namun, dirinya tidak menampik bila memang ada pengendara Harley yang
arogan di jalanan. Kami mengebut di jalanan karena memang motor bermesin
besar. Tapi semua pengendara Motor Gede sudah dibekali pengetahuan safety
riding dan sopan santun di jalan
(http://cafebiker.wordpress.com/2011/10/12/biker-harley-lebih-sopan-daripada-biker-pada-umumnya-hadehhh/). Selain itu pandangan negatif masyarakat lainya
kepada para penggila motor besar membuat membuat masyarakat menjadi gerah.
Pelan namun pasti, para pencinta motor besar ini berupaya menghapus pandangan
(image) buruk itu. Salah satu, dengan memanfaatkan keagungan Ramadan. Tak
tanggung-tanggung, tiga komunitas pengguna dan penggemar motor Bajaj Pulsar,
yakni: Pulsarian Depok (Detasemen), Pulsar Owner (Power), dan Sniper Pulsar
Depok mengadakan Ramadan, peduli dan bakti sosial
(http://nasional.jurnas.com/halaman/16/2011-08-19/180013).
Penelitian ini didasarkan pada persepsi atau image masyarakat mengenai
komunitas motor gede, masyarakat sering menganggap bahwa komunitas Motor
Gede, menyukai atau identik dengan hal-hal yang berbau negatif seperti
minum-minuman keras, berandalan, tidak punya aturan terutama dalam mengendarai
motor yang seenaknya saja tanpa menaati lalu lintas dan rambu-rambu yang
berlaku, menganggu pemakai jalan lain, merusak yang mereka anggap
masyarakat mengenai Motor Gede. Akan tetapi Motor Gede Indonesia ingin
merubah image atau citra negatif masyarakat tentang MG, menjadi image atau
citra positif, seperti menaati peraturan lalu lintas, tidak meminum-minuman keras,
sering mengadakan even yang positif seperti donor dara, kerja sosial, serta
Peran aktif yang terjadi setiap anggota sangat diharapkan agar dapat
terjalin, sehingga terbentuk suatu komunitas yang solid, kuat dan tangguh dalam
menghadapi segala tantangan maupun rintangan dalam perkembangan organisasi.
Dalam setiap perkumpulan rutin yang diadakan setiap hari jum’at untuk
menuangkan ide atau kegiatan yang akan diadakan waktu dekat ini.
Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan seorang individu
untuk memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsang dari lingkungan,
dan proses tersebut mempengaruhi perilaku individu (Mulyana, 2001:167). Dalam
proses persepsi, banyak rangsangan yang sampai pada individu melalui panca
indera, namun tidak menyampaikan itu semua secara acak. Individu tersebut
mengenali objek-objek secara spesifik dan kejadian-kejadian tertentu yang
memiliki pola tertentu. Alasannya sederhana saja, karena persepsi individu adalah
suatu proses aktif yang menuntut suatu tatanan dan makna atas berbagai
rangsangan yang diterima. (Mulyana, 2001:170).
Atensi tidak dapat terelakkan karena sebelum individu merespon atau
menafsirkan kejadian atau rangsangan apapun, maka individu harus terlebih
dahulu memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Ini berarti bahwa
persepsi mensyaratkan tentang kehadiran suatu objek untuk dipersepsi, termasuk
perhatian individu cenderung dianggap sebagai penyebab kejadian-kejadian
berikutnya (Mulyana, 2001:169).
Dari semua fenomena yang telah disebutkan di atas, tentunya
menimbulkan banyak persepsi yang berbeda dari masyarakat mengenai
Komunitas Motor Gede. Disamping itu persepsi mengenai Komunitas Motor
Gede yang memiliki citra image yang negatif yang ingin merubah menjadi citra
yang positif dalam kalangan masyarakat. Persepsi merupakan penilaian atau cara
pandang individu terhadap suatu objek yang dilatarbelakangi oleh pengalaman
masing-masing individu terhadap objek tersebut yang berbeda-beda dan tingkat
pengetahuan yang berkaitan dengan transmisi, pengetahuan, keterampilan, dan
juga kepercayaan. Pada dasamya setiap Komunitas Motor Gede dan tujuan akhir
yang diperoleh pun tidak ada yang sama. Individu baik dalam komunitas maupun
dalam masyarakat luas untuk mencapai tujuan akhir yaitu untuk menjadikan
Komunitas Motor Gede yang memiliki sebuah kekeluargaan keutuhan dan
melestarikan sebuah komunitas motor gede.
Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh lagi
tentang bagaimana persepsi Masyarakat Surabaya terhadap Komunitas Motor
Gede. Signifikansi penelitian ini bahwa dari segi komunikasi terhadap sesama
angota dan masyarakat sekitar. Maka peneliti tertarik untuk mengambil judul
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Persepsi Masyarakat terhadap
Komunitas Motor Gede”.
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui Persepsi Masyarakat terhadap Komunitas Motor Gede.
1.4.Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi
bahan informasi atau masukan yang bermanfaat antar lain:
a. Manfaat Bagi Masyarakat
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
terutama dalam hal persepsi, bagaimana merubah persepsi atau pandangan
masyarakat terhadap suatu komunitas, yang selama ini dipandang
mempunyai image negatif saja, akan tetapi pada penelitian ini bagaimana
apabila komunitas Motor Gede melakukan hal-hal yang positif.
2. Kegunaan lain yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah pihak-pihak
yang tertarik dalam kajian masalah terutama masyarakat yang dapat
mengambil manfaat, seperti bahwa tidak semua komunitas moge
KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teor i
2.1.1. Komunitas
2.1.1.1. Penger tian Komunitas
Kelompok sosial terdiri dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan
dan secara umum memiliki ketertarikan yang sama. Dalam komunitas manusia,
individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber
daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa
(http://alexbudiyanto.web.id/belajar-dari-komunitas.html).
Komunitas merupakan istilah yang sering digunakan pada percakapan
sehari-hari dari berbagai kalangan. Seperti halnya kebanyakan istilah yang maka
maknanyapun bisa beragam bergantung pada konteks kalimatnya. Menurut
Stewart E. Perry (2001) dalam CED Definition and Terminology memandang ada
dua makna komunitas yaitu komunitas sebagai kategori yang mengacu pada orang
yang saling berhubungan berdasarkan nilai-nilai dan kepentingan bersama yang
khusus atau komunitas sebagai satu kategori manusia yang berhubungan satu
sama lain karena didasarkan pada lokalitas tertentu yang sama, yang karena
kesamaan lokalitas itu secara tak langsung membuat mereka mengacu pada
2.1.2. Per sepsi
2.1.2.1.Penger tian Persepsi
Persepsi menurut Deddy Mulyana (2001:167) adalah proses internal yang
memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan
dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita.
Sedangkan menurut Bilson Simamora (2002:102), persepsi dapat
didefinisikan sebagai suatu proses menyeleksi, mengorganisasikan, dan juga
menginterpretasikan stimuli kedalam suatu gambaran dunia yang berarti dan
menyeluruh.
Selain definisi persepsi di atas, peneliti akan memberikan beberapa
definisi persepsi menurut beberapa ahli, diantaranya menurut Brian Fellows
bahwa persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisasi menerima dan
menganalisis informasi. Kenneth A. Sereno dan Edward M. Bodaken berpendapat
bahwa persepsi adalah sesuatu yang memungkinkan kita memperoleh kesadaan
akan sekeliling dan lingkungan kita. Berbeda dengan Philip Goodacre dan
Jennifer Follers yang lebih berpendapat bahwa persepsi merupakan proses mental
yang digunakan untuk mengenali rangsangannya. Sedangkan menurut Joseph A.
Devito, persepsi adalah proses dengan apa kita menjadi sadar akan banyaknya
stimulus yang mempengaruhi indera kita. (Rakhmat, 2003:58).
Stephen P. Robins dalam bukunya Prinsip–Prinsip Perilaku Organisasi,
menjelaskan bahwa persepsi adalah Suatu proses, dimana individu
mengorganisasikan dan menginterpretasi kesan sensori mereka untuk memberi
menunjukkan bahwa individu yang berbeda dapat melihat hal yang sama, tetapi
memahaminya secara berbeda. Kenyataannya adalah bahwa tak seorangpun dari
kita melihat realitas yang kita lakukan adalah menginterpretasikan apa yang kita
lihat dan menyebutkannya sebagai realitas (Robbins, 2002:46).
Persepsi merupakan suatu proses dimana individu sangat menyadari akan
aspek lingkungannya. Persepsi akan timbul karena adanya rangsangan dari luar
yang akan menekan saraf sensor seseorang melalui indera penglihatan, peraba,
penciuman, pengecap, dan pendengar. Rangsangan disini akan diseleksi,
diorganisir oleh setiap individu dengan caranya sendiri dimana pengalaman dapat
diperoleh dari masa lalu atau dapat dipelajari dari orang lain sehingga individu
tersebut akan memperoleh pengalaman. Persepsi baru terbentuk bila ada
perhatian, pengertian, dan penerimaan dari individu sesuai dengan kebutuhan
individu dalam pengamatannya.
Menurut Krech dan Crutchfield mengungkapkan dalil mengenai persepsi
medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti.
Mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya, walaupun stimuli yang
diterima tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten
dengan rangkaian stimuli yang individu persepsi. Krech dan Crutchfield juga
menyebutkan sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada
umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan, menurut dalil ini jika
individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan
dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, yang
Teori Gestalt yang dikemukakan oleh Kotler, Wartheimer dan Koffka
(1959) bila kita mempersepsi sesuatu, mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan
,kita tidak melihat bagian-bagianya, lalu menghimpunnya. Dengan kata lain
bagian-bagian medan yang terpisah (dari medan persepsi) berada dalam
interdependensi yang dinamis (yakni dalam interaksi), dan karena itu dinamika
khusus dalam iteraksi menentukan distribusi fakta dan kualitas lokalnya. Maksud
Kotler jika kita ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti
fakta-fakta yang terpisah, kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan.
Untuk memahami seseorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam
lingkungannya dan dalam masalah yang dihadapinya (Rahmad, 2002:58).
Jika dalam kenyataan sama dengan yang diharapkan, maka masyarakat
akan memberikan penilaian yang positif terhadap produk tersebut, tetapi bila
ternyata produk yang diterima tidak sesuai dengan harapan konsumen yang
menggunakannya, maka masyarakat akan memberikan penilaian yang negatitif
terhadap produk tersebut.
1. rangsang-rangsang yang pada kenyataannya tidak ada. Ketiga, persepsi
manusia tergantung pada apa yang ia harapkan, pengalaman, motivasi.
2. Persepsi: kemampuan kognitif yang multifaset pada awal pembentukan proses
persepsi, orang telah menentukan dulu apa yang akan diperhatikan. Setiap kali
kita memusatkan perhatian, lebih besar kemungkinannya anda akan
memperoleh makna atau apa yang kita tangkap, lalu menghubungkannya
dengan pengalaman lalu, dan untuk kemudian hari ditinggal kembali.
3. Atensi: peranannya pada persepsi, atensi atau perhatian adalah keterbukaan
kita untuk memilih sesuatu. Beberapa orang psikolog,melihat atensi sebagai
sejenis alat saring (filter) yang akan menyaring semua informasi pada
detik-detik yang berbeda pada proses persepsi. (Juariah, 2004:28)
2.1.2.2. J enis Per sepsi
Persepsi manusia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu (Mulyana,
2001:172) :
a. Persepsi terhadap terhadap lingkungan fisik (objek) adalah persepsi manusia
terhadap objek melalui lambang-lambang fisik atau sifat-sifat luar dari suatu
benda. Dapat diartikan bahwa manusia dalam menilai suatu benda mempunyai
persepsi yang berbeda-beda. Dan persepsi terhadap objek bersifat status
karena objek tidak mempersiapkan manusia ketika manusia tersebut
mempersiapkan objek-objek tersebut.
b. Persepsi terhadap manusia adalah persepsi manusia terhadap orang melalui
sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif, dan harapan), dapat diartikan
manusia bersifat interaktif karena manusia akan mempersiapkannya dan
bersifat dinamis karena persepsi terhadap manusia bisa berubah-ubah dari
waktu ke waktu.
c. Persepsi terhadap lingkungan sosial adalah suatu proses bagaimana seseorang
menangkap arti dari objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dari
2.1.2.3.Kar akter istik Per sepsi
Menurut Busch dan Houston (1985) yang dikutip oleh Ujang Sumarwan
(2000:113), karakteristik persepsi dapat didefinisikan sebagai berikut :
a. Bersifat Selektif
Manusia mempunyai keterbatasan dalam hal kapasitas atau kemampuan
mereka dalam proses semua informasi dari lingkungan. Seseorang pasti
berhadapan dengan sub kumpulan yang terbatas dari objek-objek dan
peristiwa-peristiwa yang banyak sekali dalam lingkungan mereka. Masyarakat
cenderung memperhatikan aspek lingkungan yang berhubungan dengan
urusan pribadi mereka. Mereka mengesampingkan urusan-urusan lain yang
tidak berkaitan dengan dengan urusan pribadi mereka.
b. Terorganisir atau teratur
Suatu perangsang atau pendorong tidak bisa dianggap terisolasi dari
perangsang lain. Rangsangan-rangsangan dikelompokkan kedalam suatu pola
atau informasi yang membentuk keseluruhan. Jadi ketika seseorang
memperhatikan sesuatu, perangsang harus berusaha untuk mengatur.
c. Stimulus
Stimulus adalah apa yang dirasakan, dan arti yang terdapat didalamnya adalah
d. Subyektif
Persepsi merupakan fungsi faktor pribadi hal – hal yang berasal dari sifat
penikmat atau perasa, kebutuhan, nilai – nilai, motif, pengalaman masa lalu,
pola pikir dan kepribadian seseorang dalam individu memainkan suatu peran
dalam persepsi.
2.1.2.4.Fak tor Yang Ber per an Dalam Per sepsi
Menurut Walgito (2001:70) dalam persepsi stimulus merupakan salah satu
faktor yang mempunyai peranan. Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi
diantaranya adalah :
1. Objek yang dipersepsikan dimana objek menimbulkan stimulus yang
mengenai alat indera. Stimulus dapat datang dari luar individu yang
bersangkutan. Dapat diartikan bahwa konsumen dalam mempersepsikan suatu
produk dipengaruhi oleh rangsangan baik dari dalam maupun dari luar
individu.
2. Alat indera merupakan alat yang dipergunakan manusia dalam menerima
stimulus. Dengan mempunyai alat indera, maka konsumen dapat memberikan
respon terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan produsen.
Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
individu yang ditujukan kepada sesuatu dan sekumpulan objek. Perhatian
merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka
2.1.2.5.Pr oses Per sepsi
Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen, diantaranya :
1. Seleksi
Adalah proses penyaringan alat indera terhadap rangsangan dari luar,
intensitas, dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interpretasi
Yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi
seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman
masa lalu, motivasi, dll. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan
seseorang untuk mengadakan pengategorian informasi yang diterimanya.
3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku
sebagai reaksi.
4. Jadi proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan
terhadap informasi yang samapai. (Sobur, 2003:447)
2.1.2.6. Pr oses Ter ja dinya Per sepsi
Adapun proses persepsi menurut Sobur, (2003) dalam Lubis (2008) :
1. Proses menerima rangsangan
Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsangan atau data dari
berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui pancaindra, melihat
sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga
2. Proses menyeleksi rangsangan
Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi. Tidaklah mungkin untuk
memperhatikan semua rangsangan yang telah diterima. Demi menghemat
perhatian yang digunakan, rangsangan-rangsangan itu disaring dan
diseleksi untuk proses lebih lanjut, ada dua kumpulan faktor menentukan
seleksi rangsangan itu, yaitu :
a. Faktor-Faktor Intern
1.Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan seseorang mempengaruhi persepsinya, kadang-kadang ada
hal yang kelihatan (yang sebenarnya tidak ada), karena kebutuhan
psikologis.
2.Latar belakang
Latar belakang mempengaruhi hal-hal yang dipilih dalam persepsi.
Orang-orang dengan latar belakang tertentu mencari orang-orang
dengan latar belakang yang sama.
3.Pengalaman
Pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari orang-orang,
hal-hal, dan gejala-gejala yang mungkin serupa dengan pengalaman
pribadinya. Seseorang yang mempunyai pengalaman buruk dalam
bekerja dengan jenis orang tertentu mungkin akan menyeleksi
4.Kepribadian
Keperibadian juga mempengaruhi persepsi, seseorang yang introvert
mungkin akan tertarik kepada orang-orang yang serupa atau sama
sekali berbeda. Berbagai faktor dalam kepribadian mempengaruhi
seleksi dalam persepsi.
5.Sikap dan kepercayaan umum
Sikap dan kepercayaan umum juga mempengaruhi persepsi.
Orang-orang yang mempunyai sikap tertentu karyawan yang termasuk
kelompok bahasa tertentu, besar kemungkinan akan melihat berbagai
hal kecil yang tidak diperhatikan oleh orang lain.
6.Penerimaan Diri
Penerimaan diri merupakan sifat penting yang mempengaruhi
persepsi. Beberapa telah menunjukkan bahwa mereka yang lebih
ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu
dari pada mereka yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya.
Untuk yang terakhir ini cenderung mengurangi kecermatan persepsi.
Implikasi dari fakta ini ialah kecermatan persepsi dapat ditingkatkan
dengan membantu orang-orang untuk lebih menerima diri mereka
sendiri.
b.Faktor Ekstern
1.Itensitas
Pada umumnya rangsangan yang lebih insentif, mendapatkan lebih
2.Ukuran
Pada umumya, benda-benda yang lebih besar lebih menarik
perhatian, barang yang lebih besar lebih cepat dilihat.
3.Kontras
Hal-hal lain yang biasa dilihat akan cepat menarik perhatian. Banyak
orang secara sadar atau tidak, melakukan hal-hal yang aneh untuk
menarik perhatian. Perilaku yang luar biasa menarik perhatian karena
prinsip-prinsip perbedaan itu.
4.Gerakan
Hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian. Dari pada hal-hal
yang diam.
5.Ulangan
Hal-hal yang berulang dapat menarik perhatian. Akan tetapi ulangan
yang terlalu sering, dapat mengasilkan kejenuhan semantik dan dapat
kehilangan arti perseptif.
6.Keakraban
Hal-ha yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian, hal ini
terutama jika hal tertentu tidak diharapkan dalam rangka tertentu.
7.Sesuatu yang baru
Hal-hal yang baru juga menarik perhatian, jika orang sudah biasa
dengan kerangka yang sudah dikenal, sesuatu yang baru menarik
3. Proses pengorganisasian
Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu
bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yaitu
a. Pengelompokan
Berbagai rangsangan yang telah diterima dikelompokkan dalam suatu
bentuk. Beberapa faktor digunakan untuk mengelompokkan rangsangan
itu antara lain :
1. Kesamaan, rangsangan-rangsangan yang mirip dijadikan satu
kelompok
2. kedekatan, hal-hal yang lebih dekat antara satu dan yang lain juga
dikelompokkan menjadi satu.
3. Ada suatu kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap
belum lengkap.
b.Bentuk timbul dan latar
Merupakan salah satu proses persepsi yang paling menarik dan paling
pokok. Dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecenderungan untuk
memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul
menonjol, sedangkan rangsangan atau gejala lainya berada di latar
belakang.
c. Kemampuan persepsi
Ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi, dan
perubahan-perubahan konteks tidak mempengaruhinya. Dunia persepsi diatur
4. Proses Penafsiran
Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu
menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatahkan bahwa telah terjadi
persepsi setelah data itu ditafsirkan.
5. Proses Pengecekan
Sesudah data diterima dan ditafsirkan, penerima mengambil beberapa
tindakan pengecekan apakah penafsiran salah atau benar. Proses
pengecekan mungkin terlalu cepat dilakukan dari waktu kewaktu untuk
menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan atau data baru.
Data atau kesan-kesan itu dapat dicek dengan menanyakan kepada
orang-orang lain mengenai persepsi mereka.
6. Proses Reaksi
Tahap terakhir dari proses perceptual adalah bertindak sehubungan dengan
apa yang telah dicerap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang berbuat
sesuatu sehubungan dengan persepsinya. Misalnya, seseorang bertindak
sehubungan dengan persepsi yang baik atau yang buruk yang telah
dibentuknya. Lingkaran persepsi itu belum sempurna sebelum
menimbulkan suatu tindakan, lingkaran persepsi biasanya tersembunyi dan
bisa pula terbuka. Tindakan tersembunyi berupa pembentukan pendapat
atau sikap, sedangkan tindak yang terbuka berupa tindakan nyata
sehubungan dengan tindakan tersembunyi ialah pembentukan kesan.
tertentu atas suatu objek atau atas seseorang menurut ciri-ciri yang
diserapnya, atau data yang diterima dari berbagai sumber.
2.1.2.7.Komunitas Motor Gede
Komunitas Motor Gede, adalah sebuah organisasi motor besar profesional
yang berlandasan kepada persaudaraan yang sesungguhnya (untuk sayap
organisasi sesuai dengan kendaraannya yang dimiliki), Motor Gede adalah
komunitas motor gede Internasional.
Komunitas motor gede yang ada di Indonesia cukup banyak dan beragam.
selain Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) antara lain, Ikatan Motor Gede,
Persaudaraan Motor Antik dan Motor Besar Bali (MBB), Harley Owner Group
(HOG), IMBI (Ikatan Motor Besar Indonesia), MBC (Motor Besar Club) Bali,
DBC (Davidson Bali Club), dan HDKI (Harley Davidson Klub Indonesia) Central
Java Bikers Club dan Singotoro Moge Club dan Southland MG. Mulai dari tahun
pembuatan baru hingga lama ikut ambil bagian dalam komunitas motor gede
tersebut, begitu juga aliran middle custom, radical custom hingga chopper.
Walaupun mereka menyebar di seluruh penjuru wilayah namun ikatan
persyaudaraan mereka dalam berkendara tetap satu
2.2. Ker angka Berfikr
Latar belakang permasalahan dari penelitihan ini adalah bagaimana
persepsi masyarakat Surabaya mengenai Komunitas Motor Gede, hal-hal negatif.
Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atau suatu
individu terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses
oleh otak.
Jadi disini tersirat bahwa setiap orang akan mempunyai pola yang
mungkin berbeda satu dengan yang lainnya untuk memahami lingkungannya,
sesuai dengan karakteristik masing-masing individu. Seperti halnya hal-hal
3.1. Metode Penelitihan
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif yang bertujuan
untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam–dalamnya melalui pengumpulan
data sedalam–dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi
atau sampling, bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang
dikumpulkan sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka
tidak perlu mencari sampling lainnya. Disini yang lebih ditekankan adalah
persoalan kedalaman (kualitas) data, bukannya banyaknya (kuantitas) data
(Kriyantono, 2006:58).
Menurut Rakhmat (2004:24), penelitian deskriptif kualitatif ditujukan
untuk beberapa hal, diantaranya adalah :
1. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek – praktek
yang berlaku.
2. Membuat perbandingan atau evaluasi.
3. Menumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada.
4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang
sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan
keputusan pada waktu yang akan datang.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan sebuah studi deskriptif
Gede. Adapun selama ini persepsi masyarakat terhadap komunitas motor gede
adalah :
1. Selalu mengebut saat berkendara
2. Sering melakukan touring baik dalam atau luar kota yang dianggap
mengganggu pengendara lain
3. Arogan di jalanan
4. Sering melanggar lalu-lintas di jalanan
3.2. Subjek atau Infor man Penelitian
Informan adalah seseorang yang diasumsikan mempunyai informasi penting
tentang suatu objek (Berger dalam Kriyantono, 2006:96). Pada penelitian ini, yang
menjadi informan atau subjek penelitian yaitu para informan yang terdiri dari
polisi, pecinta moge, dan mahasiswa. Beberapa hal yang mendasari terpilihnya
informan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Polisi
Alasan dipilihnya polisi adalah aparat penegak hukum yang sering terlibat
dengan penertiban lalu lintas seperti halnya aktivitas-aktivitas komunitas
seperti konvoi atau touring.
2. Pegawai
Alasan dipilihnya pegawai baik pegawai swasta maupun negeri sebab mereka
3. Mahasiswa
Alasan dipilihnya mahasiswa sebagai informan karena mahasiswa mewakili
pendapat masyarakat umum dari kalangan remaja yang umumnya tergabung
dalam sebuah kelompok atau komunitas khususnya komunitas otomotif moge
atau pecinta moge.
3.3. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan di wilayah Surabaya, karena komunitas Motor
Gede mempunyai anak cabang yang terdapat di kota-kota besar di Indonesia salah
satunya adalah Kota Surabaya.
3.4. Tek nik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan :
1. Teknik Wawancara
Merupakan percakapan antara periset–seseorang yang berharap
mendapatkan informasi. Wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah
indepth interview atau wawancara mendalam, yaitu mendapatkan informasi
dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud
mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti (Bungin, 2007 :
110 ).
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara mendalam
adalah suatu cara mendapatkan data atau informasi dengan cara langsung
kepada kurang lebih tiga orang informan yang menjadi narasumber atas
penelitian yang dibuat oleh penulis ini dan informan tersebut, wawancara
tersebut kesemuanya adalah masyarakat.
Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi yang tinggi secara intensif.
Selanjutnya dibedakan antara responden (orang yang akan diwawancarai
hanya sekali) dengan informan (orang yang ingin periset ketahui atau pahami
dan yang akan diwawancarai beberapa kali) ( Kriyantono, 2007 : 96).
3.5. Tek nik Analisis Data
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
kualitatif yang disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Melalui
pendekatan metodologi ini akan dapat menjangkau secara komprehensif dengan
tujuan tanpa mengurangi akurasi metodologi yang diinginkan.
Pada tahap awal analisis data, penelitian dilakukan bersamaan dengan
proses pengambilan data. Analisis data penelitian berupa proses pengkajian hasil
wawancara, pengamatan, pencarian data melalui online dan dokumen yang telah
terkumpul. Data kemudian direduksi karena pada saat proses pengambilan data
tersebut tidak langsung terdapat proses analisis.
Sedangkan interpretasi bertujuan untuk memberikan makna terhadap hasil
analisis data yang sudah dilakukan serta mencari implikasinya terhadap teori yang
4.1. Gambar an umum Objek Penelitian
4.1.1. Motor Moge
Motor Gede adalah motor yang berukuran besar, pertama kali motor gede
diproduksi oleh Hendee Manufacturing Company yang pada akhirnya dirubah
menjadi Indian Motorcylces Manufacturing Company. Didirikan oleh George M.
Hendee yang berprofesi sebagai pembalap dan seorang insinyur genius bernama
Carl Oscar Hedström. Pada tahun 1901 Hendee Manufacturing Company berhasil
membuat running prototype dan memproduksi Indian motorcycle yang pertama,
Tahun 1905, Indian memproduksi V-twin pertama kali (sementara
Harley-Davidson baru pada tahun 1909) Didirikan oleh Albert Crocker, pertama kali
merilis hasil produksinya di tahun 1936, beradu cepat dengan Harley-Davidson dan
Indian dalam melakukan inovasi pada teknologi mesinnya dengan membuat mesin
V-Twin dengan kerja transmisi yang di desain berbeda dengan V-Twin milik HD
dan Indian, Crocker melaunching mesinnya 1 bulan sebelum HD mengeluarkan
mesin unggulannya Knucle Head. Big Dog Motorcycles memulai produksinya pada
tahun 1994, perusahaan ini memproduksi Motor Besar dengan menggunakan mesin
V-Twin mesin displacement 117 kubik inci (baik yang karburator maupun yang
Kemajuan teknologi dan inovasi yang semakin mutakhir menyebabkan
munculnya beragam kendaraan bermotor yang cukup canggih dan inovatif. Motor
besar salah satunya. Kepemilikan motor besar yang juga lazim disebut motor gede
(Moge) ini telah menjadi trend di daerah ini. Tak hanya kalangan ekonomi atas,
tapi masyarakat biasa pun bisa memiliki moge sekarang ini, terutama moge bekas.
Perkembangan penjualan moge bekas yang begitu pesat, menjadikan peluang bisnis
ini pun lumayan cerah (http://cahyocalm.tripod.com/moge_topic222.htm)
Gambar 4.1. Motor Gede
4.1.2. Komunitas Motor Moge
Komunitas Motor Gede, adalah sebuah organisasi motor besar profesional
yang berlandasan kepada persaudaraan yang sesungguhnya (untuk sayap organisasi
sesuai dengan kendaraannya yang dimiliki), Motor Gede adalah komunitas motor
Komunitas motor gede yang ada di Indonesia cukup banyak dan beragam.
selain Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) antara lain, Ikatan Motor Gede,
Persaudaraan Motor Antik dan Motor Besar Bali (MBB), Harley Owner Group
(HOG), IMBI (Ikatan Motor Besar Indonesia), MBC (Motor Besar Club) Bali,
DBC (Davidson Bali Club), dan HDKI (Harley Davidson Klub Indonesia) Club
dan Singotoro Moge Club dan Southland MG. Mulai dari tahun pembuatan
baru hingga lama ikut ambil bagian dalam komunitas motor gede tersebut,
begitu juga aliran middle custom, radical custom hingga chopper.
Walaupun mereka menyebar di seluruh penjuru wilayah namun ikatan
persyaudaraan mereka dalam berkendara tetap satu
(http://communitymotorbandung.blogspot.com/2010/12/komunitas-motor-gede-dan-keanggotaannya.html).
4.2. Penyajian Data
Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 3 bulan. Dalam proses
tersebut, peneliti melakukan observasi, pengumpulan data serta wawancara
mendalam dengan beberapa informan yang telah ditentukan sebelumnya.
Wawancara yang dilakukan bersama 3 informan terpilih dilakukan pada waktu dan
tempat berbeda dengan menggunakan panduan pertanyaan yang telah disusun
sebelumnya oleh peneliti. Wawancara dilakukan untuk menggali informasi
sebanyak-banyaknya dari informan dan observasi dilakukan untuk mengetahui
bagaimana persepsi masyarakat tentang komunitas Motor Gede.
Data yang diperoleh saat peneliti melakukan penelitian di Surabaya. Peneliti
melakukan observasi dan wawancara mendalam (indepth interview) kepada
informan yang telah ditentukan. Dalam wawancara peneliti mengambil 3 orang
informan.
4.2.1. Identitas Infor man
Informan yang dipilih dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan beberapa
kriteria diantaranya adalah :
1. Masyarakat Surabaya yang berusia minimal 20 tahun sampai dengan 65 tahun.
2. Mengetahui Tentang Motor Gede.
Dipilihnya informan dengan pertimbangan usia tersebut disebabkan karena
pada rentang usia 20 tahun sampai dengan 65 tahun, tingkat kedewasaan seseorang
sudah dinilai matang dalam mengambil keputusan dan memberikan informasi.
dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan lingkungan yang ada di
sekitarnya. Informan tersebut juga merupakan pemirsa yang menyukai acara kuis
dan mengetahui acara kuis yang mengandung perjudian tersebut.
Berikut ini adalah data mengenai profil para informan :
1.Bapak Ali, berusia 35 tahun, bersetatus sebagai polisi di Surabaya, aktivitas Ali
setiap harinya adalah pada pagi-pagi sekali bapak Ali berangkat bertugas untuk
menertibkan dan mengawasi lalu-lintas jalan, tugas yang dijalankan oleh bapak
Ali cukup berat karena mengemban tugas negara dan menjaga keamanan
masyaraka, akan tetapi bapak Ali tidak mengeluh, dalam menjalankan tugasnya.
Bapak Ali pulang kerumah pada malam hari yaitu pada pukul 20.00 WIB dan
beliau bersantau dan berkumpul dengan keluarga. Bapak Ali sangat tegas dalam
menindak pelanggar lalu lintas jalan dan bapak Ali sangat amanah.
2.Bapak Bambang, berusia 54 tahun, belia bersetatus sebagai pegawai negeri pada
salah satu lembaga instansi pemerintahan di Surabaya. Pendidikan terakhir dari
bapak Bambang adalah S2 pada salah satu universitas di Surabaya. Aktivitas
yang dijalankan bapak Bambang setiap harinya adalah bekerja pada salah satu
instansi pmerintahan di Surabaya, bapak Bambang terkenal di kantor maupun
keluarganya sebagai orang yang amanah, jujur dan bertanggung jawab atas apa
yang telah diperbuat. Setelah pulang kerja pukul 16.00 bapak Bambang WIB,
beliau biasanya bersantai dan berkumpul dengan keluarga dengan menonton TV
3.Cleo, berusia 21 tahun, bersetatus sebagai mahasiswa di salah satu universitas di
Surabaya Pendidikan terakhir Cleo adalah SMA. Sehari-hari aktivitas Cleo
adalah kuliah dan melakukan aktivitas harian seperti bermain internet, menonton
televisi dan berkumpul dengan teman. Selain itu Cleo aktif dalam berbagai
kegiatan diantaranya pecinta alam, PMI dan kegiatan sosial lainya, selain itu
Cleo juga menyukai otomotif terutama dalam memodifikasi otomotif sepeda
motor, hal tersebut terlihat pada saat Cleo menunjukkan sepeda motor yang
digunakannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa para informan memiliki
latar belakang demografis (usia dan latar belakang pekerjaan) yang berbeda dan
penentuan informanpun dilakukan secara acak, sehingga diharapkan dapat
memperoleh hasil yang lebih bervariasi. Selain itu dengan usia dan tingkatan
pendidikan yang berbeda akan memiliki perbedaan pula dalam hal pemikiran, cara
pandang, pengetahuan antara informan yang satu dengan yang lain. Dengan
demikian peneliti dapat memperoleh informasi mengenai persepsi masyarakat
tentang komunitas motor gede. Setiap informan dalam penelitian kualitatif
dianggap sebagai individu yang unik sehingga data yang didapatkan dari informan
4.2.2. Hasil Wawancara
4.2.2.1.Deskr ipsi Per sepsi Masyar akat Secar a Umum Ter hadap Komunitas
Motor Gede
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan hasil wawancara mendalam
peneliti dengan beberapa informan terkait dengan pertanyaan umum seputar
komunitas motor gede. Diantaranya mengenai komunitas motor gede yang ada di
Indonesia. Umumnya para informan mengakui bahwa informan mengetahui
komunitas motor gede dan persepsi informan megenai hal-hal negatif dan positif
yang dilakukan oleh komunitas motor gede. Berikut adalah kutipan dari hasil
wawancara tersebut :
1.Pengetahuan Tentang Motor Gede
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan informan mengenai
pengetahuan tentang motor gede :
“Ya … tentu mengenal toh mas, saya sering lihat dan beberapa teman-teman saya punya motor gede juga”.
Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa informan
pertama yaitu bapak Ali (35) tahun, bersetatus sebagai polisi di Surabaya,
aktivitas Ali setiap harinya adalah bertugas untuk menertibkan dan mengawasi
lalu-lintas jalan, tugas yang dijalankan oleh bapak Ali cukup berat karena
mengemban tugas negara dan menjaga keamanan masyarakat. Menurut bapak
Ali bahwa dirinya mengetahui mengenai motor gede, karena sering melihat
“Menurut aku ….. (sambil berfikir), begini mas motor
mempunyai body yang besar dan selain itu untuk menumpanginya cukup berat.
Selain itu juga bapak bambang mengungkapkan bahwa dirinya pernah mencoba
mengendarai motor gede milik temannya.
Informasi yang senada juga yang disampaikan oleh Informan kedua dan
ketiga mengenai pengetahuan mengenai motor gede :
“Menurut aku sih ……. (sambil berfikir) motor gede itu jenis sepeda motor yang bentuknya besar beda dengan sepeda motor biasanya seperti sepeda motor bebek atau matic yang kebanyakan orang pakai”.
Bedanya apa ya (sambil berfikir) mungkin mesinnya yang besar, bodynya juga besar ya mungkin itu.
Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat diketahui bahwa Informan
kedua yaitu bapak Bambang, (45) tahun, bersetatus sebagai pegawai negeri pada
salah satu lembaga instansi pemerintahan di Surabaya. Aktivitas yang dijalankan
bapak Bambang setiap harinya adalah bekerja, setelah pulang kerja beliau
biasanya bersantai dengan keluarga. Menurut bapak Bambang motor moge
termasuk kedalam jenis motor besar, bentuk bodynya yang besar, selain itu
motor moge juga berbeda dengan sepeda motor biasanya seperti sepeda motor
babak Bambang juga mengatakan bahwa perbedaan motor gede dengan sepeda
motor lainya terletak pada mesinnya yang besar dan bodinya yang besar pula.
“Ya iyalah mas tahu, walaupun saya gak punya, Yang aku tahu sih ………. Body motor yang gede, keren mas, walaupun bawanya berat, ya ... walaupun harganya juga gede juga alias mahal, selain itu kapasitas mesinya yang gede”.
Berdasarkan kutipan di atas maka dapat diketahui bahwa Cleo, (21)
tahun, bersetatus sebagai mahasiswa di salah satu universitas di Surabaya,
pendidikan terakhir SMA. Sehari-hari aktivitas Cleo adalah kuliah dan
melakukan aktivitas harian seperti bermain internet, menonton televisi dan
berkumpul dengan teman. Berdasarkan hasil wawancara dengan Cleo, Cleo
menyatakan bahwa dirinya mengetahui mengenai motor gede walaupun Cleo
tidak mempunyainya, selain itu juga Cleo memaparkan yang ia ketahui
mengenai motor gede adalah body motor gede yang besar, keren walaupun
menaiki dan membawa motor gede berat jika tak terbiasa, selain itu harga
motor gede yang mahal motor gede juga mempunyai kapasitas mesin motor
yang besar.
Hal tersebut menunjukkan bahwa narasumber wawancara mengetahui
tentang motor gede, baik karaktristik motor gedenya fisiknya, orang-orangnya,
walaupun narasumber tidak memilikinya.
2.Pengetahuan Tentang Komunitas Motor gede Yang Ada Di Indonesia
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan informan mengenai
”Tentu saja saya mengetahuinya, walaupun saya bukan anggotanya. Baik .... komunitas motor gede sangat banyak sekali yang ada di Indonesia seperti, HDCI, Harley Devidson; IMBI (Ikatan Motor Besar Indonesia), MBC (Motor Besar Club) Bali, DBC (Davidson Bali Club), dan HDKI (Harley Davidson Klub Indonesia) Central Java Bikers Club dan Singotoro Moge Club dan lain sebagainya”.
Berdasarkan kutipan wawancara di atas dengan informan pertama yaitu
bapak Ali. Bapak Ali mengungkapkan bahwa dirinya mengetahui
komunitas-komunitas motor gede yang ada di Indonesia, walaupun bapak Ali bukan
anggota motor gede, informan juga memaparkan bahwa komunitas-komunitas
motor gede sangat banak sekali di Indonesia, informan juga menjabarkan
komunitas motor gede yang iinforman ketahui seperti, HDCI, Harlay Davidson,
IMBI, MBC Bali, HDKI Cental Bikers Club dan Singgotoro Moge club. Hal
tersebut menunjukkan bahwa informan cukup mengetahui komunitas motor gede
yang ada di Indonesia.
Banyaknya komunitas motor gede yang ada di Indonesia
mengindikasikan bahwa banyak masyarakat yang menyukai otomotif terutama
mengenai motor gede. Hal tersebut didukung dengan tingginya jumlah
masyarakat di berbagai daerah di Indonesia yang memiliki kendaraan. Data
Polda Metro Jaya menyebutkan akan ada 12 juta kendaraan hilir mudik pada
tahun 2011 di jalan Jakarta. Polisi merilis tahun 2010 ini jumlah kendaraan di
Jakarta mencapai 11.362.396 unit kendaraan. Terdiri dari 8.244.346 unit
kendaraan roda dua dan 3.118.050 unit kendaraan roda empat
”Kurang begitu tahu, yang aku ketahui sih seperti HDCI sama harly davitson”.
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa informan ke dua
mengatakan kurang mengetahui mengenai komunitas motor gede yang ada di
Indonesia, informan juga menyebutkan beberapa komunitas motor gede yang
diketahuinnya seperti HDCI dan Harlay Davidson. Hal tersebut menunjukkan
bahwa informan kurang mengetahui komunitas motor gede yang ada di
Indonesia.
“Ya …… beberapa ada yang tahu. Oke akan saya sebutkan misalnya nih HDCI, IMBI (Ikatan Motor Besar Indonesia), Harley Owner Group (HOG), Central Java Bikers dan lain-lain”.
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa informan ke tiga,
informan mengakui bahwa dirinya mengetahui tentang komunitas moge yang
ada di Indonesia, akan tetapi informan tidak mengetahui keseluruhannya, hanya
sebagian saja, selain itu informan juga menyebutkan komunitas motor gede
yang diketahuinya seperti, HDCI, IMBI (Ikatan Motor Besar Indonesia), Harley
Owner Group (HOG), Central Java Bikers dan lain-lain. Hal tersebut
menunjukkan bahwa informan mengetahui beberapa komunitas motor gede
yang ada di Indonesia.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pertama, kedua dan ketiga,
maka dapat diketahui bahwa keseluruhan informan mengetahui comunitas
3. Pandangan mengenai komunitas Motor Gede
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan informan mengenai
pengetahuan tentang pandangan mengenai komunitas motor gede :
“Komunitas Motor gede adalah sebuah komunitas para pecinta dan pemilik moge yang pastinya ada tujuanya mungkin salah satu tujuanya untuk menjalin persahabatan atau persaudaraan antar pecinta moge”.
Kutipan di atas berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Ali yang
menjabat sebagai kepolisian, bapak Ali mengemukakan pandangan dirinya
mengenai komunitas motor gede, menurut pandangan bapak Ali bahwa
komunitas motor gede adalah sebuah kelompok atau komunitas para pecinta
serta memiliki motor gede, yang mempunyai tujuan, dimana salah satu tujuan
tersebut untuk menjalin persaudaraan atau persahabatan antar sesama pecinta
dan penggemar motor gede. Hal tersebut menunjukkan bahwa komunitas moge
adalah sebuah kelompok para pecinta dan pengemar motor gede dan
mempunyai tujuan.
“Apa ya (sambil berfikir) ya kumpulan orang-orang yang cinta motor gede kali ya”.
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa informan kedua
memberikan pandangannya mengenai komunitas motor gede, informan
menyatakan bahwa komunitas motor gede adalah kumpulan orang-orang yang
menyukai atau mencintai motor gede.
Selain itu informan kedua juga mengungkapkan pandangganya mengenai
komunitas motor gede tersebut, komunitas motor gede tentunya dari golongan
orang-orang mampu atau kaya, sebab menurut informan orang yang tidak
mampu atau miskin tidak biasa dapat membeli motor moge karena harga motor
moge yang sangat mahal. Hal tersebut menunjukkan bahwa komunitas motor
gede adalah sebuah kumpulan orang-orang pecinta motor gede dan dari
golongan orang-orang kaya atau mampu.
“Menurut aku ya ……… apa ya (sambil mikir) mokumitas moge itu, tentunya sebuah wadah kumpulan para pecinta atau pengemar otomotif motor gede, untuk menjalin persaudaraan dengan orang lain, beda suku, ras dan agama dan lain-lain”.
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa informan ke tiga
Cleo, menurut Cleo comunitas motor gede hádala sebuah wadah atau tempat
berkumpulnya para pecinta atau pengemar otomotif khusus motor gede, selian
itu Cleo mengungkapkan bahwa orang yang bergabung dalam komunitas
motor mempunyai tujuan yaitu menjalin persaudaraan dengan orang lain baik
antar suku, ras dan agama.
“Ya gak juga mas, pasti yang bergabung dalam komunitas moge ya …….. pastinya harus punya moge”.
Selanjutnya Cleo juga mengungkapkan bahwa orang-orang yang
bergabung dalam komunitas motor gede sudah pasti mempunyai motor gede,
sebab salah satu syarat untuk bergabung dalam komunitas motor gede adalah
Pandangan yang disampaikan oleh informan di atas mengenai
komunitas moge bermacam-macam, ada yang berpendapat bahwa komunitas
motor gede adalah kumpulan orang-orang kaya, atau sebuah wadah pecinta
motor gede.
Polda Kalbar merangkul komunitas sepeda motor guna
mensosialisasikan tertib lalu lintas di jalan raya. Dengan harapan masyarakat
pengguna jalan lebih taat peraturan untuk menekan tingginya angka kecelakaan.
Pengambilan sumpah terhadap perwakilan belasan club sepeda motor dilakukan
di halaman Mapolda Kalbar. Di hadapan Kapolda Kalbar beserta jajarannya,
komunitas motor gede (moge) berjanji agar selalu taat peraturan selama
berkendara. Termasuk turut andil dalam mensosialisasikan ke masyarakat luas
pentingnya menaati aturan lalu lintas
(http://www.equator-news.com/patroli/20111003/polda-rangkul-komunitas-motor).
4. Mengetahui hal-hal negatif yang ser ing dilakukan komunitas Motor Gede
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan informan mengenai
pengetahuan tentang pandangan mengenai pengetahuan mengenai hal-hal yang
negative yang sering dilakukan oleh komunitas motor gede :
”Pada kalangan masyarakat dan bagi kami polisi termasuk saya. Memang komunitas motor gede sering menganggu lalu lintas jalan, walaupun tidak semua, hanya beberapa dari mereka saja”
Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas maka dapat diketahui
bahwa persepsi informan pertama yaitu bapak Ali, mengatakan bahwa sebagian
kalangan masyarakat termasuk saya, menilai bahwa komunitas motor gede
melanggara lalu lintas jalan, walaupun hanya beberapa orang dari komunitas
motor gede tersbut dan karena hal seperti itu maka masyarakat menganggap
bahwa komunitas motor gede seperti itu, dan sering melanggar lalu lintas dan
rambu-rambu di jalan.
Selain itu bapak Ali juga memberikan contoh mengenai komunitas
motor gede yang sering melanggar lalu lintas yaitu jika komunitas moge sedang
melakukan konvoi atau berkeliling daerah atau disebut touring, dan mereka
berbaris dengan berjejer-jejer rapi selain itu kondisi body motor moge yang
besar dan mesin yang besar suara motor mogepun sangat keras dan dapat
membuat kebisingan pengendara motor yang lain, selain itu juga hal tersebut
dapat membuat kemacetan jalan
”Apa ya (sambil berfikir) oh ya mas, anggota motor gede identik dengan orang-orang borju (orang-orang kaya), selain itu dilihat dari penampilan mereka saat melakukan konvoi seperti orang-orang nakal dilihat dari segi baju ataupun gayanya, sering melanggar lalu lintas, membuat kemacetan tidak disiplin di jalan dan lain sebagainya”
” Misalkan, di jalan ada peraturan tidak boleh belok langsung harus putar terlebih dahulu, malah mereka gak mau putar lurus saja”
Berdasarkan kutipan di atas dapat di ketahui bahwa pendapat informan
mengenai hal-hal yang negatif dari komunitas motor gede, menurut Informan
itu para anggota motor gede apabila dilihat dari segi penampilan baik dilihat
dari bajunya, gayanya pada saat melakukan konvoi, selain itu juga mereka
sering melanggar lalu-lintas, sehingga membuat kemacetan dan sering tidak
disiplin dalam menggunakan jalan. Selain itu juga Informan memberikan
contoh ketidak disiplinnya komunitas motor gede yaitu ada peraturan
mengunakan jalan kendaraan tidak boleh belok langsung harus berputar
terlebih dahulu, akan tetapi justru mereka lurus saja tanpa berbelok terlebih
dahulu.
Informasi yang senada juga yang disampaikan oleh Informan kedua
dan ketiga mengenai mengenai hal-hal negatif yang sering dilakukan oleh
komunitas motor gede :
“Hal-hal negative. iya sih memang menurut aku dan kata orang-orang indentik dengan orang-orang nakal. Nakalnya itu, mungkin sering minum-minuman keras, menganggu ketenangan orang lain, kaya ditunjukkan di Televisi”.
Maksudnya, kalo komunitas moge lewat di jalan pasti kendaraan yang lain pada mingir, bak seorang raja lewat, selain itu juga dengan suara mesinya yang gede buat bising ganggu ketenangan, itu maksudnya ....
Berdasarkan kutipan wawancara dengan informan kedua yaitu bapak
Bambang, menurut bapak bambang komunitas motor gede identik dengan
orang-orang nakal, bapak bambang juga memberikan contoh mengenai
kenakalan yang dilakukan oleh komunitas motor gede yaitu sering
minum-minuman keras, suka menganggu ketenangan orang lain seperti yang sering