• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMALSUAN TANDA TANGAN AKTA OLEH PARA PIHAK DALAM PEMBUATAN AKTA NOTARIIL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMALSUAN TANDA TANGAN AKTA OLEH PARA PIHAK DALAM PEMBUATAN AKTA NOTARIIL."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

I. Pendahuluan

Bab ini memperkenalkan latar belakang penelitian mengenai pemalsuan tanda tangan akta notariil, mengungkapkan relevansi topik dengan isu kepastian hukum dan tanggung jawab notaris di Indonesia. Kasus-kasus nyata pemalsuan tanda tangan dikaitkan dengan lemahnya pengaturan sanksi pidana dalam Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN). Rumusan masalah penelitian dirumuskan dengan jelas, menanyakan akibat hukum pemalsuan tanda tangan pada akta notariil dan tanggung jawab notaris dalam situasi tersebut. Ruang lingkup penelitian dibatasi untuk menghindari pembahasan yang menyimpang. Orisinalitas penelitian ditegaskan dengan membandingkannya dengan penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan, tetapi dengan fokus yang berbeda. Tujuan penelitian, baik umum maupun khusus, dijabarkan dengan ringkas dan padat. Manfaat penelitian, baik secara teoritis maupun praktis, dijelaskan dengan harapan mampu berkontribusi pada pemahaman hukum dan peningkatan kepastian hukum di Indonesia.

1.1 Latar Belakang

Bagian ini membahas konteks negara hukum Indonesia dan pentingnya perjanjian tertulis untuk kepastian hukum. Dipaparkan pula meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya akta notariil serta peran notaris dalam memberikan kepastian hukum. Namun, di sisi lain, dibahas pula permasalahan pemalsuan tanda tangan dalam pembuatan akta notariil yang menjadi isu utama penelitian. Disebutkan pula contoh kasus pemalsuan tanda tangan akta notariil sebagai pemicu perlunya analisis mendalam terhadap tanggung jawab notaris dan akibat hukum dari perbuatan tersebut. Bagian ini diakhiri dengan pernyataan tentang tujuan penelitian yaitu menganalisis pertanggungjawaban notaris terkait pemalsuan tanda tangan akta notariil, khususnya dalam konteks norma kosong (sanksi pidana) di UUJN-P.

1.2 Rumusan Masalah

Bagian ini merumuskan dua pertanyaan penelitian utama. Pertama, membahas akibat hukum terhadap akta notariil yang tanda tangannya dipalsukan. Kedua, menanyakan bagaimana pertanggungjawaban notaris terhadap pemalsuan tersebut. Kedua rumusan masalah ini menjadi fokus utama analisis di seluruh isi penelitian.

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Bagian ini menjelaskan batasan-batasan penelitian untuk menghindari pembahasan yang melebar. Ruang lingkup difokuskan pada tinjauan umum pemalsuan tanda tangan akta notariil, dengan tujuan memastikan analisis yang terarah dan relevan dengan rumusan masalah.

1.4 Orisinalitas

Bagian ini menegaskan orisinalitas penelitian dengan membandingkan judul dan rumusan masalah dengan penelitian sebelumnya. Dijelaskan bahwa meskipun terdapat penelitian yang serupa, penelitian ini memiliki fokus dan sudut pandang yang berbeda, khususnya dalam hal menganalisis norma kosong dalam UUJN-P terkait sanksi pidana terhadap notaris yang terlibat dalam pemalsuan tanda tangan.

1.5 Tujuan Penulisan

Bagian ini menjabarkan tujuan penelitian, baik tujuan umum (memahami kebijakan hukum dan pertanggungjawaban notaris) maupun tujuan khusus (mendeskripsikan akibat hukum dan pertanggungjawaban notaris secara mendalam). Tujuan-tujuan ini berfungsi sebagai panduan dan kerangka kerja analisis dalam penelitian.

1.6 Manfaat Penulisan

Bagian ini menjelaskan manfaat penelitian, baik manfaat teoritis (kontribusi pada ilmu hukum) maupun praktis (masukan untuk pengambilan kebijakan dan pembaharuan peraturan perundang-undangan). Manfaat ini menekankan pentingnya penelitian dalam konteks perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat akan kepastian hukum.

1.7 Landasan Teoritis

Bagian ini memperkenalkan landasan teori yang digunakan dalam penelitian, termasuk asas kebebasan berkontrak, asas konsensualitas, asas kepastian hukum, dan pengertian, kewenangan, serta kewajiban notaris. Teori-teori ini akan digunakan sebagai kerangka analitis untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Penjelasan singkat mengenai masing-masing teori diberikan untuk memberikan gambaran awal kepada pembaca.

1.8 Metode Penelitian

Bagian ini menjelaskan metodologi penelitian yang digunakan, termasuk jenis penelitian (yuridis normatif), jenis pendekatan (perundang-undangan dan konseptual), sumber bahan hukum (primer, sekunder, dan tersier), teknik pengumpulan bahan hukum (studi kepustakaan), dan teknik analisis bahan hukum (deskriptif analisis dengan metode evaluatif, sistematis, interpretatif, dan argumentatif). Penjelasan ini memberikan gambaran metodologi penelitian yang digunakan untuk memastikan kualitas dan kredibilitas hasil penelitian.

II. Tinjauan Umum Tentang Akta Notariil

Bab ini memberikan pemahaman komprehensif mengenai akta notariil, mencakup pengertian akta, macam-macam akta, bentuk-bentuk akta notariil, dan tentang kebatalan akta. Definisi akta dijelaskan secara etimologis dan yuridis, dikaitkan dengan Pasal 1866 dan 1867 KUH Perdata. Kemudian, dibahas perbedaan antara akta autentik dan akta di bawah tangan, menekankan peran notaris dalam pembuatan akta autentik dan kekuatan pembuktiannya. Kekuatan pembuktian akta dijelaskan secara rinci (lahir, formil, dan materiil). Berbagai fungsi akta diuraikan untuk menunjukkan pentingnya akta dalam sistem hukum Indonesia. Konsep kebatalan akta juga dibahas untuk memberikan perspektif yang lebih luas tentang validitas dan implikasi hukum akta notariil.

2.1 Pengertian Akta

Sub-bab ini membahas pengertian akta secara etimologi dan yuridis, berdasarkan berbagai sumber hukum dan pendapat para ahli. Syarat-syarat suatu surat agar dapat disebut sebagai akta dijelaskan secara rinci. Fokus utama adalah pada fungsi akta sebagai alat bukti dan kekuatan pembuktiannya yang meliputi aspek lahir, formil, dan materiil. Perbedaan jenis akta dan implikasinya terhadap kekuatan pembuktian juga diuraikan.

2.2 Macam-macam Akta

Sub-bab ini mengklasifikasikan akta berdasarkan Pasal 1867 KUH Perdata, membedakan antara akta autentik dan akta di bawah tangan. Ciri-ciri akta autentik dijelaskan secara detail, termasuk peran pejabat umum (notaris) dalam pembuatannya dan implikasi hukumnya. Perbedaan kekuatan pembuktian antara kedua jenis akta dijelaskan untuk menunjukkan perbedaan signifikansi hukum.

2.3 Bentuk-bentuk Akta Notariil

Sub-bab ini fokus pada bentuk dan tata cara pembuatan akta notariil, sesuai dengan ketentuan UUJN-P. Persyaratan formal pembuatan akta notariil dijelaskan, termasuk peran notaris sebagai pejabat umum yang bertanggung jawab atas validitas dan keabsahan akta yang dibuatnya. Bagian ini menjelaskan secara detail prosedur dan persyaratan administratif pembuatan akta notariil.

2.4 Tentang Kebatalan

Sub-bab ini membahas berbagai alasan dan implikasi hukum atas kebatalan akta notariil, membahas perbedaan antara akta yang dapat dibatalkan dan akta yang batal demi hukum. Penjelasan ini penting untuk memahami konsekuensi hukum dari berbagai kesalahan atau pelanggaran yang terjadi selama pembuatan akta. Bagian ini memberikan penjelasan terkait konsekuensi hukum dari akta yang tidak sah atau cacat.

III. Akibat Hukum Terhadap Akta Notariil Yang Tanda Tangannya Dipalsukan

Bab ini membahas secara mendalam akibat hukum dari pemalsuan tanda tangan pada akta notariil. Peran notaris dalam pembuatan akta dan pihak-pihak yang terlibat dalam proses tersebut dijelaskan terlebih dahulu. Kemudian dianalisa akibat hukum apabila pemalsuan dilakukan oleh salah satu pihak. Kekuatan hukum akta yang dipalsukan dibahas secara rinci, termasuk kemungkinan pembatalan akta. Teknik pembuktian pemalsuan tanda tangan pada akta juga dijelaskan untuk memberikan gambaran praktis tentang proses hukum yang terlibat.

3.1 Peranan Notaris Dalam Pembuatan Akta

Sub-bab ini menjelaskan peran dan tanggung jawab notaris dalam pembuatan akta notariil, menekankan pentingnya notaris dalam menjaga keabsahan dan keaslian akta. Kewenangan dan kewajiban notaris sebagai pejabat umum dijelaskan secara rinci, termasuk upaya pencegahan pemalsuan tanda tangan. Penjelasan ini penting untuk konteks keseluruhan bab, sebab notaris merupakan bagian penting dari proses pembuatan akta.

3.2 Pihak-pihak Dalam Pembuatan Akta

Sub-bab ini mengidentifikasi dan menjelaskan peran berbagai pihak yang terlibat dalam pembuatan akta notariil, selain notaris. Penjelasan ini penting untuk memahami dinamika dan potensi konflik yang dapat menyebabkan pemalsuan tanda tangan. Penjelasan rinci tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak akan memperjelas kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pihak-pihak yang bertanggung jawab.

3.3 Pemalsuan Tanda Tangan Oleh Salah Satu Pihak

Sub-bab ini fokus pada analisis akibat hukum apabila pemalsuan tanda tangan dilakukan oleh salah satu pihak dalam pembuatan akta. Konsekuensi hukum bagi pihak yang memalsukan, pihak yang dirugikan, dan peran notaris dalam situasi ini dijelaskan secara detail. Analisis ini meliputi aspek perdata dan pidana, berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia.

3.4 Kekuatan Akta Yang Dipalsukan Oleh Para Pihak

Sub-bab ini membahas kekuatan hukum akta notariil yang tanda tangannya dipalsukan. Analisis ini mengkaji apakah akta tersebut masih memiliki kekuatan hukum mengikat atau dapat dibatalkan. Penjelasan ini meliputi aspek legalitas dan keabsahan akta yang telah dipalsukan. Perbedaan implikasi hukum berdasarkan siapa yang melakukan pemalsuan (pihak terkait atau notaris) dijelaskan.

3.5 Pembuktian Pemalsuan Tanda Tangan Pada Akta

Sub-bab ini menjelaskan prosedur dan metode pembuktian pemalsuan tanda tangan pada akta notariil di pengadilan. Bukti-bukti yang diperlukan dan proses hukum yang dilalui diuraikan. Penjelasan ini memberikan gambaran praktis tentang bagaimana pemalsuan tanda tangan dapat diungkap dan diadili berdasarkan hukum acara yang berlaku. Penjelasan ini juga akan membahas metode forensik yang bisa digunakan untuk membuktikan pemalsuan.

IV. Tanggung Jawab Notaris Terhadap Pemalsuan Tanda Tangan

Bab ini mengkaji tanggung jawab notaris terhadap pemalsuan tanda tangan pada akta notariil yang dibuatnya. Tanggung jawab notaris berdasarkan UUJN-P dibahas secara rinci. Berbagai bentuk tanggung jawab notaris, termasuk tanggung jawab administratif, perdata, dan pidana, dianalisa. Analisis ini meliputi norma kosong (kekurangan pengaturan sanksi pidana di UUJN-P) dan implikasinya terhadap pertanggungjawaban notaris. Analisis hukum pidana juga dibahas, meskipun tidak secara eksplisit diatur dalam UUJN-P.

4.1 Tanggung Jawab Notaris Menurut Undang-Undang Jabatan Notaris

Sub-bab ini menjabarkan tanggung jawab notaris berdasarkan ketentuan UUJN-P. Penjelasan ini meliputi kewajiban notaris dalam menjaga keaslian dan keabsahan akta, serta konsekuensi hukum jika notaris lalai dalam menjalankan tugasnya. Penjelasan ini penting karena memberikan landasan hukum bagi analisis tanggung jawab notaris dalam kasus pemalsuan tanda tangan.

4.2 Bentuk Tanggung Jawab Notaris Terhadap Pemalsuan Tanda Tangan

Sub-bab ini mengkaji berbagai bentuk tanggung jawab notaris dalam kasus pemalsuan tanda tangan, meliputi tanggung jawab administratif, perdata, dan pidana. Penjelasan yang rinci diberikan untuk masing-masing bentuk tanggung jawab, termasuk jenis sanksi yang dapat dikenakan kepada notaris yang terbukti bersalah atau lalai. Norma kosong dalam UUJN-P juga dibahas dalam konteks tanggung jawab pidana notaris.

4.2.1 Tanggung Jawab Notaris Dari Segi Hukum Administrasi

Sub-sub-bab ini membahas sanksi administratif yang dapat dikenakan kepada notaris yang terlibat atau lalai dalam kasus pemalsuan tanda tangan. Jenis-jenis sanksi administratif dan prosedur pelaksanaannya dijelaskan secara detail. Penjelasan ini penting karena sanksi administratif merupakan salah satu mekanisme pertanggungjawaban notaris.

4.2.2 Tanggung Jawab Notaris Dari Segi Hukum Perdata

Sub-sub-bab ini membahas tanggung jawab perdata notaris dalam kasus pemalsuan tanda tangan, terutama terkait dengan kerugian yang dialami pihak-pihak yang dirugikan. Penjelasan meliputi dasar hukum dan mekanisme gugatan perdata yang dapat ditempuh. Penjelasan ini penting karena kerugian perdata sering kali menjadi konsekuensi dari pemalsuan akta notariil.

4.2.3 Tanggung Jawab Notaris Dari Segi Hukum Pidana

Sub-sub-bab ini menganalisis tanggung jawab pidana notaris, meskipun tidak secara eksplisit diatur dalam UUJN-P. Analisis ini didasarkan pada pasal-pasal KUHP yang relevan, dengan mempertimbangkan peran dan keterlibatan notaris dalam proses pemalsuan. Penjelasan ini penting untuk membahas celah hukum dan potensi peningkatan regulasi terkait tanggung jawab pidana notaris.

V. Penutup

Bab ini merangkum kesimpulan penelitian mengenai akibat hukum pemalsuan tanda tangan akta notariil dan tanggung jawab notaris. Kesimpulan dirumuskan secara ringkas dan padat, berdasarkan hasil analisis pada bab-bab sebelumnya. Saran-saran konstruktif diberikan sebagai rekomendasi untuk perbaikan regulasi dan praktik hukum terkait dengan isu tersebut. Saran tersebut berfokus pada penguatan perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang dirugikan dan peningkatan pertanggungjawaban notaris.

5.1 Kesimpulan

Bagian ini menyimpulkan temuan-temuan penting dari penelitian, menjawab rumusan masalah yang telah diajukan di awal. Kesimpulan harus mencerminkan hasil analisis yang telah dilakukan dan memberikan jawaban yang jelas dan terstruktur.

5.2 Saran

Bagian ini memberikan saran-saran yang relevan untuk mengatasi permasalahan yang dibahas dalam penelitian, terutama terkait dengan perbaikan regulasi dan praktik hukum di Indonesia. Saran-saran harus bersifat konstruktif dan dapat diimplementasikan.

Referensi

Dokumen terkait

Tanggung jawab Notaris dalam hal terjadinya pemalsuan keterangan dan dokumen yang dilakukan oleh para pihak dalam pembuatan akta Notaris menurut UUJN adalah ketika Notaris dalam

Akta dibawah tangan yang diakui merupakan suatu bukti terhadap siapapun juga, atas kebenaran pernyataan dari pihak-pihak yang membuatnya di dalam akta itu dalam

1) Barang mengenai sesuatu hal yang kebenarannya harus dinyatakan oleh akta itu, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai akta itu seolah-olah keterangannya

Akta Otentik, adalah akta suatu akta yang dibuat oleh atau dimuka seorang pegawai umum, oleh siapa didalam akta itu dicatat pernyataan pihak yang menyuruh

diterjemahkan atau dijelaskan, penghadap membubuhkan paraf dan tanda tangan pada bagian tersebut. 3) Pembacaan, penerjemahan atau penjelasan, dan penandatangan

Barang siapa menyuruh menempatkan keterangan palsu ke dalam suatu akta autentik tentang sesuatu kejadian yang kebenarannya harus dinyatakan oleh akta itu, dengan maksud akan

Kecermatan Notaris dalam menerapkan aturan hukum dalam isi Aktanya harus dapat membuktikan bahwa Akta yang dibuat oleh Notaris tersebut yiatu secara lahiriah Akta tersebut

Ketika surat tersebut merupakan suatu pernyataan sepihak maka wajib untuk ditandatangani oleh orang yang membuat pernyataan, sedangkan apabila suatu surat tersebut merupakan kesepakan