• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUH PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUH PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Vetera” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Program Studi Akuntansi

Oleh :

Zulendra Bonasty 0513010030/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUH

PRAKTIK PERATAAN LABA PADA

PERUSAHAAN AUTOMOTIVE DI

BURSA EFEK INDONESIA

S K R I P S I

Oleh :

Zulendra Bonasty 0513010030/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(3)

KUALITAS JASA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

TERHADAP KEPUASAN PENGGUNA INTERNAL

PT. PUSPETINDO GRESIK

Yang diajukan

BAGUS SINATRIA ERZA 0513010269/FE/EA

Telah disetujui untuk mengikuti ujian lisan oleh :

Pembimbing

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi Tanggal : ... NIP. 030 194 437

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”

Jawa Timur

(4)

S

SKKRRIIPPSSII

ANALISIS RASIO MODAL SAHAM UNTUK MENILAI KINERJA

PT. HM SAMPOERNA TBK TAHUN 2006 – 2008

Yang diajukan

MASLUTFIYAH

MASLUTFIYAH 0612010226/FE/EM

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 25 Juni 2009

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dra. Ec. Hj. Malicha Dr. H. Ali Maskun, Ms

Sekretaris

Dra. Ec. Hj. Malicha

Anggota

Drs. Ec. H. Suprijono, MM

M

Meennggeettaahhuuii

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM

(5)

KUALITAS JASA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

TERHADAP KEPUASAN PENGGUNA INTERNAL

PT. PUSPETINDO GRESIK

Yang diajukan

BAGUS SINATRIA ERZA 0513010269/FE/EA

Telah diseminarkan Dan disetujui untuk mengikuti ujian skripsi oleh :

Pembimbing

Drs. Ec. Hero Priono, MSi.,Ak Tanggal : ...

Mengetahui Kaprogdi Akuntansi

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan

hidayah-Nya ysng diberikan kepada penulis sehingga skripsi yang

berjudul“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) ”, dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi

Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil

maupun materiil, khususnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, Msi. Selaku Ketua program studi Akuntansi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Ec Hero Priono, Msi.Ak Selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah memberikan bimbingan skripsi sehingga penulis bisa merampungkan

(7)

7. Kepada Ayahanda Zulkifli dan Ibunda kuswati tercinta, terima kasih atas kasih

sayang, kesabaran dan dukungan moril dan materiil yang diberikan kepada

penulis dengan tulis ikhlas dan tanpa pamrih. ”Zulendra fitriansyah”,

”Zulendra ardiansyah”, dan ”dianisa” terima kasih atas semua cinta, kasih

sayang, kesabaran, pengertian, semangat, dukungan, serta do’a yang diberikan

kepada penulis selama ini.

8. semua teman-temanku dibangku kuliah terima kasih untuk segalanya, serta

semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik

membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, Mei 2009

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN EMPIRIS 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

2.2 Kajian Teori ... 17

2.2.1. Laporan Keuangan ... 17

2.2.1.1. Pemakai Laporan Keuangan ... 19

2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan ... 21

2.2.2. Pengertian Laba ... 22

2.2.2.1. Tujuan Laporan Laba/Rugi ... 22

2.2.3. Perataan Laba ... 22

2.2.3.1. Dimensi Perataan Laba ... 23

(9)

2.2.4.2. Teori Yang Membahas Pengaruh Ukuran

Perusahaan Terhadap Perataan Laba ... 27

2.2.4.3. Profitabilitas ... 28

2.2.4.4. Teori Yang Membahas Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba ... 28

2.2.4.5. Leverage Operasi ... 29

2.2.4.6. Teori Yang Membahas Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba ... 30

2.3. Kerangka Berpikir ... 31

2.4. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 34

3.1.1. Variabel Bebas (X) ... 34

3.1.2. Variabel Terikat (Y) ... 35

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 37

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.3.1. Jenis Data ... 39

3.3.2. Sumber Data ... 39

3.3.3. Pengumpulan Data ... 39

3.4 Teknik Analisis dna Uji Hipotesis ... 40

(10)

3.4.1. Regresi Logistik ... 40

3.4.1.1. Regresi Logistik Serentak ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 43

4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia ... 43

4.1.2. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ... 44

4.1.3. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia ... 46

4.1.4. Sejarah PT. Astra International Tbk ... 47

4.1.5. Sejarah PT. Astra Otoparts Tbk ... 48

4.1.6. Sejarah PT. Gajah Tunggal Tbk ... 49

4.1.7. Sejarah PT. Goodyear Indonesia Tbk ... 49

4.1.8. Sejarah PT. Indo Kordsa Tbk ... 50

4.1.9. Sejarah PT. Indomobil Sukses International Tbk .... 51

4.1.10.Sejarah PT. Nipress Tbk ... 52

4.1.11.Sejarah PT. Prima Alloy Steel Tbk ... 53

4.1.12.Sejarah PT. Selamat Sepurna Tbk ... 53

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 58

4.2.1. Deskripsi Mengenai Variabel Ukuran Perusahaan (X1) .... 54

4.2.2. Deskripsi Mengegai Variabel Profitabilitas (X2) ... 55

4.2.3. Deskripsi Mengenai Variabel Leverage Operasi (X3) 57 4.3. Deskripsi Hasil Pengujian ... 59

4.3.1. Hasil Pengujian Hipotesis ... 59

4.3.1.1.Pengujian Validitas ... 66

(11)

4.5.2. Perbedaan Penelitian Yang Dilakukan Sekarang

dengan Penelitian Terdahulu ... 65

4.6. Keterbatasan Penelitian ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 68

5.2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Seleksi Sampel ... 38

Tabel 4.1 Data Ukuran Perusahaan (X1) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2007 ... 54

Tabel 4.2 Data Profitabilitas (X2) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2007 ... 56

Tabel 4.3 Data Leverage Operasi (X3) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2007 ... 57

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Model Summary ... 59

Tabel 4.5 Hasil Hosmer and Lemeshow ... 60

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Regresi Logistic Metode Enter ... 61

Tabel 4.7 Perbedaan Penelitian ... 65

(13)
(14)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1a. Data Perhitungan Ukuran Perusahaan (X1)

Lampiran. 1b. Data Perhitungan Profitabilitas (X2)

Lampiran. 1c. Data Perhitungan Leverage Operasi (X3)

Lampiran 1d. Data Perhitungan Perataan Laba (Y)

(15)

Zulendra Bonasty

Abstraksi

Laporan keuangan merupakan produk dari akuntansi yang menyajikan data kuantitatif keuangan atas semua transaksi-transaksi yang telah dilaksanakan oleh suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu. laporan keuangan itu sendiri terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan, semua isi dari laporan keuangan bermanfaat bagi pemakainya, namun bagi beberapa pihak seperti pemegang saham, investor, dan kreditur memberikan perhatian yang lebih pada besarnya laba akuntansi yang dibukukan perusahaan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi manajemen dalam melakukan praktik perataan laba, diantaranya adalah faktor ukuran perusahaan, karena makin besar perusahaan, makin banyak alternatif pembelanjaan sumber daya yang dapat dipilih, dan utang yang dimilikinya cenderung makin besar. Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap praktik perataan laba adalah faktor profitabilitas. Praktik perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan yang profitabilitasnya rendah dan dalam keadaan berisiko, karena ingin memperlihatkan bahwa laporan laba rugi lebih baik dan tingkat fluktuasi tidak terlalu tinggi, sehingga dapat menarik investor. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melakukan praktik perataan laba dan untuk membuktikan secara empiris faktor ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage perusahaan mempengaruhi praktik perataan laba.

Obyek penelitian ini adalah perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan tahun 2004 hingga 2008. Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan adalah uji regresi logistik.

Dari hasil pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik metode enter ditemukan bahwa dari variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini yang terdiri dari ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage tidak ada faktor yang berpengaruh signifikan terhadap perataan laba pada perusahaan otomotif pada tahun 2004 – 2007.

Keywords: ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, perataan laba

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berkembangnya suatu usaha yang dijalankan, perusahaan seringkali

memerlukan tambahan dana, untuk memperoleh dana dengan cepat,

perusahaan memiliki beberapa alternative sumber pendanaan, yaitu dari

sumber internal maupun sumber eksternal perusahaan.

Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang sangat penting yaitu

sebagai penyediaan dana jangka panjang yaitu sebagai salah satu perantara

bagi pihak surplus dan pihak defisit dana. Selain itu pasar modal juga sebagai

lembaga pemupukan modal dan mobilisasi dana (Suwito dan Herawaty,

2005:136). pasar modal merupakan salah satu alternative sumber pendanaan

yang relative murah karena perusahaan tidak perlu menanggung beban tetap

untuk membayar pajak.

Untuk mendapatkan tambahan dana baik yang berasal dari pasar uang

ataupun yang berasal dari pasar modal, perusahaan diwajibkan untuk

memberikan informasi tentang kinerja perusahaan yang berbentuk dalam

laporan keuangan. Informasi keuangan ini penting untuk mengukur besar

kecilnya risiko yang akan dihadapi oleh seorang investor ataupun lembaga

keuangan yang akan menanamkan modalnya.

Pelaporan keuangan bertujuan menyediakan informasi yang

bermanfaat bagi investor dan kreditor masa kini dan yang potensial serta para

(17)

pemakai lain dalam membuat keputusan ekonomi dan bisnis seperti keputusan

investasi, dan keputusan kredit yang rasional. Pelaporan keuangan dapat

disajikan dalam bentuk laporan keuangan, catatan atas laporan keuangan,

informasi tambahan, serta sarana lain dari pelaporan keuangan dari keempat

bentuk tersebut, yang menjadi bagian utama pelaporan keuangan adalah

laporan keuangan, yaitu sarana utama untuk mengkomunikasikan informasi

kepada pihak-pihak yang berada di luar suatu entitas (Atmini, 2000).

Laporan keuangan merupakan produk dari akuntansi yang menyajikan

data kuantitatif keuangan atas semua transaksi-transaksi yang telah

dilaksanakan oleh suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu (Yusuf dan

Soraya, 2004:100). laporan keuangan itu sendiri terdiri dari neraca, laporan

laba-rugi, laporan perubahan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan

atas laporan keuangan, semua isi dari laporan keuangan bermanfaat bagi

pemakainya, namun bagi beberapa pihak seperti pemegang saham, investor,

dan kreditur memberikan perhatian yang lebih pada besarnya laba akuntansi

yang dibukukan perusahaan.

Diantara pihak-pihak pemakai laporan keuangan tersebut, yaitu pihak

internal dan eksternal perusahaan terdapat pertentangan kepentingan

kelompok internal dan eksternal yang dapat mendorong timbulnya konflik

yang merugikan pihak-pihak tersebut. Perbedaan kepentingan tersebut antara

lan : (Jin dan Machfeodz, 1998:175)

1. manajemen berkeinginan meningkatkan kesejahteraan sedangkan

(18)

3

2. manajemen berkeinginan memperoleh kredit sebesar mungkin dengan

bunga yang rendah sedangkan kreditor hanya ingin memberi kredit sesuai

dengan kemampuan perusahaan.

3. manajemen ingin membayar pajak sekecil mungkin sedangkan pemerintah

ingin memungut pajak setinggi mungkin.

Perhatian investor yang terpusat pada informasi laba tanpa

memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba

tersebut, mendorong manager untuk melakukan earning management atau

earning manipulation.

Perataan laba dilakukan oleh manajemen laba dimaksudkan untuk

mencapai sesuatu yang diharapkan atas laba yang dilaporkan. Perataan laba

juga dilakukan oleh manajer untuk mengurangi fluktuasi dari laba yang

dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk meramaikan arus

kas dimasa yang akan datang.

Sejalan dengan konsep manajemen laba, perataan laba bila di pandang

dari kerangka pikir teori keagenan, perataan laba timbul karena adanya konflik

kepentingan antara manajemen dan pemilik. Konflik kepentingan ini bisa

terjadi antara seorang manajer yang ingin memaksimumkan kekayaannya

sendiri dengan pemegang saham yang juga ingin memaksimumkan

kekayaanya. Konflik akan terjadi jika usaha manajer untuk memaksimumkan

kekayaanya tidak memaksimumkan kekayaan pemegang saham ( Prasetio

(19)

Upaya untuk mengatasi masalah perbedaan kepentingan antara agen

dan prinsipal, maka manajer melakukan upaya perataan laba dengan melalui

pemilihan prosedur akuntansi ( Prasetio dkk, 2002:49).

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, praktik perataan laba

merupakan fenomena yang umum dilakukan di banyak negara, namun

demikian, praktik perataan laba ini, jika dilakukan dengan sengaja dan

dibuat-buat dapat menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai atau

menyesatkan, akibatnya, investor mungkin tidak memperoleh informasi yang

akurat dan memadai mengenai laba untuk mengevaluasi hasil dan risiko dari

portofolio mereka (Jin dan Machfoedz, 1998:176). Pada intinya, praktik

perataan laba ini diharapkan mampu memberikan suatu pengaruh yang

menguntungkan bagi nilai saham serta penilaian kinerja manajer meskipun

masih terjadi pro dan kontra mengenai adanya praktik perataan laba tersebut.

Penelitian yang menyetujui adanya praktik perataan laba antara lain

dilakukan oleh Hector (1987) dalam Jin dan Machfoedz (1998:176) yang

menyatakan bahwa perataan laba sebagai bentuk penyalahgunaan yang umum

dalam laporan keuangan yang seharusnya diwaspadai oleh pemakainya, dan

Mc Hugh (1992) yang juga menyatakan bahwa perataan laba merupakan

bentuk manipulasi di laporan keuangan. Penelitian yang setuju dengan adanya

perataan laba antara lain Gordon (1964) dalam Liauw She Jin dan Mas’ud

Machfoedz (1998:176) yang menyatakan bahwa perataan laba dapat

mengurangi kesalahan dari pemegang saham dalam mengekstrapolasi laba

(20)

5

ungkapkan oleh Ronen dan Sadan (1981) yang menyatakan bahwa perataan

laba konsisten dengan keinginan manajemen untuk memaksimalkan

kompensasi.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi manajemen dalam melakukan

praktik perataan laba, diantaranya adalah faktor ukuran perusahaan, karena

makin besar perusahaan, makin banyak alternatif pembelanjaan sumber daya

yang dapat dipilih, dan utang yang dimilikinya cenderung makin besar. Faktor

lain yang diduga berpengaruh terhadap praktik perataan laba adalah faktor

profitabilitas. Praktik perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan

yang profitabilitasnya rendah dan dalam keadaan berisiko, karena ingin

memperlihatkan bahwa laporan laba rugi lebih baik dan tingkat fluktuasi tidak

terlalu tinggi, sehingga dapat menarik investor.

Selain faktor profitabilitas dan ukuran perusahaan, variabel lain yang

yang diduga sebagai pendorong terjadinya praktik perataan laba adalah

leverage operasi. biasanya, seorang kreditur tertarik pada perusahaan yang

memiliki tingkat leverage operasi yang rendah dan menghasilkan leverage

yang positif, sebab kreditur memerlukan jaminan atas dana yang dipinjamkan.

Penelitian sebelumnya yang meneliti tentang ukuran perusahaan,

profitabilitas, dan leverage operasi yang dilakukan oleh Ilmainir dan Zuhroh

(1993 dalam Liauw She Jin dan Mas’ud Machfoedz, 1998:178) dan murtanto

(2004) dalam meneliti ukuran perusahaan dan profitabilitas tidak berhasil

membuktikan bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas dapat dikaitkan

(21)

dilakukan Ashari dkk (1994), ditemukan ada dua faktor yang mempengaruhi

praktik perataan laba. Adapun faktor-faktor tersebut adlah ukuran perusahaan

dan profitabilitas, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Jin dan

Machfoedz (1998) yang berhasil membuktikan bahwa leverage operasi

merupakan faktor pendorong terjadinya praktik perataan laba, sedangkan

Suwito dan Herawaty (2005) tidak berhasil membuktikan bahwa leverage

operasi berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah

dilakukan oleh Jin dan Machfoedz (1998) yaitu pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan tahun periode pengamatan 6

tahun dari tahun 1991-1996. dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk

melihat generalitas dari hasil penelitian terdahulu dengan melakukan

pengujian yang sama pada perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Dengan melakukan perhitungan Indeks Eckel maka akan

diperoleh beberapa jumlah perusahaan yang melakukan praktik perataan laba

dan tidak melakukan praktik perataan laba dari total sampel yang diuji.

Perusahaan yang dikelompokkan sebagai perusahaan perata laba ditunjukkan

dengan indeks yang kurang dari satu, dan perusahaan bukan perata laba

ditunjukkan dengan indeks lebih dari satu. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian terdahulu adalah jumlah perusahaan yang dijadikan sampel

(22)

7

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi mengenai

faktor-faktor yang diduga mendorong manajemen melakukan praktik perataan laba,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK

PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis mencoba

merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah perataan laba dipengaruhi oleh ukuran perusahaan,

profitabilitas, dan leverage perusahaan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dirumuskan untuk memberikan arah pencapaian

sasaran bagi aktivitas penelitian :

1. Untuk membuktikan secara empiris faktor ukuran perusahaan,

profitabilitas, dan leverage perusahaan mempengaruhi praktik perataan

(23)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak,

antara lain :

1. Bagi perusahaan sampel, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan dalam pengembalian keputusan, sedangkan bagi pihak ekstern

diharapkan dapat menjadi informasi tambahan mengenai perataan laba

agar dapat menginterpretasikan data keuangan secara akurat.

2. Bagi penulis, merupakan kesempatan yang baik bagi penulis untuk melatih

dan berpikir secara ilmiah serta menerapkan pengetahuan yang diperoleh

selama kuliah.

3. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan

mengenai ilmu ekonomi, khususnya akuntansi keuangan dan sebagai

sumbangan pemikiran dan referensi yang bermanfaat untuk

(24)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN EMPIRIS

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Sebagai dasar melengkapi landasan teori, berikut ini disajikan

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi :

a) Yusuf & Soraya

Judul : “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Asing Dan Non Asing Di Indonesia”

Rumusan Masalah :

1. Apakah perusahaan asing dan non asing yang ada di Indonesia

melakukan praktik perataan laba ?

2. Apakah perataan laba di pengaruhi oleh ukuran perusahaan ?

3. Apakah perataan laba dipengaruhi oleh profitabilitas

perusahaan ?

4. Apakah perataan laba dipengaruhi oleh leverage operasi

perusahaan ?

5. Apakah perataan laba dipengaruhi oleh status perusahaan ?

Hipotesis :

1. Tidak terdapat perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan

asing non asing yang menjual sahamnya di Indonesia.

2. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh ukuran perusahaan.

3. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan.

(25)

4. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh leverage operasi

perusahaan.

5. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh status perusahaan.

6. Terdapat perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan asing

dan non asing yang menjual sahamnya di Indonesia.

7. Perataan laba dipengaruhi oleh ukuran perusahaan.

8. Perataan laba dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan.

9. Perataan laba dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan.

10.Perataan laba dipengaruhi oleh status perusahaan.

Kesimpulan :

Diantara perusahaan asing dan non asing tersebut dapat

dilihat bahwa perusahaan non asing lebih banyak melakukan

praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahaan asing, hal

ini terlihat dari total aktiva perusahaan asing dan non asing yang

melakukan praktik perataan laba cenderung lebih besar dari pada

perusahaan asing dan non asing yang tidak melakukan praktik

perataan laba.

Profitabilitas perusahaan asing dan non asing perataan laba

yang cenderung stabil ini diduga karena adanya manipulasi laba

yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mengurangi

fluktuasi yang signifikan. Perusahaan asing yang melakukan

(26)

11

dari pada perusahaan asing yang tidak melakukan praktik perataan

laba.

b) Liau She Jin dan Mas’ud Machfoedz (1998)

Judul : “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Jakarta”.

Rumusan Masalah :

Apakah perataan laba di pengaruhi oleh ukuran perusahaan,

profitabilitas, sektor industri dan leverage operasi perusahaan.

Hipotesis :

1. Terdapat perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang

menjual sahamnya di Bursa Efek Jakarta.

2. Perataan laba dipengaruhi oleh ukuran perusahaan

3. Perataan laba dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan

4. Perataan laba dipengaruhi oleh sektor industri

5. Perataan laba dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan

Kesimpulan :

1. Berdasarkan analisis dalam penelitian ini menggunakan

statistik deskriptif yang dilakukan menunjukkan bahwa praktek

perataan laba ternyata dilakukan juga oleh perusahaan publik

yang terdaftar di BEJ.

2. analisis dalam penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa

(27)

merupakan faktor pendorong dilakukannya dalam praktek

parataan laba, sedangkan leverage operasi berhasil

membuktikan terjadinya praktek perataan laba.

3. Analisis berikutnya menggunakan analisis inference yaitu pengujian univariate dan multivariate, ditemukan bahwa hanya

variabel leverage operasi yang menunjukkan adanya pengaruh

terhadap praktek perataan laba, sedangkan variabel-variabel

total aktiva, profitabilitas, dan sektor industri tidak

berpengaruh. Tetapi, untuk variabel sektor industri hasil

pengujian univariate menunjukkan terdapat perbedaan

signifikan antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang

diharapkan diantara perusahaan yang melakukan praktek

perataan laba dan tidak.

c) Januar Eko Prasetio dan Sri Astuti, Agung Wiryawan (2002)

Judul : “Praktik Perataan Laba Dan Kinerja Saham Perusahaan Publik Di Indonesia”.

Perumusan masalah :

1. Apakah faktor-faktor besaran perusahaan, net profit margin,

operating profit margin, kelompok usaha, dan klasifikasi

winner/losser stock secara signifikan mempengaruhi praktik

(28)

13

2. Apakah ada perbedaan return antara perusahaan yang

melakukan praktik perataan laba dengan perusahaan yang tidak

melakukan praktik perataan laba.

3. Apakah ada perbedaan resiko antara perusahaan yang

melakukan praktik perataan laba dengan perusahaan yang tidak

melakukan praktik perataan laba.

Hipotesis :

1. Faktor-faktor besaran perusahaan, Net Profit Margin (NPM),

Operating Profit Margin (OPM), kelompok usaha, dan

klasifikasi Winner/Losser Stock secara signifikan

mempengaruhi perataan laba.

2. Ada perbedaan return antara perusahaan yang melakukan

praktik perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan

praktik perataan laba.

3. Ada perbedaan resiko antara perusahaan yang melakukan

praktik perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan

pratik perataan laba.

Kesimpulan :

1. Dari pengujian statistik terhadap hipotesis penelitian pertama

menghasilkan simpulan bahwa faktor-faktor kelompok usaha

, dan winner/Losser stock mendukung hipotesis penelitian

pertama, dan faktor-faktor besaran perusahaan net profit

(29)

mendukung hipotesis penelitian pertama. Hal ini berarti

faktor-faktor kelompok usaha 2, dan winner/losser stocks

secara signifikan mempengaruhi praktik perataan laba,

faktor-faktor net profit margin, operating profit margin,

kelompok usaha satu, secara signifikan tidak mempengaruhi

praktik perataan laba.

2. Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ada perbedaan return

antara perusahaan yang melakukan praktik pertaan laba dengan

perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba

didukung oleh hasil penelitian ini.

3. Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa ada perbedaan resiko

antara perusahaan yang melakukan praktik pertaan laba dengan

perusahaan yang tidak melakukan praktik pertaan laba

didukung oleh hasil penelitian ini.

d) Murtanto, SE.,Ak., MSI (2004)

Judul : “Analisis Perataan Laba (INCOME SMOOTHING) : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dan Kaitannya Dengan

Kinerja Saham Perusahaan Publik Di Indonesia”.

Rumusan Masalah :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertaan laba pada

perusahaan-perusahaan publik di Indonesia ?

2. Apakah ada perbedaan return antara perusahaan perta laba dan

(30)

15

3. Apakah ada perbedaan risiko antara perusahaan perata laba dan

perusahaan bukan perata laba ?

Hipotesis :

1. Besaran perusahaan, NPM, kelompok usaha, dan klasifikasi

winner/losser stocks tidak mempengaruhi pertaan laba.

2. Besaran perusahaan, NPM, kelompok usaha, dan klasifikasi

winner/losser mempengaruhi perata laba.

3. Tidak terdapat perbedaan Return antara perusahaan perata laba

dan perushaan bukan perta laba.

4. Terdapat perbedaan Return antara perusahaan perata laba dan

perusahaan bukan perata laba.

5. Tidak terdapat perbedaan risiko antara perusahaan perata laba

dengan perusahaan bukan perata laba.

6. Terdapat perbedaan risiko antara perusahaan perata laba dan

perusahaan bukan perata laba.

Kesimpulan :

Dari analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal

seperti tersebut di bawah ini :

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba

1.1Ukuran perusahaan

Dari hasil ketiga pengujian statistik (masing-masing atas

dasar CVpo, CVpsp, dan CVpbsp) terhadap variabel

(31)

ukuran perushaan secara signifikan tidak berpengaruh

terhadap praktik perataan laba.

1.2Net Profit Margin (NPM)

Dari hasil ketiga pengujian statistik (masing-masing atas

dasar CVpo, CVpsp, dan CVpbsp) terhadap variabel

independen yaitu Net Profit Margin menyimpulkan bahwa

net profit margin secara signifikan tidak berpengaruh

terhadap praktik perataan laba.

1.3Kelompok usaha

Dari hasil ketiga pengujian statistik (masing-masing atas

dasar CVpo, CVpsp, dan CVpbsp) terhadap variabel

independen yaitu kelompok usaha menyimpulkan bahwa

kelompok usaha secara signifikan tidak berpengaruh

terhadap praktik perataan laba.

1.4Winner/Losser stocks

1.5Dari hasil kedua pengujian statistik (masing-masing atas

dasar CVpo, CVpsp) terhadap variabel independen yaitu

Winner/Losser stocks menyimpulkan bahwa Winner/Losser

stocks secara signifikan tidak berpengaruh terhadap praktik

perataan laba. Sedangkan dengan pengujian statistik dengan

dasar pengujian CVpbsp menyimpulkan bahwa

winner/loser stocks berpengaruh terhadap praktik perataan

(32)

17

2) Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis nol kedua yang

dilakukan sebanyak tiga kali (masing-masing atas dasar CVpo,

CVpsp, dan CVpbsp) menyimpulkan bahwa secara signifikan

untuk tidak menolak hipotesis nol kedua. Simpulan ini

menyatakan bahwa tidak ada perbedaan return antara

kelompok perata dan bukan perata laba.

3) Hasil pengujian statistik terhadap hipotesis nol ketiga yang

dilakukan sebanyak tiga kali (masing-masing atas dasar CVpo,

CVpsp, dan CVpbsp) menyimpulkan secara signifikan untuk

tidak menolak hipotesis nol ketiga. Simpulan ini menyatakan

bahwa tidak ada perbedaan risiko antara kelompok perata laba

dan bukan perata laba.

2.2. Kajian Teori

2.2.1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses

pencatatan, dan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang

terjadi selama tahun buku yang bersangkuan (Baridwan, 1997:17).

Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi,

laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan

keuangan.laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan

untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan

(33)

mengenai posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai perusahaan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Laporan keuangan akan memberikan banyak manfaat kepada

pihak-pihak yang berkepentingan sebagai informasi keuangan. Informasi

keuangan akan bermanfaat bila dipenuhi ketujuh kualitas berikut :

1. Relevan

Relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud

penggunaanya. Bila informasi tidak relevan untuk keperluan para

pengambil keputusan, informasi demikian tidak akan ada gunanya,

betapapun kualitas-kualitasnya terpenuhi.

2. Dapat Dimengerti

Informasi harus dimengerti oleh pemakainya, dan dinyatakan dalam

bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian

para pemakai.

3. Daya Uji

Pengukuran tidak dapat sepenuhnya lepas dari

pertimbangan-pertimbangan dan pendapat yang subyektif. Hal ini berhubungan

dengan keterlibatan manusia di dalam proses pengukuran dan

penyajian informasi, sehingga proses tersebut tidak lagi berlandaskan

pada realita obyektif semata.

4. Netral

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak

(34)

19

5. Tepat Waktu

Informasi harus di sampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan

sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan

keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan

keputusan tersebut.

6. Daya Banding

Informasi dalam laporan keuanganakan lebih berguna bila dapat

dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari

perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan

perusahaan-perusahaan lainnya pada periode yang sama.

7. lengkap

Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi

keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif

diatas, dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan

yang memadai dalam pelaporan keuangan.

(Baridwan, 1997 : 5-6)

2.2.1.1. Pemakai Laporan Keuangan

Informasi laporan keuangan di susun sebagai alat untuk

mengakomodasi berbagai kepentingan dari para pemakai informasi

keuangan. Pihak-pihak pemakai informasi keuangan antara lain terdiri

dari pihak internal (manajemen perusahaan) dan pihak eksternal

perusahaan (pemerintah, kreditor, investor, masyarakat umum, dan

(35)

Menurut Soemarso (1999:6) pihak-pihak pemakai laporan

keuangan antara lain terdiri dari :

1. Pemilik dan calon pemilik perusahaan

Bagi pemilik, informasi laporan keuangan dapat digunakan untuk

memutuskan apakah ia akan tetap mempertahankan kepemilikannya

di perusahaan itu, atau menjualnya dan kemudian menanamkan

modalnya di tempat lain. Bagi calon pemilik untuk memutuskan

apakan ia akan menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.

2. Kreditur dan calon kreditur

Pihak kreditur ingin mengetahui perkembangan perusahaan setelah

pinjaman diberikan. Ia harus menilai kemampuan perusahaan

mengembalikan pinjaman untuk memutuskan apakah hrus memberi

tambahan pinjaman atau menarik pinjaman yang telah diberikan.

Bagi calon kreditur, informasi tentang perusahaan diperlukan untuk

menilai risiko yang akan terjadi sebelum pinjaman diputuskan untuk

diberikan.

3. Badan-badan pemerintah

Badan-badan pemerintah sangat berkenaan dengan kegiatan

keuangan perusahaan untuk tujuan-tujuan pajak dan

pengaturan-pengaturannya. Kantor pajak berkepentingan terhadap informasi

laporan keuangan perusahaan untuk memeriksa kebenaran jumlah

(36)

21

4. Manajemen perusahaan

Jenis informasi yang dibutuhkan untuk tiap-tiap manajemen

perusahaan berbeda-beda sesuai dengan besarnya perusahaan.

Manajemen perusahaan kecil mungkin hanya membutuhkan

informasi akuntansi yang sedikit saja. Semakin besar perusahaan,

semakin sedikit kesempatan manajemen perusahaan untuk

berhubungan langsung dengan kegiatan sehari-hari.

2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara

wajar dan sesuai prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan,

hasil operasi, dan perubahan lain dalam posisi keuangan.

Tujuan umum laporan keuangan menurut Prinsip Akuntansi

Indonesia (PAI) dalam (Baridwan, 1997:4) yaitu :

1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya

mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu

perusahaan.

2) Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan

dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi

mengenai aktivitas pembelanjaan dan penanaman.

3) Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para

pemakai laporan keuangan di dalam mengestimasi potensi

(37)

2.2.2. Pengertian Laba

Laba (Gain) adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari

transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan

usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi

badan usaha selama suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan

(revenue) atau investasi oleh pemilik (Baridwan, 1997 : 31).

2.2.2.1. Tujuan Laporan Laba/Rugi

Laporan laba/rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan

pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk

suatu periode tertentu (Baridwan, 1997 : 30).

Tujuan utama pelaporan laba/rugi adalah untuk memberikan

informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dengan

laporan keuangan. Tujuan yang lebih khusus meliputi penggunaan laba

sebagai pengukuran efisiensi manajemen, penggunaan angka laba

historis untuk membantu meramalkan keadaan usaha dan didistribusikan

dividen di masa yang akan datang, dan penggunaan laba sebagai

pengukuran keberhasilan serta sebagai pedoman pengambilan keputusan

manajerial di masa yang akan datang (Hendriksen, 1989 : 130).

2.2.3. Perataan Laba

Perataan laba didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh

manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai

dengan target yang diinginkan baik secara artificial, yaitu melalui

(38)

23

(Koch,1981) dalam (Atmini, 2000), dengan begitu maka para investor

akan dapat dengan mudah meramalkan arus kas dari perusahaan di masa

yang akan datang.Menurut Bornea, Ronen dan Sadan (1976), perataan

laba mempunyai dua tipe, yaitu perataan laba yang terjadi secara alami

dan pertaan laba yang dilakukan secara sengaja oleh manajemen.

Perataan laba secara alami terjadi sebagai akibat dari proses

menghasilkan laba yang menghasilkan suatu aliran laba yang rata,

perataan laba yang disengaja dapat terjadi akibat teknik perataan

rill/teknik perataan artifisial (Atmini, 2000).

Beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa perataan laba

merupakan salah satu upaya para manajer perusahaan untuk mengurangi

fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga kinerja perusahaan terlihat stabil.

2.2.3.1. Dimensi Perataan Laba

Dimensi perataan laba pada dasarnya adalah alat yang digunakan

untuk melakukan perataan angka income. Dascher dan Malcolm

membedakan antara perataan laba riil dan perataan laba artifisial sebagai

berikut :

“Perataan laba riil merujuk pada transaksi aktual yang dilakukan atau

tidak dilakukan atas dasar efek peratannya terhadap income, sedangkan

perataan laba artifisial merujuk pada prosedur akuntansi yang

diimplementasikan untuk memindahkan biaya dan atau pendapatan dari

suatu periode ke periode yang lain .”

(39)

Menurut Barnet et al. dalam Belkaoui (2000:59) membedakan tiga

dimensi perataan laba, sebagai berikut :

1. Perataan melalui terjadinya peristiwa dan/atau pengakuan :

manajemen dapat menetukan waktu terjadinya transaksi sedemikian

rupa sehingga efek transaksi tersebut terhadap income akan

cenderung memperkecil variasinya dari waktu ke waktu.

2. Perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu : berkaitan dengan

terjadinya dan pengakuan suatu peristiwa, manajemen memiliki

kebebasan yang lebih untuk mengendalikan penentuan periode yang

dipengaruhi oleh kuantifikasi peristiwa tersebut.

3. Perataan laba klasifikasi(sehingga disebut perataan klasifikatori) :

ketika statistik laporan income bersih (nilai bersih semua pendapatan

dan biaya) merupakan objek perataan, manajemen dapat

mengklasifikasi elemen-elemen dalam laporan income untuk

mengurangi variasi dari waktu ke waktu dalam statistik tersebut.

2.2.3.2. Motivasi Perataan Laba

Ada beberapa motovasi adanya perataan laba diantaranya :

1. Mengurangi total pajak terutang.

2. Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena

penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil

(40)

25

3. Meningkatkan hubungan antara manajer dengan karyawan karena

pelaporan penghasilan meningkat tajam memberi kemungkinan

munculnya tuntutan gaji dan upah.

4. Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat dibandingkan

dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak

(Hepworth dalam Murtanto, 2004).

Menurut Dye (1988) dalam Murtanto, SE.,Ak.,MSI bahwa pemilik

mendukung perataan laba karena adanya motivasi internal dan motivasi

eksternal. Motivasi internal menunjukkan maksud pemilik untuk

meminimalisasi biaya kontrak manajer dengan membujuk manajer agar

melakukan praktik manajemen laba. Motivasi eksternal ditunjukkan oleh

usaha pemilik saat ini untuk mengubah persepsi investor

prospektif/potensial terhadap nilai perusahaan.

Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

motivasi/alasan adanya perataan laba adalah bagi manajer perusahaan,

perataan laba dilakukan dengan tujuan agar kinerja perusahaan tersebut

terlihat baik dan untuk mengurangi konflik di antara manajer dengan

karyawan dan pemilik perusahan, sedangkan bagi pemilik perusahaan

adanya praktik perataan laba maka mereka akan lebih mudah untuk

dapat memperhitungkan risiko, return dan arus kas masa depan

(41)

2.2.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba

Perataan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

mendorong manajer untuk melakukan perataan laba. Secara rasional

manajer melakukan perataan laba dengan alasan memperkecil tuntutan

perusahaan. Dalam penelitian ini peneliti mencoba meneliti beberapa

faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba, yaitu ukuran

perusahaan, profitabilitas, dan leverage operasi perusahaan.

2.2.4.1. Ukuran Perusahaan

Besarnya perusahaan itu bermacam-macam tetapi bukan ukuran

yang dipakai untuk menentukan tidak adanya standart ukuran yang

berlaku umum, semakin besar suatu perusahaan, maka semakin banyak

pula alternatif sumber pembelanjaan yang dapat dipilih oleh perusahaan

tersebut.

Ada kecenderungan bahwa semakin besar perusahaan semakin

besar pula jumlah utang yang dimiliki. Perusahaan yang tumbuh pesat

cenderung lebih banyak menggunakan utang (Weston dan Brigham,

1994 : 175), hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar akan lebih

mudah mendapatkan pinjaman dari pihak eksternal dibandingkan dengan

perusahaan yang lebih kecil (Awat, 1999:124).

Moses (1987) menemukan bahwa perataan laba dapat dihubungkan

dengan ukuran perusahaan, perbedaan antara laba sesungguhnya dengan

yang diharapkan dan ada tidaknya rencana kompensasi bonus. Penelitian

(42)

faktor-27

faktor yang dapat dihubungkan dengan perataan laba. Namun penelitian

yang dilakukan oleh Murtanto (2004) tidak berhasil membuktikan bahwa

ukuran perusahaan dapat dikaitkan dengan praktik perataan laba.

Variabel ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah nilai aktiva perusahaan, jadi untuk melihat besar atau kecilnya

perusahaan yang diukur dari total aktiva berdasarkan nilai buku yang

dinyatakan dalam satuan rupiah dan skala pengukurannya adalah rasio.

UP = Total aktiva...(Jin dan Machfoedz, 1998:180)

2.2.4.2. Teori Yang Membahas Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba

Nilai aktiva dipakai sebagai variabel ukuran perusahaan karena

selama ini masih terdapat compounding effect yang timbul karena

perusahaan yang besar selalu diidentikkan dengan nilai aktiva yang besar

pula (Salno, 2000), hal ini membuat para manajer termotivasi untuk

melakukan praktik perataan laba karena mereka percaya bahwa para

pemakai laporan keuangan masih mendasarkan pada salah satu

penilaiannya mengenai perusahaan pada angka nilai aktiva.

Pemilihan nilai aktiva sebagai variabel ukuran perusahaan

didukung oleh penelitian Liaw She Jin dan Mas’ud Machfoedz (1998).

Secara logis, nilai aktiva dapat memicu para manajer untuk melakukan

praktik perataan laba, untuk menimbulkan kesan yang baik kepada para

(43)

2.2.4.3. Profitabilitas

Profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba selama periode tertentu.

Penelitian yang dilakukan oleh Ashari (1994) dapat

membuktikan bahwa profitabilitas merupakan salah satu pendorong

terjadinya praktik perataan laba. Dikemukakan adanya praktik perataan

laba ditunjukkan oleh indeks yang kurang dari satu. Namun penelitian

yang dilakukan oleh Zuhroh (1996) tidak berhasil membuktikan bahwa

profitabilitas merupakan faktor pendorong terjadinya praktik perataan

laba.

Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh secara teratur

merupakan suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat

perhatian penganalisa didalam menilai profitabilitas perusahaan. Rasio

profitabilitas dapat diukur dengan berdasarkan perbandingan laba setelah

pajak dengan total aktiva perusahaan. Profitablitas merupakan ukuran

penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang

mempengaruhi investor untuk membuat keputusan (Suwito dan

Herawaty, 2005).

2.2.4.4. Teori Yang Membahas Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba

Teori pengharapan (expectancy theory) menyatakan bahwa

individu mengubah perilakku mereka berdasarkan hasil yang diharapkan

(44)

29

diharapkan dapat berupa intrisic (seperti penghargaan atau harga diri)

maupun ekstrinsik (upah atau promosi) (Victor H. Vroom, 1964 dalam

Robbins, 2003:229).

Profitabilitas diduga mempengaruhi perataan laba, karena sesuai

dengan teori pengharapan diatas,pihak manajemen berusaha

menampilkan suatu tingkat profitabilitas yang tinggi agar kinerja

manajemen terlihat baik.

Hubungan profitabilitas dengan perataan laba Ashari et al (1994,

dalam Suwito dan Herawaty 2005:138) menyatakan bahwa tingkat

profitabilitas rendah mempunyai kecenderungan lebih besar untuk

melakukan perataan laba, hal ini dapat terjadi dikarenakan perataan laba

merupakan suatu fenomena umum yang bertujuan untuk mengurangi

variabilitas atas laba perusahaan yang akan dilaporkan guna mengurangi

risiko pasar atas saham perusahaan.

2.2.4.5. Leverage Operasi

Leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana

di mana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya

tetap atau membayar beban tetap (Riyanto, 1995:375), leverage operasi

adalah rasio yang mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai

(45)

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jin dan Machfoedz

(1998) diperoleh hasil bahwa Leverage operasi memiliki pengaruh

terhadap praktik perataan laba. Dengan meneliti faktor-faktor yang dapat

dikaitkan dengan mengambil sampel perusahaan publik yang terdaftar di

Bursa Efek Jakarta. Namun penelitian yang dilakukan oleh Muhammad

Yusuf dan Soraya bahwa Leverage operasi tidak berpengaruh terhadap

praktik perataan laba.

Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi mempunyei risiko

rugi lebih besar, tetapi juga memiliki kesempatan untuk memperoleh

laba yang tinggi, sedangkan perusahaan dengan rasio leverage yang

rendah memiliki resiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi

sedang menurun, tetapi juga memiliki hasil pengembalian yang lebih

rendah jika kondisi ekonomi membaik.

2.2.4.6. Teori Yang Membahas Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba

Teori akuntansi positif (positive accounting theory) beranggapan

bahwa perilaku manajer atau pembuat laporan keuangan dalam prose

pembuatan laporan keuangan dipengaruhi oleh banyak faktor.

Faktor-faktor perilaku manajer dalam pengaturan tingkat keuntungan dikenal

dengan 3 hipotesis, yaitu : hipotesis model bonus (bonus scheme

hypothesis), hipotesis biaya politis (political cost hypothesis), dan

hipotesis rasio hutang terhadap aktiva (leverage hypothesis) (Watts dan

(46)

31

Leverage operasi juga mempengaruhi praktik perataan laba.

Perusahaan dengan leverage operasi rendah memiliki kecenderungan

lebih besar untuk melakukan praktik perataan laba. Leverage operasi

timbul pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan

biaya tetap (Atmini, 2000). Manajer ingin perusahaannya memiliki

leverage operasi rendah karena risikonya rendah. Di samping itu,

perusahaan yang leverage operasinya rendah berarti memiliki proporsi

biaya tetap yang rendah dan proporsi biaya variabel yang tinggi. Kondisi

ini memberi peluang bagi manajer untuk melakukan perataan laba.

2.3. Kerangka Pikir

Sebelum menentukan kerangka pikir dalam penelitian ini, ada

beberapa premis yang dikemukakan oleh beberapa peneliti terdahulu yang

menjadi landasan pemikiran, sementara dalam penelitian ini, yaitu :

Premis 1

ada dua faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba, adapun

faktor-faktor tersebut adlah ukuran perusahaan dan profitabilitas

(Ashari, 1994)

Premis 2

Teori agency menyatakan bahwa praktik perataan laba dipengaruhi

oleh pertentangan kepentingan karena pada dasarnya setiap

individu berusaha memaksimalkan kepuasannya sendiri (Sari

(47)

Premis 3

Profitabilitas dan leverage operasi tidak berpengaruh terhadap

praktik perataan laba (Edy Suwito dan Arleen Herawaty,2005).

Premis 4

Terdapat indikasi tindakan perataan laba cenderung dilakukan oleh

perusahaan yang profitabilitasnya rendah atau menurun (Juniarti

dan Corolina, 2005).

Premis 5

Leverage operasi berpengaruh terhadap perataan laba (Liauw She

Jin dan Mas’ud Machfoedz, 1998).

Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan dengan diagram sebagai

berikut:

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pikir

sahaan UkuranPeru

X :1

an asPerusaha ofitabilit

X2 :Pr Y: perataan laba

rusahaan LeveragePe

X :3

Uji Statisitik

(48)

33

2.4. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dkemukakan diatas, maka dapat

ditarik hipotesis sebagai berikut :

1. Bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage operasi

(49)

3.1. Definisi Operasional

Untuk memperjelas konsep yang akan diteliti serta menghindari

kesalahan persepsi terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian ini,

maka akan dijelaskan definisi operasional dan cara pengukuran variabel

sebagai berikut :

3.1.1. Variabel Bebas (X)

a) Ukuran perusahaan (X1)

Ukuran perusahaan merupakan besar atau kecilnya perusahaan

yang diukur dari total aktiva berdasarkan nilai buku yang dinyatakan

dalam satuan rupiah dan skala pengukurannya adalah rasio.

UP = Log Total Aktiva

(Jin dan Machfoedz, 1998)

b) Profitabilitas (X2)

Profitabilitas merupakan ukuran penting perusahaan untuk

menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor

untuk membuat keputusan.Variabel ini diukur menggunakan Net Profit

Margin (NPM) dalam satuan persentase dengan skala pengukuran

adalah skala rasio.

(50)

35

(Suwito dan Herawaty, 2005)

c) Leverage operasi (X3)

Leverage operasi terjadi setiap waktu dimana suatu perusahaan

mempunyai biaya tetap yang harus ditutup betapapun besar volume

kegiatannya. Dengan kata lain, Leverage operasi bersangkutan dengan

penggunaan aktiva atau operasinya perusahaan yang disertai dengan

biaya tetap. Yang dinyatakan dalam satuan persentase dan skala

pengukurannya adalah skala rasio dengan rumus :

a

3.1.2. Variabel Terikat (Y) a) Perataan Laba (Y)

Merupakan cara yang digunakan oleh manajemen untuk

mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target

yang diinginkan baik secara artifisial melalui metode akuntansi,

maupun secara riil melalui transaksi. Pengukuran variabel adalah

menggunakan skala ratio, dengan satuan desimal. Perataan Laba

sebagai variabel terikat yang diukur menggunakan Indeks Eckel

dengan menggunakan laba operasi sebagai variabel yang digunakan

(51)

Perataan Laba dapat dihitung melalui:

Indeks IC = (CV ∆I/CV∆S)

Notasi:

∆S = Perubahan penjualan dalam satu periode

∆I = Perubahan penghasilan bersih / laba dalam satu periode

CV = Koefisien variasi dari variabel, yakni standar deviasi dibagi

dengan nilai yang diharapkan.

CVI = Koefisien variasi untuk perubahan laba

penjualan (S) antara tahun n dengan n – 1

n = Banyaknya tahun yang diamati

Setelah CV diketahui, terhadap masing – masing perusahaan akan

(52)

37

perusahaan tersebut telah melakukan praktik perataan laba, sebaliknya,

perusahaan dengan CV ∆S < CV ∆I berarti perusahaan tersebut tidak

melakukan praktik perataan laba.. Berdasarkan rumus Indeks Eckel yang

disimpulkan bahwa IC < 1 atau CV S > CV ∆I berarti perusahaan

tersebut telah melakukan praktik perataan laba, sebaliknya, perusahaan

dengan IC > 1 atau CV S < CV ∆I berarti perusahaan tersebut tidak

melakukan praktik perataan laba. (Juniarti dan Corolina, 2005)

Satuan pengukuran variabel perataan laba adalah desimal dan skala

pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.

3.2. Teknik Penentuan Sampel a) Populasi

Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah

perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan

periode pengamatan tahun 2004 hingga 2007. pengambilan periode ini di

dasarkan pada pertimbangan bahwa pada periode tersebut kondisi

perekonomian khususnya di Indonesia relatife stabil.

b) Sampel

Sampel merupakan elemen dari populasi yang dijadikan objek

penelitian (Indriantora dan Supomo, 2002 : 115). Sampel yang dijadikan

objek dalam penelitian ini adalah perusahaan automotive yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) dan telah dipilih berdasarkan metode purposive

(53)

Pada penelitian ini pemilihan sampel didasarkan pada tipe

pertimbangan (judgement sampling), yaitu tipe pemilihan sampel secara

tidak acak yang informasinya di peroleh dengan menggunakan

pertimbangan dan kriteria tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002 : 131).

Adapun pertimbangan dan kriteria pemilihan sampel dalam

penelitian ini adalah :

a) Perusahaan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun

2004 hingga 2007.

b) Perusahaan yang sahamnya masih aktif di perdagangkan di BEI.

c) Perusahaan tersebut tidak di delisting selama periode 2004-2008

d) Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahun 2004-2008 secara

lengkap.

e) Perusahaan yang laporan keuangannya dari tahun 2004-2008 tidak

berturut-turut rugi.

Berdasarkan berbagai kriteria yang telah ditetapkan didapatkan 9

perusahaan yang akan dijadikan sampel dengan tahun pengamatan tahun 2004

hingga 2007. berikut ini merupakan seleksi sampel penelitian :

Tabel 3.1 Seleksi Sampel

Kriteria Jumlah Perusahaan automotive yang terdaftar di BEI sampai tahun

2007.

Perusahaan automotive yang yang didelisting sampai dengan tahun 2007.

Perusahaan automotive yang berturut-turut rugi dari tahun 2004 hingga 2007.

Perusahaan automotive yang sahamnya sudah tidak aktif di perdagangkan di BEI.

14 perusahaan

(1) perusahaan

(3) perusahaan

(1) perusahaan

(54)

39

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data skunder

yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah

dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk

publikasi (Supranto .J., 1999 : 199).

3.3.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa data skunder

(secondary data), dalam penelitian ini data dikumpulkan dari dokumen

yang berupa ICMD (Indonesian Capital Market Directory) dan program

computer RTI yang ada di BEI. Data yang diperlukan dalam penelitian ini

berupa data total aktiva (total asset), laba bersih setelah pajak (earning

after tax), penjualan bersih (net sales).

3.3.3. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. Pengumpulan data

dilakukan dengan jalan mencatat dokumen-dokumen yang ada di BEI

(55)

3.4. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis 3.4.1. Regresi Logistik

Metode regresi logistik digunakan untuk mencari pengaruh satu atau

lebih variabel bebas (ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi)

yang berskala rasio terhadap variabel terikat (perataan laba) yang berskala

nominal.

Bentuk model regresi logistik adalah sebagai berikut :

Ln

P : probabilitas

X1: ukuran perusahaan

X2: profitabilitas

X3: leverage operasi

3.4.1.1. Regresi Logistik Serentak

Beberapa langkah dalam uji regresi multivariate adalah sebagai

berikut :

1. Uji Serentak

Regresi logistik serentak digunakan untuk menguji pengaruh variabel ukuran perusahaan, rasio profitabilitas, rasio leverage operasi

secara serentak terhadap perataan laba, dan hipotesa pengujiannya

(56)

41

Daerah kritis :

Tolak H0 jika tingkat signifikansi (p-value) pada alpha  (5%)

artinya bahwa paling tidak terdapat satu atau lebih variabel bebas

(ukuran perusahaan, rasio profitabilitas, rasio leverage operasi) yang

berpengaruh terhadap variabel terikat (perataan laba)

2. Uji kesesuaian model

Uji kesesuaian model dilakukan dengan tujuan mengetahui

apakah tidak ada perbedaan antara hasil observasi dengan

kemungkinan hasil prediksi model.

Hipotesis :

Ho : Model Sesuai (tidak ada perbedaan antara hasil observasi

dengan kemungkinan prediksi model)

H1 : Model tidak sesuai (ada perbedaan antara hasil observasi

(57)

Statistik Uji :

ij ij ij n

  

2

2 ( )

Daerah Kritis :

Tolak H0 jika tingkat signifikansi (p-value) lebih kecil  (5%) yang

artinya model tidak sesuai (ada perbedaan antara hasil observasi

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia

Pasar Modal di Indonesia yang sekarang ini kita kenal sebenarnya

sudah ada sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda. Tujuan

pemerintah kolonial Belanda mendirikan pasar modal pada waktu itu

adalah untuk menghimpun dana guna menunjang ekspansi usaha

perkebunan milik orang-orang Belanda di Indonesia. Para investor yang

berkecimpung di bursa efek pada waktu itu adalah orang-orang Hindia

Belanda dan Eropa lainnya. Munculnya pasar modal di Indonesia secara

resmi diawali dengan didirikannya Vereniging woor de Efefectenhandel

di Jakarta pada tanggal 14 Desember 1912. Perkembangan pasar modal

di Jakarta pada waktu itu cukup menggembirakan, sehingga

pemerintahan kolonial Belanda terdorong untuk membuka bursa efek

dikota lain, yaitu di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925, dan di

Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925.

Pada awal tahun 1939 terjadi gejolak politik di Eropa yang

mempengaruhi perdagangan efek di Indonesia. Melihat situasi yang tidak

menguntungkan ini, pemerintah kolonial Belanda menutup bursa efek di

Surabaya maupun di Semarang yang kemudian memusatkan perdagangan

(59)

Jakarta juga ditutup, yang disebabkan oleh Perang Dunia II. Dengan

penutupan ketiga bursa efek tersebut, maka kegiatan perdagangan efek di

Indonesia menjadi terhenti.

Tanggal 1 September 1951, setelah adanya pengakuan kedaulatan

dari pemerintah Hindia Belanda, pemerintah mengeluarkan

Undang-undang darurat No. 13 tentang bursa untuk mengaktifkan kembali bursa

efek di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang tersebut, kemudian

ditetapkan sebagai Undang-undang No. 15 tahun 1952. Sejak itu, bursa

efek dibuka kembali, dengan memperdagangkan efek yang dikeluarkan

sebelum PD II. Namun, keadaan ini hanya berlangsung sampai dengan

tahun 1958. Pada tanggal 10 Agustus 1977, Presiden Republik Indonesia

secara resmi membuka kembali pasar modal di Indonesia yang ditandai

dengan go public PT. Semen Cibinong.

Sejak diaktifkan kembali kegiatan pasar modal Indonesia pada

tanggal 10 Agustus 1977, bursa efek mulai terus berkembang.

Pemerintah memberi beberapa kemudahan yang mengatur operasional

tentang pelaksanaan bursa efek.

4.1.2. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan

mulai menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan

(60)

45

1912, dengan bantuan Kolonial Belanda, Bursa efek pertama di Indonesia

didirikan di Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal

sebagai Jakarta saat ini.

Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan

kemudian dibuka lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia,

pemerintahan kolonial juga mengkeuangkan bursa pararel di Surabaya

dan Semarang. Namun kegiatan bursa saham ini dihentikan lagi ketika

terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia.

Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan

kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan

memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh

perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan bursa saham

kemudian berhenti lagi ketika pemerintahan meluncurkan program

nasionalisasi pada tahun 1956.

Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani

oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah

Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar

saham pun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar

financial dan sektor swasta. Puncak perkembangannya pada tahun 1990.

pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek

Jakarta dan menjadi salah satu bursa saham yang dinamis di Asia.

(61)

Pasar Modal (BAPEPAM).

Tahun 1995 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak

baru. Pada 22 Mei 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta

Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan

otomatisasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru

ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan ftrekuensi yang lebih

besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan

dibanding sistem perdagangan manual.

Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan

tanpa warkat (Scripless Trading) dengan tujuan untuk meningkatkan

likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan

saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.

Tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan

perdagangan jarak jauh (Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan

akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.

4.1.3. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia a. Visi

Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan

kredibilitas tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah bursa yang

(62)

47

lain di tingkat internasional, serta dapat menciptakan suatu

perdagangan yang wajar, teratur dan efisien.

b. Misi

Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama

pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi

investor lokal maupun asing. Menjadi lembaga bursa yang

berwibawa, trasparan, memiliki integritas yang tinggi serta institusi

yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi

dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.

4.1.4. Sejarah PT. Astra International Tbk

PT. Astra Internasional Tbk. (“Perseroan”) didirikan pada tahun

1957 dengan nama PT. Astra International Incorporated, berdasarkan

Akta Notaris Sie Khwan Djioe No. 67 tanggal 20 Februari 1957. Akta

pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia

dalam Surat Keputusan No. J.A.5/53/5 tanggal 1 Juli 1957. Anggaran

Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan

seluruh anggaran dasar agar sesuai dengan Undang-undang Perseroan

Terbatas No.1 Tahun 1995 dilakukan dengan akta Notaris Benny

Kristianto No. 61 tanggal 11 Juni 1997. Perubahan ini disetujui oleh

Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.

C2-6452HT.01.04.Th.97 tanggal 9 Juli 1997. Perubahan terakhir dilakukan

(63)

Perseroan untuk melakukan penerbitan saham dan / atau efek bersifat

ekuitas tanpa memberikan hak kepada para pemegang saham untuk

memesan terlebih dahulu saham yang diterbitkan menurut peraturan

pasar modal yang berlaku saat itu dan dengan persetujuan dari Rapat

Umum Pemegang Saham. Perubahan Anggaran Dasar ini telah

dilaporkan kepada Menteri Kehakiman Republik Indonesia dan telah

diterima dan dicatat berdasarkan Surat Keputusan No.

C2-5625.HT.01.04.Th.99 tanggal 30 Maret 1999.

Perseroan berdomisili di Jakarta, Indonesia dengan kantor pusat

berlokasi di Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Sunter II, Jakarta. Perseroan

memulai kegiatan komersilnya pada tahun 1957.

4.1.5. Sejarah PT. Astra Otoparts Tbk

PT. Astra Otoparts Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta

notaris No. 50 tanggal 20 September 1991 dari Rukmasanti Hardjasatya,

S.H., notaris di Jakarta, dengan nama PT. Federal Adiwiraserasi. Akta

pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia

dalam surat keputusan No. C2-1326.HT.01.01.TH.92 tanggal 11 Pebruari

1992 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 39 Tambahan No. 2208

tanggal 15 Mei 1992. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami

beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris No. 50 tanggal 11

Mei 2000 dari Sutjipto, S.H., notaris di Jakarta , terutama mengenai

Gambar

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pikir
Tabel 3.1 Seleksi Sampel
Tabel 4.1 : Data Ukuran Perusahaan (X1) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2007
Tabel 4.2 : Data Profitabilitas (X2) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004 – 2007
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan pelaksanaan pelelangan PENGA DA A N PERA LATA N PRA KTEK DA N PERA GA SISWA SD pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Bima Tahun

Tingkat penghasilan warga di Perumahan BMP adalah tinggi sebanyak 52% dengan memilih air minum galon bermerek sebanyak 24% dikarenakan faktor kualitas air minum yang

THE ENGLISH TEACHERS’ PERCEPTION AND IMPLEMENTATION ON COMMUNICATIVE LANGUAGE TEACHING (CLT) METHOD:1. A CASE STUDY AT SMA

We have described and demonstrated that magnetic resonant coupling can be used to deliver power wirelessly from a source coil to a with a load coil with an intermediate

Hubungan yang signifikan ini dikarenakan dengan adanya persepsi keluarga buruh migran terhadap fasilitas pendidikan yang baik, lengkapnya tempat pendidikan dari TK sampai

Data yang digunakan adalah Data Nilai UN, hasil tes umum tertulis, hasil tes baca tulis Al-Quran, dan wawancara berpengaruh kepada penentuan jurusan

Pertama-tama , penulis ingin mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT karena Laporan Akhir yang berjudul “ Proses Penanganan surat masuk dan surat keluar pada Departemen