PENGUKURAN TINGKAT KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) UNTUK MENGKATEGORIKAN HAZARD
DENGAN PENDEKATAN RISK ASSESSMENT DI PT. BAMBANG DJAJA SURABAYA
SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
ANGGA JULIZAR AMANSYAH
0632010031
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia serta hidayahNya, serta Para Nabi dan Rasul Allah
terutama Nabi Muhammad SAW yang kami jadikan panutan sehingga kami dapat
menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
Tugas Akhir ini adalah salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh
setiap Mahasiswa Jurusan Teknik Industri di Universitas Pembangunan Nasional
“ Veteran” Jawa Timur untuk memperoleh gelar sarjana S-1.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini tentunya terdapat kesalahan dan
kekurangan yang perlu diperbaiki. Untuk itu sebagai penulis, kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Kami juga menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan
terwujud tanpa adanya pihak-pihak yang membantu, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing kami selama
melaksanakan dan menyelesaikan Tugas Akhir ini, terutama kepada :
1. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. M. Tutuk Safirin, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
ii
4. Bpk Ir. Joumil Aidil. SZS, MT. selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Iriani,
MMT. selaku dosen pembimbing II dan dan Bpk Dr.Ir.Minto Waluyo,
MM. selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan dan kemudahan
sehingga saya bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
5. Para Dosen Penguji seminar dan penguji lesan Jurusan Teknik Industri di
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Seluruh karyawan dan staf PT. Bambang Djaja terutama Pak Puryanto
yang telah meluangkan waktu serta memberikan bimbingannya sehingga
Tugas Akhir ini dapat terlaksana dan terselesaikan dengan baik.
7. Kedua Orang tua saya serta saudara – saudara yang telah banyak
mendukung dan mendoakan saya untuk segera menyelesaikan kuliah saya.
8. Teman – teman saya yang selalu tidak henti – hentinya memberi saya
motivasi untuk meneyelesaikan kuliah saya.
9. Deasy listiani pitasari, yang selalu memberi dukungan dan support saya
dari belakang selama ini untuk segera menyelesaikan kuliah saya.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah
membantu sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, terutama bagi penulis.
Surabaya, Februari 2010
iii
DAFTAR ISI
Hal
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah... 3
1.3 Batasan Masalah... 3
1.4 Asumsi... 3
1.5 Tujuan... 4
1.6 Manfaat Penelitian... 4
1.7 Sistematika Penulisan... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Keselamatan (Safety) dan Kesehatan (Health) ... 7
2.1.1 Keselamatan Kerja ... 7
iv
2.2.2 UU No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja ... 10
2.3 Perhitungan Tingkat Implementasi Program... 11
2.4 Kecelakaan Kerja... 12
2.4.1 Bahaya Ditempat Kerja ... 14
2.4.2 Faktor Penyebab Kecelakaan ... 19
2.4.3 Kategori Kecelakaan Kerja ... 19
2.5 Definisi Hazards ... 21
2.5.1 Kategori Hazard... 22
2.6 Risk Assessment ... 23
2.6.1 Identifikasi Resiko ... 24
2.6.2 Penilaian Resiko... 25
2.6.3 Kembangkan Solusi altenatif ... 27
2.6.4 Memutuskan Tindakan Yang Akan Diambil ... 28
2.6.5 Mesin dan Peralatan ... 29
2.7 Penarikan Sampel ... 30
2.7.1 Sampel Probabilitas... 30
2.7.2 Sampel Nonprobabilitas ... 31
2.8 Metode Statistik Yang Dipakai ... 32
2.9 Variabel-variabel yang digunakan dalam pembuatan kuisioner 34 2.10 Penelitian Terdahulu... 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
v
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 41
3.4 Metode Pengolahan Data ... 42
3.4.1 Perhitunagn Implementasi Program K3 ... 42
3.4.2 Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja... 43
3.4.3 Penentuan Level / Tingkat Implementasi Program K3 .. 44
3.4.4 Penentuan Level Dengan Pendekatan Risk Assessment 45 3.4.5 Tindakan Pencegahan Dan Pengendalian... 45
3.5 Langkah – langkah Pemecahan Masalah... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 51
4.1.1 Data Kuisioner Tingkat Implementasi Program K3... 51
4.1.2 Data Kecelakaan Kerja... 52
4.1.2.1 Penentuan Kategori Kecelakaan Kerja... 54
4.1.2.2 Uji kecukupan data... 56
4.1.2.3 Uji Validitas ... 57
4.1.2.4 Uji Reliabilitas ... 59
4.2 Pengolahan Data... 59
4.2.1 Perhitungan Tingkat Implementasi Program K3... 59
4.2.2 Penentuan Tingkat / Level Implementasi Program K3 .. 64
4.2.3 Identifikasi dan PengkategorianHazards... 65
4.2.3.1 Penentuan Prioritas Penenggulangan Resiko ... 68
vi
4.2.4.1 Usulan Perbaikan Untuk Mengatasi Masalah Jarak Mesin
... 68
4.2.4.2 Usulan Perbaikan Untuk Mengatasi Masalah Kewaspadaan
... 69
4.2.4.3 Usulan Perbaikan Untuk Mengatasi Masalah Ketinggian
... 70
4.2.4.4 Usulan Perbaikan Untuk Mengatasi Masalah Bahaya Bau
Zat Kimia... 71
4.3 Analisa dan Pembahasan... 72
4.3.1 Analisa Perhitungan Tingkat Implementasi Program k3
... 72
4.3.2 Analisa Perhitungan Tingkat Program K3 ... 76
4.3.3 Analisa Penentuan Level... 76
4.3.4 Analisa Hazop (Analisa Perbaikan Untuk Mengatasi
Masalah Jarak Mesin... 77
4.3.5 Analisa Hazop (Analisa Perbaikan Untuk Mengatasi
Masalah Kewaspadaan ... 77
4.3.6 Analisa Hazop (Analisa Perbaikan Untuk Mengatasi
Ketinggian ... 78
4.3.7 Analisa Hazop (Analisa Perbaikan Untuk Mengatasi
Masalah Polusi / Bau Zat Kimia ... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 80
vii
vii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Penggolongan Bahaya Ditempat Kerja Beserta Contohnya ... 15
Tabel 2.2 Kategori Kecelakaan Kerja ... 20
Tabel 2.3 Peta Tingkat Implementasi – Tingkat Kecelakaan ... 21
Tabel 2.4 Checklist Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Resiko... 24
Tabel 2.5 Risk Assessment Code ... 25
Tabel 2.6 Pengendalian Resiko ... 28
Tabel 2.7 Kode dan Variabel-variabel yang digunakan dalam kuisioner ... 34
Tabel 3.1 Kode dan Variabel-vaiabel yang digunakan dalam kuisioner ... 39
Tabel 3.2 Kuisioner Penilaian Implementasi Program K3... 42
Tabel 3.3 Data Kecelakaan Kerja... 44
Tabel 3.4 Kategori Kecelakaan Kerja ... 44
Tabel 4.1 Data Kuisioner ... 52
Tabel 4.2 Data Kecelakaan Kerja Januari 2009 - Desember 2009 ... 52
Tabel 4.3 Kategori Kecelakaan Kerja ... 54
Tabel 4.4 Kategori Kecelakaan Kerja Januari 2009 - Desember 2009 ... 54
Tabel 4.5 Penentuan Jumlah Responden... 56
Tabel 4.6 Pengujian Validitas ... 58
Tabel 4.7 Pengujian Reliabilitas ... 59
Tabel 4.8 Kisaran Range Achivement... 61
viii
Tabel 4.10 Nilai Total Rata-rata dan Pencapaian Program Implementasi K3 ... 64
Tabel 4.11 Peta Tingkat Implementasi – Kecelakaan... 65
Tabel 4.12 Hazop Worksheet... 66
ix
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Tanda / Lambang Bahaya... 15
Gambar 2.2 Alat Pelindung Diri ... 17
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambaran Perusahaan
Lampiran 2 Contoh Kuisioner
Lampiran 3 Hasil Kuisioner
Lampiran 4 Rekapitulasi Pengisian Kuisioner Implementasi Program K3
Lampiran 5 Hasil Pengujian Valid dan Reliabel
Lampiran 6 Perhitungan Manual
Lampiran 7 Risk Assessment Code
Lampiran 8 Tabel Statistik Untuk r Tabel
ABSTRAKSI
Kecelakaan kerja adalah peristiwa yang tidak di inginkan atau diharapkan, tidak diduga, tidak sengaja terjadi dalam hubungan kerja, yang umumnya diakibatkan oleh berbagai faktor, meliputi peristiwa kebakaran, penyakit akibat kerja serta pencemaran pada lingkungan kerja.
PT. Bambang Djaja adalah perusahaan industri yang bergerak di bidang pembuatan transformator, berlokasi di jalan Rungkut industri III No.56 Surabaya. Dalam lingkungan industri khususnya di PT. Bambang Djaja, masih sering terjadi kecelakaan kerja yang mengancam seperti salah satu pegawai mengalami kecelakaan kerja yaitu tangan yang masuk dalam mesin menyebabkan luka, dan bengkak pada bagian sikunya dan juga salah satu pegawai terganggu pernafasan dikarenakan pada saat melakukan pengecatan menggunakan spray pegawai tersebut tidak menggunakan APD ( alat pelindung diri ) yaitu masker hidung yang berguna sebagai filter udara pada saat bernafas serta masih ada lagi beberapa kecelakaan kerja yang terjadi di PT.
Atas dasar inilah yang akhirnya menciptakan gagasan untuk melakukan identifikasi potensi bahaya (hazard) yang timbul di PT. Bambang Djaja, sehingga dapat diketahui hazard (potensi bahaya) yang mempunyai nilai risiko paling tinggi (high risk) sampai hazard yang mempunyai nilai risiko paling rendah (low risk). Dengan demikian dapat dilakukan penanganan yang tepat sebagai usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dikemudian hari.
Hasil penelitian ini adalah pencapaian implementasi program K3 di PT. Bambang Djaja sebesar 84.9 %, sehingga termasuk dalam kategori Kuning . Level / tingkat implementasi program K3 di PT. Bambang Djaja berada pada level 3 (hati-hati). Adapun analisa terhadap potensi bahaya yang menempati prioritas teratas, yaitu Masalah pada saat membersihkan mesin, Kewaspadaan pekerja, Masalah ketinggian dan Permasalahan bahaya zat kimia. Adapun analisa terhadap potensi bahaya yang menempati prioritas teratas, yaitu Masalah pada saat membersihkan mesin, Kewaspadaan pekerja, Masalah ketinggian dan Permasalahan bahaya zat kimia.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masalah keselamatan kerja telah dikenal sejak berabad yang lalu sejalan
dengan perkembangan Industri. Namun secara spesifik,baru dimulai sekitar tahun
1800an bersamaan dengan revolusi industry di Inggris yang ditandai dengan
ditemukannya mesin uap yang membawa perubahan mendasar dalam proses
produksi.Perubahan ini menimbulkan dampak luas khususnya hubungan antar
manusia di tempat kerja. Manusia berubah menjadi sekedar alat produksi
sebagaimana dengan mesin dan alat kerja lainnya yang dengan mudah diganti
dengan yang baru.karena itulah keselamatannya kurang mendapat perhatian
sehingga terjadi banyak kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja adalah peristiwa yang tidak diinginkan atau diharapkan,
tidak diduga, tidak sengaja terjadi dalam hubungan kerja, yang umumnya
diakibatkan oleh berbagai faktor, meliputi peristiwa kebakaran, penyakit akibat
kerja serta pencemaran pada lingkungan kerja.
Kondisi perburuhan yang buruk dan angka kecelakaan yang tinggi
mendorong berbagai kalangan untuk berupaya meningkatkan perlindungan bagi
tenaga kerja. Salah satu diantaranya perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja.Manusia bukan sekedar alat produksi tetapi merupakan asset perusahaan
yang sangat berharga sehingga harus dilindungi keselamatannya. Sebagai
akibatnya, perhatian terhadap keselamatan dan kesehatan kerja mulai meningkat
PT. Bambang Djaja adalah perusahaan industri yang bergerak di bidang
pembuatan transformator, berlokasi di jalan Rungkut industri III No.56 Surabaya.
Dalam lingkungan industri khususnya di PT. Bambang Djaja, masih sering terjadi
kecelakaan kerja yang mengancam seperti pada bulan Oktober 2009 salah satu
pegawai mengalami kecelakaan kerja yaitu tangan yang masuk dalam mesin
menyebabkan luka, dan bengkak pada bagian sikunya dan juga salah satu pegawai
terganggu pernafasan dikarenakan pada saat melakukan pengecatan menggunakan
spray pegawai tersebut tidak menggunakan APD ( alat pelindung diri ) yaitu
masker hidung yang berguna sebagai filter udara pada saat bernafas serta masih
ada lagi beberapa kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Bambang Djaja. Setiap
tahun ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang menimbulkan korban
jiwa,kerusakan materi dan gangguan produksi. Hazops adalah salah satu metode
teknik identifikasi bahaya yang sistematis, teliti dan terstruktur untuk
mengidentifikasi berbagai permasalahan yang mengganggu jalannya proses dan
resiko-resiko yang terdapat pada suatu equipment yang dapat menimbulkan resiko
merugikan bagi manusia atau fasilitas plant pada lingkungan atau sistem yang
ada, dengan kata lain metode ini digunakan sebagai upaya pencegahan, sehingga
proses yang berlangsung disuatu plant atau sistem dapat berjalan dan aman.
Atas dasar inilah yang akhirnya menciptakan gagasan untuk melakukan
identifikasi potensi bahaya (hazard) yang timbul di PT. Bambang Djaja, sehingga
dapat diketahui hazard (potensi bahaya) yang mempunyai nilai risiko paling
tinggi (high risk) sampai hazard yang mempunyai nilai risiko paling rendah (low
risk). Dengan demikian dapat dilakukan penanganan yang tepat sebagai usaha
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada pada latar belakang di atas, maka
perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian tugas akhir ini adalah
“Berapa tingkat kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dan bagaimana potensi hazard yang terjadi di PT. Bambang Djaja”.
1.3. Batasan Masalah
Agar penelitian ini sesuai dengan yang direncanakan, serta lebih jelas dan
terarah kerangka analisanya maka perlu dibuat batasan masalah sebagai berikut :
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kecelakaan kerja selama
Januari 2009 – Desember 2009.
2. Tidak membahas masalah biaya.
1.4. Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Sistem Manajemen K3 (SMK3) yang diterapkan oleh PT. Bambang Djaja dan
kondisi fisik pabrik yang diukur tingkat implementasinya tidak mengalami
perubahan selama penelitian berlangsung.
2. Responden pada bagian Produksi bersikap netral dan objective dalam
memberikan penilaian terhadap implementasi program K3.
3. Data yang diambil secara umum dianggap telah mewakili keadaan lingkungan
1.5. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut :
1. Mengetahui tingkat kecelakaan kerja di PT. Bambang Djaja.
2. Memberikan usulan perbaikan untuk meminimalisasi kecelakaan
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah, sebagai berikut :
1. Bagi Penulis :
Meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang
diperoleh dari dunia akademis yang salah satunya adalah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
Dapat mengetahui Sistem Manajemen K3 (SMK3) di PT. Bambang Djaja.
2. Bagi Perusahaan :
Dapat ditentukan level / tingkat keberhasilan implementasi K3.
Dapat dilakukan penanganan yang tepat terhadap hazard yang timbul di
perusahaan sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
3. Bagi Universitas :
Menambah literatur tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja khususnya
penanganan terhadap potensi bahaya yang dijumpai didalam perusahaan.
Menjalin hubungan baik antara perguruan tinggi yakni Universitas
Pembangunan Nasional Jawa Timur dengan perusahaan industri, terutama
1.7. Sistematika Penulisan
Pada dasarnya sistematika penulisan berisikan mengenai uraian yang akan
dibahas pada masing-masing bab, sehingga dalam setiap bab akan mempunyai
pembahasan topik tersendiri. Adapun sistematika penulisan dari tugas akhir ini
adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan
masalah yang diteliti, tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan
asumsi yang dipakai dalam penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II berisi tinjauan pustaka, yaitu teori-teori yang mendukung
penelitian ini, antara lain mengenai definisi keselamatan dan kesehatan
kerja, perhitungan tingkat implementasi program K3, mengkategorikan
kecelakaan kerja, definisi Hazard dan Risk Assessment.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini diberi langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini
yaitu hal-hal yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari penelitian
atau gambaran atau urutan kerja menyeluruh selama pelaksanaan
penelitian.
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab IV berisi analisa data berikut pembahasannya. Data-data yang
dikumpulkan adalah data kecelakaan kerja yang terjadi di obyek
K3. Data ini diperlukan untuk mendukung pengukuran tingkat
implementasi program K3 di PT. Bambang Djaja. Pengolahan data
dilakukan untuk mengkategorikan hazard (potensi bahaya) yang
timbul dengan pendekatan Risk Assessment (penilaian resiko).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab V merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan yang
diambil terhadap hasil analisis dan interpretasi, serta saran-saran untuk
pembenahan dan peningkatan program K3 di PT. Bambang Djaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Keselamatan (Safety) dan Kesehatan (Health)
Menurut Asfahl (1999), keselamatan (safety) berkaitan dengan efek yang
akut dari hazards, sedangkan kesehatan (health) berkaitan dengan efek yang
kronis dari hazards.
Efek yang akut adalah suatu reaksi tiba–tiba terhadap kondisi yang parah
atau buruk, efek yang kronis adalah suatu keadaan jangka panjang yang semakin
memburuk dikarenakan tereksposnya atau terpaparnya keadaan yang kurang baik
secara berkepanjangan.
2.1.1. Keselamatan Kerja
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Menurut Suma’mur (1981) keselamatan kerja adalah keselamatan yang
bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,
landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Seringkali konsep keselamatan dan kesehatan bisa dipisahkan menjadi 2
hal yang berbeda menurut definisi tersebut. Namun terkadang beberapa situasi
mencegah dan mengatasi kecelakaan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari
usaha memelihara kesehatan para karyawan karena usaha-usaha tersebut saling
berkaitan. Kondisi kesehatan fisik maupun mental seseorang dapat berakibat pada
terjadinya kecelakaan, walaupun si karyawan sudah menggunakan berbagai alat
pelindung sekalipun, oleh karena itu lingkungan fisik yang jelek tidak hanya
berakibat pada keselamatan karyawan, tetapi tanpa disadari mempengaruhi fisik
dan mentalnya.
Sebagai contoh adalah kebisingan dalam industri, biasanya merupakan
sumber bahaya yang berkaitan dengan kesehatan karena terpaparnya kebisingan
dalam jangka waktu yang lama antara level kisaran 90 sampai 100 desibell bisa
mengakibatkan kerusakan yang permanen. Namun kebisingan juga bisa
merupakan sumber bahaya yang berkaitan dengan keselamatan karena
terpaparnya kebisingan yang akut secara tiba–tiba bisa mencelakakan sistem
pendengaran. Banyak bahan kimia yang merupakan sumber bahaya yang
mempunyai efek akut dan sekaligus kronis, dan karenanya dipertimbangkan
sebagai bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan.
2.2. Perundang–undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan ketentuan perundangan dan
memiliki landasan hukum yang wajib dipatuhi semua pihak,baik pekerja,
pengusaha, atau pihak – pihak yang terkait lainnya.Aspek K3 bersifat multi
dimensi, karena itu manfaat dan tujuan K3 juga hasrus dilihat dari berbagai sisi
Wickens et.al (1998) menyatakan bahwa keselamatan ditempat kerja telah
dipengaruhi lebih dari 100 tahun terakhir. Telah disadari bahwa selama periode
tahun 1800-an, pekerja melakukan tugas mereka dibawah kondisi yang tidak aman
(unsafe condition) dan tidak sehat. Filosofi bisnis saat ini adalah membiarkan
segala sesuatunya terjadi dan membiarkan hukum alam berjalan tanpa batas.
Walaupun secara teknis, dibawah undang–undang umum, majikan diharapkan
untuk menyediakan tempat yang aman untuk bekerja, pada kenyataannya
masyarakat umum menerima kecelakaan sebagai hal yang tidak dapat
dihindarkan.
Ketika sebuah kecelakaan terjadi, kompensasi yang diterima oleh pekerja
adalah ketidakpedulian majikannya. Perusahaan membantah bahwa kondisi yang
berbahaya adalah normal. Wickens et.al (1998) mengutip dari Hammer (1989)
perusahaan mengklaim bahwa : (1) tingkah laku pekerja yang terluka merupakan
kontributor terhadap kecelakaan; (2) rekan kerja karyawan lalai / tidak peduli;
atau (3) pekerja yang terluka telah menyadari akan adanya hazards dalam
pekerjaan mereka dan diasumsikan telah mengetahui resikonya. Sampai tahun
1900-an, kondisi kerja sangat buruk dan tingkat kecelakaan kerja terus meningkat.
2.2.1. Terbentuknya OHSAS 18001:2007
Pada tahun 1960-an banyak orang yang merasa bahwa undang–undang
negara bagian masih belum cukup, banyak industri yang masih mempunyai
standar keselamatan dan kesehatan kerja yang buruk, dan tingkat injury serta
kematian yang terlalu tinggi. Beragamnya sistem manajemen K3 yang
untuk menetapkan suatu standard yang dapat digunakan secara global.OHSAS
18001 dikembangkan oleh OHSAS project group,konsorsium 43 organisasi dari
28 negara.
Tim ini melahirkan kesepakatan menetapkan sistem penilaian (assessment)
yang dinamakan OHSAS 18000 yang terdiri atas 2 bagian yaitu :
OHSAS 18001 : Memuat spesifikasi SMK3
OHSAS 18002 : Pedoman Implementasi
OHSAS 18001 bersifat generic dengan pemikiran untuk dapat digunakan dan
dikembangkan oleh berbagai organisasi sesuai dengan sifat, skala kegiatan, resiko
serta lingkup kegiatan Organisasi.OHSAS 18001 : 2007 secara formaldi
publikasikan bulan Juli 2007 sebagai pengganti OHSAS 18001:1999. Sejak
diperkenalkan pada tahun 1999, standar ini telah berkembang pesat dan
digunakanh secara global.
2.2.2. UU ( Undang – undang ) Tentang Keselamatan Kerja
Undang–undang ini ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja Direktorat
Pembinaan Norma–Norma Keselamatan Kerja, Hygiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja, disahkan pada tanggal 12 Januari 1970. Ada 11 bab, 18 pasal
dalam UU No. 1 tahun 1970, yaitu :
1. Undang –undang no. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
2. Undang –undang no. 13 tahun 2003 tentang ketanagakerjaan
3. Undang –undang no. 8 tahun 1998 tentang perlindungan konsumen
4. Undang –undang no. 22 tentang MIGAS
6. Undang –undang no. 28 tahun 2002 tentang banguna gedung
7. Undang –undang no. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan Bab XI
lingkungan hidup dan keteknikan memuat tentang aspek keselamatan.
2.3. Perhitungan Tingkat Implementasi Program
Kurniadi H. Prabowo (2005) menyatakan penilaian tingkat implementasi
dilakukan dengan membandingkan setiap pertanyaan dalam checklist dengan
standar implementasi yang digunakan sebagai acuan oleh pihak manajemen untuk
menerapkan program K3. Nilai tertinggi diberikan jika implementasi memenuhi
semua standar yang ditentukan dan sebaliknya nilai terendah diberikan jika
implementasi sama sekali tidak memenuhi standar.
Pencapaian tingkat implementasi dinyatakan dalam tiga kategori yaitu
kategori merah, kuning, dan hijau. Dimana penetuan kategori pencapaian tingkat
implementasi ini merujuk pada konsep Traffic Light System dalam pengukuran
kinerja. Traffic Light System menunjukkan apakah score dari suatu indikator
kinerja memerlukan suatu perbaikan atau tidak. Sedangkan kisaran nilai indikator
kinerja untuk kategori merah, kuning, dan hijau mengacu pada Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996. Indikator dari Traffic Light System ini
direpresentasikan dengan beberapa warna sebagai berikut :
1. Warna hijau
Achievement dari suatu indikator kinerja sudah tercapai. Kisaran nilai
2. Warna kuning
Achievement dari suatu indikator kinerja belum tercapai, meskipun nilainya
sudah mendekati target. Jadi pihak manajemen harus berhati–hati dengan
adanya berbagai macam kemungkinan. Kisaran nilai indikator kinerja untuk
kategori ini adalah 60%-84%.
3. Warna merah
Achievement dari suatu indikator kinerja benar–benar dibawah target yang
telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera. Kisaran nilai
indikator kinerja untuk kategori ini adalah 0%-59%.
Perhitungan tingkat implementasi program, dilakukan dengan menghitung
rata–rata dari nilai yang diberikan oleh responden, kemudian menghitung rata–
rata nilai dari masing–masing kategori penilaian. Untuk mengetahui suatu
kategori penilaian termasuk dalam kriteria pencapaian: merah, kuning atau hijau
maka nilai rata–rata tersebut harus dinormalisasikan dengan Rumus Normalisasi
De Boer (Triekens et.al.,2000) sebagai berikut :
Achivement kategori penilaian=
minimum) skala
-maksimum (skala
minimum) skala
-aktual nilai (
x100%
2.4. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga dan tidak dikehendaki
yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur. (M. Sulaksmono,
1997).
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak
pada masyarakat luas.
Dalam artikel Departemen Kesehatan Republik Indonesia, oleh Pusat
Kesehatan Kerja bahwa salah satu masalah yang hampir setiap hari terjadi di
tempat kerja adalah kecelakaan yang menimbulkan hal-hal yang tidak kita
inginkan, seperti kerusakan peralatan kerja, cedera tubuh, kecacatan bahkan
kematian. Apabila kematian menyangkut banyak nyawa, maka yang terjadi adalah
bencana.
Menurut Jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan kerja yang mengakibatkan
1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697 orang cedera.Data
kecelakaan tersebut mencakup seluruh perusahaan yang menjadi anggota
Jamsostek dengan jumlah peserta sekitar 7 juta orang atau sekitar 10% dari
seluruh pekerja Indonesia
Bencana di industri (industrial disasters) dikategorikan sebagai bencana
karena ulah manusia. Sesuai dengan jumlah korban yang terjadi misalnya sekitar
20 korban disebut “bencana industri berskala kecil”, 20 sampai 50 korban disebut
“bencana industri skala menengah” dan bila menyangkut 50 sampai 100 orang
atau lebih termasuk “skala berat”. Selanjutnya yang menjadi pokok pembicaraan
kita adalah masalah kecelakaan industri. Kecelakaan adalah kejadian yang timbul
tiba-tiba, tidak diduga dan tidak diharapkan.
Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat
kerja khususnya di lingkungan industri dan kecelakaan ini belum tentu kecelakaan
akibat kerja, karena untuk sampai ke diagnosa Kecelakaan Akibat Kerja harus
unsur kesengajaan apalagi direncanakan, sehingga bila ada unsur sabotase atau
tindakan kriminal merupakan hal yang diluar makna dari kecelakaan industri.
2.4.1. Bahaya Ditempat Kerja
Hazards / bahaya merupakan kondisi yang potensial menyebabkan injury
terhadap orang, kerusakan peralatan struktur bangunan, kerugian material,
mengurangi kemampuan untuk melakukan sesuatu fungsi yang telah ditetapkan
(Hammer,1989). Sedangkan Ashfal (1999), menyatakan bahwa hazards
melibatkan resiko atau kesempatan (hazards involve risk of chance) yang
berkaitan dengan elemen-elemen yang tidak diketahui.
Bahaya di tempat kerja adalah segala sesuatu di tempat kerja yang dapat
melukai, baik secara fisik maupun mental. Bahaya ditempat kerja dapat
digolongkan menjadi beberapa macam yaitu :
Bahaya terhadap keselamatan
Adalah bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan luka secara
langsung. Contoh : benda-benda panas dan lantai yang licin.
Bahan kimia berbahaya
Gas, uap, cairan, atau debu yang dapat membahayakan tubuh.
Contoh : bahan-bahan pembersih atau pestisida.
Ancaman bahaya lainnya
Tabel 2.1. Penggolongan Bahaya Ditempat Kerja Beserta Contohnya Bahaya terhadap keselamatan Bahan kimia berbahaya Ancaman bahaya lainnya
• Listrik
Kebakaran/ledakan • Mesin-mesin tanpa
pelindung
• Mengangkat bendabenda yang berat
• Pengaturan tempat kerja (berantakan,
penyimpanan barang yang tidak baik) • Kendaraan bermotor
• Pelarut / pembersih • Asam / bahan yang menyebabkan iritasi • Debu (asbes, silika,
kayu)
• Logam berat (timah hitam, arsenik, air raksa)
• Polusi udara Pestisida Resin
• Kebisingan • Radiasi • Gerakan yang
berulang-ulang • Posisi tubuh yang
tidak nyaman • Panas / dingin • Penyakit menular • Stress / pelecehan • Beban kerja / irama
kerja
(Sumber: Data PT. Bambang Djaja)
Berikut adalah tanda / lambang bahaya yang biasa digunakan ditempat kerja :
Gambar 2.1. Tanda/lambang bahaya
(Sumber: Data PT. Bambang Djaja)
Evaluasi Bahaya di Tempat Kerja
Merupakan suatu kegiatan meninjau kembali terhadap suatu tempat yang
beresiko menimbulkan bahaya ditempat kerja. Aktivitas utama dalam
mengevaluasi bahaya di tempat kerja adalah :
1. Pengamatan di lokasi kepada proses produksi dan cara kerja.
2. Wawancara dengan perkerja dan supervisor.
3. Survei terhadap lingkungan kerja, peralatan, dan pekerja.
4. Penelaahan terdahap dokumen yang diperlukan dari perusahaan.
5. Pengukuran dan monitor terhadap efek bahaya bagi pekerja.
6. Pembandingan dari hasil monitor terhadap peraturan yang ada dan/atau
merekomendasikan petunjuk mengenai batas-batas yang harus diikuti
untuk meningkatkan keselamatan kerja.
Mengendalikan Bahaya
Merupakan usaha untuk mencegah dan mengurangi bahaya ditempat kerja
dengan beberapa teknik pengendalian. Dalam hal ini pekerja tidak dapat
dilindungi apabila bahaya yang ada belum diidentifikasi dan dievaluasi.
Ada tiga jenis pengendalian, yakni :
1. Pengendalian Teknik
Yaitu dengan mengendalikan bahaya yang bersifat teknis, dengan
memberikan rekomendasi untuk alat atau mesin tertentu sesuai dengan
standartnya.
2. Pengendalian Administratif
Yaitu dengan membentuk tim untuk pengendalian secara administratif
untuk mencegah bahaya, misalnya dengan membentuk panitia pembina
pengendalian bahaya dan keselamatan kerja, yaitu dengan memberikan
pengetahuan atau pelatihan bagi para pekerja sebelum melakukan aktivitas
ditempat kerja.
3. Peralatan Pelindung Pekerja
Yaitu dengan memberikan alat pelindung diri (APD) bagi para pekerja
yang bekerja ditempat yang beresiko menimbulkan bahaya. Berikut adalah
contoh alat pelindung diri (APD):
Gambar 2.2. Alat pelindung diri
(Sumber: Data PT. Bambang Djaja)
Alat pelindung diri merupakan garis pertahanan terakhir. Perlu
diketahui bahwa kewajiban memakai alat pelindung diri bila memasuki
tempat kerja yang berbahaya tidak hanya berlaku bagi pekerja saja,
melainkan juga bagi pimpinan perusahaan, pengawas, kepala bagian, dan
siapa saja yang memasuki tempat tersebut. Beberapa alat pelindung diri
adalah sebagai berikut :
a. Alat pelindung kepala
Terdiri dari : Safety Helmet, Hood, Hair cap.
b. Alat pelindung mata
Terdiri dari : Kacamata dengan atau tanpa pelindung samping, Googles
(cup / box type), Tameng muka (face shields / face screen).
c. Alat pelindung telinga
Terdiri dari : Sumbat telinga (ear plug), Tutup telinga (ear muff),
d. Alat pelindung pernafasan
Terdiri dari : Masker, Air Purifying Respirator, Air Supplied
Respirator Breathing Apparatuss
e. Alat pelindung tangan
Terdiri dari : Sarung tangan biasa, Gauntlets atau sarung tangan yang
dilapisi dengan plat logam, Mitts atau sarung tangan dimana keempat
jarinya dibungkus menjadi satu kecuali ibu jarinya.
f. Alat pelindung kaki
Terdiri dari : Sepatu pengaman untuk pengecoran baja, Sepatu untuk
tempat-tempat khusus yang mengandung bahaya peledakan, Sepatu
g. Pakaian pelindung
Berbentuk apron yang menutupi sebagian dari tubuh pemakainya yaitu
mulai dada sampai lutut pemakainya dan overal yang menutup seluruh
tubuh.
h. Tali dan Sabuk pengaman
Digunakan pada pekerjaan mendaki, memanjat dan konstruksi
bangunan.
2.4.2. Faktor Penyebab Kecelakaan
Hasil penelitian bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh faktor
manusia. Unsur-unsur tersebut menurut buku “Management Losses” Bab II
tentang “The Causes and Effects of Loss” antara lain :
1. Ketidakseimbangan fisik/kemampuan fisik tenaga kerja.
2. Ketidakseimbangan kemampuan psikologis naker.
3. Kurang pengetahuan.
4. Kurang trampil.
5. Stres mental.
6. Stres fisik.
7. Motivasi menurun (kurang termotivasi).
2.4.3. Kategori Kecelakaan Kerja
Sebelum melakukan analisa terhadap terjadinya suatu kecelakaan kerja
diperlukan penyelidikan yakni upaya untuk menjawab berbagai pertanyanan
terjadi. Hasil dari penyelidikan tersebut digunakan untuk menyusun program
pencegahan atau tindak lanjut untuk pencegahannya.
Dalam penyelidikan kerja yang sekaligus mengarah pada analisa
selanjutnya, diperlukan adanya :
Laporan tentang peristiwa kecelakaan yang terjadi
Wawancara dengan saksi/teman sekerja yang melihat kejadian tesebut
Pemeriksaan terhadap tempat kejadian
Mempelajari semua hal yang berkaitan denga peristiwa kecelakaan
Menyusun formula untuk interpretasi
Menentukan faktor penyebab utama / akar permasalahan
Melakukan rekonstruksi bila diperlukan
Kurniadi H Prabowo (2005) menyatakan banyaknya kejadian kecelakaan
merupakan salah satu indikator keberhasilan program K3 yang dapat
[image:33.595.113.513.492.646.2]dikategorikan dalam 3 kelompok seperti ditunjukkan dalam tabel 2.3. berikut :
Tabel 2.2. Kategori Kecelakaan Kerja
Kategori Parameter Penilaian Keterangan
Hijau Terjadi kecelakaan ringan (injuries)
Luka ringan atau sakit ringan (tidak kehilangan hari kerja)
Kuning Terjadi kecelakaan sedang (illness)
Luka berat atau parah atau sakit dengan perawatan intensif
(kehilangan hari kerja)
Merah Terjadi kecelakaan berat (fatalities)
Meninggal atau cacat seumur hidup (tidak mampu bekerja)
(Sumber : Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor :PER.05/MEN/1996)
Penentuan level tingkat implementasi program K3 dilakukan dengan
memetakan tingkat implementasi dan tingkat kecelakaan kerja kedalam Tabel
dalam 6 level implementasi, level 1 menunjukkan tingkat tertinggi dan level 6
merupakan level terendah. Peta tingkat implementasi tingkat kecelakaan dapat
[image:34.595.185.472.229.445.2]dilihat dalam gambar dibawah ini:
Tabel 2.3. Peta Tingkat Implementasi – Tingkat Kecelakaan
(Sumber : Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor :PER.05/MEN/1996
2.5. Definisi Hazards
Rudi Suardi (2005) menyatakan bahwa hazards adalah sesuatu yang
berpotensi menjadi penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses
kerja, dan atau aspek lainnya dari lingkungan kerja.
Menurut A.M. Sugeng Budiono, dalam artikelnya “hazards” yang sering
disebut potensi bahaya merupakan sumber resiko yang potensial mengakibatkan
kerugian baik material, lingkungan maupun manusia.
TINGKAT IMPLEMENTASI
HIJAU KUNING MERAH
HIJAU Level 1 (aman & nyaman) Level 2 (cukup aman) Level 4 (rawan) KUNIN
G Level 2
(cukup aman) Level 3 (hati-hati) Level 5 (berbahaya) TIN G K A T KE C E LA KA AN MERAH Level 4 (rawan) Level 5 (berbahaya) Level 6 (sangat berbahaya) TINGKATKAN PENGO
NT ROLA N DA N KESESUAIA N PROSE D UR (SUPERVISI)
Asfahl (1999) menyatakan bahwa hazards melibatkan resiko atau
kesempatan yang berkaitan dengan elemen-elemen yang tidak diketahui
(unknown).
Hammer (1989) mendefinisikan hazards sebagai kondisi yang potensial
untuk menyebabkan injury terhadap personel, kerusakan peralatan atau struktur
bangunan, kerugian material atau mengurangi kemampuan untuk melakukan suatu
fungsi yang telah ditetapkan. Ketika hazards timbul, maka peluang terjadinya
efek–efek yang buruk tersebut akan muncul.
2.5.1. Kategori Hazards
Hazards primer adalah hazards yang bisa secara langsung dan segera
menyebabkan : (1) injury atau kematian; (2) kerusakan peralatan, kendaraan,
struktur atau fasilitas; (3) degradasi kapabilitas fungsional (terhentinya operasi
dalam pabrik); (4) kerugian material. Berikut ini beberapa jenis / kategori hazards
dalam industri :
1. Bahaya Fisik : kebisingan, radiasi, pencahayaan, suhu panas, suhu dingin.
2. Bahan Kimia : bahan–bahan berbahaya dan beracun, debu, uap kimia,
larutan kimia.
3. Bahaya Biologi : virus, bakteri, jamur, parasit.
4. Bahaya Mekanis : permesinan, peralatan.
5. Bahaya Ergonomi : ruang sempit dan terbatas, pengangkutan barang,
mendorong, menarik, pencahayaan tidak memadai, gerakan tubuh terbatas.
6. Bahaya Psikososial : pola gilir kerja, pengorganisasian kerja, long shift,
7. Bahaya Tingkah Laku : ketidakpatuhan terhadap standar, kurang keahlian,
tugas baru atau tidak rutin.
8. Bahaya Lingkungan Sekitar : gelap, permukaan tidak rata, kemiringan,
kondisi permukaan berlumpur dan basah, cuaca, kebakaran.
2.6. Risk Assessment
Kurniadi Heru Prabowo (2005) menyatakan risk assessment (analisa
resiko)merupakan tahap pengkalkulasian terhadap hazards (potensi bahaya)yang
dapat terjadi. Bertujuan untuk mereduksi ketidakpastian dalam pengukuran resiko
dan biasanya berkaitan dengan pengukuran tingkat keparahan (severity) dan
tingkat probabilitas (frequency/probability). Severity adalah tingkat keparahan
yang timbul dari peristiwa kecelakaan, baik berupa kematian, cacat
sebagian/seluruh bagian tubuh, luka yang menyebabkan tidak mampu bekerja
maupun tindakan pertolongan pertama (P3K). Sedangkan frequency/probability
adalah kemungkinan suatu keadaan/kondisi yang dapat menyebabkan kejadian
kecelakaan.
Perkalian antara nilai severity dan probability, akan didapatkan level
resiko (risk level). Berdasarkan tentang prosedur tentang Risk Assessment and
Management, level resiko (risk level) dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat)
tingkatan, yaitu:
extreme risk, dengan score ≥15
high risk, dengan score 10 sampai < 15
moderate risk, dengan score 5 sampai < 10
Proses dari pelaksanaan dan pengendalian resiko (Risk Assessment and
Management) terdiri atas 4 (empat) tahapan, antara lain:
Identifikasi kejadian/tindakan yang dapat menyebabkan resiko (identification
potential event)
Penilaian resiko yang terjadi (Risk Assessment)
Kembangkan solusi alternatif (Develop alternative solution)
Putuskan apa yang harus dilakukan (Decide what to do)
2.6.1. Identifikasi Resiko
Setelah melakukan pengamatan dilapangan maka, didapatkan beberapa
potensi bahaya (hazards) baik yang berpengaruh kecil maupun besar dalam
menimbulkan terjadinya resiko. Data identifikasi bahaya dapat dilihat dalam
[image:37.595.114.512.489.658.2]checklist identifikasi bahaya dan penilaian resiko dibawah ini:
Tabel 2.4. Checklist identifikasi bahaya dan penilaian resiko Penilaian Resiko No. Kegiatan Identifikasi
Bahaya
Identifikasi
2.6.2. Penilaian Resiko
Setelah dilakukan identifikasi resiko, maka langkah selanjutnya adalah
penilaian masing-masing risk level ditiap resiko, dengan Matriks Risk Assessment,
[image:38.595.135.517.272.483.2]dibawah ini:
Tabel 2.5. Risk Assesment Code
Mishap Probability
A B C D
I
1
1
2
3
II
1
2
3
4
III
2
3
4
5
Severity
IV
3
4
5
5
Mishap Severity :
1. Kematian atau ketidakmampuan total yang permanen, kerugian
sumber daya atau kerusakan akibat.
2. Ketidakmampuan parsial yang permanen, ketidakmampuan total
sementara yang lebih dari 3 bulan, kerugian sumber daya atau
kerusakan akibat.
3. Kecelakaan dengan hilangnya hari kerja, kerugian sumber daya
4. Pertolongan pertama atau perawatan medis sederhana, kerugian
sumber daya atau kerusakan akibat kebakaran atau pelanggaran
terhadap persyaratan dalam suatu standar
Mishap Probability :
A. Mungkin terjadi dengan segera atau dalam jangka waktu yang
singkat.
B. Kemungkinan besar (probably) akan terjadi.
C. Kemungkinan kecil (possibly) akan terjadi.
D. Mungkin tidak terjadi.
Definisi RAC :
1. Imminent danger : bahaya yang mengancam
2. Serious : bahaya serius
3. Moderate : bahaya sedang
4. Minor : bahaya kecil
2.6.3. Kembangkan Solusi Alternatif (Develop Alternatif Solution)
Setelah level resiko diketahui, tahapan berikutnya adalah mengembangkan
solusi alternative untuk mengeliminasi ataupun mereduksi resiko tersebut. Tetapi
sebelumnya jika pada klasifikasi level ternyata level dari resiko berada pada batas
yang masih diterima (acceptable risk) maka tindakan pencegahan atau preventif
yang dilakukan adalah cukup memonitor saja aktivitas pengendalian resiko yang
telah dilaksanakan.
Solusi alternatif diberikan hanya untuk level resiko yang tergolong tinggi
hingga ekstrim (level resiko ≥ 10). Jika ternyata terdapat banyak resiko yang harus
ditanggulangi sedangkan disatu sisi resourches yang ada terbatas, maka masalah
ini akan menjurus pada penentuan prioritas. Terdapat beberapa metode yang
digunakan untuk menentukan prioritas, salah satunya adalah analisa manfaat biaya
(benefit-cost analysist). Baik metode kuantitatif maupun kualitatif dapat
digunakan untuk menentukan prioritas.
Hirarki dalam mengendalikan resiko dapat dibagi atas:
1. Eliminasi, yaitu meniadakan tahapan suatu kegiatan/proses berbahaya.
2. Substitusi, yaitu mengganti suatu bahan atau memodifikasi proses.
3. Rekayasa teknik, yaitu dengan menambahkan Alat Pelindung Diri (APD),
pemasangan sensor otomatis, dll.
4. Administrasi,misalnya rotasi/mutasi karyawan, pengendalian system ijin kerja,
Alat Pelindung Diri (APD), yaitu dengan menggunakan APD (ear-plug,
masker, helm, safety shoes, dll).
Sedangkan contoh pilihan dalam pengendalian resiko dapat dilihat dalam
Tabel 2.6. Tabel Pengendalian Resiko
Pencegahan Mitigasi/Pengurangan Eliminasi Mengurangi
Probability Reduksi Dampak
Penanggulangan Bahaya Pindahkan fasilitas/bangu-nan Pindahkan peralatan Pindahkan orang Proses dibuat otomatis Desain ulang peralatan Desain ulang proses Ganti bahan/material Hentikan operasi Atasi sumber bahaya Prosedur operasi Alarm Prosedur pemeliharaan/ perawatan Training/pelatihan Pengawasan Audit: Fasilitas Prosedur Pihak ketiga Pemilihan kontraktor Pemeliharaan berkala Inspeksi K3 Rambu peringatan Umum:
Sistem Emergency shut down
Sistem Pengendalian (control system) Health and Safety (K3):
APD Mengurangi paparan (reduce exposure) Lingkungan (Environment): Daur Ulang (Recycle) Pemantauan/ monitoring (air, udara, air bawah tanah) Pengolahan limbah, pengendalian emisi/gas buang Latihan/Drill: Penanggulangan keadan darurat Kesiapan peralatan penanggulangan keadaan darurat
2.6.4. Memutuskan Tindakan yang Akan diambil (Decide What to do)
Analisa keputusan merupakan metode paling sederhana yang dapat
digunakan dalam mengambil keputusan. Analisa keputusan dipengaruhi oleh
berbagai sudut pandang, misalnya dari segi ergonomi, motivasi, kepemimpinan,
dan lain-lain.
Dalam menganalisa suatu keputusan, terdapat beberapa ketentuan umum
1. Desain merupakan prioritas utama dalam rangka mengeliminasi hazards
dibandingkan dengan metode lain.
2. Jika desain dari safeguards tidak mudah untuk dikerjakan, maka perlengkapan
keamanan untuk perlindungan harus digunakan.
3. Jika desain maupun perlengkapan keamanan juga tidak praktis, maka
peralatan peringatan otomatis harus ditetapkan.
4. Jika semua ketentuan diatas juga tidak mudah untuk dikerjakan, prosedur yang
memenuhi dan pelatihan untuk personil dapat digunakan.
2.6.5 Mesin Dan Peralatan
Mesin dan peralatan digunakan dalam pembuatan tranformator begitu
banyak, baik untuk proses shearig ,bending ,welding dan lain-lain. Begitu juga
pada PT.Bambang Djaja (B&D).terdapat banyak mesin dan peralatan, mengingat
pabrik ini merupakan pabrik memproduksi tranformator dalam jumlah yang cukup
banyak, maka mesinnya harus yang modern agar mampu memproduksi dengan
cepat. Selain itu juga dibutuhkan mesin dengan jumlah tertentu sesuai dengan
yang dibutuhkan, agar proses dapat terlaksana sesuai rencana.
Mesin - mesin yang digunakan adalah :
1. Mesin Shearing
2. Mesin Gergaji
3. Mesin Bor Duduk
4. Mesin Bubut
5. Mesin Bending
7. Mesin Manipulator
8. Mesin Las MIG
9. Mesin Shot Blasting
2.7. Penarikan Sampel
Penarikan sampel adalah suatu usaha pengambilan data statistik dari
sebagian anggota populasi. Penarikan sampel dilakukan apabila ukuran populasi
yang terlalu besar sehingga dengan penarikan sampel kita dapat menghemat
waktu, biaya serta dapat menghindari percobaan yang bersifat merusak. Percobaan
ini dibedakan menjadi : penarikan sampel probabilitas dan penarikan sampel
nonprobabilitas.
2.7.1. Sampel Probabilitas
Dalam penarikan sampel probabilitas setiap unsur populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Sampel ini
mempertimbangkan kemungkinan perbedaan antara nilai populasi yang diteliti.
Adapun macam-macam sampel probabilitas disini antara lain :
a. Pengambilan Sampel Acak Sederhana
Pengambilan sampel pada metode ini dilakukan sedemikian rupa sehingga tiap
satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih menjadi sampel. Apabila besar populasi adalah P, sedang unsur dalam
sampel atau sample size adalah p, besar kesempatan bagi tiap satuan elementer
b. Pengambilan Sampel Sistematis
Pengambilan sampel sistematik adalah metode pengambilan sampel, dimana
hanya unsur-unsur selanjutnya dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur
selanjutnya dipilih secara sistematik menurut pola tertentu.
c. Pengambilan Sampel Acak Distrafikasi
Pada penarikan sampel acak distrafikasi ini penarikan sampel dilakukan
dengan membagi populasi yang diteliti kedalam strata yang seragam, dan dari
setiap strata dilakukan pengambilan sampel secara acak.
d. Pengambilan Sampel Gugus Sederhana
Dalam pengmbilan sampel gugus sederhana ini, populasi digolongkan
kedalam gugus-gugus yang disebut cluster dan dari cluster ini akan dilakukan
pengambilan sampel. Jumlah gugus yang diambil harus acak, kemudian
unsur-unsur penelitian dalam gugus tersebut harus diteliti semua.
e. Pengambilan Sampel Gugus Bertahap
Dalam penarikan sampel gugus bertahap ini populasi dalam gugus-gugus yang
merupakan satuan dimana sampel akan diambil. Pengambilan sampel
dilakukan melewati tahap-tahap tertentu. Pada aplikasinya populasi dibagi
gugus tingkat pertama, kemudian dari gugus tingkat pertama ini dibagi lagi
dalam gugus-gugus tingkat kedua, dan dari gugus tingkat kedua ini kemudian
masih dibagi lagi dalam gugus-gugus tingkat selanjutnya.
2.7.2. Sampel Nonprobabilitas
Yang termasuk metode penarikan sampel nonprobabilitas adalah purposive
pertimbangan peneliti bahwa unit atau unsur penarikan sampel tersebut akan dapat
membantu menjawab pertanyaan riset yang sedang dikerjakan.
2.8. Metode-metode Statistik yang Dipakai
Agar data-data yang dikumpulkan dapat memberi informasi yang tepat dan
berguna dalam analisa dan pengambialan keputusan lebih lanjut sehingga
data-data tersebut perlu diolah. Untuk itu dibutuhkan tools yang tepat untuk membantu
dalam penyelesaiannya. Dalam pengambilan sampel penelitian harus hati-hati dan
memenuhi aturan dalam pemilihan sampel. Menurut Suharsini Arikunto, apabila
subjek kurang dari 100, maka lebih baik merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya, jika jumlah subjek besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% -
25% atau lebih tergantung pada :
Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.
Sempitnya luas wilayah pengamatan dari setiap subjek, hal ini menyangkut
banyaknya sedikit data.
Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk penelitian yang
resikonya besar, maka sampelnya lebih besar, hasilnya akan lebih besar.
Metode-metode statistik yang dibutuhkan dalam pengolahan data antara lain :
1. Uji Validitas
Validitas didefinisikan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen
pengukur (test) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen
pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Validitas dihitung dengan
rumus korelasi produk momen :
r =
2 2 2 2
12y y
N x x
N
y x xy
N
dimana :
x = skor tiap-tiap variabel
y = skor tiap responden
N = jumlah responden
rxy = Korelasi Product Moment
X = Sigma / jumlah X (sor butir)
2X = Sigma / jumlah X kuadrat
Y = Sigma / jumlah Y
2Y = Sigma / jumlah Y kuadrat
XY = Sigma / jumlah perkalian antara X dan YSecara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan
angka kritik tabel korelasi nilai r.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas dengan internal
consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja
kemudian yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Pengujian
reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan cara teknik belah dua dari
Spearman Brown :
Dimana :
rtot = Koefesien reliabilitas seluruh item
rb = angka korelasi produk moment belahan pertama dan belahan kedua.
2.9. Variabel – variabel yang digunakan dalam pembuatan kuisioner
Dalam penelitian ini adapun variabel – variabel yang digunakan dalam
[image:47.595.147.469.415.732.2]pembuatan kuisioner yang dikutip (menurut Kurniadi H. Prabowo) yaitu :
Tabel 2.7 Kode dan variabel – variabel yang digunakan dalam kuisioner
No Kode Variabel Kuisioner Program K3
1. A Penggunaan APD
A1 Peralatan keselamatan kerja sudah terpenuhi dan dalam kondisi baik
A2 APD telah tersedia untuk setiap jenis pekerjaan yang berbahaya dan sesuai standar
A3 Semua peralatan APD telah digunakan dengan benar A4 Pekerja mentaati penggunaan APD dilokasi kerja A5 Petugas K3 selalu mengontrol distribusi dan penggunaan APD
2. B Upaya pencegahan terjadi keadaan darurat
B1 Pihak PTBambang Djaja Memiliki prosedur dalam menghadapi keadaan darurat dengan baik
B2 Pekerja memahami respon yang harus diambil dalam keadaan darurat sebelum tim bantuan tiba
B3 Latihan mengatasi keadaan bahaya sudah disusun dan dilaksanakan dengan baik dan rutin
B4 Ada tim khusus yang membantu proses pengendalian darurat
rtot =
b b
r r
No Kode Variabel Kuisioner Program K3
B5 Proses pengawasan berlangsung secara rutin dan terjadwal 3. C Penyelidikan Kecelakaan
C1 Data kecelakaan kerja tercatat dengan lengkap C2 Pengawas melaporkan tentang semua jenis kecelakaan yang terjadi dalam 24 jam
C3 Petugas HS (semua laporan yang berkaitan dengan aspek K3 Healthy Safety) menindaklanjuti 4. D Hubungan koordinasi dengan pihak security
D1 Pihak pekerja saat memasuki area operasi security mengontrol benda yang dibawa
D2 Security selalu siaga dalam menjaga keamanan lingkungan sekitar pabrik
D3 Security selalu siaga dalam mengawasi keluar-masuknya orang atau kendaraan
5. E Hubungan koordinasi dengan pihak teknik
E1
Semua mesin berbahaya dalam keadaan terlindungi dan bisa digunakan sesuai fungsi dengan baik
E2 Program pemeliharaan mesin secara sudah terjadwal preventive
E3 Adanya pemberitahuan dini tentang cara, beban, dan peringatan penggunaan 6. F Training
F1 Pelatihan dan pembinaan operasional telah diikuti oleh pekerja
F2 Pelatihan dan pembinaan operasional telah dilaksanakan secara berkelanjutan (continue)
F3 Pelatihan dan pembinaan operasional telah berjalan efektif 7. G Inspeksi
G1
Pihak HS (Healthy Safety) telah melakukan inspeksi didaerah kerja secara rutin
G2 Dukungan dan keikutsertaan manajemen puncak dalam kegiatan inspeksi
G3 Adanya peringatan dan sanksi yang jelas setiap kelalaian pekerja dalam bekerja
G4 Adanya buku keterangan dan dokumentasi yang dijadikan sebagai bahan monitoring 8. H Pengendalian limbah dan polusi
No Kode Variabel Kuisioner Program K3
H2 Sistem pembuangan tertutup dengan baik dan sesuai fungsi
H3 Telah terprogram sistem pengolahan limbah yang masih bisa diolah dengan baik
H4 Sistem pengolahan limbah telah dilaksanakan secara efektif
H5 Telah terprogram sistem pencegahan meluasnya efek kecelakaan terhadap lingkungan sekitar
H6 Adanya tim khusus yang berpengalaman guna mengatasi meluasnya efek kecelakaan
9. I Akses jalan masuk dan evakuasi
I1 Jalan masuk dan evakuasi yang dilalui pekerja dalam kondisi baik
I2 Seluruh jalan dalam kondisi bersih dari partikel berbahaya (kerikil, minyak, limbah, air, dll) I3 Kondisi jalan berada dalam kondisi aman saat
musim kering dan musim hujan
2.10. Penelitian Terdahulu
Fendi Setiawan (2009) Pengukuran implementasi program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) serta perangkat hazards dengan pendekatan risk assessment.
Pesatnya pekembangan teknologi tentunya akan berpengaruh
terhadap masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Dengan banyaknya
teknologi baru, manusia dipermudah pekerjaannya, bahkan hasilnyapun
jauh lebih baik. Tetapi perubahan-perubahan seperti itu juga bisa
menimbulkan dampak negatif terhadap para pekerja maupun perusahaan
khususnya dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja.
PT. Semen Gresik (Persero tbk.) merupakan pabrik semen yang
pertama yang beroprasi di Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan
375 ribu ton per tahun dan sampai sekarang kapasitas tersebut terus
bertambah setiap tahunnya. Di PT. Semen Gresik berbagai potensi bahaya
senantiasa dijumpai. Sering terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan
industri serta belum terukurnya secara lengkap potensi bahaya (Hazard),
maka cara yang dilakukan dengan mengukur tingkat keberhasilan program
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Hasil Penelitian :
Hasil dari penelitian ini adalah pencapaian standarisasi program
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di P PT. Semen Gresik khususnya
pada nilainya sebesar 78,11%. Nilai pencapaian ini termasuk kategori
KUNING karena berada pada range 60% - 84%, yang berarti bahwa pencapaian dari suatu indikator kinerja belum tercapai atau belum
mencapai target yang maksimal, meskipun nilainya sudah mendekati
target.
- Andhika Nuswantara (2008) Pengukuran Tingkat Kinerja Implementasi Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Untuk Mengkategorikan Hazards Dengan Pendekatan Risk Assessment (Studi Kasus : . Mandara Adhitama Utamabox Utamabox, Surabaya)
Dalam rangka menunjang program pemerintah untuk
setiap perusahaan diwajibkan memiliki manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
PT. Mandara Adhitama Utama Box adalah perusahaan industri
yang bergerak di bidang penyablonan kardus, berlokasi di jalan Ahmad
Yani no. 234 Surabaya. Dalam lingkungan industri khususnya di PT.
Mandara Adhitama Utama Box, berbagai potensi bahaya misalnya tangan
yang masuk dalam mesin long way dan terkena mesin state yang
menyebabkan terluka senantiasa dijumpai
Hasil Penelitian :
Pencapaian implementasi program K3 di PT. Mandara Adhitama
Utama Box sebesar 85,255%, sehingga termasuk dalam kategori hijau
(berada pada range 85% - 100%).
Level / tingkat implementasi program K3 – kecelakaan di PT.
Mandara Adhitama Utama Box berada pada level 2 (cukup aman).
Adapun analisa terhadap kategori bahaya dapat menjadi tiga yaitu :
pertama, ada satu sumber kategori bahaya (hazards) yang mendapat
rangking 2 (high risk), yaitu : mengoperasikan mesin Longway;
kedua ada tujuh sumber kategori bahaya (hazards) yang mendapat
kategori 3 (moderate risk), yaitu : mengangkat / menurunkan barang
(manual), pengoperasian mesin slutter, pengoperasian mesin stitch,
pengoperasian mesin pengeleman, penataan barang digudang kurang rapi,
pengoperasian Forklift (FLT), perbaikan mesin.
ketiga ada satu sumber bahaya (hazards) yang mendapat kategori 4 (low
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di PT. Bambang Djajayang berlokasi
di Jalan Rungkut Indutri III No.56 Surabaya
Proses pengambilan data dilakukan mulai Bulan Januari 2009 – Desember
2009 sampai tercukupinya semua data, dengan penelitian langsung, data dari
perusahaan, dan hasil wawancara dengan beberapa karyawan.
3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Adapun variabel-variabel dari penelitian ini adalah :
a. Variabel terikat
Variabel ini adalah sebuah variabel yang nilainya ditentukan oleh satu atau
beberapa faktor lain. Didalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Tingkat Kesehatan dan Keeselamatan Kerja (K3)
Mengidentifikasi tingkat kecelakaan kerja yang kemudian digunakan
sebagai bahan evaluasi untuk dilakukan perbaikan dimasa mendatang.
b. Variabel bebas
Variabel bebas ini nilainya tidak bergantung pada variabel lain, biasanya nilai
variabel ini dapat ditentukan secara bebas tergantung kebutuhan yang
diinginkan. Variabel bebas pada penelitian ini terdiri dari :
1. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) atau Standart
Yang dimaksud program kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu
sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai
upaya pencegahan timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja, dan tindakan antisipasi bila terjadi hal yang demikian.
[image:54.595.150.479.319.772.2]Adapun variabel – variabel yang digunakan meliputi:
Tabel 3.1 Kode dan variabel – variabel yang digunakan dalam kuisioner
No Kode variabel Kuisioner Program K3
A Penggunaan APD
A1 Peralatan keselamatan kerja sudah terpenuhi dan dalam kondisi baik
A2 APD telah tersedia untuk setiap jenis pekerjaan yang berbahaya dan sesuai standar
A3 Semua peralatan APD telah digunakan dengan benar
A4 Pekerja mentaati penggunaan APD dilokasi kerja 1.
A5 Petugas K3 selalu mengontrol distribusi dan penggunaan APD
B Upaya pencegahan terjadi keadaan darurat
B1
Pihak PT.Bambang Djaja Memiliki prosedur dalam menghadapi keadaan darurat dengan baik
B2
Pekerja memahami respon yang harus diambil dalam keadaan darurat sebelum tim bantuan tiba
B3 Latihan mengatasi keadaan bahaya sudah disusun dan dilaksanakan dengan baik dan rutin
B4 Ada tim khusus yang membantu proses pengendalian darurat 2.
B5 Proses pengawasan berlangsung secara rutin dan terjadwal
C Penyelidikan Kecelakaan
C1 Data kecelakaan kerja tercatat dengan lengkap 3.
C3 Petugas HS (semua laporan yang berkaitan dengan aspek K3 Healthy Safety) menindaklanjuti
D Hubungan koordinasi dengan pihak security
D1 Pihak pekerja saat memasuki area operasi security mengontrol benda yang dibawa
D2 Security lingkungan sekitar pabrik selalu siaga dalam menjaga keamanan 4.
D3 Security masuknya orang atau kendaraan selalu siaga dalam mengawasi
keluar-E Hubungan koordinasi dengan pihak teknik
E1
Semua mesin berbahaya dalam keadaan terlindungi dan bisa digunakan sesuai fungsi dengan baik
E2 Program pemeliharaan mesin secara preventive sudah terjadwal
5.
E3 Adanya pemberitahuan dini tentang cara, beban, dan peringatan penggunaan
F Training
F1 Pelatihan dan pembinaan operasional telah diikuti oleh pekerja
F2 Pelatihan dan pembinaan operasional telah dilaksanakan secara berkelanjutan (continue) 6.
F3 Pelatihan dan pembinaan operasional telah berjalan efektif
G Inspeksi
G1 Pihak HS (Healthy Safety) telah melakukan inspeksi didaerah kerja secara rutin
G2 Dukungan dan keikutsertaan manajemen puncak dalam kegiatan inspeksi
G3 Adanya peringatan dan sanksi yang jelas setiap kelalaian pekerja dalam bekerja 7.
G4 Adanya buku keterangan dan dokumentasi yang dijadikan sebagai bahan monitoring H Pengendalian limbah dan polusi
H1 Telah terprogram sistem pembuangan yang baik H2 Sistem pembuangan tertutup dengan baik dan
sesuai fungsi
H3 Telah terprogram sistem pengolahan limbah yang masih bisa diolah dengan baik
H4 Sistem pengolahan limbah telah dilaksanakan secara efektif
8.
H5
H6 Adanya tim khusus yang berpengalaman guna mengatasi meluasnya efek kecelakaan
I Akses jalan masuk dan evakuasi
I1 Jalan masuk dan evakuasi yang dilalui pekerja dalam kondisi baik
I2 Seluruh jalan dalam kondisi bersih dari partikel berbahaya (kerikil, minyak, limbah, air, dll) 9.
I3 Kondisi jalan berada dalam kondisi aman saat musim kering dan musim hujan
2. Data kecelakaan kerja
Menjelaskan berbagai macam jenis bahaya yang terdapat pada perusahaan
yang bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Untuk menganalisa suatu masalah yang dihadapi, diperlukan beberapa
macam data yang berhubungan dengan masalah tersebut. Data-data yang
diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara sebagai berikut:
1. Studi Lapangan (field research)
Memperoleh data-data dengan melakukan interview atau wawancara langsung
dengan pihak yang bersangkutan dalam perusahaan tersebut, yang nantinya
didapat sejumlah data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.
2. Studi Literatur
Merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mempelajari literatur-literatur atau buku-buku yang berhubungan dengan risk
assessment. Studi ini berhubungan dengan pemilihan metode pemecahan
3.4 Metode Pengolahan Data
Data-data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dengan perhitungan
sesuai pada tinjauan pustaka pada Bab II.
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
Perhitungan implementasi program keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Penentuan kategori kecelakaan kerja
Penentuan level tingkat implementasi program K3 dengan memetakan hasil
perhitungan tingkat kecelakaan
Pengkategorian hazards dengan pendekatan risk assessment
Tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap hazards.
3.4.1 Perhitungan Implementasi Program K3
Pembuatan kuisionerpenilaian implementasi program, kuisioner ini dibuat
dengan mengacu pada standar keselamatan dan kesehatan kerja dan juga UU No.
1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Kuisioner yang digunakan dalam
[image:57.595.115.512.544.649.2]penilaian implementasi program K3 ini sebagai berikut:
Tabel 3.2. KuisionerPenilaian Implementasi Program K3
Nilai No. Pertanyaan/Kategori Penilaian
1 2 3 Catatan
. Setiap daftar pertanyaan dalam kuisioner ini diberi nilai dengan skala
sebagai berikut :
Skala 1 diberikan jika kondisi riil sama sekali belum memenuhi standar
Skala 2 diberikan jika kondisi riil memenuhi sebagian dari standar
keselama