PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA MENGENAI IKLAN
PAJAK “APA KATA DUNIA”
(Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Persepsi Masyarakat Surabaya Mengenai Iklan Pajak “Apa Kata Dunia”)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
AGNES SORTA ANGGRAINI NPM. 0643010050
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis panjatkan karena dengan limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, Skripsi yang berjudul
PERSEPSI MASYARAKAT SURABAYA MENGENAI IKLAN PAJAK “APA
KATA DUNIA” dapat penulis susun dan selesai sebagai wujud pertanggung
jawaban atas terlaksananya skripsi.
Dalam proses penyelesaian Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:
1. Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim.
2. Dra. Hj. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) UPN “Veteran” Jatim.
3. Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.
4. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.
5. Dra. Dyva Claretta, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis. Terima
kasih atas segala kontribusi Ibu terkait penyusunan Proposal Skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP
hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.
7. Drs. Augustinus PM DS, Dra. Anna Rumintang, Anggi Sahat Martua, selaku
orang tua dan kakak yang telah memberikan support penulis dalam menyelesaikan laporan magang ini.
vi
8. Sahabat-sahabat luar biasa yang tak sekedar memotivasi dari sebelum
berlangsungnya proses penelitian skripsi ini hingga selesainya skripsi ini: Arini Laksmi, Sarashati Hutami, Rani ZamsilFani, Sealy Rica.
9. Youth For Vision Commuunity, Pak Eko, Kakak, Vondra, Debby, Dek Icha, Nyo, Andre, Dan Abang, yang telah membantu penulis dalam dukungan doa dan support-nya. Makasih ya, Guys. Tuhan membalas semua doa dan support kalian. Tetep kompak.
10. Albertus Sujarwo, seseorang yang telah sabar mendampingiku selama penelitian ini berjalan. Dan calon pendamping hidupku
11. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini,
untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal terbaik
dari Proposal Skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN PROPOSAL ... ii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN PROPOSAL ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN LISAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAKSI ... xii
BAB I PENDAHULUAN ...
1.1 Latar Belakang ... 1.2 Rumusan Masalah ...
1.2.1 Tujuan Penelitian ... 1.2.2 Manfaat Penelitian ...
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...
2.1 Landasan Teori ...
2.1.1 Persepsi ... 2.1.1.1 Pengertian Persepsi ...
2.1.1.2 Jenis Persepsi ... 2.1.1.3 Karakteristik Persepsi ... 2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ...
2.1.1.5 Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi ...
2.1.1.6 Proses Terjadinya Persepsi... 2.1.1.7 Proses Persepsi ...
2.1.2 Pajak ...
2.1.2.1 Definisi Pajak ... 2.1.2.2 Fungsi Pajak ...
2.1.3 Periklanan... 2.1.3.1 Pengertian Periklanan...
2.1.3.2 Iklan di Televisi ...
2.1.4 Teori Atribusi ... 2.2 Kerangka Berpikir...
BAB III METODELOGI PENELITIAN ...
3.1 Jenis Penelitian...
3.2 Definisi Operasional ... 3.2.1 Persepsi ...
3.2.2 Pajak... 3.2.3 Iklan Pajak... 3.3 Informn...
3.4 Teknik Pengumpulan Data... 3.5 Teknik Analisis Data...
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ...
ix
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ...
4.1.1.1 Gambaran Umum Surabaya ... 4.1.1.2 Gambaran Umum Iklan Pajak...
4.1.2 Penyajian Data ...
4.1.3 Identitas Informan ... 4.2 Analisis Data ...
4.2.1 Persepsi Masyarakat Surabaya Mengenai Iklan Pajak
“Apa Kata Dunia” ...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...
5.1 Kesimpulan ...
5.2 Saran ...
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Interview Guide ... 65
xii
ABSTRAKSI
AGNES SORTA ANGGRAINI. Persepsi Masyarakat Surabaya Mengenai Iklan Pajak “Apa Kata Dunia” (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Persepsi Masyarakat Surabaya Mengenai Iklan Pajak “Apa Kata Dunia”)
Penelitian ini didasarkan pada fenomena Penggelapan pajak senilai 25 Milyar oleh Gayus Tambunan, sehingga timbullah Gerakan 1.000.000 Facebooker menolak membayar pajak, namun hal tersebut tidak membuat DirJen Pajak berhenti menanyangkan iklan pajak “apa Kata dunia”.
Penelitia ini menaruh perhatian pada masalah pada pandangan masyarakat mengenai iklan himbauan membayar pajak, sementara adanya kasus penggelapan pajak oleh Gayus Tambunan. Teori yang dipalai dalam penelitian ini adalah teori Atribusi, yaitu proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak, teori atribusi ini dikemukakan oleh Baron and Byrne dalam buku Psikologi Komunikasi milik Jalaludin Rakhmat.
Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Penentuan informan juga dilakukan dengan teknik sampling snowball, yaitu dengan cara menemukan seorang terlebih dahulu, lalu meminta sejumlah informan lain yang mereka kenal, yang dapat menjadi informan berikutnya, melalui informan-informan tersebut, kita menemukan informan lebih banyak lagi.
Analisi data penelitian berupa proses pengkajian hasil wawancara, pengamatan dan dokumen yang telah terkumpul. Data kemudian direduksi, karena pada saat proses pengambilan data tersebut tidak langsung terdapat proses analisis. Sedangkan interpretasi data bertujuan untuk memberikan makna terhadap hasil analisis data yang dilakukan serta mencari implikasinya terhadap teori yang sudah dilakukan untuk menafsirkan hasil analisis.
Dari data-data yang telah dianalisis oleh peneliti mengenai bagaimana persepsi masyarakat Surabaya mengenai iklan pajak “apa kata dunia” setelah adanya kasus penggelapan pajak oleh Gayus Tambunan, terdapat 2 kesimpulan yang berbeda, antara informan-informan yang mulai malas membayar pajak dengan informan-informan yang tetap mentaati membayar pajak.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi
barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Undang – undang No 6 tahun 1983 tentang Ketentuan umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang No 28 tahun 2007 mengatur bahwa : (1) setiap wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); (2) setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan dengan benar, lengkap dan jelas serta menyampaikannya tepat waktu.
Berdasarkan undang-undang tersebut, jenis pajak yang harus dibayar oleh
masyarakat adalah Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Fungsi pajak lebih kepada manfaat pajak atau kegunaan pajak itu sendiri, pajak mempunyai peranan yang sangat penting untuk
pajak akan digunakan untuk membiayai APBN, maka beberapa fungsi pajak yaitu
sebagai alat untuk memasukan dana secara optimal ke kas Negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat
dikendalikan, dan untuk membiayai semua kepentingan umum termasuk untuk membiayai pungutan.
Potensi Wajib Pajak di Surabaya cukup besar, terlihat dari data terakhir tahun 2009, dari 2,8 juta penduduk yang berpotensi membayar pajak, 225.377 yang tercatat sebagai Wajip Pajak Perorangan.
Namun pada akhir Maret 2010, adanya pemberitaan Kasus penggelapan Pajak senilai 25 Milyar oleh Gayus Tambunan. Kasus Markus pajak senilai Rp 25
Milyar yang dilakukan oleh Gayus Tambunan memberikan kekecewaan pada masyarakat terhadap para petugas pajak, sehingga munculnya “Gerakan 1.000.000 facebookers Dukung Boikot Bayar Pajak untuk Keadilan”. Kasus Gayus Tambunan menjadi amunisi baru masyarakat untuk menolak membayar pajak.
Penolakan membayar pajak merupakan ancaman yang sangat serius bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan masayarakat. Disamping itu bila Gerakan 1.000.000 facebookers dukung boikot bayar pajak unuk keadilan tersebut terealisasi masyarakat beramai-ramai tidak membayar pajak, hanya menambah beban APBN Negara, karena secara tidak langsung jelas mengurangi penghasilan
Namun hal ini tidak membuat Direktorat Jendral Pajak berhenti
mensosialisasikan kesadaran masyarakat membayar pajak. Hal ini terbukti dari masih adanya penanyangan iklan himbauan pembayaran pajak versi “apa kata dunia”.
Iklan merupakan sarana untuk penyampaian pesan dan menjadi salah satu cara bagi perusahaan atau lembaga untuk berkomunikasi dengan masyarakat luas. Menyatakan bahwa iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan
sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan
layanan, serta gagasan atau ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang
persuasif. Jadi secara prinsip iklan adalah bentuk penyajian pesan yang dilakukan oleh
komunikator secara non personal melalui media untuk ditunjukan kepada komunikan
dengan cara membayar.
Kebutuhan instansi-instansi Pemerintah terhadap media semakin meningkat
terutama dalam hal pemberian informasi kepada masyarakat melalui iklan layanan
masyarakat. Iklan tersebut tidak memuat pesan bisnis melainkan menyajikan pesan-pesan
sosial yang dimaksudkan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap
sejumlah masalah yang dihadapi.
Iklan sadar pajak merupakan media penyampaian pesan Dirjen Pajak mengenai
masalah wajib pajak bagi warga Negara yang berpenghasilan. Iklan sadar pajak menjadi
perhatian dan mudah diingat oleh masyarakat karena terdapat selogan “apa kata dunia?”
yang saat ini menjadi icon disetiap iklan Dirjen Pajak dan terdapat informasi tambahan
Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang digunakan untuk menyampaikan
informasi, mempersuasi atau mendidik khalayak dimana tujuan akhirnya bukan untuk
mendapatkan keuntungan ekonomi melainkan keuntungan sosial. Keuntungan sosial yang
dimaksud adalah munculnya penambahan pengetahuan, kesadaran sikap dan perubahan
perilaku masyarakat terhadap masalah yang diiklankan, serta mendapatkan citra baik
dihati masyarakat.
Iklan layanan masyarakat pada umumnya dibuat seiring dengan fenomena yang
sedang terjadi dalam masyarakat pada saat itu dan bertujuan untuk kepentingan
masyarakat. Seperti dikatakan Madjadikara, bahwa iklan non Komersial atau iklan
layanan masyarakat merupakan iklan yang pesan/informasinya merupakan bagian dari
kampanye social marketing yang bertujuan “menjual” gagasan atau ide untuk
kepentingan pelayanan masayarakat (public service).
Selain mendatangkan kebaikan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat,
bertambahnya pengetahuan masyarakat dan munculnya kesadaran sikap serta prilaku
sebagaimana inti pesan juga dapat menguntungkan pengiklan itu sendiri, selain
mendapatkan citra baik ditengah masyarakat.
Dengan mamanfaatkan media massa televisi dalam penanyangan iklan layanan
masyarakat sadar pajak, maka informasi yang disampaikan kepada masyarakat yang
bersifat anonym dan heterogen dapat berjalan serempak.
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat mengenai
iklan pajak “apa kata dunia”, setelah adanya pemberitaan mengenai penggelapan pajak
oleh Gayus Tambunan sebesar 25 Milyar. Persepsi masyarakat mengenai iklan pajak “apa
kata dunia” diukur dari tiga komponen persepsi yakni sensasi yang diperoleh melalui
interpretasi, selain itu juga untuk mengetahui bagaimana sebuah iklan dapat
mempengaruhi masyarakat dalam mengambil keputusan, yaitu untuk tetap membayar
pajak kepada negara.
Interpretasi yang dapat dibangun dari adanya penayangan iklan pajak “apa kata
dunia” berkaitan dengan munculnya kasus Makelar-makelar kasus di Departemen Pajak
berdasarkan dari perhatian masyarakat terhadap iklan tersebut. Persepsi masyarakat
mengenai iklan pajak “apa kata dunia” berdasarkan pengalaman-pengalaman masyarakat
dalam membayar pajak dan aturan-aturan mengenai pembayaran pajak sesuai dengan
undang-undang pajak.
Persepsi yang dibangun mengenai iklan pajak “apa kata dunia” ini adalah berdasarkan pengalaman pribadi masyarakat pada saat membayar pajak, perlukah
iklan pajak “apa kata dunia” masih tetap ditayangkan di media massa televisi, sementara orang-orang yang bekerja di Departemen Pajak dengan bebas menggelapkan pajak dengan adanya Makelar Kasus.
Informan penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang yang telah terdaftar
sebagai wajib pajak, dan juga informan yang akan diteliti adalah wajib pajak yang
mempunyai pengalaman atau permasalahan dalam membayar pajak. Selain itu informan
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi
masyarakat Surabaya mengenai iklan pajak “apa kata dunia” di televisi?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui persepsi masyarakat Surabaya mengenai iklan pajak “apa kata dunia” di televisi.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan melakukan penelitian mengenai persepsi masyarakat mengenai iklan pajak “apa kata dunia” di televisi, maka diharapkan dapat member manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Dari penelitian ini diharapkan dapat member manfaat dalam menambah
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Direktoral Jendral Pajak mengenai bagaimana persepsi masyarakat mengenai iklan pajak
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Persepsi
2.1.1.1 Pengertian Persepsi
Persepsi adalah rangkaian proses yang dilakukan seseorang guna
memperoleh gambaran mengenai sesuatu melalui pemilihan, pengolahan, hingga pengartian informasi mengenai sesuatu yang diinginkannya tersebut. Persepsi
tersebut nantinya akan mempengaruhi tindakan seseorang terhadap hal yang dipersepsikannya itu.
Persepsi menurut Deddy Mulyana (2001:167) adalah proses internal
individu yang memungkinkan individu untuk memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan yang ditangkap oleh indra manusiawi dari lingkungan
sekitarnya, dan proses tersebut dapat mempengaruhi perilaku individu tersebut. Persepsi juga merupakan inti dari komunikasi, sebab apabila persepsi tidak akurat maka tidak mungkin akan terjadi komunikasi yang efektif. Persepsi jugalah yang
menentukan seseorang memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lainnya.
Selain itu masih banyak definisi-definisi mengenai persepsi lainnya dari
menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organism
menerima dan menganalisa informasi. Selain itu ada pula definisi dari Kenneth A. Sereno dan Edward M. Bodaken yang mengatakan bahwa persepsi adalah sarana yang memungkinkan seseorang memperoleh kesadaran akan sekelilingnya dan
lingkungannya. Berbeda dengan Philip Goodacre dan Jennifer Follers yang menyatakan bahwa persepsi merupakan prose mental yang digunakan untuk
mengenali rangsangan. Sedangkan menurut Joseph A. Devito, persepsi adalah proses menjadikan individu sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita (Rakhmat, 2003:58).
Persepsi merupakan suatu proses yang menjadikan individu sangat sadar akan aspek lingkungannya. Persepsi akan timbuk akibat adanya rangsangan dari
luar yang diterima oleh alat indra manusia. Rangsangan akan diseleksi dan diorganisir oleh setiap individu dengan caranya masing-masing melalui pengalaman yang dimilikinya, persepsi baru akan terbentuk apabila adanya
perhatian, pengertian, dan penerimaan dari individu sesuai dengan kebutuhan individu dalam pengalamannya.
Hasil dari proses diatas akan membentuk suatu pandangan tertentu terhadap suatu hal. Namun, dalam keadaan yang sama sekalipun dapat membuahkan persepsi yang berbeda-beda antara individu yang satu dengan
individu yang lainnya. Hal ini disebabkan setiap manusia mengalami proses sosialisasi yang berbeda termasuk dalam memberikan perhatian terhadap
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sumarwan (2000 :112) yang
menyatakan bahwa persepsi merupakan cara seseorang memandang dunia sekitarnya. Proses tersebut dapat berbeda pada setiap individu sesuai keinginan, nilai-nilai, serta harapan masing-masing individu. Oleh sebab itu persepsi
mengenai suatu hal dapat berbeda pada tiap-tiap individu. Selanjutnya, masing-masing individu akan cenderung bertindak dan bereaksi berdasarkan persepsinya
masing-masing.
Suatu dorongan yang sama tidak selalu menimbulkan tindakan yang sama pula oleh sebab perbedaan persepsi pada masing-masing individu. Seperti halnya
pada masayarakat dalam mempersepsikan iklan pajak setelah adanya kasus penggelapan pajak oleh Gayus Tambunan. Persepsi yang dimiliki oleh tiap-tiap
individu akan berbeda, begitu juga dengan perilaku mereka dalam menyikapi stimulus berbeda pula tergantung pada persepsi yang mereka ciptakan. Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi biasa dikatakan sebagai inti komunikasi,
sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti dari persepsi yang identik dengan penyandian (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini sesuai dengan definisi John R. Wenburg dan William W. Wilmot yang mengatakan bahwa persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme member makna, atau menurut Rudolph F. Verderber persepsi adalah proses menafsirkan informasi inderawi. (Mulyana,
2001:167)
Dari beberapa defines diatas dapat disimpulkan bahwa untuk membentuk
selanjutnya mengungkapkan pandangan, pendapat, ataupun tanggapan mengenai
hal tersebut. Seterusnya, dari persepsi yang diyakini oleh individu tersebut maka akan mempengaruhi perilakunya mengenai hal yang dipersepsikannya tersebut. Menurut Linda L. Davidov yang disebutkan dalam Chairunnisa (2007:20),
hakekat persepsi ada 3 yaitu :
a. Persepsi bukanlah cerminan realitas orang seringkali menganggap
bahwa persepsi menyajikan atau pencerminan yang sempurna mengenai realitas atau kenyataan. Namun, yang sebenarnya persepsi bukanlah cerminan realitas karena indra kita tidak memberikan respon
terhadap aspek-aspek yang ada di dalam lingkungan. Selain itu juga manusia seringkali melakukan persepsi rangsangan-rangsangan yang
pada kenyataanya tidak ada. Dan yang terakhir, karena persepsi manusia tergantung pada apa yang ia harapkan, pengalaman, dan motivasi (sangat subjektif).
b. Persepsi merupakan kemampuan kognitif yang multifaseti pada awal
pembentukan proses persepsi, seseorang telah menentukan dahulu
apa-apa saja yang diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian, lebih besar kemungkinannya seseorang akan memperoleh makna dari apa yang ditangkapnya, lal menghubungkannya dengan pengalaman
masa lalu, dan kemudian pada kemudian hari akan diingat kembali. Kesadaran dan ingatan juga mempengaruhi persepsi.
c. Atensi : peranan atensi atau perhatian dalam persepsi adalah
menemukan bahwa atensi sebagai sejenis alat saring (filter) yang akan
menyaring semua informasi pada titik-titik yang berbeda pada proses persepsi.
2.1.1.2 Jenis Persepsi
Persepsi manusia dibagi dalam dua jenis, yaitu :
1. Persepsi terhadapa lingkungan fisik (obyek) adalah persepsi manusia
terhadap obyek melalui lambanga-lambang fisik atau sifat-sifat luar dari suatu benda. Dapat diartikan manusia dalam menilai suatu benda
mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Dan persepsi terhadap obyek bersifat statis karena obyek tidak mempersepsikan manusia ketika manusia
mempersiapkan obyek-obyek terebut. Seseorang dapat melakukan kekeliruan dalam mempersepsi, sebab terhadang indera seseorang menipu diri orang tersebut, hal ini dikarenakan oleh :
a) Kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang, seperti keadaan
cuaca yang membuat orang melihat fatamorgana, pembiasan cahaya
seperti dalam peristiwa ketika seseorang melihat bahwa tongkat yang dimasukan kedalam air terlihat bengkok padahal sebenarnya tongkat tersebut lurus. Hal inilah yang disebut dengan ilusi.
b) Latar belakang pengalaman yang berbeda antara seseorang dengan
orang lain.
d) Suasana psikologis yang berbeda yang membuat perbedaan persepsi
seseorang dengan orang lain dalam mempersepsikan suatu obyek. 2. Persepsi terhadap manusia adalah persepsi manusia terhadap orang melalui
sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif dan harapan), dapat diartikan
manusia bersifat interaktif karena manusia akan mempersiapkannya dan bersifat dinamis karena persepsi terhadap manusia bersifat berubah-ubah
dari waktu ke waktu. Persepsi terhadap manusia juga dapat disebut dengan persepsi sosial.
(Mulyana, 2001:17)
2.1.1.3Karakteristik Persepsi
Menurut Busch dan Houstan (1985) yang dikutip oleh Ujang Sumarwan (2004:114), karakteristik persepsi dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Bersifat selektif
Manusia mempunyai keterbatasan dalam hal kapasitas atau kemampuan mereka dalam proses semua informasi dari lingkungan. Seseorang pasti
berhadapan dengan sub kumpulan yang terbatas dari obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa yang banyak sekali dalam lingkungan mereka. Masyarakat cenderung memperhatikan aspek lingkungan yang
2. Terorganisir atau teratur
Suatu perangsangan atau pendorong tidak bias dianggap terisolisasi dari perangsang lain. Rangsangan-rangsangan dikelompokkan kedalam suatu pola atau informasi yang membentuk keseluruhan. Jadi ketika seseorang
memperhatikan sesuatu, perangsang harus berusaha untuk mengatur. 3. Stimulus
Stimulus adalah apa yang dirasakan dan arti yang terdapat di dalamnya adalah fungsi dari perangsang atau pendorong itu sendiri.
4. Subyektif
Persepsi merupakan fungsi factor pribadi hal-hal yang berasal dari sifat penikmat atau perasa, kebutuhan, nilai-nilai, motif, pengalaman, masa lalu,
pola piker dan kepribadian seseorang dalam individu memainkan suatu peran dalam persepsi.
2.1.1.4Hal-Hal yang Mempengaruhi Persepsi
Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas
disekelilingnya, berikut ini beberapa prinsip penting mengenai persepsi sosial yang menjadi pembenaran atas perbedaan persepsi sosial :
1. Persepsi berdasarkan Pengalaman
Pola-pola perilaku manusia berdasarkan persepsi mereka mengenai realitas (sosial) yang telah dipelajari sebelumnya. Persepsi manusia terhadap
berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa. Ketiadaan
pengalaman dahulu dalam menafsirkan objek tersebut berdasarkan dugaan semata atau pengalaman yang mirip. Hal tersebut membuat seseorang terbiasa merespon suatu objek dengan cara tertentu, sehingga seseorang
sering gagal mempersepsi perbedaan yang sama dalam suatu objek lain. Manusia cenderung memperlakukan objek tersebut seperti sebelumnya,
padahal terdapat rincian lain dalam objek tersebut. 2. Persepsi bersifat selektif
Jika setiap saat seseorang disebut dengan jutaan rangsangan indrawi dan
diharuskan menafsirkan rangsangan tersebut semuanya, pastilah orang tersebut tidak mampu melakukannya, sebab adanya keterbatasan
kemampuan indrawi setiap orang dalam menangkap rangsangan disekitarnya. Faktor utama yang mempengaruhi selektifitas adalah atensi, dimana atensi ini sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : A. Faktor Internal seperti :
a. Faktor biologis antara lain rasa lapar dan haus b. Faktor fisiologis yaitu bentuk fisik yang tampak
c. Faktor sosial, seperti gender, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan,
pengahasilan, peranan, status sosial, pengalaman masa lalu, dan
kebiasaan.
d. Faktor psikologis seperti kemauan, keinginan, motivasi, emosi dan
B. Faktor eksternal adalah atribut-atribut objek yang dipersepsi seperti
gerakan, kontras, kebaruan, dan perulangan. 3. Persepsi bersifat dugaan
Langkah ini dianggap perlu karena seseorang tidak mungkin memperoleh
rincian yang jelas melalui indera kelimanya. Proses ini memungkinkan seseorang menafsirkan sesuatu (objek) dengan makna yang lebih lengkap
dari sudut pandang manapun. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan informasi yang diperoleh melalui alat-alat indera yng dimiliki manuis, menyebabkan terjadinya ruang kosong, sehingga perlu menciptakan
persepsi yang bersifat dugaan agar dapat menyediakan informasi yang lengkap bagi ruang kosong tersebut.
4. Persepsi bersifat evaluative
Tidak pernah ada persepsi yang seratus persen objektif, setiap orang perlu melakukan interpretasi berdasarkan masa lalu dan kepentingannya ketika
melakukan persepsi. Sebelum melakukan interpretasi pesan, seseorang harus melakukan evaluasi pesan berdasarkan pengalaman terdahulu untuk
mencocokan apakah kejadiannya sama. Dengan demikian persepsi bersifat pribadi dan subjektif.
5. Persepsi bersifat kontekstual
Suatu rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh yang ada dalam persepsi seseorang, konteks merupakan salah satu
biasanya meletakkannya dalam suatu konteks tertentu dengan
prinsip-prinsip :
a. Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapan.
b. Kecenderungan seseorang dalam mempersepsi suatu rangsangan
atau kejadian berdasarkan latar belakangnya.
(Mulyana, 2001 : 175-194)
2.1.1.5Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi
Menurut Walgito (dalam Chairunnisa, 2007:23) dalam persepsi stimulus merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan. Faktor-faktor yang
berperan dalam persepsi adalah :
a. Obyek yang dipersepsikan, dimana obyek menimbulkan stimulus yang
mengenai alat indera. Stimulus dapat datang dari luar individu yang
bersangkutan. Dapat diartikan bahwa konsumen dalam mempersepsikan suatu produk dipengaruhi oleh rangsangan baik dari dalam maupun dari
luar diri individu.
b. Alat indera merupakan alat yang digunakan manusia dalam menerima stimulus. Dengan mempunyai alat indera maka konsumen dapat
c. Perhatian merupakan pemusatan atau kosentrasi dari seluruh aktivitas
individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek. Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian terjadi apabila kita mengonsentrasikan
diri pada salah satu alat indera kita dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain. Apa yang dihayati seseorang tidak
hanya tergantung pada stimulus tetapi juga pada proses kognitif yang merefleksikan minta, tujuan dan harapan seseorang pada saat itu. Pemusatan persepsi tersebut yang disebut Sobur sebagai perhatian.
Perhatian dapat berfungsi memiliki dan menggerakkan rangsangan-rangsangan yang sampai pada kita, sehingga tidak kita terima secara
kacau.
2.1.1.6Proses Terjadinya Persepsi
Menurut Alex Sobur (2003:449), proses hingga terjadinya persepsi adalah sebagai berikut :
a. Terjadinya Stimulasi Alat Indera (Sensory Stimulation)
Pada tahap pertama, alat-alat indera kita akan dirangsang. Setiap individu pasti memiliki kemampuan penginderaan untuk merasakan stimulus
b. Stimulasi Terhadap Alat Indera diatur
Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indera diatur menurut berbagai prinsip. Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip
Proksimitas (proximity) atau kemiripan, sedangkan prinsip lain adalah kelengkapan (closure) atau kita mempersepsikan gambar atau pesan yang dalam kenyataan tidak lengkap sebagai gambar atau pesan yang lengkap.
Apa yang kita persepsikan, juga kita tata kedalam suatu pola yang bermakna bagi kita, pola ini belum tentu benar atau salah dari segi obyektif tertentu.
c. Stimulasi Alat Indera Ditafsirkan-Dievaluasi
Langkah ketiga adalah penafsiran dan evaluasi yang tidak semata-mata
didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, system nilai, keyakinan, keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada diri
kita. Karena walaupun kita semua sama-sama menerima sebuah pesan, cara masing-masing orang manafsirkan-mengevaluasinya adalah tidak
sama.
2.1.1.7Proses Presepsi
a. Selesksi
Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
b. Interprestasi
Yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
pengalaman masa lalu, motivasi dan lain-lain. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya.
c. Intepretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah
laku sebagai reaksi
Tahap terakhir dari konsep perceptual ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah dipersepsi. Lingkaran persepsi belum sempurna sebelum menimbulkan suatu tindakan. Tindakan itu bisa tersembunyi dan bisa pula
terbuka. Tindakan tersembunyi bisa berupa pembentukan pendapat atau sikap, sedangkan tindakan yang terbuka berupa tindakan nyata sehubungan
dengan dengan persepsi itu. (Sobur, 2003:464)
2.1.2 Pajak
2.1.2.1 Definisi Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung.
Pajak dipungut berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Menurut Soemitro (2003), pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbale (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut : pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat
kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment. (Zain, 2003)
Menurut Djayadiningrat (2007), pajak adalah kewajiban untuk menyerahkan sebagian dari kekayaan yang disebabkan oleh suatu keadaan,
kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari Negara secara langsung, untuk
memelihara kesejahteraan umum.
Pajak adalah iuran wajib berupa barang yang dipungut oleh penguasa
untuk mencapai kesejahteraan umum, pengertian pajak menurut Suparman
Sumawidjaya.
Ciri-ciri pajak yang terdapat dari definisi pajak antara lain sebagai berikut :
1. Pajak dipungut oleh Negara, baik Pemerintah Pusat maupun oleh
Pemerintah Daerah berdasarkan atas undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
2. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari
sektor swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sektor Negara (pemungut pajak / administrator pajak).
3. Pemungutan pajak diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin
maupun pembangunan.
4. Tidak dapat ditunjukan adanya imbalan (kontraprestasi) individual oleh pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi dilakukan oleh wajib pajak. 5. Berfungsi sebagai Budgeter atau mengisi kas Negara/ anggaran Negara
yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan,
pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan Negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur/regulatif).
2.1.2.2 Fungsi Pajak
a. Fungsi Budgetair : disebut juga fungsi fiskal, yaitu fungsi untuk
mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyanya sesuai dengan undang-undang berlaku yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluran-pengeluaran Negara.
b. Fungsi regular : merupakan fungsi dimana pajak-pajak akan digunakan
sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di
luar bidang keuangan. Pajak digunakan sebagai alat kebijaksanaan.
c. Fungsi demokrasi : yaitu fungsi yang merupakan salah satu penjelmaan atau wujud sistem gotong royong, termasuk kegiatan pemerintah dan
pembangunan demi kemaslahatan manusia. Fungsi ini sering dikaitkan dengan hak seseorang untuk mendapatkan pelayanan dari pemerintah
apabila ia telah melakukan kewajiban membayar pajak, bila pemerintah tidak memberikan pelayanan yang baik, pembayar pajak bisa melakukan protes (complaint).
d. Fungsi distribusi : yaitu fungsi yang lebih menekankan pada unsure
pemerataan dan keadilan dalam masyarakat.
Pajak mempunyai dua fungsi menurut Mardiasmo, yaitu :
1. Fungsi budgetir, yaitu fungsi pajak sebagai sumber dan bagi Pemerintah
2. Fungsi mengatur, yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang sosial dan Ekonomi.
2.1.3 Periklanan
2.1.3.1 Pengertian Periklanan
Iklan atau advertising dapat didefinisikan sebagai “any paid form of nonpersonal communication about an organization product, serive, or idea by an identified sponsor” (setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, serivis, atau ide yang dibayar oleh suatu sponsor yang diketahui). Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal dan
paling banyak dibahas orang. Hal ini kemungkinan karena daya jangkaunya luas. Iklan juga menjadi instrument promosi yang sangat penting. Khususnya bagi perusahaan yang memproduksi barang atau jasa yang ditujukan kepada
masyarakat luas. (Morrisan, 2007:14)
Menurut Thomas M. Garret, iklan dipahami sebagai aktivitas-aktivitas
penyampaian pesan-pesan visual atau oral kepada khalayak, dengan maksud menginformasikan atau mempengaruhi mereka untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi, atau untuk melakukan tindakan-tindakan ekonomi
Menurut Masyarakat Periklanan Indonesia mengartikan iklan sebagai
segala bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat suatu media dan ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Sementara istilah periklanan diartikan sebagai keseluruhan proses yang meliputi persiapan,
perencanaan, pelaksanaan, dan pegawasan penyampaian iklan. (Widyatama, 2007:16)
Iklan mengandung enam prinsip dasar, sebagai berikut :
a. Adanya pesan tertentu
Sebuah iklan tidak akan ada tanpa adanya pesan. Tanpa pesan, iklan tidak
akan berwujud. Bila di media cetak, ia hanya ruang kosong tanpa tulisan, gambar atau bentuk apapun; bila di media radio, tidak akan terdengar
suara apapun; bila di media televisi, tidak terlihat gambar dan suara apapun; maka tidak dapat disebut iklan karena tidak terdapat pesan. Pesan yang disampaikan oleh sebuah iklan, dapat berbentuk perpaduan antara
pesan verbal dan pesan nonverbal.
b. Dilakukan oleh komunikator (sponsor)
Pesan iklan ada karena dibuat oleh komunikator. Sebaliknya, bila tidak ada komunikator, maka tidak akan ada pesan iklan. Dengan demikian, cirri sebuah iklan adalah bahwa pesan tersebut dibuat dan disampaikan oleh
komunikator atau sponsor tertentu secara jelas. Komunikator dalam iklan dapat datang dari perseorangan, kelompok, masyarakat, lembaga atau
c. Dilakukan dengan cara non personal
Dari pengertian iklan yang diberikan, hamper semua menyepakati bahwa iklan merupakan penyampaian pesan yang dilakukan secara non personal.
Non personal artinya tidak dalam bentuk tatap muka. Penyampaian pesan dapat disebut iklan bila dilakukan melalui media (yang kemudian disebut dengan media periklanan).
d. Disampaikan untuk khalayak tertentu
Iklan diciptakan oleh komunikator karena ingin ditujukan kepada khalayak tertentu. Dalam dunia periklanan, khalayak sasaran cenderung bersifat
khusus. Pesan yang disampaikan tidak dimaksudkan untuk diberikan kepada semua orang, melainkan kelompok target audience tertentu.
e. dilakukan dengan cara membayar
Dalam kegiatan periklanan, penyampaian pesan yang dilakukan dengan cara bukan membayar dianggap sebagai bukan iklan. Dalam konteks
periklanan, alat pembayaran tidak hanya berupa uang, melainkan juga dapat berupa ruang, waktu dan kesempatan. Misalnya, ketika seseorang
hendak mengadakan kegiatan seminar, dan even tersebut akan diiklankan di media massa televisi, maka orang tersebut dapat membayarnya dengan memberikan kesempatan bagi pengelola stasiun televisi tersebut untuk
f. Penyampaian pesan tersebut, mengharapkan dampak tertentu
Dalam sebuah visualisasi iklan, seluruh pesan dalam iklan semestinya merupakan pesan yang efektif. Artinya, pesan yang mampu menggerakan
khalayak agar mereka mengikuti pesan iklan. Semua iklan yang dibuat oleh pengiklan dapat dipastikan memiliki tujuan tertentu, yaitu berupa dampak tertentu ditengah khalayak. Dampak tertentu yang diharapkan oleh
pengiklan dapat berupa dampak ekonomis maupun dampak sosial. Pengaruh ekonomis adalah dampak yang diharapkan dapat diwujudkan oleh iklan untuk maksud-maksud mendapatkan keuntungan ekonomi,
misalanya laku dan bertambahnya penjualan produk sehingga mendapatkan keuntungan materi. Sementara dampak sosial adalah
keuntungan non ekonomi, yaitu terbangunnya citra baik berupa penerimaan sosial oleh masyarakat.
(Widyatama, 2007:17-24)
2.1.3.2Jenis-Jenis Iklan
1. Iklan komersial
Sebagaimana namanya, iklan komersial atau iklan bisnis bertujuan mendapatkan keuntungan ekonomi, utamanya peningkatan penjualan.
Produk yang ditawarkan dalam iklan ini sangat beragam, baik barang maupun jasa, ide, keanggotaan organisasi, dan lain-lain.
Iklan komersial dapay dibagi dalam 3 jenis iklan, yaitu : iklan untuk
konsumen, untuk bisnis, dan iklan untuk professional. Perbedaan yang esensial antara ketiganya adalah pada khalayak sasaran yang dituju.
2. Iklan Layanan Masyarakat
Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang digunakan untuk menyampaikan informasi, mempersuasi atau mendidik khalayak dimana
tujuan akhir bukan keuntungan ekonomi melainkan keuntungan sosial. Keuntungan sosial yang dimaksud disini adalah munculnya penambahan pengetahuan, kesadaran sikap dan perubahan perilaku masyarakat terhadap
masalah yang diiklankan, serta mendapatkan citra baik dimata masyarakat.
Iklan layanan masyarakat mendatangkan kebaikan dan peningkatan
kualitas hidup masyarakat, serta bertambahnya pengetahuan masyarakat dan munculnya kesadaran sikap serta prilaku, sebagaimana inti pesan juga dapat menguntungkan pengiklan itu sendiri, selain mendapatkan citra baik
Misalnya : iklan mengenai himbauan membayar pajak, seperti yang
selama ini ada di televisi. Iklan tersebut termasuk dalam salah satu iklan layanan masyarakat, karena bagi pengiklan, kesadaran masyarakat dalam membayar pajak merupakan keuntungan yang akan diperoleh bagi
pengiklan itu sendiri.
2.1.3.3 Iklan di Televisi
Televisi memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan jenis media lainnya yang mencakup daya jangkau luas, seletivitas dan fleksibilitas, fokus
perhatian, kreativitas dan efek, prestise serta waktu tertentu. (Morrisan, 2007:187)
Televisi merupakan salah satu media yang termasuk dalam kategori above the line. Sesuai karakternya, iklan televisi mengandung unsur suara, gambar dan gerak. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan melalui media ini sangat menarik perhatian dan impresif. (Widyatama, 2007:91)
Karena kemampuannya menjangkau audien dalam jumlah besar maka televise menjadi media ideal dalam mengiklankan produk konsumsi massal.
Walaupun iklan televise merupakan iklan yang paling mahal diantara media lainnya, karena biaya pembuatan iklan dan biaya penanyangannya yang besar, namun karena daya jangkauannya yang luas maka biaya iklan televise justru yang
Siaran iklan televise akan selalu menjadi pusat perhatian audien pada saat
iklan itu ditanyangkan. Jika audien tidak menekan remote controlnya untuk melihat program stasiun televisi lain maka ia harus menyaksikan tayangan iklan televisi satu persatu. Perhatian audien akan tertuju hanya kepada siaran iklan
dimaksud ketika iklan itu muncul dilayar televisi, tidak kepada hal-hal lain. Pembaca surat kabar dapat mengabaikan iklan yang berada di sudut kiri bawah
halaman surat kabar yang tengah dibacanya, atau melewatkan halaman tertentu dan hanya membaca kolom olah raga. Tidak demikian halnya dengan siaran iklan televisi. Audien harus menyaksikannya dengan fokus perhatian dan tuntas.
(Morrisan, 2007:188)
Jenis-jenis iklan televisi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Live Action
Adalah videoklip iklan yang melibatkan unsure gambar, suara dan gerak secara bersama. Live action biasanya berupa cuplikan kehidupan sehari-hari masyarakat.
b. Animation
c. Still
Yaitu iklan yang disampaikan dengan cara tidak melibatkan unsure gambar gerak, melainkan gambar beku (diam).
d. Music
Yaitu iklan televisi yang disampaikan melalui music sebagai media penyampaian pesan. Artinya, pesan iklan dikemas dalam sebuah alunan
music sebagai kekuatan utama pesan iklan.
e. Superimposed
Superimposed adalah bentuk iklan televisi dalam bentuk gambar iklan yang diperlihatkan diatas gambar lain, dalam hal ini ketika gambar yang muncul biasanya diperlihatkan di ujung layar, baik kiri atas, kiri bawah,
kanan atas dan kanan bawah, sementara siaran televisi tetap berlangsung.
f. Sponsor Program
Sponsor program adalah bentuk iklan televisi dimana pihak pengiklan atau sponsor membiayai program acara televisi tertentu dan sebagai imbalannya dapat menyampaikan pesan iklan dengan lebih mendominasi.
g. Running Text
Running Text adalah bentuk iklan televisi dimana pesan diperlihatkan muncul masuk secara perlahan bergerak dari kanan masuk pada layar lalu
dibawah layar, sehingga tidak terlalu mengganggu tayangan yang sedang
berlangsung.
h. Backdrop
Backdrop adalah bentuk iklan televisi dimana pesan iklan diperlihatkan pada latar belakang acara yang diadakan. Backdrop dapat berupa gambar still maupun klip iklan.
i. Caption
Caption adalah bentuk iklan televisi yang menyerupai superimposed. Bedanya, dalam caption, pesan yang digunakan hanya berupa tulisan sajah
yang muncul di layar bawah. Biasanya untuk mendukung iklan property endorsement.
j. Credit Tittle
Credit Tittle merupakan bentuk iklan televisi dimana iklan (biasanya berupa gambar still) yang diperlihatkan pada bagian akhir ketika sebuah
acara sudah selesai.
k. Ad lib
Ad lib adalah bentuk iklan televsi dimana pesan disampaikan dan diucapkan oleh penyiar secara langsung baik diantara satu acara dengan acara yang lain maupun disampaikan oleh pembaca program acara
l. Property Endorsment
Iklan ini merupakan iklan yang berbentuk dukungan sponsor yang diperlihatkan pada berbagai hal yang digunakan sebagai kelengkapan property siaran maupun berbagai hal yang dikenakan oleh artis atau presenter.
m. Promo Ad
Promo ad adalah iklan yang dilakukan oleh pengelola televisi untuk mempromosikan acara-acaranya, dengan harapan pemirsa tertarik menonton acara yang di tayangkan, sehingga program tersebut
mendapatkan jumlah pemirsa yang cukup banyak.
2.1.4 Teori Atribusi
Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak (Baron dan Byrne,
1979) dalam Rakhmat (2002:93). Teori atribusi dikemukakan untuk mengembangkan penjelasan mengenai cara-cara kita menilai seseorang secara
berlainan, bergantung pada makna apa yang kita kaitkan pada perilaku tertentu. Pada dasarnya teori itu mengemukakan bahwa apabila kita mengamati perilaku individu, kita berusaha menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan oleh
a. Keunikan
b. Konsensus
c. Konsistensi
(Robbin, 2008 : 171-172)
2.2 Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengetahui persepsi individu yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak sehingga memberikan interpretasi terhadap suatu permasalahan yang terjadi di masyarakat Surabaya, khususnya berkaitan
dengan permasalahan pajak. Peneliti berusaha mengetahui hal tersebut diatas melalui persepsi seseorang terhadap objek yang disebabkan karena kondisi yang
mempengaruhi pandangan seseorang, latar belakang pengetahuan (frame of reference) yang berbeda budaya dan psikologis individu yang berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini:
Tingkat Pengetahuan Pengalaman Masa Lalu
Kebiasaan
Persepsi
Iklan Pajak
“apa kata
dunia”
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak megutamakan besarnya populasi atau
sampling bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang dikumpulkan sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka
tidak perlu mencari sampling lainnya. Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan mendalam (kualitas) data bukannya banyaknya (Kuantitas) data. (Kriyantono, 2007:58).
Menurut Rakhmat (2004:24) penelitian deskriptif ditujukan untuk beberapa hal diantaranya adalah :
1. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek
yang berlaku.
2. Membuat perbandingan atau evaluasi.
3. Mengumpulkan informasi actual secara rinci yang melukiskan gejala yang
4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah
yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusaan pada waktu yang akan datang.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan sebuah studi deskriptif untuk menggambarkan persepsi masyarakat mengenai iklan pajak “apa kata dunia” dalam membayar pajak.
3.2 Definisi Konseptual
3.2.1 Persepsi
Berdasarkan fenomena munculnya pro dan kontra iklan pajak “apa kata dunia” sehubungan dengan kasus penggelapan pajak oleh Gayus Tambunan, maka
peneliti tertarik untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai iklan pajak “apa kata dunia” setalah adanya kasus penggelapan pajak sebesar 25 Milyar oleh Gayus Tambunan, sebab persepsi merupakan rangkaian proses yang dilakukan seseorang
guna memperoleh gambaran mengenai sesuatu melalui pemilihan, pengolahan, hingga pengartian informasi mengenai suatu yang diinginkannya tersebut.
Persepsi yang dibangun mengenai iklan pajak “apa kata dunia” ini adalah berdasarkan pengalaman pribadi masyarakat pada saat membayar pajak, perlukah iklan pajak “apa kata dunia” masih tetap ditayangkan di media massa televisi,
3.2.2 Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung.
Pajak dipungut berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Pemungutan pajak diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
Saat ini masyarakat kurang begitu mempercayai kegunaan pajak untuk pembangunan atau menjalankan fungsi pemerintahan, setelah munculnya
fenomena penggelapan pajak sebesar 25 Milyar oleh Gayus Tambunan, seorang PNS golongan IIIA yang bekerja di Direktoral Jendral Pajak.
3.2.3 Iklan Pajak
Iklan pajak “apa kata dunia” merupakan iklan layanan masyarakat yang
tujuannya adalah untuk menghimbau masyarakat khususnya yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak (WP) dalam melaksanakan kewajibannya membayar pajak.
Iklan pajak “apa kata dunia” terdapat banyak versi yaitu, iklan pajak versi
iklan melainkan persepsi masyarakat mengenai iklan pajak “apa kata dunia”
setelah adanya kasus penggelapan pajak oleh Gayus Tambunan.
3.3 Informan
Pada penelitian ini, yang menjadi informan atau subjek penelitian yaitu masyarakat Surabaya yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak (WP) di Surabaya, selain
itu juga wajib pajak yang mempunyai pengalaman bermasalah dalam membayar pajak,
seperti : orang-orang yang mempunyai CV atau wiraswasta lainnya.
Informan yang akan diteliti adalah masyarakat Surabaya yang berpenghasilan
tinggi, seperti : individu yang mempunyai perusahaan atau CV yang bergerak dibidang
catering, jasa, bengkel, dan lain-lain. Serta individu yang bekerja diperusahaan swasta
maupun Pegawai Negeri.
Penentuan informan akan dilakukan dengan teknik SnowBall yaitu dengan cara
menemukan seorang terlebih dahulu, lalu meminta sejumlah informan lain yang mereka
kenal, yang dapat menjadi informan berikutnya, melalui informan-informan tersebut, kita
menemukan informan lebih banyak lagi.
Pengumpulan data akan dilakukan berdasarkan jawaban yang diberikan oleh
masyarakat di Surabaya sebagai informan utama sebagai Key Informan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Merupakan percakapan antara periset – seseorang yang berharap mendapatkan informasi, dan informan adalah seseorang yang diasumsikan
mempunyai informasi penting tentang suatu obyek (Berger, dalam Kriyanto, 2007:96). Wawancara yang dilakukan adalah indepth interview atau wawancara mendalam, yaitu mendapatkan informasi dengan cara
langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap mengenai topik yang diteliti (Bungin, 2001:110). Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya.
Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau
informasi dengan cara yang lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi yang tinggi dan intensif. Selanjutnya dibedakan antara responden (orang yang akan diwawancarai hanya sekali)
dengan informan (orang yang ingin periset ketahui atau pahami dan yang akan diwawancarai beberapa kali). (Kriyantono, 2007:96).
2. Observasi
Merupakan kegiatan yang setiap saat kita lakukan. Dengan perlengkapan panca indranya kita miliki sering mengamati obyek-obyek
yang ada disekitar kita. Kegiatan observasi ini merupakan salah satu kegiatan yang kita lakukan untuk memahami lingkungan. Observasi disini
sesuatu obyek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan obyek
tersebut. (Kriyantono, 2007:106)
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Melalui
pendekatan metodelogi ini akan dapat menjangkau secara komperhensif dengan tanpa mengurangi akurasi metodologi yang diinginkan.
Pada tahap awal analisis data penelitian dilakukan bersamaan dengan
proses pengambilan data. Analisi data penelitian berupa proses pengkajian hasil wawancara, pengamatan dan dokumen yang telah terkumpul. Data kemudian
direduksi, karena pada saat proses pengambilan data tersebut tidak langsung terdapat proses analisis.
Sedangkan interpretasi data bertujuan untuk memberikan makna terhadap
hasil analisis data yang dilakukan serta mencari implikasinya terhadap teori yang sudah dilakukan untuk menafsirkan hasil analisis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1.1 Gambaran Umum Surabaya
Penelitian dengan judul “Persepsi Masyarakat Surabaya mengenai Iklan
Pajak “Apa Kata Dunia” ini dilakukan di Kotamadya Surabaya. Kotamadya Surabaya merupakan kota besar kedua di Indonesia setelah ibukota Jakarta. Kota
Surabaya memiliki kepadatan penduduk dan aktivitas penduduk yang sangat tinggi. Kota Surabaya terletak antara 07o 21o LS (Lintang Selatan) dan 112o 36o sampai dengan 112o 54o BT (Bujur Timur). Wilayah Surabaya merupakan dataran
rendah dengan ketinggian 3-6 meter diatas permukaan air laut. Kota Surabaya memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Selat Madura b. Sebelah Timur : Selay Madura
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo d. Sebelah Barat : Kabupaten Gresik
Kotamadya Surabaya dibagi menjadi 5 (lima) wilayah, dengan luas
Surabaya Pusat : 14,78 km2
Surabaya Barat : 118,01 km2
Surabaya Timur : 91,78 km2
Surabaya Utara : 38,32 km2
Surabaya Selatan : 64,07 km2
Jadi luas wilayah seluruh Kotamadya Surabaya + 326,37 km2 dan terbagi
dalam 31 kecamatan dan 163 kelurahan.
Peneliti melakukan pengamatan (observasi) dan wawancara mendalam (in depth interview) di wilayah Surabaya selatan, karena di wilayah tersebut menurut data yang diperoleh peneliti, ditemukan masyarakat yang mempunyai CV, atau usaha-usaha lain, yang dapat dianggap bahwa masyarakat tersebut membayar
pajak yang besar.
4.1.1.2 Gambaran Umum Iklan Pajak
Iklan pajak “apa kata dunia” merupakan iklan layanan masyarakat yang tujuannya adalah untuk menghimbau masyarakat Indonesia khususnya yang telah
Iklan pajak “apa kata dunia” terdapat banyak versi yaitu, iklan pajak versi
seleksi calon menantu, iklan pajak versi Artis tertib pajak, versi patriot bangsa, versi meyuap pegawai pajak.
Namun pada penelitian ini, peneliti tidak hanya meneliti salah satu versi dari iklan pajak, melainkan secara keseluruhan dari adanya iklan pajak itu, karena peneliti berusaha meneliti sejauh mana iklan mempengaruhi tindakan masyarakat
Surabaya dalam pembayaran pajak, setelah munculnya kasus penggelapan pajak senilai 28 Milyar oleh salah satu pegawai pajak, Gayus Tambunan.
4.1.2 Penyajian Data
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 6 (Enam) bulan, di Surabaya
selatan. Sebagaimana yang telah peneliti tuliskan sebelumnya, subjek penelitian yang dijadikan informan tidak dapat dibatasi atau ditentukan karena analisis yang digunakan adalaha kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha
menggambarkan persepsi masyarakat Surabaya mengenai iklan pajak “apa kata dunia” setelah adanya kasus penggelapan pajak senilai 28 Milyar, khususnya bagi
Wawancara mendalam dilakukan untuk menggali informasi
sebanyak-banyaknya dari informan, sedangkan observasi dilakukan untuk mengamati perilaku dan perkembangan situasi yang diteliti.
Data yang diperoleh tersebut akan disajikan secara deskriptif dan dianalisis secara kualitatif, sehingga akan didapatkan gambaran, jawaban, serta kesimpulan dari pokok permasalahan yang diangkat.
4.1.3 Identitas Informan
Dalam penelitian ini yang akan dijadikan informan adalah masyarakat
yang telah terdaftar sebagai wajib pajak, baik itu wajib pajak perorangan maupun badan usaha, yang sering menonton iklan pajak “apa kata dunia”.
Informan yang akan diteliti adalah masyarakat Surabaya yang berpenghasilan tinggi, seperti : individu yang mempunyai perusahaan atau CV yang bergerak dibidang catering, jasa, bengkel, dan lain-lain. Serta individu yang
bekerja diperusahaan swasta maupun Pegawai Negeri. Selain itu juga wajib pajak yang mempunyai pengalaman bermasalah dalam membayar pajak, seperti :
orang-orang yang mempunyai perusahan sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi objek sosial dari wajib pajak Surabaya (Wajib Pajak Perorangan dan Wajib Pajak Badan
membayar pajak, meskipun masyarakat mengetahui adanya kasus-kasus
penggelapan pajak oleh pegawai pajak.
Dimana setiap informan pasti memiliki pengalaman, pendapat, dan
informasi yang akan diperlukan peneliti dalam menyusun penelitian ini. Berikut ini peneliti mencantumkan table dari informan-informan yang telah di wawancarai: 3. Hartono 48Thn Pemilik
Bengkel
Dari table diatas diketahui bahwa informan-informan dengan jenis
pekerjaaan yang berbeda antara satu dengan lainnya akan menghasilkan jawaban-jawaban yang berbeda pula tergantung pada tingkat pengetahuan, latar belakang pengalaman, dan kebiasaan.
4.2 Analisis Data
4.2.1 Persepsi Masyarakat mengenai Iklan Pajak “Apa Kata Dunia”
Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa pada dasarnya persepsi masyarakat mengenai iklan pajak “apa kata dunia” dapat diketehui
melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
a. Apakah mereka pernah menonton iklan pajak di televisi?
b. Bagaimana tanggapan mereka mengenai iklan pajak di televisi?
c. Apakah iklan pajak tersebut mempengaruhi kesadaran mereka dalam
pembayaran pajak?
d. Adakah efek dari penanyangan iklan tersebut? Positif atau negative?
e. Masih haruskah masyarakat membayar pajak, sesuai dengan ajuan dari
iklan pajak tersebut, setelah adanya kasus penggelapan pajak oleh Gayus Tambunan?
Masing-masing informan memiliki latar belakang pengalaman yang
pengalaman tersebut pada dasarnya menyebabkan timbulnya persepsi mengenai
iklan pajak yang berbeda pula. Seperti dikemukakan oleh Deddy Mulyana dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar” (2001:171), bahwa beberapa hal atau faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada diri individu antara lain
adalah latar belakang pengalaman yang berbeda antara seseorang dengan orang lain, budaya yang berbeda, serta suasana psikologis yang berbeda juga membuat
perbedaan persepsi seseorang dengan orang lain dalam mempersespsi suatu objek.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap informan tersebut, menunjukan bahwa persepsi yang diberikan oleh
informan cenderung lebih banyak negatifnya daripada positifnya. Hal ini dikarenakan mereka menganggap dengan adanya penanyangan iklan himbauan
membayar pajak tidak dapat mempengaruhi mereka dalam melaksanakan membayar pajak. Dapat terlihat dari penilaian yang telah diberikan oleh informan, mengenai iklan pajak tersebut.
Sementara itu, telah kita ketahui bahwa pemberitaan mengenai kasus penggelapan pajak oleh Gayus Tambunan sangat mempengaruhi bagaimana
masyarakat mempersepsi adanya penanyangan iklan himbauan membayar pajak. Pada saat peneliti menanyakan apakah informan pernah menonton iklan pajak “apa kata dunia” di televisi, mayoritas jawaban yang disampaikan oleh para
informan tersebut adalah pernah. Salah satunya adalah jawaban yang disampaikan oleh Ibu Endang sebagai informan pertama, yang menyatakan bahwa ibu Endang
wawancara dengan informan pertama, Ibu Endang (seorang pemilik usaha
Cattering) :
Informan 1 :
“ saya pernah menonton iklan himbauan membayar pajak di televisi, karena setiap saya menonton televisi, iklan tersebut sering sekali muncul”
(wawancara : Selasa, 18 Mei 2010, pukul 08.00 WIB)
Informan pertama mengaku sering menonton iklan pajak, yang menurut
pendapatnya iklan tersebut sering ditayangkan di televisi akhir-akhir ini. Informan pertama menjawab pertanyaan dari peneliti dengan santai, dan lebih sering meninggalkan peneliti saat sedang diwawancarai peneliti. Hal ini dikarenakan,
informan pertama sedang sibuk mengurusi pesanan catering.
Ketika peneliti menanyakan bagaimana tanggapan informan 1 mengenai
tayangan iklan pajak “apa kata dunia”, informan 1 mengaku bahwa iklan tersebut sangat bagus, karena dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, namun bila dikaitkan dengan adanya kasus penggelapan pajak oleh Gayus Tambunan,
informan 1 mengatakan bahwa iklan tersebut dianggap kurang begitu bagus, karena menurut informan 1 dengan adanya iklan tersebut justru kita sebagai warga
Negara Indonesia membayar pajak hanya untuk mengkayakan orang-orang yang bekerja di Departemen Pajak. Berikut merupakan pernyataan dari informan 1 :
Informan 1:
iklan tersebut, karena saya rasa kita membayar pajak hanya untuk mengkayakan orang-orang yang bekerja di Departemen Pajak.”
(wawancara : Selasa, 18 Mei 2010, pukul 08.00 WIB)
Ketika peneliti kembali menanyakan mengenai apakah iklan tersebut dapat mempengaruhi kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, maka jawaban dari
informan 1 adalah sebagai berikut :
Informan 1:
“nggak berpengaruh ya, mbak. Masalahnya setelah kasus Gayus itu sendiri, saya Pribadi malah makin malas membayar pajak. ya, kebetulan ini sudah beberapa
Bulan saya belum melaporkan pajak saya.” (wawancara : Selasa, 18 Mei 2010, pukul 08.00 WIB)
Informan pertama mengaku dengan adanya kasus Penggelapan pajak oleh
Gayus Tambunan, membuat dia semakin malas membayar pajak. Setelah ditanya alasan mengapa malas membayar pajak, dengan santai dan tersenyum informan pertama mengaku bahwa secara pribadi dirinya mengaku rugi, karena dia
berusaha untuk melaksanakan kewajibannya sementara pihak pemerintah dengan enaknya menggelapkan pajak yang seharusnya digunakan untuk pembangunan
bangsa.
Ketika peneliti menanyakan efek dari adanya iklan pajak “apa kata dunia” sementara munculnya kasus penggelapan pajak sebesar 25 Milyar oleh Gayus
Informan 1:
“yang pasti Negatif ya mbak, kalau dikaitkan dengan kasus Gayus, berarti kita bisa dikatakan membayar pajak untuk mengkaya-kan orang-orang di Departemen
Pajak.”
(wawancara : Selasa, 18 Mei 2010, pukul 08.00 WIB)
Menurut pendapat Informan pertama, pemiliki usaha Catering, ini
mengaku bahwa efek yang ditimbulkan oleh dari adanya penanyangan iklan tersebut adalah Negatif, dengan santai dia menyatakan bahwa jika adanya penanyangan iklan tersebut dikaitkan dengan adanya kasus penggelapan pajak,
sama dengan pemerintah menyuruh masyarakat membayar pajak hanya untuk meng-kaya-kan orang-orang di Departemen Pajak, seperti Gayus Tambunan.
Sehingga penilaian informan pertama dengan adanya Iklan tersebut menjadi negatif.
Ketika peneliti menanyakan kepada informan mengenai masih haruskah
masyarakat Surabaya membayar pajak sesuai dengan isi pesan yang terkandung dalam iklan pajak “apa kata dunia”, sementara itu munculnya pemberitaan
Informan 1:
“harus sebenarnya, asal pemerintahan juga berjanji bahwa stop korupsi. Iklan itu dibuat kan untuk mempengaruhi pola pikir masyarakat untuk tetap membayar
Pajak, sekarang gini mbak, pemasukan terbesar kas Negara itu ada di pajak. nah,Kalau masyarakat malas membayar pajak ya jadinya Negara nggak bisa
berkembang.”
(wawancara : Selasa, 18 Mei 2010, pukul 08.00 WIB)
Menurut pendapat informan pertama, pemasukan kas terbesar dalam pemerintah adalah pembayaran pajak dari masyarakat, hal ini diperkuat dengan
adanya pernyataan dari Suparman Sumawidjaya, bahwa fungsi pajak adalah mengisi kas Negara/ anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan Negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur/regulatif).
Dari setiap pernyataan-pernyataan yang dikemukan oleh informan 1 dapat diambil kesimpulan bahwa informan pertama tidak setuju dengan adanya iklan
pajak “apa kata dunia”, karena iklan tersebut dianggap hanya sebatas iklan untuk mengajak masyarakat membayar pajak namun untuk mengkayakan orang-orang di Departemen Pajak. Sehingga menurut informan pertama, ada atau tidaknya iklan
pajak “apa kata dunia” ini dianggap tidak dapat mempengaruhi kesadarannya untuk mentaati kewajibannya membayar pajak, hal ini dikarenakan tidak
percayanya informan pertama dengan pajak.
dimana menurut informan 1 tidak ada kegunaannya informan 1 membayar pajak
dengan kaitannya kasus penggelapan pajak oleh Gayus Tambunan senilai 25 Milyar rupiah. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Deddy Mulyana yang mengatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu seseorang.
Sama dengan informan pertama, informan kedua juga menganggap iklan pajak “apa kata dunia” yang selama ini ditayangkan ditelevisi kurang begitu bisa
diterima oleh masyarakat, bahkan iklan tersebut dianggap kurang bagus, karena dirasa iklan ini terlambat dalam penanyangannya, berikut merupakan tanggapan informan kedua mengenai iklan pajak “apa kata dunia” :
Informan 2:
“pernah, saya pernah menonton tayangan iklan pajak di televisi” (wawancara : Rabu, 19 Mei 2010, pukul 12.00 WIB)
Informan 2:
“iklan itu memang kurang begitu bagus, Karena menurut saya iklan itu terlalu terlambat ya ditanyangkannya, sementara selama ini masyarakat
mengesampingkan masalah pembayaran pajak.” (wawancara : Rabu, 19 Mei 2010, pukul 12.00 WIB)
Informan 2 menjawab pertanyaan tersebut dengan memainkan handphone. Dan kebetulan pada saat itu informan 2 juga sedang mengelus-elus kucingnya. Sehingga tidak memberikan respon yang baik terhadap peneliti pada saat
dunia” kurang begitu bagus. Hal ini karena penanyangan iklan tersebut sedikit
terlambat, sehingga kurang bisa diterima oleh masyarakat.
Sikap informan kedua dalam menjawab pertanyaan peneliti dengan terus
menatap ke laptop informan itu sendiri. Tidak langsung memandang kepada peneliti. Namun, walau demikian informan kedua tetap fokus dalam setiap pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti.
Namun pada saat peneliti menanyakan apakah iklan pajak “apa kata dunia” dapat mempengaruhi masyarakat dalam membayar pajak, informan kedua mengatakan bahwa iklan tersebut kurang bisa mempengaruhi masyarakat, hal ini
disebabkan karena penanyangan iklan pajak “apa kata dunia” dianggap terlalu terlambat, karena masyarakat Indonesia ini sendiri telah lama mengabaikan
pembayaran pajak, bahkan sebelum adanya kasus penggelapan pajak oleh Gayus Tambunan itu sendiri. Berikut adalah pernyataan dari informan kedua :
Informan 2:
“kurang berpengaruh, ya seperti yang saya bilang tadi, iklan pajak itu sendiri terlambat untuk ditayangkan. Karena masyarakat terlanjur tidak menganggapi soal
pajak, misalnya saja kurangnya masyarakat yang mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, iya kan?”
(wawancara : Rabu, 19 Mei 2010, pukul 12.00 WIB)
Berbeda dengan informan pertama, informan kedua justru mempunyai alasan khusus mengapa iklan tersebut tidak mempengaruhi kesadaran masyarakat