PERBEDAAN TINGKAT KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONTIK
BERDASARKAN INDEX OF COMPLEXITY OUTCOME AND
NEED DAN INDEX OF ORTHODONTIC TREATMENT
NEED PADA MURID SMA NEGERI 18 MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
Nama : Vanny Anandita Gayatri Aulia NIM : 130600107
Pembimbing :
Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort (K)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonsia Tahun 2017
Vanny Anandita Gayatri Aulia
Perbedaan Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan Index of
Complexity Outcome and Need dan Index of Orthodontic Treatment Need pada Murid
SMA Negeri 18 Medan x + 45 halaman
Maloklusi adalah gangguan fungsional yang dapat menjadi hambatan bagi kesehatan fisik maupun emosional dari pasien yang memerlukan perawatan. Untuk melihat kebutuhan seseorang terhadap perawatan orotodontik maka diperlukan acuan berupa indeks. Indeks yang digunakan pada penelitian ini adalah Index of Complexity
Outcome and Need dan Index of Orthodontic Treatment Need. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan indeks tersebut diatas pada murid SMA Negeri 18 Medan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional study. Total sampel berjumlah 65 siswa dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive
sampling. Penelitian dilakukan dengan pencetakan gigi rahang atas dan bawah
dengan menggunakan sendok cetak dan juga dilakukan pengambilan foto intraoral menggunakan kamera dan cheek retractor. Kemudian model dan hasil foto dianalisis untuk mendapatkan hasil kebutuhan perawatan sesuai ICON dan IOTN.
Hasil tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Index of Complexity
Outcome and Need menunjukkan bahwa 26,2% membutuhkan perawatan. Sedangkan
berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need pada komponen DHC menunjukkan 27,7% membutuhkan perawatan sementara pada komponen AC 15,4% membutuhkan perawatan. Berdasarkan hasil uji chi-square Pearson diperoleh p=0,130 pada ICON dan DHC serta p=0,843 pada ICON dan AC. Hal ini
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna pada tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan ICON dan IOTN.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji
Medan, 16 November 2017
Pembimbing: Tanda tangan
Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort (K)
NIP : 195206221980031001 ...………
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 16 November 2017
TIM PENGUJI
KETUA : Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort (K) ANGGOTA : 1. Siti Bahirrah drg., Sp. Ort (K)
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan Index of Complexity Outcome and Need dan Index of Orthodontic Treatment Need pada Murid SMA Negeri 18 Medan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Tak lupa pula penulis hadiahkan shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan untuk kedua orang tua tercinta Irvan Aulia dan Reny Puspita Haty atas segala do’a, motivasi, dan materiil juga untuk abang tercinta Iman Akbar Aulia, SE,.MM, dan Revan Aditya Pradipta Aulia ,SE. yang selalu mendoakan dan memberi motivasi kepada penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak juga. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., Sp. RKG sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Erna Sulistyawati, drg., Sp. Ort (K) sebagai Ketua Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Aditya Rachmawati, drg., Sp.Ort., sebagai koordinator skripsi di Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
4. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort (K) sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Siti Bahirrah drg., Sp. Ort (K) dan Mimi Marina Lubis drg., Sp. Ort sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.
6. Dr. Wilda Hafny Lubis, drg, MSi sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
7. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terutama staf dan pegawai di Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi atas bantuan dan motivasinya.
8. Sahabat-sahabat penulis yaitu Laras, Kiki, Dea, Diva, Meli, Ojik dan Fahry yang selalu ada membantu dan memberikan semangat.
9. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ortodonsia terutama Cahaya dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan bantuan selama pengerjaan skripsi.
10. Kepala Sekolah dan Pihak Sekolah yaitu SMA Negeri 18 Medan yang telah membantu penulis dalam penelitian dan adik-adik semua yang telah menjadi subjek penelitian penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya di Departemen Ortodonsia.
Medan, November 2017
Penulis,
(Vanny Anandita G.A.) NIM: 130600107
vi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………
KATA PENGANTAR……….…… iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 4 1.4 Hipotesis Penelitian ... 4 1.5 Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Maloklusi ……… 6
2.1.1 Etiologi Maloklusi ………..……… 7
2.1.2 Klasifikasi Maloklusi ………. 8
2.2 Indeks Maloklusi ………. 11
2.2.1 Dental Aesthetic Index ………... 12
2.2.2 Index of Complexity Outcome and Need …………...….….. 13
2.2.3 Index of Orthodontic Treatment Need ….……….….… 16
2.2.3.1 Aesthetic Component ……….….…… .. 16
2.2.3.2 Dental Health Component ……….….…. 17
2.3 Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti ……… 20
2.4 Kerangka Teori……….. 21
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ... 23
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23
3.3 Populasi Penelitian ... 23
3.4 Sampel Penelitian ... 23
3.4.1 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 24
3.5 Variabel Penelitian ... 24
3.5.1 Variabel Bebas ... 24
3.5.2 Variabel Tergantung ... 25
3.5.3 Variabel Terkendali... 25
3.6 Definisi Operasional ... 25
3.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 29
3.7.1 Alat Penelitian ... 29
3.7.2 Bahan Penelitian ... 30
3.8 Prosedur Penelitian ... 30
3.9 Pengolahan dan Analisis Data ... 32
3.10 Etika Penelitian ... 33
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 34
BAB 5 PEMBAHASAN ... 38
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 43
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Protokol pemberian gradeberdasarkan ICON ... 14
2 Tingkat kebutuhan perawatanberdasarkan ICON ... 15
3 Tingkat kompleksitas maloklusiberdasarkan ICON... 15
4 Tingkat keberhasilan perawatanberdasarkan ICON ... 16
5 Komponen DHC pada skor 1 dan 2 ... 18
6 Komponen DHC pada skor 3 ... 19
7 Komponen DHC pada skor 4 ... 19
8 Komponen DHC pada skor 5 ... 19
9 Definisi Operasional ... 25
10 Karakteristik Subjek Penelitian ... 34
11 Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan Index of Complexity Outcome and Need di SMA Negeri 18 Medan ... 35
12 Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need pada komponen DHC di SMA Negeri 18 Medan ... 36
13 Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need pada komponen AC di SMA Negeri 18 Medan ... 36
14 Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan ICON dan IOTN di SMA Negeri 18 Medan ... 36
15 Hasil Analisis Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan ICON dan DHC-IOTN ... 37
16 Hasil Analisis Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan ICON dan AC-IOTN... 37
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Klasifikasi Maloklusi berdasarkan British Standard Institute A.Maloklusi
Klas I B.Maloklusi Klas II C.Maloklusi Klas III ….……….…. 10
2. Komponen estetika berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need………... 17
3. Alat yang Digunakan pada Penelitian ……….………...… 29
4. Bahan yang Digunakan pada Penelitian……..……… 30
5. Model Gigi Tampak Depan………..………... 31
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kuesioner Penelitian
2. Lembar penjelasan kepada calon subyek penelitian
3. Surat pernyataan persetujuan subyek penelitian (informed consent) 4. Sampel penelitian
5. Hasil statistik
6. Surat Ethical Clearence
7. Surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan Medan 8. Surat izin penelitian dari SMA Negeri 18 Medan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan ortodontik bertujuan untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut, memperbaiki gangguan fungsional serta penampilan seseorang. Kebutuhan perawatan ortodontik bervariasi antar populasi satu dengan lainnya. Kebutuhan perawatan ortodontik yang bervariasi antar daerah juga dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi dan ketersediaan fasilitas perawatan yang berbeda.1 Prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia tahun 2013 adalah sebesar 25,9%, prevalensi ini naik dibandingkan tahun 2007 lalu yaitu sebesar 23,4%. Sedangkan pada kelompok umur 15-24 tahun di Indonesia pada tahun 2007 menunjukkan prevalensi masalah gigi dan mulut sebesar 21,5% dan pada tahun 2013 naik menjadi 24,3% 2,3
Maloklusi adalah gangguan fungsional yang dapat menjadi hambatan bagi kesehatan fisik maupun emosional dari pasien yang memerlukan perawatan.1,4 Kelainan maloklusi dapat menyebabkan gangguan fungsi oral termasuk masalah dalam pergerakan rahang, Temporomandibular Joint Dysfunction (TMD), masalah fungsi mastikasi, penelanan, berbicara serta terjadinya resiko yang lebih tinggi terhadap penyakit periodontal, trauma dan karies pada gigi.4 Maloklusi juga mempunyai dampak yang sangat besar baik bagi individu maupun masyarakat dalam hal kualitas hidup, kecemasan, sosial dan keterbatasan fungsional. Masalah psikologi dan sosial yang ditimbulkan maloklusi menjadi alasan utama pasien mengambil keputusan terhadap kebutuhan perawatan ortodontik dibanding masalah biologis yang terjadi.4,5
Hampir semua indeks yang digunakan pada penilaian perawatan ortodontik menggunakan model studi sebagai alat analisisnya, dan hanya sebagian menggunakan pemeriksaan klinis pada pasien maupun fotografi dalam penegakan rencana perawatan.6 Indeks yang ideal haruslah akurat, validitasnya tinggi, memenuhi tujuan yang akan dicapai, dan dapat dipercaya untuk menilai maloklusi dan prioritas dalam
menentukan kebutuhan perawatan. Selain itu juga haruslah mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama dalam pengaplikasian, dapat diterima oleh budaya serta tersedianya sumber yang mendukung.6,7
Terdapat banyak indeks yang sudah berkembang sejak tahun 1960 untuk menilai derajat keparahan maloklusi dan kebutuhan perawatan. Metode dalam penilaian maloklusi dibagi menjadi kualitatif dan kuantitatif.6 Contoh indeks kualitatif yaitu klasifikasi Angle, Stallard, Indeks Malalignment, dan Proffit sedangkan indeks kuantitatif yaitu Occlusal Feature Index, Treatment Priority Index (TPI),
Handicapping Malocclusion Assesment Index, Dental Aesthetic Index (DAI), SCAN, Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN), PAR index, Index of Complexity Outcome and Need (ICON) dan yang terakhir IOTC.6,7
Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) merupakan indeks yang paling diterima untuk menilai kebutuhan perawatan. Indeks ini pertama kali diperkenalkan tahun 1989 oleh Brook dan Shaw. IOTN adalah indeks yang menggabungkan antara komponen estetika (AC) dan komponen kesehatan gigi (DHC).7,8 Kedua komponen tersebut dinilai dan dicatat secara terpisah. Komponen AC menggunakan 10 foto berwarna gigi anterior yang menunjukkan tingkatan derajat yang berbeda dari penampilan estetik susunan gigi geligi dimana diberi nilai 1-10. Grade 1 merupakan foto dengan susunan gigi yang paling baik dan grade 10 merupakan tingkat susunan gigi yang paling buruk. Komponen DHC merupakan perkembangan dari Swedish
Medical Board Index. Penilaian semua kategori dihitung dan dikelompokkan menjadi
5 tingkatan yaitu grade 1-2 tidak membutuhkan perawatan, 3 membutuhkan perawatan sedang serta grade 4-5 membutuhkan perawatan ortodontik.7,8,9
Indeks yang paling baru dalam menilai kebutuhan perawatan adalah Index of
Complexity Outcome and Need (ICON). Indeks ini pertama kali diperkenalkan tahun
2000 oleh Drs Charles Daniels dan Stephen Richmond dari Cardiff University.6,7 ICON merupakan indeks yang multifungsional karena indeks ini dapat menilai kebutuhan dan keberhasilan perawatan serta kompleksitas maloklusi. ICON mempunyai kelebihan yaitu mudah digunakan dan membutuhkan waktu yang cepat sekitar 1 menit , mengukur sifat-sifat yang relatif sedikit, serta dapat digunakan pada
pasien atau model studi tanpa memerlukan modifikasi.7 Indeks ini menilai 5 komponen dan semua dihitung sesuai bobotnya dan jumlah nilai keselurahan dihitung. Jika skor akhir lebih besar sama dengan 43 maka individu tersebut membutuhkan perawatan ortodontik. ICON telah terbukti menjadi indeks yang dapat dipercaya dan valid untuk menilai kebutuhan perawatan ortodontik.7,10
Penelitian Padisar dkk di Iran pada 250 murid sekolah menunjukkan maloklusi klas 1 sebanyak 79,6%, maloklusi klas 2 sebanyak 16,8% dan maloklusi klas 3 sebanyak 3,6% dan dilihat terhadap kebutuhan perawatan berdasarkan DHC-IOTN menunjukkan bahwa 50% menunjukkan tidak membutuhkan perawatan ortodontik , 26,4% menunjukkan perlu alternatif perawatan ortodontik dan 23,6% menunjukkan sangat memerlukan perawatan serta berdasarkan AC-IOTN menunjukkan bahwa sebanyak 88,8% tidak membutuhkan perawatan, 8,4% perlu alternatif perawatan dan 2,8% menunjukkan sangat memerlukan perawatan ortodontik.8 Sedangkan hasil penelitian Manzanera dkk di Valencia,Spanyol pada 292 murid menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan perawatan pada murid usia 15-16 tahun sebesar 17,1% berdasarkan DHC-IOTN dan 2,4% berdasarkan AC-IOTN.9
Penelitian Chukwudi Ochi di Nigeria pada 274 orang menunjukkan bahwa tidak membutuhkan perawatan sebanyak 58% dan membutuhkan perawatan sebanyak 42%.11 Selain itu pada penelitian Koroyucu di Turki dalam menilai tingkat kebutuhan perawatan pada anak menunjukkan sebesar 32% membutuhkan perawatan berdasarkan ICON, 17% membutuhkan perawatan berdasarkan DHC dari IOTN dan sebesar 20% membutuhkan perawatan berdasarkan AC dari IOTN.10
Indeks IOTN merupakan indeks yang paling umum digunakan saat ini sedangkan ICON merupakan indeks yang paling baru dan masih jarang digunakan dalam melihat kebutuhan perawatan ortodontik, sehingga membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai topik tersebut. Pada saat ini belum terdapat penelitian yang melihat perbedaan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik pada remaja menggunakan indeks ICON dan IOTN. Penelitian ini dilakukan pada Murid SMA N 18 di Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah penelitian ini, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan Index of
Complexity Outcome and Need pada murid SMA Negeri 18 Medan?
2. Bagaimana tingkat kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan Index of
Orthodontic Treatment Need pada murid SMA Negeri 18 Medan?
3. Apakah terdapat perbedaan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan
Index of Complexity Outcome and Need dan Index of Orthodontic Treatment Need pada murid SMA Negeri 18 Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui tingkat kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan Index of
Complexity Outcome and Need pada murid SMA Negeri 18 Medan.
2. Mengetahui tingkat kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan Index of
Orthodontic Treatment Need pada murid SMA Negeri 18 Medan.
3. Mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan Index of Complexity Outcome and Need dan Index of Orthodontic
Treatment Need pada murid SMA Negeri 18 Medan.
1.4 Hipotesis
Terdapat perbedaan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan Index
of Complexity Outcome and Need dan Index of Orthodontic Treatment Need pada
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini ,adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan dan motivasi terhadap kebutuhan perawatan ortodontik pada murid SMA Negeri 18 Medan.
2. Memberikan informasi mengenai jumlah dan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik pada murid SMA Negeri 18 Medan.
3. Menambah wawasan bagi peneliti di bidang ilmu ortodonsia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Maloklusi
Maloklusi merupakan deviasi dari keadaan oklusi ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan dari segi estetika karena dapat menyebabkan ketidakseimbangan hubungan posisi gigi, tulang wajah serta jaringan lunak seperti lidah, pipi dan bibir sehingga juga dapat berpengaruh terhadap penampilan wajah seseorang.12 Maloklusi umumnya bukanlah proses patologis tetapi proses penyimpangan dari perkembangan normal dan didefinisikan sebagai hubungan gigi-gigi yang abnormal.13 Maloklusi disebabkan karena faktor genetik dan lingkungan serta berhubungan juga dengan malposisi gigi geligi., malrelasi lengkung gigi, fungsi saraf dan otot yang abnormal. Kebiasaan buruk, persistensi gigi sulung, kehilangan dini gigi sulung, maupun kerusakan gigi yang luas juga dapat menyebabkan maloklusi.13,14
Maloklusi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada pengunyahan, berbicara serta estetik.12,13,14 Gangguan pengunyahan yang terjadi yaitu berupa rasa tidak nyaman saat mengunyah, dan terjadinya rasa nyeri pada TMJ yang dapat mengakibatkan nyeri kepala dan leher. Gangguan fonetik terjadi karena posisi lidah dan bibir terganggu pada saat adaptasi. Keadaan ini juga dapat mengakibatkan kesulitan dalam pembersihan rongga mulut misalnya pada gigi berjejal.13
Secara garis besar,maloklusi dibagi menjadi 2 bagian yaitu:14 A. Maloklusi Tipe Dental
Maloklusi tipe dental tidak berhubungan dengan anomali skeletal serta tidak ditemui ketidakseimbangan fungsional. Maloklusi tipe dental dapat terjadi apabila satu atau beberapa gigi malposisi sedangkan hubungan lengkung rahang atas dan rahang bawah normal. Demikian juga, tidak ditemui adanya ketidakseimbangan fungsi otot (fungsi otot normal). Pada tipe maloklusi ini umumnya dijumpai
kekurangan ruang untuk erupsi gigi-gigi pada lengkung giginya. Hal ini dapat di sebabkan oleh faKtor lokal, antara lain, tanggalnya gigi yang terlalu dini, persistensi gigi sulung, juga faktor genetik yaitu diskrepansi ukuran gigi dan lengkung gigi. Pada tipe maloklusi ini keseimbangan otot tidak terganggu sehingga hanya terjadi disharmoni gigi-gigi dan dentoalveolar saja. Secara terminologi, maloklusi tipe dental terbagi atas intra-arch dental malocclusions dan interarch dental malocclusions.
B. Maloklusi Tipe Skeletal
Maloklusi skeletal meliputi hubungan antero posterior rahang atas dan rahang bawah terhadap basis kranial. Maloklusi yang bersifat skeletal pada umumnya selain meliputi skeletal rahang atas dan bawah juga dapat meliputi system neuro-muskular. Maloklusi skeletal dapat disebabkan abnormalitas ukuran, posisi, maupun relasi maksila atau mandibular. Pada maloklusi skeletal, malrelasi rahang terbagi dalam arah sagital, vertikal dan transversal.
2.1.1 Etiologi Maloklusi
Etiologi maloklusi dapat dikelompokkan menjadi 2 faktor yaitu :15 A. Faktor Umum
1. Variasi hubungan skeletal
2. Disproporsi antara ukuran gigi dan rahang yang menimbulkan crowding dan spacing
3. Faktor jaringan lunak
4. Kelainan genetik dan perkembangan16 B. Faktor Lokal
Faktor lokal secara alamiah dapat menyebabkan adanya gangguan lokal terhadap perkembangan dental. Kelainan ini akan bertambah parah jika tidak segera dilakukan perawatan.15
1. Kelainan jumlah gigi
-Developmentaly missing teeth seperti anodonsia, hipodonsia -Tanggalnya gigi yang terlalu cepat
-Gigi susu yang persistensi -Gigi supernumerary 2. Kelainan bentuk dan posisi
-Kelainan bentuk
Ada berbagai kelainan bentuk yang bersifat perkembangan seperti gigi yang sangat besar, gigi peg shaped, geminasi dan dens in dente yang semuanya dapat menimbulkan maloklusi lokal.
-Kelainan posisi
Banyak posisi gigi yang tidak normal yang menunjukkan adanya crowding, tetapi ada beberapa malposisi yang bersifat perkembangan seperti posisi ektopik (sering pada kaninus atas) dan transposisi mungkin disebut sebagai posisi perkembangan yang tidak normal. Bila gigi tergeser, gigi biasanya harus dicabut. 3. Kebiasaan dan faktor lain
Kebiasaan seperti menghisap ibu jari sering terjadi pada bayi tetapi bila kebiasaan tetap ada sampai periode gigi geligi susu, maka dapat terjadi maloklusi. Keadaan ini dipengaruhi pada arah dan lama tekanan dari jari dan pada adanya faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan maloklusi. Biasanya gigi insisivus atas proklinasi dan gigi insisivus bawah retroklinasi sehingga overjet membesar, depresi gigi insisivus untuk mendapatkan overbite yang tidak menyeluruh atau gigitan inisisivus depan yang terbuka dan penyempitan rahang atas, karena penyusutan otot buksinatori sehingga rahang memiliki lebar sebanding dan terdapat pergeseran lateral dari mandibular pada saat mulut tertutup. Bila terdapat
overbite yang tidak sempurna, lidah akan bergerak ke depan diatas gigi insisivus
bawah selama menelan. Hal ini berarti bahwa bila kebiasaan ini dihentikan, maloklusi tidak dapat hilang secara spontan. Bila anak usia 9 tahun tetap menghisap ibu jari , dokter gigi harus berusaha menghentikan kebiasaan tersebut dengan bujukan. Frenulum labial atas yang sangat tebal dan liat juga dapat menjadi etiologi utama dalam diastema garis tengah.
2.1.2 Klasifikasi Maloklusi
Maloklusi sudah digambarkan dengan berbagai cara, mulai dari klasifikasi spesifik, sampai kepada tingkat kebutuhan dan keberhasilan perawatan. Klasifikasi yang digunakan haruslah simpel, objektif dan dapat dipercaya.16 Untuk mempermudah sebaiknya digunakan beberapa klasifikasi yang membagi sejumlah besar maloklusi menjadi kelompok yang lebih kecil. Banyak tipe klasifikasi yang diperkenalkan tetapi yang paling terkenal adalah klasifikasi Angle Hubungan kunci pada klasifikasi Angle adalah gigi molar pertama.4,14,16
Klasifikasi maloklusi dibagi 2 yaitu: A. Klasifikasi Angle
1. Kelas I
Maloklusi dimana molar pertama bawah terletak setengah cusp dari hubungan yang tepat dengan molar pertama atas. Biasanya terdapat maloklusi lokal seperti yang disebabkan kelainan gigi yaitu crowding, spacing, malrelasi lateral dan vertikal antar rahang. Ketidakteraturan gigi paling sering ditemukan di regio rahang bawah anterior, erupsi bukal dari kaninus atas, rotasi insisivus dan pergeseran gigi akibat kehilangan gigi. Hubungan rahang ini disebut neutro oklusi.4,14,16
2. Kelas II
Maloklusi dimana molar pertama rahang bawah sekurang-kurangnya setengah
cusp lebih kebelakang dari hubungan normal dengan rahang atas atau puncak cusp
mesio bukal gigi molar pertama rahang atas letaknya lebih ke anterior daripada
buccal groove gigi molar pertama rahang bawah. Hubungan rahang ini disebut disto
oklusi.
Dibagi lagi menurut inklinasi gigi insisivus atas yaitu:
Divisi 1: Gigi insisivus pertama atas protrusi atau memiliki inklinasi rata-rata sehingga terjadi penambahan overjet.
Divisi 2: Gigi insisivus pertama atas retroklinasi kurang dari 105 derajat terhadap bidang maksila. Overjet biasa normal atau sedikit membesar. Kadang-kadang gigi insisivus kedua atas proklinasi, mesial incline dan rotasi mesiolabial.4,14,16
3. Kelas III
Maloklusi dimana molar pertama rahang bawah sekurang-kurangnya setengah
cusp lebih kedepan dalam hubungannya dengan rahang atas atau puncak cusp
mesiobukal gigi molar pertama rahang atas letaknya lebih ke posterior dari buccal
groove gigi molar pertama rahang bawah. Hubungan rahang ini disebut mesio
oklusi.16
Oklusi mungkin berbeda pada kedua sisi, sehingga Angle mengantisipasinya dengan memberikan subdivisi klas II dan III dimana salah satu sisi lainnya memiliki hubungan yang normal.14,15
B. Klasifikasi British Standard Institute
Klasifikasi ini berdasarkan pada hubungan gigi insisivus rahang atas terhadap rahang bawah yaitu :17,18
1. Kelas I
Tepi insisivus rahang bawah menutupi cingulum (sepertiga tengah dari permukaan palatal) dari gigi insisivus rahang atas (Gambar 1
2. Kelas II
Tepi insisivus rahang bawah posterior menutupi cingulum rahang atas.
-Divisi 1 : kenaikan overjet dan gigi seri rahang atas terjadi proklinasi atau inklinasi rata-rata.
-Divisi 2 : insisivus sentralis rahang atas terjadi retroklinasi dengan overjet biasanya minimal. (Gambar 1)
3. Kelas III
Gigi insisivus rahang bawah anterior menutupi cingulum gigi insisivus rahang atas, overjet berkurang ataupun terjadi gigitan terbalik. (Gambar 1)
Gambar 1. Klasifikasi maloklusi berdasarkan British Standard Institute 17
2.2 Indeks Maloklusi
Indeks adalah alat penilaian menggunakan pertimbangan berkala atau nomor dari maloklusi untuk tujuan epidemiologi dan untuk sejumlah aplikasi administrasi.19 Sejumlah besar indeks untuk menilai maloklusi telah dikembangkan dengan tujuan untuk memperkirakan kebutuhan perawatan ortodonti baik pada populasi atau komunitas tertentu, dengan memilih pasien yang dapat dirawat dalam sistem perawatan gigi tertentu untuk menetapkan prioritas ketika sumber daya yang ada terbatas.19,20
Banyak indeks yang telah dikembangkan sejak tahun 1960 baik untuk tingkat keparahan maloklusi maupun dalam hal menilai kebutuhan perawatan ortodonti. Metode dalam penilaian maloklusi dibagi menjadi kualitatif dan kuantitatif.5,21 Kualitatif adalah metode yang menjelaskan penggambaran oklusal dan klasifikasi dari gigi namun tidak bisa memberikan informasi mengenai kebutuhan dan keberhasilan perawatan contohnya yaitu klasifikasi Angle, Stallard, Indeks
Malalignment, Ackerman and Proffit 5 point system,GISATN dan lain lain.5
Sedangkan metode kuantitatif dapat menilai tingkat kompleksitas dan keparahan serta prioritas terhadap kebutuhan perawatan ortodontik pada individu maupun populasi, contohnya Occlusal Feature Index,Occlusal Index Summer, Treatment
Priority Index (TPI), Handicapping Malocclusion Assesment Index, Dental Aesthetic Index (DAI), SCAN, Index of Orthodontic Treatment Neeed (IOTN), PAR index,
Index of Complexity Outcome and Need (ICON) dan yang terakhir Index of Orthodontic Treatment Complexity (IOTC).5,21 Indeks terdahulu tidak memberikan jenis informasi tentang bagaimana maloklusi mempengaruhi kehidupan pasien dari sudut pandang psikososial ataupun fungsional. Aspek-aspek ini tampaknya telah menjadi sangat penting dan dipertimbangkan dalam beberapa tahun terakhir.19,22
Indeks kebutuhan perawatan ortodontik IOTN dan ICON adalah indeks yang paling umum digunakan dalam bidang ortodonti saat ini. Kedua indeks ini memiliki komponen estetika dan mengukur tingkat keparahan maloklusi secara objektif, baik sebagai penyimpangan dari oklusi normal ataupun dalam hal kebutuhan perawatan.23
Syarat indeks yang ideal menurut WHO yaitu :24
A. Klasifikasi diwakilkan oleh skala terbatas dengan batas atas dan bawah yang pasti yaitu berjalan dengan gradasi progresif dari nol (tidak adanya penyakit) sampai ke titik akhir (penyakit dalam tahap terminal).
B. Indeks harus sensitif terhadap seluruh skala.
C. Skor tersebut harus berhubungan erat dengan kepentingan klinis dari tahap penyakit yang diwakilinya
D. Nilai indeks harus bisa dianalisa dengan metode analisis statistika tertentu E. Indeks harus dapat digandakan
F. Indeks juga harus sederhana, akurat dan dapat dimodifikasi untuk pengumpulan data.
G. Prosedur pemeriksaan harus memerlukan penilaian yang minimal
H. Indeks harus cukup simpel untuk memungkinkan studi populasi yang besar tanpa mengeluarkan jumlah yang tidak semestinya dalam hal waktu serta energi I. Pemeriksaan harus dapat dilakukan dengan cepat
J. Indeks harus berlaku dalam waktu tersebut
2.2.1 Dental Aesthetic Index
DAI merupakan indeks yang menggabungkan komponen klinis dan estetik untuk menghasilkan skor tunggal yang menggabungkan aspek fisik dan estetik oklusi,
termasuk persepsi pasien. DAI mengevaluasi 10 karakteristik oklusal seperti overjet,
negative overjet, kehilangan gigi, celah (diastema), openbite anterior, berjejal
anterior, celah (diastema) anterior, penyimpangan yang parah pada anterior (maksila dan mandibula), hubungan anteroposterior molar.21 DAI menilai kebutuhan perawatan ortodonti dan keparahan maloklusi dalam empat grade yaitu :20,21
1. Grade ≤ 25 yaitu normal atau maloklusi ringan dan tidak atau sedikit memerlukan perawatan
2. Grade 26-30 yaitu maloklusi nyata dan memerlukan perawatan pilihan. 3. Grade 31-35 yaitu maloklusi parah dan sangat memerlukan perawatan 4. Grade ≥ 36 yaitu maloklusi sangat parah dan wajib dilakukan perawatan. Rumus persamaan untuk menilai Grade DAI adalah: (gigi yang hilang x 6) + (crowding x 1) + (spacing x 1) + (diastema midline x 3) + (penyimpangan yang parah pada anterior maksila x 1) + (penyimpangan yang parah pada anterior mandibula x 1) + (overjet anterior maksila x 2) + (overjet anterior mandibula x 4) + (openbite anterior x 4) + (hubungan anteroposterior molar x 3) + 13. 25,26
2.2.2 Index of Complexity Outcome and Need
ICON dikembangkan oleh Charles Daniels dan Stephen Richmond dari Cardiff University. Berdasarkan pada pendapat dari 97 ahli spesialis ortodonti dari Jerman, Yunani, Hungaria, Italia, Belanda, Norwegia, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat, Indeks internasional ini telah memberikan sebuah metode penilaian tunggal untuk mengukur kebutuhan perawatan ortodonti, kompleksitas maloklusi, dan keberhasilan perawatan ortodonti.27 Oleh karena itu, ICON memberikan suatu nilai yang lebih dibandingkan dengan indeks kebutuhan perawatan yang lain. Kebutuhan perawatan ortodonti tidak selalu sama dengan kompleksitas perawatan. Penilaian terhadap kompleksitas maloklusi membantu untuk menginformasikan kemungkinan keberhasilan perawatan yang diterima, dan untuk mengidentifikasi kasus yang lebih sulit, yang memerlukan waktu lebih lama dalam perawatan.26,27
Sebuah indeks yang baik harus memiliki reliabilitas dan validitas (mengukur apa yang seharusnya diukur) yang tinggi.19,24 ICON telah terbukti menjadi indeks yang dapat diandalkan dan valid untuk menilai kebutuhan perawatan ortodonti serta memiliki sensitivitas yang tinggi (mampu mendeteksi kebutuhan perawatan pada individu) dan spesifisitas (kemampuan untuk mengidentifikasi individu yang tidak memerlukan perawatan).27,28 ICON memberikan beberapa keuntungan, yaitu: mudah digunakan, mengukur sifat-sifat yang relatif sedikit, dan dapat digunakan pada pasien atau model studi tanpa memerlukan modifikasi.28
Indeks ini menilai 5 komponen yaitu:27-29 1. Komponen estetika (Bobot 7)
2. Komponen gigi berjejal atau diastema (Bobot 5) 3. Adanya crossbite (Bobot 5)
4. Derajat openbite dan overbite anterior (Bobot 4) 5. Relasi anteroposterior pada segmen bukal. (Bobot 3)
Dalam menilai kebutuhan perawatan ICON, terdapat protokol yang dapat dijadikan sebuah acuan yang berisi kelima komponen diatas (Tabel 1).
Tabel 1. Protokol penilaian komponen ICON 29
Grade 0 1 2 3 4 5 Estetika 1-10 menggunakan AC dari IOTN Berjejal pada lengkung gigi RA Grade tertinggi dari spacing atau gigi berjejal ≤2 mm 2,1-5 mm 5,1-9 mm 9,1-13 mm 13,1-17 mm >17 mm atau gigi impak si Diastema pada lengkung gigi RA Transversal ≤2 mm 2,1-5 mm 5,1-9 mm >9 mm Crossbit e Hubungan cusp to cusp atau lebih Tidak ada crossbite Terdapat crossbite
Openbite gigi insisivus Grade tertinggi dari openbite atau overbite Gigitan komplit ≤1 mm 1,1-2 mm 2,1-4 mm >4 mm Overbite gigi insisivus Mencakup gigi insisivus bawah ≤1/3 gigi 1/3 - 2/3 >1/3- hampir keselu ruhan mahko ta Kesel uruha n mahk ota Antero-posterior segmen bukal Kiri dan kanan ditambahkan Hubung an cusp dengan embrasu re klas I,II,III Hubung an cusp yang lain selain cusp to cusp Hubun gan cusp to cusp
Masing-masing komponen dari ICON memiliki bobot yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. Setelah semua skor untuk masing-masing komponen diperoleh dan dikalikan dengan bobot masing-masing, kemudian semuanya ditambahkan untuk menghasilkan skor akhir. Dimana untuk kebutuhan perawatan ortodonti jika nilai akhir ≥43 yaitu membutuhkan perawatan (Tabel 2).30
Sedangkan untuk melihat tingkat keparahan maloklusi, skor total yang telah didapat dimasukkan ke kategori yang dimulai dari sangat ringan, ringan, sedang, berat hingga sangat berat (Tabel 3).27,30
Tabel 2. Tingkat kebutuhan perawatan berdasarkan ICON 30
Kategori Skor
Tidak membutuhkan perawatan < 43
Membutuhkan perawatan ≥ 43
Tabel 3. Tingkat keparahan maloklusi berdasarkan ICON 27
Kategori Skor
Easy < 29
Moderate 51-63
Difficult 64-77
Very Difficult >77
Selain menilai keparahan maloklusi dan tingkat kebutuhan perawatan ortodonti, ICON juga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan perawatan
ortodonti. ICON dinilai lebih mudah digunakan dan membutuhkan waktu relatif lebih sedikit dalam perhitungannya dibandingkan menggunakan DAI.7,27
Dimana rumus perhitungannya adalah skor sebelum perawatan dikurang 4x skor setelah perawatan. Setelah dijumlahkan maka skor tersebut dimasukkan pada kategori keberhasilan perawatan mulai dari yang menunjukkan keberhasilan sangat besar hingga yang tidak menunjukkan keberhasilan perawatan (Tabel 4).7,27
Tabel 4. Tingkat keberhasilan perawatan27
Kategori Skor
Greatly improved > -1
Substantially improved -25 sampai -1
Moderately improved -53 sampai -26
Minimally improved -85 sampai -54
Not improved or worse < -85
2.2.3 Index of Orthodontic Treatment Need
Saat ini Index of Orthodontic Treatment Need merupakan indeks yang paling diterima untuk menilai kebutuhan perawatan. Indeks ini pertama kali diperkenalkan tahun 1989 oleh Brook dan Shaw.9 IOTN adalah indeks yang menggabungkan antara komponen estetika (AC) dan komponen kesehatan gigi (DHC). Kedua komponen tersebut dinilai dan dicatat secara terpisah. Penilaian Dental Health Component dan
Aesthetic Component dapat digunakan baik langsung secara klinis maupun
2.2.3.1 Aesthetic Component
Aesthetic Component (AC) dari IOTN terdiri dari 10 jenis foto berwarna yang
disusun berdasarkan tingkat foto dengan susunan gigi anterior yang paling baik sampai susunan gigi yang paling buruk. (Gambar 2) Grade 1 merupakan foto dengan susunan gigi yang paling baik dan grade 10 merupakan tingkat susunan gigi yang paling buruk dimana sangatlah membutuhkan perawatan ortodonti.7,31. AC membagi dalam beberapa grade yaitu:20
1. Grade 1 – 4: tidak membutuhkan perawatan 2. Grade 5 – 7: membutuhkan perawatan sedang 3. Grade 8 – 10: sangat membutuhkan perawatan
Dimana jika grade menunjukkan angka 1-7 maka seseorang dinyatakan tidak membutuhkan perawatan ortodontik sedangkan jika hasil menunjukkan grade ≥8 maka seseorang dinyatakan membutuhkan perawatan ortodontik. 9
Gambar 2. Komponen estetika berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need .21 2.2.3.2 Dental Health Component
Dental Health Component (DHC) sebenarnya mirip dengan Swedish Medical Board Index.9 Setiap sifat oklusal memberikan suatu kontribusi untuk mempertahankan dan mengembalikan fungsi gigi menjadi lebih memuaskan. Dengan menggunakan suatu penggaris yang didesain khusus, berbagai variasi maloklusi dapat dicatat dan diukur. DHC menggunakan aturan yang simpel DAN menggunakan istilah MOCDO untuk membimbing peneliti dalam menilai maloklusi. MOCDO mewakili Missing Teeth atau kehilangan gigi, Overjet, Crossbite, Displacement of
Contact Points atau perpindahan titik kontak, dan Overbite.7,31
Dental Health Component diajukan untuk mengatasi subyektifitas pengukuran
overjet,overbite, openbite, crossbite, pergeseran gigi-gigi, erupsi gigi yang terhambat, occlusion, hipodonsia, gigi supernumerary dan beberapa keadaan patologis serta
gangguan fungsional seperti inkompetensi bibir, mandibular displacement, traumatik oklusi, serta kesulitan penguyahan dan bicara.9,20,31
Penilaian semua kategori dihitung dan jumlah skor totalnya dikelompokkan menjadi 5 tingkatan yaitu:18
1. Grade 1 dan 2 : tidak membutuhkan perawatan (Tabel 5) 2. Grade 3 : membutuhkan perawatan sedang/alternatif (Tabel 6) 3. Grade 4 dan 5 : membutuhkan perawatan (Tabel 7 dan 8)
Dimana jika grade menunjukkan angka 1-3 maka seseorang dinyatakan tidak membutuhkan perawatan ortodontik sedangkan jika hasil menunjukkan grade ≥4 maka seseorang dinyatakan membutuhkan perawatan ortodontik.9,23
Tabel 5. Grade 1 dan 2 Dental Health Component18
Grade 1 (tidak perlu perawatan)
1 Maloklusi sangat ringan, termasuk pergeseran kontak poin < 1mm
Grade 2 (perawatan ringan)
2A Overjet >3,5 mm tetapi ≤ 6 mm disertai bibir yang kompeten
2B Reverse overjet > 0 mm tetapi ≤ 1 mm
2C Crossbite anterior atau posterior ≤ 1 mm diskrepansi antara posisi kontak retrusi dan posisi interkuspal
2D Pergeseran titik kontak gigi > 1 mm tetapi ≤ 2 mm
2E Openbite anterior atau posterior 1 mm tetapi ≤ 2 mm
2F Overbite ≥ 3,5 mm tanpa kontak gingiva
2G Prenormal atau postnormal oklusi dengan atau tanpa anomali
Tabel 6. Grade 3 Dental Health Component18
Grade 3 ( perawatan borderline / sedang )
3A Overjet >3,5 mm tetapi ≤ 6 mm disertai bibir yang tidak kompeten 3B Reverse overjet >1 mm tetapi ≤3,5 mm
3C Crossbite anterior atau posterior >1 mm tetapi ≤2 mm diskrepansi antara posisi kontak retrusi dan posisi interkuspal
3E Openbite anterior atau lateral >2 mm tetapi ≤4 mm
3F Komplit overbite ≥3,5 mm tanpa trauma gingiva atau palatal Tabel 7. Grade 4 Dental Health Component18
Grade 4 (memerlukan perawatan)
4A Overjet >6 mm tetapi ≤9 mm
4B Reverse overjet >3,5 mm tanpa kesulitan pengunyahan atau bicara 4C Crossbite anterior atau posterior >2 mm diskrepansi antara posisi kontak
retrusi dan posisi interkuspal
4D Pergeseran titik kontak gigi yang parah >4 mm 4E Openbite anterior atau lateral yang ekstrim >4 mm 4F Komplit overbite dengan trauma gingiva atau palatal
4H Daerah hipodonsia yang tidak begitu luas membutuhkan perawatan pre restorasi ortodonti atau penutupan ruang untuk meniadakan kebutuhan perawatan prostetik
4I Crossbite lingual posterior tanpa kontak fungsional oklusal pada salah satu
atau kedua segmen bukal
4M Reverse overjet >1 mm tetapi ≤3,5 mm tanpa kesulitan pengunyahan atau bicara
4T Gigi erupsi sebagian, miring atau terpendam terhadap gigi yang berdekatan 4X Gigi supernumerary
Tabel 8. Grade 5 Dental Health Component18
Grade 5 ( sangat memerlukan perawatan )
5A Overjet >9 mm
5H Daerah hipodonsia yang luas dengan implikasi restorasi (lebih dari 1 gigi di setiap kuadran) yang membutuhkan perawatan ortodonti pre restorasi 5I Gigi terpendam (kecuali molar tiga) yang disebabkan karena gigi berjejal,
pergeseran titik kontak gigi, gigi supernumerary, gigi desidui yang persistensi dan penyebab patologi lain
5M Reverse overjet >3,5 mm dengan kesulitan pengunyahan dan bicara 5P Cacat akibat celah bibir dan palatum
5S Gigi desidui yang terpendam
2.3 Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti
Remaja mengalami perubahan fisiologis, sosial, dan kognitif yang cepat. Sekitar 16% remaja di seluruh dunia menderita masalah kesehatan mental, dengan kisaran yang lebih luas seperti di Amerika Serikat, Eropa, Kanada, India, dan Uni Emirat Arab. Depresi dan gangguan kecemasan merupakan bentuk utama yang paling
umum dari penyakit mental, dan peningkatan prevalensi yang signifikan dapat dilihat pada masa remaja atau dewasa muda.32 Oleh karena itu, sangat penting bagi orang dewasa muda untuk mencegah perilaku yang merusak kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup mereka.32,33
Maloklusi mempunyai dampak fisik, psikologis dan sosial yang berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang.2,32,33 Di sekolah, bentuk penyimpangan dari penampilan gigi dapat mempengaruhi seseorang untuk seringkali diejek dan dikucilkan oleh orang-orang disekitarnya. Penyimpangan penampilan gigi berbanding lurus dengan penampilan pada anak, dan pemberian komentar tentang keadaan gigi yang tampaknya lebih menyakitkan daripada keadaan menyimpang lainnya yang dimiliki seseorang. Baik anak-anak dan orangtua mereka melihat perawatan ini sebagai upaya untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. untuk ini Alasannya, koreksi maloklusi berpengaruh lebih signifikan pada psikologis dan sosial yang dibandingkan mengharapkan perawatan gigi lainnya.32
Dilaporkan bahwa 36,6 % subjek merasa kurang percaya diri terhadap maloklusinya dan 65 % merasa bahwa maloklusinya berdampak negatif dan mempengaruhi tampilan wajahnya. Survei menunjukkan bahwa 91,6% subjek yang mencari perawatan ortodonti karena alasan estetik dan hanya sekitar 5% karena alasan fungsional.32 Pada suatu kasus pasien dengan maloklusi tahap berat ditemukan bahwa tingkat kecemasannya berkurang setelah dilakukan bedah ortognatik. Bahkan pada subjek dengan tahap maloklusi yang tidak parah sekalipun, ditemukan bahwa perbaikan dan perawatan maloklusi terbukti mengurangi tingkat psikologis stress seperti tingkat sensitivitas dan depresi interpersonal pada dewasa muda. Pencegahan masalah kesehatan mental pada tahap dini dengan mengontrol faktor resiko sangatlah penting.32,33
2.4 Kerangka Teori
Ortodonti
Oklusi Maloklusi Indeks Maloklusi
Tingkat Kebutuhan Perawataan Ortodonti Kelas III Kelas II Kelas I ICON DAI IOTN Aesthetic Component Dental Health
2.5 Kerangka Konsep
Variabel Bebas
ICON
Komponen estetik
Berjejal atau diastema rahang atas
Crossbite
Openbite atau overbite anterior
relasi anteroposterior segmen bukal IOTN 1. AC 2. DHC Overjet Overbite Crossbite
Perpindahan titik kontak
Variabel Terikat
Tingkat kebutuhan perawatan ortodonti
Variabel Terkendali
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik untuk mengevaluasi perbedaan tingkat kebutuhan perawatan ortodonti menggunakan Index of Complexity, Outcome,
and Need (ICON) dan Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 18 Medan Jln.Wahidin No.15A Medan dan dilaksanakan pada bulan April 2017.
3.3 Populasi Penelitian
Populasi adalah semua siswa SMA Negeri 18 Medan yaitu remaja yang berusia antara 15-18 tahun.
3.4 Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Besar sampel menggunakan rumus:
Keterangan:
α : Deviat baku alfa 5% Zα:1,96 β : Deviat baku beta10% Zβ:1,282
n = (Zα Po(1-Po) + Zβ Pa(1-Pa) )2 (Pa-Po)2
Po: Proporsi kebutuhan perawatan penelitian sebelumnya (hasil penelitian Koroyucu,2014) 32%
Pa-Po: Selisih proporsi yang diduga 18% Pa: 14%
n = (1,96 0,32(0,68) + 1,282 0,14(0,86) )2
(0,18)2
n= 60,6 digenapkan menjadi 65 sampel
Maka jumlah sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah sebanyak 65 orang.
3.4.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Siswa SMA Negeri 18 Medan
2. Tidak pernah melakukan perawatan ortodontik 3. Jumlah gigi sudah lengkap kecuali Molar 3 4. Kesehatan umum baik
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Masih memiliki gigi desidui
2. Sedang atau sudah selesai melakukan perawatan ortodonti 3. Memiliki anomali kraniofasial
4. Tidak bersedia mengikuti penelitian
3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas
Variabel bebas penelitian ini adalah komponen ICON ( komponen estetik, berjejal atau diastema rahang atas, crossbite, openbite atau overbite anterior, relasi anteroposterior segmen bukal ), komponen Dental Health Component dari IOTN (komponen overjet, crossbite anterior atau posterior, overbite, openbite, deepbite, gigi
supernumerary, daerah hipodonsia, gigi terpendam, gigi karies tidak dirawat) dan
komponen Aesthetic Component dari IOTN.
3.5.2 Variabel Tergantung
Variabel tergantung penelitian ini adalah tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Index of Complexity Outcome and Need dan Index of Orthodontic
Treatment Need.
3.5.3 Variabel Terkendali
Variabel tekendali penelitian ini adalah usia murid yang akan dijadikan sampel penelitian.
3.6 Definisi Operasional
No Variabel Defenisi operasional Alat ukur Skala
ukur 1. A. Penilaian ICON terdiri atas: Komponen
Estetika Penampilan estetik susunan gigi
geligi yang mengacu pada 10 foto
berwarna yang menunjukkan
tingkat derajat estetik yang berbeda
Visual Ordinal
B. Berjejal rahang atas
Maloklusi berupa ketidakteraturan susunan gigi geligi rahang atas yang disebabkan jumlah lebar mesiodistal gigi yang lebih besar dari panjang lengkung rahang
C. Diastema rahang atas
Maloklusi berupa adanya celah pada susunan gigi geligi rahang atas yang disebabkan jumlah lebar mesiodistal gigi yang lebih kecil dari panjang lengkung rahang.
Visual Ordinal
D. Crossbite Suatu keadaan oklusi di mana satu atau lebih gigi geligi anterior atau posterior rahang atas berada dalam keadaan tonjol lawan tonjol atau lebih ke lingual dari gigi geligi rahang bawah.
Visual Ordinal
E. Openbite anterior
Suatu keadaan oklusi di mana gigi insisivus atas tidak beroklusi dengan gigi insisivus bawah
Kaliper Nominal
F. Overbite anterior Jarak vertikal antara insisal gigi insisivus atas dengan gigi insisivus bawah
Kaliper Nominal
G. Relasi
anteroposterior segmen bukal
Hubungan anteroposterior dari cusp gigi kaninus, premolar dan molar atas dengan gigi kaninus, premolar dan molar bawah maksila ke tepi insisisal insisivus mandibular
Visual Ordinal 2. A.. Penilaian DHC dari IOTN Overjet
Salah satu komponen dari IOTN, dimana jika grade 1-3 (tidak
membutuhkan perawatan) dan
grade ≥4 membutuhkan perawatan
Jarak horizontal antara insisivus rahang atas dengan rahang bawah
sejajar dataran oklusal. Overjet diukur menggunakan kaliper pada jarak maksimum antara permukaan labial insisivus sentral atas dengan permukaan labial insisivus rahang bawah
B. Crossbite Suatu keadaan oklusi di mana satu atau lebih gigi geligi anterior atau posterior rahang atas berada dalam keadaan tonjol lawan tonjol atau lebih ke lingual dari gigi geligi rahang bawah..
Visual Ordinal
C. Pergeseran titik kontak
Perubahan posisi titik kontak yang diukur berdasarkan titik kontak normal
Kaliper Nominal
D. Openbite Suatu keadaan oklusi dimana gigi
insisivus atas tidak beroklusi dengan gigi insisivus bawah diukur dari insisal insisivus sentralis rahang atas ke insisal insisivus rahang bawah
Kaliper Nominal
E. Overbite Jarak antara gigi insisivus atas
dengan mahkota klinis insisivus bawah dalam arah vertikal
Kaliper Nominal
F. Deepbite Gigitan dalam yang diukur dari arah
vertikal permukaan insisal gigi insisivus atas dan bawah
G. Gigi
supernumerary
Gigi yang tumbuh berlebih
dibandingkan dengan jumlah gigi yang normal
Visual Ordinal
H. Daerah Hipodonsia
Ruang pada gigi dimana tidak adanya benih gigi dinilai secara visual oleh peneliti
Visual Ordinal
I. Gigi Terpendam Gigi yang tidak erupsi disebabkan kurang ruang atau patologis lainnya (kecuali gigi molar tiga)
Visual Ordinal
J. Gigi Karies Gigi yang mengalami proses
demineralisasi dimana bewarna kehitaman dan tidak mendapatkan perawatan konservasi
Visual Ordinal
3. Penilaian AC
dari IOTN
Salah satu komponen dari IOTN terdiri 10 jenis foto berwarna yang disusun dari yang paling baik sampai susunan gigi yang paling buruk dinilai secara subjektif. Dimana jika grade 1-3 (tidak membutuhkan perawatan) dan grade ≥4 (membutuhkan
perawatan) Visual Ordinal 4. Tingkat kebutuhan perawatan ortodonti
Penilaian secara objektif kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan
keparahan maloklusi dengan
menggunakan ICON dan IOTN.
3.7 Alat dan Bahan Penelitian
Gambar 3. Alat yang digunakan pada penelitian. A) Penggaris, B) Kaliper, C) Jangka, D) Probe, E) Sarung tangan, F) Cheek retractor, G) Kamera, H) Masker, I) Pulpen, J) Sendok cetak, K) Rubber
bowl, L) Spatula
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: (Gambar 3) A. Penggaris B. Kaliper C. Jangka D. Probe E. Sarung Tangan F. Cheek Retractor G. Kamera H. Masker I. Pulpen J. Sendok cetak K. Rubber bowl L. Spatula A. B. 2. C. D. E. F. G. H. I. J. K. L L. . 10. 11. 12.
A. B. C. D. E. 1. 2. 3. 4. 5.
Gambar 4. Bahan yang digunakan pada penelitian. A) Lembar penilaian ICON dan IOTN, B) Dental Stone, C) Alginate, D) Air, E) Wax
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: (Gambar 4) A. Lembar penilaian ICON dan IOTN
B. Dental stone C. Alginate D. Air E. Wax
3.8 Prosedur Penelitian
1. Peneliti datang ke sekolah untuk meminta izin kepada kepala sekolah agar dapat melakukan penelitian di SMA N 18 Medan.
2. Membuat jadwal penelitian dengan kepala sekolah SMA N 18 Medan. 3. Peneliti datang ke sekolah sesuai jadwal yang telah disepakati sebelumnya. 4. Memilih murid yang sesuai dengan kriteria untuk dijadikan sampel penelitian. 5. Melakukan penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan pada setiap
sampel dan meminta infromed consent kepada setiap sampel yang sudah dipilih sesuai dengan kriteria untuk dijadikan sampel penelitian.
7. Peneliti menyesuaikan ukuran sendok cetak yang sesuai dengan ukuran rahang sampel penelitian kemudian meminta bantuan asisten untuk mengaduk bahan cetak alginat dengan air.
8. Melakukan pencetakan gigi pada masing-masing sampel dengan
menggunakan alginate, air, dan bahan sendok cetak sesuai ukuran responden. 9. Lakukan pencetakan pada rahang bawah terlebih dahulu.
10. Cetakan yang sudah mengeras dikeluarkan dari dalam mulut dan diperiksa apakah sudah baik dan sesuai. Cetakan kemudian diberikan kode untuk identitas dan dilanjutkan dengan pencetakan rahang atas dengan prosedur yang sama.
11. Setelah melakukan pencetakan gigi, peneliti melakukan pengambilan gigitan
wax ke dalam rongga mulut pasien lalu subjek diintruksikan oklusi sentrik.
Gigitan malam yang telah didapat kemudian dipindahkan ke model gigi sampel.
12. Dilakukan pengambilan foto pada gigi anterior subjek penelitian. Sebelumnya peneliti memasangkan cheek retractor pada mulut pasien dan kemudian di ambil foto pada bagian gigi anterior subjek dengan menggunakan kamera. 13. Cetakan yang telah sesuai kemudian diisi dengan menggunakan dental stone
untuk mendapatkan model gigi (Gambar 5)
Gambar 6. Model Gigi Tampak Samping
14. Lakukan pemeriksaan dan pengukuran model gigi sesuai dengan lembar pemeriksaan DHC.
15. Lakukan pengukuran model gigi yang sama tadi sesuai dengan lembar pemeriksaan ICON yang ada.
16. Hasil pengukuran setiap komponen sesuai lembar pemeriksaan kemudian disesuaikan dengan kriteria pada tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan DHC dan ICON.
17. Untuk ICON grade diatas sama dengan 43 masuk pada tingkat memerlukan perawatan sedangkan untuk DHC grade 4 dan 5 masuk kepada tingkat memerlukan perawatan.
18. Selanjutnya foto gigi anterior subjek dilihat dan disesuaikan berdasarkan
grade 1 sampai dengan 10 sesuai pedoman pemeriksaan AC.. Untuk AC grade 8-10 masuk kepada tingkat memerlukan perawatan.
19. Semua hasil yang telah didapatkan kemudian dilihat perbandingannya terhadap kebutuhan perawatan ortodontk.
3.9 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Data dianalisis menggunakan uji.statistika chi square untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan ICON dan IOTN. Data disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase.
3.10 Etika Penelitian
Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup: 1. Lembar persetujuan
Peneliti memberikan lembar penjelasan yang berisi prosedur penelitian serta manfaatnya dan lembar persetujuan kepada responden.
2. Ethical Clearence
Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etik yang bersifat internasional dan nasional.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 18 Medan. Penelitian ini menggunakan model dari hasil pencetakan murid SMA. Pengambilan sampel diambil dengan mengunakan teknik Purposive Sampling dan diperoleh 65 sampel, yang terdiri dari 31 orang laki-laki dan 34 orang perempuan yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
. Berdasarkan hasil pencatatan dan perhitungan pada subjek penelitian, dilakukan uji statistik chi square untuk mengetahui perbedaan tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Index of Complexity Outcome and Need dan Index
of Orthodontic Treatment Need dalam bentuk frekuensi dan persentase.
Tabel 10. Karakteristik Subjek Penelitian
No. Jenis kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Laki-laki 31 47,7%
2. Perempuan 34 52,3%
TOTAL 65 100
Tabel 10 menunjukkan karakteristik subjek penelitian dari 65 murid SMA Negeri 18 Medan. Diperoleh jumlah murid perempuan lebih banyak yaitu sebanyak 34 (52,3%) orang dan laki-laki sebanyak 31 (47,7%) orang.
Tabel 11. Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan Index of Complexity
Outcome and Need di SMA Negeri 18 Medan
Indeks
Perawatan (n%)
Tidak Membutuhkan Membutuhkan
ICON 48 (73,8%) 17 (26,2%)
Tabel 11 menunjukkan tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan
Index of Complexity Outcome and Need di SMA Negeri 18 Medan. Tingkat
kebutuhan perawatan berdasarkan Indeks ICON menunjukkan sebanyak 48 orang (73,8%) tidak membutuhkan perawatan, sementara 17 orang (26,2%) membutuhkan perawatan. Dimana lebih banyak subjek yang tidak membutuhkan perawatan dibandingkan dengan yang membutuhkan perawatan ortodonti.
Tabel 12. Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan Index of Orthodontic
Treatment Need pada komponen DHC di SMA Negeri 18 Medan
DHC Frekuensi (n) Persentase (%)
Memerlukan perawatan ringan (Grade 1-2) 24 orang 37 %
Perawatan sebagai pilihan (Grade 3) 23 orang 35,3 %
Sangat memerlukan perawatan (Grade 4-5) 18 orang 27,7 %
Total 65 orang 100 %
Tabel 12 menunjukkan tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan
Index of Orthodontic Treatment Need di SMA Negeri 18 Medan. Tingkat kebutuhan
perawatan berdasarkan indeks IOTN pada komponen DHC menunjukkan sebanyak 24 murid (37%) memerlukan perawatan ringan, 23 murid (35,3%) memerlukan perawatan sedang dan 18 murid (27,7%) sangat memerlukan perawatan.
Tabel 13. Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan Index of Orthodontic
Treatment Need pada komponen AC di SMA Negeri 18 Medan
AC Frekuensi (n) Persentase (%)
Memerlukan perawatan ringan (Grade 1-2) 49 orang 75,4 %
Perawatan sebagai pilihan (Grade 3) 6 orang 9,2 %
Sangat memerlukan perawatan (Grade 4-5) 10 orang 15,4 %
Total 65 orang 100 %
Tabel 13 menunjukkan tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan
Index of Orthodontic Treatment Need di SMA Negeri 18 Medan. Tingkat kebutuhan
perawatan berdasarkan indeks IOTN pada komponen AC menunjukkan sebanyak 49 murid (75,4%) memerlukan perawatan ringan, 6 murid (9,2%) memerlukan perawatan sedang dan 10 murid (15,4%) sangat memerlukan perawatan.
Tabel 14. Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan ICON dan IOTN di SMA Negeri 18 Medan
Indeks
Perawatan
Tidak Membutuhkan (n%) Membutuhkan (n%)
ICON 48 (73,8%) 17 (26,2%)
DHC 47 (72,3%) 18 (27,7%)
AC 55 (84,6%) 10 (15,4%)
Tabel 14 menunjukkan tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan ICON dan IOTN di SMA Negeri 18 Medan. Tingkat kebutuhan perawatan berdasarkan Indeks ICON menunjukkan sebanyak 48 orang (73,8%) tidak membutuhkan perawatan, sementara 17 orang (26,2%) membutuhkan perawatan. Sedangkan berdasarkan indeks IOTN pada komponen DHC menunjukkan sebanyak 47 orang (72,3%) tidak membutuhkan perawatan, sementara 18 orang (27,7%) membutuhkan perawatan dan pada komponen AC sebanyak 55 orang (84,6%) tidak membutuhkan perawatan, sementara 10 orang (15,4%) membutuhkan perawatan.
Tabel 15. Hasil Analisis Perbedaan Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan ICON dan DHC-IOTN
Tidak membutuhkan Membutuhkan p
ICON 48 orang 17 orang p = 0,843>
0,05
DHC-IOTN 47 orang 18 orang
Tabel 15 menunjukan nilai p= 0,843 > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ICON dan DHC dalam menilai kebutuhan perawatan.
Tabel 16. Hasil Analisis Perbedaan Kebutuhan Perawatan Ortodonti Berdasarkan ICON dan AC-IOTN
Tidak membutuhkan Membutuhkan p
ICON 48 orang 17 orang p = 0,130>
0,05
AC-IOTN 55 orang 10 orang
Tabel 16 menunjukan nilai p= 0,130 > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ICON dan AC dalam menilai kebutuhan perawatan.
BAB 5 PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 18 Medan. Hasil penelitian tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Index of Complexity Outcome and Need pada siswa SMAN 18 Medan menunjukkan sebanyak 73,8% tidak membutuhkan perawatan dan sebanyak 26,2% membutuhkan perawatan. Dimana persentase yang lebih tinggi adalah tidak membutuhkan perawatan dibandingkan dengan membutuhkan perawatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chukwudi Ochi di Nigeria pada 274 orang menunjukkan bahwa persentase yang lebih tinggi adalah tidak membutuhkan perawatan sebesar 58% dan membutuhkan perawatan sebesar 42%.11
Pada penelitian ini hasil penelitian menunjukkan sebanyak 26,6% yang membutuhkan perawatan dimana persentasenya lebih kecil dibandingkan dengan penelitian oleh Borzabadi-Farahani di Iran pada 496 subjek menunjukkan sebesar 46,6% membutuhkan perawatan berdasarkan ICON.23 Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ngom dan Diagne dalam menilai tingkat kebutuhan perawatan di Senegal pada 665 subjek menunjukkan sebesar 44,1% membutuhkan perawatan berdasarkan ICON.29 Perbedaan ini mungkin diakibatkan oleh adanya perbedaan jumlah sampel dan populasi antara kedua penelitian tersebut. Dimana pada penelitian ini jumlah sampel hanya 65 subjek penelitian.
Hasil penelitian tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Index of
Orthodontic Treatment Need pada siswa SMAN 18 Medan pada komponen DHC
menunjukkan persentase paling tinggi adalah 37% memerlukan perawatan ringan, kemudian diikuti oleh 35,3% memerlukan perawatan sedang dan yang paling sedikit adalah sebesar 27,7% sangat memerlukan perawatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Padisar dkk di Iran pada 250 murid sekolah menunjukkan bahwa 50% menunjukkan tidak membutuhkan perawatan ortodontik , 26,4% menunjukkan
perlu alternatif perawatan ortodontik dan 23,6% menunjukkan sangat memerlukan perawatan.8
Pada penelitian ini hasil penelitian menunjukkan sebanyak 27,7% yang sangat membutuhkan perawatan dimana persentasenya lebih besar dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh Manzanera dan Gandia di Spanyol dengan subjek penelitian 363 subjek menunjukkan bahwa 21,8% menunjukkan sangat memerlukan perawatan , 31,7% menunjukkan perlu alternatif perawatan dan 46,5% menunjukkan tidak membutuhkan perawatan ortodontik.20 Perbedaan ini mungkin diakibatkan oleh adanya perbedaan jumlah sampel dan populasi antara kedua penelitian tersebut
Hasil penelitian tingkat kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan Index of
Orthodontic Treatment Need di SMA Negeri 18 Medan pada komponen AC
menunjukkan sebanyak 49 murid (75,4%) memerlukan perawatan ringan, 6 murid (9,2%) memerlukan perawatan alternatif dan 10 murid (15,4%) sangat memerlukan perawatan. Pada penelitian ini persentase paling tinggi adalah tidak membutuhkan perawatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Padisar dkk di Iran pada 250 murid menunjukkan bahwa 88,8% menunjukkan tidak membutuhkan perawatan ortodontik , 8,4% menunjukkan perlu alternatif perawatan ortodontik dan 2,8% menunjukkan sangat memerlukan perawatan.8
Peneliti dalam penelitian ini juga membandingkan tingkat kebutuhan perawatan berdasarkan Index of Complexity Outcome and Need dan Index of
Orthodontic Treatment Need pada siswa SMAN 18 Medan dan menunjukkan hasil
26,2% membutuhkan perawatan berdasarkan ICON sedangkan berdasarkan indeks IOTN pada komponen DHC menunjukkan sebesar 27,7% membutuhkan perawatan dan pada komponen AC sebanyak 15,4% membutuhkan perawatan ortodonti. Dimana persentase kebutuhan perawatan yang paling tinggi adalah berdasarkan DHC-IOTN diikuti dengan ICON dan yang paling kecil persentasenya adalah AC-IOTN. Hal ini sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Borzabadi-Farahani di Iran pada 496 subjek menunjukkan sebesar 46,6% membutuhkan perawatan berdasarkan ICON, 36,1% membutuhkan perawatan
berdasarkan DHC dari IOTN dan sebesar 17,9% membutuhkan perawatan berdasarkan AC dari IOTN.23
Penelitian yang dilakukan oleh Ngom dan Diagne di Senegal pada 665 subjek menunjukkan sebesar 44,1% membutuhkan perawatan berdasarkan ICON, 42,6% membutuhkan perawatan berdasarkan DHC dari IOTN dan sebesar 8,7% membutuhkan perawatan berdasarkan AC dari IOTN.29 Berdasarkan kedua hasil penelitian tersebut tingkat kebutuhan perawatan ortodonti dengan persentase paling tinggi adalah berdasarkan ICON namun persentase paling kecil adalah berdasarkan AC-IOTN yang hasilnya serupa dengan penelitian ini. Perbedaan ini mungkin diakibatkan oleh adanya perbedaan jumlah sampel dan populasi antara kedua penelitian tersebut. Pada penelitian ini sampel hanya sebesar 65 subjek tentunya berbeda dengan penelitian lain yang menggunakan sampel rata-rata diatas 200 subjek penelitian.
Pada penelitian ini hasil penelitian menunjukkan kebutuhan perawatan berdasarkan ICON 26,2% sedangkan berdasarkan indeks IOTN pada komponen DHC menunjukkan 27,7% membutuhkan perawatan dan pada komponen AC 15,4% membutuhkan perawatan ortodonti. Perbedaan hasil kebutuhan perawatan berdasarkan ICON dan DHC-IOTN menunjukkan selisih sebesar 1,5% sehingga berdasarkan uji statistika chi square yaitu tidak terdapat perbedaan signifikan antara kedua indeks tersebut (p=0,843>0,05). Sedangkan perbedaan hasil kebutuhan perawatan berdasarkan ICON dan AC-IOTN menunjukkan selisih sebesar 10,8% sehingga berdasarkan uji statistika chi square yaitu tidak terdapat perbedaan signifikan antara kedua indeks tersebut (p=0,130>0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Borzabadi-Farahani di Iran pada 496 subjek menunjukkan hasil tidak terdapat perbedaan signifikan antara indeks ICON dan IOTN yaitu berdasarkan ICON dan DHC-IOTN (p=0,321) dan berdasarkan ICON dan AC-IOTN (p=0,124). 23