Bab 3
Ritual Interaksi di Desa Muara Langon
3.1 Pendahuluan
Bab 3 akan mendeskripsikan mengenai ritual interaksi yang terjadi di desa Muara Langon.
Data-data mengenai desa Muara Langon dan kehidupan bersama masyarakatnya terutama
hubungan yang terjadi antarpemeluk beragama dipaparkan dengan detail. Untuk melihat interaksi
yang terjadi maka dalam bab ini akan dipaparkan mengenai upacara atau kegiatan-kegiatan
bersama dimana pemeluk beragama ini dapat bertemu dan berinteraksi.
Ada beberapa kegiatan baik budaya maupun keagamaan yang akan diuraikan dalam bab 3
ini seperti upacara membayar hutang dari penganut Kaharingan, upacara syukur panen, upacara
perkawinan, dan kegiatan nugal atau menanam padi ladang. Harapannya dengan memaparkan
kegiatan-kegiatan tersebut akan nampaklah ritual interaksi pemeluk beragama.
3.2 Profil Desa Muara Langon
Profil desa Muara Langon ini penulis peroleh dari kepala Desa Muara Langon yang
menjabat pada periode 2017-2022. Data ini disusunnya untuk kepentingan pengembangan desa.
Sebelum menjabat sebagai kepala Desa beliau bertugas sebagai aparatur desa.
3.2.1 Sejarah Desa
Muara Langon merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Muara Komam
Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Desa Muara Langon terletak dipenghujung Barat
Daya Kabupaten Paser dan berbatasan langsung dengan provinsi Kalimantan Selatan. Desa
Muara Langon berjarak lebih kurang 150 km dari ibukota Kabupaten Paser, Tanah Grogot.
Di desa yang letaknya cukup jauh dari ibu kota kabupaten, apalagi ibu kota provinsi ini,
asli di Kabupaten Paser, tetapi juga penduduk dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Desa
ini juga didiami oleh penduduk yang tidak saja menganut kepercayaan Kaharingan tetapi juga
beragama Kristen, Islam dan Hindu.
Sebelum tahun 1962, Desa Muara Langon adalah sebuah kampung kecil yang dihuni hanya
sekitar 45 kepala keluarga. Mereka berasal dari desa Upau di Kalimantan Selatan mereka masuk
dalam rumpun Dayak Deah. Mereka menetap di Muara Langon untuk mencari kehidupan dengan
berladang. Mereka berladang di daerah ini lebih dari tahun 1962. Menurut informasi dari salah satu
warga desa yang sudah cukup tua, ia sudah menetap di daerah ini sekitar tahun 1945.
Sejarah berdirinya kampung Muara Langon dapat dibagi dalam dua periode, yaitu periode
pertama tahun 1962 – 1982 dimana Muara Langon masih disebut kampung dan dipimpin oleh seorang kepala kampung.1 Periode kedua pada tahun 1982 hingga kini, Muara Langon tidak lagi
disebutkan kampung melainkan desa dan dipimpin oleh seorang kepala desa yang dipilih melalui
proses pemilihan. Sampai saat ini sudah ada 14 orang yang pernah memimpin di desa Muara
Langon, dimulai dengan Bapak Adi Sucipto yang adalah seorang Jawa dan beliau merupakan
pegawai PERTAMINA. Beliau menjabat sebagai kepala kampung oleh karena ditunjuk langsung
oleh Asisten Wedana
Pada masa pemerintahan Bapak Adi Sucipto terjadi suatu perubahan dalam pengaturan
wilayah provinsi di Indonesia termasuk Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Pengaturan ini
berdampak terhadap desa Muara Langon yang pada awalnya berada di provinsi Kalimantan Selatan
kemudian dialihkan masuk ke wilayah Kalimantan Timur. Pada awal Muara Langon diatur oleh
pemerintah provinsi yang berdomisili di Banjarmasin kemudian diserahkan pengaturannya ke
1 Data yang dipaparkan dalam profil desa merupakan data yang penulis peroleh dari Kepala desa Muara
pemerintahan provinsi yang berada di Samarinda. Secara geografis letak desa Muara Langon lebih
dekat ke Banjarmasin daripada ke Samarinda. Penduduk yang mendiami desa Muara Langon lebih
banyak berasal dari Kalimantan Selatan baik suku Banjarnya maupun suku Dayak Deah.
Pada awal berdirinya, kegiatan utama saat itu di kampung Muara Langon adalah untuk
menata kelembagaan kelompok masyarakat tersebut walaupun masih bersifat sederhana, mulai dari
pembagian kelompok yang nantinya berkembang menjadi RT dan penataan kelompok-kelompok
pertanian yang lain. Pada saat itu kegiatan kelompok masyarakat ini bergerak pada sektor pertanian
dan sektor perkebunan. Para pendatang yang berasal dari kampung sebelah memilih bercocok
tanam padi humaan dan menanam kopi, lada dan sayur mayur. Pada masa itu tanaman-tanaman
tersebut menjadi komoditi andalan kampung Muara Langon ini.
Selanjutnya pada periode kedua pemerintahan kampung, dipimpin seorang tokoh Dayak yang
cukup disegani yaitu Bapak M. Yusup R. Pergantian kepala kampung selalu berjalan dengan baik
melalui penunjukkan oleh pimpinan pemerintahan yang lebih tinggi hingga pada tahun 1982 saat
bapak Juhran bertugas sebagai kepala kampung, terjadi perubahan istilah dari kampung menjadi
desa dan perubahan istilah kampung menjadi desa.
Pada periode bertugas Bapak Juhran terjadilah perubahan istilah dari kepala kampung
menjadi kepala desa. Istilah inilah yang terus dipergunakan sampai saat ini. Begitu pula sistem
demokrasi dalam menetapkan kepala desa adalah melalui proses pemilihan. Pemilihan kepala
desa yang terakhir ini terjadi pada tanggal 7 Desember 2016 pukul 15.30 wita yang menetapkan
Bapak Sufriadi berasal dari etnis Bugis sebagai kepala desa yang baru yang akan bertugas pada
periode 2017-2022.
3.2.2 Gambaran Geografis
Sebelah Utara : Desa Binangon , Sekuan Makmur dan Lusan
Sebelah Timur : Desa Selerong, Kelurahan Muara Komam
Sebelah Selatan : Desa Lano, Solan dan Naloi Provinsi Kalimantan Selatan
Sebelah Barat : Desa Lano Kalimantan Selatan
Desa Muara Langon secara geografis terletak pada 7 , 11’ , 0” –7 , 15’ , 0” BTdan 107 , 15’ ,
0” –s/d 107 ,2’ ,2” dengan topografi desa Muara Langon secara keseluruhan berada pada
ketinggian antara 750 s/d 1200 dpl dengan topografi bervariasi dari dataran, landai dan berbukit.
Iklim berdasarkan klasifikasi iklim dari Schmit Ferquson termasuk ke dalam tata iklim dengan
curah hujan rata-rata 2150 mm/th curah hujan terbesar antara bulan September s/d Januari dan
terkecil antara bulan Maret s/d Juli. Hidrologi keadaan sumber air yang masuk ke dalam Desa
Muara Langon masih cukup baik. Luas wilayah mencapai 11.345.000 km2. Pola Pemukiman
penduduk bila mengacu pada tulisan Jamaludin maka desa Muara Langon dapat digolongkan
kepada pola lokasi desa terpusat.2 Pola lokasi desa terpusat ini artinya pola lokasi desa yang mana
pemukiman penduduknya mengumpul di suatu lokasi yang memiliki administratif lebih kecil
seperti RT. Dengan kondisi yang seperti demikian¸ hubungan antar warga desa yang lebih erat
pada tingkat RT karena penduduk terpusat pada tempat tertentu yang memiliki jarak dengan RT
yang lain.
3.2.3 Gambaran Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk Desa Muara Langon berdasarkan profil desa tahun 2016 sebesar 2.605 jiwa
yang terdiri dari 1367 laki laki dan 1238 perempuan. Sedangkan pertumbuhan penduduk dari tahun
2014 sampai dengan tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Tingkat Petumbuhan Penduduk
N0 JENIS KELAMIN 2014 2015 2016 %
1 Laki-laki 1227 1289 1367 18
2 Perempuan 1138 1204 1238 36
3 Jumlah 2365 2493 2605 54
Sumber Data Profil Desa Tahun 2016
Komposisi laki-laki dan perempuan cukup seimbang. Sekarang ini juga telah ada seorang
perempuan menjadi ketua RT. Sejauh ini peran laki-laki dan perempuan dapat dikatakan sama,
apalagi bagi keluarga-keluarga petani. Suami dan istri ikut berperan dalam meningkatkan
ekonomi keluarga.
3.2.4 Gambaran Penduduk Menurut Kepercayaan Penduduk
Tabel 2
Sumber Data Profil Desa Tahun 2016
Penduduk desa Muara Langon yang beragama Kristen merupakan warga gereja aliran
Protestan, dua kepala keluarga dari gereja aliran Pentakosta dan dua kepala keluarga Katolik
Warga gereja aliran Protestan ini telah ada sejak tahun 1976.3 Dalam data statistik di atas antara
aliran Protestan dan Pentakosta digabung. Hanya terdapat satu tempat ibadah Kristen di desa ini.
Ini pun sudah dari tahun 19604 dan baru satu kali mengalami renovasi.
3 Hasil wawancara dengan Ibu Gultom mantan jemaat di Gereja yang ada di Muara Langon dan sekarang
menetap di Tanah Grogot Kabupaten Paser. Beliau sekarang adalah anggota jemaat gereja tempat saya bertugas. Wawancara dilakukan pada 17 November 2017.
Penduduk desa dengan kepercayaan Kaharingan adalah orang Dayak. Mereka telah
bermukim di daerah ini sejak tahun 1960 mereka merupakan penduduk yang berasal dari daerah
Upau di Kalimantan Selatan. Tidak terdapat rumah ibadah bagi penganut kepercayaan
Kaharingan. Mereka beribadah pada waktu-waktu tertentu saja. Upacara keagamaan pun
dilaksanakan di rumah penganutnya saja.
Penduduk yang beagama Islam sebagian besar berasal dari suku Banjar dan suku Paser.
Suku Paser merupakan penduduk asli sedangkan penduduk pendatang berasal dari suku Banjar,
Bugis, Jawa, Madura dan lain-lain. Fasilitas ibadah pemeluk Muslim yang tersedia yaitu tiga
buah Mesjid dan empat buah langgar.
Dari gambaran di atas jelas bahwa di desa Muara Langon penduduk beragama Islam adalah
penduduk terbanyak. Dalam membangun relasi dengan mereka maka penganut agama lain harus
belajar untuk memahami dan menghargai aturan-aturan yang berlaku dalam ajaran agama Islam.
Hal itu akan membantu dalam perjumpaan dengan mereka dalam berbagai kesempatan.
3.2.5 Gambaran Penduduk Menurut Mata Pencarian Penduduk
Sebagian besar penduduk Desa Muara Langon bekerja pada sektor pertanian disusul sektor
wiraswasta secara detail mata pencahariaan penduduk Desa Muara Langon adalah sebagai berikut:
9 Pelajar 277 250 298 255
Sumber Data Profil Desa Tahun 2016
Mayoritas penduduk desa Muara Langon adalah petani. Mereka bertani dengan cara
berpindah-pindah. Terkadang ladang yang mereka kelola dengan dengan pemukiman tetapi tidak
jarang juga jauh letaknya dari pemukiman. Oleh karena jauh dari pemukiman seringkali
penduduk berladang itu tidak pulang ke kampung tetapi memilih tinggal di ladangnya untuk
menjaga dan merawat ladangnya dari hewan pengganggu. Kondisi yang seperti demikian
membuat pertemuan mereka dengan warga kampung yang lain sangatlah minim. Pertemuan
terjadi umumnya jika ada acara-acara seperti perkawinan, musim nugal atau upacara-upacara
keagamaan. Pada musim nugal pertemuan lebih sering dan interaksi lebih intens karena kebiasan
kerja bersama membuat sawah atau ladang berpindah. Kehidupan sebagai masyarakat petani
lebih menonjol di desa Muara Langon.
3.2.6 Gambaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu instrumen penting untuk peningkatan kualitas dan kuantitas
pendidikan. Di Desa Muara Langon masih terdapat 20 % perempuan yang belum tamat SD dan
19% laki laki yang belum tamat SD. Sedangkan sedangkan yang menamatkan Akademi dan
Perguruan Tinggi baru 5% untuk wanita dan 6 % untuk laki laki.
No TAMAT PENDIDIKAN LAKI- LAKI PEREMPUAN
1 Tidak tamat SD 287 245
2 Tamat SD 274 257
3 Tamat SLTP 295 264
4 Tamat SLTA 156 116
5 Tamat Akademi/PT 29 27
Sumber Data Kantor Desa Muara Langon Tahun 2016
Sisi pendidikan warga desa Muara Langon ini masih tergolong sangat rendah. Dengan
tingkat pendidikan yang rendah pemahaman dan pengetahuan juga sangat terbatas. Agama dan
adat istiadat tiap-tiap etnis yang ada sangat mempengaruhi pemikiran mereka dalam bertindak.
Tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat memiliki peran yang penting dalam mengatur
dan menata kelangsungan hidup masyarakat di desa.
Dengan tingkat pendidikan yang rendah, masyarakat akan lebih mudah disusupi
pengajaran-pengajaran agama yang akan sangat mempengaruhi pola tindakan individu dalam
berinteraksi dengan orang lain.
3.2.7 Gambaran Penduduk Menurut Suku
Desa Muara Langon yang terletak diperbatasan dengan Kalimantan Selatan ini didiami oleh
penduduk yang berasal dari Kalimantan Selatan. Hal ini ditunjukkan dalam prosentase jumlah
suku Banjar yang sangat dominan yaitu 60 %, disusul dengan Dayak yang berasal juga dari
Kalimantan Selatan sebanyak 8 %. Namun demikian penduduk berasal dari Jawa menduduki
peringkat kedua sebanyak 10 %. Suku Paser yang merupakan peduduk awal di kabupaten Paser
hanya sebanyak 7%. 15% sisanya terdiri dari beragam suku seperti Ambon, Madura, Menado,
Bugis dan lain-lain.5
5 Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Muara Langon periode 2017-2022 Bpk, Sufriadi pada tanggal 5
Komposisi penduduk yang beragam di desa Muara Langon tidaklah mengherankan.
Walaupun berada jauh dari ibukota kabupaten maupun ibukota provinsi tetapi desa Muara
Langon berada pada jalur perlintasan yang menghubungkan Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Timur, sehingga desa ini bukanlah desa yang terpencil. Apalagi sejak masa penjajahan sudah
terdapat booster PERTAMINA yang tidak jauh dari desa ini.
Komposisi penduduk dengan berbagai macam suku bangsa ini memperlihatkan kurangnya
sistem kekerabatan. Kekerabatan dalam bahasa Inggris disebut kinship. Kekerabatan menunjuk
pada hubungan atas dasar pertalian darah.6 Oleh karena warga desa berasal dari berbagai suku
yang berbeda, mereka juga bukan penduduk asli maka mereka tidak memiliki hubungan pertalian
darah. Hubungan kekerabatan yang ada adalah karena perkawinan. Melalui perkawinan terjadi
percampuran suku dan pembauran agama. Relasi dibangun atas dasar kepentingan untuk suatu
pekerjaan.
Namun demikian dari informasi yang diperoleh hingga saat ini tidak pernah terjadi
keributan ataupun kerusuhan di daerah ini. Kerusuhan antar etnis yang terjadi pada sekitar tahun
2000 – 2003 antara Dayak dan Madura ternyata tidak mempengaruhi kehidupan masyarakat di desa ini. Mereka tetap hidup bersama berdampingan hingga saat ini dengan prinsip tidak ada
yang saling mengusik atau mengganggu kepentingan satu dengan yang lain.7
6 Jamaludin, Sosiologi, 75
3.3 Upacara Keagamaan
3.3.1 Upacara Keagamaan Kaharingan8
Upacara ini dilaksanakan dalam rangka tuan rumah memperoleh kesembuhan dari sakit
yang mereka derita. Upacara tersebut dipimpin oleh seorang Balian yang didatangkan dari
Kalimantan Selatan, oleh karena di wilayah desa Muara Langon tidak memiliki seorang Balian.
Upacara dimulai sekitar pukul 21.00 wita. Menurut peserta yang hadir waktu ini adalah waktu
yang tepat untuk memanggil roh-roh. Upacara ini diselenggarakan selama 2 hari.
Upacara membayar hutang ini terdiri atas beberapa bagian, pertama adalah bagian
persiapan acara. Persiapan acara itu biasanya ada semacam pertemuan yang dipimpin tokoh adat
yang mengatur persiapan berbagai hal berkaitan dengan upacara, seperti mencari baliannya,
peralatan yang akan dipergunakan selama upacara berlangsung dan makanan yang akan dimakan
dalam upacara tersebut. Kegiatan selanjutnya setelah pertemuan adalah bagi kaum laki-laki
mencari kayu dan menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk dimasak. Bagi kaum
perempuan pekerjaan mereka adalah membersihkan bahan makan, memasak, menyajikannya
kepada para peserta upacara hingga membersihkan segala peralatan yang sudah selesai dipakai
memasak.
Kedua adalah upacara itu sendiri. Tidak ada tata ibadah atau susunan acara tertentu dalam
upacara tersebut. Hanya sang Balian yang terus berbicara dengan roh yang dipanggilnya untuk
datang ke rumah tempat upacara tersebut. Sang Balian mempergunakan bahasa Dayak sehingga
semua orang yang hadir dalam upacara tersebut memahami apa yang diucapkan oleh Sang Balian
kecuali orang non Dayak. Tidak seperti upacara keagamaan pada umumnya, upacara dalam
8 Hasil Wawancara dengan Ibu Soter di rumah beliau dan bapak Kuntur pada tanggal 5 September 2017. Di
Kaharingan ini terlihat santai. Para peserta upacara terlihat santai. Para pemain musik pun
demikian. Para peserta dapat saling berbicara bahkan sekali-sekali tertawa. Mereka melakukan
hal tersebut tidak merasa menggangu Balian yang sedang berbicara dengan roh-roh tersebut.
Meski terjadi percakapan diantara peserta upacara namun ketika saat tertentu mereka tahu bahwa
pada saat itu adalah waktu untuk membunyikan alat musik. Sehingga dapat dikatakan bahwa
upacara tersebut tetap dapat berjalan dengan lancar.
Ketika tamu datang dalam upacara tersebut, tuan rumah menyambut dengan baik tamu
yang datang walaupun berbeda agama. Tamu diberi makan dari makanan yang sama dengan yang
mereka makan. Tamu dipersilakan untuk mengikuti jalannya upacara yang berlangsung dan
melihat proses yang dilakukan oleh Sang Balian. Bagian ketiga dari kegiatan ini adalah
membersihkan atau merapikan kembali peralatan di tempat di mana upacara itu diselenggarakan.
Barang yang dipinjam dikembalikan.
Dalam rangkaian kegiatan upacara tersebut, peserta yang terlibat tidak hanya warga
Kaharingan tetapi juga warga desa yang beragama Kristen yang bertetangga dengan tuan rumah
dan warga desa yangg memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga tersebut. Mereka hadir
oleh karena diundang. Mereka hadir dalam upacara tersebut untuk mendukung terlaksananya
upacara yang dilakukan oleh tetangga atau kerabatnya tersebut agar dapat berjalan dengan baik
dan lancar. Partisipasi warga Kristen tidak hanya saat upacara itu berlangsung, tetapi mulai dari
persiapan sampai berakhirnya kegiatan upacara tersebut.
Dalam wawancara dengan salah satu peserta upacara yang beragama Kristen, beliau
mengungkapkan bahwa tujuan kehadiran mereka adalah sebagai bagian dari warga adat Dayak
dan bukan mempercayai roh-roh itu yang dipanggil oleh Balian. Alat musik yang mereka
Warga Kristen dan warga Kaharingan dapat menjalin hubungan dan kerja sama yang baik
ketika menjalankan upacara tersebut. Tidak ada ditemukan pemisahan atau permusuhan diantara
mereka, walaupun ada perbedaan keyakinan. Tamu yang datang sekalipun bukan orang Dayak
dan bukan kepercayaan Kaharingan tetap disambut dengan baik dalam pertemuan tersebut.
3.3.2 Ibadah Syukur Panen9
Acara syukur panen yang diselenggarakan oleh pihak gereja dalam rangkaian ungkapan
syukur atas kemurahan Tuhan yang telah memberkati usaha dan kerja keras warga jemaat,
sehingga diperoleh hasil yang baik dari kegiatan pertanian. Acara ini rutin dilaksanakan setiap
tahun yaitu pada waktu akhir masa panen padi ladang. Ungkapan syukur dinyatakan jemaat
dengan mempersembahkan hasil panen warga sebagai buah sulung panen. Dalam hal pengaturan
acara sepenuhnya menjadi tanggung jawab pendeta dan majelis jemaat yang ada di desa Muara
Langon.
Persiapan kegiatan syukuran dilakukan selama lebih kurang empat bulan. Panitia bekerja
bersama jemaat dan dibantu beberapa warga Kaharingan yang tinggal berdekatan dengan gereja.
Panitia mempersiapkan area yang akan dipergunakan untuk kegiatan syukuran. Bahan-bahan
untuk memasak dan bahan-bahan untuk dimasak semua dipersiapkan. Warga Kaharingan juga
ikut terlibat membantu kegiatan persiapan ini meskipun bukan panitia.
Acara syukur panen adalah ibadah yang diatur menurut ketentuan gereja yang
bersangkutan. Ibadah ini dipimpin oleh seorang pendeta. Dengan menggunakan tata ibadah yang
telah disesuaikan dengan tata ibadah gereja. Ibadah dimulai tepat pukul 10.00 wita. Ibadah
diawali dengan tarian giring-giring khas Dayak, sebagai tarian penyambutan. Setelah itu para
pendeta dari beberapa gereja yang hadir berprosesi memasuki area tempat ibadah. Ibadah
9 Hasil Wawancara dengan warga jemaat Ibu Koster dan Ibu Pangalila, tanggal 26 Agustus 2017 di Gereja
dilaksanakan di luar gedung gereja. Ibadah ini terbagi dalam empat bagian. Bagian pertama
pembukaan dipimpin oleh seorang pelayan liturgi. Pelayan liturgi memimpin jemaat untuk
bernyanyi dan berdoa Bagian kedua adalah khotbah, bagian ini dilayani oleh seorang pendeta
yang diundang khusus untuk datang dari Balikpapan guna memenuhi permintaan dari jemaat
setempat. Dalam khotbahnya beliau menyampaikan mengenai penyertaan Tuhan dalam
pembangunan Bait Allah di Israel. Bagian ketiga, merupakan bagian memberi persembahan.
Dalam bagian ini jemaat bernyanyi bait yang pertama lalu petugas-petugas yang telah ditunjuk
mengumpulkan uang dari jemaat dan undangan yang hadir setelah pengumpulan uang selesai
jemaat kembali nmenyanyikan bait yang selanjutnya. Jemaat yang hadir ini memberikan
persembahan dengan sukarela oleh karena demikian yang diyakini dan diajarkan dalam
agamanya. Bagian keempat adalah bagian penutup yang mana pada bagian ini pendeta yang
berkhotbah tadi mendoakan dan memberkati seluruh jemaat.
Hal yang menarik dalam kegiatan syukur panen ini adalah kehadiran Kepala Desa bersama
dengan istri dalam ibadah. Pada umumnya diwilayah kabupaten Paser ini seorang pejabat
pemerintahan yang hadir dalam kegiatan keagamaan pemeluk tertentu, hanya akan hadir untuk
memberikan sambutan tidak hadir dan mengikuti ibadah.
Dalam pemberian sambutan telah ditentukan beberapa orang untuk menyampaikannya.
Sambutan pertama disampaikan oleh ketua panitia pembangunan, dilanjutkan dengan salah satu
pengurus gereja dari pusat. Pendeta yang ditugas di gereja yang akan dibangun menyampaikan
sambutan selanjutnya disusul dengan pendeta yang datang dari Balikpapan sebelum sambutan
diakhiri oleh Kepala Desa kesempatan diberikan juga kepada KAPOLSEK untuk memberikan
sambutannya. Pada saat penyampaian sambutan Kepala Desa selaku pimpinan di desa untuk
menjaga kerukunan sehingga desa Muara Langon menjadi tempat kondusif untuk kehidupan
bersama dalam perbedaan. Kesempatan yang sama juga diberikan kepada KAPOLSEK yang
dalam sambutannya beliau menyampaikan kesiapan aparat kepolisian untuk menjaga keamanan
dan ketertiban di desa.
Acara selanjutnya adalah peletakkan batu pertama. Peletakkan batu pertama dilakukan oleh
beberapa orang yang ditunjuk. Pendeta yang menjadi ketua di jemaat tersebut yang memulai
pertama kali untuk meletakkan batu, dilanjutkan pendeta kedua jemaat ini yang berada di tempat
terselenggaranya syukuran ini dan seterusnya adalah pendeta-pendeta dari gereja-gereja
terdekat.pada bagian akhir bapak KADES dan Bapak KAPOLSEK pun ikut serta sebagai salah
satu yang meletakkan batu pertama. Dengan demikian acara yang kedua dalam kegiatan syukur
panen telah selesai.
Upacara dihadiri oleh seluruh jemaat dan undangan. Undangan terdiri dari gereja-gereja
terdekat, gereja tetangga dan warga desa yang tinggal berdekatan dengan gereja. Di sekitar gereja
terdapat warga desa beragama Islam dan Kaharingan. Bapak Kepala Desa berkenan hadir
memenuhi undangan warga gereja. Beliau hadir sejak awal ibadah hingga selesai dan juga
menyampaikan kata sambutannya. Tidak hanya Kepala Desa, bapak KAPOLSEK juga berkenan
hadir dan memberikan sambutan dalam acara tersebut. Dengan kehadiran mereka menjadi
lengkap kehadiran aparat desa dalam acara tersebut.
Para penari dalam pembukaan ibadah tersebut, berasal dari sebuah sanggar tari milik gereja
tetangga. Para penari yang tergabung dalam sanggar tari ini tidak hanya beragama Kristen tetapi
juga beragama Islam dan memiliki kepercayaan Kaharingan. Selain penari ada pemain musik
keyakinan Kaharingan. Tarian ini membuat ibadah syukur bernuasa kedaerahan khususnya
kebudayaan orang Dayak yang menjadi 50% warga gereja di wilayah Muara Langon.
Warga Kaharingan tidak saja hadir pada saat acara tetapi mereka juga ikut terlibat sejak
mempersiapkan acara tersebut, yaitu beberapa hari sebelum hari H. Mereka terlibat mulai dari
menyiapkan bahan-bahan dan peralatan untuk memasak hingga memasakkan makanan yang akan
disajikan dalam acara tersebut. Dalam kesempatan ini pemeluk Muslim yang diundang dalam
acara ini, khususnya mereka yang berkawan dekat dengan warga gereja dan tinggal dekat dengan
gereja namun demikian mereka berhalangan hadir dalam kegiatan tersebut.
3.3.3 Peringatan Idul Adha dan Idul Fitri10
Ada dua kegiatan keagamaan pemeluk Islam yaitu Idul Adha dan Idu Fitri. Idul Adha lebih
dikenal dengan hari raya korban. Peringatan hari raya Idul Adha dimulai dengan berpuasa selama
2 hari setengah. Setelah itu pada hari raya Idul Adha paginya pemeluk Islam bersholat di Mesjid.
Selesai sholat mereka pulang ke rumah masing-masing. Tidak ada acara khusus yang dilakukan
oleh pemeluk Islam kecuali di rumah masing-masing keluarga saling bermaaf-maafan. Di dalam
keluarga juga menikmati hidangan yang sudah dipersiapkan.
Di Mesjid dilaksanakan pemotongan hewan kurban. Di desa Muara Langon hewan kurban
yang dipotong berasal dari pemerintah daerah. Tidak ada sumbangan hewan kurban selama ini.
hewan kurban yang sudah dipotong kemudian dibagi-bagikan kepada semua warga di desa tidak
terkecuali warga desa non muslim yang miskin juga menerima.
Peringatan Idul Fitri pun tidak terlalu ramai. Biasanya setelah Sholad Id di Mesjid
keluarga-keluarga muslim pulang ke rumahnya masing-masing. Menikmati berbagai hidangan yang sudah
mereka siapkan. Dalam hari raya idul fitri terdapat juga saling bermaaf-maafan bahkan dalam
hari raya Idul Fitri dilaksanakan bukan saja diantara orang muslim tetapi juga dengan tetangga
yang berbeda agama.
3.4 Upacara Kemasyarakatan
Nugal merupakan sarana perjumpaan warga desa yang tidak saja beragama Kristen tetapi
juga Islam dan Kaharingan. Kegiatan Nugal juga adalah sebuah pertemuan yang terfokus. Pada
saat nugal warga desa berkumpul dan kehadiran mereka terfokus pada satu hal yaitu bekerja
menanam padi. Maka lewat kegiatan nugal ini sebenarnya perbedaan kepercayaan tidak menjadi
penghalang bagi kebersamaan yang tercipta untuk satu tujuan yang sama.
Sama seperti kegiatan Nugal, kegiatan perkawinan pun menjadi tempat perjumpaan warga
desa yang bukan hanya berjumpa tetapi juga bekerja sama, saling berbicara untuk mencapai
tujuan bersama.
3.4.1 Kegiatan Bersih Lahan dan Nugal11
Nugal atau menanam padi adalah kegiatan rutin tahunan yang dilakukan oleh warga desa
Muara Langon. Nugal dimulai pada sekitar bulan Agustus atau September. Diharapkan ketika
musim hujan datang pada bulan Oktober tanaman padi dapat bertumbuh dengan baik dan
memperoleh hasil yang memuaskan.
Kegiatan nugal dimulai dengan pembersihan lahan. Untuk membersihkan sebuah lahan dan
nugal, sebagaimana kebiasaan warga desa ini, mereka tidak melakukan itu sendirian tetapi
mereka melakukannya bersama warga desa yang lain. Untuk dapat bekerja sama dengan warga
desa, maka pemilik lahan harus mengundang warga desa yang lain agar terlibat. Undangan
11 Hasil Wawancara dengan Bapak Reka sebagai pemilik lahan. Wawancara dengan beliau dilaksanakan pada
disampaikan secara lisan. Melalui satu orang kemudian diteruskan kepada orang lain. Tanpa
mengundang maka tidak akan mungkin seseorang akan hadir dalam kegiatan membersihkan
ladang atau nugal ditempatnya dan warga desa menganggap bahwa pemilik lahan akan
mengerjakan lahannya sendiri dan tidak membutuhkan bantuan dari warga desa yang lain.
Undangan membuat orang mau terlibat dalam kegiatan itu.
Proses mengundang secara lisan telah terjadi bertahun-tahun dan menjadi kebiasaan warga
desa. Mengundang kerja dengan memakai undangan tertulis maka hal itu tidak akan mendapat
tanggapan. Undangan secara lisan tidak hanya berlaku pada kegiatan nugal tetapi juga dalam
kegiatan-kegiatan lainnya seperti perkawinan dan rapat di kantor desa. Undangan lisan ini tidak
ditujukan kepada orang-orang tertentu. Undangan ini bersifat umum.
Dalam undangan lisan untuk kerja bersih lahan dan nugal tidak terdapat unsur paksaan
untuk hadir. Kehadiran individu ditentukan dirinya sendiri. Tetapi jika individu yang diundang
memiliki harapan jika nantinya, saat ia akan membersihkan ladang orang lain ikut membantunya
maka undangan ini menjadi suatu keharusan bagi dirinya untuk datang membantu. Hal ini bukan
merupakan aturan tertulis tetapi ada dan dihayati serta dipahami dengan baik oleh warga di desa
Muara Langon. Untuk hal ini berlaku bagi siapa saja yang hidup di desa Muara Langon tanpa
terkecuali.
Undangan ini tidak melihat agama atau kepercayaan seseorang. Undangan ini merupakan
tanda yang dikirim pemilik lahan kepada semua warga di desa untuk terlibat dalam pekerjaan
yang akan dilaksanakannya. Lewat undangan ini memungkinkan akan terjadinya perjumpaan
antarpemeluk beragama untuk bekerja bersama.
Pada hari yang telah ditentukan sesuai undangan warga desa datang dan berkumpul di lahan
keyakinannya seperti berdoa terlebih dulu sebelum memulai pekerjaan dengan harapan agar
selamat ketika melakukan pekerjaan membersihkan ladang atau nugal mereka akan diberikan
keselamatan dan perlindungan dari Tuhan. Begitu pula lahan yang dibersikan dapat dikerjakan
dengan baik. Bagi penganut agama lain yang hadir dimohon agar berdoa sesuai dengan
keyakinannya masing-masing.
Dalam bekerja masing-masing melakukan pekerjaannya dengan baik namun demikian tidak
dapat dipastikan apakah semua orang bekerja dengan baik atau tidak. Dalam melakukan
pekerjaan ini terdapat seseorang pemimpin, tujuannya untuk proses dan kerapian tanaman di
ladang yang ditanam. Pemimpin mengarahkan orang-orang yang berkerja. Pemimpin ini diminta
oleh keluarga pemilik lahan. Sebelum dimulai pekerjaan pemimpin memberi arahan seperti apa
tanaman padi akan ditanam. Namun demikian masing-masing orang mengerti dan memahami
apa yang harus dikerjakannya. Sesuai dengan hal-hal yang mereka pelajari sejak mereka kecil.
Semua bekerja dengan kerelaan hati. Dalam bekerja juga disertai dengan percakapan ringan dan
diselingi candaan. Membuat pekerjaan tidak terasa berat.
Tanggung jawab dari pemilik lahan terhadap kehadiran orang banyak yang datang untuk
bekerja adalah menyiapkan makanan baik yang ringan seperti kopi dan kue juga makanan utama
yaitu nasi dan lauk. Kerja keras warga desa tidak dihitung dengan uang. Pemilik lahan
menyiapkan makanan sebagai ganti tenaga yang telah dikeluarkan.
Setelah pembersihan lahan atau nugal selesai dilaksanakan dipihak pemilik lahan maka
pemilik lahan memiliki tanggung jawab untuk membantu kegiatan membuka lahan sampai nugal
di tempat warga desa lain yang sudah datang memenuhi undangan di tempat pemilik lahan. Bagi
arisan kerja. Jika ada 30 orang yang membantu ia bekerja membuka lahan hingga nugal maka
kepada 30 orang inilah ia harus berpartisipasi dalam pekerjaan mereka.
Tidak ada hukuman fisik yang diterima oleh sesorang ketika ia sudah dibantu ketika
membuka lahan dan nugal kemudian tidak membantu orang lain yang sudah membantunya.
Tetapi ada sanksi sosial yang akan diterimanya pertama ia akan menjadi bahan cibiran warga
desa, kedua ketika ia akan membuka lahan dan nugal pada tahun kemudian, maka warga desa
tidak akan lagi terlibat dalam pekerjaannya sekalipun ia mengundang secara lisan. Demikian
menjadi aturan yang tidak tertulis dalam prinsip bekerja sama di desa Muara Langon.
Jika seseorang tidak dapat membantu orang lain yang sudah membantunya maka ia dapat
memikirkan cara lain seperti membayar orang untuk mengerjakan pekerjaan yang seharusnya ia
kerjakan. Orang yang menggantikan pekerjaan orang lain tadi harus memberitahukan kepada
pemilik lahan bahwa ia hadir di tempat itu untuk mengerjakan pekerjaan dari seseorang yang
tidak dapat hadir tersebut. Dengan begitu seseorang yang membuka lahan ini mengetahui bahwa
orang yang pernah dibantunya untuk membuka lahan tersebut tetap membantunya walaupun ia
tidak hadir di tempat itu. Ada cara yang lain bagi mereka yaitu meminta maaf dan berjanji bahwa
tahun depan akan ikut dalam pekerjaannya.
Jika seseorang tidak ingin memiliki hutang kerja dengan orang lain maka biasanya mereka
mengerjakan lahannya sendiri atau dibantu oleh beberapa orang yang masih memiliki hubungan
keluarga saja.
Melalui kegiatan bersih ladang dan nugal warga masyarakat bertemu dan menjalin sebuah
kebersamaan dan memfokuskan diri pada pekerjaan bersih ladang dan menanam padi. Tidak
menyatu dalam sebuah kepentingan bersama. Walaupun ladang yang akan digarap luas tapi
pekerjaan bisa cepat selesai.
Pekerjaan dilakukan mulai pukul 08.00 sampai pukul 16.00. Pada pukul 12.00 mereka
berhenti beristirahat dan menikmati makanan yang disiapkan oleh pemilik lahan. Duduk makan
bersama dengan lauk seadanya. Perbincangan yang terjadi saat itu mengenai giliran lahan yang
akan dikerjakan pada hari-hari ke depan. Dengan begitu semua dapat mengetahui waktu kerja
bersama untuk ke depannya. Dan ketika pulang hal ini disampaikan lagi untuk mengingatkan
mereka kapan waktu bertemu kembali.
Bagi keluarga atau individu yang sudah memperoleh bagian kerja dalam lahannya, maka ia
harus memperhatikan akan hal ini agar ia dapat menyediakan diri dan waktunya sesuai dengan
yang sudah diatur bersama. Oleh karena konsekuensi bagi mereka yang tidak datang tidak
mengenakkan karena mereka pasti akan menerima sindiran ataupun sikap yang tidak bersahabat
dari keluarga dan individu yang lain, yang telah terlibat dalam pengerjaan lahan miliknya.
Untuk menyelamatkan muka agar tidak malu dan disindir orang lain, maka bagi keluarga
atau individu yang tidak datang pada kegiatan bersih lahan dan nugal pada tempat yang sudah
ditentukan agar segera meminta maaf dan membuat kesepakatan untuk terlibat tahun depan
menjadi tindakan yang patut dikerjakan. Dengan begitu harapannya keluarga atau individu yang
kecewa tersebut tidak menyimpan dendam dan hubungan baik kembali.
3.4.2 Upacara Perkawinan12
12 Hasil wawancara dengan Pak Gandih, beliau adalah aparatur desa dan bagian dari keluarga yang
Upacara perkawinan dilaksanakan dalam tiga tahapan. Tahap pertama adalah tahap
persiapan, tahap kedua adalah acara perkawinan itu sendiri dan tahap ketiga adalah penyelesaian.
Pada masing-masing tahapan selalu melibatkan warga desa. Sama seperti nugal, keterlibatan
warga desa disampaikan keluarga melalui undangan lisan.
Tahap persiapan perkawinan dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama pertemuan
percakapan untuk membahas biaya dan tanggal perkawinan. Pada percakapan seperti ini baik
pihak laki-laki maupun pihak perempuan diwakili oleh seorang wali. Wali ini diambil dari warga
kampung Muara Langon. Bagian kedua adalah kerja untuk mempersiapkan tempat dan bahan
untuk memasak dengan bahan makanan.
Bagi orang Islam dalam pembahasan biaya dan tanggal perkawinan hanya melibatkan
sesama orang Islam. Dikalangan Islam pertemuan ini dipimpin oleh RT atau pemuka agama
mereka. Tetapi perkawinan orang Kristen dan Kaharingan khususnya mereka suku Dayak dalam
pembahasan tersebut pasti melibatkan orang Kristen dan Kaharingan. Oleh karena penghulu adat
atau tua-tua adat Dayak di Muara Langon ada yang beragama Kristen dan kepercayaan
Kaharingan.
Dalam pembahasan perkawinan mengenai biaya perkawinan baik di pihak orang Islam,
Kristen dan Kaharingan disampaikan melalui wali. Kehadiran wali menolong agar percakapan
dapat berjalan dengan lancar dan baik. Percakapan mengenai biaya ini dapat terjadi merupakan
percakapan tawar menawar diantara kedua belah pihak agar dapat membiayai acara tersebut.
Dalam prakteknya jika biaya tersebut kurang maka pihak perempuan yang harus menanggungnya
dan tidak bisa meminta kepada pihak laki-laki tambahan biaya tersebut. Di Muara Langon pesta
Para tua-tua adat atau ketua RT mereka yang memimpin jalannya percakapan tetapi
megenai besar biaya yang disiapkan diserahkan kepada keluarga untuk merundingkannya.
Mereka sebatasa mengarahkan percakapan. Mereka hadir untuk mengatur proses perkawinan
yang akan berlangsung dan mengatur pembagian kerja bagi warga desa yang akan membantu.
Semua yang diatur dalam perkawinan ini akan dilaksanakan oleh warga desa yang akan terlibat
dalam kerja tersebut.
Bagi calon pengantin yang berbeda agama, dalam persiapan ini dilaksanakan juga
percakapan yang mengarahkan pasangan yang akan menikah ini untuk menjadi satu dalam
kepercayaan. Di Muara Langon yang umum terjadi selama ini dalam kesepakatan pindah agama
adalah pihak laki-laki mengikuti pihak perempuan. Jadi tidak membutuhkan waktu panjang untuk
membahas mengenai perubahan keyakinan ini.
Persiapan bagian yang kedua adalah bekerja bersama mencari kayu bakar, mempersiapkan
tempat untuk pelaksanakan perkawinan dan memasak makanan. Untuk kerja bersama ini semua
agama terlibat sesuai undangan yang mereka. Keterlibatan mereka dalam kegiatan persiapan ini
jika mereka mengharapkan apabila saatnya nanti mereka akan melaksanakan kegiatan
perkawinan juga akan dibantu oleh yang orang-orang yang dibantunya. Pemahaman seperti ini
dimiliki oleh semua warga desa dan hampir pada semua jenis pekerjaan yang dilakukan bersama.
Kerja sama yang dibangun lebih pada motivasi balas jasa daripada kerelaan untuk membantu
sesama yang membutuhkan pertolongan.
Pekerjaan dibedakan berdasarkan gender. Kaum laki-laki mencari kayu bakar dan
mempersiapkan tempat pelaksanaan perkawinan sedangkan kaum perempuan membersihkan dan
menyiapkan bumbu hingga memasak makanan. Perkawinan yang dilakukan Islam tidak ada
dilakukan agar tamu undangan bersedia hadir yaitu bahwa yang memasak makanan dan
menyajikannya kepada tamu harus ada orang-orang Islam yang bekerja bersama dengan warga
yang membantu pekerjaan ini. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar makanan yang dimasak
tetap halal dan dikerjakan sesuai dengan ajaran agama Islam.
Bagian kedua pada acara perkawinan itu sendiri masih dibagi lagi menjadi dua bagian,
pertama acara perkawinan menurut agama dan kepercayaan masing-masing agama yang dianut
oleh mempelai. Perkawinan secara agama biasanya dilakukan terlebih dahulu yaitu di gereja atau
KUA atau di rumah bagi penganut kepercayaan Kaharingan. Perkawinan menurut agama dan
kepercayaan dipimpin oleh orang yang secara aturan agamanya yang berhak untuk
melakukannya. Di gereja maka pendeta yang akan melaksanakan pemberkatan. Dalam Islam
dilaksanakan di KUA di sana sudah tersedia penghulu yang akan menikahkan pasangan
mempelai. Untuk Kaharingan, penghulu adat yang melakukan pengesahan perkawinan mereka.
Bagian kedua acara perkawinan adalah resepsi atau syukuran. Acara resepsi dilaksanakan di
rumah mempelai perempuan. Para tamu hadir memenuhi undangan lisan yang sudah disampaikan
keluarga kepada warga desa. Dalam acara ini warga desa dari berbagai kalangan hadir saling
berjumpa dan bertegur sapa. Kehadiran mereka dalam acara tersebut tidak terlalu lama, setelah
berada di tempat resepsi langsung menuju meja tempat makan yang sudah tersedia dilanjutkan
makan. Di meja makan ini biasanya tamu berbincang-bincang dengan orang yang dikenalnya dan
dijumpainya di meja makan. Setelah selesai makan, tamu akan menghampiri keluarga memberi
ucapan selamat dan memberi tanda kasih setelah itu tamu sudah bisa pulang demikian terus
bergantian hingga selesai. Jumlah tamu yang hadir dalam undangan, menjadi salah satu topik
yang diperbincangan warga desa. Ada kebanggan di keluarga bila tamu yang hadir dalam acara
Acara perkawinan tidak dilakukan pada malam hari. Acara perkawinan biasanya dimulai
pada pukul 10.00 atau 11.00 dan akan diakhiri pada pukul 17.00. Kebiasaan orang Islam
perkawinan dilaksanakan pada hari minggu sedangkan orang Kristen tidak boleh pada hari
minggu. Orang Kristen tidak menikah pada hari minggu oleh karena pada hari itu merupakan hari
ibadah. Penentuan tanggal tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak pada saat pengaturan
dalam basurah adat. Kaharingan tidak ada hari khusus tergantung kesiapan masing-masing
keluarga yang diatur dalam basurah adat.
Bagian ketiga dari acara perkawinan adalah penyelesaian tanggung jawab. Pada bagian ini
dari pihak keluarga melalui tua-tua adat atau tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat yang
memimpin pertemuan terakhir menyampaikan ucapan terima kasih kepada warga desa yang telah
menolong mereka untuk melaksanakan kegiatan ini dan jika terdapat hal-hal yang tidak
mengenakan selama pekerjaan berlangsung maka keluarga siap untuk bertanggung jawab
mengganti kerugian materi yang dialami warga desa yang sudah membantu sekaligus memohon
maaf dan agar hal tersebut dianggap selesai pada saat itu sehingga tidak perlu diperpanjang.
Kepada pengantin baru, dalam acara ini mereka masih mendapat wejangan-wejangan dari
tua-tua adat atau tokoh agama atau tokoh masyarakat yang telah mengatur jalannya acara mereka
ini agar mereka hidup rukun dan damai dalam berkeluarga. Selesai wejangan acara ini diakhiri
dengan menikmati jajanan yang disiapkan keluarga yaitu makanan ringan sejenis kolak yang
tujuannya untuk memulihkan kembali tenaga yang sudah terkuras dalam melaksanakan kegiatan
ini. Makanan ini menjadi penutup seluruh rangkaian kegiatan perkawinan. Makanan ini akan
dikirim kepada warga desa yang membantu tetapi pada kesempatan itu tidak dapat hadir.
Acara perkawinan memiliki tatanan yang lebih kompleks dibandingkan dengan kegiatan
hal yang patut untuk dikerjakan bersama dan mengkoordinir cukup banyak orang. Tetapi
kenyataan membuktikan bahwa acara perkawinan tersebut berjalan lancar.
Meskipun berbeda agama dan suku tetapi urut-urutan proses perkawinan sama saja. Dengan
tradisi yang diulang-ulang selama bertahun-tahun membuat warga desa walaupun berbeda agama
dan suku tetapi memahami tahapan-tahapan yang akan dilakukan oleh keluarga yang beracara.
Para tua-tua adat atau para tokoh agama atau tokoh masyarakat yang dipercayakan keluarga untuk
mengatur acara mereka tidak membutuhkan banyak waktu untuk melakukan pertemuan dan
memberi penjelasan-penjelasan agar supaya acara pekawinan dapat berlangsung dengan tertib
dan teratur.
Dengan ini dapat lihat pentingnya ritual dari pendapat Goffman masing-masing warga desa
dalam kepelbagaiannya memahami cara melibatkan diri dalam acara atau kegiatan yang khusus
yaitu perkawinan.
3.4.3 Rapat Evaluasi Desa13
Rapat evaluasi desa diadakan tiap tiga bulan sekali. Rapat ini bertujuan untuk mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan-kegiatan di desa. Rapat dipimpin langsung oleh kepala desa dan sekaligus
memperoleh masukkan-masukkan bagi perbaikkan kehidupan bersama di desa. Aparat desa
secara lisan dan tulisan mengundang tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, ketua-ketua
Rukun Tetangga.
Rapat dibuka dengan doa oleh pemuka agama Islam. Dilanjukan dengan sambutan singkat
dari kepala desa dan sekaligus mengawali kegiatan rapat. Selesai kepala desa menyampaikan
13 Hasil wawancara dengan Pdt. Christian selaku pemuka agama Kristen, ketua Rukun Tetangga (RT) 06 ibu
sambutan maka mulailah warga desa dan para tokoh masyarakat diberikan kesempatan untuk
menyampaikan evaluasinya kepada aparat desa.
Dalam rapat ini dapat terjadi kerja sama antarpemeluk terutama dalam mengkritisi kerja
aparatur desa. Pemuka agama Islam dan Kristen ada dalam keselarasan berpikir untuk
mempertanyakan kinerja aparat yang tidak kunjung melaksanakan program kerja desa yang
ditujukan kepada pembangunan fasilitas-fasilitas rumah ibadah. Kedua pemuka agama ini saling
memberi pendapat mereka mengenai kinerja aparat desa dan yang lain memberi dukungan.
Pemuka agama saling mendukung memberikan bukti-bukti kinerja desa yang kurang.
Walaupun ini adalah bentuk kritik tetapi kata-kata yang dilontarkan tetap menjaga etiket
kesopanan dalam sebuah pertemuan. Dalam kapasitas sebagai seorang pemuka agama, ketika
mengungkapkan pemikiran atau pendapat tidak dengan hati dan pikiran yang panas. Emosi tetap
dapat dikendalikan.
Pemuka agama yang konsisten untuk memperhatikan persoalan-persoalan masyarakat dan
mengangkat masalah-masalah yang ditemui masyarakat desa kepada aparatur desa untuk
mendapatkan solusi, kehadirannya akan dapat diterima oleh di berbagai kalangan masyarakat.
Tindakannya ini menjadi pintu masuk untuk membangun relasi yang lebih baik dengan pemeluk
beragama yang lain. Rasa percaya tumbuh kepada pemuka agama tersebut bukan saja dikalangan
tertentu tetapi semua kalangan.
Aparatur desa yang mendapat kritikan dari warga desa khususnya para pemuka agama,
dengan segera memberikan penjelasan mengenai kendala yang mereka temui sehingga program
kerja desa belum dapat dilaksanakan. Penjelasan yang baik diharapkan akan memberi pengertian
yang baik pula bagi peserta rapat. Setelah rapat dilanjutkan dengan menindaklanjuti hasil
Tetapi pada topik tertentu, para pemuka agama ini bisa berbeda pendapat pula bila terjadi
perbedaan kepentingan dalam perjuangan mereka untuk kebaikkan warga desa, sebagai contoh
percakapan mengenai listrik. Usulan dari pendeta agar listrik dapat dinyalakan pada siang hari
khusus untuk hari Jpemeluk pada saat sholat dan pada ibadah Minggu. Ada pihak-pihak yang
merasa keberatan jika listrik dinyalakan oleh karena akan menambah biaya pembelian solar diesel
dan otomatis akan dibebankan kepada pemakai.
Perbedaan pendapat ini tidak berujung pada kekerasan. Hanya sedikit ketegangan oleh
karena saling mempertahankan pendapat masing-masing. Keputusan diambil bersama sesuai
dengan pilihan tiap-tiap orang yang hadir dalam rapat. Dengan tetap memperhatikan
masukan-masukan yang sudah diperoleh.
Dalam pertemuan ini interaksi yang terjadi lebih banyak dalam bentuk lisan atau
percakapan. Memasuki sebuah pertemuan setiap peserta pertemuan harus memahami bersama
tujuan dan isi dan pertemuan tersebut apabila pelaksana pertemuan mengharapkan pertemuan
tersebut menjadi efektif. Dengan pemahaman baik dapat menolong peserta untuk dapat mencerna
percakapan dan memberi respon yang tepat terhadap pelaksana pertemuan.
Kepentingan-kepentingan yang sama akan membuat peserta pertemuan dan pelaksana
pertemuan menjadi satu, sebaliknya kepentingan-kepentingan berbeda dapat membuat peserta
pertemuan berada dalam ketegangan-ketegangan yang mengancam masing-masing pihak.
Sehingga masing pihak akan berusaha untuk menyelamatkan citra dirinya
masing-masing. Namun demikian penyelamatan citra diri atau wajah bukan menjadi hal utama. Paling
3.5 Analisa
Mengamati dan menganalisa interaksi yang terjadi pada masyarakat di desa Muara Langon,
ada beberapa hal yang dapat ditemukan :
1. Masyarakat desa taat kepada yang diatur oleh tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh
agama. Tokoh adat dan tokoh masyarakat serta tokoh agama memainkan peran
mereka dengan baik dalam mengatur kegiatan-kegiatan keagmaan dan sosial
kemasyarakatan di desa.
2. Interaksi diatur sesuai dengan adat istiadat yang berlaku dan ajaran agama yang
mereka yakini. Baik warga desa maupun para tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh
agama bersama-sama mematuhi aturan adat yang berlaku. Tidak terjadi pemaksaan
ajaran agama tertentu dalam pertemuan-pertemuan yang ada.
3. Ada sanksi tidak tertulis yang dikenakan kepada warga desa ketika mereka melanggar
aturan adat yang berlaku. Sanksi sosial ini masih sangat efektif dalam kehidupan
masyarakat di desa Muara Langon. Ada upaya-upaya perbaikan yang dilakukan
apabila terjadi pelanggaran oleh masyarakat. Dengan demikian menjaga
terpeliharanya hak dan kewajiban dari setiap warga desa.
4. Percakapan-percakan yang dilakukan juga dengan keteraturan dan rasa saling
menghormati satu dengan yang lain.
3.6 Rangkuman
Berdasarkan uraian mengenai profil desa Muara Langon dan ritual interaksi maka dapat
dirangkum beberapa hal :
1. Desa Muara Langon adalah sebuah desa yang terbuka oleh karena terletak di daerah
manusianya masih sangat minim. Sehingga pola hidup warga desa ini masih sangat
tertinggal dengan penduduk yang hidup di pedesaan dekat dengan daerah kota
kabupaten maupun provinsi. Namun demikian pengaturan hidup bersama banyak kali
diatur oleh adat istiadat dan juga agama, sehingga warga masyarakatnya dapat hidup
dengan tertib dan teratur
2. Pola interaksi yang terbangun khususnya antarpemeluk beragama juga sangat
kondusif. Kerja sama terjalin dengan baik. Meskipun ada hal yang berkaitan dengan
ajaran agama yang membuat ada rasa yang tidak lega oleh karena pemeluk agama