• Tidak ada hasil yang ditemukan

asuhan keperawatan komunitas pada komuni (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "asuhan keperawatan komunitas pada komuni (1)"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AREA

LINGKUNGAN KERJA

HIGIENE PERUSAHAAN KERJA (INDUSTRI)

Disusun Guna Melengkapi Tugas Komunitas III

Pembimbing Dwi Retnaningsih,S.Kep, Ns, M.Kes

Disusun oleh :

1. Nurul Aini

1107049

2. Nurul Lailatul M

1107051

3. Oki Hermawan

1107053

4. Prasita Dwi N.H

1107055

5. Risang Pandu S.A

1107057

6. Samsul Hadi

1107059

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Area Lingkungan Kerja”

Dalam penyusunan makalah ini,tidak luput dari berbagai kendala. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam pembuatan makalah ini tidak lain berkat bantuan serta bimbingan. Oleh karena itu,penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dwi Retnaningsih,S.Kep, Ns, M.Kes selaku pembimbingyang selalu memotivasi serta memberikan dukungan serta bimbingannya,

2. Semua teman – teman yang telah banyak mengeluarkan inspirasi.

Semoga dengan tersusunnya makalah ini akan menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi terwujudnya kesempurnaan dalam penyusunan makalah.

Semarang, September 2014

(3)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG... 1

B. TUJUAN... 1

BAB II KONSEP TEORI A. DEFINISI KOMUNITAS... 3

B. KEPERAWATAN KOMUNITAS... 3

C. DEFINISI HIGIENE INDUSTRI... 3

D. TUJUAN HIGIENE INDUSTRI... 4

E. KEGIATAN HIGIENE PERUSAHAAN & KESEHATAN KERJA... 4

F. MASALAH KESEHATAN KERJA YANG MENURUNKAN PRODUKTIVITAS KERJA... 5

G. PENYAKIT AKIBAT KERJA... 5

H. UPAYA PENCEGAHAN LINGKUNGAN KERJA BAIK... 6

I. EVALUASI LINGKUNGAN KERJA... 7

J. CARA MELINDUNGI MASYARAKAT SEKITAR INDUSTRI ... 9

K. PENGAWASAN UNTUK MENGGUNAKAN ALAT KERJA... 10

L. USAHA KESEHATAN KERJA YANG BAIK... 10

M. ILMU KESEHATAN KERJA... 11

N. PENYAKIT AKIBAT KERJA... 12

O. MENGETAHUI KESEHATAN & KESEHATAN KERJA (K3) ... 13

BAB III KASUS... 15

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN... 31

B. SARAN... 31

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kebersihan perusahaan kerja atau industri juga harus memiliki sistem sanitasi demi menjaga hiegien industri dan lingkungan di sekitar industri.Berdasarkan modal uang digunakan industri,dapat dikelompokkan menjadi industri dasar (industri besar), industri menengah (aneka industri), dan industri kecil. Industri kecil dengan tekhnologi sederhana atau tradisional dan dengan jumlah modal yang relatife terbatas merupakan industri yang banyak bergerak disektor informal. Hampir 80 % dari semua tenaga kerja di perlukan disektor ini (Depkes RI,1992).

Sejalan dengan semakan berkembangnya berbagai jenis industri serta majunya teknologi, penggunaan bahan dan produksi bahan kimia juga semakin meningkat.Bukan hanya sector industri, tetapi juga merambat ke sector lainnya. Kesehatan dan keselamatan kerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting, baik perusahaan formal maupun informal. Perusahaan formal umumnya sudah mempunyai sistem kesehatan dan keselamatan kerja yang sudah baku,tetapi industri industri di sector informal masih banyak yang belum memeiliki dan belum mendapatkan pelayanan kesehatan yang di harapkan (Wahit;323;2009)

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada komunitas area lingkungan kerja.

2. Tujuan Khusus

(5)

d. Mampu menjelaskan tujuan higiene industri

e. Mampu menjelaskan kegiatan higiene perusahaan dan kesehatan kerja f. Mampu menjelaskan masalah kesehatan kerja yang menurunkan

produktivitas kerja

g. Mampu menjelaskan penyakit akibat kerja

h. Mampu menjelaskan upaya pencegahan lingkungan kerja menjadi baik i. Mampu menjelaskan evaluasi lingkungan kerja

j. Mampu menjelaskan cara melindungi masyarakat sekitar industri dan umum

k. Mampu menjelaskan pengawasan untuk menggunakan alat kerja l. Mampu menjelaskan usaha kesehatan kerja yang baik

m. Mampu menjelaskan ilmu kesehatan kerja n. Mampu menjelaskan penyakit akibat kerja

(6)

BAB II

KONSEP TEORI

A. KOMUNITAS

Menurut Sounders (1991), komunitas sebagai tempat atau kumpulan orang orang atau sistem sosial. Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1990), komunitas sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta terikat oleh rasa identitas suatu komunitas (Wahit;2;2009).

B. KEPERAWATAN KOMUNITAS

Menurut Ruth B. Freeman (1981), adalah Kesatuan yang unik dari praktik keperawatan dan kesehatan masyarakat yang di tujukan pada pengembengan serta peningkatan kemampuan kesehatan, baik diri sendiri sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga,kelompok khusus atau masyarakat. Pelayanan tersebut mencakup spektrum pelayanan kesehatan untuk masyarakat (Wahit;2;2009).

Sedangkan menurut Depkes RI (1986), merupakan suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikut sertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat yang lebih tinggi (Wahit;2;2009).

C. HIGIENE INDUSTRI

Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia atau suatu upaya untuk mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan ( Soeripto;8;2008).

Higiene industri adalah sarana untuk membina dan mengembangkan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia yang disiplin didikatif, penuh tanggung jawab, dan mampu bekerja secara produktif dan efisien ( Soeripto;8;2008).

(7)

1. Higiene perusahaan, merupakan spesialisali dalam ilmu higiene beserta pratiknya dengan mengadakan penilaian pada faktor penyebab penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya digunakan untuk koreksi lingkungan perusahaan, dengan menitik beratkan pada pencegahan agar pekerjaan dan masyarakat terhindar dari bahaya akibat kerja.

2. Kesehatan kerja meupakan bidang khusus ilmu kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat dan sekitar perusahaan agar memperoleh derajat kesehatan setinggi tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial.

3. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja adalah bagian dari usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat pekerja, masyarakat sekitar perusahaan, dan masyarakat umum yang menjadi konsumen dari hasil produki perusahaan

D. TUJUAN HIGIENE INDUSTRI

Higiene dan kesehatan kerja digunakan sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja yang setinggi-tingginya serta sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berlandaskan pada meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi (Wahit;324;2009)

E. KEGIATAN HIGIENE PERUSAHAAN DAN KESEHATAN KERJA

Kegiatan higiene yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka menciptakan kesehatan lingkungan kerja adalah sebagai berikut :

1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan akibat kerja 2. Maintenance and increasing kesehatan tenaga kerja

3. Care, effiecieny, increasing dan productivity balance tenaga kerja 4. Pemberantasan kelelahan tenaga kerja

5. Meningkatkan semangat dalam bekerja

6. Perlindungan masyarakat kerja dari bahaya pencemaran 7. Perlindungan masyarakat luas

(8)

(Wahit;324;2009)

F. MASALAH KESEHATAN KERJA YANG MENURUNKASN PRODUKTIVITAS KERJA

1. Penyakit umum pada pekerja antara lain kusta, TB paru, penyakit jantung, kanker, kecacatan dan lain-lain

2. Penyakit yang timbul akibat kerja, misalnya pneumoconiosis dan dermatosis. Pneumoconiosis adalah penyakit yang diakibatkan oleh asbes, dengan gejala seperti batuk, sesak nafas, nyeri dada, dan sianosis. Pengobatan cukup sulit dan hanya bersifat mengurangikeluhan, seperti jika infeksi diberi antibiotic, gizi ditingkatkan, juga jika kanker diberi obat sitostatika. Upaya prefentif : skrining, promosi kesehatan, penggunaan alat pelindung masker, kaca mata, subsitusi untuk menyaring debu seperti cerobong asap, water spray, dan exhauste.

3. Gizi buruk. Gizi buruk saat ini telah bermunculan hampir disemua kabupaten, hal ini disebabkan :

a. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan kebutuhan gizi bagi anggota keluarga

b. Ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi anggotaq keluarga

c. Pola hidup yang salah

d. Stok bahan makanan yang tidak ada.

(Wahit;324;2009) G. PENYAKIT AKIBAT KERJA

Penyebab penyakit akibat kerja, antara lain sebagai berikut : 1. Faktor fisik meliputi :

a. Kebisingan b. Suhu

c. Kelembapan udara d. Kecepatan angin e. Getaran

(9)

g. Tekanan udara

2. Faktor kimia meliputi : a. Gas

b. Uap debu c. Fume d. Kabut e. Asap

3. Faktor biologis meliputi : a. Bakteri

b. Virus c. Jamur d. Cacing

4. Faktor fisiologis meliputi : a. Sikap dan cara kerja b. Jam kerja

c. Istirahat d. Shift kerja e. Lembur

5. Faktor mental meliputi : a. Suasana kerja

b. Hubungan antara pekerjaan c. Pengusaha

(Wahit;324;2009)

H. UPAYA PENCEGAHAN LINGKUNGAN KERJA MENJADI BAIK

(10)

1. Subsitusi, yaitu mengganti bahan yang berbahaya dengan yang kurang atau tidak berbahaya

2. Isolasi, mengisolasi proses-proses berbahaya dari perusahaan 3. Ventilasi umum, mengalihkan udara sebanyak hitungan ruan kerja

4. Ventilasi keluar setempat, menghisap udara dari suatu ruang kerjaagar bahan-bahan yang berbahaya dihisap dan dialihkan keluar

5. Alat pelindung perorangan, misalnya masker, kacamata, sarung tangan, sepatu, topi, penutup telinga, dan pakaian pelindung

6. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan berkala 7. Informasi sebelum bekerja

8. Pendidikan tentang kesehatan kerja dan keselamatan kerja

(Wahit;325;2009).

I. EVALUASI LINGKUNGAN KERJA

(11)

dan pada suhu 100˚C dapat bekerja selama beberapa menit saja. Penerangan diukur dengan luksmeter. Bekerja sedikitnya membutuhkan penerangan 1.000 liks (Wahit,2009).

Bahan kimia juga dapat menjadi faktor penyebab penyakit akibat kerja. Sifat dan derajat racunbahan kimia dalam industri bergantung pada :

1. Sifat fisik bahan kimia tersebut .

a. Gas, bentuk wujud zat yang tidak punya bangun sendiri

b. Uap, bentuk gas dari zat-zat (yang dalam keadaan bisa berbentuk zat padat/cair)

c. Debu, partikel-partikel zat padat (disebabkan kekuatan alami atau mekanik)

d. Kabut, titik cairan halus dalam udara terjadi dari kondensasi bentuk uap atau dari pemecahan zat cair menjadi tingkat dispresi, misalnya “foaming”

e. Uap ( fume), partikel-partikel zat padat terjadi karena kondensasi dari bentuk gas (penguapan banda padat yang dipijarkan dan biuasanya disertai oksidasi kimiawi, sehingga terbentuk zat seperti ZnO, PbO, dan lainnya

f. Awan, partikel cair sebagai hasil kondensasi dari fase gas

g. Asap, pada umumnya partikel-partikel zat karbon yang ukurannya <0,5 mikron, akibat pembakaran tak sempurna bahan yang mengandung karbon. Uap, asap dan debu tergolong zat padat, sedangkan awan dan kabut tergolong zat cair

2. Sifat-sifat kimiawi

Sifat kimiawi meliputi : jenis persenyawaan, besar molekul, konsentrasi, derajat kelarutan, dan jenis pelarut

3. Port d’entree

Seperti memalui alat pernafasan, pencernaan, dan kulit

(12)

Seperti usia, idiosinkrasi, habituasi, toleransi terhadap zat, dan derajat kesehatan tubuh

Menurut Wahit (2009), berbagai cara untuk mengevaluasi lingkungan kerja adalah sebagai berikut :

1. Subjektif, oleh indra manusia pada zat tertentu, misalnya amoniak, sulfur, dan lain-lain

2. Mengunakan hewan percobaan, seperti kelinci, burung kenari, tikus, dank era. Misalnya CO dengan kadar 0,25% dapat diketahui secara kasar dan bahayanya dalam waktu 3 menit burung kenari akan pingsan, sedangkan pada tikus akan terjadi disorientasi

3. Mengunakan alat detector dan indicator, khusus digunakan untuk uap dan gas. Contoh indicator sederhana akibat reaksi kimia adalah perubahan warna, seperti iodium menjadi warna biru dengan zat pati. Detector adalah alat khusus yang dibuat untuk menentukan baha-bahan diudara, baik kualitatif maupun kuantitatif, dengan cara menhisap dan melakukan udara tempat kerja pada reagen yang da dalam tabung detector

4. Pengambilan sampel dan pemeriksaan laboratorium

(Wahit;324;2009)

J. CARA MELINDUNGI MASYARAKAT SEKITAR INDUSTRI DAN UMUM

Masyarakat sekitas industri harus terhindar dari bahaya udara yang keluar dari suatu perusahaan yang mengandung bahan-bahan sangat berbahaya. Udara yang mengandung gas dan uap terdapat dua cara yaitu :

1. Pembakaran, membakar bahan-bahan tersebut, bila perlu digunakan katalisator agar terjadi pembakaran sempurna

2. Mencuci, (schrubbing method) dengan mengalirkan udara kotor dari pabrik.

(13)

K. PENGAWASAN UNTUK MENGUNAKAN ALAT KERJA

Pengawasan yang dilakukan dalam menggunakan alat kerja serta penyediaan alat-alat kesehatan untuk mendukung keamana penggunaan alat kerja dilakukan melalui cara-cara dibawah ini.

1. Pekerja harus dilatih dan dididik untuk memahami bahaya yang ada, cara menghindarinya, dan cara menggunakan alat-alat keselamatan

2. Sarung tangan, kacamata dan pakaian pelindung harus digunakan saat bekerja 3. Air untuk mandi dan cuci mata harus cukup tersedia, terutama untuk

membersihkan bahaya korosif

4. Pakaian pelindungn yang digunakan hrus dicuci tiap hari

5. Unit operasi yang tidak memungkinkan ventilasi keluar memerlukan masker yang dialiri udara atau masker gas. Masker tersebut digunakan untuk keperluan darurat, yaitu jika bahan-bahan yang sangat bahaya sedang diolah 6. Pekerja yang mengolah bahan diwajibkan mencuci tangan sebersih-bersihnya

sebelum merokok, minum atau makan

7. Pekerja wajib melapor untuk diperiksa pada saat kejadian kecelakaan pertama (Wahit;327;2009)

L. USAHA KESEHATAN KERJA YANG BAIK

Usaha kesehatan kerja yang baik dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut ini :

(14)

khusus juga harus dilakukan pada orang-orang tertentu misalnya pada wanita, anak-anak, orang lanjut atau sudah permah kena kasus

2. Alat-alat atau bahan-bahan harus diperiksa tiap minggu atau bulan untuk menilai bahaya yang mungkin timbul

3. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja pada calon pegawai baru untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit pernafasaan menahun, ginjal dan lainnya

(Wahit;327;2009)

M. ILMU KESEHATAN KERJA (OCCUPATIONAL HELATH)

Tujuan utama ilmu kesehatan kerja adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja, yang meliputi : pencegahan penyakit, pencegahan kelelahan kerja, dan lainnya. Terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam pencegahan dan pengobatan untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan industri

1. Hubungan antara pekerjaan dan kesehatannya ( relationship of work to helath)

2. Efek dari pekerjaan terhadap pekerjaannya ( effects of work up on the worker), efek meningkatnya kebutuhan dasar, dan efek meningkatnya kebutuhan hidup pekerja

3. Masalah kesehatan pada pekerjaan ( health problem at work)

Tugas keperawatan yang dapat dilakukan oleh perwata industri antara lain sebagai berikut :

1. Kesehatan lingkungaan kerja ( higiene of work’s environment) misalnya, lingkungan kerja yang bagaimana yang sesuai dengan pekerjaanya

2. Kesehatan pekerja ( occupational health), terutama penyakit akibat kerja dengan tujuan untuk mencegah, mendiagnosis dan merehabilitasi penyakit akibat kerja

(15)

Tujuan dari keperawatan industri adalah kesehatan pekerja, keselamatan pekerja, kesejahteraan pekerja, sehingga tujuan utama dalam keperawatan industri dapat terwujud, yaitu status kesehatan kerja tinggi dan produktivitas tinggi. Para pekerja merupakan orang yang berada dalam keadaan resiko atau berbahaya.

(Wahit;327;2009).

N. PENYAKT AKIBAT KERJA

Penyakit akibat kerja adalah penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaannya atau diperoleh pada masa/waktu melakukan pekerjaan (pada masyarakat umum biasanya tidak terkena)

Penyebab penyakit akibat kerja antara lain :

1. Faktor fisik : kebisingan, suhu, kelembapan udara, kecepatan angin, getaran, radiasi, tekanan udara

2. Faktor kimia : gas, uap debu, fume, mist dan asap 3. Faktor biologis : bakteri, virus, jamur dan cacing

4. Faktor fisiologis : sikap dan cara kerja, jam kerja, istirahat, shift, lembur 5. Faktor mental psikologis : suasana kerja, hubungan anatara pekerja, dan

pengusaha

Persoalan dalam mendiagnosis penyakit akibat kerja adalah gambarannya hampr sama dengan penyakit umum, inkubasi lama, sarana bantu diagnosis kurang, dan kurangnya petugas kesehatan. Upaya untuk memantau kesehatan pekerja anatar lain :

1. Pemeriksa melalui skrining ( sebelum dipekerjakan)

2. Menjalankan program hidup sehat dengan cara anti rokok, olahraga, menurunkan stress, makan makanan yang sehat, dan menurunkan berat badab ( bagi yang overweight)

(16)

penemuan infark baru atau pembuntuan koroner , dan hubungan paparan kerja dengan faktor predisposisi laim ( usia, seks, dan cuaca)

(Wahit;328;2009)

O. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Mangkunegara (2002) menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri .

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu upaya pelindungan yang diajukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya. Hal tersebut bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien (Suma’mur, 2006).

Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Maka menurut Mangkunegara (2002) tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.

3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

(17)

6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan

atau kondisi kerja.

7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

Menurut Wahit (2009), upaya yang dilakukan untuk menjaga kesejahteraan pekerja adalah dengan cara menerapkan managemen K3 dengan mencari dan mengungkapkan kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan

1. Pada mesin : seperti peralatan dan bahan (keadaan mesin yang rusak, licin, longgar, kasar, dan tajam); kondisi pengaman mesin (kegiatan dengan kecepatan berbahaya, tidak memanfaatkan perlengkapan, bekerja pada peralatan yang bergerak/berbahaya); kondisi alat-alat kerja; dan konsisi bahan 2. Karyawan, yang meliputi : kondisi mental dan fisik, kebiasaan kerja ( baik

dan aman), penggunaan APD

(18)

BAB III

KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KESEHATAN KERJA DENGAN APLIKASI KASUS DI KOMUNITAS PEKERJA

DI RUANGAN SEKTOR A7 DI PERUSAHAAN ROKOK PT. “ NOJORONO” DI KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH

(19)

c. Tamat SMA 25 orang

a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

Perusahaan rokok PT. NOJORONO berada di wilayah kabupaten kudus jawa tengah dengan luas bangunan pabrik keseluruhan sebesar 1 Ha. Pabrik ini berada di tepi jalan raya yang merupakan akses utama di kota kudus. Terdiri dari beberapa ruangan sektor yang didalamnya terdapat berbagai macam pekerjaan industri yang berhubungan dengan tembakau dan rokok diantaranya adalah bagian penyortiran tembakau, penyimpanan tembakau, produksi tembakau, pelintingan rokok, pengepakan rokok, ruang laboratorium uji tembakau, dll. Ruangan sektor A7 merupakan salah satu ruangan di perusahan rokok PT. NOJORONO yang terbagi menjadi beberapa bagian tugas didalamnya yaitu bagian pelintingan, pengepakan rokok dan pengawasan. Jumlah pekerja di ruangan sektor A7 sebanyak 100 orang (perincian berdasarkan karakteristik umum ada di tabel yang tersedia di awal) sebagaian besar bekerja adalah orang jawa 85 orang (85%) dan berasal dari madura

(20)

68 orang pekerja (68%) menegeluhkan sering batuk-batuk 15 orang (15%) pekerja mengeluhkan sering pusing Sisanya 17 orang (17%) tidak ada keluhan

2. Tanda-tanda vital* TD:

< 110/70 mmHg : 5 orang (5%)

110/70mmHg-130/90mmHg : 75 orang (75%) >130/90 mmHg : 20 orang (20%)

3. Nadi:

60-80x/menit : 90 orang (90%)

80-100x/menit : 10 orang (10%)

4. RR:

16-24x/menit : 90 orang (90%)

>24x/ menit : 10 orang (10%)

5. Suhu tubuh:

36,5°C-37°C : 100 orang (100%)

c. Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) *

1. ISPA : 20 orang/ kasus (20%)

2. PPOK : 5 orang (5%)

3. Diare : 5 orang (5%)

4. Batuk : 35 orang (35%)

5. Demam : 15 orang (15%)

6. Sisanya tidak ada laporan keluhan penyakit 20 orang (20%) Ket: (*) : data dari klinik perusahaan pada tanggal 12 November

2012

d. Riwayat penyakit komunitas

Data diambil dari 68 orang pekerja (68%) yang mengeluhkan sering batuk-batuk, kami melakukan pengkajian dengan memberikan kuisioner kepada 68 pekerja tersebut, dengan hasil:

(21)

%

1.

Menderita batuk berdahak minimal 30 kali setahun, sekurang-kurangnya 2 tahun beruntun

20 orang 29,4%

2. Mempunyai riwayat merokok 40 orang 58,8%

3. Terpajan langsung dengan bahan

produk 68 orang 100%

4. Mempunyai keluarga dengan riwayat

bronkitis dan emsifema 6 orang 8,82%

5.

Sering mengalami sesak nafas saat aktivitas sedang (jalan cepat, naik tangga)

10 orang 6,8%

6. Pernah merasa sesak atau nafas sulit

bahkan pada saaat istirahat 5 orang 7,35%

7. Pernah merasa sesak nafas menetap

dan makin lama makin berat 5 orang 7,35% 8. Saat Batuk selalu berdahak dan beriak 45 orang 66,1%

9.

Pernah memeriksakan ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan baik umum maupun yang ada di perusahaan dan positif dinyatakan penderita PPOK (bronkhitis kronis, emfisema)

5 orang 7,35%

10. Pernah merasa dada terasa berat saat

bernafas 20 orang 29,4%

e. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi komunitas

Para pekerja mendapat istirahat makan siang dari peusahaan, makan siang rutin dilaksanakan tiap pukul 13.00 WIB di kantin pabrik. f. Pola pemenuhan cairan dan elektrolit

Selama bekerja kebutuhan cairan pekerja didapat dari minuman yang dibawa oleh para pekerja dari rumah.

g. Pola istirahat tidur

Para pekerja mengatakan bahwa istirahat tidur mereka biasanya dilakukan pada malam hari saat pulang bekerja karena waktu bekerja mereka adalah 9 jam mulai pukul 8 pagi-5 sore.

(22)

Saat dilakukan anamnesa kepeada para pekerja Sebanyak 35 orang dari 55 orang (63,6%) pekerja bagian pelintingan rokok mengatakan pernah sakit “anyang-anyangan”, hal ini ternyata disebabkan oleh 20 orang (57,1%) kurang sering minum air putih saat bekerja, 15 orang (42,8%) menahan BAK karena jarak kamar mandi dengan ruang pelintingan agak jauh. Sedangkan pada bagian penegepakan sebanyak 15 orang dari 35 orang pekerja (42,8%) mengeluhkan sakit “anyang-anyangan” hal ini disebabkan karena 10 orang (66,6%) kurang sering minum air putih saat bekerja, 5 orang (33,3%) menahan BAK karena jarak kamar mandi dengan ruangan agak jauh.

i. Pola aktivitas gerak

Saat dilakukan anamnesa kepada para pekerja sebanyak 55 orang dari 55 orang (100%) jumlah pekerja pelintingan rokok mengeluhkan sering merasa pegal di daerah leher dan punggungnya. Saat dilakukan observasi secara langsung ternyata sebanyak 30 orang (54,5%) pekerja duduk dengan posisi duduk yang salah/ terlalu membungkuk, 25 orang (43,5%) tidak menggerak-gerakkan badannya untuk merelaksasi tubuhnya/ berada dalam posisi duduk yang sama dalam waktu yang lama. Sedangkan dibagian pengepakan dari 35 orang pekerja 25 orang (71,4%) mengeluhkan sering merasa pegal di daerah leher dan punggungnya 10 orang (28,6%) tidak ada keluhan. Penyebabnya 15 orang (60%) duduk dengan posisi duduk yang salah, 10 orang (40%) tidak menggerak-gerakkan badannya untuk merelaksasi tubuhnya atau berada dalam posisi duduk yang sama dalam waktu yang lama. Untuk bagaian pengawasan tidak ada keluhan.

j. Pola pemenuhan kebersihan diri

(23)

orang pekerja dibagian pelintingan (72,7%) tidak mencuci tangan setelah bekerja, sisanya 15 orang (27,3%) mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang benar.

k. Status psikososial

Antar kelompok pekerja tidak pernah mengalami pertengkaran atau perselisihan karena mereka menganggap semua pekerja saling bersaudara karena sudah bekerja bersama dalam waktu yang lama, antar pekerja saling membantu dan memberikan dukungan bila ada masalah. l. Status pertumbuhan dan perkembangan

a) Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan

Berdasarkan data dari klinik perusahaan semua pekerja mendapatkan asuransi kesehatan, dan bisa periksa atau berobat secara gratis di klinik tersebut tetapi data klinik perusahaan menunjukkan:

No. Karakteristik Frekuensi Presentase (%)

1. Pekerja yang memeriksakan

kesehatan secara rutin ke klinik 25 orang 25%

2. Pekerja yang memeriksakan

kesehatannya saat sakit saja 35 orang 35%

3.

Pekerja yang tidak pernah/ belum pernah datang ke klinik

untuk memeriksakan

kesehatannya

40 orang 40%

(24)

Pola peri

c) lHasil tidak sehat dalam komunitas

Saat dilakukan observasi didapatkan data sebanyak 25 orang dari 35 orang pekerja dibagian pengepakan (71,4%) tidak mencuci tangan setelah bekerja sisanya 10 orang (28,6%) mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang benar, sedangkan sebanyak 40 orang dari 55 orang pekerja dibagian pelintingan (72,7%) tidak mencuci tangan setelah bekerja, sisanya 15 orang (27,3%) mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang benar.

2. DATA LINGKUNGAN FISIK

(25)

penerangan ruangan berasal dari pintu ruangan besar yang di buka saat jam kerja bila menjelang sore terdapat lampu neon yang memberikan pencahayaan diruangan ini. Kebersihan di dalam ruangan cukup rapi dan bersih. Kondisi kamar mandi bersih tetapi jumlahnya sangat terbatas dan jaraknya cukup jauh dari tempat pengolahan.

Pembuangan limbah perusahaan di olah dengan melakukan penyaringan zat-zat berbahaya dengn alat penyaring yang berada di ruang penyaringan limbah di sebelah ruangan sektor A7 (di belakang pabrik) dan sisanya di buang disungai besar yang ada di kota kudus.

3. PELAYANAN KESEHATAN DAN SOSIAL

Di perusahaan PT. NODJORONO terdapat sebuah klinik kesehatan yang disediakan untuk seluruh pekerja dan pegawai diperusahaan ini. Sumber daya yang ada di klinik ini adalah terdapat 1 orang dokter umum, 2 perawat dan 3 petugas nonmedis, fasilitas alat yang dimiliki klinik ini terdiri dari 2 kamar tidur, obat-obatan yang cukup lengkap dan memiliki 1 ambulance. Sistem rujukan di perusahaan ini bekerja sama dengan RSUD kabupaten kudus. Selain itu di perusahaan ini memiliki 1 kantin yang berisi barang-barang keperluan sehari-hari para pekerja dan pegawai lokasi mini market ini di bagian depan pabrik disamping klinik.

4. EKONOMI

Rata-rata penghasilan pekerja di ruangan sektor 7 untuk bagian pelintingan dan pengepakan sekitar 1-1,5 juta rupiah sedangkan untuk bagian pengawas sekitar 1,5-2 juta rupiah.

5. KEAMANAN DAN TRANSPORTASI

(26)

masalah kebakaran. Penanggualangan polusi dengan dipasang alat blower untuk ventilasi agar tidak terjadi polusi di dalam pabrik.

6. POLITIK DAN KEAMANAN

Perusahaan rokok PT. NODJORONO merupakan perusahaan milik swasta yang dimiliki oleh Tn. HK.

7. SISTEM KOMUNIKASI

Sarana komunikasi yang digunakan oleh pekerja di ruangan sektor A7 sebagaian besar menggunakan alat komunikasi telfon genggam (HP) sebagai alat komunikasi antara pekerj, keluarga dan masyarakatnya. Sednagkan sistem komunikasi dalam perusahaan menggunakan telfon yang ada disetiap ruangan sektor dan apabila ada informasi atau pengumuman dari perusahaan akan disiarkan melalui pengeras suara yang ada di setiap ruangan di perusahaan ini. Bahasa yang digunakan untuk komunikasi antar pekerja sehari-hari di ruangan sektor A7 mayoritas dengan menggunakan bahasa jawa dan sebagaian kecil menggunakan bahasa madura.

8. PENDIDIKAN

Data yang didapat dari HRD perusahaan rokok PT. NODJORONO didapatkan data tingkat pendidikan pekerja di ruangan sektor A7 adalah sebagai berikut:

Tingkat pendidikan a. Tamat SD b. Tamat SMP

c. Tamat SMA

(27)

Saat dilakukan pengkajian dengan kuisioner tentang pengetahuan pekerja terhadap pentingnya penggunaan standart keselamatan kerja di perusahaan rokok terhadap kesehatan pekerja, di dapatkan data:

1. 70 orang (70%) dari pekerja tidak mengetahui

2. 30 orang (30%) dari pekerja mengetahui

9. REKREASI

Berdasarkan data yang didapat dari perusahaan, Hari libur untuk pegawai dan pekerja diperusahaan ini adalah tiap hari minggu, di setiap hari jum’at pagi biasanya diadakan senam aerobik bersama oleh perusahaan yang dilakukan di lapangan olah raga yang ada di belakang perusahaan.

(28)

A. ANALISA DATA

NO. DATA ETIOLOGI PROBLEM

1. DS:

1. Pekerja mengatakan mengeluhkan sering batuk-batuk.

2. Pekerja mengatakan tidak terlalu memeperhatikan pentingnya penggunaan masker dan sarung tangan

DO:

1. 68 orang pekerja (68%) dari 100 pekerja di ruangan sektor A7 menegeluhkan sering batuk-batuk dengan perincian:

2. 68 orang (100%) dari 68 orang pekerja yang sering batuk terpajan langsung dengan bahan produk (tembakau).

a. 20 orang (29,4%)dari 68 pekerja yang sering batuk mengalami batuk menahun sekurang-kurangnya selama 2 tahun.

b. 45 orang (66,1%) dari 68 pekeja yang sering batuk saat batuk selalu berdahak dan beriak.

c. 5 orang (7,35%) dari 68 pekerja yang sering batuk positif

(29)

d. 20 orang (29,4%) dari 68 pekerja yang sering batuk merasa dada berat saat bernafas.

3. Riwayat penyakit pekerja ruangan sektor A7 dalam satu tahun terakhir; ISPA: 20 orang/ kasus (20%), PPOK: 5 orang (5%), batuk 35 orang (35%).

4. Pekerja yang tidak menggunakan masker dan sarung tangan di ruangan sektor A7 sebanyak 100 orang dari 100 orang pekerja (100%).

5. 70 orang (70%) dari 100 pekerja diruangan sektor A7 tidak

mengetahui pentingnya K3 bagi kesehatan dan keselamatan mereka 6. Hanya 30 orang (30%) dari 100

pekerja diruangan sektor A7 tidak mengetahui pentingnya K3 bagi kesehatan dan keselamatan mereka

2. DS:

1. Pekerja mengatakan jarang melakukan cuci tangan setelah melakukan pekerjaannya atau sebelum makan karena keterbatasan kamar mandi dan fasilitas yang kurang mendukung (tidak ada sabun cuci tangan di kamar mandi).

(30)

1. 25 orang (71,4%) dari 35 orang pekerja dibagian pengepakan di ruangan sektor A7 tidak mencuci tangan setelah bekerja.

2. 10 orang (28,6%)dari 35 orang pekerja dibagian pengepakan di ruangan sektor A7 mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang benar.

3. 40 orang(72,7%) dari 55 orang pekerja dibagian pelintingan di ruangan sektor A7 tidak mencuci tangan setelah bekerja.

4. 15 orang (27,3%)dari 55 orang pekerja dibagian pelintingan di ruangan sektor A7 mencuci tangan tapi dengan prosedur yang kurang benar.

3. DS:

1. Pekerja mengatakan sering mengalami pegal di daerah punggung dan leher.

2. Petugas klinik perusahaan mengatakan telah ada program senam aerobic tiap jum’at pagi tetapi antusias pekerja untuk mengikuti kurang bahkan digunakan sebagai ajang datang terlambat untuk bekerja DO:

1. 55 orang dari 55 orang (100%) jumlah pekerja dibagian pelintingan

(31)

rokok di ruangan sektor A7

mengeluhkan sering merasa pegal di daerah leher dan punggungnya. a. 30 orang (54,5%) dari 55 orang

pekerja dibagian pelintingan rokok di ruangan sektor A7 duduk dengan posisi duduk yang salah/ terlalu membungkuk. b. 25 orang (43,5%) dari 55 orang

pekerja dibagian pelintingan rokok di ruangan sektor A7 tidak menggerak-gerakkan badannya untuk merelaksasi tubuhnya/ berada dalam posisi duduk yang sama dalam waktu yang lama. 2. Pekerja yang mengikuti senam

aerobic pagi pada hari jum’at (19 november 2012) di ruangan sektor A7 sebanyak 60 orang (60%) dari jumlah seluruh pekerja di ruangan sektor A7

B. PENAMPISAN MASALAH

Dari hasil analisa data, didapatkan data yang kemudian dilakukan penapisan masalah untuk menentukan perioritas masalah, adapun penapisan masalah tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

No .

(32)

(PPOK,ISPA) pada dan kesadaran pekerja tentang pentingnya K3 ruangan sektor A7 PT. NOJORONO kudus

3. Resiko cidera kerja pada pekerja

(33)

C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan scoring di atas, maka prioritas diagnosa keperawatan komunitas pada pekerja perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT. NOJORONO adalah sebagai berikut:

No

. Diagnosa Keperawatan Score

1.

Resiko terjadinya peningkatan penyakit akibat partikel tembakau (PPOK,ISPA) pada pekerja perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT. NOJORONO kudus jawa tengah berhubungan dengan Kurang pengetahuan pekerja dan kesadaran tentang pentingnya K3 bagi kesehatan dan keselamatan pekerja.

34

2.

Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada pekerja perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT. NOJORONO kudus jawa tengah berhubungan dengan Ketidakadekuatan hygine perorangan pada pekerja.

33

3.

Resiko cidera kerja pada pekerja perusahaan rokok di ruangan sektor A7 PT. NOJORONO kudus jawa tengah berhubungan dengan Posisi tubuh saat bekerja yang salah pada pekerja.

(34)

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesehatan kerja merupakan bidang khusus ilmu kesehatan yang di tujukan kepada masyarakat pekerja dan sekitar perusahaan agar memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial. Kegunaannya untuk mencapai derajat keaehatan dan kesejahteraan tenaga kerja serta meningkatkan produksi yang berlandeaskan pada meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi. Tugas keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat industri meliputi kesehatan lingkungan kerja, kesehatan pekerjadan keselamatan kerja.

B. SARAN

1. Bagi Pekerja

Mereka akan lebih memahami dan mau berperilaku sehat dan baik di dalam tempat kerja maupun diluar tempat kerja. Kepuasan kerja akan meningkat ketika mereka menyadari bahwa perusahaan peduli dengan kesehatan mereka. Pada akhirnya pekerja sehat tentu akan lebih optimal dalam produktivitas kerja.

2. Bagi Perusahaan

(35)

DAFTAR PUSTAKA

http//www.academia.edu/62111163/askep_komunitas_kesehatan_kerja. Diakses pada 15 September 2014, jam 11.30 WIB

Mubarok,Wahit Iqbal,dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika

Soeripto. 2008. Hiegiene Industri. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : aplikasi dalam praktik. Jakarta : EGC

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan kesehatan tentang visi pembanguan kesehatan adalah Indonesia sehat 2010. Visi itu menggambarkan visi Indonesia sehat hidup tahun 2010 bangsa Indonesia hidup dalam

2) Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan 3) Kaji adanya faktor penyebab kelelahan.. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keadaan penyakit keterbatasan

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adalah

Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.. Maternal Infant

Merupakan penyebab kedua demensia yang terjadi pada hampir 40 % kasus. Demensia ini berhubungan dengan penyakit serebro dan kardiovaskuler seperti hipertensi, kolesterol tinggi,

• Tahu tentang penyakit maag serta tanda dan gejala, tapi tidak tahu penyebab dan pencegahan sakit maag seperti makanan dan minuman yang tidak boleh di konsumsi.

Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial serta tidak ada hubungannya dengan penyakit Diabetes Mellitus. Penderita penyakit ini umumnya perokok berat

pernapasan pada lansia yaitu perubahan anatomik pada respirasi, perubahan fisiologik pada pernapasan, faktor-faktor yang memperburuk fungsi paru, dan