• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH HIGIENE INDUSTRI PERATURAN dan I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH HIGIENE INDUSTRI PERATURAN dan I"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH HIGIENE INDUSTRI

TUGAS MATA KULIAH UU KESELAMATAN KERJA DAN HISTOLOGI

Di susun oleh :

NAMA

: Nur Muhammad Zam zam

NPM

: 201410235032

Dosen

: Reni Masrida, M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesehatan lingkungan kerja sering kali dikenal juga dengan istilah Higiene Industri atau Higiene Perusahaan. Tujuan utama dari Higiene Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Selain itu Kegiatannya bertujuan agar tenaga kerja terlindung dari berbagai macam resiko akibat lingkungan kerja diantaranya melalui pengenalan, evaluasi, pengendalian dan melakukan tindakan perbaikan yang mungkin dapat dilakukan. Melihat risiko bagi tenaga kerja yang mungkin dihadapi di lingkungan kerjanya, maka perlu adanya personil di lingkungan industri yang mengerti tentang higiene industri dan menerapkannya di lingkungan kerjanya.

Higiene Industri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang melakukan penilaian pada faktor penyebab penyakit secara kualitatif dan kuantitatif di lingkungan kerja Perusahaan, yang hasilnya digunakan untuk dasar tindakan korektif pada lingkungan, serta pencegahan, agar pekerja dan masyarakat di sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta memungkinkan mengangkat derajat kesehatan setinggi-tingginya.[5]

1.2.Rumusan Masalah

a. Apa definisi higiene industri ?

b. Apa tujuan dari penerapan higiene industri ? c. Apa saja ruang lingkup dari higiene industri ? d. Apa prinsip dasar dari higiene industri ? e. Apa manfaat dari penerapan higiene industri ? 1.3 Tujuan

a. Mengetahui tentang pengertian Higiene Industri b. Mengetahui tentang prinsip dasar Higiene Industri

(3)

BAB II

IMPLEMENTASI DI INDUSTRI

2.1. Peraturan Terkait

Higiene industri merupakan satu ilmu dan seni yang mempelajari bagaimana melakukan antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian terhadap faktor-faktor lingkungan yang muncul di tempat kerja yang dapat menyebabkan pekerja sakit, mengalami gangguan kesehatan dan rasa ketidaknyamanan baik diantara para pekerja maupun penduduk dalam suatu komunitas.[1]

Higiene industri dan kesehatan kerja sebagai suatu kesatuan upaya dengan tujuan mewujudakan sumber daya manusia yang sehat dan produktif dapat diterjemahkan dalam bahasa asing sebagai Industrial Hygiene and Occupational

Health, yang cendrung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi

problematika kesehatan kerja secara menyeluruh.[4]

Konsep dalam higiene industri adalah bagaimana membatasi paparan hazard yang diterima pekerja di tempat kerja. Pembatasan dilakukan melalui proses antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian paparan hazard yang ada di tempat kerja. Pendekatannya melalui usaha preventive untuk melindungi kesehatan pekerja dan mencegah timbulnya efek yang ditimbulkan oleh bahaya (hazard).

2.1.1 Dasar Hukum

a. ILO No. 112 tahun 1959

Tujuan pelayanan kesehatan kerja didasarkan pada rekomendasi ILO No. 112 (1959) yang didukung oleh Masyarakat ekonomi eropa (1962) dan Majelis eropa (1972). Tujuan itu didukung pula oleh konvensi ILO 161 dan rekomendasi No. 171 (1985). Tujuan itu adalah sebagai berikut :

 Melindungi pekerja dari bahaya kesehatan ditempat kerja.

 Menyesuaikan pekerjaan agar serasi dengan status kesehatan pekerja.  Menyumbang pembangunan dan pemeliharaan kesejahteraan fisik dan

(4)

b. UU No. 2 Tahun 1966

Undang-undang ini mencantumkan usaha di bidang higiene dan pelaksanaan usaha higiene industri. Intisari dari ketentuan undang-undang ini adalah rakyat harus mengerti dan sadar akan pentingnya keadaan yang sehat, baik kesehatan pribadi, maupun kesehatan masyarakat.

c. Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor

1405/Menkes/Sk/Xi/2002 TentangPersyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

2.1.2 Tujuan Higiene Industri

a. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja bebas, dengan demikian dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja. b. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada

meningginya efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi. Oleh karena hakikat tersebut selalu sesuai dengan maksud dan tujuan pembangunan didalam suatu negara, maka higiene industri dan kesehatan kerja selalu harus diikut sertakan dalam pembangunan.

2.1.3 Manfaat Higiene Industri

Beberapa manfaat dari penerapan higiene industri, yaitu :

a. Mencegahan dan memberantaskan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. b. Dapat memelihara dan meningkatan kesehatan tenaga kerja.

c. Dapat meningkatan efisiensi dan daya produktifitas manusia.

d. Memeliharaan dan meningkatan higiene dan sanitasi perusahaan pada umumnya seperti kebersihan ruangan-ruangan, cara pembuangan sampah, atau sisa-sisa pengolahan dan sebagainya.

(5)

2..1. Rekognisi Sumber Bahaya

Rekognisi adalah suatu kegiatan mengindentifikasi dan mengukur bahaya untuk mengetahui tingkat konsentrasi, jenis, kandungan dan sifat dari bahaya tersebut. Contoh : merekognisi bahaya bisa dilakukan dengan metode job safety analysis, HIRA, Preliminary Hazard Analysis dll. Dengan metode ini kita bisa melihat sebuah proses kerja dan menganalisi seberapa besar tingkat bahaya yang ditimbulkan dari pekerjaan tersebut secara detail.

Bahaya-bahaya (hazard) yang terkait dalam isu higiene industri diantaranya :

a. Faktor fisik

Faktor fisik yang meliputi keadaan fisik seperti bangunan gedung atau volume udara, atau luas lantai kerja maupun hal-hal yang bersiat fisik seperti penerangan, suhu udara, kelembabab udara, tekanan udara, kecepatan aliran udara, kebisingan, vibrasi mekanis, radiasi gelombang elektromagnetis.

Studi kasus faktor fisik:  Ventilasi

Misalnya pada home industri ini, ventilasi yang ada sudah masuk dalam kategori cukup. Home industry sudah mengantisipasi tingkat bahaya yang lebih dengan memasang ventilasi lebar. Namun demikian karena panas yang dihasilkan oleh proses produksi terlalu tinggi berupa uap, sehingga suhu dalam ruangan tersebut masih terasa panas, hal ini dapat membahayakan pekerja.

 Kebisingan

(6)

sangat bising. Selain psikologis pekerja terganggu, masyarakat sekitar home industry pun ikut merasakannya.

Selain itu, pada home industry ini, para pekerja juga menyalakan tape recorder. Hal ini dapat memperparah tingkat kebisingan. Namun demikian, hal ini justru dianggap sebagai hiburan untuk mengusir stress para pegawai tetapi dapat menjadi berbahaya bagi pekerja.  Getaran

Misalnya pada home industri ini tidak ada getaran. Karena pemilik sudah mengantisipasinya dengan memasang alat pereda getar (spon yang di pasang dibawah mesin penggilingan ). Sehingga getaran hanya terjadi disekitar mesin penggilingan padi. Itupun tidak langsung berhubungan langsung dengan para pekerja. Pabrik hanya menggunakan 1 mesin yang diletakkan diatas dan jauh dari aktivitas kebanyakan pekerja.

Penyakit yang mungkin dapat terjadi :

 Terpeleset akibat lantai tempat kerja yang licin oleh aktivitas produksi.

 Tuli akibat kebisingan yang terjadi pada tempat kerja.  Kesemutan akibat getaran yang bersumber dari mesin.

b. Faktor kimiawi

Factor kimiawi yaitu semua zat kimia anorganis dan organis yang mungkin wujud fisiknya merupakan salah satu atau lebih dalam bentuk gas, uap, debu, kabut, fume (uap logam), asap, cairan, dan atau zat padat. c. Faktor biologi

Bahaya biologi disebabkan oleh organisme hidup atau sifat organisme yang

dapat memberikan efek/dampak kesehatan yang terhadap manusia (agen

yang menginfeksi).

d. Faktor ergonomi

(7)

Bahaya yang termasuk bahaya ergonomi termasuk adalah design peralatan

kerja, area kerja, prosedur kerja yang tidak memadai/sesuai. Selain

itu, bahaya ergonomi yang berpotensi menyebabkan kecelakaan atau

pekerja sakit diantaranya pengangkatan dan proses ketika menjangkau/

meraih yang tidak memadai, kondisi visual yang buruk, gerakan monoton

dalam postur janggal. Posisi kerja yang salah dapat menyebabkan

gangguan kesehatan pada pekerja. Studi kasus faktor ergonomi:

 Misalnya pada sebuah pabrik, pekerja dituntut untuk selalu berdiri.

Meskipun mereka tidak selalu berdiri ditempat yang sama. Biasanya mereka berjalan dan bergerak leluasa. Dilihat secara faktor ergonomik tentu saja ini tidak memenuhi factor ergonomik yang telah ditetapkan.

 Misalnya pada pekerja bagian pengayakan, pekerja berposisi berdiri dengan sedikit membungkuk. Selain itu dengan pekerjaan menggoyang-goyangkan alat untuk menyaring sari kedelai membuat pekerja harus ekstra hati-hati karena lantai yang licin. Ini dapat menyebabkan kecelakaan kerja berupa terpeleset, dislokasi tulang, dan kemungkinan sampai saraf terjepit.

 Misalnya pada bagian fermentasi, posisi pekerja juga tidak jauh

berbeda dari pengayak. Pekerja berdiri dan pada bagian ini pekerja lebih sering untuk membungkuk lebih lama. Bahaya yang dapat ditimbulkan dari pekerjaan ini adalah mengalami lordosis, pengeroposan tulang, dan dislokasi tulang belakang.

 Misalnya pada bagian pembakaran, pekerja biasanya mengangkat

bahan bakar. Meskipun beban yang diangkut tidak terlalu berat, namun bisa terjadi kecelakaan kerja. Ketika berada didepan tungku pembakaran, pekerja akan terkena paparan panas secara langsung. Penyakit yang mungkin terjadi :

 Kram otot dan Kesemutan akibat bekerja waktu berdiri yang lama  Lordosis akibat banyak membungkuk

(8)

e. Faktor mental dan psikologis

Menurut Stephen Covey dalam buku First Thinks First menjelaskan adanya potensi kemampuan manusia sebagai prasyarat mewujudkan sebuah komitmen, artinya manusia sebagai makhluk yang dinamis sehingga mempunyai kemampuan untuk melakukan suatu perubahan terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya[2]. Faktor mental dan psikologis, yaitu reaksi mental dan kejiwaan terhadap suasana kerja, hubungan antara pengusaha dan tenaga kerja, struktur dan prosedur organisasi pelaksanaan kerja dan lain-lain.

Studi kasus faktor psikologis:

Misalnya pada industri ada kesenjangan antara pegawai satu terhadap pegawai lainya ataupun kesenjangan antara atasan dengan bawahan dapat menjadi pekerja stress.

2.2 Antisipasi Sumber Bahaya

Antisipasi adalah memprediksi potensi bahaya dan risiko yang ada ditempat kerja. Contoh : Antisipasi bahaya pada perusahaan yang bergerak di bidang oil dan gas, sebelum memasuki area tersebut pekerja dapat harus memprediksi bahaya yang ada diperusahaan tersebut, pekerja dapat melihat daftar bahaya yang ada diperusahaan seperti bahaya :

a) Berdasarkan lokasi atau unit b) Berdasarkan kelompok pekerja c) Berdasarkan jenis potensi bahaya d) Berdasarkan tahapan proses produksi

2.3 Evaluasi Sumber Bahaya

(9)

2.4 Kontrol Sumber Bahaya

Dari hasil evaluasi kemudian bisa dilakukan pengendalian jika terdapat hasil pengukuran yang melebihi ambang batas, contohnya pengendalian menggunakan metode hirarki pengendalian atau piramida terbalik yaitu :

a. Eliminasi

Eliminasi adalah menghilangkan bahaya misalnya, bahaya jatuh, bahaya ergonomi, bahaya ruang terbatas, bahaya bising, bahaya kimia.

b. Subtitusi

Mengganti bahan, proses, operasi ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya, contohnya mengganti suatu bahan yang berbahaya dengan yang tidak berhaya tetapi dengan fungsi yang sama. c. Engineering control

Suatu langkah memodifikasi bahaya, baik memodifikasi lingkungan kerja, ataupun memodifikasi alat-alat kerja. Meliputi cara pengendalian bahaya baik berdasarkan spesifikasi saat menentukan desain awal.

d. Administrasi control

Mengatur interaksi antara pekerja dengan alat-alat atau lingkungan kerja, mengatur shift kerja, mengurangi waktu para pekerja di area yang mengandung bahaya tinggi dan memberikan kemampuan pekerja untuk mengenali bahaya supaya dapat bekerja dengan aman.

e. APD ( Alat Pelindung Diri )

(10)

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Higiene Industri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang melakukan penilaian pada faktor penyebab penyakit secara kualitatif dan kuantitatif di lingkungan kerja Perusahaan, yang hasilnya digunakan untuk dasar tindakan korektif pada lingkungan, serta pencegahan, agar pekerja dan masyarakat di sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja.

Konsep dasar dari higiene industri adalah agar seorang tenaga kerja berada dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti bahwa yang bersangkutan dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktifitas kerjanya secara optimal, maka perlu ada keseimbangan yang positif-konstruktif, antara unsur beban kerja, beban tambahan akibat dari pekerjaan dan lingkungan kerja dan kapasitas kerja.

Dasar Hukum higiene industri mengacu pada: ILO No. 112 tahun 1959

UU No. 2 Tahun 1966

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1405/Menkes/Sk/Xi/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri

Program higiene industri meliputi: Rekognisi Sumber Bahaya

Faktor bahaya seperti faktor fisik, kimiawi, biologi, ergonomi, dan psikologi.  Antisipasi Sumber Bahaya

Antisipasi dengan memprediksi potensi bahaya dan risiko ditempat kerja.  Evaluasi Sumber Bahaya

Evaluasi adalah suatu kegiatan sampling dan mengukur bahaya dengan metode yang lebih spesifik.

Kontrol Sumber Bahaya

(11)

Daftar Pustaka

[1] Anonim.2015.HIGIENE INDUSTRI.http://ranahk3.blogspot.co.id/2015/04/ higiene-industri-merupakan-satuilmu-dan.html. Di akses 22 April 2017 [2] Ayundha, Diani.2014. Laporan Kunjungan Industri Pabrik Tahu.

http://dianiayundha. blogspot.co.id/2014/10/contoh-laporan-kunjungan- industri.html. Diakses 21 April 2017

[3] Hastu, Tripuspasari.2012.HIGIENE PERUSAHAAN. http://kumpulan-makalahh. blogspot.co.id/2012/12/higiene-perusahaan.html. Di akses 22 April 2017 [4] Monariza, Sri.2012.Makalah Konsep Dan Program Hygiene Industri.

https://www.scribd.com/doc/88701642/Makalah-Konsep-Dan-Program- Hygiene-Industri. Diakses 21 April 2017

Referensi

Dokumen terkait

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar para pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat

• Adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan / kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan sebaik-baiknya (dalam

Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/ kedokteran beserta

3 Dalam pandangan Suma’mur (1988), kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta praktiknya yang bertujuan, agar pekerja

Dimensi dasar analisis kinerja litbang METODOLOGI SEKTOR PEMERINTAH SEKTOR PERGURUAN TINGGI SEKTOR INDUSTRI SEKTOR PEMERINTAH SEKTOR INDUSTRI KUANTITATIF KUALITATIF

Fakultas Teknik & Informatika membekali mahasiswanya dengan kompetensi ketenagalistrikan dan otomasi industri, kemampuan ilmu komputer spesialisasi di bidang dasar-dasar ilmu

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data secara observasi pada higiene sanitasi industri keripik

Fakultas Teknik & Informatika membekali mahasiswanya dengan kompetensi ketenagalistrikan dan otomasi industri, kemampuan ilmu komputer spesialisasi di bidang dasar-dasar ilmu