• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONDISI, PERLAKUAN DAN BERAT SAMPEL TERHADAP EKSTRAKSI ANTOSIANIN DARI KELOPAK BUNGA ROSELA DENGAN PELARUT AQUADEST DAN ETANOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KONDISI, PERLAKUAN DAN BERAT SAMPEL TERHADAP EKSTRAKSI ANTOSIANIN DARI KELOPAK BUNGA ROSELA DENGAN PELARUT AQUADEST DAN ETANOL"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONDISI, PERLAKUAN DAN BERAT

SAMPEL TERHADAP EKSTRAKSI ANTOSIANIN DARI

KELOPAK BUNGA ROSELA DENGAN PELARUT

AQUADEST DAN ETANOL

Rosdiana Moeksin, Stevanus Ronald HP

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Abstrak

Rosela merupakan tanaman yang kaya akan manfaat, serat batangnya dapat dimanfaatkan sebagai sebagai bahan baku pembuatan tali dan karung goni, biji dapat digunakan sebagai pengganti jarak dan yang terutama pada kelopak bunganya terdapat zat antosianin yang dapat digunakan sebagai pewarna bahan pangan yang bermanfaat bagi kesehatan karena kandungan gizi serta zat aktif yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan pengambilan antosianin dari kelopak bunga rosela dengan mengamati pengaruh kondisi, perlakuan dan berat sampel terhadap pelarut aquadest dan etanol untuk menghasilkan antosianin yang terbaik. Antosianin diperoleh dengan metode ekstraksi, diperoleh kondisi kering oven dengan perlakuan gerus serta berat 25 gr yang paling baik unutk menghasilkan % yield antosianin ptimal sebesar 74,790% dengan menggunakan pelarut etanol pada konsentrasi 96%.

Kata kunci : rosela, antosianin, ekstraksi

Abstract

Rosela is a plant that is rich in benefits, fiber can be used as the stem as a raw material for making ropes and gunny, seeds can be used instead of the distance and the sheath, especially in the interest antosianin there is a substance that can be used as a food coloring is useful for health care because of the womb nutrition and active substances that can cure various diseases.

This study aims to optimize the sheath antosianin of interest rosela with the influence of the condition, treatment and weight of the sample solvent aquadest and ethanol to produce the best antosianin. Antosianin obtained with the method of extraction, obtained with the oven dry condition smalling partikel treatment and weight 25 gr unutk the most well produced antosianin ptimal% yield of 74.790% with the use of ethanol solvent concentration 96%.

(2)

I. PENDAHULUAN

Tanaman rosela merupakan tanaman hias luar ruangan yang merupakan jenis dari tanaman sepatu. Tanaman rosella (sabdariffa hibiscus linn) merupakan tanaman yang sangat dikenal saat ini karena pada kelopak bunga rosella dapat digunakan sebagai minuman kesehatan yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Selain itu, bagian dari tanaman ini memiliki manfaat lain, pada serat batang dapat dimanfaatkan sebagai sebagai bahan baku pembuatan tali dan karung goni dan buahnya memiliki kandungan yang sama dengan biji jarak. Kelopak bunga rosela mengandung zat warna antosianin dengan kadar yang relatif tinggi, sehingga kelopak bunga rosela mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber zat warna alami pada bahan pangan yang bermanfaat bagi kesehatan.

Penelitian ini menggali potensi dan manfaat lain dari bunga rosela, terutama kelopak bunga rosela yang memiliki antosianin yang dapat digunakan sebagai pewarna alami pada bahan pangan yang memiliki bermanfaat bagi kesehatan. Antosianin adalah kelompok pigmen yang menyebabkan warna kemerah-merahan, letaknya di dalam cairan sel yang bersifat larut dalam larutan polar. Larutan pengekstrak yang digunakan pada penelitian ini adalah aquadest dan etanol. Dipilihnya etanol sebagai pelarut dalam mengekstrak karena antosianin adalah pigmen yang sifatnya polar dan akan larut dengan baik dalam pelarut-pelarut polar, sementara aquadest digunakan sebagai pelarut pembanding dalam memperoleh antosianin yang terbaik.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Mengetahui pengaruh jenis pelarut untuk memperoleh % yield antosianin yang terbaik.

2) Mengetahui pengaruh kondisi (basah, kering dan kering oven) terhadap jenis pelarut yang dipakai untuk menghasilkan % yield antosianin yang terbaik.

3) Mengetahui pengaruh perlakuan (langsung dan gerus) dan berat (15 gr, 20 gr dan 25 gr) terhadap pelarut yang dipakai untuk menghasilkan % yield antosianin yang terbaik.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rosela

Tanaman rosela merupakan tanaman sejenis kembang sepatu (Hibiscus) yang berasal dari India Timur yang dapat tumbuh pada iklim tropis dan

subtropis. Awalnya tanaman rosela jenis Hibiscus Cannabinus terkenal sebagai tanaman yang memiliki kaya akan serat sehingga tidak heran awalnya tanaman ini dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan tali dan karung goni. Akan tetapi seiring perkembangan zaman penggunaan rosela Hibiscus Cannabinus sebagai serat alami tergantikan dengan adanya serat sintetis.

Namun jenis lain dari rosela Hibiscus Sabdariffa memiliki potensi yang lebih besar, selain batangnya digunakan sebagai bahan baku pengganti rami, biji dan kelopaknya dapat digunakan dalam bahan pangan. Di dalam biji rosela terdapat kandungan menyerupai jarak pagar kasar dan pada kelopak bunga rosella dapat digunakan sebagai pewarna alami yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.

2.1.1. Manfaat Tanaman Rosela

Kelopak bunga rosela dapat dimanfaatkan sebagai bahan salad, saus sup, the rosela, sari buah, koktail, asinan, selai, puding, jelly dan berbagai produk olahan lainnya. Di Sudan, kelopak bunga rosela diolah menjadi minuman tradisional yang dinamakan Kardekh dan merupakan minuman kebangsaan. (Amanda dan Prima)

Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak bunga rosela meliputi : gossypetin, antosianin, dan glukosida hibisci yang dapat menyebuhkan diuretik koleretik, penurun viskositas darah, pengurang tekanan darah, TBC dan perangsang peristaltik usus. Selain itu,kelopak bunga rosela juga berkhasiat sebagai antiseptik, antibakteri, antiradang, menurunkan panas, mencegah gangguan jantung dan kanker darah.

Berdasarkan DEPKES RI. No SPP. 1065/35.15/05 kandungan gizi yang terdapat dalam kelopak bunga rosela adalah :

Tabel 2.1 Kandungan gizi pada kelopak rosela

Kandungan 100 gr Kelopak Segar

Kalori 44 kal

Air 86,2%

Protein 1,6 gr

(3)

Sambungan Tabel 2.1.

Kandungan 100 gr

Kelopak Segar

Karbohidrat 11,1 gr

Serat 2,5 gr

Abu 1,0 gr

Fosfor 60 mg

Besi 3,8 mg

Betakaroten 285 ig

Vitamin C 14 mg

Tiamin (vitamin B1) 0,04 mg Riboflavin

(vitamin B2) 0,6 mg

Niasin (vitamin B3) 0,5 mg

2.2.1 Antosianin

Antosianin memiliki rumus struktur sebagai berikut :

Gambar 2.1 stuktur molekul antosianin

Antosianin adalah kelompok pigmen yang berwarna merah, yang tersebar luas pada tanaman. Terdapat beraneka ragam bunga, daun dan buah yang memilliki warna yang menarik, disebabkan adanya pigmen ini di dalam selnya.

Seluruh senyawa antosianin merupakan senyawa susunan yang merupakan senyawa turunan dari kation flavium. Dua puluh jenis senyawa telah ditemukan, tetapi yang memegang peranan penting dalam bahan pangan yaitu pelargonidin, sianidin, delfinidin, peonidin, petunidin, dan malvidin. (Francis, 1985). Terdapat lima jenis gula yang ditemui pada molekul antosianin, yaitu glukosa, rhamosa, galaktosa, xilosa dan arbinosa. Molekul lain yang terdapat/melekat pada inti kation flavium adalah p-coumaric, ferulik, kafeik, malonik, vanilik, atau asam asetat. Satu atau lebih molekul tersebut dapat teresterifikasi pada molekul gulanya (Francis, 1985).

Antosianin dengan metil atau fenil pada atom karbon nomor 4 memiliki stabilitas yang baik, bahkan stabilitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan bahan pewarna merah sintetis (Francis, 1985).

2.3 Metode Ekstraksi

Ekstraksi merupakan dilakuan dengan mengontakkan padatan dengan pelarut sehingga diperoleh larutan yang diinginkan yang kemudian dipisahkan dari padatan sisanya. Pada saat

pengontakkan terjadi, mekanisme yang berlangsung adalah peristiwa pelarutan dan difusi. Pelarutan merupakan peristiwa penguraian suatu molekul zat menjadi komponennya, baik berupa molekul – molekul atom – atom maupun ion – ion, karena pengaruh pelarut cair yang melingkupinya. Partikel – partikel yang terlarutkan ini berkumpul di permukaan antara (interface) padatan dan terlarut. Bila peristiwa pelarutan masih berlangsung, maka terjadi difusi partikel – partikel zat terlarut dari lapisan antara fase menembus lapisan permukaan pelarut dan masuk ke dalam badan pelarut dimana zat terdistribusikan merata. Jadi difusi terjadi di fase padat diikuti difusi fase cair. Peristiwa ini terus berlangsung sehingga keadaan setimbang tercapai (Bird et,al 1980).

2.4 Metode Evaporasi

Evaporasi adalah menguapkan cairan yanga ada pada larutan, sehingga diperoleh suatu larutan yang lebih pekat (thick liquor). Alat untuk melakukan evaporasi adalah evaporator. Evapaorator merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengevaporasi sebagian atau seluruh pelarut dari suatu larutan. Hasilnya biasanya berupa zat padat atau konsentrat dari larutan. Jika hasilnya zat padat, panas yang dibutuhkan untuk penguapan larutan harus disuplai ke suspensi zat padat pada larutan, jika tidak alat tersebut dikasifikasikan sebagai pengering

III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat yang digunakan :

1) Blender

2) Soklet ekstraktor 3) Alat evaporasi 4) Sentrifuge 5) Pompa vakum 6) Spektrometer 7) Termometer 8) Tabung reaksi 9) Gelas ukur 10) Botol sampel 11) Neraca analitis

3.1.2 Bahan yang digunakan :

1) Kelopak bunga rosela 2) Etanol 96%

(4)

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Persiapan Bahan Baku

Kelopak bunga rosela yang telah dicuci bersih dipisahklan berdasarkan kondisi dan perlakuan yang akan dilakukan pada kelopak bunga rosela. Timbang berat kelopak bunga rosella menjadi 15 gr, 20 gr dan 25 gr berdasarkan kondisi dan perlakuan yang dilakukan pada kelopak bunga rosella dan dibungkus dengan kertas saring.

3.3.2 Persiapan Pelarut

Pelarut yang digunakan adalah aquadest dan etanol (96%) dengan volume yang sama yaitu 200 ml. Aquadest dan etanol merupakan pelarut organik yang bersifat tidak bersifat beracun sehingga aman digunakan sebagai pelarut bahan pangan.

3.3.3 Tahap Ekstraksi

Pada tahap ini, ekstraksi dilakukan didalam alat sokhlet. Kelopak bunga rosella yang telah dibedakan berdasarkan variable kondisi, perlakuan dan berat dari sampel dibungkus dengan menggunakan kertas saring dan diekstraksi selama 4 jam dengan pelarut aquadest dan etanol (96%)

3.3.4 Sentrifuse

Hasil ekstraksi yang didapatkan merupakan ekstrak yang belum murni karena masih bercampur dengan pelarut (aquadest dan etanol) dan partikel-partikel kecil oleh karena itu dilakukan sentrifuse. Sentrifuse bertujuan untuk memisahkan partikel-partikel padat yang berukuran kecil yang terikut dalam hasil ekstraksi sehingga partikel-partikel tersebut mengendap didasar tabung. Sentrifuse dilakukan selama kurang lebih 5 menit dengan kecepatan 6000 rpm.

3.3.5 Penyaringan Filtrat

Penyaringan hasil ekstraksi dilakukan setelah ekstrak disentrifuse, penyaringan dirangkai dengan pompa vakum dan kertas saring sebagai penyaring padatan yang sangat kecil. Ambil sample yang lolos dari kertas saring, lalu didapat filtrat pigmen.

3.3.6 Evaporasi

Evaporasi dilakukan berdasarkan titik didih pelarut pada aquadest dengan temperatur 1000C dan etanol dengan temperatur 80 0C. Evaporasi bertujuan untuk menguapkan dan mengambil pelarut yang masih bercampur dengan antosianin sehingga larutan menjadi pekat.

3.4 Proses Analisa

3.4.1 Berat Rendemen

Berat Rendemen = berat sebelum ekstraksi – berat setelah ekstraksi

3.4.2 Penentuan (% yield) Antosianin

% yield = berat setelah ekstraksi – berat stelah ekstraksi / berat stelah ekstraksi

3.4.3 Uji Identifikasi Antosianin

Hasil ekstraksi yang diperoleh diambil sebanyak 7 ml, tambahkan 2 tetes NaOH 10% sehingga terjadi perubahan warna menjadi coklat, dan kemudian tambahkan HCl pekat sebanyak 2 tetes sehingga warnanya kembali merah.

3.4.4 Penentuan Daya Absorbansi Antosianin

(5)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Ekstraksi Antosianin

4.2 Uji Identifikasi Antosianin

Antosianin+NaOH0,1M Antosianin+NaOH0,1 M + HCl Pekat

4.3 Penentuan Daya Absorbansi Antosianin

4.3.1 Pembahasan

Proses penelitian ini menggunakan metode ekstraksi dengan beberapa variabel yakni kondisi sampel (basah, kering dan kering oven), perlakuan sampel (langsung dan digerus), dan berat sampel (15 gr, 20 gr dan 25 gr) dari kelopak bunga rosela. Proses ekstraksi terjadi didalam sokhlet dengan memanfaatkan perbedaan kelarutan (solubilitas) dari kelopak bunga rosela terhadap pelarut aquadest dan etanol.

Hasil ekstraksi menggunakan pelarut aquadest menghasilkan antosianin yang tidak optimal dibandingkan dengan menggunakan pelarut etanol yang bersifat polar sehingga sangat baik digunakan dalam proses ekstraksi antosianin. Pelarut etanol pada ekstraksi ini akan Pelarut Kondisi

Sampel

Kondisi kering Perlakuan sampel gerus

Berat sampel 25 gr

Pelarut aquadest

42,475

Kondisi kering oven

Perlakuan sampel langsung Berat sampel 25 gr

Pelarut etanol

69,113

Kondisi kering oven

Perlakuan sampel gerus

Berat sampel 25 gr

Pelarut etanol

(6)

menghasilkan antosianin yang lebih baik hal ini dapat dilihat dari % antosianin dan berat rendemen yang dihasilkan. Untuk menghilangkan pelarut yang masih tersisa pada sampel maka dilakukan evaporasi. Evaporasi dilakukan diatas titik didih pelarut agar pelarut dapat dipisahkan dari sampel. Hasil antosianin yang diperoleh dengan pelarut etanol memiliki aroma asam kelopak bunga rosela yang lebih menyengat dibandingkan dengan mengunkan aquadest.

4.3.2 Mengetahui Pengaruh Pelarut Terhadap % Yield Antosianin pada Kondisi dan Perlakuan Sampel

Penelitian mengenai pengaruh pelarut yang dilakukan untuk membandingkan pengaruh pelarut terbaik untuk menghasilkan % yield antosianin yang terbaik dari kelopak bunga rosela dengan kondisi sampel basah, kering, dan kering oven pada perlakuan langsung dan gerus serta dengan membandingkan kondisi berat 15 gr, 20 gr dan 25 gr. Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi adalah aquadest dan etanol dengan volume yang sama yaitu 200ml. Proses ekstraksi dilakukan selama 4 jam. untuk memperoleh antosianin yang optimal akan tetapi apabila lebih dari 4 jam akan merusak warna antosianin yang dihasilkan menjadi berwarna coklat hitam (gosong).

Gambar 4.2 % Yield Ekstraksi dengan Pelarut Aquadest

Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa % yield antosianin yang didapatkan pada ekstraksi dengan menggunakan pelarut aquadest pada kondisi kering oven gerus dengan berat sampel 25 gr menghasilkan % yield antosianin yang terbaik yaitu sebesar 55,385%. Hal ini dikarenakan semakin kecil ukuran sampel semakin besar luas kontak area permukaan dengan pelarut sehingga menghasilkan antosianin yang terbaik dibandingkan dengan kondisi basah dan kering dengan perlakuan langsung.

Gambar 4.3 % Yield antosianin dengan Pelarut Etanol

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa kondisi basah dengan menggunakan pelarut etanol menghasilkan % yield antosianin yang cukup besar yaitu 6,106 % yield antosianin dengan perlakuan langsung dan berat 15 gr sementara pada perlakuan gerus menghasilkan antosianin sebesar 8,037% yield antosianin. Hal ini sangat berbeda dengan hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut aquadest pada kondisi basah dengan perlakuan langsung dan 15 gr dihasilkan 3,493% yield antosianin dan pada kondisi basah dengan perlakuan langsung dan berat 15 gr menghasilkan 5,498% yield antosianin.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol menghasilkan % yield antosianin yang terbaik hal dapat dilihat dengan dari kedua gambar grafik 4.1 dan 4.2 terdapat perbedaan yang cukup besar, baik pada kondisi basah, kering dan kering oven dengan perlakuan langsung dan gerus serta dengan berat 15 gr, 20 gr dan 25 gr.

Sementara itu berdasarkan sifat fisik sampel antosianin terlihat bahwa antosianin yang dihasilkan dengan menggunakan pelarut etanol menghasilkan warna yang lebih cerah dan menarik dibandingkan dengan menggunakan pelarut aquadest yang cederung menghasilkan warna yang tidak begitu cerah. Hal ini disebabkan oleh karena pelarut etanol sangat baik digunakan sebagai pelarut antosianin, selain menghasilkan warna yang cerah juga disebabkan oleh karena etanol bersifat polar dan tidak beracun sehingga aman digunakan sebagai pelarut pada bahan pangan.

Berat Sampel (gr)

%

in Basah, Perlakuan

Langsung Kering Oven, Gerus

0

Berat Sampel (gr)

% Y

(7)

Akan tetapi, hasil antoasianin yang dihasilkan menggunakan pelarut etanol akan menyisahkan bau etanol yang menyengat pada sampel antosianin hal ini disebabkan adanya etanol yang masih terkandung didalam sampel antosianin sehingga perlu dilakukan proses evaporasi. Setelah dilakukan proses evaporasi dengan menggunakan evaporator kurang lebih selama 15 menit pada temperatur 80oC bau etanol tersebut hilang sehingga dihasilkan bau asam khas antosianin dari kelopak bunga rosella serta sampel yang lebih pekat.

4.3.3 Mengetahui Pengaruh Perlakuan Sampel Terhadap % Yield Antosianin pada Jenis Pelarut, Kondisi , dan Berat Sampel

Gambar 4.4 Pengaruh Perlakuan Sampel Terhadap % Yield Antosianin

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol menghasilkan % yield antosianin yang lebih besar hal ini dapat dilihat pada perbedaan % yield antosianin yang dihasilkan dari kedua pelarut yang digunakan yaitu pelarut aquadest dan pelarut etanol. Pada kondisi kering oven, dengan perlakuan langsung dan berat sampel 25 gr dengan menggunakan pelarut etanol menghasilkan % yield antosianin sebesar 69,113

dibandingkan dengan menggunakan pelarut aquadest menghasilkan % yield antosianin sebesar 51,278 %.

Sementara pada kondisi kering oven, dengan perlakuan gerus dan berat sampel 25 gr dengan menggunakan pelarut etanol menghasilkan % yiled antosianin paling terbaik sebesar 74,970% dibandingkan dengan pelarut aquadest dengan kondisi, perlakuan dan berat yang sama menghasilkan % yield antosianin sebesar 55,385. Sehingga kondisi, perlakuan dan berat terbaik terjadi pada kondisi kering oven dengan perlakuan gerus dan berat 25 gr, hal ini

dikarenakan tidak adanya kandungan air pada kondisi kering oven yang disebbkan pengeringan denegn menggunakan oven lebih baik dan optimal bila dibandingkan dengan kondisi basah dan kering sehingga proses ekstraksi dapat berlangsung secara sempurna tanpa berkurangnya konsentrasi pelarut yang diakibatkan secara tidak langsung air yang bercampur dengan pelarut pada proses ekstraksi.

Kondisi sampel sangat berpengaruh dalam menghasilkan % yield antosianin yang terbaik, semakin rendah kandungan air maka proses ekstraksi semakin baik. Selain itu, perlakuan sampel sangat berperan dalam menghasilkan % yield antosianin yang terjadi pada proses ekstraksi, semakin kecil permukaan sampel akan menghasilkan antosianin yang terbaik. Hal ini dapat dilihat pada gambar bahwa kondisi kering oven dan perlakuan gerus menghasilkan % yield antosianin terbesar dibandingkan dengan kondisi basah, kering dengan perlakuan langsung.

Faktor lainnya yang sangat berperan penting dalam menghasilkan % yield antosianin yang optimal adalah berat dari sampel kelopak bunga rosella, semakin berat sampel maka akan semakin besar pula % yield antosianin yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari gambar bahwa pada berat sampel 25 gr menghasilkan % antosianin yang terbaik pada kondisi basah, kering dan kering oven serta pada perlakuan langsung dan gerus.

4.3.4 Mengetahui Pengaruh % Yield

Antosianin Terhadap Absorbansi Antosianin

Tabel 4.2 Identifikasi Analisa Absorbansi Antosianin

Kondisi kering Perlakuan sampel gerus

Berat sampel 25 gr Pelarut aquadest

42,475

Kondisi kering oven Perlakuan sampel langsung Berat sampel 25 gr Pelarut etanol

69,113

Kondisi kering oven Perlakuan sampel gerus

Berat sampel 25 gr Pelarut etanol

74,970

Berat Sampel (gr)

% Kondisi Basah

Pelarut Aquadest, Kondisi Kering Oven

(8)

Analisa absorbansi antosinain ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan sampel antosianin yang dihasilkan dari kelopak bunga rosella untuk menyerap panjang gelombang sehingga sampel antosianin dapat digunakan sebagai pewarna bahan pangan.dan dapat bercampur dengan senyawa lain teruitama air, Absorbansi merupakan kadar kepekatan atau intensitas warna suatu larutan.

Pada analisa ini dilakukan dengan sampel antosianin yang terlebih dahulu dipekat dengan proses evaporasi untuk memisahkan pelarut yang masih tersisa pada sampel antosianin. Analisa dilakukan dengan perbandingan air dan sampel antosianin 1 : 50 , dimana sampel antosianin sebesar 1 ml dilarutkan kedalam 50 ml. Hasil perncampuran menunjukkan bahwa kandungan antosianin rosella sangat baik sebagai pewarna bahan pangan.

Gambar 4.5 Perbandingan Panjang Gelombang

Terhadap Absorbansi

Pada kode sampel 1 dan kode sampel 3 pengaruh pelarut yang digunakan serta perlakuan sangat berperan penting dalam menghasilkan % yield antosianin. Hal ini dapat kita lihat bahwa pada sampel 1 dengan % yield sebesar 42,475% dengan panjang gelombang 600 nm menghasilkan absorbansi 0,327 sedangkan pada kode sampel 3 dengan % yield antosianin sebesar 74,970 pada panjang gelombang 600 nm menghasilkan absorbansi 1,526. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar %yield antosianin maka semakin besar daya absorbansi terhadap larutan.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang lakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelarut terbaik untuk ekstraksi antosianin dari kelopak bunga rosela adalah dengan pelarut etanol (96%).

2. Kondisi terbaik untuk ekstakrsi antosianin dari kelopak bunga rosela adalah kondisi kering oven.

3. Perlakuan terbaik dalam ekstrksi antosianin dari kelopak bunga rosela adalah perlakuan gerus untuk memperluas area permukaan kontak terhadap pelarut sehingga terjadi proses ekstraksi antosianin yang optimal. 4. Berat terbaik dalam ekstraksi antosianin dari

kelopak bunga rosela adalah dengan berat 25 gr.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Maryani Herti, Kristiana Lusi., “Kasiat dan Manfaat Rosela”, Jakarta : Agro Media, 2008 dari www.agromedia.net.

H. faraji M., H. Tarkhani A.,”The effect of Sour Tea (Hibiscus sabdariffa on Essential Hypertension”,Ethnopharmacol dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov.

Syamsul hidayat, Sri Sugati, dan Johny Rai Hutapea, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I), Jakarta : Departemen Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 1991 dari http://www.hibiscus.org.

Amanda & Prima. 2008.”Khasiat Teh

Rosella”.http://Amandaprima.Blogsome/20 08 / 10 / 02 / khasiat – teh – rosella /. [Diakses tanggal 4 Mei 2009]. Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat

Indonesia. Ungaran : Trubus griwidya. Stephens, James M., “Roselle-Hibiscus

sabdariffa L”, dari

http://edis.ifras.ufl.edu/MV126

Treyball,R.E. “Mass Transfer Operation”, Third Edition,Mc graw Hill Book Company,Singapore,1981

Else Silviani, Erliandi.2004.,”Ekstraksi Pigmen Antosianin dari Kulit Buah Rambutan”

.Palembang. Unsri.

0 0.5 1 1.5 2 2.5

400 500 600 700

Panjang Gelombang (nm)

A

b

so

rb

an

si

Kering, gerus, 25 gr, Aquadest

Kering oven, langsung, 25 gr, etanol

Kering oven, gerus, 25 gr, etanol 50

60 70 80

a

ni

Gambar

Gambar 2.1 stuktur molekul antosianin
Gambar  4.3  % Yield antosianin dengan Pelarut Etanol
Tabel 4.2 Identifikasi Analisa Absorbansi Antosianin
Gambar 4.5 Perbandingan Panjang Gelombang  Terhadap Absorbansi

Referensi

Dokumen terkait

skripsi yang berjudul “Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Kelopak Bunga Rosella ( Hibiscus sabdariffa Linn) Secara Granulasi Basah dengan Pengikat PVP K- 30”..

Studi Perbandingan Efektivitas Infus Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) yang Segar dan Kering terhadap Kadar.. Kolesterol Serum Darah Marmut

Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh ekstrak etanol kelopak bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn) terhadap penurunan kadar LDL tikus Wistar jantan yang

Daya Antibakteri Rebusan Kelopak Bunga Rosela Kering (Hibiscus sabdariffa Linn) terhadap Pertumbuhan Lactobacillus acidophilus, Ferlina Diah Ayu Yosi Pramita Asano;

Hasil dari penelitian ini menunjukkan kodisi optimal proses ekstraksi senyawa antosianin kelopak bunga rosella ungu (Hibiscus sabdariffa L) yaitu pada suhu 85°C

Dari keseluruhan uji sifat fisik tablet hisap ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) yang menggunakan kadar bahan pengikat PVP 1%, 3%, dan 5%, dapat

Penyusun skripsi yang berjudul “ Aktivitas Antimikroba Ekstrak Umbi Bit ( Beta vulgaris ), Ekstrak Kelopak Bunga Rosella ( Hibiscus sabdariffa ) dan Produk Herbal

Pada penelitian ini digunakan kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa) sebagai sumber dye karena mengandung senyawa antosianin yang tinggi (Ariyanto,