• Tidak ada hasil yang ditemukan

Integrasi Know-Want-Learned-Affect (KWLA) Dalam Pembelajaran Teks Anekdot Sebagai Penguatan Intrapersonal Intellegence

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Integrasi Know-Want-Learned-Affect (KWLA) Dalam Pembelajaran Teks Anekdot Sebagai Penguatan Intrapersonal Intellegence"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Integrasi

Know-Want-Learned-Affect

(KWLA) Dalam Pembelajaran

Teks Anekdot Sebagai Penguatan Intrapersonal Intellegence

Ermawati

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

Email: ermawati@ustjogja.ac.id

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mengintegrasikan strategi (KWLA) dalam pembelajaran teks anekdot sebagai bentuk penguatan intrapersonal intelligence. Strategi KWLA terdiri atas empat kolom (What I Already Know-What I Want To Know-What I Learned-The Affect of The Story) diimplementasikan untuk mempermudah peserta didik dalam memahami isi teks anekdot. Di kolom KWLA, peserta didik menuliskan apa yang telah diketahui, apa yang ingin diketahui, apa yang telah diketahui setelah memahami teks, dan efek dari teks cerita. Hasil lain yang diharapkan, melalui kolom the affect of the story (kolom A) pada KWLA ini terjadi penguatan intrapersonal intelligence berupa sikap kepribadian dan empati dalam diri peserta didik.

Kata Kunci: Teks Anekdote, KWLA, Intrapersonal Intelligence

ABSTRACT

This article aims to integrate the (KWLA) strategy in learning the annecdote texts as a as part of intrapersonal intelligence reinforcement. The KWLA strategy consists of four columns (What I Already Know-What I Want To Know-What I Learned - The Affect of The Story) is implemented to needed to help students understand the the contents of annecdote texts easily. In the KWLA column, learners write down what has been known, what they want to know, what has been known after understanding the text, and the effect of the story text. Another expected result, through the affect of the story column (column A) phase in this KWLA, occurs in the enforce the intrapersonal intelligence in the form of personality and empathy in the learners.

Keyword: Anecdote Texts, KWLA, Intrapersonal Intelligence

PENDAHULUAN

(2)

ditempuh agar pembelajaran lebih optimal di antaranya penggunaan metode, strategi yang tepat. Sependapat dengan hasil penelitian Rochmiyati (2015: 13) mengungkapkan guru harus memahami betul strategi, isi materi, sumber belajar, maupun penilaian pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menggunakan bahasa sebagai media berpikir dan menyalurkan pikirannya secara benar, santun, dan berkarakter.

Berdasarkan wawancara, di SMP Negeri 1 Bantul, guru bahasa Indonesia belum menggunakan metode ataupun strategi belajar yang variatif secara optimal dalam kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut disebabkan untuk menggunakan metode ataupun strategi belajar yang variatif dibutuhkan persiapan-persiapan khusus sedangkan materi yang hendak dicapai sangat kompleks.

Namun, tidak semua strategi pembelajaran membutuhkan persiapan-persiapan secara kompleks, di antaranya strategi Know-Want To Know-Learned-the Affect of Story (KWLA). Strategi KWLA merupakan strategi pembelajaran yang di dalamnya terdiri atas empat langkah di antaranya what I already know (apa yang diketahui), what want I to know (apa yang ingin diketahui), what I learned (apa yang telah diketahui), dan the affect of the story (efek cerita).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shelley, Anna Crout, beserta lima guru berkolaborasi (1997: 233-242) menyimpulkan lima guru yang mengimplementasikan KWL dengan berbagai variasi dalam ruang kelas yang berbeda KWL memiliki efek yang diinginkan pada pemahaman membaca dari sekolah dasar sampai sekolah menengah. Dengan demikian, tujuan diintegrasikan strategi ini untuk mempermudah peserta didik dalam memahami isi teks anekdot khususnya peserta didik tingkat menengah atas.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis teks. Di kelas X, ada berbagai macam teks di antaranya teks laporan hasil observasi, teks eksposisi, teks anekdot teks cerita rakyat, teks negoisasi, dan teks biografi. Dalam tulisan ini difokuskan pada teks anekdot. Jenis teks ini dapat digolongkan teks cerita. Di samping itu, teks ini dipilih karena dikategorikan jenis teks baru yang muncul di kurikulum 2013 sehingga dibutuhkan kemampuan untuk memahami teks anekdot.

(3)

merupakan cerita yang mengarah pada terjadinya suatu krisis, konflik, atau peristiwa utama. Krisis atau komplikasi merupakan bagian inti berisi tentang kekonyolan. Reaksi merupakan respon atau kritis. Struktur terakhir yaitu koda yang bersifat opsional.

Setelah peserta didik dapat memahami isi teks anekdot dengan tepat, tujuan lain setelah itu diharapkan intrapersonal intelligence peserta didik menjadi lebih kuat. Sejalan dengan rencana strategis kemendikbud bahwa insan yang cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis. Secara khusus, cerdas emosional dan sosial bermakna insan tersebut harus dapat beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiativitas akan kehalusan dan keindahan seni, nilai-nilai budaya, serta kompetensi untuk mengekspresikannya, serta mampu beraktualisasi diri melalui interaksi sosial dengan membina dan memupuk hubungan timbal balik, demokratis, empatik dan simpatik, menjunjung tinggi hak asasi manusia, ceria dan percaya diri, menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara, serta berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara (Renstra Kemdikbud, 2015-2019: 32). Sejalan dengan Restra kemdikbud, Ampuni (1998: 17) mengungkapkan membaca bukanlah sekadar aktivitas mengeja dan merangkaikan kata-kata. Membaca merupakan proses kognitif yang kompleks untuk mengolah isi bacaan, yang bertujuan untuk memahami ide-ide dan pesan-pesan penulis serta menjadikannya sebagai bagian dari pengetahuannya. Pesan-pesan inilah yang nantinya akan menjadi penguat intrapersonal intelligence peserta didik. Intrapersonal intelligence tersebut berupa refleksi moral kepribadian dan empati.

Akhir-akhir ini, potret pendidikan yang disajikan di media masa mengajak masyarakat untuk berrefleksi, berjiwa sosial, dan berempati. Selama ini, dapat dikatakan sikap moral masih menjadi kategori nomor kedua setelah aspek kognitif. Mulai dari kasus pedofilia, klithih yang mencapai 10 peristiwa dalam rentang waktu 3 hari, kematian siswa kedinasan yang digorok di leher sepanjang 10 cm di Magelang hingga pesta kelulusan yang menelan korban di salah satu Sekolah Menengah Atas di Klaten.

(4)

kepribadian dan empati. Berdasarkan teks anekdot yang telah dipahami, diharapkan dapat terjadi penguatan sikap intrapersonal intellegensi. Dengan demikian, dalam tulisan ini akan dibicarakan “Integrasi Strategi Know-Want to Know-Learned-Affect (KWLA) dalam Pembelajaran Teks Anekdot sebagai Penguatan Intrapersonal Intelligence”

PEMBAHASAN

Strategi What I Already Know-Want To Know- What I Learned Learned-The Affect Of Story (KWLA)

Strategi yang baik dalam pembelajaran ialah strategi yang mengedepankan siswa menggali apa yang dimiliki sebelumnya kemudian mencari tahu apa yang hendak diketahuinya lalu mencocokan antara pemahaman awal dengan pengetahuan akhir yang diperoleh. KWL merupakan salah satu strategi inovatif yang dalam prosesnya melalui langkah tersebut. KWL merupakan kepanjangan dari know yang berarti tahu, want berarti ingin, serta learned yang berarti telah belajar. Jadi, strategi KWL merupakan suatu strategi yang dapat membuat anak berpikir tentang apa yang telah diketahui dari suatu topik dan apa yang ingin diketahui tentang suatu topik tertentu (Uno, 2011: 108).

Strategi KWL merupakan salah satu strategi yang dapat diintegrasikan dalam keterampilan membaca khususnya memahami sebuah teks. Sejalan dengan pendapat Ogle (1992: 1) yang mendefinisikan strategi KWL adalah sebuah strategi instruksional yang digunakan untuk memandu siswa selama kegiatan membaca. Para siswa memulai dengan mengumpulkan segala informasi yang mereka ketahui tentang sebuah topik. Informasi ini terekam dalam kolom K dalam sebuah tabel KWL. Para siswa kemudian mengembangkan sebuah daftar pertanyaan tentang apa yang ingin mereka ketahui dalam sebuah topik. Daftar pertanyaan ini ditulis dalam kolom W. Selama atau sesudah membaca, para siswa menjawab pertanyaan yang terdapat dalam kolom W. Informasi baru ini yang telah mereka pelajari terekam dalam kolom L.

(5)

bahwa KWL (sebuah strategi sederhana untuk mengembangkan kemampuan membaca dengan mengaktifkan apa yang Anda tahu, menentukan apa yang ingin Anda pelajari, dan memahami apa yang Anda pelajari) dapat lebih ditingkatkan dengan memasukkan pertanyaan fokus ke prosedur dasar.

Strategi KWL merupakan awal mula sebelum adanya strategi KWLA. Wiesendanger (2001: 99) menambahkan unsur A yaitu berupa theaffect of story atau pengaruh cerita. Strategi KWLA ini dikembangkan oleh Carr & Ogle tahun 1987, serta Mandeville tahun 1994. Strategi ini tidak hanya membantu siswa untuk menghubungan apa yang mereka ketahui, tetapi juga memungkinkan siswa untuk menilai sendiri kesesuaian, ketertarikan, dan nilai personal terhadap pengalaman belajar mereka. Kolom the affect of story juga dapat membantu siswa untuk menentukan amanat di dalam sebuah cerita sebagai bentuk refleksi.

Strategi ini memfokuskan pada elaborasi dan pemantauan pemahaman siswa. Strategi ini bisa digunakan pada saat sebelum membaca, saat membaca, atau fase akhir membaca. Dengan demikian, strategi KWLA adalah strategi yang berawal dari what I already know (Know) apa yang telah diketahui oleh siswa, what I want to know (Want) apa yang siswa ingin ketahui, what I learned (Learned) apa yang siswa dapat setelah mempelajari, dan A (the affect of the story) sikap dalam diri siswa (karakter) yang diperoleh setelah mempelajari tersebut.

Kelebihan KWL. Pembaca yang baik merupakan pembaca yang mengetahui tujuan membaca, apa yang hendak dibacanya, apa yang diperoleh. Melalui strategi KWLA, seorang pembaca akan memiliki tujuan baca yang terarah. Strategi KWL memberikan kepada siswa tujuan membaca dan memberikan suatu peran aktif, sebelum dan sesudah membaca. Strategi ini membantu siswa memikirkan informasi yang baru diterima. Selain itu, strategi ini juga bisa memperkuat kemampuan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai topik dan siswa juga dapat menilai pekerjaan mereka sendiri (Uno, 2011: 108). Rahim dalam Uno (2011: 108) menambahkan strategi ini untuk membantu guru menghidupkan latar belakang pengetahuan dan minat siswa pada suatu topik. Siswa akan terbantu dalam memahami bacaan dengan kolom KWLA.

Teks Anekdot

(6)

termasuk dalam genre cerita, teks anekdot memilik tujuan yang sama dengan cerita ulang yaitu menceritakan kembali tentang masa lalu agar tercipta semacam hiburan atau pembelajaran dari pengalaman pada masa lalu bagi pembaca atau pendengarnya. Teks ini memiliki struktur berpikir: judul, pengenalan, orientasi, krisis/ masalah, reaksi.

Intrapersonal Intellegence

Intelegence mencakup dua aspek yaitu dari segi kognitif dan afektif. Gardner (2011: 72-73) mengungkapkan inteligensi adalah pemikiran terbaik yang berasal dari program tersendiri/khusus mengenai tindakan/perilaku (action). Ada dua bentuk inteligensi: pertama, intrapersonal inteligensi yang meliputi pengetahuan individu atas perasaan-perasaannya. Kedua, interpersonal inteligensi yang meliputi hal-hal di luar diri atau keluar dari diri menuju kebiasaan, perasaan-perasaan, dan motivasi-motivasi terhadap orang lain. Lebih lanjut dijelaskan keduanya setidaknya: 1) berbaur di dalam banyak kultur, 2) dipengaruhi oleh kemampuan menerapkan pelajaran yang didapat dari pengamatan terhadap orang lain (Gardner, 2011: 255). Dalam penelitian ini, dibatasi pada kemampuan intrapersonal intelegensi yang dimaksud pengetahuan individu atas perasaan-perasaan yang muncul berkaitan dengan kemampuan menerapkan pelajaran pemahaman teks anekdote.

Dalam teori Gardner, telah dipetakan multiple intelegence. Salah satunya intrapersonal intelegensi. Intrapersonal mencakup pengetahuan diri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasarkan pengetahuan itu. Kecerdasan ini termasuk memiliki gambaran yang akurat tentang diri sendiri (kekuatan dan keterbatasan seseorang); kesadaran terhadap suasana hati dan batin, maksud, motivasi, temperamen, dan keinginan; serta kemampuan untuk mendisiplinkan diri, pemahaman diri, dan harga diri (dalam Amstrong, 2013: 7).

(7)

intelegence pada intinya mengajak merenungan tujuan hidup sendiri dan percaya kepada diri sendiri (dalam Chatib, 2012: 96).

Berdasarkan pendapat beberapa pakar di atas, intrapersonal intelegensi yang ditekankan di sini adalah refleksi diri (merenung) untuk menguatkan etika/moral kepribadian dan empati. Hal ini dianggap sebagai pondasi untuk menguatkan intrapersonal intellegence.

Langkah Penerapan Strategi Know-Want-Learned-Affect (KWLA)

Wiesendanger (2001: 100) menerapkan langkah-langkah KWLA sebagai berikut.

1. Buatlah empat kolom dan berilah judul sebagai berikut.

Tabel 1. Langkah KWLA menurut Wiesendanger (2001: 100) Apa yang saya

sudah ketahui Apa yang ingin saya ketahui Apa yang saya pelajari Efek dari cerita

2. Mintalah siswa untuk berpendapat tentang topik tersebut. Tulis di kolom pertama;

3. Tanyakan kepada siswa pertanyaan apa yang mereka inginkan sesuai jawaban topik. Tulis di kolom kedua;

4. Setelah membaca, instruksikan siswa untuk menjawab pertanyaan mereka dari kolom kedua. Tuliskan jawaban atas pertanyaaan dan informasi baru di kolom ke tiga;

5. Gunakan kolom ke empat untuk menulis jawaban atas beberapa pertanyaan . salah satunya pertanyaan “apa yang saya temukan menarik?” mintalah siswa merefleksikan pentingnya informasi dengan menjawab pertanyaan tersebut. “Mengapa informasi tersebut penting untuk saya?” dan “Bagaiamana cara saya mengetahui informasi ini”;

6. Jelaskan kepada siswa bahwa mereka juga dapat menggunakan kolom keempat untuk bersikap setelah melakukan pembelajaran.

7. Bagian sangat penting adalah dilakukan diskusi. Jika guru meminta siswa untuk mendengarkan respon teman sebayanya, berbicara tentang respon sendiri, dan kualitas respon tertulis.

(8)

Langkah-langkah integrasi strategi Know-Want To Know-Learned-Affect (KWLA) dan intrapersonal intellegence dalam pembelajaran teks anekdote sebagai berikut.

Tabel 2. Integrasi KWLA dan Penguatan Intrapersonal Intellegence dalam Pembelajaran Teks Anekdot

Tahap pertama, apa yang saya ketahui/ What I already Know (K). Hal yang dilakukan oleh peserta didik memberikan ide pengetahuan dan pengalaman tentang topik apa yang telah diketahuinya sebelum kegiatan membaca (prabaca).

Tahap kedua, apa yang ingin saya ketahui/ What I want to learn (W), guru menuntun siswa menyusun tujuan khusus membaca. Dari minat, rasa ingin tahu, dan ketidakjelasan, yang ditimbulkan siswa ketika melakukan langkah pertama, kemudian guru memformulasikan kembali pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa. Selanjutnya, guru berusaha memancing pertanyaan-pertanyaan siswa dengan menunjuk ketidakkonsistenan, pertentangan informasi, dan khususnya menimbulkan gagasan-gagasan. Peserta didik diberikan stimulus agar menulis pertanyaan mereka. Pertanyaan-pertanyaaan itu kemudian disajikan sebagai tujuan membaca.

(9)

Tahap keempat yaitu the Affect of the story (A) atau efek cerita. Bagaimana respon siswa tentang pembelajaran yang mereka peroleh? Tahap ke empat ini mengintegrasikan intrapersonal intelligence berupa refleksi moral kepribadian dan empati. Peserta didik menuliskan refleksi dari efek cerita sebagai bentuk penguatan moral kepribadian. Sejalan dengan penelitian Diana (2014: 34) yang melakukan penelitian dengan teknik SQ3R, pada tahap yaitu recite (menyatakan kembali) ialah kegiatan mengingat kembali pesan-pesan yang terdapat dalam bacaan. Setelah selesai membaca, pembaca mengingat kembali apa yang telah dibaca dan mengidentifikasi segala sesuatu yang telah diperoleh. Pesan utama yang perlu diingat kembali adalah yang berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan sebelumnya oleh pembaca.

Setelah memahami teks anekdot, peserta didik memperoleh pesan utama. Melalui fasilitator pendidik, peserta didik mengadakan refleksi (perenungan diri). Dengan demikian diharapkan intrapersonal intelligence berupa refleksi moral kepribadian dan empati yang dimiliki lebih kuat.

Secara garis besar, langkah pengintegrasian strategi Know-Want-Learned-Affect (KWLA) dalam pembelajaran teks anekdot dengan langkah-langkah antara lain sebagai berikut Wissandanger (2001: 99).

a. Membuat tabel dengan empat kolom yaitu, K, L, W, dan A.

b. Peserta didik bertanyajawab dengan guru hal-hal apa yang telah diketahui tentang topik berdasarkan judul cerita teks anekdot dituliskan di kolom what I already know (K)

c. Peserta didik membuat pertanyaan apa yang ingin mereka ketahui tentang isi teks anekdot itu dan menuliskan di kolom want to know (W).

d. Kemudian, peserta didik membaca sekilas cerpen dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah membaca sekilas, peserta didik membaca kembali pertanyaan yang telah dibuat kemudian memilah pertanyaan yang jawaban dari pertanyaaan tersebut sesuai dengan isi cerita yang baru saja dibaca dan atau peserta didik menambahkan pertanyaan. Sebelum membaca intensif, peserta didik mengingat dan membaca kembali pertanyaan yang mereka tulis di kolom want to know. e. Peserta didik membaca kembali cerpen secara intensif dengan berpedoman pada

(10)

Peserta didik menuliskan efek cerita dari hasil kegiatan membaca teks anekdot sebagai sebagai bentuk refleksi diri di kolom ke empat (affect of the story) atau kolom (A). Dengan demikian, diharapkan terjadi penguatan intrapersonal intelligence berupa refleksi moral kepribadian dan empati.

SIMPULAN

Strategi KWL digunakan dalam bertujuan mempermudah peserta didik dalam memahami isi teks anekdot. Strategi KWLA dibantu oleh kolom yang terdiri atas empat bagian. Kolom tersebut terdiri atas kolom what I already know (K), kolom what I know (W), kolom what I learned (L), dan kolom the affect of the story (A). Setelah peserta didik memahami isi dari sebuah teks anekdot, hasilnya peserta didik diharapkan dapat mengaplikasikan pesan utama sebagai bentuk refleksi sehingga terjadi penguatan intrapersonal intelligence berupa refleksi moral kepribadian dan empati. Lebih lanjut, moral kepribadian dan empati yang muncul dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Ampuni, Sutarimah. (1998). Proses Kognitif Dalam Pemahaman Bacaan. Buletin Psikologi, 6, 2.

Armstrong, Thomas. (2013). Multiple Intellegences in The Classroom Third Edition. Penerjemah Dyah Widya Prabaningrum. Alexandria: ASCD.

Chatib, Munif. (2013). Kelasnya Manusia. Bandung: Penerbit Kaifa.

Diana, Purwati Zisca. (2014). Teknik Membaca SQ3R dalam Membaca Kritis untuk Penguatan Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Jurnal Caraka,1 (1), 34. Gardner, Howard. (2011). Frame of Minds: The Theory of Multiple Intelligences.

New York: Basic Books.

Huffman, L.E. (1998). Spotlighting Specifics by Combining Focus Questions with K-W-L. Journal of Adolescent & Adult Literacy, 41 (6), 470-472.

Mahsun. (2014). Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Rochmiyati, Siti. (2015). Kebijakan Pendidikan Bahasa Indonesia dalam Perspektif Pendidikan Nasional. Jurnal Caraka, 1 (2), 13.

(11)

Kemdikbud. (2015). Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2015-2019. Jakarta: Kemdikbud.

Shelly, A. C., Bridwell, B., Hyder, L., Ledford, N., & Patterson, P. (1997). Revisiting the KWL: What we Knew; What we Wanted to Know; What we Learned. Reading Horizons, 37(3), 5, 233.

Uno, Hamzah B dan Nurdin Mohamad. (2011). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

(12)

Gambar

Tabel 2. Integrasi KWLA dan Penguatan Intrapersonal Intellegence dalam Pembelajaran Teks Anekdot

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, menentukan profil pembelajaran dengan mengkaji upaya proses pembelajaran untuk menghadirkan bahan ajar secara otentik dan konkrit, sehingga akan ditemukan adanya

Lingkar dada mempunyai hubungan dan pengaruh paling erat dengan bobot badan dibandingkan variabel ukuran-ukuran tubuh lain, sehingga dapat digunakan untuk menduga

Dengan ini kami beritahukan bahw a perusahaan Saudara masuk dalam peringkat teknis untuk paket pekerjaan Jasa Konsultan Pengaw asan/ Supervisi Penyiapan dan Pematangan Lahan, Jalan

Aplikasi sistem pakar pada konsultasi jenis senam menggunakan metode forward chaining dalam metode penelusurannya sehingga berdasarkan manfaat yang diambil dari jawaban

Abstrak -Bisnis keluarga merupakan bisnis yang paling dominan dan memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian suatu negara. Isu utama dari sebuah bisnis

USM merupakan salah satu perguruan tinggi yang sedang berkembang di Semarang dan sudah memiliki beberapa fakultas.Salah satu fakultas yang ada di USM yaitu Fakultas

Shift malam bukan merupakan jam kerja sibuk karena jumlah pesawat yang dikontrol hanya sedikit, tetapi diharuskan tetap siap siaga melakukan pengontrolan terhadap pesawat udara

Kepada peserta pelelangan yang berkeberatan atas pengumuman pemilihan langsung pascakualifikasi ini, diberi kesempatan untuk menyampaikan sanggahan melalui aplikasi