• Tidak ada hasil yang ditemukan

ULUMUL HADITS TAKHRIJ HADITS Dipresentasikan Pada Mata Kuliah Ulumul Hadits Dosen pangampu: RAHMIN THALIB HUSAIN, M.TH.I Disusun Oleh Kelompok 10: Amrain Mahmud Sutyaningsi Idris PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN IAIN SULTAN AM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ULUMUL HADITS TAKHRIJ HADITS Dipresentasikan Pada Mata Kuliah Ulumul Hadits Dosen pangampu: RAHMIN THALIB HUSAIN, M.TH.I Disusun Oleh Kelompok 10: Amrain Mahmud Sutyaningsi Idris PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN IAIN SULTAN AM"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah

ULUMUL HADITS

TAKHRIJ HADITS

Dipresentasikan Pada Mata Kuliah Ulumul Hadits

Dosen pangampu:

RAHMIN THALIB HUSAIN, M.TH.I

Disusun Oleh Kelompok 10:

Amrain Mahmud

Sutyaningsi Idris

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN SULTAN AMAI GORONTALO

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon perlindungan dari keburukan diri dan syaiton yang selalu menghembuskan kebatilan. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Alloh SWT, maka tak seorang pun dapat menyesatkannya dan barangsiapa disesatkan oleh-Nya maka tak seorang pun dapat memberi petunjuk kepadanya. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, juga pada orang-orang yang senantiasa mengikuti sunnah-sunnahnya.

Dengan rahmat dan pertolongan-Nya Alhamdulillah makalah yang berjudul “Takhrij Hadits” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Banyak sekali kekurangan penulis dalam menyusun makalah ini baik menyangkut isi atau yang lainnya, mudah-mudahan semua itu dapat menjadi suatu pembelajaran bagi penulis agar lebih meningkatkan kualitas makalah ini di masa yang akan datang.

Gorontalo, Maret 2016

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...4

B. Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Kegunaan... 5

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Takhrij Hadits... 6

B. Sejarah dan Pengenalan Kitab – Kitab Takhrij... 7

C. Metode Takhrij...9

D. Tujuan dan Manfaat Takhrij... 13

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan... 14

B. Saran... 14

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hadits merupakan sumber hukum dalam Islam setelah Al-Qur’an, hadits di sampaikan oleh Rasulullah SAW atas petunjuk Allah SWT, Allah SWT memerintahkan Rasul-Nya untuk memberikan penjelasan akan Al-Qur’an yang diturunkan padanya, Allah SWT berfirman dalam surat An-Nahl ayat 44:



























“Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka[829] dan supaya mereka memikirkan”.

Dengan adanya perintah tersebut, Rasulullah SAW telah menjelaskan Al-Qur’an pada umatnya secara terperinci maupun secara global, hal itu di interpretasikan dengan perkataan, perbuatan dan taqrir atau persetujuan yang di tetapkan olehnya, yang mana itu disebut hadits sehingga sempurnalah Al-Qur’an.

Dalam rangka untuk mengetahui apakah suatu hadits yang kita terima merupakan hadits yang sahih, hasan ataupun daif, sehingga memudahkan kita untuk mengamati hadits tersebut. Apakah hadits maqbul atau mardud, kegiatan takhrij hadits sangatlah penting. Serta akan menguatkan keyakinan kita untuk mengamalkan hadits tersebut. Dalam hal ini kita bersama-sama akan membahas tentang cara penyampaian hadits (takhrij hadits).

B. Perumusan Masalah

(5)

2. Bagaimana sejarah perkembangan dan apa saja kitab-kitab yang memuat tentang Takhrij Hadits ?

3. Bagaimana metode dalam men takhrij hadits ?

4. Apa saja tujuan dan kegunaan dari Takhrij Hadits ?

C. Tujuan Dan Kegunaan

1. Dapat mengetahui definisi Takhrij Hadits.

2. Dapat mengetahui sejarah perkembangan dan kitab-kitab dalam men

takhrij hadits.

3. Dapat mengetahui metode-metode dalam men takhrij hadits.

(6)

PEMBAHASAN A. Definisi Takhrij Hadits

Takhrij menurut bahasa memiliki beberapa makna. Yang paling mendekati disini adalah berasal dari kata kharaja (جرخ) yang artinya nampak dari tempatnya atau keadaaannya, dan terpisah, dan kelihatan. Demikian juga kata al-ikhraj (جرخلا) yang artinya menampakkan dan memperlihatkannya. Dan kata al-makhraj (ججرخملا) yang artinya tempat keluar.

Secara bahasa takhrij hadits adalah: “Mengeluarkan sesuatu dari suatu tempat”.

Definisi takhrij hadits telah mengalami tahap-tahap perkembangan sebagi berikut:

1. Pada tahap pertama takhrij berarti penyebutan hadits-hadits dengan sanadnya masing-masing. Terkadang menitik beratkan pada masalah sanadnya atau pada msalah matan.

2. Pada tahap kedua istilah takhrij berkembang menjadi penyebutan hadits-hadits dengan sanadnya yang berbeda dengan sanad yang adapada kitab hadits sebelumnya.

3. Pada tahap ketiga, dimana hadits-hadits telah di koleksi dalam kitab-kitab hadits istilah takhrij bermakna perujukan riwayat-riwayat hadits kepada kitab-kitab yang ada.1

Sedangkan menurut istilah Muhaditsin, takhrij diartikan dalam beberapa pengertian :

1. Sinonim dan ikhraj, yakni seorang rawi mengutarakan suatu hadits dengan menyebutkan sumber keluarnya (pemberita) hadits tersebut.

2. Mengeluarkan hadits-hadits dari kitab-kitab, kemudian sanad-sanadnya disebutkan.

3. Menukil hadits dari kitab-kitab sumber (diwan hadits) dengan menyebut mudawinnya serta dijelaskan martabat haditsnya.

(7)

Dari ketiga definisi di atas, maka Mahmud al-Thahhan mendefinisikan tentang ta’rif takhrij adalah :

Takhrij ialah penunjukan terhadap tempat hadits dalam sumber aslinya yang dijelaskan sanadnya dan martabatnya sesuai dengan keperluan”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa takhrij meliputi kegiatan : a. Periwayatan (penerimaan, perawatan, pentadwinan, dan penyampaian)

hadits.

b. Penukilan hadits dari kitab-kitab asal untuk dihimpun dalam suatu kitab tertentu.

c. Mengutip hadits-hadits dari kitab-kitab fan (tafsir, tauhid, fiqh, tasawuf, dan akhlak) dengan menerangkan sanad-sanadnya.

d. Membahas hadits-hadits sampai diketahui martabat kualitas (maqbul-mardudnya).

Utang Ranuwijaya menyimpulkan bahwa dalam pentakhrijan hadits ada dua hal yang mesti dilakukan:

1. Berusaha menemukan para penulis hadits tersebut dengan rangkaian sanad-sanadnyadan menunjukannya pada karya-karya mereka, seperti kata-kata akhrojahu al-Baihaqi, akhrojahu at-Tabrani fi

mu’jamihi atau akhrojahu Ahmad fi musnadihi.

2. Memberikan kwalitas hadits apakah hadits itu sohih atau tidak. Peniliaian ini dilakukan andaikata diperlukan. Artinya, bahwa penilaian kwalitas suatu hadits dalam mentakhrij hadits tidak selalu harus dilakukan. Kegiatan ini hanya melengkapi kegiatan takhrij tersebut. Sebab, dengan diketahhui dari mana hadits itu diperoleh sepintas dapat dilihat sejauh mana kwalitasnya.

B. Sejarah dan Pengenalan Kitab – Kitab Takhrij

1. Sejarah Ilmu Takhrij

Ulama-ulama terdahulu belum begitu membutuhkan ilmu takhrij

(8)

terus berlanjut sampai beberapa abad, hingga tradisi kecintaan terhadap hafalan dan kajian kitab-kitab hadits serta sumber rujukan pokoknya menjadi lemah. Ketika tradisi ini lemah, para ulama selanjutnya mulai menemui kesulitan untuk mengetahui sumber suatu hadits yang terdapat dalam Kitab Fiqih Tafsir dan Tarikh, maka muncullah segolongan ulama yang mulai melakukan Takhrij hadits terhadap karya-karya ilmu tersebut dan menjelaskan kedudukan hadits itu apakah statusnya shohih. Hasan atau dhoif. Waktu itulah muncul kutub at-takhrij (kitab-kitab takhrij).2

Kitab-kitab Takhrij generasi pertama, seperti yang dikemukakan oleh Mahmud al-Thahhan adalah kitab-kitab buah pena al-Khatib al-Baghdadiy [w. 463 H]. Diantara kitab yang terkenal adalah:

a. Takhrij al-Fawaid al-Muntakhobah al-Shihah wa al-Ghoroib karya Abi Al-Ghoroib.

b. Takhrij al-Fawaid al-Muntakhobah al-Shihah wa al-Ghoroib karya Abi Qosim al-Mahrowani.

c. Kitab Takhrijhadits al-Muhazzab oleh karya Muhammad bin Musa al-Hazimi.

2. Pengenalan kitab-kitab takhrij

Berikut adalah kitab-kitab takhrij yang termasyhur.

Nashb ar-Royah li Ahadits al-Hidayah karya Abdulloh bin Yusuf al-Zaila’i (w. 762 H).

Kitab ini mentakhrij hadits-hadits yang dijadikan oleh al-Allamah Ali bin Abi Bakar al-Marghinani al-Hanafi (w.593 H) dalam kitab al-Hidayah. Kitab ini merupakan kitab fikih Hanafi, sedangkan kitab takhrij ini merupakan yang paling luas dan yang paling dikenal dibanding kitab takhrij lainnya.3

Al- Kattani berkata, “kitab ini adalah kitab takhrij yang sangat bemanfaat sekali dijadikan patokan oleh kalangan pensyarah kitab al-Hidayah, bahkan Ibnu Hajar banyak mengambil manfaat dari buku dalam disiplin

2 Teungku Muhammad Hashbi Ash Shidqi. Sejarah & Pengantar ILMU HADITS. Semarang :Pustaka Rizki Putra, 2009.

(9)

ilmu hadits, nama-nama perawi dan luasnya pandangan beliau tentang hadits

marfu’.

Dalam melakukan takhrij, seseorang memerlukan kitab-kitab tertentu yang dapat dijadikan pegangan atau pedoman sehingga dapat melakukan kegiatan takhrij secara mudah dan mencapai sasaran yang dituju. Diantara kitab-kitab yang dapat dijadikan pedoman dalam mentakhrij adalah:

a) Usul al – Takhrij wa Dirasat Al – Asanid oleh Muhammad Al-Tahhan, b) Husul al-Tafrij bi Usul al-Takhrij oleh Ahmad ibn Muhammad al-Siddiq

al- Gharami.

c) Turuq Takhrij Hadits Rasul Allah Saw karya Abu Muhammad al-Mahdi ibn `Abd al-Qadir ibn `Abd al Hadi.

B. Metode Takhrij

Di dalam melakukan takhrij, ada lima metode yang dapat dijadikan sebagai pedoman, yaitu:

1. Takhrij Berdasarkan Perawi Sahabat

Metode ini adalah metode dengan cara mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan hadits, adapun kitab-kitab pembantu dari metode ini adalah: a. Al-Masanid (musnad-musnad). Dalam kitab ini disebutkan hadits-hadits

yang diriwayatkan oleh setiap sahabat secara tersendiri. Selama kita sudah mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan hadits, maka kita mencari hadits tersebut dalam kitab ini hingga mendapatkan petunjuk dalam satu musnad dari kumpulan musnad tersebut. Musnad yang dapat digunakan adalah; musnad Ahmad ibn Hanbal , Musnad Dawud Al Tayalisi, Musnad Al Humaidi, Musnad Abu Hanifah, Musnad As Syafi’i, dsb. Cara penggunaannya adalah; misalnya sahabat yang meriwayatkan hadits itu bernama Ali, maka pencarian atau penelusuran dilakukan melalui huruf ‘ayn.

(10)

c. Al- ma`ajim (mu`jam-mu`jam). Susunan hadits di dalamnya berdasarkan urutan musnad para sahabat atau syuyukh (guru-guru) sesuai huruf kamus hijaiyah. Dengan mengetahui nama sahabat dapat memudahkan untuk merujuk haditsnya. Dan kitab mu’jam yang dapat kita gunakan adalah; mu’jam Al Kabir, Mu’jam Al Awsat, dan Mu’jam Al Saghir yang kesemuanya adalah karya Al Tabrani.

Kelebihan metode ini adalah bahwa proses takhrij dapat diperpendek. Akan tetapi, kelemahan dari metode ini adalah ia tidak dapat digunakan dengan baik, apabila perawi yang hendak diteliti itu tidak diketahui.

2. Takhrij Melalui Lafadz Pertama Matan Hadits

Metode takhrij hadits menurut lafadz pertama, yaitu suatu metode yang berdasarkan pada lafadz pertama matan hadits, sesuai dengan urutan huruf-huruf hijaiyah dan alfabetis, sehingga metode ini mempermudah pencarian hadits yang dimaksud. Misalnya, apabila akan men takhrij hadits yang berbunyi:

ِةَع ْرُصلاِبدْيِد َشلا

َسْيَلُ

Untuk mengetahui lafadz lengkap dari penggalan matan tersebut, langkah yang harus dilakukan adalah menelusuri penggalan matan itu pada urutan awal matan yang memuat penggalan matan yang dimaksud.

Setelah diperiksa, bunyi lengkap matan hadits yang dicari adalah:

َمَل َ

ججسَو ِهججْيَلَع ُهججّللا ىَل َججص ِهججّللا لْو ُججس َر َنَأ َة َرججْي َرُه ْيِبَا نَع

َلَاَق

:

ُكِلْمَيْيِذَلاُدْيِد َشلااَمَنِاِةَعْرُصلااِب ُدْيِد َشلا َسْيَل

. ِبْيَغلاَدْنِع ُهَسْفَن

(11)

Metode ini mempunyai kelebihan dalam hal memberikan kemungkinan yang besar bagi seorang mukharrij untuk menemukan hadits-hadits yang dicari dengan cepat. Akan tetapi, metode ini juga mempunyai kelemahan yaitu, apabila terdapat kelainan atau perbedaan lafadz pertamanya sedikit saja, maka akan sulit untuk menemukan hadits yang dimaksud.

Kitab-kitab hadits yang disusun berdasarkan huruf kamus, misalnya: “Al-Jami’u Ash Shoghir min Ahadits Al-Basyir An Nadzir” karya As Suyuti. 4

3. Takhrij Melalui Kata-Kata dalam Matan Hadits

Metode ini adalah metode yang berdasarkan pada kata-kata yang terdapat dalam matan hadits, baik berupa kata benda ataupun kata kerja. Dalam metode ini tidak digunakan huruf-huruf, tetapi yang dicantumkan adalah bagian haditsnya sehingga pencarian hadits-hadits yang dimaksud dapat diperoleh lebih cepat. Penggunaan metode ini akan lebih mudah manakala menitik beratkan pencarian hadits berdasarkan lafadz – lafadznya yang asing dan jarang penggunaanya.

Kitab yang berdasarkan metode ini di antaranya adalah kitab Al – Mu`jam Al – Mufahras li Al-faz Al – Hadit An – Nabawi.

Contohnya pencarian hadits berikut:

َنِا

Dalam pencarian hadits di atas, pada dasrnya dapat ditelusuri melalui kata-kata naha (ىَهَن) ta’am(ماَعَط), yu’kal (ْلَك ْؤُي) al-mutabariyaini (ِنيَيِراَبَتُملا). Akan tetapi dari sekian kata yang dapat dipergunakan, lebih dianjurkan untuk menggunakan kata al-mutabariyaini (ِنْيَيِراَََبَتُملا) karena kata tersebut jarang adanya. Menurut penelitian para ulama hadits, penggunaan kata tabara (ىَراَبَت) di dalam kitab induk hadits (yang berjumlah Sembilan) hanya dua kali.

Penggunaan metode ini dalam mentakhrij suatu hadits dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

(12)

Langkah pertama, adalah menentukan kata kuncinya yaitu kata yang akan dipergunakan sebagai alat untuk mencari hadits. Sebaiknya kata kunci yang dipilih adalah kata yang jarang dipakai, karena semakin asing kata tersebut akan semakin mudah proses pencarian hadits. Setelah itu, kata tersebut dikembalikan kepada bentuk dasarnya.

Langkah kedua, adalah mencari bentuk kata kunci tadi sebagaimana yang terdapat di dalam hadits yang akan kita temukan melalui Mu’jam ini. Di bawah kata kunci tersebut akan ditemukan hadits yang sedang dicari dalam bentuk potongan-potongan hadits (tidak lengkap).

Metode ini memiliki beberapa kelebihan yaitu; Metode ini mempercepat pencarian hadits dan memungkinkan pencarian hadits melalui kata-kata apa saja yang terdapat dalam matan hadits. Selain itu, metode ini juga memiliki beberapa kelemahan yaitu; Terkadang suatu hadits tidak didapatkan dengan satu kata sehingga orang yang mencarinya harus menggunakan kata-kata lain.

4. Takhrij Berdasarkan Tema Hadits

Metode ini berdasarkan pada tema dari suatu hadits. Oleh karena itu untuk melakukan takhrij dengan metode ini, perlu terlebih dahulu disimpulkan tema dari suatu hadits yang akan di – takhrij dan kemudian baru mencarinya melalui tema itu pada kitab-kitab yang disusun menggunkan metode ini.

Cara ini banyak dibantu dengan kitab “Miftah Kunuz As-Sunnah” yang berisi daftar isi hadits yang disusun berdasarkan judul-judul pembahasan.

Dari keterangan diatas jelaslah bahwa takhrij dengan metode ini sangat tergantung kepada pengenalan terhadap tema hadits.

(13)

D. Tujuan dan Manfaat Takhrij

Tujuan takhrij hadits bertujuan mengetahui sumber asal hadits yang di

takhrij. Tujuan lainnya adalah mengetahui ditolak atau diterimanya hadits-hadits tersebut. Dengan cara ini, kita akan mengetahui hadits-hadits-hadits-hadits yang pengutipannya memperhatikan kaidah-kaidah ulumul hadits yang berlaku sehingga hadits tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya.

Dalam melakukan takhrij tentunya ada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pokok dari Takhrij yang ingin dicapai seorang peneliti adalah:

1. Mengetahui eksitensi suatu hadits apakah benar suatu hadits yang ingin diteliti terdapat dalam buku-buku hadits atau tidak.

2. Mengetahui sumber otentik suatu hadits dari buku hadits apa saja.

3. Mengetahui ada berapa tempat hadits tersebut dengan sanad yang berbeda di dalam sebuah buku hadits atau dalam beberapa buku induk hadits. 4. Mengetahui kualitas hadits (maqbul/ diterima atau mardud/ tertolak).

Faedah dan manfaat takhrij cukup banyak di antaranya yang dapat dipetik oleh yang melakukannya adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui referensi beberapa buku hadits, dengan takhrij seseorang dapat mengetahui siapa perawi suatu hadits yag di teliti dan di dalam kitab hadits apa saja hadits tersebut di dapatkan.

2. Menghimpun sejumlah sanad hadits,dengan takhrij seseorang dapat menemukan sebuah hadits yang akan diteliti di sebuah atau beberapa buku induk hadits, misalnya terkadang di beberapa tempat di dalam kitab Al-bukhari saja,atau di dalam kitab- kitab lain.Dengan demikian ia akan menghimpun sejumlah sanad.

3. Mengetahui keadaan sanad yang bersambung dan yang terputus dan mengetahui kadar kemampuan perawi dalam mengingat hadits serta kejujuran dalam periwayatan.

(14)

5. Meningkatkan suatu hadits yang dhoif menjadi hasan li ghayrihi karena adanya dukungan sanad lain yang seimbang atau lebih tinggi kualitasnya.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Bahwasanya ilmu takhrij hadits sangat perlu dipelajari, karena untuk mengetahui riwayat suatu hadits, baik sanad, matan, perowi dan yang berkaitan dengan hadits.

Ada perbedaan di kalangan ulama hadis dalam mendefenisikan Takhrij

hadits, namun dapat disimpulkan bahwa takhrij hadits adalah menelusuri suatu hadis kesumber asalnya pada kitab-kitab Jami, sunan, dan musnad kemudian jika diperlukan menyebutkan kualitas hadis tersebut apakah sohih, Hasan atau dhoif.

Ada beberapa cara dalam men takhrij hadits:

Takhrij menurut lafaz pertama matan hadits.

Takhrij meurut lafaz-lafaz yang terdapat dalam matan .

Beberapa kitab yang diperlukan dalam mentakhrij hadis adalah:

 Usul Takhrij oleh mahmud Attahhan.

 Hushul al-Tafrij oleh Ahmad Ibn. Muhammad Al Gharami.

 Turuq Takhrij oleh Abd Muhdi

 al-Mu’jam al-Mufharos li Alfazi Ahadis al-Nabawi oleh A.J. Wensinck

 Miftah Kunuz al-Sunnah oleh pengarang yang sama diterjemahkan oleh Muhammad Fuad Abd Baqi.

B. Saran

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Zuhdi, Masyfuk. 1983. Pengantar Ilmu Hadits. Cet. Ke-4. Surabaya: Bina Ilmu.

Ash Shidqi, Teungku Muhammad Hashbi. 2009. Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits. Semarang :Pustaka Rizki Putra.

Abdul Qadir, Abdul Muhdi bin. 1986. Al-Madhkal Ila As-Sunnah An-Nabawiyah. Cairo: Dar Al-I’tisham.

Al Qaththan, Manna’. Pengantar Studi Ilmu Hadits. 2008. Jakarta: Pustaka Al kautsar.

Suyadi, M. Agus Sholahudin dan Agus. Ulumul Hadits. 2011. Bandung: CV. Pustaka Setia.. Cet. II.

Muhammad Abdul Lathif, Abdul Mawjud. 1990. As-Sunnah An-Nabawiyyah Bain Du’at Al-Fitnah Wal A’diya Al-‘Ilm. Cet. Ke-2. Cairo: Makhtabah Tayyibah.

Ilmu Takhrij Hadits, Cara Mentakhrij Hadits dan Ilmu Sanad,

http://attanzil.wordpress.com/2008/08/05/ilmu-takhrij

-hadits-cara-mentakhrij-hadits-dan-ilmu-sanad.

Referensi

Dokumen terkait

mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan lebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur. Jika dalam suatu organisasi dilaksanakan

2) Untuk mengetahui karakteristik aitem tiap Subtes berdasarkan unidimensional item response theory (UIRT) dilakukan kalibrasi parameter aitem pada tiap subtes

c. Lampiran jika diperlukan, seperti: foto/dokumentasi, data dan informasi lainnya yang mendukung isi tulisan. Naskah, mulai dari Pendahuluan sampai dengan Kesimpulan dan Saran,

Pengaruh Electronic Word of Mouth Pada Online Travel Agent Terhadap Minat Berkunjung ke Kamojang Green Hotel & Resort,Garut.. The Impact of E-commerce on Travel

Banyak elemen-elemen yang mempengaruhi persepsi konsumen ketika mereka memasuki bagian dalam toko. Kebersihan sebuah toko adalah hal yang utama. Suara dan aroma

[r]

Mengingat tujuan penelitian ini adalah mengaji efektivitas tutorial karya ilmiah dan mata kuliah metode penelitian sosial dalam menunjang penulisan karya ilmiah mahasiwa

Pengekspresan SMA pula menunjukkan positiviti paling tinggi pada tumor filodes benigna iaitu sebanyak 62.8% berbanding 41.2% kes tumor filodes pinggiran dan 57.1% tumor