• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN KINERJA DOSEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP (STUDI KASUS : DI STMIK POTENSI UTAMA MEDAN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENILAIAN KINERJA DOSEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP (STUDI KASUS : DI STMIK POTENSI UTAMA MEDAN)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN KINERJA DOSEN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE AHP

(STUDI KASUS : DI STMIK POTENSI UTAMA MEDAN)

Ria Eka Sari, Alfa Saleh

STMIK POTENSI UTAMA

JL.KL.YOS SUDARSO KM 6.5 TANJUNG MULIA MEDAN ladiespure@gmail.com

Abstrak

Penilaian kinerja dosen pada universitas ataupun sekolah tinggi sangat diperlukan untuk melihat bagaimana baik buruknya kinerja dosen dalam menjalankan semua kegiatan proses belajar mengajar yang ada pada instansi dosen tersebut bekerja. Dalam mengevaluasi penilaian kinerja dosen diimplementasikan pada SPK dengan menggunakan AHP untuk mendapatkan peringkat tertinggi dari keempat dosen. Penggunaan perangkat lunak sistem pendukung keputusan (SPK) dengan metode Analytical Hierarchy Process(AHP) menggunakan Super Decisions ini terdiri dari 4 kriteria, yaitu kriteria kehadiran dosen, pengumpulan nilai, keterlambatan masuk pbm dan kecepatan masuk pbm pada suatu penilaian kinerja dosen dan yang menjadi alternatif 4 dosen yang setelah diakumulasikan mendapatkan nilai tertinggi diantara dosen lainnya. Setelah mengetahui parameter, langkah selanjutnya adalah menganalisis kebutuhan sistem, merekayasa pengetahuan, menerapkan metode dan pengujian sistem dengan menggunakan Software Super Decisions.Diharapkan metode ini dapat memudahkan untuk mendukung sesuatu keputusan dengan masalah yang kompleks.

Kata Kunci : Sistem Pendukung Keputusan, AHP, Super Decisions, Kinerja Dosen

1. PENDAHULUAN

Sebagai seorang professional, kinerja dosen juga perlu dinilai. Mulyadi (2007) menyatakan penilaian kinerja adalah penetuan secara periodic efektivitas operasional suatu organisasi, dan personalnya, berdasarkan sasaran strategic, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara umum Penilaian Kinerja adalah proses dimana organisasi mengevaluasi perfoma atau kinerja karyawan dengan tujuan untuk meningkatkannya. Pada prinsipnya penilaian kinerja merupakan cara pengukuran kontribusi-kontribusi dari individu dalam instansi yang dilakukan terhadap organisasi. Nilai penting dari penilaian kinerja adalah menyangkut penentuan tingkat konntribusi individu atau kinerja yang diekspersikan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab.

Penilaian kinerja dosen pada universitas ataupun sekolah tinggi sangat diperlukan untuk melihat bagaimana tingkat kinerja dosen dalam menjalankan semua kegiatan proses belajar mengajar yang ada pada instansi dosen tersebut bekerja. Tujuan penelitian ini dimana ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan penilaian kinerja dosen yang dilakukan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, mengetahui pengaruh produktivitas kerja dosen terhadap perusahaan dan menentukan kinerja dosen yang terbaik dengan menggunakan metode AHP sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan[4].

Permasalah yang terjadi karena susahnya Top

Management untuk menentukan dosen terbaik

maka itu penulis mencoba untuk membuat system pendukung keputusan dengan menggunakan metode AHP yang kesimpulannya nantinya dapat menghasilkan urutan atau peringka dosen mana yang terbaik dari yang terbaik. hal penulis akan menganalisis dan menguji metode Analitycal

Hierarchy Process (AHP) untuk pengolahan

datanya yang nantinya informasi yang dihasilkan berguna untuk pihak Akademik dalam menentukan kinerja dosen terbaik dalam proses belajar mengajar.

2. DASAR TEORI

2.1 Sistem Pendukung Keputusan

(2)

Gambar 1. Komponen Sistem Pendukung Keputusan

Gambar 1. memperlihatkan Sistem Pendukung Keputusan terdiri atas tiga komponen penting utama untuk menentukan kapabilitas teknis, yaitu:

1. Subsistem manajemen data, subsistem manajemen data memasukkan satu database yang berisi data yang relevan untuk situasi dan dikelola oleh perangkat lunak yang disebut sistem manajemen database (DBMS)

2. Subsistem manajemen model, merupakan paket perangkat lunak yang memasukkan model keuangan, statistik, ilmu manajemen atau model kuantitatif lainnya yang memberikan kapabilitas analitik dan manajemen perangkat lunak yang tepat. 3. Antarmuka Pengguna, pengguna

berkomunikasi dengan memerintahkan DSS melalui subsistem ini[2].

2.2 METODE AHP

Analytical Hierarchy Process (AHP)

dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu model pengambilan keputusan multikriteria yang dapat membantu kerangka berpikir manusia dimana faktor logika, pengalaman pengetahuan, emosi dan rasa dioptimasikan ke dalam suatu proses sistematis. Pada dasarnya, AHP merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok–kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hierarki, kemudian memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu hipotesa maka akan dapat ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi[1].

1. Tahapan–Tahapan ( AHP)

Secara umum, tahapan-tahapan proses yang harus dilakukan dalam menggunakan AHP untuk memecahkan suatu masalah adalah sebagai berikut :

1. Mendefenisikan permasalahan dan menentukan tujuan. Bila AHP digunakan untuk memilih alternatif atau menyusun prioritas alternatif, maka tahap ini dilakukan pengembangan alternatif.

2. Menyusun masalah ke dalam suatu struktur hierarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terukur .

3. Menyusun prioritas untuk tiap elemen masalah pada setiap hierarki. Prioritas ini dihasilkan dari suatu matriks perbandingan berpasangan antara seluruh elemen pada tingkat hierarki yang sama.

4. Melakukan pengujian konsistensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatkan pada tiap tingkat hierarki. Thomas L. Saaty membuktikan bahwa Indeks Konsistensi dari matriks berordo –n )[3].

Tabel 1. Penilaian Perbadingan Berpasangan

Pada Kasus di STMIK Potensi Utama Medan Hubungan antara Kriteria dan Alternative dapat digambarkan sebagai berkut :

Penilaian Kinerja Dosen

Dosen 1 Dosen 2 Dosen 3 Dosen 4 GOAL

KRITERIA

ALTERNATIVE

Kehadiran Dosen Pengumpulan Nilai Keterlambatan Masuk PBM Kecepatan Selesai PBM

Gambar 2. Hirarki antara Kriteria dan Alternative

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian menggunakan software Super Decisions menggunakan Ratings yang berfungsi

Basis Data Model

(3)

untuk menguji data perbandingan yang kita lakukan apakah konsisten atau tidak dan nantinya juga memudahkan kita untuk mendapat peringkat untuk mendukung keputusan nantinya.

1. Membuat Matriks Perbandingan Kriteria Tahapan ini pemberian bobot masing-masing kriteria menggunakan model AHP (Analytical

Hieracrchy Process) . Data kriteria didapatkan

dari pihak perusahaan yang langsung membandingkan kriteria dan kriteria sesuai dengan tabel kepentingan dan sampel hasil matriks perbandingan berpasangan dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria

Tabel 3. Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif berdasarkan kriteria Kehadiran

Dosen

Tabel 4. Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif berdasarkan kriteria Pengumpulan

Nilai

Tabel 5. Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif berdasarkan kriteria Keterlambatan

Masuk PBM

Tabel 6. Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif berdasarkan kriteria Kecepatan

Selesai PBM

2. Hasil Analisa Metode AHP

Hasil analisa bobot dari kriteria dan alternative yang sudah dihitung dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Tabel 7. Hasil Analisa Kriteria

K KD PN KMP KSP Eigen

Tabel 8. Hasil Analisa Alternatif berdasarkan kriteria Kehadiran Dosen

(4)

Tabel 11. Hasil Analisa Alternatif berdasarkan kriteria Keterlambatan Masuk PBM

KMP AM NS LN YS Eigen

Tabel 12. Hasil Analisa Alternatif berdasarkan kriteria Kecepatan Selesai PBM

KSP AM NS LN YS Eigen

Tabel 13. Hasil Analisa Dss atau Ranking Perhitungan Manual

Didapatkan kesimpulan bahwa Abdul Meizar mendapat peringkat pertama Sebagai hasil keputusan sebagai dosen dengan penilaian kinerjanya paling baik. Labuan Nababan peringkat kedua, Yusfrizal peringkat ketiga dan Nita Sari peringkat keempat.

1. Abdul Meizar ( Peringkat Pertama ) 2. Labuan Nababan ( Peringkat Kedua ) 3. Yusfrizal ( Peringkat Ketiga ) 4. Nita Sari ( Peringkat Keempat)

3.2 Hasil Pengujian dengan Super Decisions Untuk menguji konsistensi nilai CR > 0.1 maka sebaiknya kita uji dengan menggunakan

tools Super decisions. Adapun tahap-tahapnya

adalah sebagai berikut :

1. Tahap ini melakukan pengujian pada tool

super decision berikut Setelah semua Cluster

dihubungkan dengan semua Node, maka akan terlihat seperti apada gambar 3.

Gambar 3. Cluster Yang Telah Terhubung

Setelah semua Cluster terhubung, langkah selanjutnya adalah melakukan perbandingan antar

Cluster dengan mengisi data pada jendela

Questionnaire dengan mengklik menu

Assess/Compare lalu klik Do Comparison untuk

pengisian data seperti pada gambar 4.

Gambar 4. Perbandingan Antara Cluster

Pada langkah awal menentukan bobot kriteria, inputkan nilai matriks berpasangan ke

(5)

Gambar 5. Input Nilai Matriks Berpasangan Perbandingan Kriteria

Gambar 5. memperlihatkan, nilai matriks berpasangan yang didapatkan akan dimasukkan ke dalam software super decisions untuk dilakukan proses menentukan bobot kriteria. berdasarkan goal maka prioritas perbandingan kriteria dapat dijelaskan pada gambar 6.

Gambar 6. Hasil Pembobotan Nilai Matriks Berpasangan Kriteria

Dari hasil proses pembobotan nilai matriks berpasangan, maka didapatkan hasil perbandingan bobot prioritas yaitu :

1. Kehadiran Dosen menjadi prioritas utama dalam memilih kriteria untuk perbaikan jalan dengan bobot kriteria sebesar 0.6061.

2. Pengumpulan Nilai menjadi prioritas kedua yaitu dengan bobot prioritas sebesar 0.2734. 3. Keterlambatan Masuk PBM dan Kecepatan

Selesai PBM mempunyai prioritas yang sama yaitu 0.060.

Gambar 7. Hasil Bobot Prioritas Perbandingan

Alternatif Berdasarkan Kehadiran Dosen

Gambar 8. Hasil Bobot Prioritas Perbandingan Alternatif Berdasarkan Kriteria

Pengumpulan Nilai

Gambar 9. Hasil Bobot Prioritas Perbandingan Alternatif Berdasarkan Kriteria

(6)

Gambar 10. Hasil Bobot Prioritas Perbandingan Alternatif Berdasarkan Kriteria

Kecepatan Selesai PBM

Gambar 11. Hasil Hasil Prioritas Keseluruhan Kriteria

Gambar 12. Hasil Synthesized Priorities dari Alternatives

Gambar 13. Rankings Lengkap Hasil Analisa

4.

KESIMPULAN

1. Kriteria yang berpengaruh terhadap penentuan penilaian kinerja dosen pada STMIK Potensi Utama Medan adalah kriteria kehadiran dosen dengan nilai 0.6169 (61%), kemudian pengumpulan nilai 0.2703 (27%), keterlambatan masuk pbm 0.0564 (5%) dan kecepatan mengakhiri pbm 0.0564 (5%). 2. Dari hasil analisis matrik AHP diperoleh

model keputusan, dengan prioritas yaitu untuk seluruh bobot / prioritas kriteria dan alternatif yang menjadi prioritas penilaian kinerja dosen di STMIK Potensi Utama Medan adalah peringkat 1 Abdul Meizar dengan nilai 0.3067 (30%) , peringkat 2 Labuan Nababan dengan nilai 0.2877 (28%), peringkat 3 Yusfrizal dengan nilai 0.2054 (20%), peringkat 4 Nita Sari dengan nilai 0.2003 (20%).

3. Metode AHP ternyata dapat digunakan dalam proses penilaian kinerja dosen, karena metode tersebut mampu menyelesaikan masalah multikriteria yang belum terstruktur menjadi lebih terstruktur dan lebih mudah dipahami dengan hasil yang akurat.

4. Model sistem pendukung keputusan untuk penilaian kinerja dosen pada STMIK Potensi Utama Medan menggunakan metode AHP, mempunyai 4 kriteria yaitu kehadiran dosen, pengumpulan nilai, keterlambatan masuk pbm da kecepatan keluar pbm sedangkan untuk alternatif terdiri dari : Abdul meizar, Labuan Nababan, Nita Sari dan Yusfrizal

5. SARAN

(7)

dengan menambahkan sub kriteria agar permasalahan lebih kompleks.

2. Bagi para peneliti yang ingin mengembangkan lebih luas dan lebih dalam lagi untuk menentukan media informasi sistem pengambilan keputusan ini dapat ditingkatkan dengan menambahkan kriteria dan alternatif-alternatif yang lebih banyak dan lebih bervariasi dengan melengkapi dan menambahkan cluster beserta node pada

Super Decision untuk media penyampaian

informasi pada masa yang akan datang. 3. Agar penelitian ini lebih baik lagi diharapkan

bagi para peneliti bisa membuat aplikasi Sistem Pendukung Keputusan dengan metode AHP yang sudah dijelaskan oleh peneliti sebelumnya agar SPK ini lebih bermanfaat dan dapat digunakan dan dimengerti fungsi dan tujuan sistem ini oleh orang banyak

DAFTAR PUSTAKA

[1] Hilyah Magdalena., 2012, Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Mahasiswa Lulusan Terbaik di Perguruan

Tinggi, Jurnal Teknologi Informasi dan

Komunikasi ISSN:2089-9815. Hal.50 sd 51.

[2] [2] Efraim Turban, Jay E. Aronson, Ting Peng Liang.,2005, Decision Support System and Intelligent Systems Edisi 7 Jilid 1, Yogyakarta : Andi Offset.

[3] Yusuf Anshori.,2012, Pendekatan Triangular Fuzzy Number Dalam Metode Analytical Hierarchy Process , Jurnal Ilmiah Foristek Vol.2 No.1. Hal.127. [4] Mulyadi, 2007. Sistem Perencanaan dan

Gambar

Gambar 2. Hirarki antara Kriteria dan Alternative
Tabel 2.  Matriks Perbandingan Berpasangan
Gambar 3.  Cluster Yang Telah Terhubung
Gambar 5. Input Nilai Matriks Berpasangan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Gap analysis program gizi dan kesehatan di posyandu menunjukkan bahwa bersadarkan dimensi tangibles atau fisik yang dimiliki oleh posyandu adalah sebagai berikut

Nilai modus dari data pada tabel distribusi frekuensi berikut adalah ..... Perhatikan

Beberapa pokok materi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini antara lain mengenai: Pengertian, Asas dan Ruang Lingkup, Tujuan, Fungsi Perizinan, Subjek dan Objek

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang diterima seseorang setelah mendapatkan pelayanan dan dilatarbelakangi dengan semakin pesatnya persaingan perusahaan

Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa Semakin lama benda yang diplating di celup pada larutan plating maka semakin tinggi tingkat ketahanan lapisan tersebut jika di uji

Konsep dasar model I-O Leontief didasarkan atas: (1) struktur perekonomian tersusun dari berbagai sektor (industri) yang satu sama lain saling berinteraksi melalui

yang kuat dalam masyarakat, juga merupakan faktor yang dapat. membentuk negara-bangsa.

Beberapa penelitian mengenai hubungan paparan prenatal valproat terhadap perkembangan neuron anak menunjukkan hasil bahwa valproat dapat meningkatkan risiko munculnya