BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan ini merupakan penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian.1 Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik eksplorasi yaitu segala cara untuk menetapkan lebih teliti atau seksama dalam suatu penelitian.2 Penelitian ini menggunakan dokumentasi dengan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif dan deskriptif komparatif. Deskriptif kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan keanekaragaman jenis jamur kelas Basidiomycetes yang didapatkan pada lokasi penelitian, sedangkan deskriptif komparatif digunakan untuk mendeskripsikan perbedaan tingkat keanekaragaman jenis jamur yang didapatkan pada penelitian ini.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jenis jamur kelas Basidiomycetes yang terdapat di kawasan hutan Lahei II Kecamatan Lahei Kabupaten Barito Utara.
1Melisa, ” Inventarisasi Jenis-Jenis Jamur Kelas Basidiomycetes di Kawasan Hutan
Air Terjun Sampulan Kelurahan Muara Tuhup Kabupaten Murung Raya”, Skripsi, Palangka
Raya : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Palangka Raya, 2012, h. 42, t.d.
2 Ibid , h. 42
2. Sampel
Sampel penelitian adalah seluruh jenis jamur Kelas Basidiomycetes yang terdapat pada masing-masing plot di dua stasiun pengamatan, yaitu 100 plot pada daerah dataran rendah dan 100 plot pada daerah dataran tinggi di kawasan hutan Kecamatan Lahei Kabupaten Barito Utara.
C. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat dan bahan yang digunakan sebagai penunjang untuk terlaksananya penelitian. Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah kamera, penggaris, toples spesimen jamur, botol kaca, pensil, meteran, pisau, gunting, lup, tali rafia, penyemprot, termometer, soil tester, sedangkan bahan yang digunakan adalah kantong plastik, formalin, alkohol, asam asetet glasial, kertas label, aquades, dan kertas koran.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data
menggunakan lembar pengamatan. Data yang dikumpulkan meliputi nama daerah, habitat, nama ilmiah, dan ciri morfologi.3
2. Langkah-langkah Pengumpulan Data a. Penentuan Stasiun Pengamatan
Stasiun yang ditetapkan sebagai lokasi atau tempat pengambilan data adalah daerah dataran rendah di kawasan hutan Kelurahan Lahei II Kecamatan Lahei Kabupaten Barito Utara yang mewakili stasiun 1, sedangkan untuk daerah yang dataran tinggi di kawasan hutan Kelurahan Lahei II Kecamatan Lahei Kabupaten Barito Utara yang mewakili stasiun 2.4
b. Penentuan Garis Transek dan Pemetaan Kuadrat
Penentuan garis transek dan pemetaan plot dilakukan sebagai berikut. Pembuatan garis transek dilakukan secara vertikal sebanyak 10 garis transek dengan jarak antara yang lain adalah 5 meter. Pada setiap transek dibuat plot senbanyak 10 plot dengan ukuran 1x1 m2 dengan jarak antara plot satu dengan plot yang lainnya adalah sama atau seragam, yakni 5 m, sehingga pada akhirnya setiap stasiun pengambilan data akan terdapat 100 plot.5 Gambaran di atas dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini.
3
Ibrahim, “Keanekaragaman Gastropoda pada Daerah Pasang Surut Kawasan Konservasi Hutan Mangrove Kota Tarakan dan Hubungan Antara Pengetahuan Sikap dengan Manifestasi Perilaku Masyarakat Terhadap Pelestariannya”, Tesis Magister, Malang : Universitas Malang, 2009, h. 50, t.d.
4Ibid , h. 50
Kawasan Hutan
5 m
5 m
Hutan
Gambar 3.1 Denah Garis Transek dan Pemetaan Plot
Keterangan :
: plot 1 x 1 m
: garis transek 1 sampai 10
: batas pasang tertinggi (dataran rendah atau dataran tinggi)
81 71 61 51 41 31 21 11
1 91
93 83 73 63 53 43 33 23 13 3 82 72 62 52 42 32 22 12
2 92
84 74 64 54 44 34 24 14
4 94
95 85 75 65 55 45 35 25 15 5 86 76 66 56 46 36 26 16
6 96
87 77 67 57 47 37 27 17 7 98 88 78 68 58 48 38 28 18 8 97
69 79 89 99
E. Analisa Data
Spesimen jenis jamur yang sudah ditemukan dan dikumpulkan, kemudian diidentifikasi, dideskripsikan, diklasifikasikan, dinventarisasi dan data yang sudah didapatkan dilanjutkan dalam tahap analisis. Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif untuk mengungkap permasalahan sebagai berikut :
1. Keanekaragaman jenis (indeks keanekaragaman, kemerataan, kekayaan, dan kerapatan relatif).
2. Perbedaan tingkat keanekaragaman jenis Jamur Basidiomycetes antara yang berada di daerah dataran rendah dan yang berada di daerah dataran tinggi.
Kenekaragaman jenis dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
1) Keanekaragaman
a. Indeks keanekaragaman Jamur Basidiomycetes menggunakan rumus Shannon-Wiener, sebagai berikut :
H dimana Pi =
Dimana :
H’ : Indeks keanekaragaman Shannon and wiener
ni : Jumlah individu semua jenis ke-i
N : Jumlah total semua jenis dalam komunitas Pi : kelimpahan relatif
∑ : Jumlah spesies individu Kriteria pengambilan Nilai H’ (Indeks Keanekaragaman) :
1,5 : Keanekaragaman rendah 1,5-3,5 : Keanekaragaman sedang 3,5 : Keanekaragaman tinggi6
6
b. Kemerataan
Nilai kemerataan diperoleh dengan persamaan sebagai berikut. E=
Dimana :
H’ : Indeks keanekaragaman E : Kemerataan
S : Jumlah total Spesies (n1, n2, n3….)7
c. Kekayaan
Nilai kekayaan diperoleh dengan persamaan sebagai berikut. R=
Dimana :
R : Kekayaan
S : Jumlah total Spesies (n1, n2, n3…) n : Jumlah individu setiap jenis8
d. Kerapatan Relatif (KR)9
2) Analisis Perbedaan Keanekaragaman Jenis Jamur
Perbedaan tingkat keanekaragaman jenis jamur yang ditemukan pada dataran tinggi dan dataran rendah Hutan Kelurahan Lahei II Kecamatan Lahei Kabupaten Barito Utara dianalisis dengan menggunakan
7
Ibrahim, “Keanekaragaman Gastropoda pada Daerah Pasang Surut Kawasan Konservasi Hutan Mangrove Kota Tarakan dan Hubungan Antara Pengetahuan Sikap dengan Manifestasi Perilaku Masyarakat Terhadap Pelestariannya”, Tesis Magister, Malang : Universitas Malang, 2009, h. 50, t.d.
8Ibid , h. 50
9
Mukhamad Khaul Yuhri, “Keanekaragaman Jenis dan Komposisi Jamur
Makroskopis di Kawasan Cagar Alam Hutan Gebungan Kecamatan Bergas Kabupaten
perhitungan statistik melalui Uji t-test, yakni menggunakan rumus polled varians.
Keterangan :
= Jumlah sampai ke 1 = Jumlah sampai ke 2 = Rata-rata sampel ke 1
= Rata-rata sampel ke 2 = Varian sampel ke 1
= Varian sampel ke 2 10
Penggunaan rumus diatas ditentukan dengan beberapa aturan yang merujuk pada penentuan rumus t-test. Beberapa pertimbangan dalam memilih rumus t-test adalah melalui pengujian homogenitas varians dan berdasarkan pada rata-rata dua sampel yang jumlahnya sama atau tidak.
F. Skema Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah dalam pengumpulan data pada penelitian ini diawali dengan tahapan observasi lapangan, persiapan, pelaksanaan penelitian, pengambilan data dan analisis data hasil penelitian sampai kesimpulan, yang dijelaskan dalam diagram alur berikut :
10
Gambar 3.2 Diagram Alur Pelaksanaan Penelitian
Observasi Lapangan Perizinan penelitian
Penentuan Tempat Pengambilan Data Dataran Rendah
Dataran Tinggi
Persiapan Penelitian Pengadaan Alat dan Bahan Penelitian
1. Pengamatan ciri morfologi 2. Dokumentasi
3. Identifikasi
4. Pembuatan herbarium Pengambilan Data
Data Hasil Penelitian
Analisis Deskriptif kuantitatif (untuk keanekaragaman jamur Basidiomycetes yang ditemukan)
Analisis Data
Analisis Komparatif (untuk melihat perbandingan tingkat
G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal 25 Juni 2014 sampai dengan tanggal 16 Agustus 2014. Adapun jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan
April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan proposal X X X X X X X X
2 Seminar dan revisi hasil seminar serta persiapan penelitian.
X X
3 Menentukan lokasi pengambilan data, pengambilan foto dan mengamati ciri morfologi dari jamur yang ditemukan serta pembuatan herbarium.
X X X X X X
4 Identifikasi jamur Basidiomycetes
X X X X
No Kegiatan
Bulan
Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
5
Analisis data dan pembahasan
X X X X
6
Penyusunan laporan hasil penelitian
X X X X X X
7 Pembimbingan skripsi
X X X X X X X
8 Munaqasah X