• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFISIENSI PRODUKSI PAKAN ALAMI SECARA INTENSIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFISIENSI PRODUKSI PAKAN ALAMI SECARA INTENSIF"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EFISIENSI PRODUKSI PAKAN ALAMI SECARA INTENSIF

Gede S. Sum iar sa dan Rina Ast ut i

Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut

Jl. Br. Gondol, Kec. Gerokgak, Kab. Buleleng, Singaraja, Bali 81155 E- m ail: rimgdl@indosal.net.id

(Naskah diterima: 9 Agustus 2011; Disetujui publikasi: 28 Oktober 2011)

ABST RAK

Rot ifer Brachionus rotundiformis m erupakan pakan alam i ut am a yang dipergunakan dalam perbenihan ikan- ikan laut. Produksi rotifer pada percobaan ini dilakukan dalam wadah k ecil (0 ,5 m3) dengan padat penebar an awal 100- 150 ek or / m L, diber ik an fit oplankt on Nannochloropsis oculata kepadat an tinggi (1,0- 2,0x 108 sel/ m L) didalam dan di luar ruangan. Oksigen m urni dialirkan ke dalam bak- bak budidaya rotifer dengan laju 0,05- 0,1 L/ m enit sedangkan penghitungan kepadat an fit oplankt on, rot ifer, dan pemeriksaan kualitas air dilakukan setiap hari. Rata- rata kepadatan akhir rotifer budidaya didalam ruangan pada hari hari ke 7- 9 adalah 525± 6,1 ekor/ m L sedangkan budidaya rotifer di luar ruangan hanya m am pu berlangsung selam a 2- 4 hari dengan kepadatan yang terus m enurun setelah penebaran awal. Kandungan lem ak rotifer adalah 14,0%, dengan kandungan asam lem ak DHA: 1,4 m g/ g DW, EPA 57,2 m g/ g DW, dan HUFA: 61,5 m g/ g DW dengan rasio DHA/ EPA 0,02. Suhu air, pH, dan t ot al am onium berturut - t urut berkisar pada nilai 26,1oC- 34,1oC, 8,3- 8,8 dan 0,48- 2,20 m g/ L.

KATA KUNCI: Brachionus rotundiformis, indoor dan outdoor, Nannochloropsis oculat a, p ak an alam i, r ot if er

ABST RACT : Improving efficiency in intensive live feed production. By: Gede S. Sum iar sa and Rina Ast ut i

Rotifer Brachionus rotundiformis is the main live feed used to feed marine fish in hatchery. Rotifer production in this trial was conducted in small 0.5 m3 fiberglass tanks with the average inital stocking density of 100-150 pcs/mL fed with high density of marine chlorella Nannochloropsis oculata (1.0-2.0x108 cells/mL) both indoor and outdoor. Pure oxygen was flown into the rotifer tanks with the rate of 0.05-0.1 L/ minute. Counting of both phytoplankton and rotifers and water quality obervation were carried out daily. Average indoor final densities of rotifers on 7-9 days after stocking (DAS) was 525±6.1 pcs/mL while outdoor culture was substantially declining within 2-4 DAS. Lipid content of rotifer was 14% with DHA content of 1.4 mg/g DW, EPA 57.2 mg/g DW and HUFA: 61.5 mg/g DW DHA/EPA ratio of 0.02. Water temperature, pH and total ammonium were 26.1oC-34.1oC, 8.3-8.8, and 0.48-2.2 mg/L, respectively.

(2)

PENDAHULUAN

Pr o d u k si m assal p ak an al am i r o t i f er (Brachionus rotundiformis) dan f it oplankt on Nannochloropsis oculata secara m assal dalam hat cher i ik an laut walaup un m ur ah t et ap i ser ing t idak dapat diandalk an (unreliable) (Fulks & Main, 1992) padahal pakan alam i m erupakan salah sat u f akt or pent ing dalam pr oduk si benih ik an- ik an laut . Salah sat u f akt or yang diduga m enyebabkan rendahnya keandalan produksi pakan alami adalah tingkat i n t en si f i k asi si st em p r o d u k si n y a y ai t u p r o d u k si semi-continuous system y an g m enghasilkan kepadat an akhir yang relat if rendah (Yoshida, 1992) dibandingkan dengan sist em produksi batch culture dan recycled culture. Oleh sebab itu, tingkat sistem produksi m assal pakan alam i dalam hat cheri m ut lak dit ingk at k an lebih int ensif lagi agar dapat mendukung produksi massal ikan- ikan laut.

Rotifer telah umum dipergunakan sebagai pakan alam i dalam hat cheri ikan- ikan laut k ar en a p r o d u k si m assal n ya m u d ah d an sederhana (Witt et al., 1984; Araujo et al., 2001). Di sam p i n g i t u , r o t i f er t o l er an t er h ad ap perubahan lingk ungan dan cepat pert um -buhannya dibandingkan dengan pakan alam i nauplii copepoda walaupun kandungan nutrisi r ot if er leb ih r end ah d ib and ingk an nauplii copepoda (Fukusho & Hirayam a, 1991; Su et al., 1997). Kekurangan nut risi rot if er dapat d i t i n g k at k an d en g an p en g k ayaan d en g an bahan- bahan pengkaya komersial (Craig et al., 1994).

Percobaan ini bert ujuan unt uk m ening-katkan efisiensi teknik produksi massal rotifer m el al u i p r o d u k s i l eb i h i n t en s i f u n t u k meningkatkan kepadatan rotifer dalam wadah-wadah yang relat if kecil.

BAHAN DAN METODE

Pr o d u k s i M a s s a l Fi t o p l a n k t o n N . oculata dan Rotif er B. rotundif orm is

Pr od uk si m assal N. oculata d i l ak uk an pada bak- bak beton di luar ruangan (outdoor) pada kelom pok hat cheri Marine Seed Produc-tion (MSP), Multi Species Hatchery (MSH), dan h at ch er i Ut am a (Main) d en g an vo l u m e bervariasi ant ara 10- 50 m3 dengan volum e t ot al 434 m3 (Tabel 1). Pem asukan air laut untuk produksi fitoplankton pada hatcheri MSP dan MSH melalui bak dan tangki saringan pasir (sand filter) p ad a h at ch er i u t am a m asi h m enggunakan saringan kant ong (filter bag). Air laut yang telah tersaring ditampung dalam b ak - b ak yan g b er vo l u m e t er b esar p ad a m asing- m asing hatcheri, disterilisasi dengan k lorine 200 m g/ L, diberi 6- 12 t it ik aerasi dengan laju 5 L/ menit. Setelah 24 jam, air steril t ersebut dinet ralisir dengan 50 m g/ L sodium t hiosulfat (Na2S2O3.5H2O), dipom pa ke dalam bak- bak lainnya untuk memulai siklus produksi m assal f it oplankt on. Dosis pupuk pert anian unt uk produksi f it oplankt on berbeda pada setiap hatcheri dan dicantum kan dalam Tabel 2.

Inokulasi dilakukan dari inokulan N. oculata laborat orium Biot eknologi Balai Besar Riset

Tabel 1. Volume bak produksi fitoplankton dan rotifer di BBRPBL, Gondol Table 1. Tank volume for phytoplankton and rotifer productions at the Research

Institute for Mariculture, Gondol

* Sat u bak t erbesar dipergunakan unt uk m enam pung air laut st eril

* The biggest tank was used to store chlorinated sea water

Vo lume t anki T a n k volum e

T o t al volum e

Vo lume t anki T a n k volum e

T o t al volum e

MSP 12, 15, 25* 134 3, 6 21

MSH 15* 120 1.5 3

Main 10, 20, 50* 180 5, 20 50

Total 434 74

H at cheri Ha t ch er y

Fit o p lankt o n

(3)

Per i k an an Bu d i d ay a Lau t (BBRPBL) d an inokulan hasil produksi m assal dari bak- bak f it oplankt on outdoor lainnya dengan kepa-datan awal 3,0- 4,0x 106 sel/ mL. Penghitungan k ep ad at an h ar i an f i t o p l an k t o n d i l ak u k an m enurut Boyd & Tucker (1992) dan Knuckey (Perscom ). Set elah hari keenam , fit oplankt on dipom pa ke dalam bak- bak rot if er sebagai pakan rotifer atau dipindahkan ke dalam bak-bak f it oplank t on lainnya sebagai inok ulan unt uk produk si m assal f it oplank t on sik lus berikut nya. Jika dijum pai kont am inan biot ik dalam bak- bak fitoplankton (cilliates, protozo-ans dan rotifers), dilakukan sterilisasi dengan chlor in d osis 1 0 0 m g/ L selam a 3 0 m enit kemudian dinetralisir dengan 50 mg/ L sodium t hiosulf at . Jika kont am inasi berlebihan yang m em buat kepadat an f it oplankt on m enyusut atau mati maka proses produksi massal diulangi lagi dengan langkah- langkah di atas. Produksi m assal fitoplankton dilakukan dengan sistem produksi semi-continuous system hingga 3- 4 siklus, bak kem udian dibersihkan, direndam dalam air klorin 100 m g/ L dan dikeringkan selama 1- 2 hari.

Pem adat an (f lokulasi) f it oplankt on pada masing- masing bak produksi dengan penam-b ahan NaOH p ad a d osi s 5 0 m g / L, aer asi dihentikan dengan periode selama 20- 24 jam. Setelah padat dan tersedimentasi, fitoplankton t ersebut disifon, dit am pung dalam kont ainer p l ast i k d an d i si m p an d al am cold storage (- 12oC). Set elah penyim panan selam a 1- 8 m inggu, f it oplankt on t ersebut dipergunakan sebagai pakan rotifer setelah diaerasi dengan laju 10- 15 L/ menit selama 24 jam.

Bak - bak fiberglass volum e 0 ,5 m3 di-pergunakan dalam ef isiensi produksi rot if er

di dalam (indoor) dan di luar (outdoor) ruangan. Bak- bak t ersebut diisi air laut yang dicam pur dengan f it oplank t on N. oculata k epadat an t inggi hasil flokulasi dengan kepadat an akhir > 1,0x 108 sel/ m L sedangkan rot if er dit ebar pada m asing- m asing bak dengan kepadat an awal > 100 ek or/ m L. Pasok ok sigen m urni diberikan ke dalam set iap bak dengan laju 0 ,0 5 - 0 .1 L/ m en i t . Set i ap h ar i d i l ak u k an p en g h i t u n g an k ep ad at an r o t i f er d an fitoplankton. Fitoplankton ditam bahkan pada hari ket iga, keenam , kesem bilan dan ke- 12 set elah penebaran f it oplankt on awal dengan k ep ad at an yan g sam a d en g an k ep ad at an awal.

Analisis Asam Lemak

Rot if er dipanen t ot al pada akhir set iap p er co b aan (h ar i k e- 1 5 ) d en g an sar i n g an rot ifer kem udian dikeringkan. Analisis lem ak dan asam lemak rotifer yang diproduksi secara m assal d an p r od u k si p ad a p er cob aan i n i dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan Gizi, Pusat Antar Universitas (PAU) Univer-sit as Gadj ah Mada Yogyak art a. Sedangk an ekst raksi lem ak dilakukan di Laborat orium Ki m i a BBRPBL Go n d o l m en u r u t m et o d e Soxhlet. Analisis asam lemak dipergunakan GC 14 B Shim adzu dengan capilary colum n CBP-10 sepanjang 50 m. Suhu column 180oC- 240oC dengan laju pem anasan 2.5oC/ m enit . Suhu i n j ek t o r d an d et ect o r 2 5 0oC d en g an g as Helium sebagai pembawa dengan tekanan 180 kPa. Det ekt or yang dipergunakan adalah FID (Flame Ionization Detector) dengan int egra-t or Shim adzu C- RGA. Laruegra-t an segra-t andar yang dipergunakan adalah Supelco (U.S.A) Cat . # 4 7 8 0 1 d an Cat . # 1 7 8 2 4 1 A (u n t u k EPA: Tabel 2. Dosis pupuk produksi massal N. oculata

Table 2. Fertilizer dose for mass production of N. oculata

BBRPBL BBRPBL BBRPBL

M SH M SP M ain

Urea 60 80 50

ZA 50 40 40

TSP 15 10 30

Na-EDTA 2 1 2

FeCl3 1 0.5 1

Clew at-32 - - -1

D o sis (Dosa g e) ( mg / L) Pup uk

(4)

ei c o s ap et aen o i c ac i d d an D H A : docosahex aenoic acid).

Analisis Kualitas Air dan Data

Pen g u k u r an su h u , k el ar u t an o k si g en (dissolved oxygen, DO), dan pH dilak uk an dengan YSI DO dan pH m eter sedangkan total am m o n i u m d i l ak u k an d en g an m et o d e spekt rofot om et er yang dilakukan set iap hari. Ni l ai p en g am at an d al am k eg i at an i n i d i -can t u m k an d al am r at aan ±standard error (SE) dengan analisis deskript if dan pair-wise comparison (Sokal & Rohlf , 1981). Perangkat lunak (software) komputer yang dipergunakan dalam analisis dat a dan pelaporan adalah Microsof t

Ex cel XP dan Microsof t

Word XP.

HASIL DAN BAHASAN

Hasi l sampling p en g h i t u n g an h ar i an kepadat an rot if er dan f it oplankt on ef isiensi produksi rot if er didalam dan di luar ruangan dicantumkan dalam Gambar 1 (A, B, dan C). Rata-rat a kepadat an rot if er pada ket iga ulangan produksi di dalam ruangan berkisar antara 231-259 ek or/ m L dengan rat a- rat a k epadat an puncak yang berlangsung selama 2- 3 hari (hari ke- 7 sam pai ke- 9) adalah 525± 6,1 ekor/ m L

dengan kisaran kepadat an f it oplankt on 2,1-12,6x 108 sel/ mL. Rata- rata puncak kepadatan rot if er pada sist em produk si k onvensional ad al ah 1 8 0 ek o r / m L d en g an k ep ad at an fitoplankton 8,0- 12,2x 106 sel/ mL (Sumiarsa & Set iadi, 2009) sehingga kepadat an puncak r ot i f er p ad a p er cob aan i ni t i g a k al i l eb i h banyak dibandingkan dengan produksi rotifer secara konvensional. Produksi rot if er di luar r u an g an p ad a p er co b aan i n i h an ya b er -langsung selam a 3- 4 hari dengan kepadat an rot if er dan f it oplankt on yang t erus m enurun yang diduga disebabkan oleh kenaikan suhu air di dalam bak yang m encapai 34,1oC akibat d ar i p en yer ap an cah aya m at ah ar i o l eh f it oplankt on dengan kepadat an yang t inggi (Tabel 3).

Wal au p u n m en i n g k at d i b an d i n g k an dengan produksi rot ifer secara konvensional, r at a- r at a p u n cak k ep ad at an r o t i f er p ad a p er co b aan i n i m asi h l eb i h r en d ah j i k a d i b an d i n g k an d en g an k eb u t u h an u n t u k sebuah hat cheri. Kebut uhan harian rot if er unt uk operasional hat cheri BBRPBL adalah sekitar 3,9x 109 ekor/ hari sehingga diperlukan sekitar 15 bak serupa yang dipanen setiap hari. Un t u k m em en u h i k ek u r an g an t er seb u t , produksi pakan alami harus dilakukan dengan

(5)

15.0

Gambar 1. Kepadat an harian rot ifer dan fit oplankt on pada t iga ulangan dalam bak- bak percobaan

Figure 1. Measured daily densities of rotifer and phytoplankton in the trial

(6)

d u a al t er n at i f yai t u m en cap ai r at a- r at a kepadat an harian t iga kali lebih t inggi (300%) daripada rat a- rat a kepadat an saat ini at au produksi massal pakan alami dilakukan dalam kapasitas wadah produksi massal tiga kali lebih besar dengan rata- rata kepadatan harian yang sam a. Alt ernat if kedua akan lebih sulit di-lakukan sehingga hanya dapat diupayakan d en g an al t er n at i f p er t am a yai t u d en g an peningkatan rata- rata kepadatan pakan alami har ian yang d ap at d icap ai d engan sist em produksi sepert i pada percobaan ini.

Pr o d u k si p ak an al am i secar a m assal d en g an semi-continuous system outdoor m em an g m em i l i k i b eb er ap a k el em ah an (Fulks & Main, 1991; Okauchi, 1992) yait u m enghasilkan kepadat an yang relat if rendah d an k ur ang k onsist en (unreliable) n am u n memiliki kelebihan yaitu murah, sederhana, dan t i d ak m em er l u k an t ek n i si yan g t er am p i l . Sebaliknya sist em produksi int ensif indoor ad al ah m ah al d an i n t en si f t et ap i d ap at diandalkan (reliable) dengan kepadat an yang t inggi. Peningk at an produk si rot if er dapat dilakukan dengan pakan fit oplankt on instant algae komersial kepadatan tinggi (Hirata, 1992; Soetanti et al., 2009) dan pemberian probiotik (Hino & Maeda, 1992; Hirayam a & Ogihara, 1 9 9 2 ; Pint ad o et al., 2 0 1 0 ), p enam b ahan bahan- bahan pengkaya (Tamaru & Lee, 1991) at au d engan m et od e p enyar ingan k husus (Araujo & Hagiwara, 2005) nam un diperlukan k ondisi- k ondisi yang lebih spesif ik unt uk memenuhi sistem- sistem produksi pakan alami tersebut (Kongkeo, 1992).

Kelarutan oksigen yang tinggi disebabkan oleh penggunaan oksigen m urni dalam per-cobaan ini dengan laju aliran 0,05- 0,10 L/ m enit . Kisaran t ot al am m onium cukup t inggi, diperlukan upaya penurunan total ammonium dengan pem berian aerasi yang kuat sebelum

rot ifer diberikan kepada larva ikan. Tingginya kadar total am m onium dalam m edia produksi diduga dari kelebihan pupuk pert anian yang t idak seluruhnya t erurai dan diserap sebagai hara oleh N. oculata dan akan berakibat negatif terhadap kualitas air laut pem eliharaan larva-larva ikan laut baik jika f it oplankt on t ersebut diperluk an secara langsung sebagai green water m aupun secara t idak langsung m elalui produksi massal rotifer. Total ammonium akan b er u b ah m en j ad i am o n i ak y an g t i d ak t er ionisasi NH3 (unionized ammonia) b er -gantung kepada suhu dan pH air (Boyd, 1990). Pem berian aerasi yang t inggi dan pem bilasan h asi l p an en r ot i f er d en g an b ai k seb el u m diberikan kepada larva ikan akan m engurangi kandungan NH3. Sedangkan nilai pH cukup stabil dengan kisaran 8,1- 8,8.

Hasil analisis asam lem ak esensial, lem ak dan prot ein rot if er pada percobaan ini di-b an d i n g k an d en g an an al i sa r o t i f er p ad a produksi konvensional dicant um kan dalam Tabel 4.

Ter l i h at b ah w a r o t i f er h an ya d en g an p em b er i an p ak an f i t op l an k t on N. oculata m em iliki kandungan EPA yang t inggi nam un m inim al d alam k and ung an DHA sehing g a m enghasilk an rasio DHA/ EPA yang sangat rendah (0,02). Unt uk kebut uhan lem ak dan prof il asam lem ak larva ikan- ikan laut , di-but uhkan kandungan lem ak yang lebih t inggi dengan DHA/ EPA rasio mendekati 2,0 (Sargent et al., 1 9 9 7 ), ol eh seb ab i t u r ot i f er hasi l produksi m asal dalam percobaan ini m ut lak diperk aya (enriched) dengan bahan- bahan pengkaya kom ersial (Sargent et al., 1999).

Biaya produksi rotifer secara konvensional (tidak termasuk tenaga kerja dan listrik) adalah Rp. 49,- / juta rotifer sedangkan biaya produksi r o t i f er d al am p er c o b aan i n i d en g an Tabel 3. Kisaran kualitas air pada percobaan di dalam dan di luar ruangan

Table 3. Ranges of water quality in indoor and outdoor trials

Kualit as air

Dissolved oxygen (mg/ L) 4.21-19.4 6.38-17.10

Suhu (Temperature) (oC) 26.1-28.2 26.7-34.1

Total ammonium (mg/ L) 0.478-2.217 0.655-1.114

(7)

f it oplankt on f lokulasi adalah Rp. 51,- / jut a rot if er sehingga ef isiensi cukup t inggi yait u kelebihan biaya produksi Rp. 2,- / jut a rot if er (4,1%) dapat m enghasilkan kepadat an rot if er t iga kali lebih t inggi (300%). Biaya produksi r ot i f er d en g an m en g g u n ak an al g a i n st an (Nanno- 3600) lebih t inggi yait u Rp. 1.946,- / juta rotifer. Nam un hingga saat ini pem akaian instant algae kepadatan tinggi secara intensif masih terbatas penggunaannya dalam hatcheri ikan- ikan laut di Indonesia yang disebabkan oleh harganya yang mahal dan prosedur impor yang m em erlukan waktu yang relatif lam a. KESIMPULAN

1. Pr o d u k si p ak an al am i r o t i f er (B. rotundiformis) dengan pakan fitoplankton N. oculata BBRPBL p ad a t ah u n 2 0 0 9 dilakukan dengan sist em produksi semi-continuous di luar ruangan (outdoor) dengan r at a- b er k ep ad at an t i ng g i hanya d ap at dilakukan di dalam ruangan (indoor). 2. Efisiensi produksi rotifer kepadatan tinggi

dengan pakan flokulasi fit oplankt on lebih t i n g g i d i b an d i n g k an d en g an ef i si en si p r o d u k si r o t i f er secar a k o n ven si o n al sed an g k an ef i si en si p r o d u k si r o t i f er d eng an p ak an f i op l ank t on al g a i nst an sangat rendah.

3. Untuk meningkatkan kehandalan produksi rot if er, diperluk an produk si dan panen harian rot if er yang t idak t erput us agar dapat m enyediakan rot ifer secara t erus-menerus.

DAFTAR ACUAN

Araujo, A., Hagiwara, A., & Snell, T.W. 2001. Effect of unionized ammonia, viscosity and protozoan contamination on reproduction an d en z y m e act i v i t y o f t h e r o t i f er Brachionus rotundiformis. Hydrobiologia, (446- 447)1: 363- 368.

Araujo, A. & Hagiwara, A. 2005. Screening meth-ods for im proving rot ifer cult ure qualit y. Development in Hydrobiology, (181)9: 553-558.

Boyd, C.E. 1990. Wat er qualit y in ponds for aquaculture. Alabama Agricultural Ex peri-ment Station Auburn University, Alabama. Boyd, C.E. & Tucker, C.S. 1992. Wat er qualit y

and pond soil analyses for aquacult ure. Alabam a Agricult ural Ex perim ent St at ion. Auburn University, Alabama, USA, 183 pp. Craig, S.R., Arnold, C.R., & Holt, G.J. 1994. The

effect s of enriching live foods wit h highly unsaturated fatty acids on the growth and fat t y acid com posit ion of larval red drum Sciaenops ocellatus. Journal of World Aqua-culture Society, 25:424- 431.

Fukusho, K. & Hirayama, K. 1991. The first live feed - Brachionus plicatilis. The Oceanic Institute, Hawaii, U.S.A., 144 pp.

Fu l k s, W. & Mai n , K.L. 1 9 9 2 . Rot i f er an d microalgae culture systems. Proceeding of a U.S. – Asia Workshop. The Oceanic Insti-tute of Hawaii, U.S.A, 348 pp.

Hino, A. & Maeda, M. 1992. Control of the bio-logical environment. In Fukusho, K. and K. Tabel 4. Asam lemak esensial, lemak dan protein rotifer pada produksi konvensional

dan percobaan

Table 4. Essential fatty acid, lipid and protein contents of rotifer in conventional production compared with the trial

* Nilai- nilai yang diikut i huruf sam a pada set iap baris adalah t idak berbeda nyat a (Values followed by the same superscript in each row are not significantly different (P> 0.05))

Ko nvensio nal Con ven sion a l

Perco b aan T r ia l

20:5n-3 (EPA)* 35.1a 57.2b

22:6n-3 (DHA) - 1.4

DHA/ EPA - 0.02

Total n-3 HUFA 42.2a 61.5b

Lemak (Fat) 10.8a 14.0b

Protein (Protein) 55.6a 56.4a

Asam lemak Fa t a cid ( mg / g D W)

(8)

Hi r ayam a (Eds.). Th e f i r st l i ve f eed -Brachionus plicatilis. The Oceanic Institute, p. 137- 141.

Hirata, I. 1992. Large- scale culturing of high-qualit y Chlorella. In Fukusho, K. and K. Hi r ayam a (Eds.). Th e f i r st l i ve f eed -Brachionus plicatilis. The Oceanic Institute, p. 111- 118.

Hirayama, K. & Ogihara, A. 1992. In Fukusho, K. and K. Hirayam a (Eds.). The first live feed-Brachionus plicatilis. The Oceanic Institute p. 132- 136.

Kongkeo, H. 1991. An overview of live feed product ion syst em design in Thailand. In: Fulks, W., and K. L. Main. 1991. Rotifer and microalgae culture systems. Proceeding of a U.S. – Asia Workshop. The Oceanic Insti-tute of Hawaii, U.S.A, p. 175- 186.

Okauchi, M. 1992. Large- scale cultivation meth-ods for microalgal feeds. In Fukusho, K. and K. Hirayam a (Eds.). The f irst live f eed-Brachionus plicatilis. The Oceanic Institute, p. 49- 74.

Pintado, J., Perez- Lorenzo, M., Luna- Gonzalez, A., & Sot elo, C.G. 2010. Monit oring of t h e b i o en cap su l at i o n o f a p r o b i o t i c Phaeobacter strain in the rotifer Brachionus plicatilis using denaturing gradient gel elec-trophoresis. Aquaculture, 302: 182- 194. Sargent , J., McEvoy, L.A., & Bell, J.G. 1997.

Requirem ent s, present at ion and sources of polyunsat urat ed fat t y acids in m arine fish larval feeds. Aquaculture, 155: 117- 127. Sargent, J., McEvoy, L., Estevez, A., Bell, G., Bell, M., Henderson, R.J., & Tocher, D.R. 1999. Lipid nut rit ion of m arine fish during early

developm ent : current st at us and fut ure directions. Aquaculture, 179: 217- 229. Soetanti, E., Gafur, A., Syukri, M., & Haeruddin.

2009. Upaya peningkat an kult ur rot ifer densitas tinggi melalui suspensi alga sistem resirkulasi sederhana. BBAP Takalar (In press).

Sokal, R.R. & Rohlf, F.J. 1981. Biom et ry. W.H. Freeman, New York, U.S.A.

Su, H.M., Su, M.S., & Liao, I.C. 1997. Preliminary results of providing various com binations of l i ve f ood s t o g r ou p er (Epinephelus coioides) larvae. Hydrobiologia, 358: 301-304.

Sum iarsa, G.S. & Set yadi, I. 2009. Perbaikan t eknik produksi m asal pakan alam i unt uk mendukung perbenihan ikan laut. Laporan Hasil Penelitian BBRPBL 2009, 16 hlm. Tam aru, C. & Lee, C.- S. 1991. Im proving t he

lar val r ear ing of st r ip ed m ullet (Mugil cephalus) by m anipulat ing quant it y and quality of the rotifer, Brachionus plicatilis. In: Fulks, W., and K. L. Main. 1991. Rot ifer and microalgae culture systems. Proceed-ing of a U.S. – Asia Workshop. The Oceanic Institute of Hawaii, U.S.A., p. 89- 104. Witt, U., Quantz, G., Kuhlmann, D., & Kattner, G.

1984. Survival and growth of turbot larvae Scophthalmus maximus L. reared on dif-ferent food organism s with special regard to long- chain polyunsaturated fatty acids. Aquacultural Engineering, 3: 177- 190. Yoshida, M. 1992. Types of large- scale

Gambar

Tabel 1.Volume bak produksi fitoplankton dan rotifer di BBRPBL, GondolTable 1.Tank volume for phytoplankton and rotifer productions at the ResearchInstitute for Mariculture, Gondol
Tabel 2.  Dosis pupuk produksi massal N. oculataTable 2.  Fertilizer dose for mass production of N
Gambar 1. Kepadatan harian rotifer dan fitoplankton pada tiga ulangan dalambak- bak percobaanFigure 1.Measured daily densities of rotifer and phytoplankton in the trial
Table 3.Ranges of water quality in indoor and outdoor trials
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kasus pemberhentian Rektor Universitas Gunung Leuser (UGL) Kutacane periode 2011- 2015 berbeda dengan kasus serupa pada umumnya, karena tidak hanya dilakukan oleh pihak

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir skripsi untuk memenuhi persyaratan gelar sarjana Strata-1 (S-1) pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Kitosan berhasil di konversi dari kitin yang berasal dari cangkang udang hasil limbah industri ebi dengan menggunakan metode kimiawi.Semakin meningkatnya jumlah

Hal tersebut telah menunjukkan adanya implementasi dari Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Struktur Organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

memuat tentang ”Analisa Tebal dan Perpanjangan Landasan Pacu pada Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II” agar kemampuan dari landasan pacu tersebut

Sesuai dengan tugas fungsi dan tata kerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Lombok Barat, maka maksud dibuatnya Renstra Tahun 2015-2019 adalah memberi arah

& Mengl Mengla*, m a*, menalar enalar dan m dan men+aji en+aji dalam dalam rana* rana* knkre knkret dan t dan rana* rana* a-str a-strak ter ak terkait kait

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database