• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Keterlibatan Warga Negara C

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangan Keterlibatan Warga Negara C"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

MEMUPUK TANGGUNG JAWAB SOSIAL MAHASISWA

(Studi Grounded Theory Proyek Crowdfunding Bantu Baca di Kitabisa.com)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu dari Syarat dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Departemen Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

OLEH:

FAUZI ABDILLAH

NIM. 1302311

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGEMBANGAN KETERLIBATAN WARGA NEGARA MELALUI

PENGGALANGAN DANA ONLINE UNTUK MEMUPUK TANGGUNG

JAWAB SOSIAL MAHASISWA

(Studi Grounded Theory Proyek Crowdfunding Bantu Baca di Kitabisa.com)

Oleh

Fauzi Abdillah

S.Pd., Universitas Negeri Jakarta (2012)

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Departemen Pendidikan

Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

© Fauzi Abdillah 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

i

“There is no wealth like knowledge, no poverty like ignorance.”

-Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA-

Plants are shaped by cultivation and men by education.

We are born weak, we need strength; we are born totally unprovided, we

need aid; we are born stupid, we need judgment. Everything we do not have

at our birth and which we need when we are grown is given us by education.

(4)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

FAUZI ABDILLAH NIM. 1302311

PENGEMBANGAN KETERLIBATAN WARGA NEGARA MELALUI

PENGGALANGAN DANA ONLINE UNTUK MEMUPUK TANGGUNG

JAWAB SOSIAL MAHASISWA

(Studi Grounded Theory Proyek Crowdfunding Bantu Baca di Kitabisa.com)

Disetujui dan Disahkan oleh

Pembimbing,

Prof. Dr. H. Endang Danial, AR, M.Pd.

NIP. 1950.0502.1976.03.1.002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed.

(5)

iii Tesis ini telah diujikan pada sidang Tahap 2 Hari/Tanggal : Kamis, 4 Juni 2015

Tempat : Ruang Sidang Lantai 2 Gedung Sekolah Pascasarjana UPI Tim Penguji :

Penguji 1

Prof. Dr. H. Endang Danial, AR, M.Pd.

NIP. 1950.0502.1976.03.1.002

Penguji 2

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si.

NIP. 1962.0316.1988.03.1.003

Penguji 3

Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed.

Penguji 4

H.M. Nu’man Somantri, Prof. Drs. M.Sc. (GBem)

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed.

(6)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Pengembangan keterlibatan warga negara melalui penggalangan dana online untuk memupuk tanggung jawab sosial mahasiswa (Studi Grounded Theory Proyek Crowdfunding Bantu Baca di Kitabisa.com)” Sepenuhnya adalah karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 2015

Yang membuat pernyataan

(7)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis ucapkan atas rahmat Allah SWT yang telah memberikan kehidupan, karunia, dan hidayah-Nya kepada penulis. Shalawat serta Salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW Rahmatan Lil ‘Alamin.

Penelitian dengan judul “Pengembangan keterlibatan warga negara melalui penggalangan dana online untuk memupuk tanggung jawab sosial mahasiswa (Studi Grounded Theory Proyek Crowdfunding Bantu Baca di Kitabisa.com)” bertujuan untuk mengembangkan area studi dari disiplin ilmu Pendidikan Kewarganegaraan dalam dimensi sosial kultural dan akademis yaitu civic engagement yang saya alih bahasakan menjadi keterlibatan warga negara. Dengan menggaet teknologi baru dalam penggalangan dana di ranah online, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian grounded theory untuk menjelaskan aktivitas atau proses dari pelaksanaan crowdfunding di kalangan mahasiswa. Tesis ini terdiri dari lima bab, antara lain bab I mengenai pendahuluan, bab II mengenai tinjauan pustaka, bab III mengenai metode penelitian, bab IV mengenai hasil penelitian dan pembahasan, dan bab V mengenai simpulan, implikasi dan rekomendasi.

Penulis berharap hasil penelitian tesis ini dapat memberikan sumbangsih keilmuwan untuk Pendidikan Kewarganegaraan. Penulis juga menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bandung, April 2015

(8)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur hanya milik Allah semata, yang senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk seluruh umat dan alam semesta. Sholawat serta Salam teruntuk manusia pilihan Ilahi, Muhammad SAW, yang dengan perjuangannya telah mengantarkan kita menjadi umat pilihan, yang terakhir untuk seluruh umat manusia demi menuju ridha-Nya.

Alhamdulillah, dengan ridho Allah SWT penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik, yang berjudul “Pengembangan keterlibatan warga negara melalui penggalangan dana online untuk memupuk tanggung jawab sosial mahasiswa (Studi Grounded Theory Proyek Crowdfunding Bantu Baca di Kitabisa.com)” sebagai salah satu tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Departemen Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Penyusunan tesis ini bukan hanya usaha dan doa dari penulis semata, namun juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Yth Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd. selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan fasilitas, sarana dan prasarana pembelajaran bagi kelancaran penulis untuk menyelesaikan studi di Departemen Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI

2. Yth Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed selaku direktur SPs UPI yang telah memberikan fasilitas dan layanan serta lingkungan akademik yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan studi.

(9)

vii

4. Yth. Prof. Dr. Endang Danial AR, M.Pd selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing tesis yang yang telah banyak memberikan arahan, kemudahan, nasehat, motivasi, semangat, dan bimbingan dengan arif dan bijaksana sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan lancar. 5. Yth Prof. Dr. H. Abdul Aziz Wahab, M.A(Ed). yang telah memberi

wejangan serta bantuan pemikiran mengenai civic engagement yang menjadi kajian pokok dalam penelitian kali ini.

6. Yth dosen-dosen Departemen PKn SPs UPI yang telah memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis, sehingga bisa menyelesaikan studi dengan baik dan lancar.

7. Ibunda (Cicah) dan Ayahanda penulis (Ajum Jamaluddin) sebagai motivasi utama penulis, yang telah membesarkan dan membimbing penulis dengan sabar dan penuh kasih sayang, serta tidak pernah mengenal lelah dengan memberikan doa dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

8. Kakak kandung (Dadang Sa’adulloh & Heni Sa’diah), Adik kandung (Ikhsan Sodik), kakak ipar penulis (Irma & Asep Mulyanadi) dan keponakan tersayang penulis (M. Irham, Putri Avicenna R, Alyania N, dan Alfiendra) yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis. 9. Teman-teman seangkatan penulis di program S2 PKn 2013 dan FKM 2014

& FKM 2015 yang telah memberikan dorongan, semangat, motivasi, doa, keceriaan, perhatian kepada penulis selama perkuliahan dan organisasi, semoga jalinan pertemanan tidak akan lekang oleh waktu.

10.Para partisipan penelitian dari platform Kitabisa (Al Fatih Timur) dan kawan-kawan dari organisasi Istana Baca Anak Banten yang dipimpin oleh Panji Aziz Pratama. Terima kasih banyak telah berkenan untuk membantu dan berkontribusi dalam penelitian ini.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang membantu dan memberikan semangat selama penyusunan tesis ini.

(10)

viii

segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini bermanfaat dan sebagai sumbangan pikiran untuk masa yang akan datang. Akhirnya, kami hanya mengharapkan semoga Allah SWT memberikan balasan atas bantuan yang telah diberikan kepada kami.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Bandung, April 2015

(11)

ix ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keterbatasan dan ketidakoptimalan media konvensional seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN), Program Kreativitas Mahasiswa

(PKM), dst, dalam mengaktualisasikan keterlibatan warga negara pada kehidupan mahasiswa. Permasalahan tersebut ditambah pula dengan belum adanya upaya serius untuk mengolaborasikan potensi wilayah online untuk menunjang pengabdian pada masyarakat sebagai salah satu wujud aksi sosial. Berangkat dari kondisi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan merumuskan konsep keterlibatan warga negara yang dapat menjembatani wilayah online dan offline melalui media penggalangan dana online (crowdfunding). Denganpendekatan kualitatif yang ditunjang oleh desain penelitian grounded theory dan e-research, penelitian ini mengumpulkan data melalui studi pustaka, wawancara dan observasi yang melibatkan delapan belas partisipan dari Istana Baca Anak Banten dan Kitabisa untuk menjelaskan aktivitas dan mekanisme

crowdfunding sebagai media dalam mengembangkan keterlibatan warga negara untuk memupuk tanggung jawab sosial mahasiswa. Penelitian ini menghasilkan model pengembangan keterlibatan warga negara dengan crowdfunding yang dapat menghubungkan serta mengolaborasikan aktivitas online dan pengentasan permasalahan di dunia nyata. Dengan demikian, crowdfunding diklaim dapat menunjang keterlibatan warga negara dengan membuka akses dukungan finansial untuk keberlangsungan program aksi sosial dan diseminasi informasi gerakan pada masyarakat luas. Rekomendasi dari penelitian ini ialah mengaplikasikan crowdfunding di kelas Pendidikan Kewarganegaraan, karena telah terbukti efektif dalam perannya sebagai media keterlibatan warga negara karena mampu memupuk tanggung jawab sosial pada mahasiswa, yang sejalan dengan salah satu tujuan PKn.

(12)

x ABSTRACT

This research was based on the limitation and non- optimalization of conventional media such as Kuliah Kerja Nyata (KKN), Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), etc., in

order to actualize the civic engagement in the student’s life. In addition, there is no serious efforts in collaborating the potential of online spheres for supporting community service as one of social action form. Referring to these conditions, this study aims to reveal and formulize the concept of civic engagement that able to connect the online and offline sphere through the online fundraising media (crowdfunding). The approach applied in this study were qualitative research that is supported by a grounded theory research and e-research design. The data were collected through document analysis, interviews and observations which involving eighteen participants from the Istana Baca Anak Banten and Kitabisa to explain the crowdfunding activities and mechanisms as a medium to develop the civic engagement to foster students’ social responsibility. The results shows that crowdfunding can develop civic engagement which is able to connect and collaborate online activities and alleviation of the problems in the real world. Thus, crowdfunding is claimed can support the civic engagement by opening the financial supports for the sustainability of social action programs and information dissemination of the movement to a broader society. It is recommended to apply crowdfunding in Citizenship Education class, because it has been proven as an effective civic engagement media because of its ability in fostering students’ social responsibility, which is in line with one of the Citizenship Education goals.

(13)

xi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... I LEMBAR PERNYATAAN ... III KATA PENGANTAR ... V UCAPAN TERIMA KASIH ... VI ABSTRAK ... IX ABSTRACT ... X DAFTAR ISI ... XI DAFTAR TABEL...XIV DAFTAR BAGAN ...XIV DAFTAR GAMBAR ...XIV DAFTAR GRAFIK ... XV

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN ... 1

B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH ... 12

C. FOKUS MASALAH DAN PERTANYAAN PENELITIAN ... 13

D. PARADIGMA PENELITIAN ... 14

E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 17

1. Tujuan Penelitian ... 17

2. Manfaat/ Signifikansi Penelitian ... 18

F. STRUKTUR ORGANISASI TESIS ... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 21

A. KETERLIBATAN WARGA NEGARA ... 21

1. Pengertian Keterlibatan Warga Negara ... 21

2. Karakteristik Civic Engagement ... 25

3. Civic Engagement dalam Citizenship Education ... 26

B. PENGGALANGAN DANA ONLINE (CROWDFUNDING) ... 28

1. Pengertian Crowdfunding ... 28

(14)

xii

3. Crowdfunding dalam Memupuk Keterlibatan Sosial ... 33

C. TANGGUNG JAWAB SOSIAL (SOCIAL RESP ONSIBILITY) ... 34

1. Pengertian Social Responsibility ... 34

2. Karakteristik Social Responsibility ... 35

3. Pembinaan Social Responsibility melalui Civic Engagement ... 35

D. KONSTELASI ANTARA KETERLIBATAN WARGA NEGARA,TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ... 37

E. PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN TERKAIT CROWDFUNDING, CIVIC ENGAGEMENT DAN SOCIAL RESPONSIBILITY ... 40

BAB IIIMETODE DAN PROSEDUR PENELITIAN ... 53

A. DESAIN PENELITIAN ... 53

1. Pendekatan ... 53

2. Metode Penelitian ... 54

3. Definisi Operasional ... 55

B. PARTISIPAN DAN TEMPAT PENELITIAN ... 56

1. Partisipan ... 56

2. Lokasi Penelitian ... 57

C. PENGUMPULAN DATA ... 58

D. ANALISIS DATA ... 62

E. ISU ETIK ... 65

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN... 67

A. GAMBARAN UMUM ISBANBAN,KITABISA DAN PROYEK AYO BACA! ... 67

1. Gambaran Umum Istana Belajar Anak Banten ... 67

2. Gambaran Umum Kitabisa ... 70

3. Gambaran Umum Proyek Ayo Baca! ... 75

B. TEMUANPENELITIAN ... 76

1. Eksistensi Crowdfunding, Civic Engagement dan Social Responsibility pada Kalangan Mahasiswa ... 76

(15)

xiii

3. Relasi Civic Engagement dan Social Responsibility dalam proyek

Crowdfunding ... 89

4. Dampak Proyek Crowdfunding Pada Mahasiswa Yang Menjadi Partisipan Dalam Aspek Social Responsilibity ... 94

5. Pengembangan Keterlibatan Warga Negara melalui proyek Crowdfunding ... 99

C. PEMBAHASANPENELITIAN ... 105

1. Eksistensi Crowdfunding, Civic Engagement dan Social Responsibility pada kalangan mahasiswa ... 105

2. Model-Model Keterlibatan pada Proyek Crowdfunding ... 112

3. Relasi Civic Engagement dan Social Responsibility dalam proyek Crowdfunding ... 115

4. Dampak Proyek Crowdfunding Pada Mahasiswa Yang Menjadi Partisipan Dalam Aspek Social Responsilibity ... 117

5. Pengembangan Keterlibatan Warga Negara melalui proyek Crowdfunding ... 118

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 123

A. SIMPULAN ... 123

1. Simpulan umum ... 123

2. Simpulan Khusus ... 125

B. IMPLIKASI ... 126

C. REKOMENDASI ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 128

(16)

xiv DAFTAR TABEL

Tabel 1Target Penganggaran untuk Proyek Bantu Baca... 76

DAFTAR BAGAN Bagan 1 Paradigma Penelitian ... 17

Bagan 2 An IntegrativeTheory of Civic Engagement ... 24

Bagan 3 Analisis Data menurut Creswell (2013) ... 63

Bagan 4 Bentuk Dukungan ... 85

Bagan 5 Relasi Civic Engagement dan Social Responsibility dalam Crowdfunding ... 90

Bagan 6 Skema dampak Crowdfunding dalam ranah Social Responsibility .. 96

Bagan 7 Diagram ringkasan: Pengembangan Civic Engagement melalui Crowdfunding untuk memupuk Social Responsibility ... 100

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Pengguna website, mobile, dan media sosial di Indonesia ... 6

Gambar 2 Analisis Data menurut Creswell 2013 ... 63

Gambar 3 Logo Isbanban ... 67

Gambar 4 Isbanban Chapter Pandeglang ... 69

Gambar 5 Logo Kitabisa ... 70

Gambar 6 Tampilan website kitabisa.com ... 71

Gambar 7 Cara melakukan Crowdfunding. ... 73

Gambar 8 Proyek Bantu Baca oleh Isbanban di Kitabisa.com ... 75

Gambar 9 Profil Project Leader di Halaman Proyek Bantu Baca di Kitabisa.com... 80

(17)

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Global Crowdfunding Volumes; The Crowdfunding Map ... 7

Grafik 2 Pencarian dengan keyword "Crowdfunding" di Google wilayah Indonesia ... 8

Grafik 3 10 Kategori Terpopuler dalam Crowdfunding ... 9

Grafik 4 Pertumbuhan Crowdfunding dilihat dari Model ... 32

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dunia yang sekarang berbeda dengan dunia yang kemarin. Pendidikan sebagai wahana transformasi budaya, nilai, ilmu pengetahuan dan teknologi telah berperan menjadi salah satu poros utama untuk berjibaku dengan perubahan ini. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai salah satu kajian yang erat dengan persoalan budaya, nilai dan pengetahuan menjadi komponen yang telah mengalami beberapa kali perubahan serta pengembangan di berbagai sisi, mulai dari perubahan metode dan konten materi. (Sapriya, 2007). Sementara itu objek pengembangan atau sasaran pembentukan PKn adalah keseluruhan ranah sosio-psikologis peserta didik, yakni ranah kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik yang menyangkut status hak dan kewajiban sebagai warga negara. (Winataputra U. S., 2001). Perubahan dan pengembangan dalam PKn masih terus berlangsung hingga saat ini.

(19)

membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lainnya. d) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (Wahab & Sapriya, 2011, hal. 315). Hal-hal diatas mencerminkan bahwa PKn menjadi salah satu instrumen untuk mengembangkan potensi-potensi yang diperlukan untuk kehidupan demokrasi.

Kehidupan demokrasi Indonesia tentu berbeda dengan negara lain. Mengutip Winataputra (2012), bahwa

“...pilar-pilar demokrasi konstitusional Indonesia yakni cita-cita, nilai, dan prinsip demokrasi Indonesia yang: berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, memberikan jaminan hak azasi manusia, berdasarkan kedaulatan rakyat, bertujuan mencerdaskan bangsa, menerapkan prinsip pembagian kekuasaan negara, mengembangkan otonomi daerah, menegakkan “rule of law”, mengembangkan sistem peradilan yang bebas dan tidak memihak, mengutamakan kesejahteraan rakyat, dan melaksanakan prinsip keadilan sosial.”(UUD 1945; Sanusi, 1998; CICED, 1999).

Pilar-pilar tersebut haruslah menjadi pedoman dalam pengembangan pendidikan untuk demokrasi di Indonesia. Salah satunya, yaitu PKn sebagai wahana pendidikan demokrasi juga tidak lepas dari pilar-pilar yang disebutkan di atas karena merupakan bagian integral dalam PKn. Merujuk pada PP No. 32 tahun 2013 tentang perubahan atas PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan, pada penjelasannya dikatakan bahwa “Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral Pancasila, kesadaran berkonstitusi Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.”. Hal yang senada juga ditemukan pada peraturan No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang berkaitan dengan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan demikian, secara peraturan telah menegaskan bahwa PKn mempunyai misi dan program pendidikan demokrasi.

(20)

3

tersebut, partisipasi warga negara menjadi krusial karena termasuk juga sebagai tujuan akhir dari PKn. (Winataputra, 2012). Dimensi partisipasi warga negara menurut Quigley, dkk (1991) dalam (Winataputra, 2012), dikembangkan dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berperan serta secara efektif dalam masyarakat, pengalaman berperan serta yang dirancang untuk memperkuat kesadaran berkemampuan dan berprestasi unggul dari siswa, dan mengembangkan pengertian tentang pentingnya peran serta aktif warganegara. Tujuan-tujuan tersebut dapat terjewantahkan dengan berbagai bentuk peran serta dan aksi-aksi sosial di masyarakat.

Warga negara aktif (active citizenship) di definisikan oleh Hoskins dan Mascherini (2009) dari European Commission’s Joint Research Centre sebagai

participation in civil society, community and/or political life, characterized by mutual respect and non-violence and in accordance with human rights and democracy (Hoskins & Mascherini, 2009, hal. 462)

Gagasan ini menunjukkan bahwa partisipasi untuk kehidupan masyarakat pada dimensi publik sesuai dengan konsep HAM dan demokrasi. Maka PKn sebagai pendidikan disiplin ilmu perlu mengkaji lebih jauh mengenai partisipasi untuk keterlibatan warga negara yang diisi oleh berbagai macam kalangan.

(21)

mengaitkan antara teori dan dunia nyata untuk memecahkan masalah yang ada. Pembelajaran pelayanan masyarakat telah membuktikan dirinya sebagai alat pedagogis yang kuat dalam mempersiapkan orang dewasa muda secara sengaja untuk berpartisipasi aktif dalam menangani masalah sosial. (Liu, Leppard, & Nayve, 2012).

Pemecahan masalah yang eksis di tengah masyarakat menjadi misi utama dalam keterlibatan warga negara. Masalah-masalah yang eksis biasanya ditangani secara tradisional, yaitu langsung terjun kelapangan. Hal tersebut dirasa kurang aktual untuk generasi masa kini. Mengingat generasi kini kesulitan untuk mengenal kehidupan tanpa internet, dan banyak menggantungkan kehidupannya pada informasi, komunikasi dan social networking yang mereka miliki. Berkaitan dengan hal tersebut, para perumus pendidikan pun banyak membahas mengenai pendidikan untuk digital native yang menjadi penghuni utama masa ini. Walau terdapat tantangan yang sekaligus parasit pada generasi digital native yaitu berupa aktisime semu seperti slacktivism, clicktivism dan limpahan informasi yang tidak sedikit bisa menimbulkan mispersepsi serta miskonsepsi dalam penanganan masalah. Hal itu pun menjadi tantangan yang harus dihadapi pula oleh dunia pendidikan, khususnya kehidupan mahasiswa. Kegiatan mahasiswa yang tidak hanya terbatas pada ranah akademis, tapi juga pada perannya sebagai aktivis. Hal tersebut berkaitan slogan perguruan tinggi di Indonesia yaitu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang diantaranya mencakup pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.

(22)

5

Pengabdian masyarakat dan volunteerisme mensyaratkan kepemilikan atas rasa tanggung jawab sosial (social responsibility). Beberapa studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa orang yang merasa bertanggung jawab untuk masalah sosial tertentu (kesadaran sendiri untuk bertanggung-jawab) lebih mungkin untuk mengatasi masalah ini dibandingkan dengan mereka yang menganggap tanggung jawab adalah urusan orang lain (Scott & Serek, 2014; De Groot & Steg, 2009; Kaiser & Shimoda, 1999; Zuckerman, Siegelbaum, & Williams, 1977). Pemahaman atas permasalahan yang eksis di tengah masyarakat pun mempengaruhi rasa tanggung jawab sosial yang bisa membawanya pada tindakan untuk mengubah kondisi pada fase yang lebih baik. Pemahaman berdasarkan pengalamannya dalam ikut serta melakukan perubahan, bisa membawa mahasiswa pada kegiatan pengabdian pada masyarakat lebih jauh lagi. Bowmans (2013) dalam penelitiannya mengenai pengalaman dalam berpartisipasi, pada hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keanekaragaman pengalaman, berhubungan dengan peningkatan perilaku kewargaan, motivasi dalam berperilaku dan serta besaran efeknya perilakunya itu sendiri.

Namun, dilapangan sering ditemui kendala-kendala dalam pelaksanaan keterlibatan warga negara ini khususnya untuk menangani berbagai masalah di masyarakat. Di antaranya tidak ada tindak lanjut program sosial dikarenakan memang kegiatan pengabdian masyarakat hanya dilaksanakan sebagai acara rutin tahunan, bukan berkelanjutan. Selain itu, untuk mahasiswa yang melakukan pengabdian masyarakat dengan inisiatif sendiri, tidak dapat melanjutkan kegiatannya karena terbentur ketersediaan dana untuk operasional. Maka perlu upaya lebih jauh untuk menangani masalah-masalah ini dari sisi yang lain.

(23)

Gambar 1 Pengguna website, mobile, dan media sosial di Indonesia

Copyright© AreWeSocial 2015

Laporan ini setidaknya memperlihatkan bahwa netizen (masyarakat online) di Indonesia kini semakin meningkat populasinya. Dari hal tersebut pula, diasumsikan bahwa warga negara aktif dengan corak aktivismenya yang unik juga muncul di dunia online. Konsekuensi lainnya, yaitu adanya keterkaitan konten online dengan permasalahan dunia nyata yang saat ini sudah lumrah adanya. Masih berkaitan dengan permasalahan dana yang biasanya menjadi kendala bagi mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan sosial, dengan penggunaan untuk dimulai dan agar tetap berkesinambungan, dunia online ini menawarkan jalan baru untuk mengentaskan masalah tersebut.

(24)

7

penggalangan dana secara informal dan mandiri. Penggalangan dana tersebut dimaksudkan untuk mendanai proyek ataupun usaha melalui platform online sehingga cakupannya bisa lebih meluas dan beragam sasarannya. Selain menjadi jalan masuk untuk dapat mengakses modal sosial, platform yang sedang berkembang di seluruh dunia ini juga telah berkembang cukup pesat dengan hasil penggalangan dana yang sudah mencapai $ 2,67 Milyar di seluruh dunia. (Massolution, 2013). Dari Grafik 1 kita bisa melihat bahwa jika dibandingkan dengan seluruh lokasi di seluruh dunia, wilayah Amerika Utara dan Eropa masih unggul dalam penggalangan dana ini. Mengacu pada laporan Massolution (2013), jika dibandingkan dengan tahun 2011, pasar crowdfunding di wilayah Amerika Utara mengalami kenaikan sebanyak 105%, sedangkan Eropa mencapai 65%. Fenomena ini menunjukkan bahwa crowdfunding semakin dilirik khususnya untuk usaha pada segmen komersil.

(25)

Sedangkan di level nasional, crowdfunding baru muncul dan dikenal di Indonesia sekitar tahun 2012 dengan beberapa pioneer seperti Patungan.net, AyoPeduli.com dll. Mengacu pada Grafik 2, platform crowdfunding mulai naik tingkat pencariannya pada tahun 2013 dan itu pun didominasi oleh wilayah Jakarta.

Grafik 2 Pencarian dengan keyword "Crowdfunding" di Google wilayah Indonesia

Memandang Crowdfunding dari latar komersial, ternyata dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, antara lain; not-for-profit (nirlaba), for profit (usaha) dan intermediate (Hemer, 2011). Proyek-proyek yang banyak terlaksana di Indonesia cenderung mengarah pada bentuk nirlaba, di mana proyek yang dimaksud bertujuan untuk kepentingan masyarakat dalam lingkup kepedulian terhadap isu kesehatan masyarakat, infrastruktur umum, pembangunan dari dana hibah asing, amal, proyek penelitian umum, software opensource dan sebagainya. Oleh karena itu, saat ini crowdfunding menjadi sarana kontemporer bagi pihak yang memiliki ide dan keinginan untuk membuat tindakan dan pengelolaan project di masyarakat, namun memiliki keterbatasan pada pendanaan, pengalaman dan bimbingan. Sarana tersebut tentu memiliki potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran untuk menumbuhkan kepedulian pada sesama. .

(26)

9

Grafik 3 10 Kategori Terpopuler dalam Crowdfunding

Proyek nirlaba yang diklasifikasikan pada volunteerism menjanjikan terciptanya dampak yang baik pada aspek civic engagement para partisipannya. (Caputo, et. al 2009; Morton, et. al, 2012; Henderson, et. al. 2012). Walau studi lain menunjukkan bahwa partisipasi dalam agensi pelayanan sosial melalui volunteering atau donasi tidak selalu menunjukkan civic engagement yang lebih baik (Schneider, 2007). Civic Engagement diterjemahkan Thomas Ehrlich dengan definisi usaha untuk membuat perubahan dalam kehidupan bermasyarakat dan mengembangkan kombinasi dari pengetahuan, kemampuan, nilai dan motivasi untuk perubahan tersebut. (Ehrlich, 2000, hal. vi) Ini artinya hal tersebut dapat mendorong kualitas kehidupan dalam masyarakat melalui jalur politik dan nonpolitik sekaligus. Crowdfunding berada dalam dimensi pelayanan/ pengabdian masyarakat dan volunteerisme, apalagi social cause atau proyek sosial menjadi kategori paling populer bila kita melihat Grafik 3, darinya kita bisa berasumsi bahwa proyek sosial termasuk satu dari sekian varian tipe Civic Engagement.

(27)

Jika dicermati konsep Crowdfunding ini sejalan dengan Civic Engagement (Keterlibatan/Partisipasi Warga) yang termasuk dalam ranah Civic Education (Pendidikan Kewargaan). Jika Davies (2014) menyebut Crowdfunding adalah Pollada Online1, maka untuk konteks Indonesia, Crowdfunding adalah wujud dari Gotong-royong secara Online. Gotong-royong merupakan kepribadian atau karakter bangsa Indonesia. Hal ini pula yang menjadi cikal bakal perumusan Pancasila. Nilai-nilai Pancasila pada dasarnya mencerminkan kehidupan bangsa Indonesia. Semangat gotong-royong telah mengilhami lahirnya sila-sila Pancasila yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa. Kearifan lokal yang mempunyai muatan Civic Engagement yang menjadi tradisi di tengah masyarakat Indonesia dan merupakan warisan para leluhur bangsa.

Pembelajaran PKn di sekolah dan perguruan tinggi menekankan pada aspek teoritik tentang warga negara dan pemerintah serta hubungan warga negara dengan warga negara dan warga negara dengan pemerintah. Namun seiring perkembangannya, terjadi perluasan makna Civics yang melampaui mekanisme pemerintahan dengan memasukkan kesejahteraan masyarakat kedalamnya. Dan mengingat spektrum ke-PKn-an tidak hanya terdapat di bangku sekolah, tetapi juga ada dan harus hidup di tengah masyarakat (socio-cultural). Crowdfunding berpotensi bisa menjadi sarana yang baik untuk pendidikan kewarganegaraan dan membudayakannya dalam aspek Civic Engagement. Platform crowdfunding bisa menambah pemahaman nyata, dengan pengetahuan berdasarkan kondisi aktual di lapangan. Lalu dilanjutkan dengan harapan bisa menjawab kebutuhan masyarakat, dan melibatkan kolaborasi antara masyarakat dan kampus (sekolah).

Model Crowdfunding yang memiliki karakteristik seperti dibahas sebelumnya tersebut, dipercaya bisa dimanfaatkan sebagai salah satu instrumennya. Di era digital seperti saat ini, situs-situs Crowdfunding yang cakupannya mulai dari Internasional sampai ke level nasional banyak tersedia. Melihat keberhasilan proyek-proyek yang telah terlaksana sebelumnya inilah menjadikan platform crowdfunding terlihat menawan. membuat model

(28)

11

crowdfunding ini menjadi menarik. Mekanisme yang tidak terlalu rumit, tidak bermodalkan biaya besar untuk memulainya dan bisa untuk semua jenis proyek, termasuk proyek-proyek atau kegiatan yang bergerak di bidang sosial dan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, penggagas proyek dituntut untuk menjadi kreatif dan inovatif terhadap proyek yang diajukan, dan keorisinalitasan proyek diutamakan.

Banyak penelitian yang mengkaji civic engagement, crowdfunding dan social responsibility walau hanya terbatas pada dimensi masing-masing. Misalkan penelitian mengenai civic engagement yang terkait dengan generasi muda dan kampus (Ostrander, 2004; Swaner, 2011; Bhangaokar & Mehta, 2012; Henderson, Pancer, & Brown, 2013), atau pada masa pensiun (Adler & Goggin, 2005), berpartisipasi dalam demokrasi (Bowman, 2011) dan relasi antara civic engagement dan sosial kapital (Schneider, 2007; Kalu & Remkus, 2009). Sementara itu untuk crowdfunding, di Indonesia masih terbatas penelitian yang mengkaji mengenai crowdfunding, antara lain studi yang menilik crowdfunding dari sisi sistem aplikasi data (Gunarsa, Ramadhan, & Saputra, 2012), penerapan crowdfunding di Indonesia dan mencari perbedaannya dengan penggalangan model lainnya (Rahayu, 2013). Sementara itu penelitian crowdfunding di level internasional antara lain penelitian dengan tema konsep dasar crowdfunding dan dampak setiap konsep (Dehling, 2013), pengembangan crowdfunding donation-based bernama Civic Crowdfunding (Davies, 2014), faktor keberhasilan proyek dan kampanye crowdfunding (Willems, 2013; Paykacheva , 2014), crowdfunding pada perspektif enterpreneurship (Hemer, 2011) dan motivasi-motivasi para donatur. (Harms, 2007). Dari kajian-kajian di atas, peneliti belum menemukan penelitian crowdfunding pada dimensi dan relasinya dengan pendidikan. Dan untuk penelitian social responsibility (tanggung jawab), membahas kaitannya dengan pendidikan karakter di sekolah (Fitriyadi, 2014; Dianti, 2014) dan pengembangan social responsibility pada orang dewasa (Wray-Lake, 2010).

(29)

responsibility di tengah - tengah kehidupan bermasyarakat dalam latar pendidikan. Dengan memfokuskan studi pada proyek Bantu Baca oleh Istana Baca Anak Banten (Isbanban) di kitabisa.com, penelitian ini melihat bagaimana crowdfunding bisa berkontribusi pada civic engagement dan social responsibility mahasiswa pada setiap prosesnya. Dalam latar Civic Engagement, penelitian ini juga melihat relasi antara kampanye yang dilakukan dalam proses crowdfunding dengan social responsibility pemilik proyek beserta volunteer-nya yang berstatus mahasiswa. Dan terakhir, penelitian ini mencari tahu lebih jauh kompleksitas dari motivasi-motivasi partisipan untuk mengambil perannya dalam proyek-proyek crowdfunding serta merumuskan pengembangan keterlibatan warga negara melalui media penggalangan dana online tersebut.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, ditemukan beberapa persoalan penting yang berkaitan dengan praktek keterlibatan warga negara.

(30)

13

Sekaitan dengan permasalahan di atas, maka rumusan masalah secara umum yang diajukan ialah: Bagaimana mekanisme dan hasil dari pengembangan keterlibatan warga negara melalui penggalangan dana online

untuk memupuk tanggung jawab sosial mahasiswa?, khususnya yang

terlaksana pada proyek crowdfunding Bantu Baca oleh organisasi Istana baca anak Banten di platform kitabisa.com.

C. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Penulisan tesis ini pada dasarnya ingin menjawab pertanyaan yang berfungsi sebagai rumusan masalah yang bersifat umum seperti diatas yaitu “Bagaimana mekanisme dan hasil dari pengembangan keterlibatan warga negara melalui penggalangan dana online untuk memupuk tanggung jawab sosial mahasiswa?”. Hal ini dasarkan pada asumsi-asumsi bahwa; Pertama, mahasiswa yang terlibat dan aktif sebagai partisipan dalam proyek crowdfunding, akan memiliki pengalaman yang kuat dalam membangun tanggung jawab sosial pada latar keterlibatan warga negara. Kedua, mahasiswa yang aktif dalam penggalangan dana online akan memiliki pengalaman sosial dalam membentuk kemampuan keterlibatan warga negara di ranah online dan offline. Ketiga, crowdfunding bisa menjadi penunjang dalam pendanaan aksi sosial untuk memupuk rasa tanggung jawab sosial dan keterlibatan warga negara pada mahasiswa. Keempat, Mahasiswa yang terlibat di dalam proyek-proyek Crowdfunding tersebut bisa memiliki kualitas dan pengalaman yang lebih baik dalam memperkuat implementasi mengenai keterlibatan warga negara di perguruan tinggi untuk menunjang tanggung jawab sosial sebagai salah satu tujuan PKn.

Agar lebih terarah, maka fokus masalah di atas dirinci dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana eksistensi crowdfunding, keterlibatan warga negara, dan tanggung jawab sosial pada kalangan mahasiswa?

(31)

3. Bagaimana relasi keterlibatan warga negara dan tanggung jawab sosial dalam setiap proyek-proyek crowdfunding?

4. Bagaimana dampak proyek crowdfunding pada mahasiswa yang menjadi partisipan dalam aspek tanggung jawab sosial?

5. Bagaimana mekanisme pengembangan keterlibatan warga negara melalui crowdfunding untuk memupuk tanggung jawab sosial pada kalangan mahasiswa?

D. Paradigma Penelitian

Dalam metodologi penelitian, Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku yang di dalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu). Capra (1996) mendefinisikan paradigma sebagai ‘konstelasi konsep, nilai-nilai persepsi dan praktek yang dialami bersama oleh masyarakat, yang membentuk visi khusus tentang realitas sebagai dasar tentang cara mengorganisasi dirinya’. (Moleong, 2010, hal. 49) Dari dua paradigma yang sering digunakan (naturalistic atau kualitatif dan positivisme atau kuantitatif), penelitian ini menggunakan paradigma penelitian naturalistic atau kualitatif.

Dengan demikian penelitian ini mengacu pada paradigma kualitatif yang dirinci oleh Lincoln and Guba (Alwasilah, 2009, hal. 78-79) sebagai berikut:

1. Latar tempat dan waktu penelitian yang alamiah

2. Manusia atau peneliti sendiri sebagai instrumen pengumpul data primer

3. Penggunaan pengetahuan yang tidak eksplisit 4. Metode kualitatif

5. Pemilihan sampel penelitian secara purposive 6. Analisis data secara induktif atau bottom up

7. Teori dari dasar yang dilandaskan pada data secara terus menerus 8. Cetak biru penelitian mencuat dengan sendirinya

(32)

15

11.Tafsir idiografik atau kontekstual 12.Penerapan tentatif dari hasil penelitian

13.Batasan dan cakupan penelitian ditentukan oleh fokus penelitian, dan 14.Mengikuti kriteria khusus untuk menentukan keterpercayaan dan mutu

penelitian

Penelitian ini berangkat dari pendapat Winataputra dalam (Wahab & Sapriya, 2011, hal. 97), bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan struktur keilmuan yang memiliki paradigma sistemik di dalamnya terdapat tiga domain, yaitu Pertama, Domain Akademis, pemikiran yang berkembang di lingkungan komunitas keilmuan. Kedua, Domain Kurikuler, dimana konsep dan praksis PKn dalam dunia pendidikan formal dan nonformal. Ketiga, Domain Kultural, konsep dan praksis PKn di lingkungan masyarakat.

Ketiganya memiliki saling keterkaitan struktural dan fungsional yang diikat oleh civic virtue dan civic culture yang mencakup civic knowledge, civic disposition, civic skills, civic confidence, civic commitment dan civic competence. Keseluruhan aspek tersebut juga terpadu pada civic engagement dan perbedaan ada pada konteks pengajarannya, citizenship education mepunyai locus di persekolahan sedangkan civic engagement di perguruan tinggi. Selaras dengan pendapat Jacoby dan Hollander, “Educating students for civic engagement is a fundamental value of higher education and essential for future....”(Jacoby, 2009, hal. 227). Jadi dengan obyeknya mahasiswa, kajian ini bisa dianggap tepat seperti pendapat tersebut.

(33)

Sementara sisi Social Responsibility menjadi perhatian utama di antara tiga sisi psikologis lainnya yang terlibat dalam Civic Engagement antara lain Empathy,Ethics dan Values agar terfokus. Dimensi ini pula yang dikutip oleh Jacoby (2009)

“Civic engagement is acting on a heightened sense of responsibility to one’s communities that encopasses the notions of global citizenship and interdepence, participation in building civil society, and empowering individuals as agents of positive social change to promoto social justice locally and globally”

Penelitian ini berangkat dari fakta bahwa instrumen untuk menunjang kehidupan masyarakat yang madani (civil society) belum begitu tereksplorasi dengan maksimal. Instrumen tersebut mulai dari budaya, filosofi bangsa, kekayaan khazanah Indonesia sampai instrumen terkini yaitu kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi khususnya di dunia internet.

(34)

17

Bagan 1 Paradigma Penelitian

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Ingin mendeskripsikan berbagai hal tentang eksistensi crowdfunding, civic engagement dan social responsibility di mahasiswa.

(35)

c. Ingin mendeskripsikan hubungan antara civic engagement dan social responsibility dalam proyek-proyek crowdfunding di kalangan mahasiswa.

d. Ingin mengkaji dan menganalisis dampak proyek crowdfunding yang telah dilakukan oleh mahasiswa yang menjadi partisipan dalam dimensi social responsilibity

e. Ingin melihat peran dan bentuk partisipasi dari masyarakat dan pemerintah dalam menyukseskan proyek crowdfunding dan terciptanya civic engagement pada mahasiswa

f. Ingin mendeskripsikan mekanisme pengembangan Civic Engagement melalui crowdfunding dalam memupuk social responsibility pada mahasiswa

2. Manfaat/ Signifikansi Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat/signifikansi sebagai berikut:

a. Manfaat/ Signifikansi dari segi Teori

1. Menjadi sumbangan bagi akademis khususnya Ilmu Pendidikan Kewarganegaraan untuk memperkaya pengetahuan dalam menghadapi isu-isu yang berkembang di bidang kesejahteraan sosial di masyarakat dalam latar civic engagement.

2. Menjelaskan relasi antara civic engagement dan social responsibility pada aksi sosial di era aktivisme internet.

3. Memberikan pemahaman yang dianggap tepat kepada masyarakat agar memahami peran dan tanggung jawabnya dalam pencapaian sasaran pelaksanaan Civic Engagement dalam kegiatan Crowdfunding.

b. Manfaat/ Signifikansi dari Segi Kebijakan

(36)

19

2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah dalam menyusun kebijakan dan peraturan terkait pemberdayaan masyarakat berbasis masyarakat seperti Crowdfunding.

c. Manfaat/ Signifikansi dari Segi Praktik

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan masukan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya implementasi teori PKn di kehidupan akademik dan bermasyarakat.

d. Manfaat/ Signifikansi dari Segi Isu dan Aksi Sosial

1. Sebagai alat untuk memberikan informasi mengenai pengalaman dan dampaknya pada proyek-proyek crowdfunding untuk aksi sosial dalam mewujudkan civic engagement di kalangan mahasiswa khususnya,c dan masyarakat pada umumnya.

2. Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik Civic Engagement yang dilakukan para partisipan Crowdfunding selama ini sudah efektif dan efisien.

3. Sebagai referensi untuk mendukung bagian pendanaan pada aksi-aksi sosial dalam latar civic engagement dan memupuk social responsibility pada setiap pelaksanaan perubahan sosial demi menuju kondisi yang lebih baik.

F. Struktur Organisasi Tesis

(37)

Pada bab pendahuluan secara rinci akan mendeskripsikan latar belakang penelitian, Identifikasi dan perumusan masalah, Fokus masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan struktur organisasi tesis. Pada bab Tinjauan Pustaka, terlebih dahulu peneliti akan mendeskripsikan tentang kajian-kajian atau teori-teori mengenai Crowdfunding, Civic Engagement dan Social Responsibility serta beberapa penelitian terdahulu sebagai pendukung serta penelitian ini.

Bab selanjutnya adalah metode penelitian. Pada bab ini terdiri atas uraian lokasi dan subyek penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen dan peran peneliti, penentuan subyek penelitian dan sumber data dan analisis data induktif.

(38)

21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keterlibatan Warga Negara

1. Pengertian Keterlibatan Warga Negara

Pendefinisian Civic engagement (Keterlibatan warga negara) bergantung pada perspektif dan kepentingan pembuat definisinya. (Jacoby, 2009; Adler & Goggin, 2005) Mengutip pendapat Jacoby (2009) bahwa “civic engagement is a complex and polyonymous concept”, mengingat para praktisi dan sarjana masih menggunakan bermacam-macam nama untuk hal ini. Ramaley menjabarkan perspektif dan kepentingan civic engagement yang dimaksud antara lain; Civic engagement as community service, Civic engagement as collective action, Civic engagement as political involvement dan terakhir Civic engagement as social change. (Adler & Goggin, 2005).

Dari berbagai pendapat yang berhasil didapat, Civic Engagement bisa didefinisikan dengan bagaimana warga negara secara individual ataupun kolektif berpartisipasi aktif di kehidupan bermasyarakat berdasarkan keterampilan, keahlian, pengetahuan, yang berkombinasi dengan nilai-nilai, motivasi dan komitmen untuk melakukan perubahan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat menjadi lebih baik. (Jacoby, 2009; Adler & Goggin, 2005; Ehrlich, 2000; Carpini & Keeter, 1996)

(39)

Civic engagement means working to make a difference in the civic life of our communities and developing the combination of knowledge, skills, values and motivation to make that difference. It means promoting the quality of life in a community, through both political and nonpolitical processes.

Jika dialihbahasakan dari kalimat di atas, Civic Engagement berarti bekerja untuk membuat perbedaan pada kehidupan masyarakat sipil dan mengembangkannya dengan kombinasi pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan motivasi untuk membuat perbedaan itu. Segala aktivitas yang berkaitan dengan peningkatan kualitas kehidupan di masyarakat, baik melalui proses politik ataupun proses non-politik. Pada definisi ini cukup jelas aktivitasnya lebih meluas dari sekedar penanganan permasalahan sosial seperti definisi dari Carpini. Aktivitas tersebut bisa partisipasi pada kegiatan budaya dan seni ataupun organisasi, tentu aktivitas tersebut untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, bukan sekedar “address issues of public concern” belaka.

Ramaley yang dikutip oleh Addler & Goggins (2005) mengatakan bahwa narasi definisi civic engagement bergantung pada perspektif dan kepentingan pembuat definisi tersebut. Untuk itu ia mencontohkan dan membaginya secara spesifik menjadi beberapa hal, antara lain;

a. Civic engagement as community service, yaitu civic engagement diartikan sebagai tugas dan kewajiban individu untuk merangkul dengan tanggung jawab kewarganegaraan untuk secara aktif berpartisipasi, secara individu atau bersama dengan orang lain, dalam kegiatan pelayanan sukarela yang memperkuat masyarakat setempat. b. Civic engagement as collective action, yaitu civic engagement diartikan

sebagai kegiatan di mana orang-orang datang bersama-sama dalam peran mereka sebagai warga negara. Disini seorang individu, melalui tindakan kolektif, mempengaruhi masyarakat sipil yang lebih besar. c. Civic engagement as political involvement, yaitu civic engagement

(40)

23

melibatkan partisipasi aktif dan kepemimpinan dalam kehidupan publik.

d. Civic engagement as social change yaitu civic engagement diartikan sebagai partisipasi dalam kehidupan masyarakat dalam rangka untuk membantu membentuk masa depan dengan perubahan sosial.

Jika menyimak pemaparan dari Maraley tersebut, cukup menegaskan bahwa spektrum dari civic engagement cenderung elastis dan meluas. Para ilmuwan dan praktisi menggunakan beragam istilah untuk menamai dan menggunakan civic engagement tersebut sesuai dengan konsep yang dituju dan digunakanya. Oleh karena itu pula, Jacoby (2009, hal 5-6) berkata “Civic engagement is a complex and polyonymous concept”.

Lebih jauh Jacoby memperluas cakupannya dengan statemen “Civic Engagement is defined as acting upon a heightened sense of responsibility to one's communities”. (Jacoby, 2009, hal. 9) Kali ini terlihat cakupan yang lebih luas dari sekedar sebuah aktivitas semata, Tapi sudah masuk pada ranah psikologi, yaitu rasa tanggung jawab, sehingga bisa memotivasi untuk melakukan partisipasi untuk membangun masyarakat madani, dan memberikan manfaat untuk kebaikan bersama. Bagian yang esensial dari civic engagement adalah rasa tanggung jawab pada sesuatu yang lebih dari sekedar kepentingan pribadi (Lawry, Laurison, & VanAntwerpen, 2006).

(41)

Bagan 2 An IntegrativeTheory of Civic Engagement Sumber: The Psychology of Citizenship and Civic Engagement. S. Mark Pancer Copyright©

(42)

25

2. Karakteristik Civic Engagement

Jacoby (2009) menjabarkan gagasan dari Coalition for Civic Engagement and Leadership bahwa diperlukan beberapa hal dibawah ini untuk bisa disebut sebagai civic engagement, antara lain;

 Belajar dari yang lain, diri sendiri, dan lingkungan untuk mengembangkan perspektif informasi tentang isu-isu sosial  Menghargai keragaman dan membangun jembatan di

perbedaan

 Berperilaku dan bekerja melalui kontroversi, dengan kesantunan

 Mengambil peran aktif dalam proses politik

 Berpartisipasi aktif dalam kehidupan publik, berupaya dalam memecahkan masalah publik dan pelayanan masyarakat

 Bertindak dalam kepemimpinan dan keanggotaan pada organisasi

 Mengembangkan empati, etika, nilai dan rasa atas tanggung jawab sosial

 Mempromosikan keadilan sosial secara lokal dan global.

Sedangkan S. Mark Pancer (2015) berpendapat bahwa ukuran paling komprehensif untuk dapat menjelaskan civic engagement ialah yang mengacu pada instrumen survey dari Center for Information and Research on Civic Learning and Engagement (CIRCLE). Survey yang dilakukan oleh CIRCLE tersebut berisi 19 item yang dibagi pada tiga kategori, yaitu

a. Civic activities yaitu termasuk aktivitas menolong orang, meningkatkan komunitas lokal. Terdiri dari tingkah laku seperti bekerja sebagai volunteer atau bekerja dengan kelompok lokal untuk memecahkan masalah di masyarakat.

(43)

c. Political voice yaitu aktivitas di mana memperlihatkan sudut pandang terkait isu sosial yang penting dengan melakukan protes atau mem-boycott produk tertentu.

Kedua pandangan di atas pada dasarnya memiliki banyak kesamaan, hanya saja yang pertama tidak dikategorisasikan sehingga terlihat cukup meluas, berbagai dimensi dijabarkan secara runut, mulai dari refleksi, motivasi, partisipasi sampai dengan promosi. Sedangkan kategori dari CIRCLE terlihat berbasis pada aktivitas yang dijalankan.

3. Civic Engagement dalam Citizenship Education

Dalam pembahasan mengenai posisi civic engagament dalam citizenship education, kita bisa merujuk pada diskursus mengenai arti sempit civics education dan arti luas citizenship education di antara Stanley E. & Ruth B. Dimond dan Gross & Zeleny (Wahab & Sapriya, 2011, hal. 32). Di dalamnya disebutkan bahwa citizenship education dalam arti luas banyak berbicara mengenai keterlibatan dan partisipasi warga negara dalam permasalahan-permasalahan di tengah masyarakat. Hal tersebut dekat dengan istilah yang digunakan oleh Bryony Hoskins dan Massimiliano Mascherini (2009), yaitu active citizenship (Warga negara yang aktif), mereka mendefinisikannya sebagai:

“participation in civil society, community and/or political life, characterized by mutual respec and non-violence and in accordance with human rights and democracy” (Hoskins & Mascherini, 2009, hal. 462)

(44)

27

partisipasi demokrasi, hak azasi manusia dan tidak diskriminatif. (Pancer, 2015, hal. 3)

Menurut Pancer (2015), ada keterkaitan yang erat antara gagasan dari citizenship dan konsep civic engagement. Apalagi jika melihat definisi civic engagement dari Carpini: individual and collective actions designed to identify and address issues of public concern” (Carpini & Keeter, 1996). Dari keempat aspek yang disebutkan oleh Hoskins & Mascherini diatas, terlihat jelas bahwa gagasan active citizenship cukup dekat dengan civic engagement dalam berkontribusi untuk menangani dan mengentaskan permasalahan publik. Selain kecocokan gagasan dan konsep tersebut, diperlukan sebuah ekosistem yang menunjang untuk fusi civic engagement dan citizenship education tersebut untuk menciptakan warga negara yang aktif.

Menciptakan lingkungan dan institusi yang memiliki atmosfer kondusif untuk pengembangan civic engagement bisa dilakukan dengan berbagai cara dan media. Pendidikan di arena civic engagament meliputi

democratic classroom, the use of publis spaces, the role of students in campus governance, policies that encourage student initiative and the overall approach to the role of student affairs professionals. (Jacoby, 2009, hal. 229)

Keikutsertaan mahasiswa dalam perannya untuk masyarakat menjadi prioritas dalam setiap program kampus agar bisa menyiapkan mahasiswa untuk paham akan identitasnya, berkomunikasi dengan mereka yang berbeda dengannya, membangun jembatan penghubung dalam perbedaan kultur untuk menyelesaikan tugas, dan berjuang dengan isu kekuasaan dan penindasan. Dengan misi utamanya yaitu berkontribusi dalam melakukan upaya perubahan sosial (social change).

(45)

masyarakat dan dunia, ialah: a positive evaluation of human beings, a concern about other people’s well-being, and a feeling of personal responsibility for others’ welfare. Dari ketiga hal tersebut, nilai utamanya yang bisa dipetik adalah Social Responsibility. Perubahan sosial beranjak dari nilai tersebut, maka segenap elemen dalam pendidikan, dimulai dari keluarga oleh orang tua untuk membangun prosocial value orientation di atas dengan menyediakan konteks kepedulian untuk keluarganya sendiri, setelah itu bisa beranjak pada level yang lebih tinggi dan meluas, yaitu sekolah, perguruan tinggi, pemerintah dan masyarakat.

B. Penggalangan Dana Online (Crowdfunding)

1. Pengertian Crowdfunding

Terdapat beberapa definisi mengenai crowdfunding. Mayoritas literatur akademik sampai saat ini memandang crowdfunding sangat beragam dan meluas, yakni terdiri dari berbagai macam aktivitas dan beberapa mencoba menganalisanya dalam besaran istilahnya sebagai pasar, pola dasar dan struktur, serta efisiensinya sebagai mekanisme pendanaan sekaligus sebagai penerka kesuksesannya. (Davies, 2014, hal. 17)

Secara garis besar, Crowdfunding adalah metode dalam menghasilkan modal untuk mendanai proyek atau usaha dengan melakukan aktivitas penggalangan dana secara online, serta mengandalkan sebagian besar pada kepercayaan intrinsik orang yang menempatkan hubungan teman, keluarga dan komunitas di jaringan sosial sebagai afinitas2 masyarakat dan menggambarkan proses alih daya (outsource) yang berupa kumpulan investasi dari ukuran kecil sampai menengah dari individu, perusahaan dan komunitas internet dengan mengandalkan berbagai aset, sumber daya, pengetahuan atau keahlian mereka untuk mendapatkan dana. (infoDev, 2013; Dehling, 2013; Steinberg & DeMaria, 2012; Hemer, 2011; Ordanini, Miceli, Pizzeti, & Parasuraman, 2011)

Istilah dan konsep crowdfunding diambil dari istilah serupa yang sudah lebih dulu dikenal luas, yaitu crowdsourcing (Hemer, 2011). Crowdsourcing sendiri menggambarkan proses alih daya (outsource) suatu pekerjaan kepada sejumlah

(46)

29

individu, sekerumunan orang (komunitas internet) dan mengandalkan pada aset, sumber daya,pengetahuan atau keahlian mereka.

Ada perbedaan mendasar antara crowdsourcing dengan crowdfunding, walaupun keduanya memanfaatkan internet dan media sosial, namun hasil yang diharapkan memiliki tujuan yang berbeda. Crowdsourcing mengharapkan umpan balik, ide-ide dan saran untuk kepentingan proyeknya sementara crowdfunding dimanfaatkan untuk mengumpulkan dana demi terlaksananya suatu proyek. Hal ini terkait dengan pernyataan berikut ini

Crowdfunding involves an open call, mostly through the Internet, for the provision of financial resources either in form of donation or in exchange for the future product or some form of reward and/or voting rights. (Belleflamme, Lambert, & Schwienbacher, 2012)

Berangkat dari pernyataan tersebutlah kita bisa mengetahui bahwa crowdfunding itu melibatkan penawaran terbuka melalui internet untuk penyediaan sumber daya keuangan baik dalam bentuk sumbangan atau pertukaran untuk aset (pembelian inden) atau bentuk penghargaan tertentu dan/atau hak jajak suara). Pengertian ini menyiratkan bahwa dana yang dihasilkan oleh proyek crowdfunding digunakan dengan berbagai keperluan.

Sementara itu, dalam buku The Crowdfunding Bible (Steinberg & DeMaria, 2012) menjelaskan crowdfunding adalah proses meminta masyarakat umum untuk menyediakan atau memberi sumbangan untuk modal awal sebuah usaha baru. Dengan menggunakan teknik, pengusaha dan pemilik usaha kecil dapat melewati kaum pemodal dan investor, serta langsung memasarkan ide nya pada pengguna internet sehari-hari, yang berpotensi bisa menyediakan dukungan keuangan. Crowdfunding menjadi perhatian saat komunitas digital juga mengalamni peningkatan. Hal tersebut selaras dengan pendapat Green (2014, hal 88),

“The rise of the digital community has allowed more participants to find and join with their communities and disrupt these older forms of crowdfunding in unique and interesting ways, which will continue to evolve.”

(47)

yang dimediasi secara sosial dan mengandalkan sebagian besar pada kepercayaan intrinsik orang menempatkan pada sambungan bersama di jaringan sosial, afinitas masyarakat, dan pada peringkat dari orang lain, misalnya situs utama terpercaya. Dalam definisi ini, kepercayaan antara investor penting. Kepercayaan antara investor dan platform sama - jika tidak lebih - penting, dan itu adalah tantangan platform crowdfunding dari segala jenis akan menghadapi hari-hari ketika mereka mencoba untuk mendorong modal dari kerumunan kepada mereka yang membutuhkannya.

2. Karakteristik Crowdfunding

Bagian ini menjelaskan karakteristik berdasarkan dua kategori model crowdfunding yang berbeda, pertama model donasi yang mengumpulkan dana non-ekuitas dan kedua model investasi yang mengumpulkan dana untuk keperluan finansial. (infoDev, 2013)

(48)

31

 Pertama, Equity-based dimana penyandang dana menerima instrumen ekuitas atau pengaturan bagi hasil. Dengan kelebihan memiliki potensi untuk berbagi dalam profitabilitas usaha; Potensi yang tak terbatas untuk keuntungan finansial; Dapat menarik investor dalam jumlah relatif besar. Dan kekurangannya antara lain: Potensi mengalami kerugian dalam investasi; Pemegang saham adalah bawahan dari kreditur dalam hal kepailitan; Undang-undang sekuritas yang terkait dengan investasi crowdfunding mungkin kompleks.

 Kedua, Lending-based dimana penyandang dana menerima instrumen utang dengan tingkat suku bunga tetap dan pengembalian sesuai jadwal yang ditentukan. Dengan kelebihan antara lain: Laju pengembalian modal telah ditentukan atas kesepakatan peminjam dan pemberi pinjam; Dalam kasus kebangkrutan pemegang utang adalah pemegang saham senior; Status dijamin yang dapat memudahkan pengusaha untuk meningkatkan modal. Dan kekurangannya antara lain: Mungkin menjadi bawahan kreditor senior; Tingkat kegagalan dalam memulai mempunyai tingkat risiko yang sama dengan investasi ekuitas, tetapi dengan potensi kembali tertutup; Membutuhkan bisnis yang sudah menghasilkan cash flow.

(49)

membayar royalti jika memilih untuk beroperasi tanpa kekayaan intelektual yang dimaksud; Instrumen ini umumnya menarik investor skala kecil dibandingkan crowdfunding model investasi yang lain, sehingga pengusaha dapat merasa lebih sulit untuk meningkatkan modal dengan model ini.

Grafik 4 Pertumbuhan Crowdfunding dilihat dari Model

Menurut Ordanini (2011) ada tiga pemain dalam crowdfunding, Pertama, subyek yang menawarkan ide dan atau proyek yang ingin didanai. Orang-orang ini memilih crowdfunding sebagai akses langsung pada pasar dan mengumpulkan sokongan dana dari mereka yang tertarik dengan ide/proyek tersebut untuk mendukungnya. Kedua, sekumpulan orang yang memutuskan untuk mendukung proyek, menyikapi risiko dan mengharapkan pemberian imbalan. Ketiga,

(50)

33

organisasi crowdfunding, mereka yang menyediakan sarana untuk mengantarkan inisiatif baru menggunakan mekanisme crowdfunding.

3. Crowdfunding dalam Memupuk Keterlibatan Sosial

Crowdfunding bukanlah barang baru, hanya namanya saja yang baru, karena esensi dari crowdfunding ialah proses konversi dari sosial kapital jadi finansial kapital. (Green, 2014). Pada dasarnya crowdfunding memang bermain dengan berbagai sisi pada dimensi sosial, mulai dari titik awal sampai pendayagunaannya. Di sinilah pemekaran dan pemilihan area terbagi. Kali ini kita akan membahas secara khusus crowdfunding dengan orientasi sosial, derma atau non-profit.

Seperti dibahas sebelumnya, crowdfunding tipe ini termasuk pada kriteria Donation-based jika mengacu pada pembagian tipe menurut The World Bank (2013). Bahkan dari sektor inilah crowdfunding mengalami pengembangan sampai untuk tujuan mencari keuntungan pada berbagai macam bidang bisnis. Seperti disebutkan oleh Green (2014), “..to say that crowdfunding is rapidly changing the marketplace for gathering funds for benevolent causes, social enterprises, artists, some local for-profit enterprises, and other big ideas.”. Sektor sosial yang berbasis donasi pada platform ini menjadi cita rasa tersendiri untuk variasi kolam dana untuk dunia volunteer.

Donasi sangat dekat relasinya dengan charity (derma), karena bersifat sumbangan, ingin sekedar membantu dan kontribusinya tersebut didasarkan pada altruisme. Dalam kasus proyek crowdfunding reward-based, individu menerima sesuatu yang cenderung ‘sepele’ sebagai imbalan atas kontribusi mereka. (Gulati, 2014) Contohnya misalkan T-shirt, tiket ke acara proyek dan beberapa cinderamata. Tipe donasi dalam crowdfunding merupakan salah satu bidang terbesar dalam menggalang dana pada proyek crowdfunding, walau begitu ia tetap kategori yang paling lambat pertumbuhannya. (Crowdsourcing.org, 2012).

(51)

diselesaikan. Sehingga mereka bisa berlanjut pada permasalahan lainnya dalam proyeknya tersebut. Aktivitas sosial yang dilakukan dapat meningkatkan nilai dari para pemegang saham untuk perusahaan dan meningkatkan image serta keuntungan yang melebihi dari biaya yang dikeluarkan bagi enterpreneur. (Kopeć, 2014). Dari hal tersebut, justru tidak ada alasan untuk tidak melakukan keterlibatan sosial dalam usahanya bagi para pengusaha. Sedangkan untuk para individu atau organisasi nirlaba, keterlibatan sosial ini bisa ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya dengan melakukan proyek crowdfunding ini.

C. Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)

1. Pengertian Social Responsibility

Social responsibility adalah sebuah konsep yang digunakan oleh para ahli di berbagai domain. Misalnya, istilah ini telah disebut dalam bisnis untuk referensi Corporate Social Responsibility (Sen & Bhattacharya, 2001), yang digunakan dalam ilmu ekonomi dan ilmu politik dalam membahas sumber generalnya (Ostrom, 1990), dan katalog dalam psikologi positif sebagai kekuatan karakter dasar (Peterson & Seligman, 2006). Definisi bersama seluruh disiplin ilmu adalah bahwa social responsibility mencerminkan kekhawatiran yang melampaui diri sendiri (Gallay, 2006; Rossi, 2005). Dalam perkembangan secara literatur, social responsibility tumpang tindih dengan konstruksi altruisme (Batson, Ahmad, & Stocks, 2004) dan berada di bawah payung luas perkembangan prososial dan moral (Eisenberg & Morris, 2004). Social responsibility adalah orientasi prososial yang berakar pada moralitas dan pertimbangan etika (Kohlberg & Candee, 1984), dan meskipun konsep ini tidak secara eksplisit politis, social responsibility dapat menjadi dasar perkembangan bagi pandangan politik dan tindakan (Flanagan & Tucker, 1999).

(52)

35

kajian Pendidikan Kewarganegaraan dikenal pula Civic Responsibility, mengacu pada definisi dari Jennifer Self (2010) Civic Responsibility didefinisikan sebagai "tanggung jawab warga negara". Hal ini terdiri dari tindakan dan sikap yang terkait dengan pemerintahan yang demokratis dan partisipasi sosial. Tanggung jawab warga negara dapat mencakup partisipasi dalam pemerintahan, rumah ibadah, relawan dan keanggotaan asosiasi sukarela. Tindakan tanggung jawab sipil dapat ditampilkan dalam advokasi untuk berbagai penyebab, seperti politik, ekonomi, sipil, lingkungan atau masalah mutu hidup. (Foundation, 2012)

2. Karakteristik Social Responsibility

Dalam gagasan psikologis, social responsibility bisa dioperasionalkan sebagai nilai, kepercayaan dan kebiasaan. (Wray-Lake, 2010). Dalam operasionalisasi social responsibility sebagai nilai tersebut lebih berorientasi kognitif dari ekspresi emosi, contohnya empati, kontrol diri, rasa hormat, toleransi, dst. Nilai-nilai tersebut mencerminkan aspek utama dari jati diri, menyatukan dan memberikan koherensi identitas pribadi atau individu. Nilai juga menempati tingkat paling atas dalam urutan motivasi di mana bisa memandu keyakinan dan sikap dari pribadi tersebut.

Adapun karakteristik yang sama untuk orang yang mempunyai social responsibility (Borba, 2008, hal. 189-190), antara lain:

1. Mereka dikendalikan pedoman moral dalam diri mereka yang mengarahkan mereka berbuat baik terhadap orang lain

2. Dalam melakukan apa pun mereka tidak mengharapkan balasan. 3. Mereka takut mendapat hukuman jika tidak berbuat baik atau tidak

diterima lingkungan

4. Mereka simpatik bersikap baik karena mereka peduli dengan perasaan dan kebutuhan orang lain

3. Pembinaan Social Responsibility melalui Civic Engagement

(53)

mempelajarai keragaman,yang terangkum pada aktivitas melayani kebutuhan masyarakat. American Colleges and Universities (AAC&U) dalam laporan College Learning for the New Global Century (2007) dalam (Musil, 2009) mengatakan terdapat konsensus diantara institusi perguruan tinggi mengenai empat wilayah essential learning outcomes yang diperlukan oleh siswa untuk menjawab isu dunia yang terbentuk dari perubahan karakter yang dinamis, interdependensi, destabilisasi kesenjangan dan mudah berubah (volatility), yang antara lain:

Knowledge of human cultures and the physical and natural world

Through study in the sciences and mathematics, social sciences, humanities, histories, languages, and the arts

Intellectual and practical skills

Civic knowledge and engagement-local and global Intercultural knowledge and competence

Ethical reasoning and action

Foundations and skills for lifelong learning

Integrative and applied learning

Synthesis and advanced accomplishment across general and specialized education (hal.12)

Melihat konsensus di atas, tentu kita bisa mengartikan bahwa ada tantangan untuk mengalihbahasakannya pada kehidupan akademik dan ko-kurikuler siswa dan pada praktek sehari-hari dan peraturan-peraturan institusi. Pembinaan yang bisa dilakukan untuk menjewantahkan gagasan tersebut telah dikembangkan oleh model yang bernama Civic Learning Spiral. Dipengaruhi oleh prinsip interaktif dan integratif, spiral tersebut mempunyai enam elemen, antara lain: self, communities and cultures, knowledge, skills, values, dan public action. (Musil, 2009)

Gambar

Gambar 1 Pengguna website, mobile, dan media sosial di Indonesia
Grafik 1 Global Crowdfunding Volumes; The Crowdfunding Map
Grafik 2 Pencarian dengan keyword "Crowdfunding" di  Google wilayah Indonesia
Grafik 3 10 Kategori Terpopuler dalam Crowdfunding
+7

Referensi

Dokumen terkait