• Tidak ada hasil yang ditemukan

INOVASI DAN PENCIPTAAN dan KESEJAHTERAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INOVASI DAN PENCIPTAAN dan KESEJAHTERAAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

INOVASI DAN PENCIPTAAN KESEJAHTERAAN (WELFARE) DI NEGARA BERKEMBANG

Trihadi Pudiawan Erhan, SE, M.S.E. (erhan1202@yahoo.co.id)

PENDAHULUAN

Tidak mudah untuk dapat mendifinisikan welfare secara pasti. Banyak ekonom yang kemudian mengasosiasikan welfare dengan kualitas hidup. Manqiw N. Gregory, Quah Euston, dan Wilson

Peter (2008) menyatakan bahwa tingkat welfare suatau bangsa tergantung akan tergantung dari kemampuan bangsa tersebut untuk memproduksi barang dan jasa. Kemampuan memproduksi

suatu barang dan jasa dari suatu bangsa yang kemudian tercemin dari Produk Domestik Bruto

(PDB) yang dapat dihasilkan oleh negara tersebut.

Walaupun bukan merupakan satu-satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan, PDB adalah

merupakan sebuah pengukuran welfare yang saat ini masih sering digunakan. Kelemahan dari pengukuran dengan menggunakan PDB adalah pendekatan ini hanya mampu untuk welfare

materi saja. Pendekatan welfare dengan materi digunakan dengan menggunakan asumsi bahwa peningkatan welfare materi akan juga meningkatkan kualitas hidup.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah kemampuan berproduksi barang dan jasa kemudian akan

mempengaruhi kualitas hidup melalui welfare materi. Hal ini kemudian berarti sebuah bangsa harus dapat selalu mencari cara untuk memproduksi barang dan jasa dengan lebih baik

(kualitas) dan atau lebih banyak (kuantitas) untuk menjamin terjadinya peningkatan

kesejahteraan. Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi tersebut dapat bersumber dari

peningkatan tenaga kerja, modal fisik, ataupun tenaga kerja.

Bagi negara berkembang, untuk mengejar pertumbuhan negara maju tidak cukup hanya dengan

mengandalkan penambahan tenaga kerja, modal fisik, ataupun tenaga kerja semata. Salah satu

cara yang dapat digunakan oleh negara-negara berkembang untuk mengejar kertinggalan

tersebut adalah dengan menggunakan inovasi. Inovasi adalah kekuatan yang paling penting

untuk mendorong terjadinya perubahan ekonomi (Fransman 1999). Inovasi dapat mendorong

negara berkembang untuk dapat mengejar ketertinggalan dengan negara berkembang karena

inovasi dapat mengungkit kemampuan berproduksi suatu negara tanpa harus menambah jumlah

(2)

Untuk dapat melihat hubungan antara kedua hal terbut, diperlukan pemahaman yang

komprehensif mengenai konsep inovasi, dan kesejahteraan. Pemahaman terhadap kedua konsep

tersebut dapat membantu kita untuk dapat mencoba melihat dampak dari terjadinya inovasi

terhadap welfare suatu negara, terutama negara berkembang. Tulisan ini akan mencoba meguraikan secara mendalam mengenai hubungan atara inovasi dengan penciptaan welfare di

negara-negara berkembang.

WELF ARE DI NEGARA BERKEMBANG

Apakah negara maju lebih sejahtera dari negara berkembang? Hal yang kita ketahui bersama,

negara berkembang adalah negra yang diklasifikasikan oleh World Bank berpenghasilan rendah dan menengah. Bila digabungkan, negara yang memiliki penghasilan rendah dan mengengah

(negara berkembang) menghasilkan pendapatan nasional sebesar enam triliun dolar, sementara

negara berpendapatan tinggi (negara maju) menghasilkan pendapatan nasional sebesar 25 triliun

dolar (Ray 2007). Dari fakta tersebut dapat kita lihat bahwa negara maju jauh lebih kaya dari negara berkembang, pertanyaan yang kemudian muncul adalah: “Apakah kekayaan adalah hal yang menentukan kesejahteraan?”. Untuk dapat menjawab pertaan itu maka terlebih dahulu kita harus tahu definisi dari kesejahteraan/welfare.

Pembahasan pada bagian ini akan dimulai dengan melihat definisi dari kesejateraan dari kamus

oxford. Kamus oxford mendefinisikan welfare sebagai: 1 kondisi sejahtera, kebahagiaan; kesehatan dan kemakmuran (dari individu, komunitas, dan lain-lain). 2 prosedur menurut

undang-undang atau usaha sosial yang dirancang untuk mendukung welfare dasar fisik dan materi dari orang-orang yang membutuhkan. Kata welfare menurut sejarah terasosiasi dengan

kebahagiaan dan kemakmuran, dimana pemahaman pertama dari istilah tersebut pertama kali

muncul pada abad ke 20 (Williams 1976).

Secara historis, konsep welfare sangat sulit untuk diuraikan. Hal ini dikarenakan dalam

perkembangannya banyak sekali timbul pemahaman yang berbeda-beda mengenai

kesejahteraan. Perbedaan tersebut timbul karena kosep wellfare mengandung banyak sekali elemen di dalamnya. Menurut Bent Greve (2008), welfare adalah relasi dari dan ide yang

berasal dari berbagai macam disiplin ilmu dan pendekatan, termasuk di dalamnya ekonomi,

(3)

Karena sulitnya mendefinisikan welfare secara pasti banyak yang kemudian mereduksi konsep

tersebut ke dalam format yang lebih terukur. Kesejahteraan sering sekali diasosiasikan dengan

kekayaan. Sulit untuk menyangkal pandangan tersebut, karena masyarakat yang hidup di negara

yang kaya pada umumnya memiliki kesejahteraan yang relatif lebih baik dari negara miskin.

Negara kaya memiliki kemampuan untuk memproduksi berbagai macam jenis barang dan jasa

yang memiliki nilaik yang tinggi. Kita juga tahu bahwa negara kaya memiliki cadangan devisa

besar yang mendasari kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam perdangan internasional

dan mendapatkan uang yang lebih banyak dari kegiatan tersebut yang selanjutnya akan

digunakan untuk memproduksi lebih banyak lagi barang dan jasa.

Walaupun kekayaan bukanlah merupakan pendekatan yang sempurna, banyak ahli yang

kemudian bersepakat bahwa kekayaan yang kemudian di ukur dengan menggunakan PDB

adalah merupakan indikator yang baik untuk melihat welfare. Akan tetapi, selain PDB harus juga dilihat beberapa indikator lain seperti kebahagiaan masyarakat, pengeluaran anggaran

publik, angka kemiskinan, dan pemerataan kekayaan. Setelah mengendalikan karakteristik

manyarakat dan negara, kekuatan makroekonomi telah menjadi tanda dan secara statistik kuat

untuk menunjukkan kesejahteraan. GDP mempengaruhi kebahagiaan sebuah negara (Tella,

MacCulloch, & Oswald 2003).

Bent Greve (2008) telah memfomulasikan cara untuk mengukur welfare dengan

mempertimbangkan indikator yang bersifat makro dan mikro. Indikator-indikator yang

digunakan adalah:

Tingkatan Makro: Produk Demestik Bruto (PDB) dan jumlah pengeluaran publik untuk

kebijakan welfare (indikator sumberdaya)

Tingkatan Mikro: Perasaan mengenai kebahagiaan yang bersifat subyektif dan jumlah rakyat

miskin (indokator dari manyasrakat yang baik dan penghindaran terhadap

kemiskinan)

Dari definisi dan indikator di atas dapat kita lihat apa saja yang kemudian menentukan tingkatan

welfare dari sebuah negara. Bila kemudian kita melihat kumpulan indikator makro dan mikro diatas, terdapat kesan bahwa indikator makro tidak memiliki hubungan yang erat dengan

indikator mikro. Esterlin (1974) menemukan bahwa tingkat pendapatan per kapita dalam skala

nasional tidak terlalu mempengaruhi rata-rata tingkat kebahagiaan, setidaknya untuk negara

(4)

tersebut senada dengan penelitian Bent Greve (2008) yang menyatakan bahwa peningkatan

pendapatan tidak kemudian secara otomatis meningkatkan kebahagiaan (Greve 2008).

Peningkatan pendapatan tidak dengan serta merta menaikkan tingkatan kebagiaan dari

seseorang yang artinya pendapatan bukan merupakan pendekatan yang sempurna bagi welfare. Akan tetapi, tidak berarti pendekatan melalui pendapatan tidak dapat mengukur welfare. Data

dari Gallup World Poll dengan sampel 132 negara di tahun 2006 menunjukkan adanya hubungan antara pendapatan riil perkapita dengan rata-rata tingkat kepuasan hidup. Korelasi

antara kedua variabel tersebut adalah sebesar 0,82.

Figur 1 Life Satisfaction and Real GDP per Capita

Sumber: Gallup World Poll, 2006

Data tersebut memang tidak kemudian dapat membantah pandangan bahwa pendapatan bukan

merupakan alat ukur dari welfare yang sempurna, tetapi setidaknya dapat memberikan masukan bahwa pendapatan memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam mempengaruhi welfare

suatu negara.

Melalui pembahasan dapat disimpulkan bahwa negara maju dapat digolongkan lebih sejahtera

dari pada negara berkembang. Untuk dapat mendapatkan welfare yang menyamai negara maju, negara berkembang harus dapat menghasilkan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Yang penting

(5)

tidak terlalu dipengaruhi oleh anugrah sumber daya alam yang dimiliki, akan tetapi lebih

diperngaruhi oleh besaran investasi yang dialokasikan untuk pembangunan modal fisik dan

modal manusia (Hayami & Godo 2005).

Investasi pada modal fisik dan modal manusia yang baik akan mendorong kemampuan sebuah

perekonomian untuk dapat meningkatkan kemampuannya memproduksi barang dan jasa dengan

lebih baik atau dengan kata lain perekonomian tersebut menjadi lebih produktif. Produktifitas

yang tinggi kemudian akan membantu negara tersebut untuk memiliki daya saing di dunia

internasional. Peningkatan produktifitas dapat diukur bukan hanya dari tingkat efisiensi

penggunaan sumber daya, akan tetapi juga nilai dari produk yang dihasilkan. Cara yang paling

tepat untuk meningkatkan produktifitas adalah dengan berinovasi.

KREATIFITAS, INVENSI DAN INOVASI

Kreatifitas dan invensi berbeda dengan inovasi, akan tetapi merupakan masukan yang penting

dalam proses berinovasi. Sebelum kita menelaah mengenai hibungan antara kreatifitas dan

invensi, telebih dahulu kita hatus tahu apa yang dimaksud dengan dua istilah tersebut. Menurut

kamus oxford kreatifitas adalah penggunaan imajenasi atau ide yang orisinil untuk menciptakan

sesuatu, sedangkan invensi adalah tindakan untuk menciptakan sesuatu yang pada umumnya

merupakan proses atau perangkat.

Bila dilihat dari definisinya dapat terlihat secara jelas perbedaan antara kreatifitas dan inovasi,

akan tetapi secara konsep sering sekali sulit untuk benar-benar membedakan anatara kedua

istilah tersebut karena mereka kerap digunakan secara beriringan. Hal yang kemudian sering

dijadikan pembeda antara kreatifitas dan invensi adalah kreatifitas sering diperlakukan sebagai

proses dan invensi adalah hasilnya. Bila demikian maka kreatifitas dan invensi adalah tahapan

yang berurut untuk menciptakan suatu proses atau peralatan berdasarkan imajenasi atau ide

yang orisinil.

Setelah melihat definisi dan posisi dari kreatifitas serta invensi dalam tulisan ini maka kita

sekarang dapat menggali peranan dari kedua konsep tersebut terhadap inovasi. Terdapat banyak

pendapat menganai definisi dari inovasi. Menurut Rubenstein (1994) inovasi adalah proses

dimana produk, proses, material, dan layanan yang baru dan telah dikembangkan dipindahkan

ke sebuah pabrik dan atau pasar yang telah mampu menampungnya. Seybold (2006)

(6)

(2009) menjelaskan inovasi sebagai penggunaan invensi secara komersial. Ketiga pendapat

tersebut memiliki kesamaan dalam melihat inovasi sebagai sesuatu yang harus dapat dipasarkan

atau memiliki fungsi komersial.

Swann (2009) menggambarkan hubungan antara kreatifitas, invensi, dan inovasi sebagai

berikut:

Bagan 1 Mode Linear Sederhana Dari Inovasi

Dengan melalui suatu proses, kreatifitas yang didukung oleh penelitian akan menghasilkan

invensi. Invensi yang dihasilkan tidak dapat kemudian secara serta-merta menjadi inovasi. Kata

kunci dari inovasi adalah bahwa ia harus memiliki nilai secara komersial, sehingga invensi yang

merupakan bahan baku dari inovasi harus kemudian melalui proses pengembangan dan desain

agar kemudian potensi komersial dalam sebuah invensi dapat dieksploitasi maksimal.

Inovasi tidak selalu hadir dalam bentuk produk. Joseph Schumpeter (1962) membagi inovasi ke

dalam 5 tipe, yakni:

1. Pengenalan barang baru.

2. Pengenalan metode produksi baru.

3. Pembukaan pasar yang baru.

4. Pencarian dari sumber bahan baku atau barang setengah jadi.

5. Penciptaan posisi monopoli di pasar atau penghancuran posisi monopoli yang ada.

Inovasi dapat menaikkan daya saing dari perusahaan yang memilikinya. Ketika suatu negara

memiliki banyak perusahaan yang mampu menciptakan inovasi, maka secara global negara

tersebut dapat memiliki kemungkinan lebih besar untuk dapat memiliki daya saing yang baik.

Dengan mengandalkan inovasi sebagai sumber pertumbuhan ekonomi suatu negara, maka

negara tersebut dapat memiliki pertumbuhan yang relatif besar tanpa harus bergantung hanya

pada akumulasi dari modal fisik ataupun pengeksploitasian sumber daya alam. Inovasi

memungkinkan suatu negara yang tidak memiliki karunia sumber daya alam dan modal kerja

yang tinggi untuk dapat menikmati pertumbuhan yang tinggi. Penelitian dan

Kreativitas Invensi

Desain dan

(7)

KAPABILITAS SOSIAL DAN INOVASI

Kemampuan sebuah bangsa untuk berinovasi akan sangat tergantung dengan kapabilitas sosial

mereka. Sulit untuk secara jelas mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kapabilitas sosial.

Abramovitz (1991) membagi kapabilitas sosial ke dalam dua kategori. Pertama, kemampuan

dasar masyarakat secara sosial dan institusi politik. Sedangkan yang kedua adalah kumpulan

karakteristik ekonomi dari msyarakat dan institusi yang memilik kemampuan untuk

mengeksploitasi teknologi moderen secara langsung. Secara khusus, kapabilitas sosial yang

memiliki hubungan dengan proses inovasi adalah kapabilitas sosial untuk industrialisasi.

Suehiro (2007) menyebutkan tiga elemen yang termasuk ke dalam kapabilitas sosial untuk

industrialisasi. Ketiga elemen tersebut adalah pemerintah, perusahaan, dan pekerja. Untuk dapat

mampu menghasilkan inovasi, ketiga elemen ini harus memiliki sekumpulan kapabilitas

tertentu. Tabel 1 akan menunjukkan kapabilitas apa saja yang harus dimiliki oleh masing

masing elemen untuk dapat menunjang proses inovasi.

(8)

Ketika semua kriteria dari kapabilitas tersebut dapat dipenuhi maka hal selanjutnya yang harus

dilakukan adalah menyatukan ketiga elemen tersebut untuk dapat menghasilkan inovasi. Aktor

utama yang akan memiliki peranan paling penting dalam proses penyatuan ketiga elemen

tersebut adalah pengusaha. Akan tetapi tidak semua pengusaha dapat melakukan hal tersebut.

Pengusaha yang mampu menyatukan ketiga elemen tersebut untukmembentuk inovasi adalah pengusaha yang memeiliki “entrepreneurial spirit”. Entrepreneurial spirit adalah kemampuan dari orang-orang yang bertanggung jawab atas aktifitas pengambilan keputusan perusahaan

yang membimbing perusahaan untuk dapat melakukan inovasi yang akan secara kreatif

menghancurkan struktur sosial-ekonomi yang ada dan membawa tahapan perkembangan yang

baru (Yonekura Seiichiro 1986).

KAPASITAS INOVASI NASIONAL DAN PERKEMBANGAN EKONOMI

Perusahaan dapat menciptakan daya saing dengan memahami atau menemukan cara yang baru

dan lebih baik dalam berkompetisi di dalam industri dan membawa cara tersebut ke pasar, yang

adalah peranan pokok dari inovasi (Porter 1990). Dengan mampu melakukan inovasi,

perusahaan dapat menciptakan mesin pertimbuhan yang baru sehingga akan dapat mendapatkan

keuntungan di atas rata-rata industri. Semakin banyak jumlah perusahaan yang mampu

berinovasi di dalam suatu akan mengindikasikan bahwa negara tersebut akan memetik manfaat

berupa pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih superior bila dibandingkan dengan negara yang

tidak memiliki perusahaan yang mampu berinovasi. Terdapat hubungan yang positif antara

kemampuan inovasi dari suatu negara dengan PDB yang mereka dapat hasilkan. Banyak

pendapat yang kemudian menaruh posisi inovasi sebagai penyebab utama dari subuah ekonomi

dapat masuk kedalam kelompok ekonomi maju.

Porter dan Stern (2001) telah mencipkan mekanisme untuk menganalisis kapasitas inovasi

nasional dan menggunakannya untuk membentuk innovative capacity index yang memungkinkan proses pengurutan peringkat dari negara-negara dalam hal kemampuan

berinovasi. Dengan menggunakan metode tersebut kemudian mereka membentuk grafik yang

menunjukkan hubungan antara kemampuan inovasi dari suatu negara dan PDB dari negara

(9)
(10)

Setelah melihat pentingnya inovasi untuk mendukung perbesaran ukuran dari sebuah perekonomian,

pertanyaan yang kemudian harus dijawab adalah “Bagaimana agar suatu negara memiliki kapasitas untuk berinovasi?“. Sebagaimana telah di jelaskan sebelumnya, inovasi berawal dari sebuah kreativitas yang kemudian ditindak lajuti oleh proses riset dan pengembangan. Maka hal pertama

yang harus dilakukan adalah menciptakan sistem insentif yang cukup baik sehingga institusi negara,

pendidikan, ataupun perusahaan dalam suatu negara mau melakukan kegiatan riset dan

pengembangan. Kegiatan riset dan pengembangan dalam skala nasional akan kemudian memperbesar

kemungkinan untuk suatu negara dapat menciptakan inovasi. Selain itu, kebijakan-kebijakan

pendukung seperti investasi pada pengembangan modal manusia, sistem hak paten, sarana riset dan

kualitas dari sistem informasi untuk menciptakan hubungan juga sangat krusial dalam proses

penciptaan inovasi.

PERANAN INOVASI DALAM PERKEMBANGAN WELF ARE NEGARA BERKEMBANG Dari penjelasan sebelumnya dapat kita lihat bahwa inovasi memiliki peranan yang besar terhadap

peningkatan kemampuan produksi barang dan layanan di sebuah negara. Kemampuan tersebut

kemudian akan mengantarkan negara tersebut untuk mendapatka GDP yang relatif tinggi, sehingga

kemampuan berinovasi ini sangat penting untuk dimiliki semua negara terutama negara berkembang.

Negara berkembang yang memiliki kemampuan berinovasi akan dapat mempercepat pertumbuhan

perekonomiannya dan mengejar ketertinggalannya dengan negara berkembang.

Banyak keraguan bahwa inovasi hanya dapat dilakukan oleh negara-negara yang memiliki perusahaan

besar dengan modal kerja yang berlimpah untuk melakukan riset dan pengembangan dengan

teknologi canggih. Akan tetapi telah banyak contoh negara berkembang yang mampu menciptakan

inovasi dari segala keterbatasan yang dimilikinya. Dalam menciptakan inovasi, negara berkembang

memiliki keuntungan bila dibandingkan dengan negara maju, yakni negara berkembang dapat

menjadikan inovasi yang telah diciptakan oleh negara maju sebagai modal awal mereka untuk

menciptakan inovasi (the advantage of backwardness).

Dalam bukunya, Suehiro (2007) menggambarkan keberhasilan dari perusahaan di negara berkembang

memanfaatkan teknologi yang telah ditemukan terlebih dahulu oleh negara maju. Gambaran dari

(11)

Bagan 2 Proses Penciptaan Inovasi Pada Negara Berkembang

Dari bagan tersebut dapat dilihat bahwa proses inovasi dapat dilakukan oleh negara berkembang

dengan melakukan innovative combination untuk kemudian mencocokan teknologi yang telah ditemukan uleh negara maju dengan karakteristik negara tersebut.

Dalam buku tersebut, Suehiro (2007) juga memberikan beberapa contoh negara-negara yang mampu

menciptakan innovative combination dengan menggunakan pola tersebut. Salah satu negara yang

dicontohkan adalah Charoen Pokphand (CP) dari Thailand. Perusahaan tersebut mampu mengadopsi

teknologi yang telah diciptakan oleh Jepang dan negara barat sehingga perusahaan tersebut

memiliki daya saing yang sangat baik. Berkembangnya jumlah dari perusahaan seperti CP disuatu

negara akan mampu mendongkrak daya saing dari negara tersebut secara keseluruhan. Saya saing

yang baik tersebut kemudian akan menghasilkan PDB yang tinggi dan meningkatkan welfare dari

masyarakat negara tersebut.

KESIMPULAN

Inovasi adalah suatu cara untuk sebuah perusahaan memiliki kemampuan untuk bersaing dalam skala

nasional mapupun internasional. Bertambahnya jumlah perusahaan yang mampu berinovasi dalam

suatu negara akan memperbesar kemungkinan negara tersebut untuk menikmati percepatan

pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi itulah kemudian

(12)

inovasi juga akan memberikan peningkatan kualitas kehidupan yang berasal dari manfaat produk dan

layanan yang diproduksi. Selain memiliki manfaat untuk manusia, inovasi juga diharapkan untuk

dapat menimbulkan manfaat bagi lingkungan seperti proses produksi yang lebih bersih dan tak

berlimbah. Manfaat lainnya bagi alam adalah bahwa pertumbuhan ekonomi yang pada umumnya

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Abramovitz, Moses. 1991. The Elements of Scial Capability.

Easterlin, R. A. 2001a. “Income and Happiness: Towards a unified theory.” Economic Journal Fransman, Martin. 1999. Vision of Innovation: The Firm and Japan. Oxford University Press.

Greve, Bent. 2008. What Is Welfare? Central European Journal of Public Policy

Hayami, Yūjirō dan Gōdo, Yoshihisa. 2005. Development Economics: From he Poverty to The

Wealth of Nations. Oxford University Press.

Mankiw, N. Gregory, Quah, Euston, dan Wilson, Peter. 2008. Principles of Economics: An Asian Edition. Cengage Learning Asia Pte Ltd.

Porter, Michael E.. 1990. The Competitive Advantage of Nations. Free Press.

Porter,Michael E. dan Stern, Scott. 2001. The Global Competitiveness Report: National Innovative Capacity.

Ray, Debraj. 2007. New Palgrave Dictionary of Economics.

Rubenstein, Albert H. 1994. At The Front End of The R&D/Innovation Process: Idea Development And Entrepreneurship. International Journal of Technology Management.

Scumpeter, Joseph A.. 1962. The Theory of Economic Development: An Inquiry into Profits, Capital, Credit, Interest, and the Business Cycle. Harvard University Press.

Seybold, Patricia. 2006. Outside Innovation How Your Customers Will Co-Design Your Company’s Future. Patricia Seybold Group.

Suehiro, Akira. 2007. Catch-Up Industrialization: The Trijectory and Prospect of East asian Economics. Kyoto University Press.

Swan, G. M. Peter. 2009. The Economics of Innovation: An Introduction. Cornwall: Edward Elgar

Publishing.

Tella, R. Di, MacCulloch, R. J., and Oswald, A. J. 2003. “The macroeconomics of happiness.” The Review of Economics and Statistics.

Williams, R. 1976. Keywords: A Vocabulary of Culture and Society. Glasgow: Fontana.

http://www.gallup.com/

Gambar

Tabel 1 Kapabilitas Sosial Untuk Industrialisasi

Referensi

Dokumen terkait

Based on data analysis above, it can be explained some important thing associated with variable Internship (X) that the sub-variables: 1) quality of internship implementation: there

Uji kasus iniperlu diperinci sesuai dengan partisi functional dan pemetaan atau traced pada requirement yang sedang diuji.. Traceability

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII SMPN I Karangrejo

Data ini didapatkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Universitas Indonesia (UI) sebagai salah satu wakil dari Indonesia dalam proyek Pan Localization (PANL10N)

Skripsi dengan judul "Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Antara Menggunakan Model Discovery Learning dan Model Problem Based Learning Materi

Untuk melihat kinerja algoritma koloni lebah buatan pada sistem dalam menghasilkan nilai optimal kadar asupan energi harian dengan carbing untuk penderita DM,

First, the sensor with the algorithm mechanism captures real-time traffic from the activity host and forwards the captured traffic traces to access control /

Penetapan game dan animasi sebagai salah satu bagian dari pilar pengembangan industri kreatif oleh pemerintah telah menjadi satu momentum yang kuat dalam memajukan industri game