• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Kondisi Fisik dan Ekonomi Wilayah Sekitar Bandara Selama Pembangunan Bandara Internasional Lombok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perubahan Kondisi Fisik dan Ekonomi Wilayah Sekitar Bandara Selama Pembangunan Bandara Internasional Lombok"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PERUBAHAN KONDISI FISIK DAN EKONOMI WILAYAH

SEKITAR BANDARA SELAMA PEMBANGUNAN

BANDARA INTERNASIONAL LOMBOK

Disusun Oleh :

MERI FITRI ANDRIYANI

I0607054

Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai

Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user 1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian ...1– 5

1.3.1 Tujuan……….. 1– 5 1.3.2 Sasaran………. 1– 5 1.4 Manfaat Penelitian………. 1– 6 1.4.1 Manfaat bagi Peneliti………... 1– 6 1.4.2 Manfaat bagi Pemerintah………. 1– 6 1.4.3 Manfaat bagi Akademisi……….. 1– 6 1.4.4 Manfaat bagi Pengembang………1– 6 1.4.5 Manfaat bagi Masyarakat………. 1– 7 1.5 Ruang Lingkup………. 1– 7 1.5.1 Ruang Lingkup Materi………. 1– 7 1.5.2 Ruang Lingkup Wilayah……….. 1– 8 1.5.3 Ruang Lingkup Waktu………. 1– 8 1.6 Kerangka Penelitian ...I – 10 1.7 Sistematika Pembahasan ...I – 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum tentang Transportasi Udara……….... 2 – 1 2.2 Tinjauan Khusus Terkait Penelitian ...2 – 2

2.2.1 Kajian Tentang Bandar udara... 2 – 2 2.2.2 Perubahan dan Pola Pemanfaatan Lahan….…..……...2 – 9 2.2.3 Nilai Lahan………... 2 – 16 2.2.4 Pusat Pertumbuhan……….. 2 – 18

BAB 3 METODE PENELITIAN

(3)

commit to user

DAFTAR ISI | viii 3.2.2Penentuan Variabel Penelitian……….………..……. 3 – 2 3.2.3Pengumpulan Data………….………..…... 3 – 3 3.2.4Penentuan Sampel………..………... 3– 7 3.2.5Teknik Analisis Data... 3 – 8

BAB 4 GAMBARAN KAWASAN PENELITIAN

4.1 Gambaran Tentang Bandara Internasional Lombok...4 – 1 4.2 Kondisi Fisik Kawasan Penelitain ...4 – 11

4.2.1 Orientasi Kawasan Penelitian... 4 – 11 4.2.2 Topografi dan Klimatologi... 4 – 13 4.2.3 Tata Guna Lahan……….. 4 – 13 4.2.4 Sarana Perdagangan dan Jasa………... 4 – 25 4.2.5 Kondisi Jaringan Jalan………. 4 – 30 4.3 Kondisi Ekonomi Kawasan Penelitian……….. 4 – 35 4.3.1 Nilai Lahan………..……… 4 – 35 4.3.2 Pendapatan Masyarakat……….…….. 4 – 39

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Terhadap Kondisi Fisik ...5 – 1 5.1.1 Perubahan Penggunaan Lahan……….5 – 1 5.1.2 Pola Persebaran/Pergerakan Aktifitas Kawasan... 5 – 9 5.1.3 Perubahan Sarana Perdagangan Jasa dan

Perkembangan Jaringan Jalan………...5 – 16 5.2 Pengaruh Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat ...5 – 25

5.2.1 Nilai Lahan... 5.2.2 Tingkat Pendapatan Masyarakat...

5 – 25 5 – 26

BAB 6 PENUTUP

6.1. Kesimpulan ... 6 – 1 6.2 Rekomendasi... 6 – 3

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(4)

commit to user

ABSTRAK | iv ABSTRAK

Pembangunan bandara bertaraf internasional di Pulau Lombok merupakan upaya pemerintah atau program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan memeratakan pembangunan kawasan Indonesia bagian timur. Selain itu, adanya pembangunan bandara tersebut karena adanya peningkatan penumpang pada Bandara Selaparang yang ada di Pulau Lombok. Adanya pembangunan bandara ini menyebabkan perubahan pada wilayah sekitarnya karena semakin bertambahnya aktifitas di wilayah tersebut. Perubahan tersebut yang terjadi di wilayah sekitar bandara selama pembangunan dapat berupa perubahan kondisi fisik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana perubahan kondisi fisik dan ekonomi wilayah sekitar bandara selama pembangunan bandara internasional, dari rumusan masalah tersebut yang ingin diketahui adalah seberapa jauh perubahan yang terjadi pada wilayah sekitar lokasi pembangunan bandara tersebut. Penelitian ini dilakukan pada 19 desa/kelurahan yang berada dekat kawasan bandara dan merupakan desa yang berada dalam kawasan keselamatan operasi penerbangan yang diarahkan berdasarkan Perda No 7 Tahun 2006 tentang RDTR Kawasan Bandara Baru Lombok. Untuk metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Sedangkan untuk teknik analisisnya adalah menggunakan teknik deskriptif kualitatif , deskriptif kuantitatif, superimpose, dan kebijakan.

Hasil studi yang diperoleh menunjukan bahwa selama pembangunan bandara tersebut tahun 2005 hingga tahun 2010 untuk wilayah sekitarnya mengalami perubahan kondisi fisik dan ekonomi antara lain adalah perubahan penggunaan lahan sawah irigasi setengah teknis seluas 222 hektar menjadi penggunaan pekarangan dan penggunaan lainnya ; perubahan pola persebaran aktifitas permukiman, peningkatan jumlah sarana perdagangan dan jasa terutama untuk toko dan kios yaitu 47% dan 24%; perkembangan jaringan jalan yaitu berupa peningkatan kondisi jalan, pembuatan jalan baru, dan penggantian nama ruas /kelas jalan; peningkatan nilai lahan wilayah dimana semakin dekat dengan pusat kota dan kawasan bandara semakin tinggi nilai lahannya; dan terjadinya perubahan tingkat pendapatan penduduk sekitar bandara yaitu peningkatan pendapatan 9,30%. Hasil ini diharapkan dapat dijadikan sebagai input dalam perencanaan, pemanfaatan, pengendalian perkembangan wilayah sekitar bandara, sehingga segala potensi dan permasalahan perubahan dapat diantisipasi sedini mungkin.

(5)

commit to user

ABSTRAK | v ABSTRACT

Construction of international airport on the island of Lombok is the government's efforts or the government programs aimed at improving the welfare and development evenly region of eastern Indonesia. In addition, the development of the airport is due to an increase in airport passenger Selaparang existing on the island of Lombok. The existence of the airport development is cause changes in the surrounding area because of the increasing activity in the region. Changes that occur in the region around the airport during construction may include changes in physical condition, economic, social, and cultural..

Formulation of the issues raised in this study is how changes in physical and economic conditions around the airport area during the construction of international airports, from the formulation, we want to know is how far the changes that occur in the region around the airport construction site. The research was conducted in 19 villages / urban villages located near the airport and is a village which is within the safety of flight operations are directed by Regulation No. 7 of 2006 concerning RDTR New Lombok airport Regions. For the research method used is descriptive method. As for the technique using the technique of descriptive analysis is qualitative, quantitative descriptive, superimpose, and policies.

The study results obtained show that during the airport construction in 2005 until 2010 for the surrounding area changes the physical and economic conditions among other are changes in the use of irrigated land area of 222 hectares of semi-technical to use the yard and other uses; changes in distribution patterns of settlement activities, an increasing number of trade facilities and services especially for shops and kiosks that is 47% and 24%; development of road network that is in the form of an increase in road conditions, new road construction, and replacement segment name / class roads; areas where land values increase the closer to downtown and the airport area the higher the value of their land, and the occurrence of changes in income levels of residents around the airport which is an increase in revenue 9,30%. These results are expected to be used as input in the planning, utilization, control the development of the region around the airport, so all the potential and problems of change can be anticipated as early as possible.

(6)

commit to user

PENDAHULUAN | 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adanya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang otonomi

daerah, memberikan peluang bagi daerah kabupaten atau kota untuk

menciptakan kemandirian dalam pengelolaan atau pemanfaatan sumber daya

alam dan sumber daya manusia secara optimal untuk membangun daerah

dan kesejahteraan masyarakatnya. Upaya pemerintah dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memeratakan pembangunan

adalah mengadakan perencanaan pembangunan infrastruktur di beberapa

daerah di kawasan timur Indonesia, seperti halnya dalam instruksi Presiden

Nomor 7 tahun 2002 tentang pelaksanaan kebijakan dan strategi

pembangunan kawasan timur Indonesia. Selain itu, adanya Keputusan

Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia Nomor 1 Tahun 2002

tentang kebijakan dan strategi nasional percepatan pembangunan kawasan

timur Indonesia merupakan upaya untuk mewujudkan percepatan

pembangunan serta mewujudkan kesetaraan akses ekonomi, sosial dan

keberdayaan masyarakat antar kawasan barat dan kawasan timur Indonesia.

Salah satu wilayah yang berada di kawasan timur Indonesia yang

menjadi perhatian pemerintah pusat adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat,

khususnya Pulau Lombok yang memiliki banyak potensi sumber daya alam

dan sumber daya manusia yang berkualitas namun belum dimanfaatkan

secara optimal oleh pemerintah daerah. Untuk meningkatkan potensi yang

ada diwilayah tersebut dan didukung dengan program pemerintah pusat

berupa pembangunan bandara baru yang bertaraf internasional tersebut,

sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi atau memajukan

wilayah Pulau Lombok.

Bandar udara merupakan salah satu bagian dari infrastruktur yang

(7)

commit to user

PENDAHULUAN | 2 manusia. Bandar udara juga merupakan pintu masuk bagi investor dan

wisatawan baik asing maupun domestik yang akan menggerakkan

perekonomian daerah. Pulau Lombok sebenarnya telah memiliki bandar

udara yang menjadi pintu gerbang menuju Provinsi Nusa Tenggara Barat,

namun saat ini kondisinya kurang memadai sehingga masih memerlukan

pembangunan berbagai sarana perhubungan yang lebih memadai guna

tercapainya pelayanan publik yang optimal serta membuka akses untuk

daerah terpencil di provinsi ini agar tidak terisolir.

Menurut General Manager Angkasa Pura I Bandara Selaparang

Ketut Adi Nuka menjelaskan adanya masalah kepadatan penumpang di

terminal Bandara Selaparang yaitu kepadatan penumpang pergi dan datang

di Bandara Selaparang Mataram yang memiliki kemampuan pelayanan

sekitar 850.000 orang setahun. Pertumbuhan penumpang yang terus

meningkat per tahun menjadi perhatian serius pengelola bandara dan untuk

memberikan kenyamanan dan jaminan keselamatan kepada pengguna jasa

sehingga dilakukan pencarian lokasi baru untuk Bandar udara baru.

Tabel 1.1 Jumlah Warga asing dan Penumpang Domestik

No Tahun WNA Domestik

Sumber : Angkasa Pura I

Catatan :

- Tidak ada data

Dari tabel tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan yang cukup

tinggi dari tahun 2005 hingga tahun 2010. Rute pesawat juga mengalami

kenaikan dari 16.137 unit pada tahun 2006 menjadi 18.975 unit pada tahun

2010. Berbagai pesawat yang melayani rute tujuan Lombok antara lain

Garuda Indonesia, Merpati Nusantara, Lion Air, Batavia Air, IAT dan Silk

Air, sehingga perlu penanganan untuk mengatasi masalah peningkatan

(8)

commit to user

PENDAHULUAN | 3 memadai maka dapat meminimalisir atau mengurangi keluhan-kelurahan

atas ketidaknyamanan masyarakat. Oleh karena itu, Dinas Perhubungan

Provinsi NTB terus melakukan terobosan untuk membuka akses transportasi

dari dan ke Provinsi Nusa Tenggara Barat demi kemudahan masyarakat

memenuhi tuntunan kebutuhan. Terobosan yang telah dilakukan antara lain,

memberikan subsidi kepada perusahaan angkutan udara dengan membuka

jalur penerbangan langsung rute dalam wilayah provinsi. Sebelumnya tidak

ada hubungan langsung melalui udara dari Bima dan Sumbawa ke Mataram.

Terobosan terbesar yang dilakukan dalam bidang transportasi oleh

pemerintah untuk mengatasi masalah peningkatan penumpang di Bandara

Selaparang adalah dengan melakukan pembangunan Bandara Internasional

Lombok baru yang berlokasi di Desa Tanak Awu, Kabupaten Lombok

Tengah yang menghabiskan lahan sekitar 595 hektar.

Persiapan pembangunan bandar udara baru yang bertaraf

internasional tersebut dilakukan pada tahun 2005, dan pembangunan

fasilitas Aeronotika penerbangan dan terminal penumpang telah

dilaksanakan pada tahun 2008 hingga 2009. Pada tahun 2010 sebenarnya

pembangunan bandara tersebut hampir selesai dan beroperasi pada bulan

Desember namun target pengoperasiaanya menjadi mundur karena

pembangunan terminal diperluas dari 12.000 m2 menjadi 21.000 m2 dan

lantai bandara yang semula keramik diganti dengan marmer, serta ruang

executive lounge di lantai tiga terminal yang semula masuk tahap

pembangunan berikutnya menjadi dipercepat pembangunannya.

Kegiatan pembangunan bandara tersebut merupakan kegiatan yang

bertujuan untuk meningkatkan infrastruktur dalam suatu wilayah, dimana

begitu banyak dan besarnya peran infrastruktur dalam suatu wilayah

sehingga dalam sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat (Aschaeur,

1989 dan Munnel, 1990) menunjukkan bahwa tingkat pengembalian

investasi infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi, adalah sebesar 60%

(Dikun, 2003), dan adanya suatu bandara dalam suatu wilayah memiliki

(9)

commit to user

PENDAHULUAN | 4 itu juga, perkembangan suatu negara atau wilayah terutama kawasan

sekitar bandara memiliki pertumbuhan wilayah yang relatif berkembang

lebih cepat dibandingkan wilayah lainnya. Berdasarkan pendapat tersebut

juga diketahui bahwa kegiatan pembangunan menyebabkan adanya

perubahan terhadap wilayah sekitarnya karena adanya suatu aktifitas dalam

wilayah tersebut.

Pembangunan bandara baru yang terletak di Kabupaten Lombok

Tengah mempengaruhi perubahan di wilayah sekitarnya baik itu kondisi

fisik, ekonomi, sosial, maupun budaya. Dengan adanya pembangunan

bandara dan didukung dengan perkembangan jaringan jalan otomatis

memberikan kemudahan akses bagi masyarakat untuk mencapai lokasi

tertentu sehingga terjadi perkembangan dalam suatau wilayah. Adanya

bandara tersebut juga dapat meningkatkan aksesibilitas dari dan ke Pulau

Lombok yang sesuai dengan pendapat Yunus (2002) dimana wilayah yang

memiliki aksesibilitas tinggi mempunyai daya tarik yang lebih kuat

dibandingkan dengan wilayah yang memiliki aksesibilitas rendah.

Berdasarkan tinjauan tata ruang bandara dalam RDTR Kawasan

Bandara Baru Tahun 2006, kegiatan kebandarudaraan mendorong

pertumbuhan kegiatan ekonomi ikutan yang memberikan multiplier effect

bagi daerah sekitar karena adanya pembangunan bandar udara baru tersebut

dapat menjadi penggerak utama dalam suatu kawasan. Kegiatan ikutan

tersebut dapat berupa:

· Tumbuhnya berbagai institusi bisnis baru untuk pengelolaan kegiatan-kegiatan bisnis yang berkait dengan transportasi udara (kantor maskapai

penerbangan, kantor perusahaan jasa pengiriman barang, dan lain-lain);

· Tumbuhnya usaha jasa pendukung aktivitas kebandarudaraan (seperti hotel, pertokoan, rumah makan, dan sebagainya);

· Tumbuhnya kegiatan ekonomi baru pada area-area perlintasan antara bandar udara dan berbagai simpul kegiatan ekonomi yang telah ada.

(10)

commit to user

PENDAHULUAN | 5 antar daerah maupun perdagangan internasional. Hasil-hasil industri

lokal dapat didistribusikan ke luar daerah dengan lebih efektif dan

efisien, sebagai alternatif bagi distribusi barang melalui jalur darat dan

laut.

Adanya pembangunan bandar udara baru tersebut menyebabkan

perubahan fisik dan ekonomi wilayah sekitarnya terutama kawasan yang

berada semakin dekat dengan bandara. Untuk menentukan dan menetapkan

panduan pemanfaatan ruang sekitar kawasan bandara baru, serta

menciptakan keserasian lingkungan dan intensitas pemanfaatan ruang

kawasan, sehingga Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah menetapkan

Perda No. 7 tahun 2006 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan

Bandar Udara Lombok Baru Kabupaten Lombok Tengah. Dalam RDTR

tersebut kawasan perencanaannya mencakup 31 desa/kelurahan, namun

kawasan yang dijadikan wilayah penelitian adalah daerah yang berada dalam

kawasan keselamatan operasi penerbangan, meliputi 19 desa/kelurahan

Batujai, Batunyala, Darek, Jontlak, Kawo, Ketara, Lajut, Leneng, Panjisari,

Pejanggik, Penujak, Praya, Prapen, Puyung, Sesake, Semayan, Segala Anyar,

Tanak Awu, dan Tiwu Galih.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana perubahan kondisi fisik dan ekonomi yang terjadi di

sekitar kawasan bandara selama pembangunan Bandara Internasional

Lombok.

1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian

1.3.1Tujuan

Mengetahui perubahan kondisi fisik dan ekonomi wilayah

sekitar bandara selama pembangunan Bandara Internasional Lombok.

1.3.2Sasaran

1. Teridentifikasi perubahan lahan pada wilayah sekitar kawasan

(11)

commit to user

PENDAHULUAN | 6 2. Teridentifikasi pola pergerakan/persebaran aktifitas kawasan yang

muncul selama pembangunan bandara.

3. Teridentifikasi perkembangan jaringan jalan dan sarana

perdagangan jasa selama pembangunan bandara.

4. Teridentifikasi perubahan nilai lahan selama pembangunan

bandara

5. Teridentifikasi perubahan tingkat pendapatan masyarakat sekitar

selama pembangunan bandara.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat bermanfaat

antara lain:

1.4.1Manfaat bagi Peneliti

Mengetahui besarnya perubahan yang terjadi di wilayah sekitar

bandara selama pembangunan bandara terkait kondisi fisik dan

ekonomi.

1.4.2Manfaat bagi Pemerintah Setempat

Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan suatu gagasan

atau sumbangan pemikiran kepada pemerintah daerah dalam hal

evaluasi dan monitoring perkembangan wilayah kawasan bandara

sehingga perkembangannya sesuai dengan peraturan daerah yang telah

ditetapkan untuk kawasan tersebut.

1.4.3Manfaat bagi Akademisi

Memberikan wawasan dalam bidang perencanaan wilayah kota,

khususnya dalam mengidentifikasi perubahan fisik dan ekonomi

kawasan sekitar bandara. Hasil studi dapat dijadikan perbendaharaan

studi ilmiah bagi universitas.

1.4.4Manfaat bagi Pengembang/Investor

Hasil studi dapat dijadikan informasi lokasi dan investasi yang

sesuai untuk dikembangkan di masa yang akan datang dan sesuai

(12)

commit to user

PENDAHULUAN | 7

1.4.5Manfaat bagi Masyarakat

Agar masyarakat mengetahui kondisi perubahan yang terjadi di

lingkungan wilayah sekitar bandara sehingga diharapkan adanya upaya

untuk menjaga lingkungan sekitar dan menghindari pertumbuhan

permukiman di kawasan yang rawan kecelakaan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1.5.1Ruang Lingkup Materi

Lingkup materi berfungsi untuk memfokuskan pembahasan

yang menjadi penelitian dan memberikan batasan pengkajian

permasalahan serta menghindari penelitian yang terlalu luas. Selama

pembangunan bandara terjadi perubahan-perubahan untuk wilayah

sekitarnya, antara lain adalah faktor yang terkait dengan perubahan

aspek fisik dan ekonomi. Penelitian yang berjudul “Perubahan Kondisi

Fisik dan Ekonomi Wilayah Sekitar Bandara Selama Pembangunan

Bandara Internasional Lombok” dimaksudkan untuk mengetahui

seberapa besar perubahan terkait kondisi fisik dan ekonomi yang

terjadi di wilayah sekitar bandara selama pembangunan bandara

tersebut dilakukan. Penjabaran lebih lanjut tentang fisik dan ekonomi

yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kondisi fisik yang diteliti, dibatasi pada penggunaan lahan, sarana

perdagangan dan jasa, dan jaringan jalan di 19 desa/kelurahan yang

berada di sekitar pembangunan bandara baru tersebut selama

pembangunan bandara dilakukan. Untuk penggunaan lahan yang

dibahas dalam penelitian ini meliputi luasan penggunaan lahan,

perubahan penggunaan lahan, pemanfaatannya dan pola persebaran

aktifitas. Pembahasan tentang sarana perdagangan dan jasa

mencakup komposisi dan pertambahan sarana perdagangan dan

jasa. Jaringan jalan yang dibahas, mencakup perubahan kelas jalan,

(13)

commit to user

PENDAHULUAN | 8 2. Kondisi ekonomi yang diteliti, dibatasi pada nilai lahan dan

pendapatan masyarakat. Untuk nilai lahan yang dibahas dalam

penelitian ini yaitu perubahan nilai lahan dan untuk pendapatan

penduduk adalah perubahan tingkat pendapatan penduduk sekitar

bandara.

1.5.2Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah yang tertuang dalam Perda No. 7 Tahun 2006 terdiri

dari 31 desa/kelurahan, namun wilayah yang dijadikan penelitian

merupakan kawasan yang termasuk KKOP dan terletak dekat dengan

lokasi pembangunan bandara yang terdiri dari 19 desa/kelurahan.

Desa/kelurahan tersebut antara lain adalah desa/kelurahan Batujai,

Batunyala, Darek, Jontlak, Kawo, Ketara, Lajut, Leneng, Panjisari,

Pejanggik, Penujak, Praya, Prapen, Puyung, Sesake, Semayan, Segala

Anyar, Tanak Awu, dan Tiwu Galih. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada gambar 1.1 Peta Wilayah Penelitian.

1.5.3Ruang Lingkup Waktu

Lingkup waktu yang dibahas untuk penelitian ini adalah selama

pembangunan Bandara Internasional Lombok tersebut dilakukan

tepatnya dari tahun 2005 hingga tahun 2010. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.2 Proses Pembangunan Bandara Internasional Lombok

Tahun Aktivitas

2005 Ground Breaking dan persiapan pembangunan

2006- 2007 Mulai pembangunan seperti saluran pengaman dan gebalan rumput, landclearing landside, pembuatan pos jaga, pos polisi, dan guard house

2008 – 2009 Pembangunan fasilitas Aeronotika penerbangan, Terminal penumpang, Pembangunan pagar dan gerbang kawasan Bandara, dan fasilitas penunjang

2010- sekarang Perbaikan dan perluasan Terminal penumpang

(14)

commit to user

PENDAHULUAN | 9

(15)

commit to user

PENDAHULUAN | 10

1.6 Kerangka Penelitian

Gambar 1.1 Skema Kerangka Penelitian

Tujuan : mengetahui perubahan kondisi fisik dan ekonomi wilayah sekitar bandara selama pembangunan Bandara Internasional Lombok

Sasaran :

1.Teridentifikasi perubahan penggunaan lahan sekitar bandara selama pembangunan bandara 2.Teridentifikasi pola pergerakan aktifitas kawasan yang muncul selama pembangunan bandara.

3.Teridentifikasi perkembangan jaringan jalan dan sarana perdagangan dan jasa selama pembangunan bandara

4.Teridentifikasi perubahan nilai lahan selama pembangunan bandara

5.Teridentifikasi perubahan tingkat pendapatan penduduk sekitar selama pembangunan bandara

Latar Belakang :

· Adanya UU tentang otonomi daerah yang memberikan peluang bagi daerah untuk menciptakan kemandirin dalam pengelolaan SDA dan SDM

· Pulau Lombok memiliki banyak potensi namun belum dikelola dan dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah daerah

· Kapasitas Bandara Selaparang yang sudah tidak memadai

· Adanya terobosan pemerintah untuk melakukan pembangunan Bandar udara baru yang bertaraf internasional di Kabupaten Lombok Tengah

· Bandar udara memiliki peran penting dalam peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia

· Suatu kegiatan kebandarudaraan akan memicu pertumbuhan kegiatan ekonomi ikutan yang memberikan multiplier effect bagi daerah sekitar dan perubahan wterhadap wilayah sekitarnya

·

Pembangunan Bandara Internasional Lombok

Bagaimana perubahan kondisi fisik dan ekonomi sekitar bandara selama pembangunan bandara internasional Lombok

Tinjauan Teori:

· Teori Bandar Udara dan lngkungannya serta perda terkait kawasan bandara

· Perubahan Pemanfaatan Lahan, Pola Penggunaan lahan

· Nilai Lahan

· Pusat pertumbuhan dan grafitasi Kompilasi Data :

· Gambaran tentang BIL

· Kondisi Fisik Kawasan ( administrasi kawasan,tgl,sarana perdagangan jasa dan jaringan jalan)

· Kondisi Ekonomi ( nilai lahan,pendapatan masyarakat)

Analisis :

· Analisis Kondisi Fisik( analisis peubahan penggunaan lahan, perkembangan jaringan jalan dan sarana perdagangan dan jasa, pola persebaran aktifitas kawasan )

· Analisis pengaruh ekonomi ( perubahan nilai lahan, tingkat pendapatan masyarakat )

Kesimpulan

(16)

commit to user

PENDAHULUAN | 11

1.7 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan laporan penelitian “Perubahan Kondisi Fisik dan

Ekonomi Sekitar Bandara Selama Pembangunan Bandara Internasional Lombok”

ini terdiri dari :

BAB 1 Pendahuluan

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran,

manfaat penelitian, ruang lingkup, kerangka pikir dan sistematika pembahasan.

BAB 2 Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini berisi tentang teori-teori yang mendasari penelitian ini yaitu,

transportasi udara secara umum, definisi Bandar udara, perubahan penggunaan

lahan, pola penggunaan lahan, nilai lahan, pusat pertumbuhan, dan kajian tentang

kawasan bandara.

BAB 3 Metode Penelitian

Dalam bab ini berisi tentang jenis penelitian yang digunakan, tahapan

penelitian(persiapan, penentuan variable, pengumpulan data, penentuan sampel,

analisis data).

BAB 4 Gambaran Wilayah Penelitian

Dalam bab ini berisi tentang gambaran tentang Bandara Internasional Lombok,

Tata guna lahan, sarana perdagangan dan jasa, jaringan jalan, nilai lahan, dan

pendapatan penduduk sekitar.

BAB 5 Pembahasan

Dalam bab ini berisi tentang pembahasan dari penelitian yang dilakukan. Hasilnya

berupa analisis perubahan penggunaan lahan, analisis pola persebaran aktifitas

kawasan, analisis perkembangan jaringan jalan dan perubahan sarana perdagangan

jasa, analisis perubahan nilai tanah, analisis tingkat pendapatan masyarakat.

BAB 6 Penutup

(17)

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA | 1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Transportasi Udara

Transportasi udara merupakan kegiatan dengan menggunakan

pesawat udara yang memiliki keistimewaan dapat membuat interaksi atau

memindahkan dari suatu tempat ke tempat lain dengan relatif waktu yang

lebih cepat pencapaiannya dan juga mampu melintasi rintangan alam yang

tidak teratasi oleh transportasi lainnya. Seperti transportasi pada umumnya,

transportasi udara mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai unsure penunjang

dan unsure pendorong(Abubakar,2000). Peran trasnportasi udara sebagai

penunjang dapat dilihat pada kemampuannya menyediakan jasa trasnportasi

yang efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan sektor lain, sekaligus

juga berperan dalam menggerakan dinamika pembangunan. Pendapat selama

ini yang mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan apabila menggunakan

transportasi udara sangat besar, saat ini sudah terjawab dengan munculnya

maskapai-maskapai baru yang menawarkan layanan transportasi udara yang

prima dengan harga yang sangat kompetitif. Jika dilihat dari teori ekonomi

fakta yang muncul, hal ini dikarenakan transportasi udara khususnya

pesawat terbang mampu memberikan nilai tambah berupa kecepatan,

sehingga memungkinkan peredaran uang yang lebih cepat dan tentunya hal

ini berarti penekanan biaya produksi. Sedangkan sebagai unsur pendorong,

transportasi udara juga sudah terbukti mampu menjadi jasa transportasi yang

efektif untuk membuka daerah terisolasi dan juga melayani daerah-daerah

dan pulau-pulau terpencil. Tersedianya transportasi yang dapat menjangkau

daerah pelosok termasuk yang ada di perbatasan sudah pasti dapat memicu

produktivitas penduduk setempat, sehingga akhirnya akan meningkatkan

penghasilan seluruh rakyat dan tentunya juga pendapatan pemerintah.

Transportasi meningkatkan aksesibilitas dari potensi-potensi

(18)

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA | 2

Snyder (1979:120) bahwa keberadaan infrastruktur memberi dampak yang

sangat besar bagi kehidupan masyarakat, pola pertumbuhan dan prospek

perkembangan ekonomi suatu kota. Keberadaan suatu transportasi secara

umum memiliki pengaruh antara lain adalah perubahan penggunaan lahan,

penyebaran dan kepadatan penduduk, harga lahan, tingginya mobilitas

penduduk, pembangunan berbagai fasilitas fisik, dan perubahan social

budaya masyarakat. Dengan keberadaan transportasi udara tersebut menjadi

pemicu perubahan fisik pada wilayah sekitar.

2.2 Tinjauan Khusus Terkait Penelitian

2.2.1Kajian Tentang Bandar Udara

1. Definisi Bandar Udara

Bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan

untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun

penumpang, dan atau bongkar muat kargo dan/atau pos, serta

dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai

tempat perpindahan antar moda transportasi(Peraturan Pemerintah

No. 70 Tahun 2001, BAB I, Pasal 1).

Pengertian bandar udara sama dengan Airport (dalam bahasa

Inggris) yaitu lapangan dan gedung terminal, tempat pesawat udara

berangkat, mendarat dan parkir. Pengertian lain dari bandar udara

yaitu lapangan terbang yang digunakan untuk mendarat dan lepas

landas pesawat udara, naik turun penumpang dan/atau bongkar

muat kargo dan/atau pos serta dilengkapi dengan fasilitas

keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar

moda transportasi (Keputusan Menteri Perhubungan No KM 77

Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum).

Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation

Organization) definisi bandar udara adalah area tertentu di daratan

atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang

(19)

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA | 3

kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat. Sedangkan

definisi bandar udara menurut PT (Persero) Angkasa Pura I adalah

lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang

merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya

fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 70 tahun 2001 yang

mengatur tentang ketentuan penyelenggaraan bandar udara

nasional, setiap pengoperasian bandar udara harus memenuhi :

· Penetapan lokasi bandar udara.

· Rencana induk bandar udara.

· Penetapan pembangunan bandar udara.

· Penetapan pengoperasian bandar udara.

· Penetapan daerah lingkungan kerja bandar udara.

· Penetapan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan.

· Penetapan kawasan kebisingan di sekitar bandar udara.

· Penetapan pengelolaan limbah di bandar udara.

· penetapan pejabat fungsi koordinasi di bandar udara yang dikelola oleh badan usaha kebandarudaraan.

· Penetapan besaran tarif jasa kebandarudaraan yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Rencana Induk Bandar Udara adalah pedoman pembangunan dan

pengembangan bandar udara yang mencangkup seluruh kebutuhan

dan penggunaan lahan serta ruang udara untuk kegiatan

penerbangan dan kegiatan penunjang penerbangan dengan

mempertimbangkan aspek-aspek teknis, pertahanan keamanan,

sosial budaya serta aspek-aspek terkait lainnya. Daerah lingkungan

kerja bandar udara adalah wilayah daratan dan/atau perairan yang

dipergunakan secara langsung untuk kegiatan bandar udara

(20)

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA | 4

Bandar udara mempunyai 2 tipe pembagian wilayah, yaitu :

pembagian wilayah menurut tinggi dan bahaya yang maksudnya

adalah untuk melindungi daerah pendekatan ke bandar udara dari

halangan pandangan. Untuk yang kedua, pembagian wilayah tata

guna lahan. Pembagian tata guna lahan terdiri dari 2 golongan,

yaitu tata guna lahan yang terkait dengan kegiatan penerbangan

pesawat dan penggunaan lahan yang tidak berkaitan dengan

kegiatan penerbangan yang meliputi tempat rekreasi, industri dan

perdagangan di kawasan sekitar bandar udara. Tujuan utama

penataan guna lahan untuk daerah di sekitar bandar udara adalah

untuk mengurangi pengaruh buruk kebisingan. Sedangkan dasar

yang cukup efektif yang dijadikan acuan dalam penataan guna

lahan tersebut adalah kontur kebisingan. Garis kontur kebisingan

merupakan garis yang yang menunjukkan tingkat kepekaan

kawasan terhadap kebisingan. Kontur kebisingan ini dapat

dijadikan dasar untuk menetapkan daerah yang cocok atau tidak

cocok untuk daerah permukiman, industri, perdagangan, rekreasi,

dan fasilitas perkotaan yang lain (Horonjeff,1988: 168).

2. Kebijakan Kawasan Sekitar Bandara Menurut Perda

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor

7 Tahun 2006 Tentang Rencana Detil Tata Ruang Kawasan

Bandar Udara Lombok Baru Kabupaten Lombok Tengah, kawasan

yang ditentukan dalam RDTR Kawasan Bandar Udara Lombok

Baru adalah:

(21)

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA | 5

(22)

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA | 6

· Kawasan rencana mencakup 31 (tiga puluh satu) wilayah atau bagian wilayah Kabupaten Lombok Tengah, meliputi

desa/kelurahan Batujai, Batunyala, Bonder, Darek, Jontlak,

Kateng, Kawo, Kelebuh, Ketara, Lajut, Leneng, Marong,

Mujur, Panjisari, Pejanggik, Pengembur, Penujak, Praya,

Prapen, Gerantung, Gapura, Puyung, Sesake, Semayan,

Sengkol, Setangor, Segala Anyar, Sukarara, Tanak Awu, Tiwu

Galih dan Truwai dan 7 (tujuh) wilayah atau bagian wilayah

kecamatan, yaitu Jonggat, Praya, Praya Barat, Praya Barat

Daya, Praya Tengah, Praya Timur dan Pujut di Kabupaten

Lombok Tengah.

Ketentuan–ketentuan yang diarahkan untuk kawasan bandara

tersebut adalah antara lain :

· Arah Persebaran Penduduk Dan Fungsi Kawasan

Kawasan rencana dalam RDTR Kawasan Bandar Udara

Lombok Baru diklasifikasikan menjadi:

Ø 22 (dua puluh dua) blok kawasan, yang terbentuk dari perpotongan batas fisik (jalan, sungai) dengan garis elips

imajiner dari KKOP Bandar Udara;

Ø 6 (enam) arahan fungsi blok kawasan yakni: konservasi air, preservasi sawah, tumbuh lambat, tumbuh cepat, perkotaan

dan rawan kecelakaan penerbangan;

Ø 3 (tiga) bagian utama dari KKOP, yakni kawasan horisontal dalam, kawasan horisontal luar dan kawasan rawan

kecelakaan penerbangan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta blok rencana RDTR

Kawasan Bandara Internasional Lombok dibawah ini.

· Arah sistem pergerakan transportasi dimaksudkan untuk menunjang sistem pergerakan pada kawasan rencana dengan

kawasan regional Lombok, yang diakibatkan oleh adanya

(23)

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA | 7

peta arahan system pergerakan, jaringan perhubungan darat

terdiri dari:

Ø Jalan Arteri Sekunder yang menghubungkan Tanak Awu ke Kota Mataram melalui Batujai – Kuripan – Gerung;

Ø Jalan Kolektor Primer yang menghubungkan:

§ Praya ke Kota Mataram melalui Ubung;

§ Praya ke Kopang;

§ Tanak Awu ke Kuta melalui Sengkol ;

§ Sengkol ke Praya melalui Batunyala;

§ Batunyala ke Mujur.

Ø Jalan Kolektor Sekunder yang menghubungkan Penujak ke Selong Belanak.

· Pengembangan Prasarana dan Sarana Lain

Penyediaan dan pengaturan prasarana dan sarana wilayah

lainnya mempertimbangkan kebutuhan pengembangan dan

pengendalian pada wilayah rencana, yakni pengembangan

sarana-prasarana:

Ø Irigasi dilakukan sebagai upaya untuk konservasi air dan lahan pertanian sawah;

Ø Air bersih guna menunjang pengembangan pusat-pusat pengembangan wilayah (CBD) dan pusat-pusat

permukiman dengan tetap mempertimbangkan daya dukung

sumber daya air yang ada;

Ø Drainase sebagai penunjang sistem pergerakan kawasan dan pengaturan kawasan permukiman dari genangan air

hujan;

Ø Sanitasi persampahan dan air limbah pada pusat-pusat pengembangan wilayah dan permukiman;

Ø Energi listrik pada seluruh kawasan rencana dengan pertimbangan khusus pada perletakan jaringan transmisi

(24)

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA | 8

dan pusat-pusat permukiman, sesuai ketentuan KKOP dan

IMB;

Ø Jaringan telekomunikasi diserahkan pada jasa penyedia telekomunikasi, baik kabel maupun nir-kabel dengan

pertimbangan khusus pada perletakan tower telekomunikasi

berkaitan dengan tinggi bangunan sesuai ketentuan KKOP

dan IMB.

· Pemanfaatan ruang pada kawasan rencana diarahkan pada:

Ø Konservasi air, ditujukan pada blok kawasan Batujai dan sekitarnya, didukung oleh kelestarian kawasan Lombok

Tengah bagian Utara;

Ø Preservasi lahan pertanian sawah, yakni pada blok kawasan yang didominasi oleh lahan sawah dan blok kawasan dekat

dengan landas pacu Bandar Udara;

Ø Permukiman perdesaan sebagai blok kawasan tumbuh lambat, guna melindungi lahan dari pertumbuhan urbanisasi

yang tak terkendali;

Ø Permukiman perkotaan sebagai blok kawasan tumbuh cepat, ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan

sarana-prasarana perkotaan yang efisien;

Ø Pengembangan pusat pertumbuhan perkotaan di blok kawasan Prayadan Tanak Awu.

· Pemanfaatan ruang khusus adalah:

Ø Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan penunjang pariwisata dan kebandarudaraan pada blok kawasan

Batujai, Penujak, Tanak Awu dan Sengkol;

Ø Pengendalian blok kawasan pada zona KKOP, khususnya blok kawasan rawan bahaya kecelakaan penerbangan, untuk

tetap dipertahankan sebagai ruang terbuka, lahan pertanian

(25)

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA | 9

ketentuan tinggi dan kepadatan bangunan pada zona

KKOP.

· Berkaitan dengan rencana pengembangan Bandar Udara Lombok Baru, maka di rekomendaikan pengembangan dan

pengendalian pemanfaatan ruang di luar wilayah perencanaan

sebagai berikut :

Ø Pengembangan Kawasan Pantai Kuta Selatan Lombok Tengah sebagai kawasan wisata pantai dan akomodasi

wisata utama di Kabupaten Lombok Tengah, sekaligus

sesegera mungkin dilakukan pengendalian pengembangan

berkaitan dengan ketentuan sempadan pantai, pengelolaan

air limbah dan sampah serta daya dukung kawasan;

Ø Konservasi kawasan lindung bawahan pada kawasan Lombok Tengah bagian Utara, sebagai kawasan penangkap

air bagi wilayah bawahannya, dimana kawasan rencana dan

Bandar Udara Lombok Baru berada;

Ø Peningkatan pengelolaan kawasan Desa Budaya Sade, khususnya sanitasi lingkungan dan perparkiran.

2.2.2Perubahan dan Pola Pemanfaatan Lahan

Menurut Khadiyanto (2005), kebutuhan lahan adalah implikasi

dari semakin beragamnya fungsi kawasan perkotaan (pemerintahan,

perdagangan, jasa, industri, dan sebagainya) yang disebabkan oleh

kelebihan dalam ketersediaan fasilitas dan kemudahan aksesibilitas

sehingga mampu menarik berbagai kegiatan untuk beraglomerasi.

Dengan ketersediaan lahan yang terbatas, dinamika perkembangan

kegiatan ini akan menimbulkan persaingan antar penggunaan lahan

yang mengarah pada pergeseran penggunaan lahan dengan intensitas

yang semakin tinggi.

Proses perubahan penggunaan lahan dari satu fungsi ke fungsi

(26)

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA | 10

perkembangan dan dinamika penduduk disamping kekuatan potensi

yang dimiliki oleh lahan tersebut. Potensi terbesar yang paling

berpengaruh terhadap perubahan guna lahan adalah potensi ekonomi,

meskipun banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap perubahan

tersebut (Rossi dalam Napituliu, 1999).

Dalam perkembangan wilayah tersebut adanya suatu

kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi tidak di

setiap lokasi yang ada. Kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan

ini terjadi karena adanya pertimbangan lokasi sebagai salah satu faktor

penyebab perubahan pemanfaatan lahan (Alit,2001). Pendekatan teori

neoklasik tentang ekonomi dan perubahan lokasi mengemukakan

bahwa secara normatif masyarakat akan memaksimalkan keuntungan

yang dapat diperoleh dari lahan atau kegiatan yang dilakukan dalam

pemilihan lokasinya (Alit,2001). Oleh karena itu, kecenderungan

perubahan pemanfaatan lahan terjadi pada lokasi-lokasi yang

menawarkan peluang dan kemudahan dibandingkan lokasi lainnya

seperti tingkat aksesibilitas tinggi dan kelengkapan utilitas.

Selain itu, gejala perubahan pemanfaatan lahan tidak terjadi di

setiap lokasi secara seragam, karena setiap lahan memiliki tingkat

kestrategisan dan potensi yang berbeda (Legawa dalam Wijayanti,

1998). Pengalokasian guna lahan di perkotaan akan mengarah ke

lokasi yang dapat memberikan keuntungan tertinggi (Goldberg dalam

Yunus, 2000), sehingga lahan–lahan yang memiliki tingkat

kestrategisan dan potensi yang lebih besar akan lebih berpeluang

mengalami proses perubahan pemanfaatan lahan. Pada umumnya

gejala ini terjadi di jalan–jalan utama atau kawasan–kawasan tertentu

yang memiliki keunikan dan karakteristik tersendiri.

Menurut Bourne dalam Yusran (2006), ada beberapa faktor

yang menjadi penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan, yaitu:

perluasan batas kota, peremajaan di pusat kota, perluasan jaringan

(27)

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA | 11

hilangnya pemusatan aktifitas tertentu yang secara garis besar berjalan

dan berkembang secara dinamis dan natural terhadap alam yang

dipengaruhi antara lain:

1. Faktor manusia, yang terdiri dari kebutuhan manusia akan tempat

tinggal, potensi manusia, finansial, sosial budaya serta teknologi;

2. Faktor fisik kota, meliputi pusat kegiatan sebagai pusat-pusat

pertumbuhan kota dan jaringan transportasi sebagai aksesibilitas

kemudahan pencapaian;

3. Faktor bentang alam yang berupa kemiringan lereng dan

ketinggian lahan.

Menurut Charles C. Colby (dalam Yunus:1994)

mengidentifikasikan 2 gaya yang berlawanan dalam proses

pembentukan dan perubahan pemanfaatan lahan, yaitu :

1. Gaya sentrifugal, yaitu gaya yang mendorong kegiatan berpindah

dari suatu kawasan pusat kota ke wilayah pinggiran. Gaya ini

terdiri dari : gaya ruang (meningkatnya kemacetan), gaya tapak

(kerugian akibat pusat kota terlalu sensitif), gaya situasional (jarak

antar bangunan dan alinemen fungsional tidak memuaskan), gaya

evolusi sosial (tingginya nilai lahan, pajak, dan keterbatasan

perkembangan), dan status dan organisasi hunian (bentuk

fungsional yang kadaluarsa, pola mengkristal, dan fasilitas

transportasi yang tidak memuaskan).

2. Gaya sentripetal, yaitu gaya yang bekerja menahan fungsi-fungsi

tertentu di suatu kawasan pusat kota dan menarik fungsi lain ke

dalamnya. Gaya ini dipengaruhi oleh daya tarik fisik dan tapak

alami, kenyamanan fungsional dan gengsi fungsional.

Menurut Yunus, 2002 faktor-faktor yang mempengaruhi

perubahan spasial antara lain adalah :

1. Faktor Aksesibilitas

Aksesibilitas mempunyai peranan yang besar terhadap perubahan

(28)

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA | 12

macam, antara lain aksesibilitas social, aksesibilitas ekonomi,

aksesibilitas budaya, aksesibilitas politik, dan aksesibilitas

spasial/fiskal. Aksesibilitas yang terkait dalam hal ini adalah

aksesibilitas fiskal. Pengukuran aksesibilitas fiskal tersebut dengan

menilai prasarana transportasi yang ada bersama-sama dengan

sarana transportasinya. Suatu wilayah yang mempunyai

aksesibilitas yang tinggi akan mempunyai daya tarik yang lebih

kuat dibandingkan dengan wilayah yang mempunyai aksesibilitas

rendah terhadap penduduk maupun fungsi–fungsi kekotaan.

2. Faktor Pelayanan Umum

Faktor pelayanan umum merupakan faktor penarik terhadap

penduduk dan fungsi-fungsi kekotan untuk datang kearahnya.

Makin banyak jenis dan macam pelayanan umum yang

terkonsentrasi pada suatu wilayah, maka makin besar daya tariknya

terhadap penduduk dan fungsi-fungsi kekotaan.

3. Faktor Karakteristik Lahan

Lahan-lahan yang terbebas dari banjir, stabilitas tanahnya tinggi,

topografi relatif datar atau mempunyai kemiringan yang kecil, air

tanah relatif dangkal, relief mikronya tidak menyulitkan untuk

pembangunan, drainasenya baik, terbebas dari polusi air, udara

maupun tanah akan mempunyai daya tarik yang lebih besar

terhadap penduduk maupun fungsi-fungsi kekotaan dibandingkan

dengan daerah-daerah yang skor komposit variabel karakteristik

lahannya lebih rendah. Selain itu juga bentuk pemanfaatan lahan

yang berbeda akan mempunyai daya tarik yang berbeda pula.

4. Faktor Karakteristik Pemilik Lahan

Pemilik lahan yang mempunyai status ekonomi lebih lemah

mempunyai kecenderungan lebih kuat untuk menjual lahannya

dibanding dengan mereka yang mempunyai status ekonomi kuat.

Pemilik-pemilik lahan berekonomi lemah kebanyakan berasosiasi

(29)

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA | 13

terpengaruh oleh meningkatnya harga lahan yang semakin tinggi,

sementera itu upaya pengolahan lahannya tidak menguntungkan.

Mereka yang berekonomi kuat tidak didera oleh kebutuhan

ekonomi mendesak, sehingga kemampuan untuk mempertahankan

lahannya atau tidak menjual lahannya lebih kuat dibandingkan

dengan mereka yang berekonomi lemah. Hal inilah antara lain

alasan rasional yang mendasari mengapa karakteristik pemilik

lahan mempunyai pengaruh terhadap perkembangan spasial di

daerah pinggiran kota. Pada daerah yang didominasi oleh pemilik

lahan yang berstatus ekonomi lemah, transaksi jual-beli lahan akan

lebih intensif dibandingkan dengan daerah yang didominasi oleh

pemilik lahan berekonomi kuat.

5. Faktor Keberadaan Peraturan Yang Mengatur Tata Ruang

Salah satu Faktor yang berpengaruh kuat terhadap intensitas

perkembangan spasial di daerah pinggiran kota apabila peraturan

yang ada dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

6. Faktor Pemrakarsa Pengembang

Faktor ini juga memiliki peranan yang kuat dalam mengarahkan

pengembangan spasial suatu daerah karena pengembang selalu

menggunakan ruang yang cukup luas maka keberadaan kompleks

yang dibangun akan mempunyai dampak yang besar pula terhadap

lingkungan sekitar.

Menurut Sadyohutomo (2006:89) bahwa perubahan

penggunaan lahan terjadi akibat adanya kegiatan pembangunan di atas

lahan tersebut. Variabel perubahan penggunaan lahan adalah :

1. Sifat Fisik Lahan

Potensi fisik lahan yang memungkinkan lahan tersebut dibangun/

diubah sesuai penggunaan yang diinginkan. Sifat fisik tersebut

menggambarkan kemampuan secara umum dan menjadi dasar

dalam menilai kesesuaiannya untuk jenis - jenis penggunaan

(30)

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA | 14

2. Tersedianya Prasarana Kota

Prasarana yang tersedia pada jarak tertentu memberi pendorong

seseorang untuk membangun lahannya. Prasarana yang vital

untuk penggunaan lahan perkotaan seperti jalan.

3. Jarak ke lokasi Strategis

Lokasi strategis ditentukan oleh tersedianya prasarna yang ada dari

segi kuantitas dan kualitas. Lokasi strategis tersebut biasanya

berupa pusat kota, pusat perdagangan, pelabuhan, terminal, pusat

pemerintahan, dan sebagainya.

4. Peruntukan Lahan

Peruntukan yang sesuai dengan kehendak seseorang dapat

merangsang pembangunan lahan, sedangkan yang tidak sesuai

menjadi penghambat pembangunan lahan.

5. Status Lahan

Hak atas lahan menyatakan hubungan hokum antara individu,

kelompokatau badan hukum dengan lahan. Lahan yang dimiliki

oleh seseorangbelum dapat dibangun oleh orang lain sebelum

dibeli atau dibebaskan.

Pola tata guna lahan adalah model susunan tata guna lahan

dalam konteks keruangan suatu kota, dalam penggunaan media atau

lahan untuk fungsi kota. Tiap kota di negara maju maupun negara

berkembang mempunyai pola tata guna lahan atau pola keruangan kota

yang tidak sama. Perbedaan pola keruangan ini menurut Bintarto

(1977:56) disebabkan oleh: luas daerah kota, unsur topografi, faktor

sosial, faktor budaya, faktor politik dan faktor ekonomi. Selain itu,

pola penggunaan lahan adalah rumusan distribusi spasial dengan

kegiatan perkotaan dan penduduknya. Penggunaan lahan di perkotaan

sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang terjadi di dalam kota tersebut.

Kebutuhan Lahan untuk pembangunan struktur strategis yang

berorientasi ke pusat pemasaran/kota, seringkali harus bersaing dengan

(31)

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA | 15

karena itu dalam pembangunan lahan di suatu perkotaan diperlukan

suatu penataan ruang dengan pola penggunaan lahan agar lebih efektif

dan efisien ( Dirjen Cipta Karya, 1989).

Distribusi perubahan penggunaan lahan akan mempunyai

pola-pola perubahan penggunaan lahan. Menurut Bintarto (1977) pada

distribusi perubahan penggunaan lahan pada dasarnya dikelompokkan

menjadi :

1. Pola memanjang mengikuti jalan.

2. Pola memanjang mengikuti sungai

3. Pola radial

4. Pola tersebar

5. Pola memanjang mengikuti garis pantai

6. Pola memanjang mengikuti rel kereta api.

Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi perubahan

penggunaan lahan tersebut pada dasarnya adalah topografi dan potensi

di masing-masing daerah. Dalam penggunaan lahan baik untuk

perumahan maupun untuk pertanian harus diperhitungkan beberapa

unsur alam seperti ketinggian tempat, ketersediaan air dan lain

sebagainya sehingga diharapkan akan tercipta keseimbangan dan

keserasian dalam tata guna lahan dan diperoleh manfaat yang optimal

dari penggunaannya dan menjaga kelestariaannya.

Menurut Cheema dalam Jayadinata (1999:179), karena keadaan

topografi tertentu atau karena perkembangan sosial ekonomi tertentu

maka akan berkembang beberapa pola perkembangan kota dengan pola

menyebar (dispersed pattern), pola sejajar (lineair pattern) dan pola

merumpun (clustered pattern). Pola menyebar terjadi pada keadaan

topografi yang seragam dan ekonomi yang homogen. Pada pola sejajar,

perkotaan terjadi akibat adanya perkembangan sepanjang jalan, lembah,

sungai dan pantai. Pada pola merumpun, biasanya terjadi pada kota-kota

yang berhubungan dengan pertambangan dengan topografi agak datar

(32)

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA | 16

2.2.3Nilai Lahan

Nilai lahan merupakan pengukuran nilai lahan yang didasarkan

kepada kemampuan lahan secara ekonomis dalam hubungannya

dengan produktivitas dan strategi ekonomis. Nilai lahan dapat

dibedakan menjadi 2, yaitu (Sukanto, 1981: 22) :

· Lahan yang diusahakan (Improved Land)

Harga lahan ditambah dengan harga bangunan yang terdapat

diatasnya

· Lahan yang tidak diusahakan (Unimproved Land).

Struktur nilai lahan menurut Chapin dapat dibagi sebagai

berikut (Jayadinata, 1992:22):

· Pusat wilayah perdagangan mempunyai nilai tertinggi dibandingkan dengan wilayah lain

· Wilayah tempat pusat kerja, pusat perkotaan terletak di sekeliling perbatasan pusat kota mempunyai nilai tertinggi setelah CBD

· Makin jauh keluar keliling kawasan tersebut terdapat kawasan perumahan dengan nilai lahan makin murah jika makin jauh dari

pusat kota

· Pusat-pusat pengelompokkan industri dan perdagangan yang menyebar mempunyai nilai lahan tinggi dibanding dengan

sekeliling, biasanya kawasan ini di lokasi perumahan.

Berdasarkan Urdi (2005), nilai lahan adalah tingkat sewa lahan

yang paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila semakin

jauh dari pasar. Makin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa

lahan maka makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke

pusat pasar. Harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin menurun

apabila makin jauh dari pusat kota. Selain itu, adanya pembangunan

mengakibatkan harga lahan tidak dapat terjangkau oleh kelompok

strata menengah kebawah.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan lahan digunakan

(33)

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA | 17

· Adanya kecenderungan orang terhadap pemilikan lahan sebagai kekayaan yang layak

· Karakteristik lahan yang merupakan investasi jangka panjang

· Investor mengetahui keadaan pasar lahan dan barang tak bergerak

· Investor dapat mengawasi sendiri investasinya

· Kepercayaan bahwa dengan investasi barang tak bergerak maka akan terhindar dari inflasi (Cahyono, 1982:26).

Nilai lahan ditentukan oleh kemampuan lahan tersebut secara

kualitatif maupun strategis dalam penggunaannya, misalnya untuk

kegiatan fungsional tertentu. Secara teoritis nilai ekonomis lahan

perkotaan akan semakin tinggi jika lokasinya mendekati kawasan pusat

kota. Karena pada umumnya semakin mendekati pusat kota akan

semakin tinggi aksesibilitas terhadap fasilitas. Sebaliknya semakin

jauh dari pusat kota nilai lahan perkotaan akan semakin berkurang.

Pada hakekatnya harga lahan merupakan refleksi dari nilai lahan.

Harga sebidang lahan akan ditentukan oleh jenis kegiatan yang akan

ditempatkan di atasnya, yang akan terwujud dalam bentuk penggunaan

lahan tersebut. Tinggi rendahnya nilai lahan dipengaruhi oleh

produktivitas lahan tersebut. Bidang lahan yang potensial untuk

menghasilkan produktivitas yang maksimum (misalnya perdagangan,

industri, perkantoran) akan dinilai lebih tinggi daripada lahan yang

dipakai untuk kegiatan yang kurang produktif (misalnya perumahan).

Menurut Chappin (1979) dalam Hendarto (2005), penentuan

nilai sebidang lahan tidak terlepas dari nilai keseluruhan lahan dimana

lahan tersebut berlokasi. Sehingga penentuan nilai lahan memiliki

kaitan dengan pola penggunaan lahan secara keseluruhan dari suatu

bagian kota. Apabila dapat dianggap/diasumsikan pola harga lahan

memang secara nyata mengikuti kecenderungan demikian, maka

karakteristik harga lahan ini akan menunjukkan suatu pola dimana

harga lahan akan semakin tinggi ke wilayah yang mendekati lokasi

(34)

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA | 18

2.2.4Pusat Pertumbuhan

Pusat pertumbuhan (Growth Pole) dapat diartikan dengan dua

cara, yaitu secara fungsional dan secara geografis. Secara fungsional,

pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha

atau cabang industri yang karena sifat hubungannya memiliki

unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi

baik ke dalam maupun ke luar (daerah belakangnya). Secara geografis,

pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas

dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction),

yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di

wilayah tersebut dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas

yang ada di kota tersebut, walaupun kemungkinan tidak ada pola

interaksi antara usaha-usaha tersebut(Tarigan, 2009 : 128-130).

Suatu kota dikatakan sebagai pusat pertumbuhan harus

bercirikan(Tarigan,2004):

1. Adanya hubungan intern dari berbagai macam kegiatan hubungan

internal sangat menentukan dinamika sebuah kota. Ada keterkaitan

antara satu sektor dengan sektor lainnya sehingga apabila ada satu

sektor yang tumbuh akan mendorong pertumbuhan sektor lainnya,

karena saling terkait. Dengan demikian kehidupan kota

menciptakan sinergi untuk saling mendukung terciptanya

pertumbuhan.

2. Adanya unsur pengganda (multiplier effect) keberadaan

sektor-sektor yang saling terkait dan saling mendukung akan menciptakan

efek pengganda. Maknanya bila ada permintaan satu sektor dari

luar wilayah, peningkatan produksi sektor tersebut akan

berpengaruh pada peningkatan sektor lain. Peningkatan ini akan

terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan sehingga total kenaikan

produksi dapat beberapa kali lipat dibandingkan dengan kenaikan

permintaan di luar untuk sektor tersebut. Unsur efek pengganda

(35)

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA | 19

belakangnya. Hal ini terjadi karena peningkatan berbagai sektor di

kota pusat pertumbuhan akan membutuhkan berbagai pasokan baik

tenaga kerja maupun bahan baku dari kota belakangnya.

3. Adanya konsentrasi geografis konsentrasi geografis dari berbagai

sektor atau fasilitas, selain bisa menciptakan efisiensi di antara

sektor-sektor yang saling membutuhkan, juga meningkatkan daya

tarik (attraciveness) dari kota tersebut. Orang yang datang ke kota

tersebut bisa mendapatkan berbagai kebutuhan pada lokasi yang

berdekatan. Jadi kebutuhan dapat diperoleh dengan lebih hemat

waktu, biaya, dan tenaga. Hal ini membuat kota tersebut menarik

untuk dikunjungi dan karena volume transaksi yang makin

meningkat akan menciptakan economic of scale sehingga tercipta

efisiensi lebih lanjut.

4. Bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya sepanjang

terdapat hubungan yang harmonis di antara kota sebagai pusat

pertumbuhan dengan kota belakangnya maka pertumbuhan kota

pusat akan mendorong pertumbuhan kota belakangnya. Kota

membutuhkan bahan baku dari wilayah belakangnya dan

menyediakan berbagai fasilitas atau kebutuhan wilayah

belakangnya untuk dapat mengembangkan diri.

Pemikiran dasar dari konsep titik pertumbuhan ini adalah

bahwa kegiatan ekonomi di dalam suatu daerah cenderung

beraglomerasi di sekitar sejumlah kecil titik fokal (pusat). Di dalam

suatu daerah arus polarisasi akan bergravitasi kearah titik-titik fokal

ini, yang walaupun karena jarak arus tersebut akan berkurang. Di

sekitar titik fokal ini dapat ditentukan garis perbatasan dimana

kepadatan arus turun sampai suatu tingkat kritis minimum, pusat

tersebut dapat dikatakan titik pertumbuhan sedangkan daerah di dalam

(36)

commit to user

METODE PENELITIAN | 1

BAB 3

METODE PENELITIAN

Menurut Nazir (1988), Metode penelitian merupakan suatu kesatuan

sistem dalam penelitian yang terdiri dari prosedur dan teknik yang perlu

dilaksanakan dalam suatu penelitian. Prosedur tersebut memberikan kepada

peneliti urutan-urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian,

sedangkan teknik penelitian merupakan alat ukur apa yang akan diperlukan dalam

melaksanaan penelitian. Untuk menentukan metode yang digunakan dalam suatu

kegiatan penelitian harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Metode

penelitian merupakan rangkaian atau proses yang dilakukan dalam penelitian ini,

meliputi jenis penelitian dan tahapan penelitian.

3.1 Jenis penelitian

Dalam penelitian untuk mengetahui perubahan kondisi fisik dan

ekonomi wilayah sekitar bandara selama pembangunan bandara tersebut

adalah menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

adalah penelitian atau metode yang berusaha untuk menentukan pemecahan

masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Jadi metode ini juga

menyajikan, menganalisis data dan menginterpretasi data (Narbuko dan

Achmadi 2003: 44). Menurut Nazir, (2003: 54) penelitian deskriptif adalah

metode yang digunakan dalam meneliti status kelompok manusia, suatu

objek, suatu kondisi, atau suatu pemikiran, dengan tujuan untuk membuat

deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena.

3.2 Tahapan Penelitian

3.2.1Persiapan

Persiapan data meliputi kegiatan identifikasi permasalahan

yang menjadi kajian penelitian, pemilihan lapangan penelitian,

(37)

commit to user

METODE PENELITIAN | 2

3.2.2Penentuan Variabel Penelitian

Menurut Nazir (2005), variabel adalah konsep yang

mempunyai bermacam-macam nilai. Variabel juga merupakan

indikator yang digunakan untuk menjelaskan rumusan masalah dari

suatu penelitian. Penelitian ini difokuskan pada perubahan fisik dan

ekonomi. Berdasarkan teori-teori yang dibahas di bab tinjauan pustaka

tersebut diperoleh variable penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Penentuan Variabel Penelitian

No Variabel Sumber Pustaka Dasar Pertimbangan

1 Perubahan penggunaan lahan

· Pengalokasian guna lahan di perkotaan akan mengarah ke lokasi yang dapat memberikan keuntungan tertinggi (Goldberg dalam Yunus, 2000)

· Bentuk perubahan ini tidak terjadi di setiap lokasi secara seragam, karena setiap lahan 3 Nilai lahan ·Struktur nilai lahan menurut

Chapin

·Perbedaan nilai lahan ( URDI, 2005)

(38)

commit to user

·Pusat pertumbuhan ( Tarigan, 2009)

·Prasarana yang tersedia pada jarak tertentu menjadi jaringan jalan yang ada di wilayah sekitar. Jalan

·Suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan

kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik ( Tarigan, 2009)

Teknik atau metode pengumpulan data dari suatu penelitian,

secara umum di bagi menjadi dua (Nazir, 2003: 174), yaitu:

pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.

Pengumpulan data primer merupakan pengumpulan data yang

dilakukan oleh peneliti secara langsung kepada objek penelitian di

lapangan, baik melalui pengamatan (observasi) langsung maupun

wawancara (interview) serta penyebaran angket/kuesioner, sedangkan

(39)

commit to user

METODE PENELITIAN | 4 langsung ke objek penelitian, tetapi melalui penelitian terhadap

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian.

Kegiatan pengumpulan data meliputi pengumpulan data primer

dan sekunder yang terkait dengan penelitian.

1. Survei primer

Survei primer berupa survei lapangan yang dimaksudkan untuk

menguji kebenaran fakta dari survei instansional atau kajian teori

dan untuk memperoleh data serta informasi mengenai keadaan,

situasi dan permasalahan langsung di wilayah studi. Jenis data

yang diperoleh secara langsung dapat berupa kondisi fisik wilayah

studi, peruntukan lahan sekitar bandara, ekonomi masyarakat yang

ada di wilayah tersebut. Pengumpulan data tersebut digunakan

untuk melakukan analisis perubahan yang terjadi selama

pembangunan bandara tersebut untuk memperoleh data primer

tersebut dapat dilakukan dengan beberapa teknik pengambilan data

yaitu antara lain :

· Observasi lapangan

Mengamati langsung kondisi lapangan yang dijadikan objek

penelitian. Tujuan dari pengamatan langsung ini adalah untuk

melihat secara langsung kondisi kawasan. Pengamatan

langsung ini berupa pengamatan terhadap tata guna lahan saat

ini yang terjadi setelah adanya pembangunan bandara baru

tersebut, kondisi jaringan jalan dan sarana perdagangan jasa,

dan ekonomi kawasan sekitar bandara.

· Wawancara

Wawancara dimaksudkan untuk mengetahui pandangan

pihak-pihak terkait terhadap adanya pembangunan bandara di wilayah

tersebut. Pihak terkait yang menjadi responden untuk

kepentingan wawancara dalam studi ini antara lain dengan

pejabat dari instansi pemerintah, masyarakat yang berada di

(40)

commit to user

METODE PENELITIAN | 5 dalam kawasan dilakukan untuk menggali lebih dalam lagi

informasi mengenai perubahan fisik dan ekonomi masyarakat

yang terjadi selama proses pembangunan Bandara Internasional

Lombok dilakukan.

· Kuesioner

Kuisioner adalah memberikan angket kepada masyarakat dan

aparat pemerintahan di kecamatan atau pihak yang terkait

dalam penelitian ini untuk diisi dengan jawaban sesuai dengan

pertanyaan yang ada di angket tersebut. Kuesioner merupakan

metode yang sangat penting untuk mengetahui seberapa jauh

perubahan fisik dan ekonomi yang terjadi di sekitar lokasi

pembangunan bandara.

2. Survei sekunder

Survei sekunder dapat dilakukan dengan menggali informasi dari

sumber-sumber yang antara lain adalah :

· Studi Literatur, bermanfaat untuk mengumpulkan literatur dan wacana mengenai inti pokok materi dan permasalahan yang

dibahas dalam penelitian ini, sekaligus sebagai pengembangan

wacana. Studi literatur ini kemudian dapat diambil kesimpulan

dari dalamnya sehingga ditemukan pokok permasalahan serta

analisis dan metode pemecahan yang paling signifikan serta

relevan.

· Informasi media cetak dan media elektronika

· Studi Dokumen dari Instansi pemerintahan berupa data-data yang dikeluarkan oleh instansi terkait, yaitu ;

§ Bappeda Kabupaten Lombok Tengah

§ BPN Kabupaten Lombok Tengah

§ BPS Kabupaten Lombok Tengah

§ DPU Kabupaten Lombok Tengah

§ Kecamatan – kecamatan yang termasuk dalam wilayah

(41)

commit to user

Kuantitatif ·Hasil survei Sekunder,

Kualitatif Sekunder Bapeda Kabupaten Lombok Tengah

Gambar

Tabel 1.2 Proses Pembangunan Bandara Internasional Lombok
Gambar 1.1 Skema Kerangka Penelitian
Gambar 4.1  Peta Kabupaten  Lombok Tengah
Gambar 4.2 Perspektif Desain Bandara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil menunjukkan bahwa hubungan antara utilitarian value, hedonic value , dan social value dengan perceived value memiliki nilai p-value kurang dari 0.05

(4) Dalam hal wewenang pengelolaan atas air dan atau sumber air pada suatu wilayah sungai dilimpahkan kepada Badan Hukum tertentu, maka ijin penggunaan air dan atau sumber air

Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan persepsi siswa tentang metode mengajar guru terhadap hasil belajar fiqih

Sedangkan pada variabel laten pribadi kontribusi terbesar pada indikator X1.1 (Tidak mengerem secara mendadak) dengan nilai sebesar 69,8%, pada variabel laten aturan

menyukai komik dalam waktu yang lebih lama juga memiliki kemampuan rekognisi emosi melalui ekspresi wajah yang lebih tinggi. Meskipun demikian, asumsi bahwa seseorang yang lebih

Menurut Kridalaksana (1983:156), bahasa slang merupakan ragam bahasa yang tidak resmi yang dipakai oleh kaum remaja atau komunitas sosial tertentu

Hati nurani yang tergambar dari tokoh Medasing di dalam novel Anak Perawan di Sarang Penyamun karya Sutan Takdir Alisjahbana yaitu bahwa Medasing menyadari bahwa yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur aktivitas antibakteri minyak atsiri daun jeruk purut terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dan menentukan