• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lebak Bulus Regional Mass Rapid Transit Station Dengan Pendekatan Architecture Wayfinding

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Lebak Bulus Regional Mass Rapid Transit Station Dengan Pendekatan Architecture Wayfinding"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

commit to user

KATA PENGANTAR………... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

DAFTAR TABEL ………... ix

DAFTAR GAMBAR ………... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. JUDUL DAN PENGERTIAN….………... I-1

B. LATAR BELAKANG………... I-2

C. PERMASALAHANDAN PERSOALAN…..………... I-5

1. Permasalahan……… I-5 2. Persoalan………. I-5

D. TUJUAN DAN SASARAN………... I-6

1. Tujuan………. I-6

2. Sasaran………. I-6

E. LINGKUP DAN BATASAN PEMBAHASAN………. I-8

1. Lingkup……… I-8 2. Batasan……… I-8

F. METODA PENYELESAIAN……….………. I-9

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN ……….. I-11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7. Spesifikasi MRT Jakarta……….. II-4 8. Preseden MRT………. II-7

B. TINJAUAN REGIONAL STATION………..………. II-8

1. Regional Station secara umum………. II-8 2. Regional MRT Station………... II-8

C. TINJAUAN DEPO...………... II-12

C.1 Standar Rel...……… ………… II-12 C.2 Standar Wesel……… ………. II-17

D. TINJAUAN PARK AND RIDE………...………...……. II-20

(3)

commit to user

ii

1. Pengertian……… ………. II-22 2. Type Supermarket……… ……… II-22 3. Peruangan……… ………. II-23

F. TINJAUAN ARCHITECTURE WAYFINDING II-26

1. Pengertian……… ……… II-26 2. Urgensi Wayfinding……… ……… II-26 3. Komponen Wayfinding……… ……….. II-27 4. Pedoman Desain………...………...…….……… II-30 5. Faktor Kunci ntuk Desain Wayfinding yang Lebih Baik.……… II-31 6. Keuntungan Wayfinding yang Efektif………...…….……….. II-39

BAB III TINJAUAN DATA DAN INFORMASI

A. TINJAUAN FISIK………...………...…….……….. III-1

1. Tinjauan Geografis………...………...…….…………. III-2 2. Tinjauan Topografi………...………...…….………. III-2 3. Tinjauan Klimatologi………...………...…….………. III-2

B. KONDISI TRANSPORTASI DI JAKARTA…………...………... III-3

1. Kondisi Transportasi Jakarta secara Umum………...……….. III-3 2. Kebijakan Bidang Transportasi………...………. III-11 3. Prediksi Kondisi Transportasi Jakarta yang akan Datang……… III-14 4. Rencana Transportasi………...……… III-14

C. RELEVANSI LEBAK BULUS REGIONAL MRT STATION DI

JAKARTA………...………...

III-12

1. MRT dan Kebutuhan Penataan Ruang Kota………... III-15 2. TOD dalam Pengembangan Kawasan sekitar Jalur MRT……… III-20 3. Visi…………...……….. III-22

BAB IV LEBAK BULUS REGIONAL MRT STATION YANG

DIRENCANAKAN…………...……….

IV-1

A. PENGERTIAN DAN FUNGSI………. IV-1

1. Pengertian………...……….. IV-1 2. Fungsi………...……… IV-1

B. LINGKUP PELAYANAN……… IV-2

1. Sasaran Skala Pelayanan………..…. IV-2 2. Sasaran Pelaku Kegiatan………..…. IV-2

C. KEGIATAN YANG DIWADAHI……… IV-3

D. FASILITAS YANG DISEDIAKAN……… IV-4

E. PELAKU KEGIATAN………..….. IV-6

F. PERENCANAAN LEBAK BULUS REGIONAL MRT STATION……… IV-8

BAB V PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

LEBAK BULUS REGIONAL MRT STATION……….

V-1

A. ANALISA PELAKU DAN JENIS PENGELOMPOKAN RUANG……… V-1

B. ANALISA SISTEM PERUANGAN……… V-5

(4)

commit to user

iii

2. Pelaku, Jenis Kegiatan, dan Macam Ruang………. V-12 3. Besaran Ruang………. V-16 4. Hubungan Ruang………. V-30 5. Persyaratan Ruang……… V-31

C. ANALISA KAWASAN………. V-36

1. Tujuan……….. V-36

2. Dasar Pertimbangan……….. V-36 3. Aalisa Ruang Kegiatan Berdasarkan Tuntutan Kebutuhan………. V-36 1) Aktivitas Pencapaian………. V-36 2) Analisa Sistem Sirkulasi……… V-38 3) Analisa Penempatan Massa……… V-41 4) Aktivitas Parkir……….. V-45 5) Aktivitas Depo……….. V-46 6) Terminal feeder……….. V-48 7) Aktivitas Pegawai PT. MRT Jakarta……….. V-49 8) Aktivitas Dealer……….. V-51

D. ANALISA KONSEP BENTUK BANGUNAN………..………. V-53

a) Massa Stasiun……….. V-55 b) Massa Depo……….. V-56 c) Massa Office………. V-57 d) Massa Commercial Area………. V-58

E. ANALISA KONSEP STRUKTUR………..……… V-60

1. Analisa Sub-struktur……… V-60 2. Analisa Supper-Struktur……… V- 61 3. Analisa Upper-Struktur……… V-64

F. ANALISA KONSEP SISTEM UTILITAS………. V-67

1. Analisa Sistem Listrik……… V-67 2. Analisa Sistem Air Bersih……… V-67 3. Analisa Sistem Drainase……… V-68 4. Analisa Sistem Komunikasi……… V-69 5. Analisa Sistem Penanggulangan Kebakaran……… V-70 6. Analisa Sistem Penangkal Petir……… V-72

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN LEBAK BULUS

REGIONAL MRT STATION………..

A. KONSEP SISTEM PERUANGAN……….. VI-1

B. KONSEP SITE………... VI-10

C. KONSEP BENTUK BANGUNAN………... VI-16

D. KONSEP SISTEM SRUKTUR……… VI-17

E. KONSEP UTILITAS………. VI-18

DAFTAR PUSTAKA………....

(5)

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah dan sujud syukur yang mendalam, penulis sampaikan

rasa syukur yang terus mengalir kepada Allah SWT, karena hanya atas kehendak-Nya penulis

dapat menyelesaikan perkuliahan di Arsitektur UNS. Tak lupa juga salawat dan salam kepada

Nabi kita tercinta SAW yang atas izin Allah, indahnya iman hasil perjuangan beliau bisa kita

rasakan bersama hingga saat ini.

Lebak Bulus Regional Mass Rapid Transit Station merupakan karya penutup penulis di

Jurusan Arsitektur UNS, yang merupakan buah pemikiran yang sederhana atas permasalahan

yang terjadi di Kota Jakarta.

Izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada dosen-dosen yang telah

membantu penulis hingga dapat menyelesaikan karya ini:

o Prof. Dr. H. Ravik Karsidi, MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

o Prof. Dr. Kuncoro Diharjo, ST, MT, selaku Dekan Fakultas Teknik UNS

o Dr. Ir. Mohammad Muqoffa, MT, selaku Ketua Jurusan Arsitektur UNS

o Kahar Sunoko, ST, MT, selaku Ketua Program Studi Arsitektur UNS

o Ir. Marsudi,MT, selaku dosen Pembimbing Akademik

o Ir. Hardiyati, MT, selaku dosen pembimbing Tugas Akhir I

o Ir. M. Asrori, MT, selaku dosen pembimbing Tugas Akhir II

o Ir. Widi Suroto, MT dan Tri Joko Daryanto, ST, MT, selaku dosen penguji Tugas

Akhir

o Ir. Rachmadi Nugroho, MT dan Ir. Hadi Setiawan, MT, selaku dosen pembimbing

SPA 7

(6)

commit to user

v

o Seluruh dosen dan staff Jurusan Arsitektur UNS

Tidak ada yang dapat penulis lakukan atau katakan, selain hanya mendoakan Jazakallah

khairan katsiran, hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan kalian semua.

Terakhir, karena keterbatasan waktu dan keterbatasan penulis sendiri, masih banyak terdapat

kesalahan pada penyusunan konsep ini, untuk itu, penulis mengharapkan masukan-masukan

untuk perbaikan di hari kedepan.

Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan, semoga tugas akhir ini dapat diambil

manfaatnya. Jika terdapat hal-hal yang kurang berkenan bagi semua pihak yang terlibat mulai

dari proses awal perumusan hingga terselesaikannya tugas akhir ini, penulis mohon maaf yang

sebesar-besarnya.

Wassalam

Solo, 4 Juli 2012

(7)

commit to user

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah ya Allah, atas segala kemudahan, semua pertolongan, kebahagiaan, keluarga

yang hebat, teman yang baik. Alhamdulillah ‘ala kulli hal :)

o My beloved parent, Mama dan Baba, for all the trouble that I cause, for all the pain

that I made, for everything that you devote for me, I can never love you and thank you

enough

o Allahyarham Jidah tersayang, we miss you so much. Semoga Jidah bahagia disana dan

bisa bahagia juga sama ima sekarang

o Ameh didik dan Ami hedar, yang menyayangi, mendidik, dan mendukung ima

layaknya orang tua ima, ima sayang bgt sama ameh dan ami seperti orang tua ima

sendiri

o Ridlo, Faiz, dan Najah, adik-adikku tercinta, maaf ima jarang ada didekat kalian, bantu

kalian, jadi temen kalian. Harapan ima, kalian akan punya kualitas urusan dunia dan

akhirat yg jauuuh lebih baik dari ima. I love youuu :*

o Maya dan Farah, adik-adikku sekaligus temanku yang tersayang, thanks and sorry for

everything, jangan males2, sukses selalu dunia akhirat, love you :)

o Ameh-ameh, bibi-bibi, ami-ami, dan semua sepupu ima yang selalu ima sayang,

terima kasih untuk semuanya, sayangnya, bantuannya, doanya, semangatnya

o Eki, thanks for everything ya, sabarnya, dukungannya, doanya juga :)

o Bu nunu, terima kasih sekali untuk semuanya ya ibu, membimbing saya,

(8)

commit to user

vii

ibu untuk kami semua mahasiswa ibu, khususnya yg di HMA, mulai dari waktu ibu

jadi kajur dulu sampe sekarang, we love you bu nunuuu :)

o Pak asrori, terima kasih banyak untuk semua yang bapak berikanbimbingan bapak

selama ini :)

o Pak hohok dan pak hadi yang memberi banyak masukan mulai dr jaman SPA 7 smp

tugas akhir, terima kasih juga untuk dukungan dan optimismenya pak :)

o Besty dan Nita, sahabat tersayang, thanks for being such a great friends, semoga ada

waktunya kita bisa kumpul lagi, curhat lagi, seneng-seneng lagi. Aku bersyukur punya

sahabat seperti kalian :)

o Eka Feri Rudianto, terima kasih semua bantuannya ya pak ketu, jangan lulus

lama-lama laah, kasian r*a, hehe. Oia, jgn lupa sm aku kalo udah jadi penyanyi terkenal :p

o Sarah Aisha, dan Teteh Diah, teman-teman masa kecilku sampai dewasa yang mau

berbagi printernya sampe mau jebol *kl idup itu printer udah jadi sarjana teknik kayak

kita :p

o Pu, Vindut, Emi, Tumpi, Nuri, Cisma, Temi and all my besties, terima kasih untuk

semuanya ya teman-teman, I miss you guys so much already :)

o Bandung Bondowoso a.k.a Adityo Bagus Wicaksono, makasih renderannya ya,

banyak juga yang memuja karyamu :)

o TIM HORE 2008, kapan ya kita bisa kumpul kayak dulu, thanks for all the help and

the sweet memories. I’m gonna miss you guys so muuuuch :)

o Temen-temen Studio TA 126, khususnya roommate ku, Tika, Sari, Apen, dan Mbak

(9)

commit to user

viii

o Temen-temen Arsitektur UNS, teman-teman HMA, mulai dari yang paling muda

sampe yang paling tua, terima kasih untuk semuanyaaa, mohon maaf selama ini kalo

ada salah-salah :)

o Mbak Nuruuuul, a.k.a CEO BURSA Arsitektur, makasih semua jajanannya ya mbak,

makasih juga buat kebersamaan kita selama aku kuliah di Arsi UNS, ecieeh :)

o Anak-anak NEO, Eto, Roni, Gilang, Ria, Lukman, ayo mural lagi, hahaha

o Semua dosen dan staff Arsitektur UNS, mas Toni, pak Bejo, bu Ruqoiyah, dan

semuanya, terima kasih sekali bantuannya yaaa

o Mbak Meta dan semua yang terlibat di PT. MRT Jakarta yang sering sekali saya

repotkan, terima kasih ya mbak :)

o Staff Depo Stasiun Lempuyangan Jogjakarta

o Semua pihak yang telah mendukung saya baik materil maupun non materil yang tidak

dapat saya sebutkan satu per satu.

Saya tidak mampu untuk membalas kebaikan kalian semua, untuk itu saya hanya dapat

mendoakan Jazakalah khairan katsiran, terima kasih banyak, semoga Allah memberikan balasan

yang lebih baik.

Saya harap dapat dambil sedikit dari hal-hal baik yang ada pada diri dan karya saya.

Sedangkan atas banyaknya kesalahan yang saya perbuat selama ini saya mohon maaf yang

(10)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Keterangan Halaman

Tabel II.1 Fitur MRT II-6

Tabel II.2 Persyaratan Perencanaan Lengkungan II-12

Tabel II.3 Kecepatan dan Nomor Wesel II-19

Tabel II.4 Architectural Wayfinding Components II-28

Tabel III.1 Data Iklim Jakarta III-2

Tabel III.2 Kebutuhan perjalanan harian III-9

Tabel III.3 Panjang Perjalanan Rata-rata III-10

Tabel III.4 Pergerakan Komuter Jakarta-BODETABEK Tahun 2000 III-10

Tabel V.1 Pelaku, Jenis Kegiatan dan Macam Ruang V-13

Tabel V.2 Besaran Ruang Utama Sasiun Transit V-17

Tabel V.3 Besaran Ruang Station Office V-18

Tabel V.4 Besaran Ruang Utilitas V-18

Tabel V.5 Besaran Ruang Service V-19

Tabel V .6 Besaran Ruang Parkir Komunal V-19

Tabel V.7 Besaran Ruang Cuci Mobil V-20

Tabel V.8 Besaran Ruang Bengkel V-20

Tabel V.9 Besaran Ruang Penyimpanan dan Pemeriksaan V-21

Tabel V.10 Besaran Ruang Operational Control Center V-21

Tabel V.11 Besaran Ruang Workshop V-22

Tabel V.12 Besaran Ruang Workshop Ofice V-24

Tabel V.13 Besaran Ruang Infrastructure Maintenance Office V-25

(11)

commit to user

x

Tabel V.15 Besaran Ruang Utama PT. MRT Jakarta Office V-26

Tabel V.16 Besaran Ruang Utilitas PT. MRT Jakarta Office V-27

Tabel V.17 Besaran Ruang Commercial Area V-28

Tabel V.18 Besaran Ruang Commercial Area V-28

Tabel V.19 Analisa Hubungan Peruangan V-30

Tabel V.20 Matrik Hubungan Ruang Stasiun Transit V-30

Tabel V.21 Matrik Hubungan Ruang Park and Ride V-30

Tabel V.22 Matrik Hubungan Ruang Depo V-31

Tabel V.23 Matrik Hubungan Ruang PT. MRT Jakarta V-31

Tabel V.24 Matrik Hubungan Commercial Area V-32

Tabel V.25 Macam Sistem Air Conditioning dalam Bangunan V-35

Tabel V.26 Analisa Sistem Sirkulasi Vertikal MRT V-39

Tabel V.27 Spesifikasi Kereta V-43

Tabel V.28 Bentuk-Bentuk Dasar V-56

Tabel V.29 Analisa Material Kulit Luar Commercial Area V-60

Tabel V.30 Analisa pemilihan pondasi V-63

Tabel V.31 Perbandingan System Up Feed dan Down Feed V-70

Tabel V.32 Analisa Kebutuhan Air untuk Pemadam Kebakaran V-74

Tabel V.33 Alternatif Pemilihan Sistem Pengaman Bahaya Petir V-74

Tabel VI.1 Besaran Ruang Transit Utama VI-1

Tabel VI.2 Besaran Ruang Kantor Stasiun VI-1

Tabel VI.3 Besaran Ruang Utilitas Transit VI-1

Tabel VI.4 Besaran Ruang Service Stasiun Transit VI-2

(12)

commit to user

xi

Tabel VI.6 Besaran Ruang Cuci Mobil VI-2

Tabel VI.7 Besaran Ruang Bengkel VI-3

Tabel VI.8 Besaran Ruang Penyimpanan dan Pemeriksaan VI-3

Tabel VI.9 Besaran Ruang OCC VI-3

Tabel VI.10 Besaran RuangWorkshop VI-3

Tabel VI.11 Besaran RuangWorkshop Office VI-4

Tabel VI.12 Besaran Ruang Infrastructure Maintenance Office VI-4

Tabel VI.13 Besaran Ruang Service Depo VI-5

Tabel VI.14 Besaran Ruang Kantor Utama VI-5

Tabel VI.15 Besaran Ruang Utilitas Kantor VI-5

Tabel VI.16 Besaran Ruang Shop and food court VI-6

Tabel VI.17 Besaran Ruang Hypermart VI-6

Tabel VI.18 Total Besaran Ruang VI-7

Tabel VI.19 Hasil Analisa Bentuk Bangunan VI-16

(13)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar Keterangan Halaman

Gambar I.1 Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Tahun 1990-1999 I-3

Gambar I.2 Peta Pembatasan Lalu Lintas dan Penggunaan Moda Angkutan I-4

Gambar II.1 Peta rencana jalur MRT II-2

Gambar II.2 Skema Rencana Jalur MRT II-2

Gambar II.3 Perbedaan jenis armada monorail dan MRT II-4

Gambar II.4 Perbedaan Jalur Monorail dan MRT II-5

Gambar II.5 Alternatif Kepala Kereta II-6

Gambar II.6 Alternatif Anak gerbong II-7

Gambar II.7 Kondisi MRT di tengah jalan di Bangkok II-7

Gambar II.8 Sistem Pematusan Bawah Tanah II-17

Gambar II.9a Wesel Biasa Kanan II-17

Gambar II.9b Wesel Biasa Kiri II-17

Gambar II.10a Wesel Searah Lengkung II-17

GambarII.10b Wesel Berlawanan Arah Lengkung II-17

Gambar II.10c Wesel Simetris II-17

Gambar II.11 Wesel Biasa Tiga Jalan II-18

Gambar II.12 Wesel dalam Lengkung Tiga Jalan II-18

Gambar II.13 Wesel Inggris II-18

Gambar II.14 Komponen Wesel II-19

(14)

commit to user

xiii

Gambar II.16 Barisan Miring II-20

Gambar II.17 Parkir 45° II-21

Gambar II.18 Parkir drive-trough 45° untuk kendaraan sedang-kecil (tidak

mundur) II-21

Gambar II.19 Parkir drive-trough 45° untuk kendaraan besar (tidak mundur) II-21

Gambar II.20 Parkir 90° untuk mobil kecil dan sedang a mobil sangat kecil b II-21

Gambar II.21 Tikungan yang lebih lebar untuk jalur parkir yang lebih sempit II-21

Gambar II.22 Contoh penempatan Signage II-36

Gambar II.23 Contoh penempatan Diretories II-37

Gambar II.24 Wayfinding Palette II-38

Gambar II.25 Contoh penempatan Signage II-38

Gambar III.1 Peta Wilayah Pengembangan DKI Jakara III-1

Gambar III.2 Sistem Jaringan Pendukung Transportasi III-5

Gambar III.3 Pola Jaringan Jalan DKI Jakarta III-7

Gambar III.4 Kepadatan Jaringan Jalan DKI Jakarta III-8

Gambar III.5 Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Tahun 1990-1999 III-8

Gambar III.6 Peta Pembatasan Lalu Lintas dan Penggunaan Moda Angkutan III-13

Gambar III.7 Skenario Sistem Jaringan Jalan III-18

Gambar III.8 Rencana Integrasi Transportasi III-19

Gambar III.9 Peta Jalur MRT III-20

Gambar V.1 Aktivitas Penumpang Naik V-2

Gambar V.2 Aktivitas Penumpang Turun V-2

Gambar V.3 Aktivitas Penumpang Busway V-3

(15)

commit to user

xiv

Gambar V.5 Aktivitas Pengelola Staiun V-3

Gambar V.6 Aktivitas Pengelola Depo V-3

Gambar V.7 Aktivitas Pengelola Park and Ride V-4

Gambar V.8 Aktivitas Pegawai PT. MRT Jakarta V-4

Gambar V.9 Aktivitas Pengelola Commercial Area V-4

Gambar V.10 Aktivitas Pedagang/ Sales Retail V-5

Gambar V.11 Aktivitas Dealer Barang V-5

Gambar V.12 Pencapaian Makro ke Lokasi V-38

Gambar V.13 Pencapaian Mikro ke Lokasi V-38

Gambar V.14 Standar Ketinggian Stasiun Elevated V-40

Gambar V.15 Analisa Sistem Sirkulasi Kereta MRT V-40

Gambar V.16 Analisa Sistem Sirkulasi Horizontal User V-41

Gambar V.17 Analisa Sistem Sirkulasi Vertikal User V-41

Gambar V.18 Perhitungan Sudut Wesel V-43

Gambar V.19 Penempatan Massa Fix V-44

Gambar V.20 Penempatan Massa Fleksibel V-45

Gambar V.21 Skema Potongan Penempatan Massa Fleksibel V-45

Gambar V.22 Analisa Pencapaian origin transit menuju site V-46

Gambar V.23 Respon Desain Pencapaian origin transit menuju site V-47

Gambar V.24 Analisa user Depo V-48

Gambar V.25 Respon Desain sirkulasi user Depo V-48

Gambar V.26 Analisa penataan terminal fedeer V-49

Gambar V.27 Respon Desain penataan terminal fedeer V-50

(16)

commit to user

xv

Gambar V.29 Respon Desain penataan kantor PT. MRT Jakarta V-51

Gambar V.30 Analisa entrance dan sirkulasi mobil dealer V-52

Gambar V.31 Respon Desain entrance dan sirkulasi mobil dealer V-53

Gambar V.32 Skema Jalur Stasiun MRT Koridor Utara-Selatan V-56

Gambar V.33 Skema Ketinggian Stasiun Elevated MRT V-57

Gambar V.34 Shelter Busway V-57

Gambar V.35 Crane Depo V-58

Gambar V.36 Persyaratan Ruang Office V-59

Gambar V.37 Kebutuhan Ketinggian Instalasi Listrik MRT V-60

GambarV.38a Pondasi Sumuran V-62

GambarV.38b Pondasi Tiang Pancang V-62

Gambar V.39 Pondasi Footplate V-63

Gambar V.40 Sistem Belt Truss V-65

Gambar V.41 Sistem Space Frame V-65

Gambar V.42 Struktur tenda V-67

Gambar VI.1 Site terhadap Kota Jakarta VI-10

Gambar VI.2 Penentuan Site VI-10

Gambar VI.3 Pencapaian ke Site VI-11

Gambar VI.4 Analisa Sistem Sirkulasi Kereta MRT VI-12

Gambar VI.5 Analisa Sistem Sirkulasi Horizontal User VI-12

Gambar VI.6 Penempatan Massa Fleksibel VI-13

Gambar VI.7 Respon Desain Pencapaian origin transit menuju site VI-13

Gambar VI.8 Respon desain Sirkulasi User Depo VI-14

(17)

commit to user

xvi

Gambar VI.10 Respon Desain Penataan Kantor PT. MRT Jakarta VI-15

Gambar VI.11 Respon Desain Entrance dan Sirkulasi Mobil Dealer VI-15

Gambar VI.12 Skema Sistem Jaringan Listrik VI-18

Gambar VI.13 Skema Sistem Jaringan Listril Operasional MRT VI-18

Gambar VI.14 Skema Sistem Sistem Distribusi Air Bersih Down Feed VI-19

Gambar VI.15 Skema Sistem Sistem Pembuangan Air Kotor dan Buangan VI-20

Gambar VI.16 Skema Sistem Sistem Komunikasi Internal VI-20

Gambar VI.17 Skema Sistem Sistem Komunikasi Eksternal VI-20

Gambar VI.18 Skema Sistem Sistem Komunikasi MRT VI-21

(18)

commit to user

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

A. JUDUL DAN PENGERTIAN

“Lebak Bulus Regional Mass Rapid Transit Station dengan Pendekatan Architectural

Wayfinding

· Lebak Bulus: wadah yang akan didirikan berlokasi di Lebak Bulus, DKI Jakarta

· Regional: bersifat daerah; kedaerahan (Sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi III)

· MRT: Mass Rapid Transit yang secara harfiah berarti angkutan yang dapat

mengangkut penumpang dalam jumah besar secara cepat (Sumber: PT. MRT

Jakarta)

· Station: tempat Pemberhentian kereta, dimana penumpang bisa naik dan turun dari

kereta (Oxford Dictionary, 2000)

· Wayfinding: system yang dasarnya adalah sebuah suksesi petunjuk yang membantu

orang menavigasi jalan mereka dari satu tempat ke tempat lain, juga didefinisikan

sebagai pemecahan masalah spasial (W., Murray & Vandervelde, Amy, 2008, p.1)

Definisi Operasional:

Lebak Bulus Regional MRT Station merupakan wadah yang menampung segala

aktivitas yang berkaitan dengan penggunaan jasa pelayanan transpotrasi public MRT

di Lebak Bulus secara menyeluruh, baik proses menaikkan dan menurunkan

(19)

commit to user

I-2

area komersil dan perkantoran dengan lingkup layanan regional yang perencanaan

dan perancangannya didasarkan pada konsep wayfinding.

B. LATAR BELAKANG

1. Kebutuhan Mass Rapid Transit

Permasalahan lalu lintas yang terjadi di wilayah DKI Jakarta antara lain

disebabkan oleh meningkatnya tekanan terhadap prasarana dan sarana transportasi

yang tidak terlepas dari besarnya intensitas dan mobilitas pergerakan penduduk dari

setiap bagian wilayah ke bagian-bagian wilayah yang lain, di mana pada dasarnya, hal

ini dipengaruhi oleh kuantitas dan frekuensi pergerakan penduduk urban maupun

sub-urban. Berdasarkan survey dari "Arterial Road System Development Study" (ARSDS,

1985) secara rata-rata setiap penduduk Jakarta melakukan 1,68 perjalanan/orang/hari.

Ini berarti bahwa jumlah perjalanan harian yang dilakukan oleh penduduk Jakarta

mencapai lebih dari 15 juta perjalanan. Jumlah ini tidak termasuk perjalanan yang

dilakukan oleh penduduk di luar Jakarta yang datang relativ hanya melintasi Jakarta.

Seiring dengan bertambahnya prasarana jalan, pertumbuhan ekonomi dan

pendapatan masyarakat, jumlah kendaraan turut meningkat, seperti yang ditunjukkan

pada Gambar 11. Pada periode tahun 1990 s/d tahun 1997, terlihat bahwa

pertumbuhan jumlah kendaraan 2elative tinggi untuk seluruh jenis kendaraan.

Setelah tahun 1997, yaitu pada saat krisis ekonomi mulai terjadi, terlihat bahwa

tingkat pertumbuhan jumlah kendaraan relative menurun untuk keseluruhan jenis

(20)

commit to user

I-3

Ga mbar I.1: Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Tahun 1990-1999 Sumber: Dinas Tata Ruang DKI Jakarta

Tabel diatas menunjukkan bahwa minat masyarakat DKI Jakarta terhadap

transportasi publik masih sangat minim. Dengan meningkatnya jumlah kendaraan

pribadi di jalanan DKI Jakarta setiap harinya, yang tidak berbanding lurus dengan

ketersediaan jalanan, merupakan penyebab utama terjadinya kemacetan hampir di

seluruh titik di jalanan Jakarta.

Untuk menanggulangi masalah kemacetan yang terlanjur terjadi ini, tentunya

tidak ada solusi tunggal. Jakarta yang belum memiliki system angkutan missal, sangat

memerlukan sebuah system transportasi public yang cepat, terjangkau, nyaman, dan

andal. Sudah saatnya MRT dibangun di Jakarta, mengingat tingkat kepemilikan mobil

dan kepadatan mobil per area jalan yang tinggi. Mengapa MRT?Karena MRT

memiliki kapasitas yang besar. Contoh: Bangkok MRT berkapasitas 40.000

passenger per hour per direction (pphpd), sedangkan Manila MRT berkapasitas

23.000-48.000 pphpd. Selain itu, MRT relative lebih ramah lingkungan, dengan

jumlah carbon footprint per orang jauh lebih rendah dibandingkan dengan pengguna

(21)

commit to user

I-4

Saat ini pertumbuhan jalan di Jakarta kurang dari 1% per tahun dan setiap hari

setidaknya ada 1000 lebih kendaraan bermotor baru turun ke jalan di Jakarta (Data

Dinas Perhubungan DKI Jakarta). Studi Japan International Corporation Agency

(JICA) 2004 menyatakan bahwa bila tidak dilakukan perbaikan pada sistem

transportasi, diperkirakan lalu lintas Jakarta akan macet total pada 2020 (Study on

Integrated Transportation Master Plan/ SITRAMP II)

2. Regional MRT Station di Jakarta

Sebuah regional station akan memiliki cakupan pelayanan yang bersifat Regional.

Untuk dapat melakukan perannya tersebut, maka penempatan posisi sebuah regional

station harus dipertimbangkan dengan matang.untuk dapat menangkap pergerakan

yang besar dari daerah origin, sebuah regional station akan efektif jika diposisikan di

pinggir sebuah kota.

(22)

commit to user

I-5

Selain penempatan, untuk dapat memenuhi visi kota Jakarta yang ingin

meningkatkan minat masyarakat terhadap transportasi publik, perlu juga untuk di

fasilitasi dengan sebuah wadah yang dapat menampung kendaraan pribadi dari

masyarakat origin transit untuk kemudian setelah sampai di Regional Station, mereka

dapat berganti moda dengan menggunakan public transport untuk menuju ke pusat

kota.

Sebuah Regional Transit yang terletak di pinggir kota, akan memiliki potensi lain,

yaitu untuk didirikannya sebuah Depo untuk penyimpanan, perawatan, dan perbaikan

armada kereta MRT. Hal ini dikarenakan kecilnya potensi pendirian Depo di pusat

kota yang notabene peruntukan lahannya bukan untuk fasilitas umum, melainkan

untuk kawasan komersil dan perkantoran.

3. Urgensi Architecture Wayfinding pada Lebak Bulus Regional Mass Rapid Transit

Station.

Penduduk Kota Jakarta dengan segala aktivitasnya yang kompleks, menuntut

sebuah sistem mobilitas yang cepat, tepat, dan dengan arah yang jelas. Hal itu

merupakan kebutuhan yang apabila tidak terpenuhi akan menyebabkan banyak

kerugian, baik waktu, biaya, dan kesehatan, baik fisik maupun mental, dan lain

sebagainya.

Kompleksitas sebuah tata ruang dapat menimbulkan kebingungan bagi user ruang

tersebut. Dalam tujuan untuk meningkatkan anemo masyarakat terhadap transportasi

publik, dengan demikian tata ruang sebuah fasilitas transportasi umum pun dituntut

(23)

commit to user

I-6

fasilitas transportasi publik tidak dapat memenuhi hal tersebut, user yang telah

menggunakan fasilitas tersebut pun akan mendapatkan masalah navigasi yang

berujung pada hal-hal tersebut diatas, yang kemudian akan berakibat menurunnya

pengguna fasilitas trasportasi publik tersebut diakibatkan kerugian-kerugian yang

dialami.

Dengan demikian, dalam perencanaan dan perancangan sebuah fasilitas publik,

dalam hal ini khususnya fasilitas transpotrasi publik di Jakarta, membutuhkan sebuah

system yang dapat menghasilkan desain yang “mudah terbaca” bagi usernya.

Desain architecture wayfinding yang baik memberikan sumbangsih yang penting

bagi universal desain karena user fasilitas, peningkatan kepuasan, dan mengurangi

stigma dan isolasi user dari kekurangan informasi. Desain wayfinding yang baik juga

mengurangi kebingungan pengunjung dan kesalahan pegawai, menghemat waktu dan

uang, dan mencegah kecelakaan.selain itu juga mengurangi stress, meningkatkan

kesehatan dan produktivitas (Evans and McCoy, 1998). “Kemampuan seseorang

untuk menemukan jalan menuju, melalui, dan keluar dari sebuah bangunan jelas

merupakan sebuah prasyarat untuk kepuasan tujuan yang lebih tinggi,” menurut

desainer Jerry Weissman pada tahun 1981.

Weissman berargumen bahwa “’keterbacaan sebuah lingkungan’ - sejauh mana

hal itu mempengaruhi proses wayfinding” memiliki konsekuensi perilaku yang

signifikan, melihat efeknya pada kebahagiaan dari warga lanjut usia dalam

pengaturan perumahan, sebagai contohnya (Weissman, 1981: 189, 204).

Wayfinding dan pemetaan kognitif tidak dapat dipisahkan dan kebanyakan orang

(24)

commit to user

I-7

internal seseorang tentang titik, garis, dan permukaan yang dipelajari, dirasakan, dan

diingat dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif untuk memberikan arahan ruang

kepada wayfinder (Golledge, 1999). Tanpa proses pemetaan kognitif dan

pengembangan selanjutnya dari peta kognitif tersebut, seseorang akan harus

mempelajari ulang informasi wayfinding tentang ruang tertentu setiap kali mereka

mengunjunginya.

Kata kunci: Mass Rapid Transit, Regional Station, Wayfinding.

C. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN

1. Permasalahan:

Bagaimana merencanakan dan merancang sebuah Lebak Bulus Regional Mass Rapid

Transit Station dengan system yang memudahkan user untuk menavigasi jalan

mereka.

2. Persoalan

Persoalan yang dapat ditemukan dari permasalahan diatas adalah:

a. Aspek Komersial:

Bagaimana mengolah site untuk Lebak Bulus Regional Mass Rapid Transit

Station dengan sistem navigasi secara holistic dengan baik untuk meningkatkan

minat masyarakat untuk menggunakan fasilitas ini?

b. Aspek Wadah Pelayanan:

1) Bagaimana merencanakan program ruang agar dapat mewadahi kegiatan

(25)

commit to user

I-8

2) Bagaimana merencanakan sirkulasi dan akses yang baik untuk

memudahkan sistem navigasi dan informasi user?

3) Bagaimana mengintegrasikan fungsi stasiun transit, depo stasiun, park and

ride, perkantoran, dan perbelanjaan dalam sebuah desain untuk

memberikan kenyamanan dan kemudahan navigasi bagi user?

c. Aspek Kinerja Bangunan:

1) Bagaimana merancang struktur yang selain dapat menyalurkan beban

bangunan juga dapat membantu user memetakan fungsi di peta

mentalnya?

2) Bagaimana merancang sistem utilitas Lebak Bulus Regional MRT Station

yang mendukung keamanan, kenyamanan, dan navigasi user?

d. Aspek Manusia

Bagaimana merencanakan program ruang agar dapat mewadahi atribusi yang

dibutuhkan user dalam sebuah regional station dengan sistem navigasi yang

mudah?

D. TUJUAN DAN SASARAN

1. Tujuan

Menyusun sebuah Konsep Perencanaan dan Perancangan Lebak Bulus Regional Mass

Rapid Transit Station dengan Pendekatan Architecture Wayfinding sebagai fasilitas

transit MRT dengan sirkulasi yang aman, nyaman, jelas, dan dirintegrasikan dengan

Busway dan Taman Park and Ride dan dikombinasikan dengan fungsi Depo,

(26)

commit to user

I-9 2. Sasaran

a. Konsep Sistem Peruangan

1) Merancang pemintakatan zona – zona kegiatan, mulai dari kegiatan

parkir, transit MRT, belanja, perkantoran, dan maintenance kereta untuk

konsistensi fungsi.

2) Melakukan perhitungan ruang dan persyaratan aktivitas yang

menghasilkan jumlah ruang, besaran ruang, hubungan ruang, organisasi

ruang, dan data atribusi.

3) Menentukan jenis sirkulasi yang tepat bagi Stasiun Regional MRT untuk

memudahkan navigasi user, serta mengintegrasikannya dengan sirkulasi

Park and Ride, Depo, Kantor, dan Commercial Area.

b. Konsep Bentuk dan Tata Massa

1) Melakukan penataan massa yang tepat, untuk mencapai kejelasan alur

sirkulasi, sehingga user mudah menavigasi posisi dan mencapai tujuan.

2) Merancang komposisi tampak dan material yang memperkuat fungsi,

sehingga mudah diingat oleh peta mental user.

c. Konsep Struktur

Merancang sistem struktur yang sesuai dengan kebutuhan struktural

masing-masing massa juga dapat mendukung sistem navigasi user.

d. Konsep Utilitas

1) Merancang system komunikasi yang terpadu, baik di dalam, maupun luar

(27)

commit to user

I-10

2) Melakukan analisa pembuangan limbah untuk menghasilkan sebuah

system pembuangan limbah yang tepat.

3) Merancang sistem pencahayaan yang dapat membantu navigasi user.

E. LINGKUP DAN BATASAN PEMBAHASAN

1. Lingkup

Pembahasan diorientasikan pada perencanaan dan perancangan sebuah fasilitas

perjalanan MRT yang melayani mulai dari pembelian tiket hingga menggunakan jasa

MRT untuk bepergian yang didukung dengan fasilitas transfer dari kendaraan pribadi

ke kendaraan umum, Depo, Commercial Area, dan Kantor yang didasarkan pada

konsep Architecture Wayfinding untuk mempermudah sistem navigasi dan informasi

user.

2. Batasan

Batasan fasilitas yang akan diwadahi dalam Lebak Bulus Regional Mass Rapid

Transit Station adalah:

a. Transit MRT, mulai dari pembelian tiket hingga naik dan turun dari MRT

b. Park and Ride, dimana penumpang dari transit origin yang menuju pusat kota

dapat transfer dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.

c. Depo Stasiun, dimana kereta-kereta MRT disimpan, dirawat, dan diperbaiki.

d. Kantor PT. MRT Jakarta di bidang Control and Maintenance sebagai tempat

bekerja pegawai PT. MRT Jakarta yang bertugas mengawasi dan memelihara

(28)

commit to user

I-11

e. Commercial Area, sesuai dengan karakter MRT Lebak Bulus sebagai Regional

Station, dimana para user dari regional MRT station dapat memenuhi berbagai

kebutuhan.

F. METODA PENYELESAIAN

1. Gagasan Awal

Main idea adalah membentuk sebuah wadah transit MRT sebagai upaya untuk

mengurangi kemacetan yang terjadi di DKI Jakarta yang didukung dengan fasilitas

Park and Ride untuk transfer kendaraan dan depo stasiun untuk maintenance kereta.

2. Pengungkapan Masalah

Dari gagasan awal akan muncul garis besar permasalahan dari beberapa aspek

desain sebuah staiun transit dan fasilitas-fasilitas pendukungnya yang dapat

diselesaikan dengan bantuan data –data dan informasi berupa teoretik, dan empirik

yang terkait.

3. Input

a. Studi Literatur

Dengan orientasi pada objek observasi untuk mendapatkan data sekunder

MRT dan stasiun melalui studi pustaka yang telah disusun oleh pihak lain melalui

berbagai studi dan penelitian.

Data Sekunder tersebut antara lain:

1) Rencana Tata Ruang DKI Jakarta

(29)

commit to user

I-12

3) Teori – teori yang berkaitan dengan Regional Station, Depo Stasiun, taman

parkir, dan perkantoran, dan Architecture Wayfinding.

b. Observasi

Proses perolehan data dengan cara mengamati dan meneliti situasi dari

Stasiun MRT, depo, taman parkir, perkantoran dan pusat perbelanjaan yang sudah

ada.

c. Wawancara

Dilakukan dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan kepada

narasumber yang terkait untuk mendapatkan informasi – informasi terkait dengan

user, kegiatan yang dilakukan, dan atribusi yang dibutuhkan sebuah Regional

MRT Station.

4. Proses Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan

Proses analisa data dan informasi, serta fenomena yang terjadi di Regional MRT

Station yang sudah ada untuk prediksi yang akan datang yang diorientasikan pada

tujuan dan sasaran dengan tiga pemprograman yaitu pemrograman fungsional,

pemrograman performansi, dan pemrograman arsitektur. Pemrograman fungsional

untuk mengetahui tujuan diadakannya wadah Regional Mass Rapid Transit Station

berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan oleh user dalam sebuah struktur organisasi.

Pemrograman performansi yaitu analisa kebutuhan tiap – tiap kegiatan yang ditunjang

oleh atribusi. Pemrograman arsitektur yaitu analisa pengaturan ruang, detail

perancangan dari hasil pemrograman fungsional dan pemrograman performansi yang

didasarkan pada prinsip Architecture Wayfinding.

(30)

commit to user

I-13

Sintesa dari hasil analisa setiap faktor yang berkaitan. Hal – hal mendetail yang

telah didapat di sintesa untuk mendapat sebuah kesimpulan, yang kesimpulan itu

mengarah kepada rumusan konsep perencanaan dan perancangan. Rumusan tersebut

kemudian akan diterjemahkan ke dalam bentuk gambaran awal berupa transformasi

desain Regional MRT Station yang kemudian akan mengarahkan kepada proses pra

desain Lebak Bulus Regional Mass Rapid Transit Station dengan Pendekatan

Architecture Wayfinding.

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Tahap I: Pendahuluan

Pendahuluan dengan latar belakang yang merumuskan permasalahan yang

timbul dan persoalan yang perlu dipecahkan untuk mencapai tujuan

dengan mengidentifikasi sasaran – sasaran. Lingkup pembahasan Lebak

Bulus Regional MRT Station, metoda penyelesaian, dan sistematika

pembahasan Lebak Bulus Regional Mass Rapid Transit Station dengan

Pendekatan Architecture Wayfinding.

Tahap II: Tinjauan Pustaka

Peninjauan teoretik mengenai stasiun transit yang menggabungkan fungsi

stasiun transit, depo stasiun, taman parkir, perkantoran, perbelanjaan, dan

Architecture Wayfinding sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam

merencanakan dan merancang Lebak Bulus Regional Mass Rapid Transit

(31)

commit to user

I-14

Tahap III: Tinjauan Data dan Informasi

Tinjauan mengenai kota DKI Jakarta dan kondisi transportasinya saat ini

dan wacana yang akan datang sebagai lokasi pengembangan MRT yang

dikaitkan dengan aspek peraturan dan lingkungan di DKI Jakarta.

Tahap IV: Lebak Bulus Regional MRT Station yang Direncanakan

Merumuskan bangunan Lebak Bulus Regional Mass Rapid Transit Station

dengan Pendekatan Architecture Wayfinding, yaitu konsep yang

memudahkan user untuk melakukan navigasi.

Tahap V: Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan Lebak Bulus Regional

Mass Rapid Transit Station dengan Pendekatan Architecture Wayfinding

Menganalisa data dan informasi serta fenomena dari preseden staiun

transit, depo stasiun, taman parkir, perkantoran, dan pusat perbelanjaan

dengan tiga tahap pemrograman, yaitu pemrograman fungsional,

pemrograman performansi, dan pemrograman arsitektur.

Tahap VI: Konsep Perencanaan dan Perancangan Lebak Bulus Regional Mass Rapid

Transit Station dengan Pendekatan Architecture Wayfinding

Pengungkapan kesimpulan dari hasil analisa yang berupa konsep

perencanaan dan konsep perancangan Lebak Bulus Regional Mass Rapid

(32)

commit to user

II-1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN MRT

1. Pengertian

MRT adalah singkatan dari Mass Rapid Transit yang secara harfiah berarti angkutan

yang dapat mengangkut penumpang dalam jumah besar secara cepat (Sumber: PT.

MRT Jakarta)

2. Tujuan MRT

Tujuan utama dibangunnya system MRT adalah memberikan kesempatan kepada

warga kota untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas perjalanan/ mobilitasnya

dengan lebih andal, terpercaya, aman, nyaman, terjangkau, dan lebih ekonomis

(Sumber: PT. MRT Jakarta)

3. Manfaat MRT

Manfaat langsung dioperasikannya system MRT ini adalah meningkatnya mobilitas

warga kota yang berdampak langsung kepada peningkatan pertumbuhan ekonomi

kota, dan meningkatkan kualitas hidup warga kota.

Pembangunan MRT Jakarta juga diharapkan mampu memberikan dampak positif

lainnya bagi Jakarta dan warganya antara lain:

a. Penurunan waktu tempuh: waktu tempuh yang antara Lebak Bulus sampai

(33)

commit to user

II-2

sedangkan dari Lebak Bulus sampai kampong Bandan target waktu tempuh

sekitar 51 menit.

b. Dampak Lingkungan: 0.7% dari total emisi CO2, yaitu sekitar 93.663 ton per

tahun akan dikurangi oleh MRT (Data Revised Implementation Program for

Jakarta MRT System 2005)

c. Peningkatan kapasitas transportasi public: kapasitas angkut MRT (Lebak

Bulus-Bundaran HI) diharapkan mencapai sekitar 412ribu penumpang per hari (tahun

ketiga operasi dengan TOD)

4. Peran MRT Jakarta

Kota Jakarta sendiri telah memiliki berbagai macam pergerakan eksisting transportasi

public yang diwadahi di jalan-jalannya. Diharapkan jalur MRT ini akan menjadi pengikat

dan tulang punggung (backbone) dari seluruh pengembangan system dan moda

transportasi di Jakarta (Sumber: PT. LAPI ITB)

5. Jenis-jenis MRT

a. Berdasarkan jenis fisik:

1) BRT (Bus Rapid Transit)

2) LRT (Light Rail Transit), yaitu kereta api rel listrik, yang dioperasikan

menggunakan kereta (gerbong) pendek seperti monorel.

3) HRL (Heavy rail Transit), yang memiliki kapasitas besar seperti KRL yang

ada saat ini.

b. Berdasarkan area pelayanan:

(34)

commit to user

II-3

2) Commuter Rail yang merupakan jenis MRT untuk mengangkut penumpang

dari daerah pinggir kota ke dalam kota dan mengantarkannya kembali ke

daerah penyangga (sub-urban).

6. Jalur MRT Jakarta

MRT yang berbasis rel rencananya akan membentang kurang lebih ±108.7 km, yang

terdiri dari Koridor Selatan-Utara (koridor Lebak Bulus-Kampung Bandan) sepanjang

±21.7 km, dan Koridor Timur-Barat sepanjang ±87 km.

(35)

commit to user

II-4

Ga mbar II.2: Skema Rencana Jalur MRT Sumber: PT. MRT Jakarta

Pembangunan Koridor Selatan-Utara dari Lebak Bulus-Kampung Bandan dilakukan

dalam 2 tahap:

· Tahap I yang akan dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus sampai

dengan Bundaran HI sepanjang 15.5 km dengan 13 stasiun (7 stasiun Layang dan

6 stasiun bawah tanah) ditargetkan mulai beroperasi pada akhir 2016.

· Tahap II akan melanjutkan jalur selatan-Utara dari Bundaran HI ke Kampung

Bandan yang akan dimulai dibangun sebelum tahap I beroperasi dan ditargetkan

beroperasi paling lambat 2020.

Koridor Barat-Timur saat ini sedang dalam tahap pre-feasibility study. Koridor ini

ditargetkan paling lambat beroperasi pada 2027.

7. Spesifiaksi MRT Jakarta

a. Perbedaan dengan proyek monorel

Selain perbedaan dari segi pendanaan proyek, MRT juga memiliki jalur, kualifikasi,

kompleksitas, yang berbeda dibanding monorel (Sumber: PT. MRT Jakarta)

Ga mbar II.3. Perbedaan jenis armada monorail dan MRT Sumber: PT. LAPI ITB

Selain perbedaan dari segi armada kereta,, MRT juga memiliki perbedaan jalur

terhadap monorail. Dimana monorail terdapat 2 jenis trayek, yaitu Loop Line dan

monorail Kampung Melayu. Sedangkan Jalur MRT di Jakarta merupakan jalur linier

(36)

commit to user

II-5

(37)

commit to user

II-6

b. Fitur MRT

Tabel II.1 Fitur MRT Sumber: PT. MRT Jakarta Koridor Selatan – Utara

Panjang Lintasan: 23.8 Km

Koridor Timur – Barat Panjang Lintasan : 87 Km Tahap I Target penumpang/hari 412.000 (2020/tahun

ketiga operasi) Dengan Traffic Demand

Management (TDM) dan Transit Oriented Development (TOD)

1. Alternatif armada MRT

(38)

commit to user

II-7

Ga mbar II.6. Alternatif Anak gerbong Sumber: PT. MRT Jakarta

8. Preseden MRT

Area Pengembangan Sekitar Stasiun MRT, Bangkok

Pembangunan konstruksi rel kereta api pada koridor

ruang kota yang sempit telah mengakibatkan area-area

public yang berada di bawah jalur MRT menjadi sangat

kumuh, bising, gelap, pengap, dan menurunkan nilai

property yang berada di sekitarnya. Kondisi tersebut

diakibatkan oleh adanya bentuk pembangunan konstruksi jalur MRT yang selaras/

sejalan dengan pola perencanaan dan perancangan kota yang sudah ada sebelumnya.

Upaya perbaikan kondisi lingkungan perkotaan yang telah mengalami degradasi

kualitas fisik dan lingkungan tersebut adalah dengan menerapkan bentuk

pengendalian pola pembangunan bangunan tepi koridor MRT, melalui pemberian

jarak bebas dan ketinggian lantai (Sumber: PT. LAPI ITB)

Gambar II.7. Kondisi MRT di tengah jalan di Bangkok

(39)

commit to user

II-8

B. TINJAUAN REGIONAL STATION

1. Regional Station secara Umum

a. Pengertian

Regional Station merupakan Pusat Primer Penting dan merupakan pusat kegiatan

bisnis, ekonomi, perdagangan, dan kebudayaan dengan lingkup kegiatan Regional

(Sumber: PT. LAPI ITB)

Definisi Operasional:

Stasiun regional merupakan wadah pusat aktifitas untuk menaikkan dan

menurunkan penumpang transportasi publik dalam kota, khususnya kereta dengan

lingkup layanan regional, yang didukung dengan berbagai fasilitas penunjang.

b. Peranan

1) Peningkatan intensitas untuk mendukung kepadatan yang cukup sebagai

daerah “transit origin” sebelum menuju origin penumpang

2) Menyediakan ruang pemberhentian moda angkutan yang memadai, untuk

mengurangi dampak kemacetan lalu lintas di sekitar kawasan

3) Menyediakan ruang transit yang dapat menampung beragam jenis moda

peralihan, menuju area origin seperti feeder bus dan taxi, untuk menjamin

ritme perjalanan kenyamanan orang.

4) Menyediakan fasilitas park and ride yang meamdai, untuk menampung

pergeakan dari area origin, khususnya para pengguna kendaraan pribadi,

(40)

commit to user

II-9

5) Menyediakan transit plaza sebagai ruang public dan pusat orientasi

pergerakan transit, dan didukung dengan adanya fasilitas-fasilitas penunjang

seperti sarana parkir sepeda.

2. Regional MRT Station

a.Skenario Fisik

· Dibuatnya kerjasama antar jaringan moda transportasi kota dengan system

feeder ke area pusat origin yang berada diluar area pengembangan titik transit

awal.

· Kemungkinan berkembangnya lahan-lahan diluar radius pengembangan area

transit untuk pengembangan sarana parker komunal (park and ride)

b.Skenario Non-Fisik

· Adanya dukungan kebijakan dalam pengelolaan parkir komunal (park and ride)

yang harus disediakan pada area titik stasiun yang berfungsi sebagai depo dan

gerbang akhir menuju daerah sumber bangkitan pergerakan (origin)

· Penguatan peran stasiun Regional Gateway Station sebagai stasiun akhir

sebagai titik pendistribusian penumpang menuju daerah lain yang berada diluar

wilayah DKI Jakarta, yang didukung dengan penyediaan sarana dan prasarana

yang tepat guna.

c. Fasilitas Penunjang

Untuk optimalisasi fungsi sebuah Regional Station, dalam perencanaanya harus

(41)

commit to user

II-10

1) Posisi

Perletakan sebuah Regional transit, sesuai fungsinya yaitu menangkap

pergerakan dari transit origin, akan efektif jika terletak pada pinggir kota.

Dimana aka nada pergerakan besar dari kota-kota di sekitarnya untuk masuk

menuju pusat kota.

2) Transfer kendaraan

Untuk memfasilitasi para penumpang dari origin transit yang akan menaiki

transportasi public ke pusat kota, harus disediakan wadah untuk menampung

kendaraan pribadi penumpang sebelum transfer ke kendaraan umum.

3) Perawatan kereta

Dibutuhkan suatu wadah yang difungsikan untuk Depo stasiun untuk

menyimpan, merawat, dan memperbaiki kereta yang tentunya sesuai

peruntukan tata guna lahan, yaitu fasilitas umum.

4) Kantor Control and Maintenance

Untuk menunjang kelancaran pengoperasian armada dan kemudahan

pengawasan perawatannya, maka dibutuhkan fasilitas dari instasnsi terkait di

bagian Control and Maintenance untuk diposisikan dekat dengan Depo.

5) Comersial Area

Sebagai wadah untuk mempermudah user, khususnya penumpang untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

d. Aktivitas di Regional MRT Station

Beberapa aktivitas inti yang dilakukan di Stasiun ini adalah:

(42)

commit to user

II-11

Masyarakat pendatang dari luar DKI yang masuk dan bekerja di DKI dapat

memarkirkan kendaraan pribadinya di Taman Park and Ride ini. Setelah

memarkirkan kendaraannya, untuk menuju ke tujuannya yang terletak di

dalam kota, akan ditempuh dengan transportasi public, dalam hal ini adalah

MRT yang dibantu dengan feedernya, TransJakarta Busway.

2) Belanja

Untuk memberikan kemudahan bagi penumpang yang memerlukan beberapa

kebutuhan sehari-hari.

3) Beli tiket MRT

Sebelum menaiki MRT, sebelumnya penumpang harus membeli tiket dan

kemudian akan di berikan kepada petugas yang bertanggung jawab di dalam

MRT.

4) Naik dan turun dari MRT

5) Maintenance dan Operational Control MRT

Sebagai Depo Stasiun, maka, terdapat beberapa kegiatan yang terkait dengan

pengawasan dan perawatan terhadap MRT.

6) Kegiatan perkantoran

Sebagai Regional Gateway Station, semua kinerja yang dilakukan perlu

sebuah pengawasan langsung di bidang Operational dan Maintenance oleh

PT. MRT Jakarta.

7) Kegiatan perbelanjaan

Sebagai pemenuhan kebutuhan user yang beraktifitas di sekitar stasiun MRT

(43)

commit to user

II-12

e. Syarat Peruangan

Beberapa ruang pada Staiun ini membutuhkan persyaratan ruang untuk

menunjang keberhasilan bangunan, antara lain:

1) Pada workshop dan train inspection shed harus mengkondisikan suara-suara

yang dihasilkan dari workshop agar tidak mengganggu kegiatan lain yang

berlangsung di sekitar.

2) Pengaturan sirkulasi antar fungsi agar tidak terjadi cross antar moda dengan

moda, orang dengan moda, orang dengan orang (dengan kepentingan yang

berbeda)

f. Permassaan

Bangunan yang akan dirancang memiliki beberapa fungsi utama, yaitu:

1) Stasiun Transit

2) Depo Stasiun MRT

3) Gedung Kantor Operational and Maintenance PT. MRT Jakarta

4) Park and Ride

5) Commercial Area

Terdapat beberapa jenis massa yang akan dihasilkan, massa dengan ketinggian

sedang (3 lantai) untuk massa stasiun transit, massa horizontal, yaitu untuk Depo

Stasiun di Lantai dasar dan Taman Park and Ride. Terakhir, terdapat juga massa

(44)

commit to user

II-13

C. TINJAUAN DEPO

C.1.Standar Rel

1. Lengkung Horizontal

Dua bagian lurus, yang panjangnya saling membentuk sudut harus dihubungkan

dengan lengkung yang berbentuk lingkaran, dengan atau tanpa lengkung-lengkung

peralihan. Untuk berbagai kecepatan rencana, besar jari-jari minimum yang diijinkan

adalah seperti yang tercantum dalam Tabel 5.1.

Tabel II.2 Persyaratan perencaan lengkungan Sumber: Perencanaan Konstruksi Jalan Rel Kecepatan rencana

(km/ja m)

Jari-jari minimum lengkung lingkaran tanpa lengkung peralihan

(m)

Jari-jari minimum lengkung lingkaran yang diijinkan dengan lengkung

peralihan (m)

Lapisan balas pada dasarnya adalah terusan dari lapisan tanah dasar, dan terletak

di daerah yang mengalami konsentrasi tegangan yang terbesar akibat lalu lintas

kereta pada jalan rel, oleh karena itu material pembentukanya harus sangat terpilih.

Fungsi Utama balas adalah untuk:

a) Meneruskan dan menyebarkan beban bantalan ke tanah dasar

b) Mengokohkan kedudukan bantalan

c) Meluruskan air sehingga tidak terjadi penggenangan air di sekitar bantalan rel.

Untuk menghemat biaya pembuatan jalan rel maka lapisan balas dibagi menjadi

(45)

commit to user

II-14

alas bawah dengan material pembentuk yang tidak sebaik material pembentuk

lapisan balas atas.

a) Lapisan Balas Atas

Lapisan balas atas terdiri dari batu pecah yang keras, dengan bersudut

tajam (”angular”) dengan salah satu ukurannya antara 2-6 cm serta memenuhi

syaratsyarat lain yang tercantum dalam peraturan bahan Jalan Rel Indonesia

(PBJRI). Lapisan ini harus dapat meneruskan air dengan baik.

b) Lapisan Balas Bawah

Lapisan balas bawah terdiri dari kerikil halus, kerikil sedang atau pasir

kasar yang memenuhi syarat–syarat yang tercantum dalam Peraturan Bahan

Jalan rel Indonesia (PBJRI) lapisan ini berfungsi sebagai lapisan penyaring

(filter) antara tanah dasar dan lapisan balas atas dan harus dapat mengalirkan air

dengan baik. Tebal minimum lapisan balas bawah adalah 15 cm.

3. Pematusan

a) Umum

Sistem pematusan, yaitu sistem pengaliran pembuangan air disuatu daerah

jalan rel agar tidak sampai terjadi penggenangan.

Sistem pematusan berfungsi :

1) Mengurangi pengaruh air yang dapat merubah konsistensi tanah sehingga

tubuh jalan selelu dalam kondisi firm (mantap, keras dan padat). Akibatnya

pembentukan kantong-kantong balas tidak terjadi.

2) Tidak ada genangan air pada jalan rel (baik mengenai daerah balas maupun

(46)

commit to user

II-15

lempung dan gaya (efek) pompa disaat kereta api lewat yang bisa maikin

memperlemah kestabilan dan kekuatan jalan rel.

3) Perjalanan kereta api tidak terganggu.

Perencanaan pematusan harus dikonsultasikan secara seksama kestaf

perencanaan jalan K.A.

Macam-macam Pematusan, ada 3 (tiga) macam pematusan, yaitu:

- Pematusan permukaan (Surface Drainage)

- Pematusan bawah tanah (Sub- Drainage)

- Pematusan lereng (Drainage of Slope)

Diperlukan tidaknya salah satu atau semua dari ketiga macam pematusan

tersebut harus dianalisa dengan seksama.

b) Pematusan Permukaan

- Macam

o Pematusan memanjang (side-ditch)

o Pematusan melintang (cross-drainage)

- Perlu atau tidaknya pematusan permukaan bergantung pada topografi dari

daerah yang diperhatikan.

- Pembuangan air ini ditentukan sedemikian rupa sehingga tidak

mengganggupihak luar/

- Bentuk saluran pematus

- Bahan saluran pematus: pemilihan bahan untuk saluran memanjang

bergantung pada kemiringan topografi

- Kemiringan saluran tanah harus direncanakan berdasarkan keadaan

(47)

commit to user

II-16

c) Pematusan Bawah Tanah (Sub-Drainage)

- Pematusan bawah tanah lebih dimaksudkan untuk menjaga agar elevasi

mukaair tanah tidak akan mendekati permukaan tanah tubuh jalan harus

dilindungi, sehingga konsistensi dan kepadatan tubuh jalan dibawah balas

kondisinya tetap baik.

- Elevasi muka air tanah dapat naik ke permukaan tanah tubuh jalan (yang

bisa melemahkan kestabilan dan kemantapantubuh jalan) dengan dua cara,

pertama, kapilaritas, kedua, dengan rembesan (seepage) dari aliran yang

datang dari samping tubuh jalan.

- Tubuh jalan yang dilindungi khususnya yang ada pada kondisi permukaan

asli, atau daerah galian; dimana tebal tanah tubuh jalan yang harus tetap

kering adalah lebih besar atau sama dengan 75 cm dibawah dasar balas.

Bagi tubuh jalan yang merupakan tanah timbunan , maka konstruksi

pematus bawah tanah tidak diperlukan, karena sudah ada lapisan filter. Bila

pembuatan pematusan semacam itu tidak dapat dilakukan, seperti dipinggir

pantai, maka perlu dicarikan jalan keluar yang investasinya paling rendah.

Konstruksi pematusan bawah tanah terdiri atas pipa berlubang

(Perforated pipe) yang dipasang dibawah tanah di pinggir kiri dan atau

kanan tubuh jalan. Pipa berlubang ini menumpu pada lapisan pasir setebal +

10 cm, dan diatas pipa berlubang dihampar dan dipadatkan kerakal kasar

dengan tebal lebih dari 15 cm; serta diatas kerakal ini dihamparkan material

yang kedap air agar permukaan tidak masuk ke dalam pematusan dibawah

tanah. Saluran pipa yang berlubang harus dilindungi oleh bahan penyaring

(48)

commit to user

II-17

Ga mbar II.8 Sistem Pematusan Bawah Tanah Sumber: Perencanaan Konstruksi Jalan Rel, pp. 57

C.2. Standar Wesel

1. Fungsi Wesel: mengalihkan kereta dari satu sepur ke sepur yang lain.

2. Jenis Wesel

a. Wesel Biasa

1) Wesel biasa, terdiri dari wesel biasa kiri (Gambar II.9a) dan wesel biasa

kanan (Gambar II.9b).

a b

Gambar II.9 a. Wesel Biasa Kanan b. Wesel Biasa Kiri

Sumber: Perencanaan Konstruksi Jalan Rel, pp. 31

2) Wesel dalam lengkung, terdiri dari wesel serah lengkung (Gambar

II.10a), wesel berlawanan arah lengkung (Gambar II.10b), wesel

simetris (Gambar II.10c).

a b c

Ga mbar II.10a. Wesel Searah lengkung 10b. Wesel berlawanan arah lengkung

10c. Wesel Simetris

(49)

commit to user

II-18

c. Wesel tiga jalan

1) Wesel biasa, terdiri dari wesel biasa searah dan wesel biasa berlawanan

arah (Gambar II.11).

Ga mbar II.11 Wesel biasa Tiga Jalan Sumber: Perencanaan Konstruksi Jalan Rel, pp. 32

2) Wesel dalam lengkung, terdiri dari wesel searah tergeser dan wesel

berlawanan arah tergeser (Gambar II.12).

Gambar II.12 Wesel dalam Lengkung Tiga Jalan Sumber: Perencanaan Konstruksi Jalan Rel, pp. 32

d. Wesel Inggris

Wesel Inggris adalah wesel yang dilengkapi dengan gerakan-gerakan lidah

serta sepur-sepur bengkok.

1) Wesel Inggris lengkap (Gambar II.13)

2) Wesel Inggris tak lengkap (Gambar II.13)

Ga mbar II.13 Wesel Inggris

(50)

commit to user

II-19

3. Komponen Wesel

a. Lidah

b. Jarum beserta sayap-sayapnya

c. Rel lantak

d. Rel paksa

e. Sistem penggerak

Ga mbar II.14 Komponen Wesel

Sumber: Perencanaan Konstruksi Jalan Rel, pp.32

4. Nomor dan Kecepatan Izin pada Wesel

a. Nomor wesel, n, menyatakan tangent sudut simpang yakni: tg 1: n

b. Kecepatan ijin pada wesel tercantum pada tabel 5.1

Tabel II.3 Kecepatan dan Nomor Wesel Sumber: Perencanaan Konstruksi Jalan Rel

Tg 1:8 1:10 1:12 1:14 1:16 1:20

No. wesel W8 W10 W12 W14 W16 W2

Kecepatan ijin

(51)

commit to user

II-20

D. TINJAUAN PARK AND RIDE

1. Area Parkir dengan Batas Jalan

a. Kebutuhan Garis Sepadan untuk parkir memanjang (Gambar II.15, Gambar II.16)

Gambar II.15 Pendekatan dan Keberangkatan Terpisah Sumber: Neufert-Architects Data

Ga mbar II.16 Barisan Miring Sumber: Neufert-Architects Data

b. Jalur Parkir:: Jalur parkir miring atau kanan sudut untuk berbagai lebar jalan.

kendaraan yang diparkir tidak harus membatasi visi bergerak kendaraan pada

sudut-sudut, sehingga kesenjangan antara ujung jalan tempat parkir dan garis

membangun ≥ 60 cm; 1 m lebih baik.

Jalan keamanan berupa pedestrian direkomendasikan dengan lebar 50 cm antara

lahan parkir dan lalu lintas.

Parkir dari Jalan: pada lahan parkir permanen, lahan dan tikungan harus ditandai

dengan jelas dengan garis keamanan untuk pedestrian

Kebutuhan Ruang: Mobil dengan jalur menyetir, tetapi tanpa akses keluar masuk

utama

Parkir 90°, perkiraan kebutuhan ruang 20m2

Parkir 45°, perkiraan kebutuhan ruang 23m2, biasanya lebih sering digunakan,

(52)

commit to user

II-21

c. Jenis-Jenis Parkir Komunal Berdasarkan Posisi dan Ukuran Mobil

1) Kemiringan 45°

2) Kemiringan 60°

3) Kemiringan 90° Gambar II.17 Parkir 45°

Sumber: Neufert-Architects Data

Gambar II.18 Parkir drive-trough 45° untuk kendaraan sedang-kecil (tidak mundur)

Sumber: Neufert-Architects Data

Gambar II.18 Parkir drive-trough 45° untuk kendaraan besar (tidak mundur)

Sumber: Neufert-Architects Data

Ga mbar II.19 Parkir 90° untuk mobil kecil dan sedang a mobil sangat kecil b

Sumber: Neufert-Architects Data

(53)

commit to user

II-22

E. TINJAUAN COMERCIAL AREA

1. Pengertian

Supermarket adalah toko barang-barang dalam skala yang besar yang tidak perlu

memperhatikan atau melayani pembeli. Barang yang dijual biasanya adalah

kebutuhan sehari-hari.

2. Type Supermarket

a. Minimarket berukuran kecil

Sebuah minimarket sebenarnya adalah semacam "toko kelontong" atau yang

menjual segala macam barang dan makanan, namun tidak selengkap dan sebesar

sebuah supermarket. Berbeda dengan toko kelontong, minimarket menerapkan

sistem swalayan, dimana pembeli mengambil sendiri barang yang ia butuhkan dari

rak-rak dagangan dan membayarnya dikasir. Sistim ini juga membantu agar

pembeli tidak berhutang.

Sebuah minimarket jam bukanya juga lain dari sebuah supermarket, minimarket

circle K jam bukanya hingga 24 jam.

Sebuah mini market bisanya berukuran sekitar 100m2 s/d 999m2.

b. Midimarket

Ukuran lebih besar sedikit dari minimarket adalah midimarket, di sini sudah dijual

daging dan buah2an. Buka bisa 24 jam atau hanya sampai jam 24 saja. Sebagai

contoh adalah Alfa Midi, dan sebagian dari jaringan Giant yang dulunya bernama

(54)

commit to user

II-23

c. Supermarket

Kalau Supermarket semua barang ada, dari kelontong, sepeda, TV dan camera,

furnitur, baju, ikan dan daging, buah2an, minuman, pokoknya serba ada

kebutuhan sehari-hari. Contohnya Giant Supermarket, Carrefour Express, Sinar

Supermarket[Jawa Tengah], Macan Yaohan[Sumatera Utara], Foodmart,

Foodmart Gourmet, Super Indo dan lain-lain.

Sebuah Supermarket biasanya berukuran sekitar 1.000m2 s/d 4.999m2

d. Hypermarket

Di sini hypermarket adalah supermarket yang besar termasuk lahan parkirnya.

Sebagai contoh Carrefour, Hypermart, Giant Hypermarket, dan lain-lain.

Hypermarket itu lebih besar dari Supermarket.

Sebuah Hypermarket biasanya berukuran sekitar 5.000m2 ke atas.

e. Grosir

Disini semua barang tersedia sehingga ada bongkar muat di dalam pusat grosir.

Sesuai namanya, system pembelian pada sebuah pusat grosir, harus borongan atau

grosir, jadi pembeli tidak dapat hanya membeli satu item barang.

Sebuah pusat grosir biasanya berukuran 5.000m2 ke atas.

3. Peruangan pada Supermarket

Sebuah supermarket memiliki standar peruangan sebagai berikut:

a. Pemanas minyak

b. Mesin AC

c. Shaft udara

(55)

commit to user

II-24

e. Penyimpanan dingin lemak

f. Pendinginan mendalam

g. Penyimpanan dingin daging

h. Rak daging cincang

i. Ruang ante

j. Rak daging

k. Daging dingin

l. Rak ikan

m. Pendinginan mendalam

n. Rak kopi

o. Rak lemak

p. Rak sayur

q. Rak buah

r. Kasir

s. Rak bunga

t. Area troli

u. Area tunggu

v. Rak pakaian wanita

w. Rak pakaian pria

x. Rak pakaian anak-anak

y. Ruang ganti wanita

z. Ruang ganti pria

aa. Toilet

(56)

commit to user

II-25

cc. Ruang pendinginan sayur dan buah

dd.Ruang kosong

ee. Ruang penerimaan botol

(57)

commit to user

II-26

F. TINJAUAN ARCHITECTURE WAYFINDING

1. Pengertian Wayfinding

a. Wayfinding merupakan metoda navigasi tradisional yang digunakan oleh pribumi

Polynesia (American Samoa, Cook Island, Hawaii, French Polynesia, Norfolk

Island, dsb). Pada zaman modern, wayfinding telah digunakan pada konteks

arsitektural yang merujuk pada pengalaman orientasi dan memilih jalan oleh user

pada sebuah lingkungan binaan. Wayfinding juga merujuk pada set arsitektural

dan/atau elemen desain yang membantu orientasi tersebut. (Sumber: Polynesian

Voyaging Society, 2009)

b. Wayfinding adalah sebuah system yang dasarnya adalah sebuah suksesi petunjuk

yang membantu orang menavigasi jalan mereka dari satu tempat ke tempat lain,

juga didefinisikan sebagai pemecahan masalah spasial. (Sumber: Wayfinding

System: Critical Components and Effective Design, 2008)

2. Komponen Wayfinding

System wayfinding dengan kualitas yang baik, fokus pada proses pengambilan

keputusan, dasar pengetahuan wayfinder (user), petunjuk yang dapat dipahami, dan

identifikasi jalur dan tujuan yang tidak ambigu.

Banyak komponen dalam system wayfinding yang memiliki ketergantungan satu

sama lain, untuk menciptakan sinergi dan pondasi yang solid dan efisien. Hal yang

paling mendasar adalah Master Plan, merupakan strategi yang menciptakan pondasi

dalam system wayfinding-sebuah strategi dan rencana pemeliharaan penting untuk

Gambar

Tabel diatas menunjukkan bahwa minat masyarakat DKI Jakarta terhadap
Gambar II.1: Peta rencana jalur MRT
Gambar II.3. Perbedaan jenis armada monorail dan MRT
Gambar II.4. Perbedaan Jalur Monorail dan MRT
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Perumusan masalah dititikberatkan pada penentuan kondisi operasi, membuat kurva pengeringan, dan melakukan evaluasi perubahan kadar vitamin C dan aktivitas antioksidan

Scanned by

Sekolah memberikan anak-anak sumber ide baru yang kaya untuk membentuk perasaan diri mereka (Santrock, 2007, hlm. 24) menyatakan bahwa siswa SD yang pada umumnya berusia

dapat diukur dibanding dengan pelayanan masyarakat. Peranan Pemerintah dalam Pembangunan Ekonomi.. Maya Adelina Siregar : Pengaruh Program Jaminan Sosial Terhadap Manfaat Yang

Variabel Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Laba yang ditunjukkan dengan nilai t hitung

Produksi bersih bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik pada penggunaan bahan mentah, energi, dan air, mendorong

Pembentukan embrio somatik kakao aksesi Cimanggu 1 yang diinduksi dari eksplan staminoid menggunakan kinetin 2,32 µM dikombinasikan dengan 2,4-D 9 µM pada fase: (A) globular