81 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian dan pengembangan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Tema 3 Peduli terhadap Makhluk Hidup Sub tema 1 Hewan dan Tumbuahan di Lingkungan Rumahku telah dilaksanakan menggunakan metode Research and Development (R&D). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), mengembangkan langkah-langkah Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), mengetahui kualitas produk model pembelajaran tematik integratif ini, dan mengetahui seberapa tinggi kefektifan desain pembelajaran tematik integratif ini dapat meningkatkan kompetensi hasil belajar pesera didik. Pada hasil penelitian ini akan disajikan proses pengembangan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Tahap yang kedua yaitu peneliti merancang desain pembelajaran tematik integratif dengan menggunakan model CTL yang dilengkapi dengan silabus, RPP, dan penggalan buku siswa yang kemudian jika sudah jadi peneliti melakukan uji validasi oleh ahli desain. Selain ahli desain, peniliti juga melakukan uji validasi materi pada buku siswa, yang kemudian direvisi sebelum dilakukan uji coba terbatas di SD Negeri Salatiga 06 dan SD Negeri Salatiga 02. Setelah uji coba terbatas dilakukan, peneliti merevisi produk tersebut dan menandakan produk tersebut sudah final atau selesai. Berikut merupakan tahap hasil penelitian.
4.1.1 Hasil Studi Pendahuluan Desain Pembelajaran tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa terjadi ketidakcocokan antara kondisi ideal dengan kondisi lapangan pada proses pembelajaran menggunakan Kurikulum 2013. Dari dua sekolah dasar beberapa guru pengampu pembelajaran tematik integratif mengaku bahwa buku siswa tidak sesuai dengan lingkungan nyata siswa. Walaupun hal tersebut disadari oleh beberapa guru, namun guru tidak sempat untuk melakukan pengembangan desain pembelajaran yang sesuai dengan kondisi nyata siswa. Guru tetap melakukan proses pembelajaran dengan berpanduan buku rancangan pemerintah yang seharusnya guru mampu mengembangkan secara mandiri desain pembelajaran yang sesuai dengan kondisi nyata siswa, karena yang mengetahui kondisi nyata siswa adalah guru, bukan Pemerintah yang membuat buku siswa berdasarkan perkiraan.
melakukan pembelajaran menggunakan model CTL guru akan lebih mudah melakukan pembelajaran, karena guru yang mengetahui kondisi nyata siswa sehingga KD yang akan dicapai terlaksana secara optimal. Menurut peneliti pengembangan desain pembelajaran tematik integratif dengan menggunakan model pendekatan CTL ini menjadi suatu kebutuhan untuk sekolah/guru agar pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa dan siswa mampu memahami materi dengan mudah.
Kesenjangan yang ditemui dari dua SD yang ada di Salatiga yaitu kurang relevannya proses pembelajaran dengan kondisi nyata siswa. Dari dua SD beberapa guru mengatakan bahwa buku siswa menjelaskan materi secara singkat sehingga siswa kurang memaknai pembelajaran yang di terima selama proses pembelajaran. Pada Kurikulum 2013 siswa dituntut aktif dalam memperoleh pengetahuannya sendiri dengan bantuan Buku Siswa seharusnya siswa dapat menemukan pengetahuannya sendiri, namun dengan kurangnya keterkaitan materi dengan kondisi nyata siswa, siswa menjadi sulit menemukan pengetahuannya sendiri. Dengan pengembangan desain pembelajaran tematik inetgratif siswa akan lebih mudah menemukan pengetahuannya sendiri dengan menggunakan model pendekatan CTL.
4.1.2 Hasil Pengembangan Desain Pembelajaran tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
pembelajaran tematik integratif yang diadaptasi dari teori yang dikembangkan oleh Suparman (2014: 131), yaitu:
1. Tahap Mengidentifikasi
Melakukan analisis insruksional, yaitu dengan menjabarkan kompetensi umum menjadi subkompetensi, KD atau kompetensi khusus yang tersusun secara logis dan sistematik. Di dalam tahap ini peneliti melakukan analisis SKL, KI, KD, dan membuat indikator yang menghasilkan tabel hasil analisis SKL, KI, KD, dan membuat indikator.
2. Tahap Mengembangkan
a. Menulis tujuan instruksional khusus
Menulis tujuan instruksional khusus merupakan satu – satunya alat untuk menguji valisitas tes dengan kata lain isi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan apa yang akan dicapai. Peneliti menuliskan bahwa tujuan dari desain pembelajaran tematik integratif ini adalan sebagai pedoman bagi guru dalam merancang dan mengembangkan Pembalejaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) kelas 4 SD.
b. Menyusun alat penilaian belajar
Alat penilaian yang dikembangkan oleh peneliti digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang tercantum dalam tujuan desain pembelajaran tematik integratif ini.
c. Mengembangkan bahan instruksional
3. Tahap Mengevaluasi
Menyusun dan melaksanakan evaluasi formatif, yang dimaksudkan utnuk mendapatkan umpan balik dari para pakar, peserta didik, pengajar, dan sumber lain yang relevan.
Pada langkah mengembangan desain pembelajaran tematik integratif berdasarkan rancangan dari Suparman kemudian dipadukan dengan model pendekatan CTL sebagai tema atau setting merupakan rancangan konsep proses pembelajaran dengan menyesuaikan dengan kondisi nyata siswa dan membuat pembelajaran yang diperoleh siswa menjadi lebih bermakna. Tujuannya yaitu memberikan pedoman kepada guru dalam merancang dan mengembangkan desain pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan CTL.
Gambar 4.1 Model Desain Pembelajaran Tematik integratif Menggunakan Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Contextual
4.1.2.1 Validasi Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Validasi Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan CTL menggunakan 2 ahli desain pembelajaran yaitu Dr. Yari Dwikurnaningsih, M.Pd. (A1), Supriyadi, S.Pd., M.Pd. (A2). Data valiadasi ahli diperoleh melalui lembar penilaian. Berikut merupakan hasil penilaian ahli desain pembelajaran pada silabus, RPP, dan pemnggalan buku siswa.
Tabel 4.1 Hasil Validasi Model Desain oleh Ahli Desain Pembelajaran
No. Indikator SKOR
A1 A2
1.
Sistematika yang runtut, logis,dan jelas yang menggambarkan model desain pembelajaran tematik integratif menggunakan model pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL).
4 4
2.
Kejelasan tujuan model desain pembelajaran tematik integratif menggunakan model pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL)
4 4
3.
Kesusuaian dengan model pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL)
4 4
4.
Memperhatikan konsep-konsep model desain pembelajaran tematik integratif menggunakan model pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menggunakan Model Pendekatan CTL memenuhi syarat dan layak diuji cobakan setelah perbaikan sesuai saran. Dengan menggunakan rentang skor 1 sampai 5, skor penilaian desain pembelajaran untuk aspek yang dinilai dengan menggunakan rumus :
Setelah dilakukan analisis, diperoleh rata-rata skor penilaian ahli desain pembelajaran pada silabus sebesar 80,5 dan RPP sebesar 133. Dan pada kesimpulan akhir ahli desain pembelajaran menyatakan Silabus dan RPP Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) memenuhi syarat dan layak diuji cobakan setelah perbaikan sesuai saran. Dengan menggunakan rentang skor 1 sampai 5, skor penilaian desain pembelajaran untuk aspek yang dinilai dengan menggunakan rumus:
Silabus: RPP:
4.1.2.2 Validasi Materi Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Setelah dilakukan analisis, diperoleh rata-rata skor penilaian ahli materi pembelajaran sebesar 65.5. Dan pada kesimpulan akhir ahli materi pembelajaran menyatakan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) memenuhi syarat dan layak diuji cobakan setelah perbaikan sesuai saran. Dengan menggunakan rentang skor 1 sampai 5, skor penilaian desain pembelajaran untuk aspek yang dinilai dengan menggunakan rumus:
4.1.2.3 Hasil Uji Coba Terbatas Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Ujicoba terbatas dilakukan di kelas 4 SD Negeri Salatiga 02 dan SD Negeri Salatiga 06. Pada uji coba terbatas SD Negeri Salatiga 02 digunakan sebagai kelas kontrol yang dilakukan oleh peneliti sendiri dan pengamat yang dilakukan oleh guru kelas yaitu Susiani. Siswa yang dilibatkan sebagai subjek penelitian sejumlah 28 siswa. Pelaksanaan uji coba dilakukan pada tanggal 5 Juni 2017. Alokasi waktu yaitu 6 x 35 menit. Sedangkan SD Negeri Salatiga 06 digunakan sebagai kelas eksprimen. Guru dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat. Teman sejawat juga sekaligus menjadi pengamat yang dilakukan oleh Oktazella Ayu Puspitawati (Pengamat 2), dan satu guru kelas yaitu Heri Sutanto sebagai pengamat 1. Siswa yang dilibatkan sebagai subjek penelitian sebanyak 26 siswa. Pelaksanaan uji coba dilakukan tanggal 6 Juni 2017. Alokasi waktu yaitu 6 x 35 menit.
a) Proses Pembelajaran
bersama siswa dan guru, pemberian reward, tanya jawab tujuan yang diperoleh setelah pembelajaran dilakukan. Post tes dilakukan untuk melihat apakah pembelajaran dapat diterima dan di pahami siswa. Post tes juga digunakan untuk mengukur pembelajaran menggunakan model pendekatan CTL berhasil atau tidak.
b) Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, teman sejawat dan guru kelas tentang pelaksanaan pembelajaran dan materi menggunakan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Dengan Menggunakan Model Pendekatan CTL pada uji coba terbatas dituliskan dalam tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Hasil penilaian pelaksanaan pembelajaran pada uji coba terbatas
NO. Aapek yang diamati
SKOR
P1 P2
1. Penyampaian materi pembelajaran sesuai dengan yang ada di buku siswa 4 5
2. Penyampaian materi pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari – hari dan situasi
nyata siswa 4 5
3. Pembelajaran dilakukan sesuai dengan langkah –langkah yang ada di dalam RPP yang
telah dibuat oleh guru 3 5
4. Guru Memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran 4 5
5. Siswa mampu bekerja sama dan berdiskusi sesuai dengan materi yang sedang
didiskusikan 4 5
6. Guru memberikan respons positif untuk setiap pendapat, sanggahan, atau pertanyaan
yang dikemukakan oleh siswa 4 5
7. Guru mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dapat merangsang siswa untuk terlibat
dalam proses berpikir menyusun kesimpulan 4 4
8. Siswa mampu menyampaikan kesimpulan atau apa saja yang diperoleh selama
pembelajaran berlangsung 4 5
9. Siswa mampu mengerjakan soal evaluasi 4 5
10. Guru memberikan stimulus untuk setiap miskonsepsi yang terdapat pada siswa 4 4
Jumlah 39 48
Total 87
Rata - rata 43.5
Angka Presentase 87%
Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) “Baik”. Hal ini didukung pendapat pengamat bahwa model sudah baik. Dengan menggunakan rentang skor 1 sampai 5, skor penilaian pembelajaran untuk aspek yang dinilai dengan menggunakan rumus:
Tabel 4.6 hasil respon guru terhadap desain pembelajaran tematik integratif menggunakan model pendekatan CTL
No. Aspek yang diamati
SD Negeri Salatiga 06
P1 P2
1. Apakah format perangkat pembelajaran mudah untuk dipahami? Ya Ya 2. Apakah format perangkat pembelajaran mudah untuk dilaksanakan? Ya Ya 3. Apakah materi sudah sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif
peserta didik? Ya Ya
4. Apakah alokasi waktu sudah sesuai dengan kedalaman materi? Ya Ya 5. Apakah keterpaduan mata pelajaran sudah menunjukkan pembentukan
sikap dan ketrampilan? Ya Ya
6. Apakah proses pembelajaran yang dirancang sudah berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan minat, motivasi, rasa ingin tahu, kreatifitas, inspirasi, kemandirian, ketrampilan dan kebiasaan belajar?
Ya Ya
7. Apakah proses pembelajaran sudah dikembangkan dengan kondisi di sekolah (kemampuan awal, minat, potensi, latar belakang budaya, nilai dan lingkungan)?
Ya Ya
8. Apakah kegiatan pembelajaran yang disusun sudah membantu guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran? Ya Ya 9. Apakah bahasa yang digunakan komunikatif? Ya Ya 10. Apakah bahasa yang digunakan mudah untuk dipahami? Ya Ya 11. Apakah bahasa yang digunakan sudah sesuai dengan taraf berpikir
peserta didik? Ya Ya
12. Apakah jumlah butir soal instrument penilaian hasil belajar sudah
sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia Ya Ya 13. Apakah rumus penilaian hasil belajar sudah sesuai? Ya Ya 14. Apakah cakupan isi instrumen penilaian sesuai dengan indikator
pencapaian kompetensi? Ya Ya
Berdasarkan tabel di atas pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat bahwa desain pembelajaran sudah baik. Sehingga apabila terjadi nilai kemampuan siswa rendah disebabkan oleh faktor internal siswa.
c) Hasil Pretes dan Postes
Deskripsi persentase pretes dan postes dirangkum dalam tabel 4.7 di bawah ini. Penentuan jumlah kelas menggunakan rumus Sturges (Sugiyono, 2013: 35) yaitu K= 1+ 3,3 log n. K adalah jumlah kelas dan n adalah banyaknya data/siswa. Melalui rumus dapat diperoleh: K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 28 = 1 + 3,3 x 1,44 = 5,75
Interval kelas pada skor pretes didapatkan dari hasil rentang (skor maksimal pretes dikurang skor minimal pretes) dibagi jumlah kelas yaitu dibulatkan menjadi 9. Interval kelas pada skor postes didapatkan dari hasil rentang (skor maksimal postes dikurang skor minimal postes) dibagi jumlah kelas yaitu . Berikut tabel 4.6 hasil pretes dan postes siswa kelas 4 SD Negeri Salatiga 06.
Tabel 4.7 hasil pretes dan postes siswa kelas 4 SD Negeri Salatiga 06
No. Kelas Interval
Skor Pretes Kelas Inerval
Skor Postes
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1. 20-28 2 7,7% 65-69 1 3,9%
2. 29-37 9 34,7% 70-74 5 19,2%
3. 38-46 3 11,5% 75-79 4 15,3%
4. 47-55 3 11,5% 80-84 2 7,7%
5. 56-64 5 19,2% 85-89 5 19,2%
6. ≥65 4 15,4% ≥90 9 34,7%
Jumlah 26 100% 26 100%
Gambar 4.2 Kelas interval skor pretes pada uji coba terbatas
Sedangkan diketahui skor postes dari 26 siswa diperoleh skor antara 65 sampai 69 terdapat 2 siswa dengan persentase 3,9%, antara 70 sampai 74 terdapat 5 siswa dengan persentase 19,2%, antara 75 sampai 79 terdapat 4 siswa dengan persentase 15,3%, antara 80 sampai 84 terdapat 2 siswa dengan persentase 7,7%, antara 85 sampai 89 terdapat 5 siswa dengan persentase 19,2%, dan lebih dari sama dengan 90 terdapat 9 siswa dengan persentase 34,7%. Jika digambarkan dalam diagram dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini.
Gambar 4.3 Kelas interval skor prostes pada uji coba terbatas
0 2 4 6 8 10
20-28 29-37 38-46 47-55 56-64 ≥65
Pretes
Pretes
0 2 4 6 8 10
65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 ≥90
Postes
d) Revisi Produk
Revisi produk merupakan pembuatan desain pembelajaran berdasarkan saran dan kritik dari validator. Sebelum diimplementasikan dalam pembelajaran, desain pembelajaran divalidasi oleh validator dan mengalami beberapa kali revisi hingga desain pembelajaran siap digunakan di dalam kelas uji coba. Revisi desain pembelajaran meliputi isi pada mata pelajaran/materi, silabus, dan RPP. Revisi layout meliputi penambahan nama pengarang dan cover depan. Perubahan layout cover depan penggalan buku siswa tampak pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Perubahan Layout Sampul Depan Penggalan Buku Siswa
Sebelum Revisi Setelah Revisi
Tabel 4.9
Perubahan Mata Pelajaran Pada Penggalan Buku Siswa
Pada bagian isi mata pelajaran pada penggalan buku siswa terdapat perubahan mata pelajaran matematika diganti dengan mata pelajaran IPS.
Tabel 4.10 Perubahan Pada Silabus
Sebelum Revisi Setelah Revisi
Tabel 4.11 Perubahan Pada RPP
e) Hasil Uji T
Untuk mengetahui dampak perlakuan terhadap hasil belajar dilakukan uji T berdasarkan hasil postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Table 4.12 berikut menjelaskan hasil uji T.
Tabel 4.12 Hasil Uji T Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol uji coba terbatas.
Dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai T tabel 5,068 dengan nilai α 0,000. Jika diuji dengan taraf kepercayaan 0.05 maka diperoleh hasil α lebih kecil dari 0,05. Artinya kompetensi hasil belajar menggunakan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan CTL lebih tinggi daripada Desain Pembelajaran teamtik Integratif rancangan dari Pemerintah.
f) Hipotesis
Berdasarkan hasil dari uji T maka hipotesis penelitian ini 𝐻𝐼 diterima yang artinya kompetensi hasil belajar menggunakan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan CTL lebih tinggi dari Desain Pembelajaran Tematik Integratif rancangan dari Pemerintah. Selain itu dari uji T dapat disimpulkan 𝐻𝐼 diterima karena 𝜇1 ≥ 𝜇2 yang artinya kompetensi hasil belajar menggunakan Desain Pembelajaran Tematik
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Integratif Menggunakan Model Pendekatan CTL lebih tinggi dari Desain Pembelajaran Tematik Integratif rancangan dari Pemerintah. Pengambilan kesimpulan dilakukan berdasarkan nilai signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05, sehingga 𝐻𝐼diterima dan model dikatakan berhasil.
g) Respon Siswa
Pada akhir pembelajaran siswa diminta mengisi lembar respon siswa dan semua siswa mengisi “Ya” yang menandakan siswa antusias mengikuti pembelajaran dan memberikan respon positif terhadap Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan CTL. Berikut tabel 4.13 respon siswa.
Tabel 4.13 Angket respon siswa terhadap pembelajaran
No Butir Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1. Apa pendapatmu tentang cara belajar yang baru
2. Apakah kamu tertarik dengan pembelajaran
4.2Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), mengembangkan langkah-langkah Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), mengetahui kualitas produk model pembelajaran tematik integratif ini, dan mengetahui seberapa tinggi kefektifan desain pembelajaran tematik integratif ini dapat meningkatkan kompetensi hasil belajar pesera didik.
Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti pertama – tama melakukan survey lapangan dengan mengobservasi guru ketika mengajar di kelas dengan menggunakan pedoman buku yang dirancang oleh pemerintah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan ada salah satu guru SD yang kurang memahami pembelajaran tematik integratif secara lengkap dan kurang memahami peran guru sesungguhnya ketika di dalam kelas. Guru hanya melaksanakan serta menjalankan sesuai apa yang ada dibuku racangan pemerintah tanpa memahami konsep tersebut secara lengkap. Sehingga perlu diadakannya rancangan desain pembelajaran tematik integratif dengan menggunakan model CTL sebagai perangkat pembelajaran pendamping buku rancangan pemerintah. Selain itu, desain pembelajaran ini dapat meningkatkan kreatifitas guru dalam merancang pembelajaran di dalam kelas sesuai dengan perannya. Tahap yang kedua yaitu peneliti merancang desain pembelajaran tematik integratif dengan menggunakan model CTL yang dilengkapi dengan silabus, RPP, dan penggalan buku siswa yang kemudian jika sudah jadi peneliti melakukan uji validasi oleh ahli desain. Selain ahli desain, peniliti juga melakukan uji validasi materi pada buku siswa, yang kemudian direvisi sebelum dilakukan uji coba terbatas di SD Negeri Salatiga 06 dan SD Negeri Salatiga 02. Setelah uji coba terbatas dilakukan, peneliti merevisi produk tersebut dan menandakan produk tersebut sudah final atau selesai.
penggunakan tema yang disesuaikan dengan kondisi nyata siswa. Selain itu dengan mengembangkan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatarn CTL menjadikan guru leluasa mengembangkan pembelajarannya sendiri dan memiliki wewenang secara penuh dalam pengembangan pembelajaran dengan menyesuaikan dengan kondisi nyata siswa.
Tujuan pengembangan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan CTL yang lain yaitu mengetahui seberapa tinggi validasi produk model oleh ahli. Diperoleh validasi model oleh ahli model desain sebesar 80% dengan kategori tinggi, validasi desain pembelajaran oleh ahli desain sebesar 80,3% dengan kategori tinggi dan validasi materi oleh ahli materi sebesar 72,7% dengan kategori tinggi. Selain mengatahui seberapa tinggi validasi ahli juga untuk melihat apakah kompetensi hasil belajar menggunakan desain pembelajaran tematik integratif menggunakan model pendekatan CTL lebih tinggi daripada kompetensi hasil belajar menggunakan model desain pembelajaran tematik integratif dari Pemerintah. Diperoleh hasil Uji T pada uji coba terbatas menunjukkan nilai T tabel 5,068 dengan nilai α 0,000. Jika diuji dengan taraf kepercayaan 0,05 maka diperoleh hasil α lebih kecil dari 0,05. Artinya kompetensi hasil belajar menggunakan desain pembelajaran tematik integratif menggunakan model pendekatan CTL lebih tinggi daripada kompetensi hasil belajar menggunakan desain pembelajaran tematik integratif rancangan dari Pemerintah, dan dapat disimpulkan bahwa kompetensi hasil belajar siswa lebih tinggi sehingga 𝐻𝐼 diterima. Selain itu Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan CTL layak digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar.
hendak diperbanyak sebaiknya dilakukan uji coba luas dan uji keefektifan model.
Berdasarkan ketiga penelitian terdahulu walaupun menunjukan model pembelajaran tematik diterima oleh guru dan layak digunakan. Penelitian ini menyumbang pengetahuan dalam segi pengembangangan desain pembelajaran juga memberikan pengetahuan dalam melihat perbedaan kompetensi hasil belajar siswa dengan menggunakan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan CTL dengan Desain Pembelajaran Tematik Integratif dari Permendikbud.
Berdasarkan penelitian terdahulu juga mendukung penelitian ini terbukti bahwa dari kesepuluh model pembelajaran tematik integratif yang dikembangkan semuanya menunjukan cocok dan layak digunakan dalam pembelajaran di kelas rendah maupun dikelas tinggi, sehingga dapat dikatakan model desain pembelajaran tematik integratif menggunakan model pendkeatan CTL memang tepat diterapkan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar.
Model desain pembelajaran integratif menggunakan model pendekatan CTL juga memiliki tujuan yang jelas dan dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam merancang dan mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif menggunakan model pendekatan CTL yang digunakan guru untuk melaksanakan pembelajaran. Pengembangan model desain pembelajaran yang dikembangkan ini dilengkapi dengan silabus, RPP, dan penggalan buku siswa. Penggalan buku siswa produk desain dapat digunakan siswa dalam belajar di sekolah maupun di rumah, silabus dan RPP yang dapat digunakan guru sebagai salah satu pedoman dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan informasi guru dalam ketrampilan mengembangan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Menggunakan Model Pendekatan CTL yang lain.
4.3Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian pengembangan desain pembelajaran tematik integratif menggunakan model pendekatan CTL ini peneliti mengalami beberapa keterbatasan, antara lain:
1. Penelitian pengembangan model desain pembelajaran hanya dilakukan hanya sampai uji coba terbatas saja, tidak dilakukan uji secara luas.
2. Penelitian ini juga hanya di ujicobakan di dua Sekolah Dasar di Kota Salatiga.