• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1.1 Deskripsi Pra Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Volume Bangun Ruang Kubus dan Balok bagi Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "4.1.1 Deskripsi Pra Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Volume Bangun Ruang Kubus dan Balok bagi Siswa"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

39

Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus l, Deskripsi Siklus ll, Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus ll, Perbandingan Antar Siklus Hasil Belajar dan Pembahasan Hasil Belajar. Masing – masing akan dikemukakan sebagai berikut :

4.1 Kondisi Awal

4.1.1 Deskripsi Pra Siklus

Kondisi awal pembelajaran Matematika di SDN 2 Mojotengah pada tes pra siklus materi volume kubus dan balok menunjukan hasil belajar siswa rendah. Tes pra siklus diadakan sebelum penelitian ini masuk ke siklus I. Persentase hasil belajar matematika berdasarkan ketuntasan siswa kelas V pra siklus, dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 41 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Pra Siklus

No Nilai Jumlah Siswa Persentase Keterangan

1 < 65 19 79 % Tidak Tuntas

2 ≥ 65 5 21 % Tuntas

Jumlah 24 100%

Rata-rata 61

Tertinggi 75

Terendah 45

(2)

Gambar 4.1 Presentase Hasil Belajar Pra Siklus

Diagram 4.1 di atas terlihat bahwa ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SD Mojotengah 2 sebelum melakukan perbaikan yakni 79% tidak tuntas dan yang tuntas hanya 21%. Dari hasil yang di peroleh dapat dijadikan sebagai dasar untuk peneliti melakukan perbaikan.

Berdasarkan hasil pengamatan siswa dalam proses pembelajaran pra siklus dapat disimpulkan bahwa siswa belum terlibat aktif dalam proses pembelajaran, siswa masih banyak mendengarkan dalam memahami. Beberapa data yang sudah diperoleh , maka harus diberikan suatu tindakan dengan tujuan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika tentang materi volume bangun ruang kubus dan balok, sehingga dalam proses pembelajaran siswa masih bergantung kepada guru.

4.2 Deskripsi Siklus I

Pelaksanaan siklus I dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, dan tahap refleksi. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam siklus I sebagai berikut:

Perencanaan

Proses perbaikan pada pembelajaran matematika setelah memperoleh data dari prasiklus mengenai hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan materi Volume bangun ruang Kubus Dan Balok melalui pendekatan pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya, maka dilakukan penelitian pada siklus satu yang dilakukan dalam satu kali pertemuan dalam waktu 3 X jam Pelajaran (3 X 35 Menit )

21%

79%

(3)

Tahap perencanaan siklus satu diawali dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan Standar Kompetensi (SK) 4. menghitung volume kubus dan balok dan menggunakan dalam pecahan masalah.

Kompetensi dasar 4.1 Menjelaskan cara menghitung volume kubus dan balok. Guru membagi kertas origami pada setiap siswa untuk membentuk bangun balok dari kertas origami. Dalam kegitan yang akan dilakukan berdasarkan Setandar Kompetensi (SK ) dan Kompetensi Dasar (KD). Kegiatan penelitian selanjutnya menentukan volume Kubus. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaan (RPP) dengan mernerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

talking chips. Alokasi waktu yang digunakan adalah 2 x 35 menit. Menyiapkan tiga lembar observasi keaktifan belajar siswa, lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi lingkungan kelas. Menyiapkan soal – soal untuk berdiskusi dan menyiapkan kancing sebagai tiket untuk menyampaikan pendapat.

Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Pertemuan pertama

Pada tahap tindakan, dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model koperatif kooperatif tipe talking chips.Siklus I dilaksanakan pada hari kamis dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 X jam pelajaran 3 X 35 menit. Pada pelaksanaanya/ tindakan dilakukan oleh peneliti sebagai guru yang mengajar di kelas dengan adanya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) yang sudah telah dibuat sebelumnya oleh peneliti dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif talking chips.

(4)

dicapai yaitu siswa dapat menentukan volume pada bangun balok , menyebutkan bentuk bangun balok yang ada disekitar kelas serta cara menentukan rumus pada volume bangun balok.

Langkah pertama sebelum masuk ke dalam proses pembeljaran guru menjelaskan materi topik pembelajaran yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran kali ini. Selanjutnya guru harus memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan langkah – langkah yang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajrana (RPP).

Langkah pertama sebelum masuk ke dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif talking chips guru terlebih dahulu menjelaskan topik dan kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajran kali ini. Selanjutnya guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan langkah – langkah pembelajaran.

Langkah meneruskan pertanyaan atau masalah memberikan beberapa pertanyaan/ permasalahan yang sesuai dengan materi pembelajaran, seperti : pernahkah kalian mengamati bentuk – bentuk bangun kubus di sekitar kalian ?. bagaimana bentuk kubus ? berbeda atau sama anatara benda yang satu dengan benda yang lainya. Selanjutnya dari beberapa peryataan tersebut guru menerapkan satu peryataan / maslah yang akan di pecahkan yaitu tentang bagaimana cara menghitung volume kubus.

(5)

Pertemuan Kedua

Pada kegiatan awal guru menyuruh ketua kelas untuk memimpin doa dan melanjutkan absensi kehadiran siswa. Guru menyampaikan apersepsi dengan menanyakan PR dan kemudian membahas bersama – sama, selanjutnya guru menyampaiakan tujuan yang akan dicapai yaitu siswa dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan volume kubus.

Guru meminta siswa untuk duduk berkelompok seperti kelompok yang kemarin sudah dibuat. Selesai guru membagi kelompok maka setiap kelompok diberikan latihan soal. Kemudian siswa diminta untuk memberikan kancing sebagai tiket untuk menyampaikan pendapat atau bertanya. Siswa yang beranii menyampaikan pendapatnya di depan kelas akan mendapatkan reward. Kegiatan akhir guru dan siswa bersama – sama menyimpulkan tentang materi yang baru dipelajarai dan guru menyampaikan informasi untuk pertemuan berikutnya tes akhir siklus 1.

Observasi

(6)

Selain lembar observasi aktifitas belajar siswa, terdapat lembar observasi kegiatan guru yang fungsinya untuk mengetahui kegiatan – kegitan yang dilakukan oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

talking chips dan juga untuk memenuhi kekurangan – kekurangan sehingga tidak terulang pada pertemuan berikutnya. Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru diperoleh gambaran bahwa guru masih ada kekurangan dalam pelaksaan pembelajaran yaitu guru kurang memberikan seluruh perhatian kepada seluruh siswa, dalam penyampaianya siswa kurang diberi kesempatan untuk memahami dan mendalami materi yang mengerti materi yang diberikan oleh guru, guru kurang memancing siswa untuk menyimpulkan materi yang baru dipelajarinya. Refleksi (Perbaikan )

Tahapan selanjutnya setelah kegiatan pelaksanaan dan observasi pembelajaran siklus 1 adalah refleksi. Tahapan ini dilakukan dengan menganalisis skor hasil belajar matematika siswa siklus I yang disajikan pada tabel 4.2 dan hasil observasi dari lembar observasi guru pada lampiran , dan lembar observasi siswa yang disajikan pada lampiran. Skor tes diperoleh dari kegiatan evaluasi akhir pembelajaran pada pertemuan 2 siklus I yaitu menentukan volume pada bangun balok , menyebutkan bentuk bangun balok yang ada disekitar kelas serta cara menentukan rumus pada volume bangun balok, mengamati bentuk – bentuk bangun kubus di sekitar, bagaimana bentuk kubus, bagaimana cara menghitung volume kubus,dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan volume kubus. Berdasarkan hasil evaluasi mengenai hasil belajar pada siklus 1 dapat dianalis sebagai berikut.

4.3 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus I

(7)

Tabel 4.2 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I

No Nilai Jumlah siswa Persentase Keterangan

1 <65 6 25 % Tidak Tuntas

2 ≥ 65 18 75 % Tuntas

Jumlah 24

Rata – rata 67

Tertinggi 85

Terrendah 60

Dari tabel 4:2 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan model pembelajaran koopratif tipe talking chips, dari 18 siswa yang mengikuti evaluasi pembelajaran terdapat 24 siswa (75%) tuntas atau mampu mencapai KKM 65 dan 6 siswa (25%) tidak tuntas atau masih berada dibawah KKM. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 85 dan nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata kelas adalah 67. Selanjutnya untuk lebih jelas hasil perolehan ketuntasan belajar tersebut disajikan dalam diagram batang 4.2 berikut ini:

Gambar 4.2 Presentase Hasil Belajar Pra Siklus

Mendasarkan gambar 4.2 di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar matematika berdasarkan ketuntasan siswa kelas V, pada siklus I mencapai 75% (18 siswa dari 24 siswa) tuntas dalam belajar matematika dan 25 % ( 6 siswa dari 24 siswa) tidak tuntas dalam belajar matematika dengan KKM yang ditentukan adalah ≥ 65. Hasil belajar pada siklus 1 belum mencapai indikator yang sudah ditentukan yaitu 80%. Aktifitas belajar siswa pada siklus 1 sudah lebih baik dari pada pra siklus yaitu siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran siswa aktif dalam bekerja kelompok dalam melaksanakan tugasnya walupun belum secara keseluruhan dan model pembelajaran yang digunakan tidak membuat siswa merasa bosan dengan pembelajaran matematika dan tidak jenuh meskipun

75%

25%

Siklus I

(8)

demikian pada siklus 1 belum maksimal karena masih ada sejumlah siswa yang nilainya masih dibawah KKM, sehingga harus dilaksanakan siklus II yang bertujuan agar meningkatkan hasil belajar siswa kelas V. Berikut ini disajikan dalam Tabel 4.3 perbandingan ketuntasan belajar siswa pra siklus dan setelah tindakan pada siklus

Tabel 4.3 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra siklus dan Siklus I

No Nilai Pra Siklus Siklus I

Jumlah Siswa Persentase Jumlah Siswa Persentase

1. 19 79 % 6 25 %

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa. Jika pra siklus, siswa yang tuntas belajar adalah 5 siswa (21%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang tuntas menjadi 18 siswa (75%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 13 siswa (54%). Jumlah siswa yang belum tuntas pra siklus adalah 19 siswa (79%) dan berkurang setelah diberikan tindakan pada siklus I menjadi 13 siswa (54%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 6 siswa (25%). Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.3 perbandingan jumlah ketuntasan belajar siswa pra siklus dan setelah diberikan tindakan pada siklus I.

(9)

Berdasarkan Gambar 4.3 diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa. Jika pra siklus , siswa yang tuntas belajar adalah 5 siswa (21%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang tuntas menjadi 19 siswa (75%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 14 siswa (58%). Jumlah siswa yang belum tuntas pra siklus adalah 19 siswa (79%) dan berkurang setelah diberikan tindakan pada siklus I menjadi 6 siswa (25%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 3 siswa (13%).

Meskipun terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus I, diketahui bahwa ketuntasan belajar ini belum memberikan hasil yang diharapkan yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas belajar atau tuntas KKM yang ditetapkan sekolah = 65. Hal tersebut membuktikan bahwa penggunakaan model pembelajaran kooperatif tipe talking chips dapat meningkatan hasil belajar siswa sehingga harus dilaksanakan sikus II yang bertujuan untuk meningakatkan hasil belajar siswa kelas V.

Perbaikan siklus I

(10)

sehingga setiap anggota bisa mengerti/paham dalam menyelesaikan soal yang telah diberikan oleh guru.

Ketika siswa menyimpulkan materi pembelajaran terlihat siswa masih ragu – ragu dalam menyimpulkan materi tidak boleh ragu-ragu dan haus percaya diri. Pada saat dilakukan tes akhir siklus 1 juga dijumpai bahwa terdapat siswa yang melihat jawaban temanya, kemudian guru langsung menegur siswa yang mencoba menyontek pekerjaan temanya. Serta memberikan arahan bahwa lebih baik dikerjakan sendiri dari pada melihat jawaban punya teman.

Guru juga melakukan refleksi pada lembar observasi kondisi lingkungan kelas, diperoleh dalam proses belajar mengajar dapat digambarkan bahwa siswa kurang teratur dan rapi dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu pada saat guru memulai pembelajaran ada siswa yang masinh berjalan – jalan dikelas, kemudian guru menegur siswa tersebut serta memberikan arahan dan motifasi dengan cara apabila pelajarannya sudah dimulai diharapakan untuk partisipasinya dan siap untuk memperhatikan penjelasan dari guru.

Karena jika kalian memperhatikan pasti akan bisa menyelesaikan soal – soal yang telah diberikan. Kondisi kelas yang digunakan agak kotor,karena terdapat samapah bekas rautan pensil tidak di buang di tempat sampah serta ada sampah bungkus jajan anak yang jatuh dilantai. Sedangkan perlengkapan kebersihan dikelas sudah cukup komplit seperti sapu, sulak, dan tempat sampah. Guru juga tidak lupa untuk mengimggatkan kepada siswa bahwa sebelum pembelajaran dimulai siswa yang piket harus membersihkan ruang kelasnya terlebih dahulu. 4.4 Deskripsi Siklus II

Pelaksanaan siklus I dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, dan tahap refleksi. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam siklus II sebagai berikut:

Perencanaan

(11)

model pembelajaran kooperatif talking chips. Alokasi waktu yang digunakan dalam pertemuan ini adalah 2 x 35 menit. Menyiapakan tiga lembar observasi keaktifan belajar siswa, lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi lingkungan kelas. Menyiapkan soal – soal untuk berdiskusi dan menyiapkan kancing sebagaitiket untuk menyampaikan pendapat.

Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Pertemuan Pertama

Pada tahap tindakan, guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking chips, yaitu pada kegiatan awal guru mengucapkan salam kepada siswa, guru menyuruh siswa ketua kelas untuk memimpin doa dan dilanjutkan dengan absensi kehadiran siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu : siswa dapat meentukan volume kubus satuan, siswa dapat menentukan volume kubus yang sudah ditentukan, siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan kubus, siswa dapat menentukan panjang ruruk dari volume kubus yang sudahdiketahui. Guru menjelaskan materi menentukan volume kubus melalui bimbingan guru siswa diajak untuk mencari atau menentukan volume kubus dengan mencari rusuk- rusuknya.

Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari @4 anggota. Setiap anggota kelompok memilikititingkatan yang berdeda – beda yaitu ada yang tinngi, sedang dan rendah. Guru memberikan penjelasan tentang model pembelajaran yang digunakan. Setiap kelompok diberikan latihan soal dan masing masing kelompok memecahkan maslah yangdiberikan oleh guru. Kemudian siswadiminta untukmemberikan kancing sebagai tiket untuk menyampaikan pendapatnya didepan kelas akan mendapatkan reward. Kegiatan akhir guru dan siswa menyimpulakan tentang materi yang baru dipelajarinyadan guru menyampiakan informasi tentang materi selanjutnya pada siswa.

Pertemuan kedua

(12)

apersepsi dengan menanyakan PR dankemudian dibahas bersama – sama,selanjutnya guru menyampiakan tujuan yang hendak dicapai yaitu dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan kubus. Guru menjelaskan materi yang berhubungan dengan kubus.

Guru membagikan undian angka untuk membagi kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4anggota yang kemarin sudah dibuat. Selesai guru membagi siswa berkelompok . maka setiap kelompok diberikan latihan soal. Kemudian siswa diminta untuk memberikankancing sebagai tiket untuk menyampaikan pendapat atau bertanya. Siswa yang berani menyampikan pendapat didepan kelas akan mendapatkan rewar. Kegiatan akhir guru dan siswa bersama – sama menyimpulkan tentang materi yang baru dipelaharinya, dan guru menyampaikan informasi untuk pertemuan berikutnya tes akhir siklus II.

Observasi

Pada proses pembelajaran siklus II diperoleh bahwa sudah terdapat peningkatan. Siswa sudah terlihat terbiasa menggunkan model kooperatif tipeTalking Chips dan dapat mengikuti pembelajaran dengan efektif dibanding siklus I. Berdasarkan observasi keaktifan belajar siswa pada siklus II dapat digambarkan bahwa dalam proses pembelajaran terlihat siswa bersungguh – sungguh dalam menerima materi yang diberikan oleh guru. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran dimulai siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dari guru.

(13)

Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru diperoleh gambaran bahwa guru sudah mampu dalam penguasaan dan menggorgaisasikan kelas, guru sudah lebiah baik dari siklus I. Hal ini dibuktikan bahwa secara keseluruhan guru jauh lebih tenang dan baik dalam mengatur siswa. Dalam menyampaikan aperesepsi, motivasi tujuan dan materi pembelajarannya. Berdasarkan hasil observasi guru sudah memberikan seluruh perhatianya kepada semua siswa. Dalam mengatur kelompok guru sudah bisa bersikap adil dan berkeliling pada semua kelompok. Guru membimbing kelompok apabila ada yang mengalamikesulitan dalam menyimpulkan materi guru dan siswa terlihatbaik dan kompak. Secarakeseluruhan guru sudah memperbaiki semua kekurangan – kekuranagn yang terdapat pada pertemuan sebelumya sehingga pada pertemuan berikutnya guru bisa lebih baik dalam melaksanakan pembelajarannya.

Berdasarkan evaluasi mengenai hasil belajar pada siklus II dapat dianalisis sebagai berikut :

4.5 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus II

Berdasarkan hasil pengambilan data melalui metode didapatkan hasil keaktifan siswa pada tabel 4.4 dibawah ini :

Tabel 4.4 Nilai Tes Siklus II

No Nilai Jumlah Siswa Persentase Keterangan

1 65 2 8% Tidak Tuntas

2 65 22 92% Tuntas

Jumlah 24

Rata-rata 73

Tertinggi 95

Terendah 60

(14)

Gambar 4.4 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

Berdasarkan grafik diatas maka dapat disimpulakan bahwa nilai rata- rata kelas pada siklus II meningkat menjadi 92 % dengan prosentase siswa yang sudah tuntas belajar sebesar 92 %, sedangkan prosentas siswa yang belum tuntas belajar adalah 8 %. Hasil belajar siswa pada siklus II sudah mencapai batas ketuntasan yang sudah ditetapkan yaitu 65 %. Hali ini dikarenakan pada siklus II selama proses pembelajaran partisipasi siswa cukup besar. Kesungguhan siswa didalam menerima materi pelajaran sangat baik. Ini ditandai dengan siswa lebih aktif mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru serta siswa lerlibat langsung dalam proses pembelajarannya.

Pada saat pembelajaran berlangsung siswa terlihat lebih bersemanagat, siswa tidak bosan dan menyenangkan serta siswa berani bertanya tentang materi yang belum jelas, siswa lebih aktif dan berani mengungkapkan pendaptnya ideanya. Hal ini membuktikan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Refleksi (Perbaikan )

Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II hasil belajar siswa siklus I dan siklus II yaitu sebagai berikut :

Tuntas 92% Tidak

Tuntas 8%

(15)

Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa Siklus I Dan Siklus II

Ketuntasan Siklus I Siklus II

Jumlah siswa % Jumlah siswa %

Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa. Jika siklus I, siswa yang tuntas belajar adalah 18 siswa (75%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus II, dimana siswa yang tuntas menjadi 22 siswa (92%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 4 siswa (17%). Jumlah siswa yang belum tuntas siklus I adalah 6 siswa (25%) dan berkurang setelah diberikan tindakan pada siklus II menjadi 2 siswa (8%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 4 siswa (17%).

Berikut ini disajikan dalam Gambar 4.9 perbandingan jumlah ketuntasan belajar siswa pra siklus dan setelah diberikan tindakan pada siklus I

Gambar 4.5 Gambar Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I

Dan Siklus II

(16)

belajar adalah 18 siswa (75%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus II, dimana siswa yang tuntas menjadi 22 siswa (92%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 4 siswa (17%). Jumlah siswa yang belum tuntas siklus I adalah 6 siswa (25%) dan berkurang setelah diberikan tindakan pada siklus II menjadi 2 siswa (8%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 2 siswa (8%) dan membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe talking chips dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Perbaikan siklus II

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking chips dapat diskusi siswa kelas 5 SDN 2 Mojotengah dengan baik dan siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe talking chips. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan yang terjadi pada setiap siklusnya. Meskipun demikian ada salah satu siswa yang masih mengobrol dengan temanya saat dijelaskan oleh guru maka untuk mengatasi hal tersebut guru mendekati siswa tersebut untuk tidak mengobrol lagi saat saat dijelaskan dan memberikan motifasi apabila kalian mendengarkan dan memperhatikan pasti nanti kalian akan bisa mengerjakan soal – soal dengan baik. Guru juga melakukan refleksi pada lembar observasi konsisi lingkungan kelas, yaitu diperoleh dalam proses mengajar dapat digambarkan bahwa kondisi ruang kelas yang digunakan baik dan nyaman. Siswa sudah bisa teratur dan rapi dalam melaksanakan pembelajarann yaitu siswa sudah tidak brjalan – jalan lagi didalam kelas saat pembelajaran dimulai kondisi kelas yang digunakan sudah terlihat bersih.

(17)

4.6 Perbandingan Antar Siklus Hasil Belajar

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus tersebut adalah rangkaian kegiatan yang saling berkaitan antar siklusnya, artinya pelaksanaan siklus II merupakan pemantapan perbaikan berdasarkan kegiatan refleksi dari siklus I. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka hasil belajar siswa untuk antar siklus dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.6 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Pra Siklus,

Siklus I dan Siklus II

Ketuntasan Pra Siklus Siklus 1 Siklus II

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

65 19 79 6 25 2 8

≥ 65 5 21 18 75 22 92

Jumlah 24 100 24 100 24 100

Nilai Tertinggi 75 85 95

Nilai Terendah 45 60 55

Rata-Rata 61 67 73

(18)

Gambar 4.6 Gambar Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Antar

Siklus

Berdasarkan diagram batang hasil belajar matematika berdasarkan ketuntasan Siswa kelas V di SD Mojotengah 2 pada gambar 4.6, menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa pada pra siklus yang semula 21% siswa tuntas ke siklus I terjadi peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar siswa tuntas meningkat sebesar 75% kemudian pada siklus II terjadi peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar siswa tuntas meningkat sebesar 92%. Peningkatan presentase ketuntasan hasil belajar matematika siswa, karena dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe talking chips. Jadi secara keseluruhan dapat lihat pada pra siklus, siklu I dan siklus II dalam pelaksanaan pembelajaran pada materi volume kubus dan balok menggunakan model kooperatif tipe talking chips menunjukan adanya peningkatan hasil belajar. 4.7 Pembahasan Hasil Temuan

Penelitian tindakan ini adalah peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V di SDN 2 Mojotengah melalui model kooperatif tipe talking chips. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas tindakan model kooperatif tipe talking chips yang dilakukan oleh guru pada siklus I dengan lembar observasi, aktivitas tindakan yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan model kooperatif tipe talking chips menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas tindakan yang dilakukan oleh guru di siklus I pada pertemuan pertama guru kurang optimal membimbing siswa dalam kelompok untuk mengumpulkan data pemecahan masalah ketika proses pembelajaran berlangsung. Namun, pada

(19)

pertemuan 2 guru sudah dapat melaksanakan semua aktivitas berdasarkan indikator. Aktivitas tindakan menggunakan model kooperatif tipe talking chips

yang dilakukan oleh guru kelas V pada siklus I, juga dilakukan oleh guru pada siklus II.

Berdasarkan lembar observasi aktivitas tindakan menggunakan model kooperatif tipe talking chips yang dilakukan oleh guru kelas V pada siklus II, menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas tindakan yang dilakukan oleh guru pada setiap pertemuan di siklus II sudah terlaksana semua sudah dilaksanakan oleh guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus II ini aktivitas tindakan yang guru laksanakan sudah lebih baik dari siklus I. Aktivitas tindakan menggunakan model kooperatif tipe talking chips yang dilakukan oleh guru, aktivitas tindakan juga dilakukan oleh siswa kelas V. Berdasarkan aktivitas tindakan menggunakan model kooperatif tipe talking chips yang dilakukan oleh siswa kelas V pada siklus I, menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas tindakan yang dilakukan oleh siswa sudah dilaksanakan oleh siswa, pada saat diskusi pemecahan masalah siswa belum melaksanakannya ketika proses pembelajaran berlangsung. Pada pertemuan kedua sudah nampak siswa melaksanakan semua aktivitas berdasarkan indikator.

Pada lembar observasi aktivitas tindakan model kooperatif tipe talking chips yang dilakukan oleh Siswa kelas V Siklus II, menunjukkan bahwa pelaksanaan aktivitas tindakan yang dilakukan oleh siswa pada setiap pertemuan di siklus II sudah terlaksana dari seluruh indikator sudah dilaksanakan oleh siswa ketika proses pembelajaran berlangsung, pada siklus II ini aktivitas tindakan yang siswa laksanakan sudah lebih baik dari siklus I. Peningkatan aktivitas guru dan siswa kelas V dalam kegiatan pembelajaran melalui model kooperatif tipe talking chips, juga terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Mojotengah 1 semester I tahun pelajaran 2017/2018.

(20)

II, terjadi lagi peningkatan jumlah ketuntasan menjadi 22 siswa ( 92%). Siswa yang belum tuntas sebelum diberikan tindakan adalah 19 siswa (79%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I, berkurang menjadi 6 siswa (25%). Setelah dilaksanakan lagi tindakan pada siklus II, menjadi 2 siswa (8%) yang belum tuntas, maka telah memenuhi syarat penelitian dengan indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 80%. Pelaksanaan perbaikan siklus ini dapat diakhiri pada siklus 2.

Setelah melakukan wawancara dengan guru kelas dan pengamatan ketika pembelajaran maka dapat diketahui bahwa dua siswa tersebut dalam pembelajaran sehari-hari memang memiliki kemampuan yang rendah dalam memahami dan menguasai materi pembelajaran dibandingkan dengan teman-temannya. Terhadap 2 siswa yang nilai ulangannya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal disebabkan karena anak tersebut kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal maupun tugas yang diberikan oleh guru rendah sekali, Siswa tersebut diminta untuk mengerjakan soal yang sama dengan soal tes untuk dikerjakan dirumah dengan bimbingan orang tua. Nilai hasil soal yang dikerjakan di rumah tersebut digunakan untuk memperbaiki Nilai tes formatif setara dengan standar Nilai kriteria ketuntasan minimal.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi (2015) dalam penelitianya yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teknik talking chips Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa SD selanjutnya penelitian yang dilakukan Yacob Hariyanto(2015) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Metode Pembelajaran Tipe talking chips

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Dasar Memahami Model Atom Bahan Semi Konduktor Di SMK Negeri 1 Jetis Mojokerto dan penelitian yang telah dilakukan oleh Arie dkk dalam penelitiannya yang berjudul Remediasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Model Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Pada Gerak Parabola Di SMA menunjukkan bahwa model kooperatif tipe

(21)

Konduktor selain itu, efektif untuk meremediasi 7 miskonsepsi siswa pada materi gerak parabola di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Semparuk.

Gambar

Gambar 4.1 Presentase Hasil Belajar Pra Siklus
Gambar 4.2 Presentase Hasil Belajar Pra Siklus
Tabel 4.3 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra siklus  dan Siklus I
Tabel 4.4 Nilai Tes Siklus II
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh perbandingan berat TiO2 dan KA, serta lama waktu penyinaran terhadap aktivitas fotodegradasi zat warna metanil

Pentingnya kerjasama dalam kelompok juga diungkapkan oleh Mulyaningrum (2012) dalam hasil penelitiannya yang menemukan bahwa kerjasama yang terjalin baik akan

1. Jenis tindak pidana yang paling banyak dilakukan oleh anak adalah pencurian, narkoba, pengeroyokan, dan kecelakaan lalu lintas. Kejahatan yang dilakukan anak

Berdasarkan wawancara dengan guru serta anak TK dan SD (kelas 1) di Surabaya, permasalahan yang terjadi adalah sejak dini tidak dibiasakan untuk dekat dengan dunia olahraga

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa perlakuan dengan pe- nambahan esens mangga dan esens jeruk pada perangkap metil eugenol merupakan perlakuan ter- baik dalam menarik lalat

Flipbook memiliki beberapa kelebihan, diantaranya proses pembelajaran lebih menarik karena kemudahan yang diberikan, menambah motivasi belajar, dan yang paling utama adalah

Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan hidayahn-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul Strategi Komunikasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) langkah-langkah penerapan model scramble dengan media flashcard, yaitu: (a) persiapan, (b) penyampaian materi, (c) pembagian