• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 - Analisis Kebijakan Perlindungan Hak Cipta Bahan Pustaka Elektronik di Perpustakaan Universitas Negeri Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 - Analisis Kebijakan Perlindungan Hak Cipta Bahan Pustaka Elektronik di Perpustakaan Universitas Negeri Medan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan dibagi menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah perpustakaan perguruan tinggi. Menurut Hasugian (2009, 79) secara sederhana, “Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan membantu tercapainya tujuan perguruan tinggi”.

Selaras dengan pengertian diatas, menurut Sulistyo Basuki (1993, 51) bahwa, “Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada Perguruan Tinggi, badan bawahannya maupun lembaga yang bersifat berafiliasi dengan perguruan tinggi dengan tujuan untuk membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya”.

Dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004, 4), Perpustakaan perguruan tinggi bertujuan menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu:

1. Dharma pertama yaitu pendidikan dan pengajaran dilaksanakan dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan, dan menyebarluaskan informasi bagi mahasiswa dan dosen sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

2. Dharma kedua yaitu penelitian, dilakukan melalui kegiatan mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi para peneliti.

3. Dharma ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat, diselenggarakan melalui kegiatan yang mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat.

Selain pendapat di atas, ada pendapat lain tentang perpustakaan perguruan tinggi yakni menurut Vitriana (2009, 1) yang menyatakan bahwa “Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah Perpustakaan yang terdapat dilingkungan lembaga pendidikan tinggi yaitu untuk mendukung misi pendidikan lembaga induknya”.

(2)

7

kurang optimal dan tidak memadai. Perpustakaan perguruan tinggi sangat penting bagi perguruan tinggi karena perpustakaan dimaksudkan untuk menunjang dan memfasilitasi kegiatan dan proses pengembangan ilmu pengetahuan serta penelitian. Demikian juga dengan Perpustakaan UNIMED yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan informasi seluruh sivitas akademika UNIMED.

2.1.1 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan membutuhkan fungsi dan tujuan yang jelas dikarenakan sebagai faktor pembeda perpustakaan yang satu dengan perpustakaan yang lain. Dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2004, 3), Fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah :

a. Fungsi Edukasi

Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika. Oleh karena itu, bahan pustaka yang disediakan merupakan bahan pustaka yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

b. Fungsi Informasi

Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah di akses oleh pencari dan pengguna informasi.

c. Fungsi Riset

Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi mutlak dimiliki karena tugas perguruan tinggi adalah menghasilkan karya-karya penelitian yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.

d. Fungsi rekreasi

Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

e. Fungsi Publikasi

Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademika dan staf non-akademik.

f. Deposit

(3)

g. Fungsi Interpretasi

Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya.

Sedangkan menurut Yuven (2010, 1), fungsi perpustakan perguruan tinggi adalah :

1. Lembaga pengelola sumber-sumber informasi 2. Lembaga pelayanan dan pendayagunaan informasi 3. Wahana rekreasi berbasis ilmu pengetahuan

4. Lembaga pendukung pendidikan (pencerdas bangsa) 5. Lembaga pelestari hasanah budaya bangsa

Dari uraian diatas dapat dikemukakan bahwa perpustakaan perguruan tinggi berfungsi sebagai lembaga yang mengelola sumber-sumber informasi dan melayankannya kepada pengguna. Selain itu perpustakaan perguruan tinggi juga dapat berfungsi menunjang program perguruan tinggi yakni membantu pelaksanaan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Perpustakaan UNIMED menjalankan fungsi deposit dengan menyediakan tugas akhir sivitas akademika UNIMED dalam format elektronik yang sering disebut repositori UNIMED.

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Setiap perpustakaan perguruan tinggi memiliki tujuan sesuai dengan visi dan misi perguruan tinggi. Menurut Sulistyo Basuki (1993, 52), tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut :

a. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya staf pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup tenaga kerja administrasi perguruan tinggi.

b. Menyediakan bahan pustaka (referensi) pada semua tingkatan akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa pasca sarjana dan pengajar.

c. Menyediakan ruangan belajar bagi pengguna perpustakaan.

d. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pengguna.

e. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi juga lembaga industri lokal.

(4)

9

informasi bagi pengguna untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat”.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah menyediakan bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan sivitas akademika sehingga mencapai visi dan misi perpustakaan perguruan tinggi. Perpustakaan UNIMED memiliki tujuan menyediakan bahan pustaka yang dapat memenuhi kebutuhan informasi sivitas akademika UNIMED baik dalam format tercetak maupun elektronik.

2.2 Bahan Pustaka

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, 1117), “Pustaka artinya kitab, buku”. Istilah yang berkaitan erat dengan pustaka adalah Bahan Pustaka. Sebenarnya bahan pustaka artinya sama dengan pustaka.

Menurut UU. No. 43 Tahun 2007 Pasal 1 angka 10, pengertian dari “Bahan perpustakaan atau bahan pustaka adalah semua hasil karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam”. Sedangkan Qosim (2006, 3) memberikan pengertian bahwa “Bahan pustaka adalah dokumen yang memuat informasi pengetahuan ilmiah dengan tujuan penciptaannya untuk kegiatan kultural dan pendidikan”.

Dari uraian diatas dapat dikemukakan bahwa bahan pustaka adalah dokumen yang memberikan informasi ilmiah, dan bisa dijadikan sitasi atau landasan teori dalam suatu karya ilmiah, seperti informasi yang terdapat di buku, jurnal tercetak maupun elektronik, hasil penelitian, surat kabar, majalah, dan bahan pustaka lainnya.

2.2.1 Jenis Bahan Pustaka

Bahan pustaka terdiri atas beberapa jenis. Menurut Yulia (1993, 3) bahan pustaka yang tercakup dalam koleksi perpustakaan adalah:

1. Karya cetak atau Karya grafis.

Merupakan hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak, seperti:

a. Buku :

(5)

perpustakaan. Berdasarkan standar dari Unesco tebal buku paling sedikit 49 halaman tidak termaksud kulit maupun jaket buku. Diantaranya buku fiksi, buku teks, dan buku rujukan.

b. Terbitan Berseri :

Merupakan bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus dengan jangka waktu terbit tertentu. Yang termaksud dalam bahan pustaka ini adalah harian (surat kabar), majalah (mingguan, bulanan, dan lainnya), laporan yang terbit dengan jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan, triwulan, dan sebagainya.

2. Karya noncetak

Karya Noncetak adalah hasil pikiran manusia yang dituangkan tidak dalam bentuk cetak seperti buku atau majalah, melainkan dalam bentuk lain seperti rekaman suara, rekaman video, rekaman gambar dan sebagainya. Istilah lain yang dipakai untuk bahan pustaka ini adalah bahan nonbuku, atau bahan pandang dengar (Audiovisual). Yang termaksud jenis bahan pustaka Audiovisual adalah sebagai berikut :

a. Rekaman Suara :

Merupakan bahan pustaka dalam bentuk pita kaset dan piringan hitam. Sebagai contoh untuk koleksi perpustakaan adalah buku yang telah dikombinasikan dengan pita kaset.

b. Gambar Hidup dan Rekaman Video :

Merupakan bahan pustaka yang bentuknya seperti film dan kaset video. Kegunaannya selain untuk pendidikan juga dapat digunakan sebagai rekreasi.

c. Bahan Grafika :

Bahan grafika terdiri dari dua jenis yaitu bahan pustaka yang dapat di lihat langsung (lukisan, bagan, foto, gambar teknik, dan sebagainya) dan yang harus dilihat dengan bantuan alat (slide, transparansi,dan filmstrip).

d. Bahan Kartografi :

Yang termaksud bahan pustaka kartografi adalah peta, atlas, bola dunia, foto udara.

3. Bentuk Mikro

Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca oleh mata melainkan harus memakai alat yang dinamakan micro reader. Yang termaksud bahan pustaka bentuk mikro adalah sebagai berikut :

a. Mikrofilm :

Bahan pustaka bentuk mikro berbentuk gulungan film yang ukurannya 16 mm, dan 35 mm.

b. Mikrofis :

Bahan pustaka bentuk mikrofis berbentuk lembaran film dengan ukuran 105 mm x 148 mm (standar) dan 75 mm x 125 mm.

(6)

11

Bentuk micro dimana informasinya dicetak kedalam kertas yang mengkilat tidak tembus cahaya. Ukurannya sebesar mikrofis.

4. Karya dalam Bentuk Elektronik

Dengan adanya teknologi informasi, maka informasi dapat dituangkan ke dalam media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti komputer, CD-ROM player, dan sebagainya.

Skripsi di perpustakaan perguruan tinggi merupakan karya atau ciptaan

yang dilindungi walaupun sudah dialihwujudkan. Sehubungan dengan hal

tersebut, dalam UU. No. 19 Tahun 2002 Pasal 12 ayat (1) huruf l disebutkan jenis

ciptaan yang dilindungi adalah “Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai,

database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan”.

Dari uraian diatas dapat dikemukakan bahwa adanya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, semakin banyak informasi yang dibutuhkan serta

semakin banyak pula berbagai jenis bahan pustaka yang tersedia agar sesuai

dengan kebutuhan penggunanya. Di Perpustakaan UNIMED, skripsi merupakan

salah satu jenis bahan pustaka yang sering digunakan oleh pemustaka. Dalam UU.

No. 19 Tahun 2002 Pasal 12 ayat (1) huruf a, skripsi yang sudah dialihwujudkan

termasuk jenis ciptaan yang dilindungi.

Sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi, perpustakaan

menyediakan berbagai koleksi untuk memenuhi kebutuhan pemustakanya.

Koleksi yang disediakan dapat dibuat dalam format tercetak maupun elektronik.

Menurut Afida (2013, 1) bahwa bahan perpustakaan adalah:

Koleksi setiap perpustakaan mencakup semua jenis bahan perpustakaan yang paling sesuai untuk mendukung pendidikan, pengajaran dan penelitian. Jenisnya meliputi beragam bahan perpustakaan yang berkaitan dengan isi atau format publikasi. Misalnya, monograf, buku rujukan, jurnal/majalah, surat kabar, disertasi, tesis, skripsi, terbitan pemerintah, laporan penelitian, prosiding konferensi, seminar, lokakarya, pamflet, brosur, peta, bentuk mikro (microform), kaset, video, film, perangkat lunak komputer (computer software), CD-ROM dan elektronik lainnya.

Sedangkan menurut Hastuti (2012, 2), “Sumber daya elektronik adalah

informasi yang dituangkan dalam bentuk buku atau jurnal ektronik yang biasa

(7)

elektronik adalah CD-ROM (Compact Disk-Read Only Memory), disket, jurnal

online”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahan pustaka elektronik

adalah koleksi dalam format elektronik baik buku, jurnal, tugas akhir dan lain

sebagainya yang tujuannya menunjang program dan tujuan perguruan tinggi

dalam memenuhi kebutuhan pemustaka.

2.3 Hak Cipta

Menurut UU. No. 19 Tahun 2002 Pasal 1 angka 1 menegaskan bahwa

“Hak cipta adalah Hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk itu

dengan tidak mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku”.

Sedangkan menurut Lindsey (2006, 96) dinyatakan bahwa “Hak Cipta

adalah sejenis kepemilikian pribadi atas suatu Ciptaan yang berupa perwujudan

dari suatu ide pencipta di bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan”.

Selaras dengan pendapat di atas, menurut Hasibuan (2008, 27) bahwa:

Hak Cipta adalah hak milik yang melekat pada karya-karya cipta di bidang kesusasteraan, seni, dan ilmu pengetahuan seperti karya tulis, karya musik, lukisan, patung, karya arsitektur, film, dan lain-lain. Pada hakikatnya, hak cipta adalah hak yang dimiliki Pencipta untuk mengeksploitasi dengan berbagai cara karya cipta yang dihasilkannya.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa Hak Cipta didefinisikan

sebagai hak ekslusif bagi para Pencipta untuk mengumumkan atau memperbanyak

suatu ciptaan atau memberikan izin kepada pihak lain untuk melakukan hal yang

sama dalam batasan hukum yang berlaku. Ini berarti pihak lain dapat melakukan

pengumuman dan /atau memperbanyak ciptaan yang dilindungi Hak Cipta apabila

(8)

13 2.3.1 Pencipta

Menurut UU. No. 19 Tahun 2002 Pasal 1 angka 1, “Pencipta adalah

seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya

melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan,

keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan

bersifat pribadi”.

Menurut Lindsey (2006, 110), “Biasanya, pencipta suatu ciptaan adalah

pemegang hak cipta atas ciptaannya. Dengan kata lain, pemegang hak cipta adalah

pencipta itu sendiri sebagai pemilik hak cipta atau orang yang menerima hak

tersebut dari pencipta, atau orang lain yang menerima lebih lanjut hak dari orang

tersebut di atas”.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pencipta adalah pihak

yang menciptakan suatu ciptaan yang dihasilkan dari kemampuan pikiran dan

belum pernah dibuat oleh orang lain, dengan kata lain mempunyai keunikan

tersendiri karena berasal dari kreatifitas orang yang menghasilkan ciptaan.

Sebuah ciptaan sudah memiliki hak cipta yang diatur dalam

Undang-Undang Hak Cipta. Untuk menggunakan hak cipta, pencipta suatu karya memiliki

beberapa hak salah satunya berhak untuk mempublikasikan ciptaannya. Menurut

Lindsey et al.,(2006, 115), Sehubungan dengan hak-hak pencipta untuk

mengumumkan dan memperbanyak ciptaannya, terdapat sejumlah hak untuk

melakukan perwujudannya yaitu berupa:

a. Hak untuk mengumumkan yang berarti Pencipta atau Pemegang Hak Cipta berhak mengumumkan (right to publish) untuk yang pertama kalinya suatu Ciptaan di bidang seni atau sastra atau ilmu pengetahuan; b. Hak untuk mengumumkan dengan cara mengumumkan dengan cara

memperdengarkan ciptaan lagu yang direkam, misalnya kepada publik secara komersial di restoran-restoran, hotel, dan pesawat udara;

c. Hak untuk menyiarkan suatu ciptaan di bidang seni atau sastra atau ilmu pengetahuan dalam bentuk karya siaran dengan menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui sistem elektromagnetik; d. Hak untuk memberi izin atau melarang orang lain yang tanpa

(9)

Dari uraian di atas dikemukakan bahwa pemegang hak cipta merupakan

pihak yang di beri hak oleh pencipta untuk mengunakan ciptaan sesuai dengan

lisensi yang di buat oleh pihak pencipta dan pihak pemegang hak cipta.

2.3.2 Esensi Hak Cipta

Pada hakikatnya hak cipta mengandung dua esensi hak yang mendasar

yang dimiliki oleh pencipta atas ciptaannya. Menurut Soelistyo (2011, 47),

mengenai esensi hak cipta adalah :

Hak cipta mengandung dua esensi hak, yaitu : hak ekonomi (economic rights) dan hak moral (moral rights). Kandungan hak ekonomi meliputi hak untuk mengumumkan (Performing rights) dan untuk memperbanyak (mechanical rights). Adapun hak moral meliputi hak cipta untuk dicantumkan namanya dalam ciptaan dan hak pencipta untuk melarang orang untuk melarang orang lain mengubah ciptaannya termasuk judul ataupun anak judul ciptaan.

Sedangkan menurut Sutedi (2009, 115), “Hak ekonomi adalah hak untuk

mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait. Dan hak

moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat

dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, walaupun Hak Cipta atau Hak

terkait telah dialihkan”.

Menurut Lindsey (2006, 118), makna dari Hak Moral seperti diatur dalam

UU. No. 19 Tahun 2002 Pasal 24 adalah bahwa dengan Hak Moral, Pencipta dari

suatu karya cipta memiliki hak untuk :

a. Dicantumkan nama atau nama samarannya di dalam ciptaannya ataupun salinannya dalam hubungan dengan penggunaan secara umum.

b. Mencegah bentuk-bentuk distorsi, mutilasi atau bentuk pemotongan, perusakan, penggantian yang berhubungan denga karya cipta yang pada akhirnya akan merusak apresiasi dan reputasi pencipta.

Dari pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa hak ekonomi dan hak

moral merupakan hak yang dimiliki oleh pencipta atau pemegang hak cipta untuk

menggunakan ciptaannya. Dengan adanya hak ekonomi dan hak moral yang

melekat pada ciptaan, orang lain yang ingin menggunakan ciptaan harus

(10)

15 2.3.3 Ciptaan yang dilindungi

Dalam UU. No. 19 Tahun 2002 Pasal 12 ayat (1) dinyatakan bahwa

Ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan

sastra, yang mencakup :

a. Buku, Program Komputer, pamfet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya ;

b. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu; c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu

pengetahuan;

d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

e. Drama atu drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;

g. Arsitektur; h. Peta; i. Seni batik; j. Fotografi; k. Sinematografi;

l. Terjemahan, tafsiran, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.

Menurut Soelistyo (2011, 64), “Rincian jenis-jenis ciptaan dalam UU.No.

19 Tahun 2002 tersebut pada dasarnya tidak exhaustive.Artinya di luar yang telah

secara eksplisit tercantum, dapat saja ditambahkan dengan jenis ciptaan lainnya

sepanjang ciptaan itu memang merupakan karya ilmu pengetahuan atau karya seni

dan sastra”.

Dari penjelasan di atas dapat dikemukakan bahwa ciptaan yang dilindungi

oleh hak cipta adalah semua hasil karya ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang

memiliki keaslian dan bentuk yang konkrit. Bahan pustaka elektronik di

perpustakaan merupakan ciptaan yang dilindungi menurut UU. No. 19 Tahun

2002 Pasal 12 ayat (1) huruf l.

2.3.4 Perlindungan Hak Cipta

Suatu ciptaan memerlukan perlindungan hak cipta. Hal tersebut diperlukan

untuk mempertahankan hak yang dimiliki oleh pencipta terhadap ciptaannya.

Menurut Wheina (2014, 10), mengenai UU. No. 19 Tahun 2002 Pasal 2 ayat (1)

(11)

Hak cipta lahir seketika setelah sebuah karya dilahirkan, pada saat sebuah karya sudah merupakan suatu bentuk kesatuan yang nyata, yang memungkinkan perbanyakan hasil karya itu. Pendaftaran di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (“Ditjen HKI”) ataupun pengumuman, tidak menjadi syarat bagi seorang pencipta memperoleh hak cipta. Dalam kaitan dengan menulis buku misalnya, ide-ide penulis tidak dilindungi hak cipta sampai ide-ide tersebut diwujudkan dalam bentuk sebuah buku. Perlindungan hak cipta mencakup semua elemen pada buku yang dapat digolongkan sebagai ekspresi si penulis.

Dari pendapat di atas diketahui bahwa hak cipta sudah melekat pada

ciptaan tersebut sejak ciptaan diumumkan dan mempunyai bentuk serta dapat

diperbanyak oleh pencipta tanpa harus mendaftarkan ciptaan terlebih dahulu pada

Ditjen HKI.

Dalam UU. No.19 Tahun 2002 Pasal 14 sampai Pasal 18, terdapat pembatasan hak cipta. Selanjutnya Wheina berpendapat bahwa:

Pembatasan dan pengecualian hak cipta dikenal dengan istilah "fair use" atau "fair dealing" yang mengizinkan pemakaian, pengambilan atau perbanyakan suatu ciptaan tanpa izin pemegang hak ciptanya sepanjang penggunanya menyebut sumbernya dan hal itu dilakukan terbatas untuk kegiatan yang bersifat nonkomersial termasuk untuk kegiatan sosial.Fair useyang diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta di antaranya:

1. Pengambilan berita aktual,

2. Penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta,

3. Pengambilan Ciptaan pihak lain guna keperluan ceramah yang semata- mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan,

4. Perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang nonkomersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya,

5. Pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh pemilik Program Komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.

Dari penjelasan di atas dikemukakan bahwa terdapat pembatasan hak cipta

yang artinya ada hal-hal yang tidak termasuk pelanggaran terhadap hak cipta.

Tidak dianggap pelanggaran hak cipta apabila pihak yang menggunakan ciptaan

(12)

17 2.4 Kebijakan Perpustakaan

Untuk mencapai tujuan perpustakaan dibutuhkan kebijakan di

perpustakaan. Menurut Sutarno (2006, 15):

Kebijakan biasanya berbentuk dasar hukum seperti undang-undang, keputusan pejabat, pedoman, peraturan perundang-undangan, dan rencana strategi serta arah untuk mencapai tujuan tertentu. Kebijakan yang digariskan oleh lembaga yang membawahi perpustakaan merupakan dasar pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi. Setiap instansi tentunya mempunyai kebijakan tersendiri dalam menyelenggarakan perpustakaan. Kebijakan tersebut akan ikut mewarnai bentuk dan aktivitas perpustakaan yang bersangkutan, sehingga secara langsung atau tidak, ada faktor-faktor yang membedakannya dengan perpustakaan lain.

Selanjutnya menurut Sutarno (2006, 153) Kebijakan dijelaskan sebagai

berikut:

1. Setiap langkah kebijakan manajemen adalah untuk menjalankan strategi organisasi yang efektif dan efisien. Kebijakan tersebut sebaiknya yang jelas, tegas, aplikatif, dan praktis.

2. Kebijakan perpustakaan meliputi hal-hal pokok yaitu untuk menghimpun informasi, memelihara dan melestarikan semua sumber informasi; mengemas, memberdayakan dan melayankan informasi; memanfaatkan seluruh aset perpustakaan, dan memberikan kesenangan dan kepuasan pemakai karena keinginannya terpenuhi dengan cepat, tepat, murah dan sederhana.

3. Kebijakan diharapkan dapat memacu proses pembinaan dan pengembangan perpustakaan dan mampu berkompetensi dengan pusat informasi lain dikelola secara profesional dan lebih bernuansa infotainment. Sementara perpustakaan lebih bernuansa informatif dan ilmiah. Meskipun tidak mengabaikan unsur yang lain.

4. Perpustakaan berusaha menjalin kerjasama dan jaringan informasi yang baik dan saling menguntungkan dengan mitra kerja, baik dengan perpustakaan lain maupun lembaga-lembaga yang mempunyai kedekatan visi dan misinya.

5. Perpustakaan terus berusaha untuk menciptakan K 5 (Kebersihan, Keamanan, Ketenangan, Kenyamanan, Kesenangan) Tujuannya pengunjung betah dan kerasan berlama-lama di perpustakaan untuk membaca dan belajar atau sekedar mencari hiburan.

6. Perpustakaan berusaha melakukan sosialisasi, publikasi dan promosi secara terus-menerus agar keberadaannya dikenal, dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat.

7. Perpustakaan hendaknya berusaha menciptakan kesan yang baik, luwes, ramah bersifat informatif, membimbing, dan dekat dengan masyarakat.

(13)

masyarakat cenderung berkunjung ke perpustakaan. Mereka nantinya akan merasa bahwa perpustakaan adalah milik masyarakat dan untuk mereka pula.

9. Dampak perpustakaaan menjadi ramai pengunjung dan pemakai. Pada gilirannya lebih mampu melakukan proses transaksi dan transformasi ilmu pengetahuan kepada pemakainya.

Menurut Siahaan (2011, 5), langkah-langkah yang diperlukan untuk

melaksanakan semua strategi perpustakaan dalam rangka mencapai tujuan

organisasi adalah :

Menetapkan kebijakan yang di anggap perlu. Kebijakan tersebut sebaiknya ditetapkan sebagai berikut. Pertama, merupakan hasil dari rangkaian proses yang melibatkan unsur-unsur terkait agar setiap anggota terpanggil untuk terlibat dan ikut bertanggungjawab secara moral dan teknis operasional untuk melaksanakannya. Kedua, perumusan kebijakan tersebut dilakukan secara berjenjang menurut ruang lingkup wewenang dan tanggungjawabnya. Sifatnya teknis operasional dan administratif. Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa kebijakan perpustakaan dibuat

berdasarkan tujuan tertentu yang tidak menyimpang dari visi dan misi

perpustakaan. Selain itu kebijakan perpustakaan diperlukan untuk melaksanakan

strategi perpustakaan. Kebijakan yang ada di Perpustakaan UNIMED merupakan

strategi untuk menunjang visi dan misi Perpustakaan UNIMED salah satunya

adalah kebijakan tentang repositori UNIMED.

2.5 Kebijakan Perpustakaan tentang Hak Cipta

Perpustakaan sebagai suatu lembaga penyedia informasi bagi pemustaka,

harus membangun suatu program agar pemustaka dapat mengakses basis data

perpustakaan yang berisi dengan koleksi elektronik yang dimiliki perpustakaan.

Hal ini harus disesuaikan dengan hak cipta koleksi elektronik juga. Oleh karena

itu dibutuhkan kebijakan yang mengatur tentang perlindungan hak cipta koleksi

tersebut. Menurut Pendit (2007, 167), “Kaidah penggandaan koleksi digital

tersebut dikenal dengan istilah PAPA, yaitu privacy (kerahasiaan),

accuracy(keakurasian), property(kepemilikan), dan accessibility(keteraksesan)”.

Sebagai contoh dalam implementasi kaedah-kaedah tersebut menurut

Nashihuddin (2010) adalah:

(14)

19

ditanami sistem keamanan (mosesax). Pihak perpustakaan juga memberikan batasan-batasan terhadap koleksi local contentyang akan diakses, misalnya pengguna tidak dapat men-download file-nya. Tujuannya agar tidak terjadi penjiplakan atau pembajakan ciptaan digital secara besar - besaran.

2. Properti, mengenai kewajiban serah karya cetak dan rekam yang sudah diserahkan ke perpustakaan adalah milik sepenuhnya perpustakaan, karena sudah ada kesepakatan atau lisensi di atas surat pernyataan terlebih dahulu.

3. Akurasi atau keaslian. Hal tersebut diatur dalam Pasal 25 ayat 1 UU Hak Cipta No.19 Tahun 2002 bahwa: “Informasi elektronik tentang informasi manajemen hak pencipta tidak boleh ditiadakan atau diubah”. Berdasarkan pasal tersebut, maka perpustakaan dalam mendigitalkan koleksi tetap mencantumkan identitas penulis aslinya, dan tugas perpustakaan hanya mempublikasikan informasi. Misalnya, untuk keaslian identitas si penulis, dalam setiap halaman koleksi digital di bagian footer diberi tanda copyright atau “©”. Sebagai contoh e-jurnal “Al-Jamiah”, di bagian footer-nya disisipkan identitas aslinya yaitu “Al- Jamiah: Journal of Islamic Studies”.

4. Hak Akses, semua koleksi local contentdapat diakses secara bebas dan dapat di baca secara keseluruhan (full text). Akan tetapi, pengguna tidak dapat men-download file digital tersebut.

Selanjutnya menurut Pendit, “Perpustakaan juga memiliki perangkat

peraturan atau kebijakan khusus dalam mengelola sumber daya informasi

digitalnya, seperti peraturan deposit,copy left, trade-secrecy,dan doktrinfair

use”.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan perlu membuat

kebijakan tentang hak cipta khususnya koleksi elektronik yang dimiliki oleh

perpustakaan harus sesuai dengan kaedah penggandaan bahan pustaka elektronik

Referensi

Dokumen terkait

Terlebih dahulu diberitahukan, bahwa semua yang menjadi responden adalah anak atau santri TPQ Al-Muhajirin, yang hobi terhadap play station, sehingga dapat ditilik

Menghadapi tantangan yang muncul, baik secara internal maupun eksternal, sebuah organisasi memerlukan sebuah pengelolaan.Berbagai macam tantangan yang muncul memerlukan strategi

Teknik Mesin Boleh buta warna sebagian (parsial) Teknik Sipil Boleh buta warna sebagian (parsial) Teknik Industri Boleh buta warna sebagian (parsial) Teknik Lingkungan Tidak

Jika sebaran data yang dihasilkan pada proses TDLDA mempunyai distribusi yang tidak linier, maka salah satu metode yang digunakan SVM untuk mengklasifikasikan

Berdasarkan gambar tabel di atas dapat dipahami bahwa momen torsi yang dibangkitkan dari hasil pembakaran mesin diesel berbahan bakar campuran antara minyak jarak dan

Sejauh ini, kesadaran rumah tangga terha- dap pentingnya ketersediaan air bersih pipa atau pompa dan sanitasi yang layak telah ter- bentuk pada seluruh lapisan masyarakat (mis- kin

Adapun konstituen (2) yang berupa objek, digunakan sebagai sesuatu yang memperjelas makna klausa, akan tetapi keterangan tersebut bukanlah sesuatu yang inti sehingga meskipun

Setiap material sisa harus ditempatkan di lokasi yang ditentukan oleh PT PJB UP Gresik dan menjadi tanggung jawab pelaksana pekerjaan untuk proses merapikan