• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 8a50fa8ff1 BAB VBab V lap.akhir RPI2JM Bungo 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 8a50fa8ff1 BAB VBab V lap.akhir RPI2JM Bungo 2015"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Keterpaduan Strategi

(2)

5.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bungo

5.1.1. Visi dan Misi

Visi Kabupaten Bungo :

“Bungo Yang Mandiri, Aman, dan Sejahtera Tahun 2016”

(Bungo MAS 2016)

Mandiri : kondisi yang menggambarkan terwujudnya kemandirian

masyarakat dan pemerintah dalam bidang ekonomi, sosial

budaya, dan politik, sehingga menhadikan masyarakat dan

pemerintah yang tangguh dan mandiri.

Aman : kondisi yang memperlihatkan perwujudan memiliki

perasaan aman dan kepercayaan yang tinggi kepada

pemerintah, sehingga dapat menikmati kehidupan yang lebih

baik, yang dilandasi supremasi hukum dan hak asasi

manusia yang tinggi

Sejahtera : kondisi semua lapisan masyarakat dapat terpenuhi hak

dasarnya baik dibidang sosial, ekonomi, dan budaya,

terutama pangan, sandang, dan perumahan secara merata.

Untuk mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan 8 (delapan) Misi

Pembangunan Kabupaten Bungo Tahun 2011 – 2016 sebagai berikut :

1. Meningkatkan kecerdasan dan kualitas sumber daya manusia yang

beriman dan bertaqwa ke hadirat Allah SWT, serta meningkatkan derajat

kesehatan dan pendidikan masyarakat dalam pembangunan yang

berkelanjutan.

2. Meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, dan

pelabuhan udara yang mendorong sekaligus mendukung kemajuan

perekonomian daerah.

3. Menyelenggarakan pemerintahan yang amanah, efisien, efektif, bersih

dan demokratis dengan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat

secara prima.

4. Meningkatkan kemampuan dan pengembangan pertumbuhan

(3)

ekonomi rakyat utamanya pertanian, industri kecil, perdagangan dan

jasa, serta koperasi

5. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya alam secara cerdas

dan bijaksana demi kepentingan masyarakat luas dan kelestarian

lingkungan hidup.

6. Meningkatkan sumber-sumber pendanaan dan investasi pembangunan

melalui penciptaan iklim kondusif untuk pengembangan usaha dan

penciptaan lapangan kerja.

7. Mewujudkan kawasan perkotaan dan perdesaan yang sehat dan menarik untuk kegiatan ekonomi dan sosial budaya melalui partisipasi aktif masyarakat.

8. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat dan kehidupan beragama,

adat istiadat dan budaya guna mewujudkan rasa aman dan ketentraman

masyarakat

5.1.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan

Mengacu pada Visi dan Misi pembangunan, maka tujuan pembangunan daerah

Kabupaten Bungo adalah :

1. Mewujudkan sumber daya manusia yang cerdas, sehat dan bertaqwa

kehadirat Allah SWT.

2. Mewujudkan infrastruktur jalan, jembatan dan pelabuhan udara yang

berkualitas dan ketersedian yang lebih baik

3. Mewujudkan pemerintah yang bersih, demokratis dan mengutamakan

pelayanan prima

4. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang mendorong pengembangan

ekonomi rakyat

5. Mewujudkan optimalisasi pemanfaatn sumberdaya alam yang cerdas dan

bijaksana

6. Menciptakan iklim yang kondusif bagi sumber pendanaan dan invetasi

(4)

Dalam mewujudkan tujuan pembangunan Kabupaten Bungo, maka ditetapkan

sasaran-sasaran pokok pembangunan daerah berdasarkan pada kebutuhan

untuk dilaksanakan dalam bentuk :

1. Terwujudnya pemerataan akses layanan kesehatan masyarakat.

2. Terwujudnya pemerataan akses terhadap pendidikan berkualitas

3. Terciptanya peran pemuda dan prestasi olah raga dan mewujudkan

prestasi daerah.

4. Terkendalinya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya

keluarga kecil berkualitas serta penataan administrasi kependudukan

yang baik.

5. Terselenggaranya percepatan pembangunan infrastruktur.

6. Terpenuhinya pembangunan infrastrruktur energi dan listrik

7. Terciptanya kualitas dan ketersediaan jaringan irigasi danair berssih 8. Terpenuhinya pembangunan infrastruktur perumahan dan

permukiman yang layak

9. Terselengaranya tata pemerintahan yang baik

10. Terwujudnya jaminan kepastian dalam perlindungan hukum.

11. Terciptanya partisipasi perempuan dalam pembangunan.

12. Terwujudnya peningkatan produktivitas UMKM dan pertumbuhan

ekonomi yang tinggi

13. Terciptanya kecukupan pangan daerah

14. Terwujudnya kinerja dan daya saing BUMD dalam rangka memperbaiki

pelayanannya kepada masyarakat dan sumbangsih terhadap pendapatan

daerah

15. Tercapainya pengelolaan sumberdaya alam secara terpadu dengan

mengedepankan penataan ruangan dan lingkungan

16. Terciptanya pemanfaatan potensi Sumber Daya Alam skala besar,

menengah dan kecil

17. Terwujudnya kualitas pengelolaan mitigasi perubahan iklim dan

kelestarian lingkungan hidup

18. Terciptanya tata ruang daerah sebagai acuan kebijakan pembangunan

(5)

19. Terwujudnya iklim investasi yang sehat dengan reformasi

kelembagaan ekonomi diberbagai tingkatan pemerintah yang mampu

mengurangi Patologi praktek ekonomi tinggi

20. Tercapainya stabilitas ekonomi makro dan berkualitas serta peningkatan

kemampuan pendanaan pembangunan.

21. Mengurangi kesenjangan pembangunan antar Perdesaan dan

Perkotaan

22. Terciptanya iklim kondusif dan harmonis sehingga nilai – nilai kearifan

lokal akan mampu merespon moderenisasi dengan positif dan produktif

sejalan dengan nilai kebangsaan

23. Meningkatkan kerukunan hidup beragama dengan menjunjung tinggi adat

istiadat dan budaya masyarakat lokal.

24. Meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan melalui pemberdayaan

masyarakat

25. Terwujudnya rasa aman dan ketentraman masyarakat dengan

meningkatkan nilai-nilai kebangsaan dan kepedulian dalam

memperkokoh rasa persatuan.

5.2. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bungo

5.2.1. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten

Bungo

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Bungo meliputi:

(1) Pemantapan peran dan fungsi Perkotaan Muara Bungo sebagai Pusat

Kegiatan Nasional Promosi (PKNp) yang menjadi pusat orientasi

pelayanan bagi Kawasan Barat Provinsi Jambi dan Pusat Pelayanan

Primer Provinsi Jambi dengan strategi sebagai berikut:

a) menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan

perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan

dan wilayah di sekitarnya;

b) meningkatkan fungsi dan peranan Perkotaan Muara Bungo sebagai

(6)

c) mendorong kawasan perkotaan lainnya sesuai hirarkhis yang telah ditetapkan, yaitu Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Pelayanan

Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lokal (PPL).

(2) Peningkatan produktivitas sektor-sektor dengan strategi sebagai berikut :

a) membangun, meningkatkan, dan memelihara kualitas jaringan

transportasi ke seluruh wilayah kabupaten;

b) mengembangkan teknologi tepat guna;

c) mengembangkan dan memperluas jaringan transmisi dan distribusi

tenaga listrik;

d) menyediakan fasilitas pelayanan sosial ekonomi; dan

e) mempercepat pembangunan infrastuktur di wilayah barat untuk

membuka keterisoliran perdesaan-perdesaan di wilayah barat

kabupaten.

(3) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana

transportasi, telekomunikasi, energi dan sumberdaya air, dengan strategi

sebagai berikut :

a) meningkatkan kualitas jaringan prasarana wilayah dan mewujudkan

keterpaduan pelayanan sistem jaringan transportasi;

b) mendorong pengembangan sistem jaringan telekomunikasi;

c) meningkatkan sistem jaringan kelistrikan dengan memanfaatkan

energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta

mewujudkan keterpaduan sistem jaringan kelistrikan; dan

d) meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan

keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.

(4) Perwujudan dan Pemeliharaan Kelestarian Lingkungan Hidup, dengan

strategi sebagai berikut :

a) menetapkan kawasan lindung di ruang darat dan ruang udara,

termasuk ruang di dalam bumi;

b) mewujudkan kawasan yang berfungsi lindung untuk menunjang

pembangunan berkelanjutan;

c) mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang

(7)

rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem

wilayah;

d) melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan

dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar

tetap mempu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk

hidup lainnya;

e) melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat,

energi dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya;

f) mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak

langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang

mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang

pembangunan yang berkelanjutan;

g) mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana

untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa

depan; dan

h) mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin

pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang

terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya

dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan

keanekaragamannya.

(5) Pembukaan peluang investasi dalam rangka meningkatkan perekonomian

wilayah dengan, strategi sebagai berikut :

a) mempermudah mekanisme perizinan dan birokrasi iklim usaha;

b) menyediakan informasi, sarana dan prasarana penunjang investasi

khususnya melalui penetapan kawasan peruntukan pertanian dan

perkebunan untuk sektor unggulan dan penetapan kawasan strategis

dari sudut pandang ekonomi;

c) meningkatkan sistem insentif pada kawasan prioritas pembangunan;

d) mengembangkan Kawasan Industri Terpadu (KIT); dan

(8)

(6) Pengembangan kawasan budidaya, dengan strategi sebagai berikut:

a) menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis untuk

pemanfaatan sumber daya alam secara sinergis untuk mewujudkan

keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;

b) mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan

beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk

mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah

sekitarnya;

c) mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek politik,

pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan

dan teknologi;

d) mengembangkan dan melestarikan kawasan budi daya pertanian

pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan;

e) mengembangan kawasan budidaya dengan cara intensifikasi maupun

ekstensifikasi, yang dilakukan demi meningkatkan kesejahteraan

penduduk tanpa menimbulkan kerusakan alam/lingkungan;

f) mengembangkan potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya

unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah; dan

g) mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak

menurunkan kualitas lingkungan

(7) peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan

a) mendukung penetapan kawasan pertahanan dan keamanan di

Kabupaten;

b) mengembangkan kawasan budidaya secara selektif di dalam dan di

sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara untuk menjaga

fungsi pertahanan dan keamanan;

c) mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak

terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan dengan

kawasan budidaya terbangun; dan

(9)

5.2.2. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Bungo

A. Rencana Sistem Pusat-pusat Kegiatan

Rencana sistem perkotaan Kabupaten Bungo terdiri dari 1 (satu) PKWp,

2(dua) PKL, 2(dua) PKL, 10 (sepuluh) PPK, dan 2 (dua) PPL. Secara

sistematis dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. V.1.

Rencana Sistem Pusat-pusat Kegiatan di Kabupaten Bungo

No Nama

PKNp • Pusat pemerintahan

• Pusat Perdagangan dan Jasa Regional

• Pusat Pendidikan Skala Regional

• Pusat Kesehatan Skala Regional

• Pusat rekreasi, pariwisata,

peribadatan, dan pusat olahraga skala regional

Ibukota Kabupaten

Bungo

2 Rantau Ikil PKL Pusat Pemerintah Skala subregional

perdagangan dan jasa skala skala sub regional, pusat kesehatan skala kabupaten, pusat pendidikan skala sub regional, pusat rekreasi, olahraga dan wisata, dan pusat peribadatan;

3 Tuo Limbur PKL pusat pemerintahan skala sub regional, perdagangan dan jasa skala sub regional, pusat kesehatan skala kabupaten, pusat pendidikan skala sub regional, pusat rekreasi, olahraga dan wisata, dan pusat peribadatan

4 Rantau Keloyang PKL pusat pemerintahan skala lokal, pendidikan skala lokal, perdagangan dan jasa skala lokal dan kesehatan skala lokaldan pusat peribadatan

7 Embacang Gedang PKL Pusat pemerintahan skala sub regional, perdagangan dan jasa skala skala sub regional, pusat kesehatan skala kabupaten, pusat pendidikan skala sub regional, olahraga, dan pusat peribadatan.

5 Cadika PPK sebagai pemerintahan skala kecamatan, skala kecamatan, pendidikan skala kecamatan, kesehatan skala kecamatan, pusat rekreasi, olahraga dan wisata dan peribadatan;

(10)

No Nama Kecamatan

Hirarki Pelayanan

Kegiatan Utama Keterangan

skala kecamatan, pusat rekreasi, olahraga dan wisata dan peribadatan;

8 Simpang Babeko PPK pemerintahan skala kecamatan, perdagangan dan jasa skala kecamatan, pendidikan skala kecamatan, kesehatan skala kecamatan, pusat rekreasi, olahraga dan wisata dan peribadatan;

9 Pasar Lubuk Landai

PPK sebagai pemerintahan skala kecamatan, perdagangan dan jasa skala kecamatan, pendidikan skala kecamatan, kesehatan skala kecamatan, pusat rekreasi, olahraga dan wisata dan peribadatan;

10 Tanah Tumbuh PPK pemerintahan skala kecamatan, perdagangan

dan jasa skala kecamatan, pendidikan skala kecamatan, kesehatan skala kecamatan, pusat rekreasi, olahraga dan wisata dan peribadatan;

11 Pelayang PPK pemerintahan skala kecamatan, perdagangan dan jasa skala kecamatan, pendidikan skala kecamatan, kesehatan skala kecamatan, pusat rekreasi, olahraga dan wisata dan peribadatan;

12 Tanjung Agung PPK Pemerintahan skala kecamatan,

perdagangan dan jasa skala kecamatan, pendidikan skala kecamatan, kesehatan skala kecamatan, pusat rekreasi, olahraga dan wisata dan peribadatan;

13 Rantau Pandan PPK pemerintahan skala kecamatan, perdagangan dan jasa skala kecamatan, pendidikan skala kecamatan, kesehatan skala kecamatan, pusat rekreasi, olahraga dan wisata dan peribadatan

14 Purwosari PPK Pemerintahan skala kecamatan, perdagangan dan jasa skala kecamatan, pendidikan skala kecamatan, kesehatan skala kecamatan, pusat rekreasi, olahraga dan wisata dan peribadatan.

15 Pulau Batu PPL Pusat Kegiatn Pertanian

16 Muara Buat PPL Pusat Kegiatan Pariwisata dan Pertanian

B. Rencana Sistem Sumber Daya Air

Rencana sistem sumberdaya air di Kabupaten Bungo, meliputi :

1) Wilayah Sungai (WS), yaitu :Wilayah Sungai Batang Hari lintas Provinsi

Jambi;

2) Cekungan Air Tanah (CAT) berupa CAT Kabupaten Bungo meliputi:

a) Kecamatan Pelepat;

(11)

c) Kecamatan Bathin II Babeko;

d) Kecamatan Rimbo Tengah;

e) Kecamatan Bungo Dani;

f) Kecamatan Pasar Muara Bungo;

g) Kecamatan Bathin III;

h) Kecamatan Rantau Pandan;

i) Kecamatan Muko-Muko Bathin VII;

j) Kecamatan Tanah Sepenggal;

k) Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas;

l) Kecamatan Tanah Tumbuh;

m) Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang;

n) Kecamatan Bathin II Pelayang;

o) Kecamatan Jujuhan;

p) Kecamatan Jujuhan Ilir; dan

q) Kecamatan Bathin III Ulu.

3) Sistem jaringan air baku untuk air bersih, meliputi:

a) sumber Sungai Batang Bungo melalui pengelolaan:

1. IPA (Instalasi Pengelolaan Air) Sungai Pinang untuk melayani

Kecamatan Pasar Muara Bungo, Kecamatan Bungo Dani,

Kecamatan Rimbo Tengah dan Kecamatan Bathin III; dan

2. IPA (Instalasi Pengelolaan Air) unit Tanjung Agung untuk

melayani Kecamatan Muko-Muko Bathin VII.

b) sumber Sungai Batang Tebo melalui pengelolaan:

1. IPA (Instalasi Pengelolaan Air) unit Lubuk Landai untuk melayani

Kecamatan Tanah Sepenggal;

2. IPA (Instalasi Pengelolaan Air) unit Tanah Tumbuh untuk

melayani Kecamatan Tanah Tumbuh;

3. IPA (Instalasi Pengelolaan Air) unit Embacang Gedang untuk

melayani Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas;

4. IPA (Instalasi Pengelolaan Air) unit Candi untuk melayani

(12)

5. IPA (Instalasi Pengelolaan Air) SKB untuk melayani Kecamatan

Bathin III, Kecamatan Bathin II Babeko dan Kecamatan Pasar

Muara Bungo.

4) Sistem pengendalian daya rusak air, yaitu :

1. embung di Kecamatan Bathin III Ulu, Kecamatan Pelepat,

Kecamatan Rimbo Tengah dan Kecamatan Pelepat Ilir; dan

2. pengembangan pembangunan embung di Kecamatan Pelepat Ilir

dan Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang.

C. Rencana Sistem Persampahan :

Sistem jaringan persampahan di Kabupaten Bungo meliputi:

1) Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) berada di Kecamatan Bathin II

Babeko;

2) pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Regional

dengan sistemsanitary landfill dan penerapan pengelolaan sampah dengan prinsip reduce, reuse, recycle (3R) direncanakan berada di Kecamatan Pelepat; dan

3) pengembangan Tempat Penampungan Sementara Terpadu (TPST) di

seluruh kecamatan di Kabupaten Bungo.

D. Rencana Penyediaan Air Minum

Rencana sistem penyediaan air minum (SPAM) di Kabupaten Bungo,

meliputi:

1) Pemanfaatan SPAM Muara Bungo yang melayani Kecamatan Pasar

Muara Bungo, Kecamatan Rimbo Tengah, Kecamatan Bungo Dani,

dan Kecamatan Bathin III;

2) pemanfaatan SPAM Embacang Gedang yang melayani

KecamatanTanah Sepenggal Lintas; dan

(13)

E. Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah

Rencana sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Bungo, meliputi:

1) sistem pengelolaan air limbah setempat (on site) meliputi:

a. pengelolaan limbah domestik terdapat di seluruh kecamatan di

Kabupaten Bungo; dan

b. pengelolaan limbah non-domestik terdapat di Kecamatan Rimbo

Tengah dan Kecamatan Pasar Muara Bungo.

2) sistem pengelolaan air limbah terpusat (off site) meliputi:

a. pengelolaan limbah domestik berupa Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL) komunal terdapat di Perkotaan Muara Bungo,

b. Bungo Dani, Rimbo Tengah, Bathin III dan pengelolaan limbah B3

(Bahan Beracun Berbahaya) terdapat di Kecamatan Jujuhan,

Kecamatan Pelepat, Kecamatan Pelepat Ilir, Kecamatan Limbur

Lubuk Mengkuang, Kecamatan Rantau Pandan dan Kecamatan

Babeko.

F. Rencana Sistem Drainase

Rencana sistem Drainase di Kabupaten Bungo, meliputi:

1) jaringan drainase primer terdiri atas Sungai Batang Bungo dan

Sungai Batang Tebo; dan

2) jaringan drainase sekunder terdiri atas jaringan utama dan kawasan

lingkungan permukiman yang terdapat di sepanjang jalan utama

(14)

Gambar. V.1.

(15)

5.2.3. Rencana Pola Ruang Kabupaten Bungo

A. Rencana Kawasan Lindung Kabupaten Bungo

Berdasarkan hasil kesepakatan serta berdasarkan hasil perhitungan, maka

luas kawasan lindung di Kabupaten Bungo adalah 68.981 Ha atau 14,81 % dari

luas wilayah Kabupaten Bungo. Luas dan penyebaran kawasan lindung di

Kabupaten Bungo dapat dilihat padaTabel. V.2

Tabel. V.2.

Rencana Pemantapan Kawasan Lindung di Kabupaten Bungo

No Jenis Kawasan Luas

(Ha) (%)

I. Kawasan Hutan Lindung 13.529,00 2,9

II. Kawasan Yang Memberikan

Perlindungan Kawasan Bawahannya

III. Kawasan Perlindungan Setempat 10.048,31 2,16

4. Sempadan Sungai, Bendung, Mata Air,

dan Spiritual serta Kearifan Lokal 10.048,31

2,16

IV. Kawasan Suaka Alam Dan Cagar Budaya

38.800,00 8,33

5. Taman Nasional Kerinci Seblat 38.800,00 8,33

Luas Kawasan Lindung 68.981,00 14,81

Luas Wilayah Kabupaten Bungo 465.900,00 100,00

Sumber : RTRW Kabupaten Bungo

B. Rencana Kawasan Budidaya Kabupaten Bungo

Tabel. V.3.

Rencana Kawasan Budidaya di Kabupaten Bungo

No Jenis Kawasan Luas

Ha (%)

1. Pertanian Lahan Basah (PLB) 9.823 2,11

2. Pertanian Lahan Kering (PLK) 141.797 30,44

3. Perkebunan 103.502 22,22

4. Hutan Produksi 117.147 25,14

5. Perkotaan 11.250 2,41

6. Perdesaan 13.400 2,88

Luas Kawasan Budidaya 396.919 85,19

Luas Wilayah Kabupaten Bungo 465.900 100,00

(16)

Gambar. V.2.

(17)

5.2.4. Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Bungo

Kawasan strategis kabupaten meliputi:

1) Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi terdiri atas:

a) Kota Terpadu Mandiri Bathin III Ulu di Kecamatan Bathin III Ulu

dan Kecamatan Rantau Pandan; dan

b) Kawasan Perkotaan Rantau Ikil, Tuo Limbur, Perkotaan Rantau

Keloyang, dan Perkotaan Embacang Gedang.

2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung berupa

Hutan Lindung Bukit Panjang-Bukit Bayur seluas 13.529,40 (tiga belas

(18)
(19)

5.3. Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM) Kabupaten Bungo

5.3.1 Perwilayahan SPAM Kabupaten Bungo

Wilayah yang akan dilayani SPAM Kabupaten Bungo adalah :

Tabel. V.4.

Rencana Wilayah Pelayanan SPAM Kabupaten Bungo

Perkotaan IKK Perdesaan

1 Pasar Muaro Bungon 1 Bathin III 1 Bathin II Babeko - Bungo Barat - Lubuk Benteng - Tanjung Menanti - Bungo Timur - Teluk Panjang - Sepunggur - Tanjung Gedang 2 Muko-Muko Bathin VII - Simpang Babeko - Batang Bungo - Tanjung Agung - Babeko

- Jaya Setia - Suka Jaya 2 Muko-Muko Bathin VII

2 Bungo Dani - Bedaro - Datar

- Sungai Pinang - Pekan Jumat - Tebing Tinggi - Sungai Kerjan - Suka Jaya - Baru Pusat Jalo - Talang Pantai 3 Tanah Tumbuh - Mangun Jayo - Sungai Arang - Tanah Tumbuh 3 Rantau Pandan

- Pulau Pekan - Lubuk Niur - Rantau Pandan

3 Rimbo Tengah - Teluk Kecimbung - Rantau Duku

- Sungai Mengkuang - Koto Jayo - Leban

- Pasir Putih - Panjang - Lubuk Mayan

- Candika 4 Tanah Sepenggal - Lubuk Kayu Aro - Sungai Buluh - Teluk Pandak - Talang Sei. Bungo

4 Bathin III - Empelu 4 Bathin III Ulu

- Manggis - Tanah Bekali - Muara Buat

- Taman Agung - Pasar Lubuk Landai - Timbolasi

- Purwobakti - Sungai Gambir - Buat

- Sungai Binjai - Pasar Rt. Embacang - Laman Panjang

- Sarana Jaya - Candi - Lubuk Beringin

- Air Gemuruh - Tanjung - Senamat Ulu

- Tenam - Aur Cino

5 Bathin II Pelayang - Karak Apung - Pelayang - Sungai Telang - Peninjau 5 Bathin II Pelayang 6 Tanah Sepenggal Lintas - Talang Silungko

- Embacang Gedang - Seberang Jaya - Sungai Mancur - Pulau Kerakap

(20)

Perkotaan IKK Perdesaan - Sungai Puri - Pauh Agung - Tebing Tinggi - Tuo Limbur

- Sungai Tembang - Renah Sungai Besar - Sungai Lilin - Renah Sungai Ipuh 7 Pelepat Ilir - Rantau Tipu

- Purwasari - Muaro Tebo Pandak - Karya Harapan Mukti - Tanjung Bungo - Kuning Gading - Lubuk Tanah Terban - Muara Kuamang - Pemunyian

- Koto Jayo - Baru Limbur

- Danau - Sekar Mengkuang

- Lubuk - Tebo Jaya

- Padang Palangeh 7 Tanah Sepenggal

8 Jujuhan - Telentam

- Rantau Ikil 8 Tanah Sepenggal Lintas - Sirih Sekapur - Pematang Panjang - Ujung Tanjung - Rantau Embacang - Rantau Panjang - Paku Aji

- Jumbak 9 Tanah Tumbuh

9 Jujuhan Ilir - Bukit Kemang Baru - Aur Gading - Renah Jelmu - Tepian Danto - Peranti Luweh - Lubuk Tenam - Koto Jayo

- Pulau Batu - Rambah

(21)

Perkotaan IKK Perdesaan - Gapura Suci - Mulya Bakti - Mulya Jaya - Cilodang 13 Pelepat Ilir

- Sumber Mulya - Maju Jaya

- Lembah Kuamang - Daya Murni - Bangun Harjo - Kuamang Jaya - Sumber Harapan - Lingga Kuamang - Tirta Mulya

Sumber : RISPAM Kabupaten Bungo 2014

Tingkat pelayanan adalah persentase jumlah penduduk yang dilayani

dari total jumlah penduduk pada daerah cakupan layanan, dimana besarnya

tingkat pelayanan diambil berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh PDAM

dalam pemenuhan kebutuhan air minum. Dalam penentuan tingkat pelayanan

air minum di Kabupaten Bungo diproyeksikan berdasarkan persentase yang

diperoleh dari jumlah debit yang tersedia.

Tingkat pelayanan disesuaikan juga dengan tingkat pelayanan eksisting

yang kemudian diproyeksikan sampai tingkat akhir periode (2029) yang

mengacu pada debit sumber yang tresedia, yakni 100 % dari jumlah debit total

dengan tingkat pelayanan per-5 tahun secara bertahap. Dimana di tahap I

(2015-2019) tingkat pelayanan dimulai dari 60 % hingga mencapai 100 %.

Sedangkan untuk tahap II (2020-2024) dan tahap III (2025-2029) tingkat

pelayanan menjadi 100 % sesuai dengan target akses Universal dan RPJMNAS.

(22)

Tabel. V.5.

Rencana Tingkat Pelayanan AM Bungo

Sumber : RISPAM Kabupaten Bungo 2014

TAHUN TINGKAT PELAYANAN (%)

2015 60

2016 70

2017 80

2018 90

2019 100

2020 100

2021 100

2022 100

2023 100

2024 100

2025 100

2026 100

2027 100

2028 100

(23)
(24)

5.3.2 Rencana Pengembangan SPAM Kabupaten Bungo

Rencana Induk Pengembangan SPAM Kabupaten Bungo disusun untuk

periode desain tahun 2014 - 2029. Perencanaan pengembangan akan dibagi

dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu tahap jangka pendek (2015-2019), tahap jangka

menegah (2020-2024) dan tahap jangka panjang (2050-2029). Pentahapan

serta target pelayanan adalah Tahap jangka pendek (2014 - 2019), berupa

kegiatan program investasi fisik berupa pembangunan sistem transmisi air

baku, sistem produksi, reservoir & bangunan pendukungnya, perpipaan

distribusi IPA hingga penambahan SR dan Perbaikan Jalur Perpipaan.

Sedangkan program investasi non fisik berupa penghijauan.

Tahap jangka menengah (2020-2024), program investasi fisik hanya

berupa penambahan SR, sedangkan untuk program non fisik berupa

penghijauan, pelatihan dan pengembangan SDM, dan pemeliharaan instalasi.

Begitu pula dengan tahap jangka Panjang. Untuk pertambahan SR ditentukan

dari Proyeksi Jumlah Penduduk yang menjadi data dasar Penentuan

Pertambahan SR. Berikut merupakan Jumlah Pertambahan SR setiap tahunnya

(25)

Tabel. V.6.

Pertambahan SR Kabupaten Bungo per Kecamatan

No Kecamatan Satuan Jangka Jumlah

2014-2019 2020-2024 2025-2029

1 Pelepat Unit 5.966 958 945 7.869

2 Pelepat Ilir Unit 9.634 1.592 1.573 12.800

3 Bathin II Babeko Unit 2.621 585 576 3.783

4 Rimbo Tengah Unit 2.913 759 742 4.414

5 Pasar Muaro Bungo Unit 4.067 777 760 5.604

6 Bundo Dani Unit 4.956 1.740 1.727 8.423

7 Bathin III Unit 4.251 1.418 1.408 7.077

8 Rantau Pandan Unit 1.845 189 181 2.216

9 Muko Bathin VII Unit 2.577 242 232 3.051

10 Bathin II Ulu Unit 1.482 120 112 1.713

11 Tanah Sepenggal Unit 3.290 224 211 3.726

12 Tanah Sepenggal Lintas Unit 3.468 450 432 4.350

13 Tanah Tumbuh Unit 1.918 92 82 2.091

14 Limbur Lubuk Mengkuang

Unit 2.576 175 166 2.918

15 Bathin II Pelayang Unit 1.837 291 284 2.412

16 Jujuhan Unit 2.769 232 220 3.220

17 Jujuhan Hilir Unit 1.787 252 225 2.263

Jumlah Unit 57.956 10.099 9.876 77.931

Sumber : Rispam Kabupaten Bungo 2014

5.3.3 Rencana Penurunan Kebocoran

1. Penurunan Kebocoran Teknis

Upaya penurunan tingkat kebocoran/kehilangan air secara teknis

merupakan tantangan besar bagi pengelola air minum, hal ini terkait

dengan kinerja yang nantinya dapat berpengaruh terhadap biaya produksi.

Selama ini upaya yang dilakukan oleh SPAM kabupaten Bungo dalam

penurunan kebocoran/kehilangan air secara teknis masih terfokus pada

jaringan pipa yang rusak, berdasarkan adanya laporan yang kemudian

baru melakukan perbaikan¬perbaikan secara langsung. Sedangkan

kebocoran teknis lain seperti kebocoran katup dan pengurasan (washout)

pada jaringan tidak begitu diperhatikan. Upaya penurunan

(26)

2. Penurunan Kebocoran Non Teknis

Kebocoran/kehilangan air secara non teknis/administrasi tidak kalah

besar tantangannya dengan kebocoran/kehilangan air secara teknis. Disini

sering operator cenderung mengabaikan hal-hal yang dianggap

sepele/kecil namun berdampak besar seperti :

 Melakukan perkiraan angka meter sesuai dengan keinginannya sendiri terhadap kondisi alat ukur (meter induk atau meter pelanggan) yang

tidak berfungsi/bekerja dengan baik dan atau terhadap pelanggan

yang rumahnya terkunci/kosong. Dengan kata lain kemungkinan

kehilangan air yang nyata dapat lebih besar dari 30%.

 Salah melakukan dalam pembacaan meter dan perhitungan biaya.

Hal lain yang menyebabkan kebocoran/kehilangan air secara administrasi

adalah :

 Adanya sambungan tanpa meter

 Adanya sambungan tak tercatat (pencurian air/sambungan illegal).

 Upaya yang harus dilakukan dalam penurunan air secara administrasi adalah dengan :

 Menempatkan tenaga yang jujur, memiliki skil dan kemampuan berhitung.

 Melakukan penggantian meter air yang tidak berfungsi/rusak dengan yang baik secara berkala ± 6 bulan sekali untuk dikalibrasi.

 Melakukan monitoring terhadap adanya sambungan tanpa meterdan sambungan-sambungan illegal.

(27)

3. Perhitungan Water Balance

Titik awal dari analisis kebocoran/kehilangan air adalah perhitungan

kesetimbangan air dalam system. Oleh karena itu alat ukur yang tepat

sangat diperluka n. Dalam kenyataan nya peralata n-pera latan tersebut

sering tidak sesuai atau berfungsi kurang baik atau tidak secara teratur

dikalibrasi.

Salah satu bagian dari penilaian kehilangan air dalam sistem distribusi

diperlukan data :

 Volume air yang didistribusikan, dihitung rata-rata dari meter induk = Vd

 Volume air yang dikonsumsi pelanggan, dihitung rata-rat dari meter air pelanggan = Vc

Maka kesetimbangan air dari sistem distriubusi dapat dihitung

berdasarkan rumus :

Vd =Vc + Vk (Vk = Volume kebocoran)

Sedangkan prosentase kehilangan air adalah :

Vk

KAT =______ X 100 % Vd

5.4. Rencana Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka

menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi

suatu Kota/Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana

strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK

disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari

pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja

(28)

a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);

b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase,

persampahan);

c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan

d. Menggabungkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’.

Dalam upaya untuk menjadikan Kabupaten Bungo sebagai Kabupaten

yang berkualitas dan sehat, Pemerintah Kabupaten Bungo menempatkan

pembangunan sanitasi sebagai salah satu prioritas yang harus dibangun dalam

kurun waktu tahun 2013-2016. Pembangunan sektor ini pun diyakini haruslah

dijalankan secara terintegrasi, sistematis dan memiliki arah atau kerangka

implementasi yang jelas. Berdasarkan pemahaman ini, maka Pemerintah

Kabupaten Bungo telah menetapkan serangkaian sasaran sasaran yang dapat

menjadi acuan dari seluruh upaya pembangunan yang diarahkan pada sektor

sanitasi.

Untuk itu melalui SSK ini Kabupaten Bungo mempunyai Visi dan Misi untuk

mendukung pembangunan di bidang sanitasi yang menjadi prioritas tersebut.

Visi Sanitasi Kabupaten Bungo adalah “TERWUJUDNYA KONDISI

SANITASI MASYARAKAT KABUPATEN BUNGO YANG LEBIH

IDEAL, BERKELANJUTAN DAN BERBASIS MASYARAKAT”

Tabel. V.7.

Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten

Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten

Mewujudkan Bungo yang lebih ideal, berkelanjutan dan berbasis masyarakat

Misi Air Limbah Domestik: 1. Meningkatkan fasilitas dan

akses layanan air limbah bagi seluruh masyarakat Kabupaten Bungo

2. Meningkatkan kualitas lingkungan melalui pembangunan sarana dan prasarana pembuangan limbah.

3. Peningkatan cakupan pelayanan pembuangan limbah yang berbasis masyarakat untuk mencapai masyarakat yang sehat.

Misi Persampahan

(29)

Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten efektif, bersih dan demokratis sehat dan menarik untuk kegiatan ekonomi dan

prasarana pembuangan sampah yang standar pada rumah tangga dan TPA. 2. Peningkatan cakupan

pelayanan persampahan yang berbasis masyarakat untuk mencapai masyarakat yang sehat.

3. Membangun rumah tangga, institusi pemerintah dan swasta yang berdaya. 4. Meningkatkan

kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan hasil pengolahan sampah.

2. Meningkatkan kualitas lingkungan melalui pembangunan sarana dan prasarana sistem drainase lingkungan.

3. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan dan memelihara sarana dan prasarana sistem drainase pemukiman dan sarana umum

4. Mendorong rumah tangga yang berdaya berperilaku hidup bersih dan sehat dan mempunyai sistem drainase yang sehat.

Misi Promosi Higiene dan Sanitasi (Prohisan) 1. Meningkatkan upaya

penyehatan lingkungan pemukiman melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

2. Meningkatkan kualitas pusat layanan kesehatan sebagai Promosi Higiene dan Sanitasi (Prohisan) yang berbasis masyarakat. 3. Mendorong dan

meningkatkan rumah tangga, institusi pemerintah dan swasta yang berdaya dan sadar berperilaku Hidup Bersih. 4. Mendorong dan

(30)

Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten bersih dan sanitasi berbasis Masyarakat

Tahap Pengembangan Subsektor Air Limbah Domestik

Strategi yang dilakukan untuk mencapai sasaran pembangunan sub sektor air

limbah adalah :

1. Penyediaan Pengelolaan air limbah domestik

2. Peningkatan akses pelayanan air limbah.

Saat ini belum ada kebijakan atau Perda Pemerintah Kabupaten Bungo yang

diarahkan untuk mewajibkan masyarakat di lingkungan permukiman rumah

tangga/individu untuk melakukan pengelolaan air limbah domestik (baik untuk

grey water maupun black water) yang sesuai dengan kaidah pengelolaan

lingkungan hidup. Kondisi penegakkan hukum/aturan masih belum optimal.

Cakupan layanan pengolahan limbah tinja saat ini belum ada, hal ini

dikarenakan kesulitan dalam :

• Menilai potensi pelanggan serta kebutuhan pelanggan yang dapat diorganisir untuk dapat memanfaatkan jasa penyedotan kakus.

• Belum memiliki sarana dan prasarana IPLT yang mendukung pengolahan limbah tinja.

Koordinasi dalam tahap perencanaan, implementasi maupun monev belum

optimal dan masih menemui beberapa kendala. Kendala/masalah utama yang

dihadapi, antara lain :

• Belum efektifnya pola sosialisasi pedoman pengelolaan air limbah domestik di lingkungan SKPD maupun masyarakat, sehingga masih terdapat

(31)

domestik dan belum terbangunnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat

secara optimal.

• Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin pesat, berakibat pada meningkatnya volume pencemar khususnya yang berasal dari buangan

domestik, baik air limbah cucian dan kamar mandi (grey water) dan limbah WC (black water). Sehingga baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang diperlukan suatu pengelolaan air limbah yang terpadu dalam

mendukung pembangunan sanitasi di Kabupaten Tana Tidung.

• Terbatasnya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah rumah tangga dan di beberapa wilayah banyak dijumpai sarana pembuangan air limbah tidak

tertata atau dikelola dengan benar.

Di dalam SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan

sistem pengelolaan air limbah domestik (baik sistemon sitemaupun sistem off site) secara umum. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu : kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan

atau perdesaan), karakteristik tata guna lahan/Center of Business Development

(CBD) (komersial atau rumah tangga) serta resiko kesehatan lingkungan.

Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan

kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan

sistem. Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut

sekaligus merupakan dasar bagi kabupaten Bungo dalam merencanakan

pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah domestik, yang akhirnya

adalah pengelolaan air limbah domestik secara terpusat (off site system).

Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut:

• Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko relatif kecil yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan pilihan sistem STBM MCK++ dengan skala rumah tangga (household based). Tahapan penanganannya dengan kegiatan utama untuk perubahan perilaku dan pemicuan. Zona ini tersebar hampir

(32)

• Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan perubahan perilaku dan oleh karena

merupakan daerah padat penduduk maka pemilihan sistemnya adalah sistem

Off-Site Mediumdengan pendekatan komunal (tidak berbasis rumah tangga). Zona ini terdapat di Kelurahan Sungai Pinang Kecamatan Bungo Dani.

Dalam peta diberi lingkaran warna biru.

Gambar. V.5.

Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik

Tabel. V.8.

Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kab/Kota

No Sistem Cakupan

Layanan

Target Cakupan Layanan (%)

Eksisting (%)

Jangka Jangka Jangka pendek menengah panjang

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

A SISTEM STBM MCK ++

1 Individual ( tanki septik ) 46 15 25 14

2 Komunal (MCK++) 0,62 30,38 35 34

B SISTEM OFF SITE

MEDIUM

(33)

-A. Tahap Pengembangan Sektor Persampahan

Lembaga utama yang menangani sub sektor persampahan adalah Dinas

Pengelolaan Pasar dan Kebersihan Kabupaten Bungo, Keterlibatan masyarakat

dan swasta dalam pengelolaan sampah belum optimal.

Strategi yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran sub sektor persampahan

adalah :

1. Optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan.

2. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan.

3. Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah Sanitary Landfill.

4. Penelitian, Pengembangan dan aplikasi teknologi penanganan

persampahan tepat guna dan berwawasan lingkungan.

Permasalahan Persampahan di tingkat Masyarakat

1. Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat dalam usaha untuk menjaga

kebersihan lingkungan.

2. Perilaku masyarakat Kabupaten Bungo membuang sampah di sungai atau

saluran drainase masih banyak.

3. Terdapat beberapa masyarakat yang belum terjangkau oleh layanan

persampahan

4. Pada saat ini rumah tangga yang berasal dari permukiman yang berada diluar

jalan protokol belum ditangani secara baik dan masih ditangani secara

individual

Permasalahan Persampahan di tingkat Pemerintah

1. Minimnya sistem perencanaan persampahan termasuk data base

persampahan

2. Masih kurangnya penempatkan TPS (baik permanen maupun kontainer)

3. Pemerintah Kabupaten Bungo belum memiliki TPA sanitary landfill

4. Keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sampah belum Optimal.

(34)

Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standar Pelayanan Minimun (SPM),

wilayah pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasi. Terdapat

2 (dua) kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan

saat ini yaitu tata guna lahan/klasifikasi wilayah (komersial/CBD, permukiman,

fasilitas umum, terminal dsb) dan kepadatan penduduk. Hasil dari penentuan

wilayah dan kebutuhan pelayanan persampahan Kabupaten Bungo terdapat 3

(tiga) zona yang dapat diilustrasikan, yaitu sebagai berikut :

• Zona 1, merupakan area yang harus terlayani dengan sistem tidak langsung yakni dari rumah tangga ke Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) baru ke

Tempat Pengolahan Akhir (TPA). Cakupan layanan harus diatasi dalam

jangka menengah (5 tahun) ke depan. Terdapat di seluruh Kelurahan/Desa

dalam zona ini. Dalam peta diberi lingkaran warna biru.

Gambar. V.6.

(35)

Tabel. V.9.

Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten/Kota

No Sistem Cakupan

Sumber : Dinas Pengelolaan Pasar dan Kebersihan Kabupaten Bungo Keterangan:

*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk trlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk

B. Tahapan Pengembangan Sub Sektor Drainase Lingkungan

Strategi yang dilakukan untuk mencapai sasaran pembangunan sub sektor

drainase lingkungan adalah :

1. Menyusun perencanaan drainase Kabupaten yang terintegrasi dan

komprehensif.

2. Mengurangi luas genangan dengan :

a. Meningkatkan pemahaman, kemitraan dan komitmen pengelolaan

drainase lingkungan.

b. Mengoptimalkan fungsi sistem drainase lingkungan yang sudah ada.

Lembaga utama yang menangani sub sektor drainase lingkungan adalah Dinas

Pekerjaan Umum, Bidang Cipta Karya Kabupaten Bungo. Keterlibatan

masyarakat dan swasta dalam pengelolaan drainase lingkungan belum optimal

dan belum adanya Perda yang mengatur pengelolaan drainase lingkungan.

Dalam menentukan wilayah pengembangan saluran drainase yang sesuai

dengan kebutuhan masing-masing wilayah di tingkat desa, maka disusun

prioritas pengembangan sistem drainase. Penentuan daerah prioritas ini

disusun berdasarkan 5 (lima) kriteria seleksi yang mengacu ke SPM, yaitu

kepadatan penduduk, tata guna lahan (perdagangan, jasa, maupun

(36)

•Zona 1 merupakan area dengan tingkat resiko yang relatif kecil yang dapat diatasi dalam jangka pendek mencakup hampir seluruh Kelurahan/Desa

dalam Kabupaten Bungo. Dalam peta diberi warna Hijau.

•Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko tinggi yang dapat diatasi dalam jangka Pendek terdapat di Kelurahan Sungai pinang Kecamatan Bungo

Dani. Dalam peta diberi warna Merah.

Gambar. V.7.

Peta Tahapan Pengembangan Drainase

Tabel. V.10.

Tahapan Pengembangan Drainase Kabupaten/Kota

No Sistem Cakupan layanan

eksisting* (%)

Cakupan layanan* (%)

Jangka pendek

Jangka menengah

Jangka panjang

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

A Penangan Jangka Panjang

20 10 50 20

B Penaganan Jangka Pendek 30 5 25 20

Sumber : Dinas PU Kabupaten Bungo Keterangan:

(37)

5.5. Integrasi Strategi Pembangunan Kabupaten dan Sektor

Berdasarkan dokumen rencana yang telah dijabarkan sebelumnya, maka

dapat disusun matriks strategi pembangunan pada skala kabupaten/kota yang

meliputi:

a. RTRW Kabupaten/Kota sebagai acuan arahan spasial;

b. RI-SPAM sebagai arahan pengembangan air minum;

(38)

Tabel. V.11.

Matrik Identifikasi Rencana Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Bungo

No Produk Rencana Arahan Pembangunan

Program/ Kegiatan Lokasi Sektor

1. Rencana

Perbaikan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman • KTM Bathin III Ulu

• Rantau Ikil

IPA Sungai Pinang Pasar Muara Bungo,

Bungo Dani, Rimbo Tengah, Bathin III

AM

IPA Tanjung Agung Muko-muko, Bathin VII AM

IPA Lubuk Landai Tanah Sepenggal AM

IPA Tanah Tumbuh Tanah Tumbuh AM

IPA Embacang Gedang Sepenggal Lintas AM

IPA Tanjung Candi Tanjung Candi AM

IPA SKB Bathin III, Bathin II,

Babeko, Pasar Muara Bungo

AM

Pengembangan TPA Sanitary Landfill Babeko, dan Pelepat PLP

Pengembangan TPST Seluruh kecamatan PLP

Pembangunan IPAL Komunal Pasar Muara Bungo PLP

Pengelolaan B3 Jujuhan, Pelepat, Pelepat

Ilir

PLP

Pengembangan Jaringan Drainase Primer Batang Bungo dan Batang Tebo

SDA

Pengembangan Jaringan Drainase Sekunder Perkotaan dan perdesaan PLP 2. Rencana

Optimalisasi dan rehap unit produksi Psr.Ma Bungo AM

Pengadaan dan Pemasangan pipa distribusi Psr.Ma Bungo AM

Pengadaan dan Pemasangan Meter Induk Psr.Ma Bungo AM

(39)

No Produk Rencana Arahan Pembangunan

Program/ Kegiatan Lokasi Sektor

Pengadaan dan Pemasangan pipa distribusi Rimbo Tengah AM

Perlindungan Air Baku Bungo Dani AM

Optimalisasi dan rehap unit produksi Bungo Dani AM

Pengadaan dan Pemasangan pipa distribusi Bungo Dani AM

Perlindungan Air Baku Bathin III AM

Optimalisasi dan rehap unit produksi Bathin III AM

Pengadaan dan Pemasangan pipa distribusi Bathin III AM

Perlindungan Air Baku Tanah Sepenggal AM

Optimalisasi dan rehap unit produksi Tanah Sepenggal AM Pengadaan dan Pemasangan pipa distribusi Tanah Sepenggal AM

Perlindungan Air Baku Tanah Sepenggal LIntas AM

Optimalisasi dan rehap unit produksi Tanah Sepenggal LIntas AM

Pengadaan dan Pemasangan pipa distribusi Tanah Sepenggal LIntas AM AM

Perlindungan Air Baku Tanah Tumbuh AM

Optimalisasi dan rehap unit produksi Tanah Tumbuh AM

Pengadaan dan Pemasangan pipa distribusi Tanah Tumbuh AM

Perlindungan Air Baku Muko-muko bahtin VII AM

Optimalisasi dan rehap unit produksi Muko-muko bahtin VII AM Pengadaan dan Pemasangan pipa distribusi Muko-muko bahtin VII AM

Perlindungan Air Baku Pelepat Ilir AM

Optimalisasi dan rehap unit produksi Pelepat Ilir AM

Pengadaan dan Pemasangan pipa distribusi Pelepat Ilir AM

(40)

No Produk Rencana Arahan Pembangunan

Program/ Kegiatan Lokasi Sektor

VII,Bathin II Ulu,Tanah Sepenggal. Tanah Sepenggal lintas, Tanah Tumbuh,Lb.mangkuang, Bathin II Pelayang, Juhan, Jujuhan Ilit

Pengembangan SPAM IKK Tanah Tumbuh, Muko

Bathin VII, Bathin II Pelayanag, Plepat Ilir, Jujuhan Ilir

AM

Pengembangan SPAM Perdesaan Bathin II Babeko, Bathin III Ulu, Limbur

Lb.Mingkuang,Plepat, Rantau Pandan, Rantau Pandan

AM

3 Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Sektor Air Limbah Pembangunan IPLT Dsn.Benit PLP

Pembuatan MCK++ SLBM Kab.Bungo

Pembangunan MCK (SANIMAS) Kab.Bungo

Sektor Persampahan Penyusunan Masterplan Persampahan dan DED TPA Sanitari Landfill

Dsn.Benit

Pembangunan TPA sistem Sanitary Landfil Dsn.Benit Pembangunan pengelolaan sampah terpadu 3R Kota Muara Bungo Muara Bungo

Gambar

Tabel. V.1.Rencana Sistem Pusat-pusat Kegiatan di Kabupaten Bungo
Gambar. V.1.Peta Rencana Sistem Pusat Permukiman Kabupaten Bungo
Tabel. V.3.Rencana Kawasan Budidaya di Kabupaten Bungo
Gambar. V.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penurunan efisiensi kadar logam Cd paling tinggi terjadi pada kelompok perlakuan dengan lama waktu kontak 8 hari dan 8 rumpun tanaman kayu apu yaitu 64,09% (0,168

Penulis juga menerangkan empat hal yang dapat dimanfaatkan sebagai referensi untuk membangun karakter dan kepribadian anak, yaitu pendidikan karakter dan perubahan

Pengembangan materi dan fungsi ini dimaksudkan untuk mengikuti laju kebutuhan masyarakat dalam berkesenian, (3) pelestarian juga dilakukan oleh pihak Pura di antaranya

• Semua sahabat yang selalu bersama-sama di kampus, Ersa (Besties yang suka pulang bareng, yang nyuruh ngerjain skripsi cepet-cepet, yang sibuk ngingetin deadline padahal

pada konstruksi sel yang dimodelkan, adalah para- meter teras yang meliputi: nilai faktor multiplikasi neutron, distribusi neutron dan laju reaksi material dengan

Dengan adanya Peningkatan Penghasilan dari Kelompok Simpan Pinjam Perempuan tersebut bearti bahwa keberadaan dari Program PNPM Mandiri Perdesaan memang dapat meningkatkan

Setelah dilakukan perhitungan, maka didapatkan rata-rata dan kisaran tekanan darah sistolik dan diastolik tenaga kerja PT Arto Metal Internasional Sidoarjo baik sebelum maupun

Integrasi Sawit – Sapi di Kabupaten Muaro Jambi pada gilirannya akan berdampak pada: (1) efisiensi dan daya saing produk, karena produk yang dihasilkan menggunakan