• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pemeliharaan Ternak Potong dan Ke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sistem Pemeliharaan Ternak Potong dan Ke"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

DASAR TERNAK POTONG DAN KERJA

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK POTONG DAN KERJA PADA RUMINANSIA KECIL (KAMBING DAN DOMBA)

OLEH :

IQBAL JALIL HAFID O 121 12 094

12 000

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS TADULAKO

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan meningkatnya permintaan daging kambing dan domba,

mengakibatkan terjadinya pengurasan ternak di tingkat petani ternak khususnya di

pedesaan. Untuk mengatasi terjadinya kelangkaan ternak, pada petani/peternak

perlu diberikan informasi mengenai pentingnya sistem pemeliharaan dan

perawatan ternak kambing/domba yang benar untuk meningkatkan produktivitas.

Tatalaksana meliputi pembibitan (pemilihan bibit unggul), pemberian

pakan, pemeliharaan temak dan perawatan kesehatan ternak (pencegahan

penyakit). Dengan memperhatikan berbagai aspek budidaya yang benar

dimaksudkan agar usaha para petani/petemak tetap berjalan dengan baik dan

meningkatkan produktivitas.

Segala kerugian pada kegiatan budidaya diharapkan dapat dihindari,

karena pengalaman yang dimiliki peternak merupakan modal dasar dan bila

dipadukan dengan teknologi budidaya maka akan menjadikan petemak yang

mandiri dan berhasil. Oleh karena itu, dalam penulisan makalah ini dibahas

mengenai sistem pemeliharaan ternak potong dan kerja pada ruminansia kecil,

yaitu kambing dan domba.

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulisan adalah untuk memberikan informasi mengenai sistem

pemeliharan ternak potong dan kerja pada ruminansia kecil, yaitu kambing dan

domba.

Manfaat yang diperoleh dalam penulisan ini adalah sebagai informasi

mengenai sistem pemeliharan ternak potong dan kerja pada ruminansia kecil,

(3)

II. PEMBAHASAN

1. Pemeliharaan dan Perawatan Ternak Kambing dan Domba

Pemeliharaan dan perawatan kesehatan cara mengerjakannya satu sama

lain saling terkait dan saling berhubungan, maka dalam hal ini tidak bisa

terpisahkan.

A. Pemeliharaan

Pemeliharaan ternak kambing dan domba yang pada umumnya oleh

petani/peternak dianggap sebagai tabungan dan bukan sebagai pendapatan

pokok dengan menjadikan faktor-faktor pemeliharaan yang baik dan benar.

Faktor-faktor pemeliharaan diantaranya meliputi:

1) Makanan

Rumput merupakan makanan pokok yang harus tersedia setiap hari, yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, seperti untuk

metabolisme, untuk kebutuhan produksi susu dan untuk kebutuhan

bereproduksi (kawin, bunting, beranak dan menyusui). Untuk

ternak-ternak yang selalu dikandangkan, pemberian rumput adalah sebanyak

10% dan konsentrat 1% dari bobot badan hidup. Selain jenis

rumput-rumputan, diberikan juga jenis hijauan lain/dami-damian seperti daun

singkong dan daun glyrisidia yang pemberiannya setelah proses pelayuan.

Pemberian dalam bentuk segar, sebaiknya dihindari karena tanaman ini

mengandung racun. Dengan pelayuan, maka semua racun yang ada dapat

berkurang. Pemberian yang bebas akan memberikan pertumbuhan yang

lebih cepat pada ternak, karena hijauan tersebut bernilai gizi tinggi

2) Memandikan ternak

Memandikan ternak sekurang-kurangnya 2 kali dalam setahun, ternak

yang tidak pernah dimandikan terlihat bulunya akan kotor, gembul dan

lembab (terutama ternak domba). Manfaat dari memandikan ternak adalah

agar kuman penyakit, parasit dan jamur yang bersarang dapat

dicegah/diberantas. Ternak yang nampak bersih akan terlihat lebih sehat,

(4)

3) Mencukur bulu

Pencukuran bulu biasanya hanya dilakukan pada ternak domba, yang

dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali dalam setahun. Cara

pencukurannya, yaitu:

a. Pergunakan gunting rambut yang tajam;

b. Sebelum pencukuran, ternak dimandikan terlebih dahulu agar bulu

tidak terlalu gembel;

c. Pencukuran dilakukan sesuai dengan petunjuk, yaitu dimulai dari

bagian perut mengarah ke depan sejajar, dengan punggung ternak; dan

d. Dalam pencukuran, sisakan guntingan bulu setinggi 0,5 cm.

4) Pemotongan kuku

Ternak kambing dan domba yang selalu dikandangkan terus-menerus

biasanya pertumbuhan kukunya lebih cepat dari pada yang digembalakan.

Kuku yang panjang apabila tidak segera dipotong dapat mengakibatkan:

a. Jalannya terganggu;

b. Ternak jantan mengalami kesulitan bila kawin;

c. Kuku yang tidak dipotong dapat patah dan bisa mengakibatkan luka

dan infeksi;

d. Di bawah telapak kuku yang panjang bisa berongga dan penuh dengan

kotoran yang ditumbuhi parasit dan jamur sehingga membahayakan

kesehatan ternak.

Oleh karena itu dalam pemeliharaan ternak kambing dan domba yang

intensif disarankan untuk melakukan pemotongan kuku secara berkala.

B. Perawatan

Pada dasarnya petani/peternak di pedesaan selalu menginginkan

ternak-ternaknya sehat dan terhindar dari berbagai penyakit yang berbahaya dan

menular. Pada kondisi tertentu penyakit bisa berakibat fatal yang dapat

menyebabkan kematian ternak, sehingga berpotensi menyebakan kerugian

pada peternak. Beberapa diantara penyakit ternak kambing dan domba yang

(5)

1) Orf/bintumen/dakangan

Merupakan penyakit hewan yang menular, penyakit ini menyebabkan

lesi-lesi yang khas disekitar mulut/bibir berupa lepuh-lepuh atau benjolan

berkeropeng, penyakit ini disebabkan oleh virus.

a. Cara pencegahan

Hanya dapat dilakukan dengan vaksinasi terhadap ternak yang sehat

dan pada daerah yang tidak tertular.

b. Cara pengobatan

Hingga kini obat untuk penyakit tersebut masih belum diketahui,

pengobatan hanya ditujukan membunuh infeksi sekunder oleh bakteri

tidak untuk virus. Untuk itu gunakan salep anti biotika (penisilin,

streptonisin) atau anti biotika injekasi seperti terramisin, selain itu

berikan vitamin untuk memperkuat kondisi tubuh .

2) Kudis/budug

Merupakan penyakit akibat inveksi parasit kulit. Tanda-tandanya adalah

hewan yang terkena kudis/budug selalu menggosokkan bagian tubuh yang

terserang,bulu rontok, kulit tebal dan kaku.

a. Cara pencegahan

 Hewan yang kudisan tidak boleh dicampur dengan yang sehat.  Hindari kontak tubuh dengan yang kudisan.

 Bersihkan dan semprot kandang bekas yang kudisan dengan Basudin 60 yang diencerkan 1 sendok teh, Basudin 60 dicampur

dengan 1 ember air.

 Sebelum dipakai, kandang dicuci dengan air bersih. b. Cara pengobatan

 Sebelum diobati hewan dimandikan agar bersih (digosok dengan sabun) lalu dijemur.

 Obati dengan cara menggosokan atau mengolesi berupa campuran oli bekas yang kental dengan belerang secara merata.

(6)

3) Myasis/belatungan

Diakibatkan oleh luka/tubuh berdarah yang diinveksi oleh lalat sehingga

lalat bertelur dan menghasilkan larva/belatung.

a. Cara pencegahan

 Hindari hal-hal yang dapat menyebabkan luka.

 Mencegah dan hindari adanya lalat dengan menjaga kebersihan dan penyemprotan insektisida.

b. Cara pengobatan

Bersihkan luka dan basmi belatung dengan insektisida seperti

Gusanex, kamper yang dihaluskan (ditumbuk), tembakau juga dapat

digunakan sebagai pembasmi. Lama pengobatan sekitar 2-3 hari.

Untuk mempercepat penyembuhan dapat diberi Yodium Tinctur atau

Gusanex pada luka.

4) Keracunan tanaman

Diantara rumput-rumputan atau daun-daunan ada yang mengandung racun

dan dapat membahayakan ternak seperti daun jarak atau daun jawer

kotok. Tanda-tanda klinis ternak yang keracunan adalah mati mendadak

dengan ciri mulut berbusa, kejang-kejang, terjadi pendarahan (kotoran

berdarah). Jika terjadi keracunan usaha pengobatan jarang berhasil.

a. Cara pencegahan

Jangan memberikan makanan/hijauan yang beracun atau jangan

mengembalakan ternak di daerah yang banyak tumbuhan beracun

serta petani/peternak harus mempunyai pengetahuan mengenai jenis

tanaman yang beracun.

b. Cara pengobatan

Pada keracunan dini (baru), dapat dilakukan pemberian arang aktif

(7)

2. Manajemen Pembibitan A. Pemilihan Bibit

1. Persyaratan umum

1) Bibit kambing/domba yang dipilih berasal dari daerah yang bebas

penyakit hewan menular dan harus melalui pemeriksaan dan

pengamatan terhadap penyakit menular sesuai ketentuan (antara lain

bebas Brucellosis).

2) Bibit kambing/domba harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik

seperti cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki

dan kuku abnormal, serta tidak terdapat kelainan tulang punggung

atau cacat tubuh lainnya.

3) Bibit kambing/domba harus bebas dari cacat alat reproduksi.

2. Persyaratan khusus

Untuk menjamin mutu produk diperlukan bibit yang sesuai dengan

persyaratan teknis sesuai dengan rumpun antara lain sebagai berikut:

1) Kambing Peranakan Ettawah

Kualitatif Kuantitatif

a. Warna bulu kombinasi putih hitam atau putih coklat

b. Profil muka cembung

c. Tanduk pejantan dan betina kecil melengkung ke belakang

d. Ekor pendek

1. Jantan (umur > 1 – 2 tahun):

a. Tinggi pundak minimum 75 cm b. Panjang badan minimum 61 cm c. Panjang telinga minimum 26

cm

d. Lingkar dada minimum 80 cm

e. Panjang bulu

rewos/gembyeng/surai minimum 14 cm

2. Betina (umur > 1 – 2 tahun):

a. Tinggi pundak minimum 71 cm b. Panjang badan minimum 57 cm c. Panjang telinga minimum 26

cm

d. Lingkar dada minimum 76 cm

e. Panjang bulu

(8)

2) Domba Lokal

Kualitatif Kuantitatif

a. Warna bulu bermacam-macam b. Betina tidak bertanduk, jantan

bertanduk kecil tidak melingkar c. Bentuk badan kecil

1. Jantan (umur 12 – 18 bulan): a. Tinggi badan minimum 45 cm b. Bobot badan minimum 15 kg

2. Betina (umur 8 – 12 bulan): a. Tinggi badan 40 cm

b. Bobot badan minimum 10 kg

B. Perkandangan

1. Kandang sedapat mungkin dibuat tipe panggung menggunakan bahan

baku yang ekonomis dan kuat serta memenuhi persyaratan teknis.

2. Disarankan untuk membuat kandang koloni/kelompok dan kandang

untuk anak yang baru lahir.

C. Pakan dan Air Minum

1. Menyediakan pakan hijauan (rumput, leguminosa, sisa hasil pertanian,

dedaunan) dan pakan tambahan berupa mineral dan pakan tambahan

lainnya dalam jumlah yang cukup dan mutu yang baik.

2. Air minum disediakan tidak terbatas (ad libitum).

D. Obat Hewan

1. Obat hewan yang digunakan meliputi sediaan biologik, farmasetik,

premik dan obat alami.

2. Obat hewan yang dipergunakan seperti bahan kimia dan bahan biologik

harus memiliki nomor pendaftaran. Untuk sediaan obat alami tidak

dipersyaratkan memiliki nomor pendaftaran.

3. Penggunaan golongan obat keras harus di bawah pengawasan tenaga

(9)

E. Perkawinan

1. Inseminasi Buatan (IB)

a. Perkawinan menggunakan kawin alam dan atau teknik inseminasi

buatan (IB) menggunakan semen beku/semen cair yang sudah teruji

dan memenuhi standar mutu.

b. Inseminasi buatan menawarkan cara terbaik untuk mendistribusikan

plasma nutfah dari inti peternakan domba dalam setiap ekosistem.

c. Metode speculum inseminasi digunakan untuk domba.

d. Umumnya inseminasi buatan mengarah untuk menurunkan tingkat

reproduksi daripada layanan alam dan semen beku memberikan

bahkan banyak tingkat kehamilan yang rendah, yaitu sekitar 40%.

e. Inseminasi serviks umumnya diikuti untuk tingkat konsepsi yang

lebih baik.

2. Inbreeding

Pejantan yang digunakan adalah pejantan terpilih yang memenuhi

persyaratan sebagai pejantan unggul dan harus dihindari perkawinan

kerabat dekat (inbreeding).

F. Reproduksi

1. Parameter reproduksi domba dan kambing

a. Breeding usia 6 – 8 bulan

b. Datang panas (masa kelamin) setelah beranak - 21 hari setelahnya

c. Panjang kehamilan 147 hari (rentang antara 144 dan 152 hari)

d. Rasio jantan betina 01:20

e. Periode estrus diulang setiap 16 – 17 hari rata-rata pada domba

(kisaran 14 – 19 hari)

f. Periode estrus berlangsung selama sekitar 24 – 36 jam pada domba

betina

2. Tanda-tanda estrus domba dan kambing

a. Redden dari vulva (mengalami kemerahan) dan debit dari vulva

(10)

c. Mencari pejantan

d. Sering mengembik

e. Berdiri untuk kawin (berdiri refleks)

3. Pejantan tertarik dengan bau, penglihatan dan suara dan menunjukkan

perilaku

a. Mengendus vulva

b. Memperluas leher dengan curling bibir atas

c. Menggigit sisi domba

d. Menaiki pasangan

G. Persiapan Betina dan Jantan 1. Betina

1) Pembilasan (Flushing)

a. Flushing adalah makanan konsentrat ekstra untuk domba

sebelum awal musim berkembang biak, biasanya 3 atau 4

minggu sebelum berkembang biak.

b. Hal ini untuk meningkatkan tingkat ovulasi dari domba,

sehingga jumlah kembar dan kembar tiga meningkat.

c. Flushing hanya akan berpengaruh jika domba berada di fase

menurunnya ketersediaan gizi.

d. Domba dalam kondisi tubuh yang lebih baik akan menghasilkan

lebih banyak domba sehingga pembilasan domba lebih ramping

akan meningkatkan kesuburan dengan cara meningkatkan

insiden estrus, meningkatkan tingkat ovulasi dan menurunkan

angka kematian embrio dini dengan memperkuat integritas

membran janin.

e. Flushing bisa dilakukan dengan menambah 250 gram konsentrat

harian atau 500 gram berkualitas baik kacangan jerami per

kepala per hari.

f. Flushing meningkatkan tingkat beranak hingga 10 sampai 20

(11)

2) Eyeing

Untuk mencegah kebutaan dikarenakan wol di beberapa keturunan

yang kelebihan wol di sekitar mata harus dipotong secara teratur.

Proses ini disebut sebagai eyeing.

3) Crutching

Penghapusan wol di sekitar wilayah abadi (kemaluan) dan pangkal

ekor seekor domba betina dikenal sebagai crutching. Ini

memfasilitasi kawin yang lebih baik.

2. Jantan

1) Menandai ram/buck

a. Demi identifikasi domba jantan.

b. Ketika proses tagging domba betina selama pembibitan, domba

jantan akan ditandai pada pantatnya (marked).

c. Hal ini memungkinkan untuk merekam/mengingat tanggal

ketika domba dibiakkan (pembibitan).

2) Raddle/raddling

a. Menandai domba betina dengan ram juga dapat dilakukan

dengan raddle. Raddle hanyalah krayon ram yang mengandung

harness, yang dioleskan pada pantat domba betina ketika kawin

berlangsung, sehingga tanda warna yang tersisa dapat terlihat.

b. Proses yang memungkinkan ram untuk dijalankan bersama

dengan raddle disebut sebagai raddling.

c. Praktek di atas juga dapat diterapkan dalam kambing.

H. Pencatatan (Recording)

Untuk mempermudah penelusuran silsilah diperlukan pencatatan data

individu ternak secara tertib, yang meliputi:

1. Tetua (induk dan bapak).

2. Kelahiran (tanggal, bobot lahir, panjang badan, tipe kelahiran dan jenis

kelamin).

(12)

4. Perkawinan (tanggal kawin dan pejantan).

5. Tanggal beranak kembali.

6. Penyakit (vaksinasi dan pengobatan).

7. Mutasi. Pencatatan dilaksanakan oleh peternaknya sendiri pada

kartu-kartu dan oleh petugas dalam buku registrasi dengan model rekording

yang sederhana, mudah diterapkan di lapangan. Data hasil pencatatan

akan sangat bermanfaat untuk peningkatan kualitas bibit dan produksi

bibit serta untuk bahan seleksi dan sertifikasi calon ternak bibit di masa

yang akan datang.

I. Seleksi

1. Seleksi dilakukan oleh peternak terhadap bibit ternak yang akan

dikembangkan di bawah bimbingan petugas yang berwenang.

2. Seleksi calon bibit jantan dipilih 10% terbaik dari hasil keturunan,

sedangkan calon bibit betina dipilih 25% terbaik dari hasil keturunan

untuk selanjutnya digunakan sebagai replacement.

J. Afkir (Culling)

1. Induk dan pejantan yang tidak produktif harus segera diafkir.

2. Keturunan yang tidak terpilih sebagai calon bibit (tidak lolos seleksi)

harus segera diafkir.

K. Kesehatan Ternak

1. Setiap terjadi kasus penyakit terutama penyakit menular harus segera

ditangani dan dilaporkan kepada petugas yang berwenang.

2. Setiap ternak yang sakit harus segera dikeluarkan dari kandang untuk

(13)

III. PENUTUP

Dengan melakukan sistem pemeliharaan dan perawatan yang baik dan

benar, diharapkan petani/peternak khususnya kambing dan domba dapat terhindar

dari segala kerugian. Pengalaman yang dimiliki oleh peternak merupakan modal

dasar, kemudian melalui dukungan oleh teknologi budidaya dapat menjadi

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Tanpa tahun terbit. Breeding Management of Sheep and Goat, (Internet), (http://agridr.in/). Tamil Nadu University: New Delhi. Diakses pada hari Selasa tanggal 1 September 2015.

Hidayah, J. 2011. Manajemen Pemeliharaan Ternak Domba dan Kambing, (Internet), (http://jamilatunhidayah-duniakuhidupmu.blogspot.com/). Diakses pada hari Selasa tanggal 1 September 2015.

Rubiono, Bambang. 2006. Tatalaksana Pemeliharaan dan Perawatan Ternak

Kambing dan Domba. (Internet).

(http://balitnak.litbang.pertanian.go.id). Diunduh pada hari Selasa tanggal 1 September 2015.

Referensi

Dokumen terkait

1)Pembatas pada zone perakaran (kedalaman efektif, sebaran besar butir, permeabilitas dan batu), 2) Kesuburan tanah, 3) Kekurangan air untuk tumbuhnya tanaman. Ini

membuat dua fase tidak dapat bercampur. Oleh karena itu, diperlukan emulsifier itu, diperlukan emulsifier untuk menstabilkan emulsi yang akan terbentuk. Cara emulsifier

Konsep Etiologi Konsep Multifaktorial Bell Kategori Jenis Kelamin Usia Lama Pemakaian Gigi Tiruan Struktur Psikologi s Faktor Inisiasi Sistemik Faktor Perpetuasi

badminton (PTB1) Guru penasihat dan AJK 08 FEBRUARI 2017 Slideshow, tayangan video, alatan sebenar, perkongsian maklumat RM 60 Berkomunikasi Berkerjasama Tolong menolong

a. rencana penyaluran pemberian Jasa Pembiayaan; dan b. rencana penyaluran pemberian Jasa Manajemen. Rencana kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada angka 8 disusun sesuai

digunakan untuk menyebut suatu nilai hasil dari penghitungan variable. 5) Konsep merupakan rancangan, ide, atau pengertian tentang sesuatu. 6) Definisi merupakan rumusan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan berupa data ilmiah mengenai tingkat keberhasilan pengukuran kekakuan hati dengan alat TE dengan

Pada mata kuliah termodinamika sendiri, untuk mendapatkan nilai koefisien konveksi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana menggunakan peralatan yang biasa kita