Dampak Pasar Modern Terhadap Pasar Tradisional
Nama : Zainal Abidin Nim : 101510601062
Tugas : Dampak Pasar Modern Terhadap Pasar Tradisional
Maraknya pembangunan pasar modern seperti hypermarket dan supermarket telah menyudutkan pasar tradisional di kawasan perkotaan, karena menggunakan konsep penjualan produk yang lebih lengkap dan dikelola lebih profesional. Kemunculan pasar modern di Indonesia berawal dari pusat perbelanjaan modern Sarinah di Jakarta pada tahun 1966 dan selanjutnya diikuti pasar-pasar modern lain (1973 dimulai dari Sarinah Jaya, Gelael dan Hero; 1996 munculnya hypermarket Alfa, Super, Goro dan Makro; 1997 dimulai peritel asing besar seperti Carrefour dan Continent; 1998 munculnya minimarket secara besar-besaran oleh Alfamart dan Indomaret; 2000-an liberalisasi perdagangan besar kepada pemodal asing), serta melibatkan pihak swasta lokal maupun asing. Pesatnya perkembangan pasar yang bermodal kuat dan dikuasai oleh satu manajemen tersebut dipicu oleh kebijakan pemerintah untuk memperkuat kebijakan penanaman modal asing.
Dampak dari hal yang dikemukakan, menurut survei AC Nielsen pada tahun 2004 didapatkan data bahwa pertumbuhan pasar modern 31,4% dan pasar tradisional bahkan minus 8,1%. Hal ini menunjukkan adanya masalah yang dihadapi pasar tradisional sebagai wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi skala menengah kecil. Namun demikian, pemerintah tetap berupaya membangun pasar tradisional di seluruh daerah dan juga hasil survei AC Nielsen, 29% konsumen tetap mengunjungi pasar tradisional dengan alasan harga lebih murah, harga dapat ditawar, banyak pilihan makanan dan produk segar, lokasi dekat dengan rumah, menyediakan segala yang diperlukan dan lainnya.
Dari ilustrasi (fakta dan data) yang dikemukakan, banyak hal yang sebenarnya membuat pasar tradisional mulai kehilangan tempat di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Perilaku konsumen semakin demanding karena konsumen kian memahami haknya, sedangkan di sisi lain mereka hanya memiliki waktu dan kesempatan yang semakin terbatas untuk berbelanja. Perubahan perilaku konsumen yang cenderung demanding menyebabkan mereka beralih ke pasar modern. Pasar-pasar modern dikemas dalam tata ruang yang apik, terang, lapang, dan sejuk. Pengalaman berbelanja tidak lagi disuguhi dengan suasana yang kotor, panas, sumpek, dan becek. Konsumen kian senang menjadi raja yang dimanja.
Tahapan yang diperlukan oleh pasar tradisional untuk meningkatkan daya saing usahanya maupun bertahan (menghindar dari kematian) dalam kompetisi bisnis ritel menurut analisis masa depan terhadap organisasinya dalam memunculkan kegiatan ekonomi yang dapat menyerap kesempatan kerja dan pengembangan wilayah (praktik dan strategik) adalah kemampuan daya tanggap, kelincahan, kemampuan belajar, kompetensi modal insani dan kreativitas operator pasar tradisional sebagai bagian dari keunggulan organisasi belum menghasilkan kapasitas, fleksibilitas dan keragaman yang luas. Sebagai akibatnya pasar tradisional selalu identik dengan tempat belanja yang kumuh, becek serta bau, dan karenanya hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah.
Pembangunan pasar tradisional pada tempat-tempat khusus yang nyaman seperti pasar tradisional kompleks perumahan BSD yang terintegrasi dengan melibatkan pengembang sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaannya, terbukti berhasil meningkatkan status pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat luas yang dapat menyerap kesempatan kerja dan pengembangan wilayah. Pasar tradisional BSD terbukti dapat hidup dan berkembang pesat karena ramai dikunjungi seluruh lapisan masyarakat, yang tidak hanya dari BSD tetapi juga dari daerah sekitarnya seperti Bintaro dan Pondok Indah.
Kebijakan pemerintah (Keppres, Kepmen) yang berkaitan dengan pasar modern dan konsep manajemen kewirausahaan dalam memperbaiki pasar tradisional harus dilakukan dengan meningkatkan keunggulan pasar tradisional sehingga menghasilkan kapasitas, fleksibilitas dan keragaman yang luas sehingga membuat pasar tradisional menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat luas yang dapat menyerap kesempatan kerja dan pengembangan wilayah.
Membiarkan pasar tradisional apa adanya dan meminta pemerintah menghambat pengembangan pasar modern tidak akan membantu pasar tradisional untuk bertahan hidup. Masyarakat selaku konsumen semakin menuntut kenyamanan, dan jika hal tersebut tidak dapat dipenuhi pasar tradisional, maka secara otomatis mereka akan beralih ke pasar modern. Lonceng kematian pasar tradisional telah berdentang, dan pengunjung setia yang terakhir akan meninggalkan pasar tradisional ketika pasar tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhannya lagi. Keberadaan pasar tradisional tidak dapat diatur atau dilindungi oleh peraturan pemerintah setingkat apapun. Pasar tradisional hanya dapat dipertahankan jika mereka disediakan tempat khusus yang nyaman dan disediakan oleh pemerintah. Atas alasan itu pula, pasar modern tidak dapat dipersalahkan.
Pemerintah kurang melakukan pemberdayaan pasar tradisional sebagai pusat kegiatan ekonomi yang masih dibutuhkan oleh masyarakat luas, dan agak lambat menerapkan teknologi yang efektif dan metode baru untuk mengubah pasar tradisional menjadi pasar yang bersih dan nyaman bagi pengunjung tanpa membebani pedagang dengan biaya renovasi kios yang cenderung mahal.
menempatkan 29% konsumen sebagai konsumen fanatik pasar tradisional dengan berbagai alasan. Beberapa pasar tradisional yang “legendaris” dan telah menjadi bagian dari nilai budaya tradisional antara lain adalah pasar Beringharjo di Yogyakarta, pasar Klewer di Solo, dan pasar Johar di Semarang.
Untuk menciptakan pasar yang baik, setidaknya paradigma yang perlu dilakukan yaitu paradigma dalam memandang pasar harus bergeser dari tempat bertransaksi ekonomi menjadi ruang publik tempat berlangsungnya interaksi sosial. Pasar yang sukses secara inheren memiliki bermacam-macam ruang yang berfungsi sebagai ruang publik, misalnya jalan, gang, tangga, trotoar, plaza terbuka, dan lain-lain, di mana tindakan untuk mencegah masyarakat menggunakan barang publik yang milik umum tersebut akan menjadi sangat mahal atau sulit, karena hak-hak “kepemilikan” terhadap barang-barang tersebut sangat labil dan sulit dispesifikasi secara tegas.
Model revitalisasi pasar tradisional difokukan pada upaya memperbaiki jalur distribusi komoditas yang diperjual-belikan di pasar-pasar tradisional. Distribusi sini mengandung makna yang luas, mulai dari pemilahan komoditas, pengangkutan; bongkar muat, pengemasan, hingga penjualan komoditas di pasar, pembangunan pasar jangan dihambat oleh kepentingan mencari keuntungan finansial karena pembangunan pasar selain memiliki tujuan sosial juga berperan untuk mereduksi biaya sosial, dimana revitalisasi pasar tradisional harus dipandang sebagai investasi jangka panjang dalam kerangka pengembangan properti kota (property development). Modernisasi pasar juga merupakan langkah untuk meningkatkan perekonomian pedagang kecil.
Modernisasi pasar disini dimaksudkan sebagai upaya pengelolaan pasar secara modern sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, sekaligus untuk menghambat beralihnya tempat belanja masyarakat. Model kemitraan pemerintah kota perlu melibatkan pengembang untuk merevitalisasi pasar. Pasar tradisional harus dikelola secara kreatif untuk memecahkan persoalan ruang usaha bagi masyarakat. Ragam pasar yang lebih transformatif seperti pasar tematik dapat dikembangkan menjadi model pengembangan pasar modern agar pasar modern tidak memonopoli seluruh komoditas yang menyebabkan daya saing pasar tradisional makin lemah.
Kunci solusi sebenarnya ada di tangan pemerintah. Yang diperlukan adalah aturan tata ruang yang tegas yang mengatur penempatan pasar tradisional dan pasar modern. Misalnya tentang berapa jumlah hypermarket yang boleh ada untuk setiap wilayah di satu kota. Lalu berapa jarak yang diperbolehkan dari pasar tradisional jika pengusaha ingin membangun supermarket. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengantisipasi ancaman kebangkrutan pada pasar tradisional akibat kepungan pasar modern yang tidak terkendali, dan memberikan wahana persaingan yang sehat antara keduanya.
Selain itu, perlu merubah tampilan pasar tradisional agar bisa lebih nyaman dan teratur. Sayangnya pembenahan pasar rakyat ini tampaknya lebih sering mengedepankan kepentingan investor daripada kepentingan para pedagang sendiri. Harga kios yang tinggi tanpa kompromi kerap membuat pedagang jera mendengar kata pembenahan. Keadaan ini tidak jarang akhirnya menimbulkan perselisihan antara pedagang lama dengan investor yang ditunjuk pemerintah untuk merevitalisasi pasar tradisional (Indrakh, wordpress.com. 2007).
tingkat kesehatan dan kebersihan yang layak, penerangan yang cukup, dan lingkungan keseluruhan yang nyaman. Contohnya, konstruksi bangunan pasar berlantai dua tidak disukai dikalangan pedagang karena para pelanggan enggan untuk naik dan berbelanja di lantai dua. Untuk itu, Pemerintah Daerah dan pengelola pasar tradisional swasta harus melihat pasar tradisional bukan hanya sekadar sebagai sumber pendapatan.
Melakukan investasi dalam pengembangan pasar tradisional dan menetapkan Standar Pelayanan Minimum (SPM). Hal ini mensyaratkan pengangkatan orang-orang berkualitas sebagai pengelola pasar dan memberikan mereka wewenang yang cukup untuk mengambil keputusan sehingga mereka tidak hanya bertindak sebagai pengumpul retribusi semata. peningkatan kinerja pengelola pasar dengan menyediakan pelatihan atau evaluasi berkala. Selanjutnya, pengelola pasar harus secara konsisten berkoordinasi dengan para pedagang untuk mendapatkan pengelolaan pasar yang lebih baik. Kerjasama antar Pemda dan sektor swasta dapat menjadi contoh solusi untuk meningkatkan daya saing pasar tradisional.
Pedagang tradisional selama ini selalu dihadapkan pada masalah permodalan dan jaminan/asuransi atas barang dagangannya. Oleh sebab itu, sudah saatnya Pemda dan lembaga keuangan setempat memperhatikan hal ini. Strategi pengadaan barang yang kerap menjadi strategi utama pedagang tradisional adalah membeli barang dagangan dalam bentuk tunai dengan menggunakan dana pribadinya. Kondisi ini berdampak negatif terhadap usaha. Mereka menjadi sangat rentan terhadap kerugian yang disebabkan oleh rusaknya barang dagangan dan fluktuasi harga yang tidak menentu.
Dengan menempatkan rumusan efektivitas diatas efisiensi, ketika lonceng kematian pasar tradisional telah berdentang dan pengunjung setia yang terakhir telah meninggalkan pasar tradisional yang tidak mampu lagi memenuhi kebutuhannya, sebesar apapun romantisme yang merepresentasikan nilai-nilai budaya tradisional, pasar tradisional akan tinggal kenangan dan menjadi ikon penghias museum peradaban masa lalu bangsa ini. Pasar tradisional yang tidak mampu berubah menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, jelas bukan tipe organisasi masa depan yang dapat selalu menyesuaikan dirinya dengan perubahan lingkungan. Untuk mempertahankan eksistensi pasar tradisional, dibutuhkan intervensi seluruh pemangku kepentingan untuk merubah organisasi pasar tradisional saat ini menjadi organisasi masa depan yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang selalu berubah.
http://zainal92.blogspot.co.id/2011/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Berbagai jenis pasar modern seperti minimarket, supermarket, hipermarket, maupun mal-mal perbelanjaan begitu menjamur dan keberadaannya terus menggeser
keberadaan pasar-pasar tradisional. Sebagian masyarakat, khususnya yang tinggal di daerah perkotaan cenderung lebih memilih pasar modern sebagai tempat untuk
membeli kebutuhan hidup mereka sehari-hari, karena pasar modern begitu terjangkau, bersih, nyaman, dan kita juga tidak perlu melakukan tawar-menawar harga barang yang hendak dibeli.
Salah satu perubahan perkembangan yang terjadi saat ini yaitu berubahnya daerah pedesaan menjadi daerah urban (perkotaan) yang mengakibatkan munculnya pasar modern sebagai tuntutan masyarakat perkotaan yang cenderung lebih bersifat
konsumtif. Munculnya pasar modern tersebut memberikan efek ganda bagi masyarakat maupun pemerintah. Di satu sisi masyarakat akan memiliki peningkatan taraf hidup yang dapat dinilai dengan peningkatan pembangunan sarana perekonomian yang berupa pasar modern tersebut, namun disisi lain hal itu akan menjadi sebuah ancaman bagi para pedagang kecil terutama para pedagang pasar tradisional. Pengaruh
keberadaan pasar modern sangat kuat, sehingga tak jarang terjadi pro-kontra antara para pedagang di pasar tradisional, pasar modern, dan pemerintah.
Ada sebuah kekhawatiran pada masyarakat bahwa perilaku belanja masyarakat akan berubah dan akan mematikan usaha para pedagang kecil. Cukup banyak kalangan yang prihatin akan pembangunan pasar modern yang begitu pesat dan menyebabkan omzet para pedagang kecil (tradisional) menurun. Dengan keberadaan pasar modern ini pemerintah harus tanggap dan mampu membuat kebijakan-kebijakan yang berupa peraturan perundang-undangan dan diharapkan mampu untuk memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi, khususnya bagi pengaruhnya terhadap pasar tradisional. Oleh sebab itu, pemerintah pun membuat kebijakan berupa aturan-aturan yang
mengatur tentang keberadaan pasar modern tersebut. Kebijakan pemerintah tersebut haruslah memberikan solusi kepada pasar-pasar tradisional, karena pasar tradisional mampu memberikan kehidupan bagi perekonomian, khususnya masyarakat kalangan bawah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak keberadaan pasar modern terhadap pasar tradisional di Indonesia?
2. Apa saja kebijakan pemerintah terhadap keberadaan pasar modern tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana dampak keberadaan pasar modern terhadap pasar tradisional di Indonesia.
2. Untuk mengetahui berbagai kebijakan pemerintah terhadap keberadaan pasar modern.
3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan pemerintah tersebut terhadap keberadaan pasar modern.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kebijakan Pemerintah (Kebijakan Publik)
Pengertian Kebijakan Pemerintah (Kebijakan Publik)
Kebijakan publik adalah semacam jawaban terhadap suatu masalah karena akan merupakan upaya memecahkan, mengurangi, dan mencegah suatu keburukan serta sebaliknya menjadi penganjur, inovasi, dan pemuka terjadinya kebaikan, dengan cara terbaik dan tindakan terarah. Beberapa pakar memberikan pengertian terhadap kebijakan publik, antara lain sebagai berikut :
1. Menurut Thomas R. Dye, kebijakan publik adalah apapun juga yang dipilih
pemerintah, apakah mengerjakan sesuatu itu atau tidak mengerjakan (mendiamkan) sesuatu itu (Dye, 1995:1).
2. Menurut Heinz Eulaudan Kenneth Prewitt, kebijakan publik adalah keputusan tetap yang dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan (repetisi) tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut (Prewitt,
1973:265).
3. Menurut James Anderson, kebijakan publik adalah serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan (Anderson, 1984:3).
4. Menurut Robert Eyestone, kebijakan publik adalah hubungan antara unit pemerintah dengan lingkungannya (Eyestone, 1971).
Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa pengetahuan tentang kebijakan publik adalah pengetahuan tentang sebab-sebab, konsekuensi dan kinerja kebijakan dan program publik, sedangkan pengetahuan dalam kebijaksanaan publik adalah proses menyediakan informasi dan pengetahuan untuk para eksekutif, anggota legislatif, lembaga peradilan dan masyarakat umum yang berguna dalam proses perumusan kebijakan serta yang dapat meningkatkan kinerja kebijaksanaan. Selanjutnya, dengan misi yang jelas dari pemerintah semua pihak dapat memutuskan kebijakannya sendiri, apa yang sebaiknya dilakukan dan bagaimana cara terbaik melakukannya, serta memberikan dampak positif bagi semua lapisan dimana pembangunan itu
diselenggarakan, termasuk lingkungan sekitarnya (Syafiie, dkk, 1999:106-107).
Kebijakan publik menitikberatkan pada apa yang oleh Dewey (1927) katakan sebagai “publik dan problem-problemnya”. Kebijakan publik membahas soal bagaimana isu-isu dan persoalan-persoalan tersebut disusun dan didefinisikan, dan bagaimana
kesemuanya itu diletakkan dalam agenda kebijakan dan agenda politik. Selain itu, kebijakan publik juga merupakan studi tentang “bagaimana, mengapa, dan apa efek dari tindakan aktif dan pasif pemerintah”. Studi “sifat, sebab, dan akibat dari kebijakan publik” Nagel, ini mensyaratkan agar kita menghindari fokus yang sempit dan
menggunakan pendekatan dan disiplin yang bervariasi (Parsons:2008). Model dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Ada beberapa model yang dipergunakan dalam pembuatan kebijakan publik, yaitu : 1. Model elit, yaitu pembentukan kebijakan publik hanya berada pada sebagian kelompok orang-orang tertentu yang sedang berkuasa.
2. Model kelompok, berlainan dengan model elit yang dikuasai oleh kelompok tertentu yang berkuasa, maka pada model ini terdapat beberapa kelompok kepentingan yang saling berebutan mencari posisi dominan.
3. Model kelembagaan. Yang dimaksud dengan kelembagaan disini adalah
kelembagaan pemerintah. Dalam model ini, kebijakan publik dikuasai oleh lembaga-lembaga tersebut, yang sudah barang tentu lembaga-lembaga tersebut adalah satu-satunya yang dapat memaksa serta melibatkan semua pihak.
4. Model proses. Model ini merupakan rangkaian kegiatan politik mulai dari identifikasi masalah, perumusan usul, pengesahan kebijaksanaan, pelaksanaan dan evaluasinya. Model ini memperhatikan bermacam-macam jenis kegiatan pembuatan kebijaksanaan pemerintah.
meningkatkan hasil bersihnya.
6. Model inkrimentalisme. Model ini berpatokan pada kegiatan masa lalu, dengan sedikit perubahan. Dengan demikian, hambatan seperti waktu, biaya, dan tenaga untuk memilih alternatif dapat dihilangkan.
7. Model sistem. Model ini beranjak dari memperlihatkan desakan-desakan lingkungan, antara lain berisi tuntutan, dukungan, hambatan, tantangan, rintangan, gangguan, pujian, kebutuhan, atau keperluan, dll yang mempengaruhi kebijakan publik. (Syafiie, dkk, 1999:108-109).
Metode-metode yang dipakai dalam pembuatan kebijakan publik bisa beranekaragam, dan masing-masing mengandung konsekuensi yang harus diterima. Seorang pejabat dapat saja menggunakan ancaman untuk mengambil keputusan, tetapi ketidakpuasan publik yang merasa tidak dihargai pendapatnya merupakan hal yang harus
dipertimbangkan. Sebaliknya, kebijakan-kebijakan partisipatif mungkin akan lebih memberikan kepuasan bagi keinginan publik untuk berpendapat sendiri, tetapi
pengambilan keputusan jelas membutuhkan waktu lebih lama (Kumorotomo, Wahyudi, 2013:375).
Konsep Pelayanan Publik
Dalam rangka memperbaiki sistem untuk mewujudkan masyarakat yang lebih beradap, Osborene dan Gaebler menyimpulkan 10 prinsip yang mereka anggap sebagai
keputusan gaya baru yaitu pemerintah sebagai pembuat kebijakan tidak perlu harus selalu menjadi pelaksana dalam berbagai urusan pemerintahan, namun hendaknya cukup menjadi penggerak. Sebagai badan yang dimiliki masyarakat luas, pemerintah bukan hanya senantiasa melayani publik, tetapi juga memberdayakan segenap lapisan secara optimal. Sudah waktunya pemerintah berorientasi pasar, dimana kecenderungan penyelewengan relatif lebih kecil, sehingga untuk itu diperlukan pendobrakan aturan agar lebih efektif dan efisien melalui pengendalian mekanisme pasar itu sendiri (Syafiie, dkk:1999, 118-119).
Berbagai konsep kebijakan publik yang dikemukakan oleh para ahli sangat bervariatif bentuknya, karena kebijakan publik merupakan serangkaian pilihan tindakan
pemerintah (termasuk pilihan untuk bertindak) guna menjawab tantangan yang menyangkut kehidupan masyarakat (Awang, 2010:25-26).
Implementasi Kebijakan
administrasi sudah merupakan doktrin dasar administrasi, sedangkan perumusan kebijakan sebagai proses kegiatan dari administrasi.
Eulau dan Prewitt (Jones, 1991:48-49) menyatakan ada beberapa komponen dari kebijakan, yaitu niat, tujuan, rencana atau usulan, program, keputusan atau pilihan, dan pengaruh. Selanjutnya kebijakan publik merupakan suatu pemanfaatan yang strategis terhadap masalah-masalah publik. Dalam hal pemececahan suatu masalah tersebut perlu diupayakan suatu tahapan atau proses dalam pembuatan kebijakan publik, sebagaimana diungkapkan oleh Riply (1985:49) bahwa tahap-tahap tersebut adalah agenda of government, formulasi kebijakan dan pengesahan tujuan program,
implementasi program, evaluasi dari tindakan dan akibatnya, dan penentuan masa depan dari kebijakan (Awang, 2010:26-27).
Pada intinya ada tiga prinsip kebijakan yang menjadi fokus dalam mempelajari suatu kebijakan, yaitu formulation, iplementation, dan evalaution. Studi implementasi berusaha untuk menjawab pertanyaan mengapa banyak sekali program pemerintah yang tidak bisa dilakukan dengan baik. Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak
diimplementasikan (Awang, 2010:27).
Dalam praktiknya, implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai kepentingan (Agustino, 2008:138). Eugene Bardach melukiskan kerumitan dalam proses implementasi tersebut, “adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang kelihatannya bagus di atas kertas. Lebih sulit lagi
merumuskannya dalam kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya
mengenakkan bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya, dan lebih sulit lagi untuk melaksanakannya dalam bentuk cara yang memuaskan semua orang termasuk yang mereka anggap klien.” (Bardach, 1991:3).
Selanjutnya, Islamy (2000:102) mengemukakan bahwa pembuat kebijakan tidak hanya ingin melihat kebijakannya telah dilaksanakan oleh masyarakat, tetapi juga ingin
mengetahui seberapa jauh kebijakan tersebut telah memberikan konsekuensi positif dan negatif bagi masyarakat. Dari sini dapat diartikan implementasi kebijakan
merupakan proses lebih lanjut dari tahap formulasi kebijakan. Pada tahap formulasi ditetapkan strategi dan tujuan kebijakan, sedangkan tindakan untuk mencapai tujuan diseenggarakannya pada tahap implementasi kebijakan (Awang, 2010:28).
yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut. Kebijakan publik dalam bentuk Undang-Undang atau Perda adalah jenis kebijakan publik yang
memerlukan keibijakan publik penjelas atau yang sering diistilahkan sebagai peraturan pelaksanaan. Sedangkan kebijakan publik yang bisa langsung operasional antara lain Keppres, Inpres, Kepmen, Keputusan Kepala Daerah, Keputusan Kepala Dinas, dan lain-lain.
B. Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh presiden untuk melaksanakan undang-undang, untuk menjalankan undang-undang. Pembentukan peraturan pemerintah ini hanyalah bersifat teknis, yakni sebuah
peraturan yang bertujuan untuk membuat undang-undang dapat berjalan sebagaimana mestinya. Peraturan pemerintah merupakan peraturan yang ditanda tangani oleh presiden. Ketentuan tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Peraturan Pemerintah memiliki karakteristik yang membedakannya dengan peraturan perundang-perundangan lainnya. Karakterisitik peraturan pemerintah, antara lain:
• Peraturan tidak dapat dibentuk terlebih dahulu tanpa didahului oleh pembentukan undang-undang yang menjadi induknya.
• Peraturan tidak dapat mencantumkan sanksi pidana apabila undang-undang yang menjadi induknya tidak menentukan demikian.
• Peraturan di dalam ketentuannya tidak boleh menambah atau mengurangi ketentuan sebagaimana yang diatur dalam undang-undang yang bersangkutan
• Peraturan dapat dibentuk dalam rangka menjalankan atau menjabarkan undang-undang meskipun di dalam undang-undang-undang-undang yang menjadi induknya tidak diatur secara tegas, keharusan untuk membentuk peraturan tersebut dalam rangka menjabarkan dan melaksanakan undang-undang yang dimaksud.
Selain karakteristik peraturan pemerintah sebagaimana dimaksud di atas, terdapat karakteristik lain yang dimiliki oleh jenis peraturan ini, yakni hanyalah merupakan peraturan (regeling) atau merupakan kombinasi antara peraturan dan penetapan
(beschicking). Selanjutnya, fungsi peraturan pemerintah adalah merupakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang yang secara tegas menyebutnya
Peraturan Pemerintah (disingkat PP) adalah Peraturan Perundang-undangan di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Materi muatan Peraturan Pemerintah adalah materi untuk menjalankan Undang-Undang. Di dalam UU No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dinyatakan bahwa Peraturan Pemerintah sebagai aturan organik daripada Undang-Undang menurut hirarkinya tidak boleh tumpang tindih atau bertolak belakang (Wikipedia).
Dengan diundang-undangkannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai regulasi revisiatas UU No. 22 tahun 1999, maka pelbagai kewenangan serta pembiayaan kini dilaksanakan oleh Pemda dengan lebih riil dan nyata. Mulai saat itu pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang besar untuk merencanakan, merumuskan, melaksanakan, serta mengevaluasi kebijakan dan program pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Dalam
menjalankan tugas dan perannya, pemerintah daerah diharapkan dapat mengalokasi sumber-sumber daya dan memahami masalah-masalah publik secara efisien, mampu mendiagnosa dan memperbaiki kegagalan-kegagalan pasar yang tengah atau pernah terjadi, siap menyediakan barang-barang publik yang tidak disediakan oleh pasar, hingga bisa menyusun atau memformulasi regulasi yang efektif dan mendistorsi pasar (Agustino, 2008:1-2).
C. Pasar
Pengertian Pasar
Pasar merupakan mata rantai yang menghubungkan produsen dan konsumen, ajang pertemuan antara penjual dan pembeli, antara dunia usaha dan masyarakat konsumen. Pasar memainkan peranan yang amat penting dalam perekonomian modern, karena harga-harga terbentuk di pasar. Dengan bantuan harga-harga di pasar itu pokok
masalah ekonomi what, how, dan for whom dapat dipecahkan. Pasar merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan perekonomian. Pasar secara sempit bisa diartikan sebagai tempat barang atau jasa diperjualbelikan. Sedangkan dalam arti luas, pasar adalah proses dimana pembeli dan penjual saling berinteraksi untuk
setelah ada keseimbangan antara permintaan dan penawaran (Subroto, 2004:2). Menurut ahli ekonomi, pasar lebih dihubungkan dengan kegiatan, bukan tempat. Alasannya, tempat untuk bertemunya penjual dan pembeli bisa dimana saja. Mereka bisa bertemu di toko, di dalam bus, di pinggir jalan, dan di warung makan. Berarti yang membedakan pasar dan bukan pasar adalah kegiatan yang dilakukan. Kegiatan yang dilakukan oleh penjual dan pembeli dalam pasar adalah transaksi jual-beli. Pengertian pasar menurut ilmu ekonomi memperlihatkan bahwa pasar tidak terikat pada tempat dan waktu tertentu. Pasar dapat terbentuk dimana saja dan kapan saja. Bahkan, transaksi jual beli juga bisa terjadi melalui surat menyurat, telepom, ataupun internet. Pengertian pasar menurut ilmu ekonomi merupakan pengertian pasar secara abstrak (Suyanto, 2004:2).
Informasi tentang pasar diperoleh dalam bentuk hrga. Harga merefleksikan atau mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksikan atau
menghasilkan suatu barang berdasarkan alokasi sumber-sumber yang digunakan. Harga adalah nilai barang dan jasa yang diukur dengan uang. Harga terbentuk dan terjadi di pasar, yakni oleh titik temu antara penawaran dan permintaan. Dalam pertemuan itu terjadi tawar-menawar antara penawar barang dan jasa (penjual) dan peminta barang dan jasa (pembeli) (Chourmain, 1994:231-232).
Dalam kaitannya dengan produk, sebuah pasar dapat didefinisikan sebagai kelompok barang dan jasa yang dipandang sebagai produk pengganti (substitusi) oleh para pembeli. Yang pasti, pasar bisa terbentuk jika ada penjual, pembeli, dan barang serta jasa yang diperjual belikan. Barang yang diperjualbelikan di pasar tidak hanya berupa barang konsumsi, tetapi juga barang produksi, misalnya bahan mentah, peralatan pertanian, dan berbagai rakitan mesin. Bahkan sekarang juga ada uang dan pasar modal. Sesuai dengan perkembangan peradaban manusia, barang yang
diperjualbelikan tidaklah selalu berada di tempat lain. Untuk menunjukkan barang yang diperjualbelikan, penjual cukup membawa contoh saja atau dengan menunjukkan kode barang saja, seperti yang terjadi di bursa komoditi (Suyanto, 2004:2).
Peran Pasar
• Bagi konsumen, pasar memberikan kemudahan untuk memperoleh barang dan jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhannya,
• bagi produsen, pasar memberikan kemudahan untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi serta memberikan kemudahan untuk menjual barang dan jasa hasil produksi,
penerimaan pemerintah melalui penarikan pajak dan retribusi (Suyanto, 2004:12). Fungsi Pasar
Pasar memiliki beberapa fungsi, yaitu : 1. Fungsi Distribusi
Dalam fungsi distribusi, pasar berperan memperlancar penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Melalui transaksi jual beli, produsen bisa memasarkan
barangnya, baik langsung kepada konsumen maupun melalui para perantara, yaitu pedagang. Melalui transaksi jual beli itu pula, konsumen dapat memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan secara mudah dan cepat. Distribusi barang dan jasa yang lancar menunjukkan berfungsinya pasar, sebaliknya jika distribusi barang dan jasa yang macet menunjukkan terganggunya pasar.
2. Fungsi pembentukan harga
Dalam fungsi pembentukan harga, pasar berperan mewujudkan kesepakatan harga antara penjual dan pembeli. Melalui transaksi jual beli, penjual dan pembeli bisa melakukan tawar-menawar. Tawar-menawar itu dimaksudkan untuk mencapai
kesepakatan harga barang atau jasa tertentu. Tawar-menawar akan terus berlangsung sampai pada harga yang bisa diterima penjual dan pembeli. Biasanya, harga yang dikehendaki oleh penjual lebih tinggi daripada harga yang diinginkan oleh pembeli. Hal itu terjadi karena ada perbedaan kepentingan antara penjual dan pembeli. Dalam menentukan harga, penjual memperhitungkan laba yang diinginkan, sedangkan pembeli memperhitungkan manfaat barang atau jasa dan keadaan keuangannya. 3. Fungsi Promosi
Dalam fungsi promosi, pasar berperan membangkitkan minat konsumen untuk membeli barang atau jasa tertentu. Kadang-kadang setelah masuk pasar, seseorang membeli barang yang semula tidak direncanakan. Hal itu terjadi karena barang yang di pajang di pasar menarik perhatian dan mampu membangkitkan minat pembeli. Semakin
maraknya persaingan antara produsen barang atau jasa sejenis membuat fungsi
promosi menjadi semakin penting. Hal itu tampak jelas pada bermunculannya beragam bentuk pameran baik besar maupun kecil, seperti pameran komputer, elektronika, dan pameran perumahan. Justru dalam kesempatan pameran seperti itu, transaksi jual beli sering terjadi (Suyanto, 2004:12-13).
Struktur Pasar
Menurut strukturnya, pasar dibedakan menjadi empat jenis :
dari suatu tempat ke tempat yang lain; dan pembeli serta penjual mempunyai informasi yang lengkap tentang pasar. Contohnya adalah pasar hasil-hasil pertanian seperti beras, buah-buahan, dan sayur-mayur.
2. Pasar monopoli, dengan ciri-ciri hanya ada satu penjual; tidak ada penjual lain yang menjual barang yang dapat mengganti secara sempurna barang yang dijual oleh penjual tunggal; ada rintangan (baik alami maupun buatan) bagi pengusaha baru untuk menjual barang yang sama, misalnya dalam bentuk penguasaan bahan baku,
peraturan, dan perijinan.
3. Pasar persaingan monopolistis, dengan ciri-ciri terdapat banyak penjual macam barang tertentu; barang dari masing-masing penjual dibedakan satu sama lain namun masih dapat saling menggantikan; penjual bisa mengatur harga sampai pada batas tertentu; tindakan seorang penjual bisa mempengaruhi keadaan pasar walaupun sangat terbatas. Persaingan ini biasanya terjadi di sektor perdagangan eceran dan jasa seperti pada pompa bensun, toko bahan pangan, dll.
4. Pasar oligopoli, yaitu pasar yang hanya terdapat beberapa penjual untuk suatu barang tertentu, sehingga kegiatan dari penjual yang satu bisa mempengaruhi
pemasaran barang penjual yang lainnya. Contohnya adalah perusahaan motor (Suzuki, Honda, Kawasaki, dll) atau perusahaan rokok (Gudang Garam, Sampoerna, Djarum, dll). (Suyanto, 2004:13-15).
Keterkaitan Pasar dengan Distribusi
Distribusi merupakan kegiatan ekonomi yang menjadi jembatan kegiatan produksi dan konsumsi. Berkat distribusi, barang dan jasa dapat sampai ke tangan konsumen. Bagi konsumen, distribusi memungkinkan konsumen untuk memperoleh barang atau jasa yang diperlukannya. Bagi produsen, distribusi memungkinkan produsen memasarkan atau menjual barang dan jasa hasil produksinya. Peran distribusi itu identik dengan pasar. Oleh sebab itu, pasar merupakan wadah bagi kegiatan distribusi. Dalam pasarlah, kegiatan distribusi berlangsung (Suyanto, 2004:15).
Peran Keterkaitan Pasar dan Distribusi
1. Mempermudah konsumen melakukan konsumsi
2. Membentuk terciptanya harga barang yang relatif stabil
3. Produsen dapat mempertahankan penjualan produk dan keuntungannya
4. Meningkatkan penjualan dan meningkatkan efisiensi perusahaan (Suyanto, 2004:16). Fungsi Keterkaitan Pasar dan Distribusi
1. Fungsi Pertukaran
dan kualitas yang disenangi oleh konsumen. Fungsi pertukaran ini termasuk juga mengurangi dan menghindari risiko dalam penjualan barang ataupun jasa.
2. Fungsi Penyediaan Fisik
Fungsi penyediaan fisik ini menyangkut pemindahan barang secara fisik dari produsen ke konsumen akhir. Fungsi ini meliputi pengumpulan, penyimpanan, pemilihan, dan pengangkutan barang.
3. Fungsi Penunjang
Fungsi ini membantu atau melengkapi fungsi pertukaran dan fungsi penyediaan fisik agar terlaksana dengan baik. Kegiatan fungsi penunjang meliputi pelayanan sedudah pembeliaan, penyebaran informasi agar barang atau jasa lebih dikenal oleh
masyarakat, dan juga masalah pembelanjaan (Suyanto, 2004:17). Macam Pasar
Pada dasarnya, pasar dapat dibedakan menurut jenis barang yang diperdagangkan, luasnya jaringan distribusi, waktu, dan ada tidaknya tempat transaksi.
1. Macam Pasar menurut Jenis Barang • Pasar barang konsumsi
• Pasar barang produksi (Suyanto, 2004:3)
2. Macam Pasar menurut Luas Jaringan Distribusi • Pasar setempat
• Pasar daerah • Pasar nasional
• Pasar internasional (Suyanto, 2004:3-4)
3. Macam Pasar menurut Waktu Bertemunya Penjual dan Pembeli
• Pasar harian • Pasar mingguan • Pasar bulanan • Pasar tahunan
• Pasar temporer (Subroto,2004:5).
4. Macam Pasar menurut Ada Tidaknya Tempat Transaksi • Pasar konkret
• Pasar abstrak (Suyanto, 2004:5-6).
5. Macam Pasar berdasarkan Manajemen Pengelolaan • Pasar tradisional
6. Macam Pasar berdasarkan Ragam Barang yang Dijual • Toko khusus (special store)
• Toko satu jalur (single line store) (Suyanto, 2004:8).
7. Macam Pasar berdasarkan Banyak Sedikit Barang yang Dijual
• Toko serba ada (department store), yaitu toko pengecer yang besar dan mempunyai banyak jenis produk.
• Toko swadaya (independent store), yaitu toko skala kecil dan menjual berbagai macam barang yang dimiliki seorang individu sebagai pemimpinnya.
• Pasar swalayan (supermarket), yaitu pasar berukuran besar yang menjual bermacam-macam barang langsung kepada konsumen.
• Hipermarket supermarket yang berukuran lebih besar dan menjual lebih banyak ragam barang. (Suyanto, 2004:8-9).
8. Macam Pasar berdasarkan Manajemen Pelayanan • Mal/supermall/plaza
• Pertokoan (shoppingcentre)
• Pasar swalayan (supermarket) (Suyanto, 2004:9). 9. Macam Pasar berdasarkan Partai Penjualan Barang • Partai grosir
• Pasar eceran (Suyanto, 2004:9).
Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta, koperasi, atau swadaya masyarakat dengan tempat usaha berupa kios, toko, los dan tenda, dikelola oleh pedagang kecil, menengah, dan koperasi, dengan usaha skala kecil dan modal kecil, dan dengan proses jual beli melalui tawar-menawar (Suyanto, 2004:8).
Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta, atau koperasi, dikelola secara modern, mengutamakan pelayanan kenyamanan belanja, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi oleh label harga yang pasti (Suyanto, 2004:8).
BAB III
METODE PENULISAN A. Jenis Penulisan
B. Fokus Penulisan
Fokus utama penulisan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui
kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah berkaitan dengan keberadaan pasar modern. C. Pengambilan Data
Data diambil dari buku referensi dan beberapa sumber dari internet. D. Pengolahanan Data
Melalui data-data yang diperoleh dari berbagai buku referensi dan internet, penulis mencoba untuk menganalisis dan mengolah data-data tersebut dengan melakukan serangkaian diskusi.
E. Penarikan Kesimpulan
Data-data yang telah didapatkan oleh penulis melalui berbagai sumber, kemudian diolah dan dianalisis sehingga mendapatkan sebuah kesimpulan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Kebijakan Pemerintah terhadap Keberadaan Pasar Modern
Kegiatan perekonomian dapat dikatakan berjalan apabila adanya transaksi
perdagangan antara penjual dan pembeli. Salah satu bentuk transaksi perdagangan adalah transaksi yang terjadi di pasar, baik di pasar modern maupun di pasar
tradisional. Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 420/MPP/Kep/10/1997, pasar adalah tempat bertemunya pihak penjual dan pihak pembeli untuk melaksanakan transaksi dimana proses jual beli terbentuk, yang menurut kelas mutu pelayanan dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan pasar modern, dan menurut sifat pendistribusiannya dapat digolongkan menjadi pasar eceran dan pasar perkulakan/grosir. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah swasta, koperasi atau swadaya masyarakat dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda, yang dimiliki dan dikelola oleh pedagang kecil dan menengah, dan koperasi, dengan usaha kecil dan modal kecil, dan dengan proses jual beli melalui tawar-menawar. Sedangkan pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta, atau koperasi yang dalam bentuknya berupa mal,
supermarket, department store, dan shopping centre dimana pengelolaannya
dilaksanakan secara modern, dan mengutamakan pelayanan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada di satu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi dengan label harga yang pasti (Subekti:2007).
dan penjual dengan terjadinya proses tawar menawar mengenai harga suatu barang tersebut. Berbeda halnya dengan pasar modern, dimana sudah tertera label harga yang pasti. Pada beberapa tahun terakhir ini perkembangan pasar modern memang terjadi cukup pesat. Semakin banyak saja pasar-pasar modern yang ada di Indonesia, bahkan sampai ke wilayah pedesaan dan mengakibatkan pasar-pasar tradisional termasuk warung-warung kecil semakin tersingkirkan. Pola pikir dan gaya hidup modern merupakan salah satu penyebab masyarakat lebih senang untuk belanja kebutuhan sehari-hari di pasar modern, yang dianggap lebih nyaman, bersih, dingin, dan lebih terjamin kebersihannya, daripada belanja di pasar tradisional yang dianggap kotor, becek, dan bau yang tidak sedap. Selain itu, strategi pasar modern dapat menarik pembeli. Mereka melakukan berbagai strategi harga dan non harga, misalnya dengan memberikan diskon harga pada waktu tertentu, strategi non harga dalam bentuk iklan dan parkir gratis, dll.
Patut diakui bahwa pasar modern memang memiliki keunggulan di tengah masyarakat yang cenderung berkarakter manja dan serba instan. Pasar ini melakukan penjualan barang-barang yang juga ada di pasar tradisional, termasuk kebutuhan-kebutuhan pokok manusia. Para pembeli dimanjakan dengan tawaran harga yang menarik, kemasan yang rapi, jenis barang lebih lengkap, lingkungan yang bersih dan nyaman, petugas pelayanan yang ramah dan menarik, yang dapat menyebabkan pasar ini juga menjadi tempat wisata keluarga yang murah dan menyenangkan. Dari aspek harga pun pasar modern terkadang diopinikan dan terkesan lebih murah daripada harga di pasar tradisional. Dengan strategi subsidi silang, membuat harga suatu jenis barang menjadi lebih murah, dan menjadikan harga barang yang lain menjadi lebih mahal dibandingkan dengan harga di pasar tradisional. Kelangsungan pasar tradisional berkaitan erat dengan perlindungan terhadap pasar tradisional. Sebagian besar pasar tradisional dimiliki oleh pemerintah daerah yang berkaitan dengan pajak dan retribusi daerah. Secara regulasi, pemerintah sudah mengeluarkan peraturan yang mengatur jarak antara pasar tradisional dan pasar modern dalam Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern. Seharusnya aturan tersebut sudah mengantisipasi permasalahan yang muncul antara pasar tradisional dan pasar modern.
Karakteristik pasar tradisional dan pasar modern memiliki daya saing yang muncul secara ilmiah, seperti lokasi yang strategis, keanekaragaman barang, harga yang murah, area penjualan yang luas, serta sistem tawar menawar barang. Suasana
perbelanjaan juga dapat berpengaruh. Disisi lain pasar tradisional memang juga memiliki kelemahan yang membuat pasar tradisional “kalah” dengan pasar modern. Kelemahan itu antara lain tampilan pasar tradisional yang terlihat kumuh, kotor, dan bau, jam operasional pasar tradisional yang terbatas karena biasanya hanya buka pada pagi atau sore hari saja. Dengan harga yang relatif sama, pasar modern mampu
memberikan keunggulan dari kelemahan pasar tradisional. Terlebih lagi konsumen pasar tradisional yang cenderung masyarakat kalangan bawah sangat memperhatikan selisih harga, apalagi pasar modern mampu menawarkan inovasi-inovasi harga seperti diskon besar-besaran. Telah kita ketahui bahwa banyak konsumen pasar tradisional yang telah meninggalkan pasar tersebut dan beralih ke pasar modern. Apabila kondisi ini tidak ditanggapi secara serius oleh pemerintah, maka dapat diperkirakan bahwa akan terjadi ketidak-seimbangan antara pasar tradisional dan pasar modern, yang akan berimplikasi pada pedagang di pasar tradisional yang mayoritas adalah kalangan
masyarakat bawah. Selain itu juga perlu tindakan nyata dari pedagang dalam memperbaiki kelemahan tersebut dan bekerjasama dengan pemerintah dalam melaksanakan program pemerintah mengenai pengaturan pasar tradisional.
Aspek-aspek yang kiranya perlu diperhatikan oleh pemerintah, agar keberadaan pasar modern dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat khususnya para pedagang tradisional adalah hal yang pertama merupakan tempat pembangunan pasar modern, dimana pemerintah harus menetapkan rencana tata ruang wilayah, sehingga pasar modern tidak bisa didirikan secara sembarangan. Tempat pembangunan pasar modern harus terletak sejauh mungkin dari lokasi pasar tradisional, sehingga konsumen
cenderung akan memilih pasar tradisional dengan pertimbangan jarak tempuh ke pasar modern.
Kedua, pemerintah seharusnya membatasi waktu operasi pasar modern. Hal ini dilakukan sebagai pembatasan para konsumen dan sebagai proteksi pada pasar tradisional agar pasar tradisional dapat terus berjalan. Sedangkan pada pasar tradisional tidak ada batasan jam operasional. Dengan adanya pembatasan waktu operasi bagi pasar modern, diharapkan pasar tradisional bisa lebih maksimal untuk menjalankan kegiatan pasar dengan waktu yang lebih panjang dan keuntungan yang di dapat pedagang pasar tradisional juga diharapkan menjadi lebih maksimal.
untuk menjadi karyawan. Dengan demikian, perekonomian masyarakat sekitar akan meningkat.
Keempat adalah penentuan kebijakan mengenai pajak operasional dan perizinan dalam pembangunan pasar modern berdasarkan pemberlakukan ketentuan Peraturan
Presiden Republik Indonesia No. 112 Tahun 2207 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern (Hadi:2012). Sehingga dengan penentuan pajak yang lebih besar kepada pasar modern, maka otomatis harga barang di pasar modern menjadi lebih mahal daripada pasar tradisional. Hal ini akan membuat masyarakat kalangan bawah untuk lebih berpikir apabila hendak berbelanja di pasar modern, dan cenderung akan belanja di pasar tradisional. Perizinan itu sendiri merupakan upaya mengatur kegiatan-kegiatan yang memiliki peluang menimbulkan gangguan pada kepentingan umum (Sutedi, 2011:173).
Kelima, pemerintah hendaknya membuat kebijakan untuk membangun pasar tradisional menjadi lebih baik. Pasar tradisional yang identik dengan kata kotor, jorok, bau, menjadi kurang diminati oleh masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang termasuk golongan menengah ke atas. Mereka cenderung lebih memilih mal sebagai tempat untuk mereka berbelanja kebutuhan sehari-hari. Pemerintah harus bisa mengambil kebijakan yang memihak pedagang pasar tradisional dengan cara mengedepankan pembangunan pasar-pasar tradisional yang lebih baik, sehingga bisa menarik kembali minat masyarakat untuk berbelanja di pasar tradisional.
Aturan mengenai pengelolaan pasar tradisional dan pasar modern haruslah bersifat independen, artinya peraturan tersebut tidak merugikan pasar tradisional dan
memberdayakan pasar tradisional sekaligus melakukan penataan mengenai
keberadaan pasar modern. Sehingga pemberdayaan pasar tradisional tersebut tidak menghalangi pertumbuhan pasar modern dan sebaliknya, pasar modern tidak
mematikan eksistensi dari pasar-pasar tradisional.
Sebenarnya pemerintah sudah mencoba untuk menerapkan konsep tersebut melalui kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, serta Toko Modern. Dalam Peraturan Presiden ini telah diatur mengenai definisi, zonasi, kemitraan,
menguntungkan. Selain itu juga memberi pedoman bagi penyelenggaraan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern, memberikan norma-norma keadilan, saling menguntungkan dan tanpa tekanan dalam hubungan antara pemasok barang dengan toko modern. Peraturan Presiden ini juga mengatur tentang pemberian bantuan dana pada kredit mikro dan perbaikan bangunan pasar tradisional. Pada pasal 15 peraturan presiden ini telah disebutkan bahwa pemerintah provinsi berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan. Sedangkan dalam penentuan lokasi
pembangunan pasar tetap berada di tangan pemerintah daerah. Dalam Peraturan Presiden ini, pengaturan mengenai letak tata pasar tradisional dan pasar modern diatur oleh pemerintah daerah. Pengaturan tata letak merupakan hal yang sangat penting dalam hal mengurangi tingkat persaingan antara pasar tradisional dan pasar modern dalam hal menarik konsumen. Pemerintah daerah seharusnya mampu mengakomodir pedagang, baik pada pasar tradisional maupun pasar modern, dan tidak memihak. Salah satu contoh mengenai letak tata pasar tradisional dan pasar modern yang cukup menarik perhatian adalah antara pasar tradisional Pasar Desa Caturtunggal, dan Carefour di Plaza Ambarukmo, serta Alfa Mart dan Indomaret yang berjarak sangat dekat. Pengaturan jarak antara pasar tradisional dan pasar modern bertujuan untuk meminimalisir terjadinya persaingan dalam memperebutkan area konsumen, namun tampaknya hal ini belum dilaksanakan dengan baik. Pembangunan pasar modern seharusnya tidak hanya melihat dari investasi yang akan terjadi, namun juga harus melihat dampak yang timbul akibat pembangunan tersebut. Contoh lainnya yaitu Pasar Demangan dengan Hypermart di Lippo Mall (dulunya bernama Saphir Mall). Padahal menurut Pasal 5, Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007, lokasi pasar yang benar yatu :
1. Perkulakan, hanya boleh berlokasi pada atau akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor primer atau arteri sekunder.
2. Hypermarket dan Pusat Perbelanjaan, hanya boleh berlokasi pada akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan perumahan di dalam kota/perkotaan.
3. Supermarket dan departmen store, tidak boleh berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahaan) di dalam kota/perkotaan.
4. Minimartket, boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota/perkotaan.
jaringan jalan lokal atau jalan lingkungan pada kawasan pelayanan bagian
kota/kabupaten atau lokal atau lingkungan (perumahan) di dalam kota/kabupaten. Peraturan Presiden ini juga mengatur mengenai trading terms, kepemilikan, dan sanksi. Syarat trading terms yaitu biaya yang dikenakan kepada pemasok adlaah biaya yang berhubungan langsung dengan penjualan produk pemasok. Hanya saja belum ada ketentuan yang jelas berapa trading terms yang harus dipenuhi sehingga mengenai trading terms ini juga memerlukan aturan tambahan.
Mengenai kepemilikan pada pasal 3, dijelaskan bahwa pendirian minimarket baik yang berdiri sendiri maupun yang berintegrasi dengan pusat perbelanjaan modern
diutamakan untuk diberikan kepada pelaku usaha yang domisilinya sesuai dengan lokasi minimarket yang dimaksud. Jika pasal ini diterapkan dengan baik, sedikitnya pemerintah telah berpihak kepada pasar tradisional dan pemodal kecil. Sedangkan untuk masalah sanksi, dalam Peraturan Presiden ini belum tertulis secara jelas, sebab belum cukup mengatur tentang sanksi yang diakibatkan oleh pihak-pihak yang
melakukan pelanggaran, sehingga masih membutuhkan peraturan daerah yang mengatur secara lebih rinci.
Bersamaaan dengan Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tersebut, dikeluarkan pula Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Presiden No. 77 tentang daftar bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal, atau tentang Daftar Negatif Investasi (DNI), yang memberikan penegasan perihal penanaman modal asing di sektor ritel. Misalnya mengenai definisi supermarket, minimarket, dan departemen store skala kecil
membuat aturan mengenai waralaba untuk jenis usaha toko modern yaitu Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 68/M-DAG/PER/10/2012 tentang Waralaba untuk Jenis Usaha Toko Modern. Terdapat juga peraturan yang membahas mengenai pemberian izin usaha pasar modern, yaitu Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 107/MPP/Kep/2/1998 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pasar Modern. Selain itu juga terdapat peraturan mengenai pedoman penataan pasar modern, yaitu Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan asar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.
Selain aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah pusat di atas, pemerintah-pemerintah daerah juga turut serta dalam pembuatan kebijakan mengenai keberadaan pasar modern tersebut, salah satu contohnya adalah Peraturan Daerah yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep, yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep No. 5 Tahun 2013 tentang Perlindungan, Pemberdayaan Pasar Tradisional, dan Penataan Pasar Modern.
Membangun keseimbangan antara pasar tradisional dan pasar modern dalam
perkembangan pembangunan perkotaan pemerintah memang tidak dapat menghindari kemunculan pasar modern dalam sistem ekonomi masyarakat. Perubahan perilaku masyarakat yang menuju masyarakat perkotaan seiring dengan era globalisasi dan kemajuan teknologi ini, sehingga pemerintah juga harus mampu menyediakan pasar modern sebagai salah satu tuntutan kebutuhan masyarakat. Pemerintah harus mampu memperhatikan keseimbangan antara pasar tradisional dan pasar modern, artinya pemerintah harus mampu meningkatkan kualitas pasar tradisional tanpa harus mengekang pertumbuhan pasar modern. Peraturan mengenai pasar modern harus memperhatikan dampaknya terhadap masyarakat terutama pedagang di pasar
tradisional. Pemerintah sebaiknya lebih memberikan dukungan perbaikan infrastruktur serta penguatan manajemen dan modal pedagang di pasar tradisional. Dukungan infrastruktur tersebut dapat berupa perbaikan pada bangunan pasar, misalnya penataan pasar tradisional, perbaikan sarana umum seperti tolit, tempat ibadah, dan tempat parkir.
yang jelas dan pengaturan jumlah perbandingan antara jumlah pasar tradisional dan pasar modern berdasarkan asas kebutuhan dan luas wilayah suatu daerah. Sedangkan pedagang di pasar tradisional harus mampu melakukan peningkatan mutu dan
pelayanan kepada konsumen, menciptakan kebersihan dan kenyamanan, serta membentuk kelompok-kelompok pedagang pasar tradisional.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Keberadaan pasar tradisional sudah ada sejak jaman dahulu. Keberadaannya terus berkembang dan semakin banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari pasar tradisional. Namun saat ini perkembangan pasar tradisional menurun karena harus bersaing dengan adanya pasar-pasar modern yang semakin menjamur. Persaingan antara pasar tradisional dengan pasar modern memang bukanlah persaingan yang tidak sehat, karena kedua pasar tersebut memiliki konsep yang berbeda. Pada awal keberadaannya, pasar modern memang sebenarnya
diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki kelas ekonomi menengah ke atas
sehingga keberadaannya tidak menjadi persoalan bagi pasar tradisional, namun seiring berkembangnya waktu, saat ini banyak didirikan pasar modern yang terus mengambil segmen dari pasar tradisional. Hal inilah yang menimbulkan banyak permasalahan. Untuk menghadapi permasalahan tersebut, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan yang berupa peraturan, yaitu Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern. Selain itu juga Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2007 yang kemudian
diturunkan menjadi Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 yang juga merupakan penjabaran dari Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007.
Permendagri juga membuat aturan mengenai waralaba untuk jenis usaha toko modern yaitu Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 68/M-DAG/PER/10/2012 tentang Waralaba untuk Jenis Usaha Toko Modern. Terdapat juga peraturan yang membahas mengenai pemberian izin usaha pasar modern, yaitu Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 107/MPP/Kep/2/1998 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Pasar Modern. Selain itu juga terdapat peraturan mengenai pedoman penataan pasar modern, yaitu Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan asar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern. Selain aturan-aturan yang dibuat oleh
mengenai keberadaan pasar modern tersebut, salah satu contohnya adalah Peraturan Daerah yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep, yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep No. 5 Tahun 2013 tentang Perlindungan, Pemberdayaan Pasar Tradisional, dan Penataan Pasar Modern.
Ada beberapa kebijakan pemerintah yang merugikan pasar tradisional. Salah satu kebijakan tersebut adalah kebijakan pemerintah yang memberikan izin pendirian pasar modern seluas-luasnya. Aturan tersebut secara langsung juga memberikan tekanan terhadap keberadaan pasar tradisional. Hanya beberapa pemerintah saja, diantaranya pemkab/pemkot yang menerapkan kebijakan yang telah dibuat. Salah satunya adalah menerapkan aturan mengenai jarak pasar modern dengan pasar tradisional. Akan tetapi kebijakan tersebut juga tidak mampu menyurutkan minat investor terhadap bisnis ritel yang sudah menjamur hingga saat ini. Kebijakan-kebijakan yang lain pun kurang diperhatikan pelaksanaannya oleh pemerintah, dan pemerintah pun cenderung lebih berpihak kepada pemilik modal dan kepada kepentingannya sendiri, sehingga kebijakan pemerintah yang berupa aturan-aturan tersebut belum dapat terlaksana dan
diberlakukan dengan baik.
B. Saran
Kebijakan berupa peraturan yang dibuat oleh pemerintah ini sebenarnya sudah cukup baik, namun alangkah lebih baik jika pemerintah melengkapi peraturan tersebut agar menjadi lebih lengkap dan jelas. Sebagai contoh mengenai masalah sanksi, sebab dalam peraturan tersebut belum cukup mengatur tentang sanksi yang akan diterima oleh pihak-pihak yang melakukan pelanggaran, sehingga masih dibutuhkan peraturan daerah yang mengatur secara lebih rinci. Pemerintah juga sebaiknya benar-benar menegakkan peraturan yang sudah ada, supaya tidak terjadi penyelewengan dan pasar tradisional dapat tetap terjaga eksistensinya. Pemerintah juga semestinya lebih
memperhatikan keadan-keadaan pasar tradisional yang ada di Indonesia, agar tidak kalah bersaing dengan adanya pasar modern dan tidak semakin tersingkirkan.
https://antoniawdy.wordpress.com/2014/05/20/keberadaan-pasar-modern-terhadap-pasar-tradisional-di-indonesia/
PASAR MODERN
adalah pasar yang bersifat modern dimana barang-barang diperjual belikan dengan harga pas dan denganm layanan sendiri. kenapa sebagian masyarakat lebih memilih pasar modern? Pasti ada faktor yang mendukung mereka,Salah satunya adalah tentang kebersihan dan kenyaman mereka dalam bertransaksi dalam hal jual beli.Disamping itu juga banyak fasilitas yang mendukung mereka untuk bisa merasa senang berbelanja dimall. salah satunya adalah dengan adanya permainan anak-anak yang selalu ada disetiap pusat pembelanjaan. Pasar modern juga dibangun oleh Pemerintah, swasta atau koperasi yang bentuknya berupa mal, supermarket, dept. store, dan shoping centre yang pengelolaannya dilaksanakan secara modern dan mengutamakan pelayanan kenyamanan berbelanjadengan manajemen berada pada satu tangan bermodal kuat dan dilengkapi label harga yang past
PASAR TRADISIONAL
merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Beberapa pasar tradisional yang “legendaris” antara lain adalah pasar Beringharjo di Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruh Indonesia terus mencoba bertahan menghadapi serangan dari pasar modern.
memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, sistem tawar menawar yang menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional.
Namun, selain menyandang keunggulan alamiah, pasar tradisional memiliki berbagai kelemahan yang telah menjadi karakter dasar yang sangat sulit diubah. Faktor desain dan tampilan pasar, atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman dan kualitas barang, promosi penjualan, jam operasional pasar yang terbatas, serta optimalisasi pemanfaatan ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi persaingan dengan pasar modern.
konsumen untuk beralih dari pasar tradisional ke pasar modern. Artinya, dengan nilai uang yang relatif sama, pasar modern memberikan kenyamanan, keamanan, dan keleluasaan berbelanja yang tidak dapat diberikan pasar tradisional.
Kondisi ini diperburuk dengan citra pasar tradisional yang dihancurkan oleh segelintir oknum pelaku dan pedagang di pasar. Maraknya informasi produk barang yang menggunakan zat kimia berbahaya serta relatif mudah diperoleh di pasar tradisional, praktek penjualan daging oplosan, serta
kecurangan-kecurangan lain dalam aktifitas penjualan dan perdagangan telah meruntuhkan kepercayaan konsumen terhadap pasar tradisional.
Belum lagi kenyataan, Indonesia adalah negara dengan mayoritas konsumen berasal dari kalangan menengah ke bawah. Kondisi ini menjadikan konsumen Indonesia tergolong ke dalam konsumen yang sangat sensitif terhadap harga. Ketika faktor harga rendah yang sebelumnya menjadi
keunggulan pasar tradisional mampu diruntuhkan oleh pasar modern, secara relatif tidak ada alasan konsumen dari kalangan menengah ke bawah untuk tidak turut berbelanja ke pasar modern dan meninggalkan pasar tradisional.
DAMPAKNYA
Keberadaan pasar modern di Indonesia akan berkembang dari tahun ke tahun. Perkembangan yang pesat ini bisa jadi akan terus menekan keberadaan pasar tradisional pada titik terendah dalam 20 tahun mendatang. Pasar modern yang notabene dimiliki oleh peritel asing dan konglomerat lokal akan menggantikan peran pasar tradisional yang mayoritas dimiliki oleh masyarakat kecil dan sebelumnya menguasai bisnis ritel di Indonesia.
Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu adanya langkah nyata dari pedagang pasar agar dapat mempertahankan pelanggan dan keberadaan usahanya. Para pedagang di pasar tradisional harus mengembangkan strategi dan membangun rencana yang mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan konsumen sebagaimana yang dilakukan pasar modern. Jika tidak, maka mayoritas pasar tradisional di Indonesia beserta penghuninya hanya akan menjadi sejarah yang tersimpan dalam album kenangan industri ritel di Indonesia dalam waktu yang relatif singkat. (*)Pertarungan sengit antara pedagang tradisional dengan peritel raksasa merupakan fenomena umum era globalisasi. Jika Pemerintah tak hati-hati, dengan membina keduanya supaya sinergis, Perpres Pasar Modern justru akan membuat semua pedagang tradisional mati secara sistematis.
Dengan melihat faktor diatas kita dapat menyimpulkan bahwa dengan adanya pasar tradisional bisa mematikan rakyat kecil,dengan kata lain perekonomian rakyat kecil akan telambat.Karena
kurangnya keinginan masyarakat untuk berbelanja dipasar tradisional.meskipun banyak faktor kelemahan dalam pasar tradisional akan tetapi ada juga kelebihan yang seharusnya kita perhatikan. salah satunya adalah harga barang yang kita inginkan jauh lebih murah dan bisa
ditawar lagi.jadi kita harus dapat mengangkat pasar tradisional menjadi pasar yang nyaman juga. ya dengan menjaga kebersihan.
Share this:
https://goeslowstec.wordpress.com/2012/11/04/dampak-pasar-modern-terhadap-pasar-tradisional/
Dampak berkesinambungan dari
keberadaan pasar modern terhadap
pasar tradisional (pimnas 1)
Dampak berkesinambungan dari keberadaan pasar modern terhadap pasar tradisional
data gak bisa dimasukin. berupa tabel dan grafik.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjuala dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjuala dan pembeli secara langsung. Dalam pasar tradisional terjadi proses tawar –
menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjualan maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang lektronik, jasa, dan lain-lain.selain itu ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di indonesia, dan umumnya terlkat dekat dengan kawasan perumahan agar memudah pembeli untuk mencapai pasar.
(Wikipedia 2007)
Pasar modern berbeda dari pasar tradisional, dalam pasar modern penjual dan pembeli tidak
bertransaksi secara langusung. Pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayananya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual selain bahan makanan seperti : buah, sayuran, daging, sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama.
(Wikipedia 2007)
dengan kondisi pasar yang kumuh, dengan tampilan dan kualitas barang yang buruk, serta harga jual rendah, dan system tawar menawar konvensional. Namun, sekarang ini kondisinya telah banyak berubah. Supermarket dan hypermarket tumbuh bak cendawan dimusim hujan. Kondisi ini muncul sebagai konsekuensi dari berbagai perubahan di masyarakat. Sebagai konsumen, masyarakat menuntut hal yang berbeda di dalam aktifitas belanja. Kondisi ini masih ditambah semakin meningkatnya tingkat pengetahuan, pendapatan, dan jumlah keluarga berpendapat ganda (suami-istri bekerja) dengan waktu berbelanja yang terbatas. Konsumen menuntut peritel untuk memberikan nilai lebih dari setiap sen uang yang dibelanjakannya. Peritel harus mampu mengakomodasi tuntutan tersebut jika tak ingin ditinggalkan para pelangganya.
(Ekapribadi.W,2007)
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup yang modern yang berkembang di masyarakat kita. Tidak hanya dikota metropolitan tetapi sudah merambah sampai kota kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai mini market, super market, hypermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tmpat-tempat menjanjikan tempat belanja yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Namun di balik kesenangan tersebut ternyata telah membuat para peritel kelas menengah dan teri mengeluh.
(Ester dan dikdik, 2003)
Keberadaan hypermarket semakin menonjol dan menunjukkan dominasinya dalam aktivitas perdagangan saat ini. Pada tahun 2005, menurut Bussines Intelligent Report, jenis ritel ini akan menguasai pasar sebesar 38.5% dari total pasar ritel sebesar Rp. 87,5 T. peritel terbesar dunia yang berasal dari amerika serikat, yaitu walmart, pada tahun 2002 mengalami pengeluaran sebesar USD 240 M di seluruh dunia. Selain wall mart, terdapat beberapa peritel asing yang mengembangkan usahanya di indonesia, antara lain Carrefour, Makro, Belhaize, Ahold, dan Giant. Carrefour yang berasal dari prancis mulai beroprasi ke asia pertama kali pada tahun 1989, yaitu ke Taiwan. Pada tahun 1996, ritel ini masuk ke indonesia. Dimana 10 buah di Jakarta dan 5 buah di luar Jakarta. Makro berasal dari belanda masuk ke indonesia 1991, saat ini terdapat 12 outlet makro di wilayah jobetabek dan 1 di bandung. Selain makro, dari belanda juga masuk Ahold, yang di Indonesia menggunakan nama Tops yang sudah memiliki 22 outlet (sejak ahir tahun 2005 diakuisisi hero). Belhaize adalah hypermarket dari belgia, dimana saat ini sudah memiliki 33 outlet di kota-kota besar di jawa. Belhaize ini beraliansi dengan supermarket superindo. Yang terbaru masuk ke indonesia adalah Giant dan hypermarket yang berasal dari Malaysia. Di indonesia, Giant beraliansi hero super market.
(Anonimous, 2007)
Di indonesia pangsa pasar dan kinerja usaha pasar tradisional menurun, sementara pada saat yang sama pasar modern mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kontri busi pasar tradisional sekitar 69.9% pada tahun 2004, menurun dari tahun sebelumnyadi tahun 2003 sekitar 73,7%. Kondisi sebaliknya terjadi pada supermarket dan hypermarket kontribusi mereka kian hari kian besar.
(Anonimous, 2007)
Kontribusi pasar tradisional dan pasar modern dalam memenuhi kebutuhan pasar. Tahun pasar tradisional (%) pasar modern(%) Permintaan pasar
2000 78,1 21.9 100
Kondisi usaha dan kinerja pedagang pasar tradisional menunjukkan penurunan setelah beroperasinya hypermarket. ini diantaranya menyangkut kinerja : Asset, Omset, perputaran barang dagangan dan margin harga.
pasar tradisional, tidak melayani segmen pasar tertentu. (Harmanto, 2007)
Demikian juga terjadi halnya pada kota-kota di indonesia, pasar modern berkembang pesat. Hal ini dapat terbukti dengan mudahnya kita dapat menemukan pasar modern seperti minimarket, supermarket, dan hypermarket disekitar tempat tinggal kita. Kondisi demikian terjadi karena gaya hidup modern yang sudah mulai melekat pada masyarakat perkotaan.
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu
pengelola pasar.
Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar.
Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain adalah pasar Beringharjo di Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruh Indonesia terus mencoba bertahan menghadapi serangan dari pasar modern.
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan dan hypermarket, supermarket, dan minimarket.Pasar dapat dikategorikan dalam beberapa hal. Yaitu menurut jenisnya, jenis barang yang dijual, lokasi pasar, hari, luas jangkauan dan wujud.
Pasar tradisional mempunyai efek yang sangat dominan bagi perekonomian adapun Kelebihan Pasar Tradisional adalah :
a) Pasar Tradisional merupakan pasar yang memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern.
b) Lokasi yang strategis, c) area penjualan yang luas,
d) keragaman barang yang lengkap, e) harga yang rendah,
f) sistem tawar menawar yang menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan yang dimiliki oleh pasar tradisional.
Selain keunggulan yang tadi, pasar tradisional juga merupakan salah satu pendongkrak perekonomian kalangan menengah ke bawah, dan itu jelas memberikan efek yang baik Negara. Dimana Negara ini memang hidup dari perekonomian skala mikro disbanding skala makro.Sisi kekeluargaan antara pembeli dan penjual menjadi satu pemandangan yang indah kala berada di pasar dan bahkan ada juga yang namanya langganan dan itu bisa menjadi hubungan yang tidak bisa terpisahkan bagaikan persaudaraan yang sudah sangat dekat sekali. Dibalik kelebihan yang dimiliki pasar tradisional ternyata tidak didukung oleh pihak pemerintah, salah satunya terlihat pemerintah lebih membanggakan adanya pasar modern dari pada pasar tradisional, yang itu dilakukan dengan cara “mengusir” satu per satu pasar tradisional dengan cara dipindahkan dari tempat yang layak ke tempat yang jauh dan kurang refresentatif. Selain itu tidak di perhatikan pemerintah, pasar tradisional juga memiliki Kelemahan. Sisi kelemahan yang paling urgen ialah pada kumuh dan kotornya lokasi pasar. Bukan hanya itu saja, banyaknya produk yang banyak didagangkan oleh oknum pasar tradisional dengan mendagangkan barang yang
menggunakan bahan kimia dan itu marak di pasar tradisional.