LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI PEMERIKSAAN KUALITAS AIR MINUM
Oleh
Nama : A. A. Ratu Hendri Trijaya Wirotami
NIM : 1108505064
Kelompok : 6
Golongan : II
Tanggal Paktikum : 25 April 2013
Asisten : Ilham
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia memenuhi kebutuhan air dengan memperoleh dari sumber-sumber air yang menggenang di permukaan seperti halnya waduk, sungai, sumur ataupun yang lainnya. Maka dari itu, air yang dikonsumsi harus diketahui dengan benar terkontaminasi dengan bakteri atau tidak (Suriaman dan Juwita, 2008).
Pemeriksaan air secara kuantitatif maupun kualitatif dapat digunakan sebagai pengukuran derajat pencemaran selain itu pemeriksaan ini juga dapat menunjukkan level bahan organik yang terlarut dalam air. Pemeriksaan derajat pencemaran air secara mikrobiologi umumnya ditunjukan dengan kehadiran bakteri indikator seperti koliform dan fecal koliform (Kawuri, dkk., 2007). Koliform dicirikan sebagai kelompok bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik fakultatif dan mampu memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan gas dan asam dalam waktu 48 jam pada suhu 350C. Bakteri coliform dapat dibedakan atas dua kelompok yaitu coliform fecal misalnya Escherichia coli (berasal dari kotoran hewan atau manusia) dan coliform nonfecal misalnya Enterobacter aerogenes (ditemukan pada hewan atau tumbuhan yang telah mati) (Prescott, dkk., 2003).
Berdasarkan kehadiran bakteri coli pada air minum, WHO membagi kualitas air menjadi 4 kelas. Air yang tidak mengandung bakteri coliform merupakan golongan kelas I, berarti air sangat baik untuk dikonsumsi. Jumlah coliform 1-2/100 ml digolongkan pada kelas II, berarti air baik dikonsumsi. Air dengan jumlah coliform 3-10/100ml termasuk golongan kelas III dan tidak baik dikonsumsi. Sedangkan jika nilai coliform lebih dari 10/100 ml, air tidak boleh dikonsumsi lagi (Suriaman, 2008).
1.2. Tujuan
1. Mengetahui metode dalam pemeriksaan kualitas air minum.
2. Menentukan parameter dalam penentuan kualitas air (ada atau tidak adanya bakteri coliform dalam berbagai sampel air).
II. MATERI DAN METODE
Pada uji dugaan disiapkan medium kaldu lactose dalam sembilan buah tabung reaksi yang telah berisi tabung durham. Air sampel dipipet 10 ml (medium kaldu laktose berkonsentrasi ganda), 1 mL dan 0,1 mL (medium kaldu lactose konsentrasi normal) masing-masing ke dalam 3 buah tabung. Dinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Hasil positif akan ditunjukkan oleh adanya gas dalam tabung Durham. Untuk uji penetapan, tabung yang menunjukkan hasil positif diinokulasi ke dalam tabung yang berisi medium BGBB (Brilliant Green Bile 2% Broth) dengan cara diambil 1 tetes dengan menggunakan jarum ose yang dipijarkan sebelumnya kemudian diletakkan pada medium yang telah disiapkan. Diinkubasi
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan (Terlampir)
3.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan uji kualitas air dari berbagai sampel air, yaitu air suling, air sumur, air cap kaki tiga, air mineral, sumber mata air, dan air pantai. Metode yang digunakan adalah metode MPN (Most Probable Number), yaitu metode yang menggunakan perhitungan terdekat. Metode ini lebih baik dari metode cawan hitung karena lebih sensitif dan dapat mendeteksi coliform dalam jumlah yang sangat sedikit. Hasil positif adanya coliform ditunjukkan dengan adanya gelembung gas dalam tabung durham. Gas ini timbul sebagai akibat dari kemampuan bakteri coliform dalam memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam dan pada suhu 35oC ( Pelczar dan Chan, 2005 ). Pemeriksaan kualitas air dilakukan dengan 3 tahap, yaitu tahap uji dugaan, uji penetapan dan uji pelengkap.
Berdasarkan Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air menyebutkan bahwa syarat-syarat-syarat-syarat mikrobiologis untuk air minum adalah MPN coliform/100 cc sampel air adalah 0. Sedangkan untuk air bersih adalah 10 (untuk air perpipaan) dan 50 (untuk air bukan perpipaan) (Widayanti dan Ristianti, 2004). Menurut Suriaman dan Juwita (2008), air minum yang aman dikonsumsi dan bebas dari kuman atau patogen adalah air yang tidak ada bakteri atau hanya mengandung 2-4 sel bakteri saja. Air yang mengandung kurang dari 1 coliform per 100 ml merupakan golongan kelas I yang berarti air tersebut sangat baik untuk dikonsumsi. Nilai coliform 1-2 per 100 ml digolongkan pada kelas II yang berarti air yang termasuk baik dikonsumsi. Air dengan jumlah coliform 3-10 merupakan golongan air yang termasuk kelas III dan tidak baik dikonsumsi, sedangkan nilai coliform lebih dari 10 per 100 ml maka air tersebut sudah tidak boleh dikonsumsi lagi.
coliform di setiap konsentrasinya dengan total MPN >1000/100mL. Sehingga kedua air minum tersebut merupakan golongan air kelas III dan tidak baik dikonsumsi. Air sumur pada umumnya lebih bersih daripada air permukaan, karena air yang merembes ke dalam tanah tersebut telah tersaring oleh lapisan tanah yang dilewatinya. Akan tetapi pada percobaan diperoleh jumlah koloni coliform yang cukup tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena adanya kontamin oleh limbah dan lingkungan disekitar sumur yang kurang bersih. Untuk air pantai, banyaknya coliform yang ditemukan dapat disebabkan karena air pantai mengandung bakteri patogen ( Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas pseudomelle, Enterobacter aglomerans dan Vibrio Chorela) dan bakteri non patogen (Nitrobacter sp dan Bacillus subtilis) (Rahmaningsih, 2012). Hal ini wajar karena air limbah merupakan air buangan dari industri maupun rumah tangga. Hanya sampel air mineral yang tidak menunjukkan hasil positif adanya coliform pada semua konsentrasi kaldu laktosa, maka air mineral termasuk golongan kelas I yang berarti air tersebut sangat baik untuk dikonsumsi.
Setelah larutan dengan hasil positif mengandung coliform digesekkan pada permukaan EMBA (Etilen Metilen Blue Agar) dan diinkubasi selama 24 jam, semua sampel yang dianalisis tidak menunjukkan adanya bakteri golonga E.coli. Hal ini berarti air pada beberapa sampel yang dianalisis masih cukup layak untuk digunakan sebagai sumber air minum, asalkan dipreparasi dengan baik, contohnya
dimasak hingga benar-benar matang (100C) sebelum dikonsumsi.
Meskipun dari hasil yang diamati tidak terdapat bakteri golongan E.coli, air yang akan dijadikan sebagai sumber air minum harus dilakukan pengujian kelayakan.
IV. KESIMPULAN
1. Metode dalam pemeriksaan kualitas air minum yang digunakan kali ini adalah MPN (Most Probable Number). Dengan tiga tahap yaitu presumptive test (uji dugaan), confimed test (uji penetapan), dan completed test (uji pelengkap). 2. Parameter dalam pemeriksaan kualitas air ditujukan pada kehadiran bakteri
indikator yaitu coliform dan fecal coliform.
DAFTAR PUSTAKA
Pelczar, M. J. and E.C.S. Chan. 2006. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI-Press. Jakarta.
Prescott, L. M., J. P. Harley and D. A. Klein. 2003. Microbiology 5th Edition. McGraw Hill : Singapore.
Kawuri, Retno, Y. Ramona, dan I.B.G. Darmayasa. 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum untuk Program Studi Farmasi. Jimbaran: Jurusan Biologi F. MIPA Universitas Udayana
Rahmaningsih, Sri., Sri W., Achmad M., 2012. Bakteri Patogen Dari Perairan Pantai Dan Kawasan Tambak Di Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban. Ekologia, Vol. 12 No.1 , April 2012 : 1-5. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
PGRI Ronggolawe Tuban.