• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan desa Model Pengukurang Kepuasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangan desa Model Pengukurang Kepuasan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 2088

-

2645

PROSIDING FORUM TAHUNAN PENGEMBANGAN ILMU

PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN INOVASI

NASIONAL KE VI , TAHUN 2016

MEMBANGUN KAPASITAS IPTEK DAN INOVASI

UNTUK MEMPERKUAT POSISI INDUSTRI

NASIONAL DALAM RANTAI NILAI GLOBAL

DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

(2)
(3)

PROSIDING FORUM TAHUNAN PENGEMBANGAN ILMU

PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN INOVASI NASIONAL KE VI

TAHUN 2016

Tema:

“Membangun Kapasitas Iptek dan Inovasi Untuk Memperkuat Posisi Industri Nasional

Dalam Rantai Nilai Global di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”

Sub tema:

1.

Pengelolaan rantai nilai dan inovasi jejaring

2.

Entrepreneurship dan daya saing IKM

3.

Sistem inovasi sektoral dan kebijakan industri

4.

Kolaborasi ABGC dalam memperkuat sistem inovasi daerah, nasional, dan internasional

5.

Strategi teknologi: Dari imitasi kreatif sampai inovasi disruptif

6.

Membangun budaya inovatif dan kompetitif

7.

Penguatan kapasitas lembaga litbang publik dan industri

8.

Mobilitas dan penguatan sumber daya manusia iptek

9.

Kebijakan iptekin dalam meningkatkan daya saing

Semua makalah yang terdapat dalam Prosiding ini telah melalui proses seleksi dan penilaian oleh

Tim Komite Ilmiah dan telah diperbaiki oleh Penulis, termasuk masukan yang diusulkan pada saat

presentasi makalah.

Tim Penyunting:

1.

Nur Laili, M.T

2.

Dian Prihadyanti M.T

3.

Dr. Ikbal Maulana, M.Ud.

4.

Karlina Sari M.A

5.

Sigit Setiawan, M.Psi.

6.

Qinan Maulana Binu Soesanto, M.Si.

Tim Komite Ilmiah:

1.

Prof. Dr. Erman Aminullah

2.

Prof. Dr. Lukman Hakim

3.

Dudi Hidayat, M.Sc.

4.

Wati Hermawati, MBA

5.

Dr. Marcellino Pandin

PUSAT PENELITIAN PERKEMBANGAN IPTEK

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

Jl. Jend. Gatot Subroto No.10, Gedung PDII Lt.4, Jakarta Selatan-12710

Telepon (021) 5201602, 5225206

Fax (021) 5201602

Email:

pappiptek@pappiptek.lipi.go.id

(4)

© 2017 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Prosiding Forum Tahunan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Inovasi Nasional

ke-VI Tahun 2016

ISSN 2088-2645

Desainer Sampul

:

Zarnita

Diterbitkan oleh: PAPPIPTEK – LIPI

Jl. Jend. Gatot Subroto 10, Gedung A Lt.4, Jakarta 12710 Telp. (021) 5201602, 5225206, Fax (021) 5201602 e-mail: pappiptek@pappiptek.lipi.go.id

(5)

KATA PENGANTAR

KEPALA PUSAT PENELITIAN PERKEMBANGAN IPTEK

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hanya atas seizinNya-lah

Prosiding seminar nasional FORUM IPTEKIN ke VI ini dapat diselesaikan. FORUM IPTEKIN

ke VI tahun 2016 telah diselenggarakan di Auditorium Utama LIPI, Jakarta pada tanggal 8-9

November 2016 dengan mengusung tema besar “Membangun Kapasitas Iptek dan Inovasi untuk

Memperkuat Posisi Industri Nasional dalam Rantai Nilai Global di Era MEA”.

FORUM IPTEKIN ke VI tahun 2016 ini dilaksanakan dengan di hadiri sejumlah pakar,

akademisi dan praktisi dari Kementerian/Lembaga, universitas, lembaga litbang dan industri.

Oleh karena itu diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran yang konkret, realistis,

bermanfaat dan mampu menjadi jalan keluar permasalahan bangsa dan regional ASIA.

Pembicara kunci yang kompeten dari dalam dan luar negeri telah diundang agar mampu

memberikan pemaparan yang sesuai dengan seminar kali ini, serta proses review para pemakalah

dilakukan agar dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bervariatif dalam memberikan

ide-ide positif untuk dijadikan simpulan maupun rekomendasi yang akan disampaikan bagi para

pemangku kepentingan atau pengambil kebijakan, dalam hal ini kebijakan ilmu pengetahuan,

teknologi dan inovasi.

Dalam prosiding ini dimuat 55 makalah presentasi oral. Semua makalah ini telah melalui proses

seleksi dan telah dikoreksi berdasarkan hasil diskusi yang kemudian dilakukan proses editing

oleh tim editor. Pada FORUM IPTEKIN VI tahun 2016 juga telah dipilih 2 (dua) makalah

terbaik, dimana salah satunya diterbitkan di STI Policy and Management Journal (STIPM

Journal). Prosiding ini turut memuat susunan panitia, jadwal acara dan jadwal presentasi paralel

makalah oral.

Pada kesempatan yang membahagiakan ini kami PAPPIPTEK-LIPI selaku penyelenggara

FORUM IPTEKIN VI tahun 2016 mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada para

pembicara utama, moderator, pemakalah, serta para peserta seminar yang telah menyumbangkan

pemikiran-pemikiran melalui makalah-makalah yang ditulis dalam prosiding ini. Kami

menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, oleh karena itu kami menyadari

bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelenggaraan seminar nasional ini. Untuk itu,

dengan tulus kami atas nama panitia dan penyelenggara menghaturkan permohonan maaf yang

sebesar-besarnya. Semoga hadirnya buku prosiding ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca

dan penulisnya

Akhir kata, selamat membaca dan teruslah berkarya

Jakarta, Mei 2017,

Kepala PAPPIPTEK-LIPI

Dr. Trina Fizzanty

(6)

SEKILAS PENYELENGGARAAN FORUM TAHUNAN PENGEMBANGAN IPTEK

DAN INOVASI NASIONAL KE VI

Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional (FORUM IPTEKIN) merupakan

wadah yang diinisiasi oleh Pusat Penelitian Perkembangan Iptek – LIPI, yang diperuntukkan

bagi para pelaku dan pemerhati iptek dan inovasi dari lembaga litbang pemerintah,

akademisi, dan industri. Forum ini merupakan ajang komunikasi dan knowledge sharing

seputar isu-isu kebijakan, manajemen dan pengukuran perkembangan iptek nasional dan

internasional. Hal inilah yang menjadikan bahasan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

sangat layak diperbincangkan.

Sejak tahun 2011, PAPPIPTEK – LIPI telah menyelenggarakan FORUM IPTEKIN sebanyak

enam kali. Pada tahun 2011 mengusung tema “Peran Jejaring dalam Meningkatkan Inovasi

dan Daya Saing Bisnis”. Pada tahun 2012 mengusung tema “Inovasi Frugal: Tantangan dan

Peluang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) serta Bisnis di Indonesia”. Pada tahun 2013

mengusung tema “Mengurai Stagnansi Inovasi Berbasis Litbang di Indonesia”. Pada tahun

2014 mengusung tema “Kapasitas Inovasi, Kapabilitas Teknologi, dan Kinerja Industri

Menuju Pasar Bebas ASEAN”. Pada tahun 2015 mengusung tema “Inovasi Industri Berbasis

Sumber Daya Alam”.

FORUM IPTEKIN VI Tahun 2016 mengangkat tema “Membangun Kapasitas Iptek dan

Inovasi untuk Memperkuat Posisi Industri Nasional dalam Rantai Nilai Global di Era MEA”.

Tema besar tersebut dikerucutkan menjadi sepuluh sub tema, yaitu: 1) Pengelolaan rantai

nilai dan inovasi jejaring; 2) Entrepreneurship dan daya saing IKM; 3) Sistem inovasi

sektoral dan kebijakan industri; 4) Kolaborasi ABGC dalam memperkuat sistem inovasi

daerah, nasional dan internasional; 5) Strategi teknologi: dari imitasi kreatif sampai inovasi

disruptif; 6) Membangun budaya inovatif dan kompetitif; 7) Penguatan kapasitas lembaga

litbang publik dan industri; 8) Mobilitas dan penguatan sumber daya manusia iptek; 9)

Sistem mutu dalam memperkuat daya saing industri; 10) Kebijakan iptekin dalam

meningkatkan daya saing.

Acara FORUM IPTEKIN VI Tahun 2016 diselenggarakan selama dua hari yaitu pada

tanggal 8-9 November 2016, bertempat di Auditorium Utama LIPI, Jakarta. Selama dua hari,

FORUM IPTEKIN VI menghadirkan empat pembicara kunci, serta sesi seminar paralel

dimana telah dipresentasikan sebanyak 55 makalah ilmiah.

Jakarta, 3 Mei 2017

(7)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Kepala PAPPIPTEK-LIPI

i

Sekilas Penyelenggaraan FORUM IPTEKIN VI

ii

Daftar Isi

iii

Susunan Panitia

viii

Laporan Kepala PAPPIPTEK-LIPI

ix

Pengarahan Kepala LIPI

xii

Pengarahan dan Pembukaan Menristekdikti

xv

Bagian I Pembicara Kunci

1

Dr. Jusman Syafii Djamal

1

2

Mr. Dietmar Lampert

16

3

Prof. Dr. Lukman Hakim

29

4

Dr. Chi-Ung Song

50

Bagian II Makalah Seminar

Sub Tema: Pengelolaan Rantai Nilai Dan Inovasi Jejaring

1

Kesiapan Ekspor Perusahaan Low Tech Di Indonesia Dalam Menghadapi

Masyarakat Ekonomi Asean 2015

Rizka Rahmaida Dan Lutfah Ariana

69

2

Manajemen Rantai Nilai Dalam Adopsi Teknologi Kentang Di Sentra Produksi

Kabupaten Kerinci

Adhitya Marendra Kiloes, Puspitasari Dan M. Jawal Anwarudin Syah

83

3

Analisis Pengembangan Rantai Pasok Tungku Sehat Hemat Energi Di

Yogyakarta

Wati Hermawati, Hartiningsih, Dan Ishelina Rosaira

91

4

Karakteristik Dan Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Krimer Berbahan

Baku Powder Ampas Tahu

Syarifah Aminah, Tezar Ramdhan, Dan Umming Sente

105

5

Teknologi Pengalengan Makanan Guna Meningkatkan Produktifitas Umkm

Berbasis Sumberdaya Alam Lokal Di Yogyakarta

Agnes Irwanti, Asep Nurhikmat

, Dan L.T.Handoko

110

6

Kemampuan Pembiayaan Masyarakat Desa Pujon Kidul Dalam Menerapkan

Inovasi TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) Desa

Ar. Rohman Taufiq H.

*

, Wawargita Permata W., Tiara Oktariana, Oktavia

Indah R., Aris Subagyo

, Arina Hidayah

119

7

Kajian Sosial Ekonomi Inovasi Sistem Dual-Fuel Pada Kapal Nelayan

Ari Kuncoro, Mamuri, Salasi Wasis W, Dan Susilo Wisnugroho

129

8

MERAKIT INOVASI YANG MENYEJAHTERAKAN RAKYAT: Praksis

Litbang Aneka Ubi dalam Wanatani.

Yudi Widodo dan Heny Kuntyastuti

153

9

Pengembangan

Dynamic Capabilities Melalui Proses Pembelajaran

Teknologi: Studi Kasus Di PT. RTI

Nur Laili

168

Sub Tema: Entrepreneurship dan Daya Saing IKM

10

Membangun Bisnis Masyarakat Berbasis Inovasi Berorientasi Pasar

Armen Zulham, Freshty Yulia, Arthantiani

175

(8)

11

Innovation Network Sebagai Basis Penguatan Daya Saing Usaha Kecil

Menengah (UKM) Di Jawa Timur

Edy Wahyudi

185

12

Peluang dan Tekanan Untuk Berinovasi Dalam Industri Jamu

Ikbal Maulana

198

13

Strategi Penguatan Entepreneurship Pada Industri Tenun Ikat Bandar Kidul

Kediri di Era Ekonomi Kreatif Indonesia dan Masyarakat Ekonomi Asean

Novi Haryati, Choiria Anggraini, Moch. Adi Surahman

209

14

Pemanfaatan Informasi Paten Teknologi Pengalengan Makanan Dalam

Menunjang Pengembangan Industri Kreatif

Tommy Hendrix, V. Susirani Kusumaputri

222

Sub Tema: Sistem Inovasi Sektoral dan Kebijakan Industri

15

Learning Region For Regional Economic Development: Peran Universitas dan

Lembaga Intermediasi Dalam Menciptakan Inovasi Pada Industri Low Tech

Dengan Pembelajaran Masyarakat

Nimas Maninggar, Delik Hudalah

231

16

Pengembangan Produk Pada Industri Pengolahan Makanan Berbasis Komoditi

Bandeng: Pendekatan Sistem Inovasi Sektoral

Hadi Kardoyo, Setiowiji Handoyo

243

Sub Tema: Kolaborasi ABGC Dalam Memperkuat Sistem Inovasi Daerah, Nasional

dan Internasional

17

Interaksi Industri Dengan Lembaga Litbang Pemerintah (Studi Kasus: Industri

Teknologi Pengolahan Air Bersih di Indonesia)

Rendi Febrianda, Nur Laili

263

18

Peran BPTBA LIPI Dalam Transfer Pengetahuan dan Teknologi Pada UMKM

Berbasis Sumber Daya Alam Lokal Binaannya Untuk Meningkatkan Daya

Saing di Era Pasar Bebas ASEAN

Agnes Irwanti, Hardi Julendra, Ema Damayanti

271

19

Potensi dan Peluang Limbah Bawang Merah Sebagai Campuran Media Semai

dan Media Tanam Pada Tanaman Cabai di Wilayah DKI Jakarta Dalam

Rangka Ikut Membangun Kapasitas Iptek dan Inovasi Untuk Memperkuat

Posisi Industri Nasional Dalam Rantai Nilai Global Di Era MEA

Emi Sugiartini

280

Sub Tema: Strategi Teknologi - Dari Imitasi Kreatif Sampai Inovasi Disruptif

20

Inisiatif Perbaikan Genetik Varietas Padi Lokal Melalui Pengembangan

Bersama Dan Transfer Teknologi

Puji Lestari, Dwinita Wikan Utami, Muhammad Sabran, Nurul Hidayatun,

Karden Mulya

291

21

Strategi Peningkatan Kualitas Aplikasi Teknologi Informasi Pelayanan

Pengujian Pusat Penelitian A Melalui Iso 20000

Muhammad Azwar Massijaya

301

22

Potensi Minyak Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku Busa Pemadam Kebakaran

Di Lahan Gambut

313

(9)

Purwo Subekti

23

Peranan Inovasi Teknologi Untuk Mendukung Potensi Sumber Daya Genetik

Sapi Potong Lokal Indonesia

Aryogi, Y. Adinata

319

24

Evolusi Tungku Sehat Hemat Energi Di Indonesia

Ishelina Rosaira P., Wati Hermawati, Hartiningsih

326

25

Intervensi Model Pembibitan Sapi Jabres Untuk Peningkatan Sosial Ekonomi

Pedesaan

Yudi Adinata, L. Affandhy, D. Pamungkas

338

26

Karakteristik Organoleptik Cheese Stick Dengan Substitusi Tepung Sukun

Muflihani Yanis, Waryat, Kartika Mayasari

352

27

Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Upaya Peningkatan

Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Sentra Ikan Bulak Kecamatan Bulak,

Surabaya

Irwantoro, Herrukmi Septa Rinawati

357

Sub Tema: Membangun Budaya Inovatif dan Kompetitif

28

Peran Modal Sosial Dalam Difusi Inovasi Tungku Sehat Hemat Energi

(TSHE): Studi Kasus di Kulon Progo

Hartiningsih, Wati Hermawati, Ishelina Rosaira P.

366

29

Membangun Budaya Inovatif dan Kompetitif Melalui Perancangan Perangkat

Lunak Teknologi Pemantauan Untuk Budidaya Laut

Salasi Wasis Widyanto, Muhammad Agus

374

30

Pengembangan Kemampuan Inovasi Berbasis Teknologi Web Semantik:

Suatu Harapan dan Tantangan

Mesnan Silalahi

388

31

Kompetensi Komunikasi Peneliti

Mia Rahma Romadona

396

Sub Tema: Penguatan Kapasitas Lembaga Litbang Publik dan Industri

32

Kajian Faktor Sukses Sistem Layanan Berbasis Elektronik (e-services) di

Indonesia

Baginda Darmawan Napitupulu

409

33

Akuisisi Pengetahuan pada Kerjasama Litbang sebagai Upaya Penguatan

Kapasitas Lembaga Litbang Publik dan Industri, Kajian Kasus di Balai Besar,

Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP), Badan Penelitian dan Pengembangan Industri

(BPPI), Kementerian Perindustrian

Syakir Hasyimi

425

34

Komunikasi Humas Pemerintah Dalam Mengelola Informasi Iptek (Studi Pada

BATAN, BPPT, dan LAPAN)

Dyah Rachmawati Sugiyanto

436

35

Analisis Jejaring Kerja Pengetahuan di Organisasi Penelitian dan

Pengembangan

Rahmi Helmi Lestari

453

36

Kapabilitas Teknologi Industri PLTS dan Kebutuhan Energi Listrik di

Indonesia

468

(10)

Saut Siahaan

37

Model Keberhasilan Pengembangan e-Services (Sistem Layanan Berbasis

Elektronik) di Indonesia

Baginda Darmawan Napitupulu

479

Sub Tema: Mobilitas dan Penguatan Sumber Daya Manusia Iptek

38

Dukungan Kebijakan Dalam Mewujudkan Pemuda Kreatif Inovatif

Siti Wahyudini

488

39

Penguatan SDM Iptek Berdasarkan Soft Competency

Mia Rahma Romadona

495

40

Potensi Tenaga Pendidik dan Industri Pendidikan Dalam Mutual Recognition

Arrangement Masyarakat Ekonomi ASEAN

Indri Juwita Asmara

511

41

Gender Gap dan Partisipasi Pekerja Sains, Teknologi, Enjinering dan

Matematika (STEM) Wanita Dalam Angkatan Kerja Indonesia

Maulana Akbar, Nani Grace Simamora, Indri Juwita Asmara, Elmi Achelia

528

42

Mobilitas Internasional SDM Iptek Indonesia Dalam Kerangka Free Flow Of

Skilled Labor AEC

Indri Juwita Asmara, Elmi Achelia, Maulana Akbar, Nani Grace Simamora

534

Sub Tema: Sistem Mutu Dalam Memperkuat Daya Saing Industri

43

Penyusunan Kerangka Pengukuran Kinerja dan Efektivitas Sistem Manajemen

Mutu (SMM) ISO 9001:2015

Tri Rakhmawati, Sih Damayanti

549

44

The Role of Entrepreneur in Reassembling Socio-Technical System

Ikbal Maulana

562

45

Analisis Efektivitas Implementasi Manajemen Mutu Pelayanan Pengujian

Pusat Penelitian A Berbasis ISO 9004:2009

Muhammad Azwar Massijaya

572

46

Strategi Peningkatan Daya Saing UMKM Kota Magelang Melaui Pendekatan

Lembaga Sharing Price

Andjar Prasetyo

584

47

Pengembangan Model Pengukuran Kepuasan Pelanggan Untuk Instansi

Penelitian

I Gede Mahatma Yuda Bakti, Sik Sumaedi, Medi Yarmen

598

48

Framework Pengukuran Kinerja UKM: Integrasi Balanced Scorecard dan

Economic Value Added

Sih Damayanti, Tri Rakhmawati

614

Sub Tema: Kebijakan Iptekin Dalam Meningkatkan Daya Saing

49

Industri Kreatif dan Kebijakan HAKI di Indonesia: Tinjauan Konseptual

Anugerah Yuka Asmara, Setiowiji Handoyo

628

50

Kebijakan Insentif Fiskal Untuk UMKM Sebagai Motor Penggerak Iptek dan

Inovasi Nasional

Eddy Mayor Putra Sitepu

642

(11)

51

Penguatan Kebijakan dan Inovasi Teknologi Dalam Pengarusutamaan Pemuda

di Sektor Kelautan dan Perikanan (Nawacita) Dalam Membangun Kultur

Wirausaha

M. Abubakar Sidik Effendi

660

52

Transisi Teknologi Dalam Perspektif Multi Level Perspective (MLP): Studi

Kasus Konversi Minyak Tanah Ke LPG

Qinan Maulana

663

53

The Effects of Government Policies on Entrepreneurship and Performance of

Small Scale Batik Industries in Pamekasan, East Java, Indonesia

Herrukmi Septa Rinawati, Irwantoro

673

Bagian III Abstrak Makalah Terbaik

1

Learning Region For Regional Economic Development: Peran Universitas dan

Lembaga Intermediasi Dalam Menciptakan Inovasi Pada Industri Low Tech

Dengan Pembelajaran Masyarakat

Nimas Maninggar, Delik Hudalah

683

2

Analisis Rantai Nilai Integrasi Sapi Sawit Dalam Mendukung Pengembangan

Klaster Industri Sapi Sawit di Kabupaten Pelalawan

Kristiana, Ramos Hutapea

684

Jadwal acara

685

Jadwal presentasi paralel makalah

686

(12)

SUSUNAN PANITIA

FORUM IPTEKIN VI TAHUN 2016

Penanggung Jawab

: Dr. Trina Fizzanty

Komite Ilmiah

: Prof. Dr. Erman Aminullah (LIPI)

Ir. Dudi Hidayat MSc. (LIPI)

Dra. Wati Hermawati, MBA. (LIPI)

Dr. Togar Simatupang (ITB)

Dr. Marcelino Pandin (ITB)

Ketua Panitia

: Anugerah Yuka Asmara

Sekretaris

: Nur Laili

Anggota

: Eni Noor (Sie keuangan)

Endang Mardiningsih (Sie persuratan dan konsumsi)

Zarnita (Sie persuratan)

Syifa Naufal Q (Sie publikasi)

Vetti Rina P (Sie publikasi)

Ontin Fatmakartika (Sie publikasi)

Sheffied (Sie Perlengkapan)

Sigit Setiawan (sie kerjasama dan akomodasi)

Grace Simamora (sie kerjasama dan keynote)

Muhammad Nur Kusbiantono (Sie perlengkapan)

Wiyono (Sie Perlengkapan)

Notulensi

: Riska Rahmaida

Mia Amelia

Elmi Achelia

Radot Manalu

Purnama Alamsyah

Tri Handayani

Mia Rahma Romadona

Tim Prosiding

: Nur Laili

Ikbal Maulana

Dian Prihadyanti

Karlina Sari

Qinan Maulana

(13)

Pengembangan Model Pengukuran Kepuasan Pelanggan Untuk

Instansi Penelitian di Indonesia

Developing Customer Satisfaction Measurement Model for Research

Institution in Indonesia

I Gede Mahatma Yuda Bakti1, Sik Sumaedi2, Medi Yarmen3

1Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian – LIPI, iged010@lipi.go.id 2 Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian – LIPI, sik.sumaedi@lipi.go.id 3 Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian – LIPI, medi.yarmen@lipi.go.id

Keyword A B S T R A C T

Currently, government institutions still conduct the program of bureaucratic reform that refers to the Government Act No 81 year 2010 on the 2010 – 2025 bureaucratic reform grand design. One of the aspects that must considered by goverment institutions is customer satisfaction (citizen). Based on these conditions, government institutions must measure the level of customer satisfaction (citizen). Customer satisfaction measurement must also be performed by the government institution that has main duty on research, such as LIPI, BPPT, BATAN, etc. In practice several research institutions measure customer satisfaction index with general service indicators, such as administrative services, licensing, payment, etc. In fact, research have different characteristic to the general service. Therefore, the authors view the need for developing the customer satisfaction measurement model on research in Indonesia. This study aims to develop a customer satisfaction measurement model on the research that is performed by the government institution. The results of this study are expected to assist research institution in measuring customer satisfaction for the research that is perfeormed, so that the measurement results obtained to be more accurate. In addition, the measurement results are expected to contribute in the quality improvement process of research service. This research was conducted by desk research. Specifically, the study was conducted in four phases, namely: (1) the analysis on research organization, (2) the analysis on the context of customer satisfaction measurement in Indonesia, (3) the analysis on customer satisfaction models, (4) the formulation on customer satisfaction model for research institution in Indonesia.

Kata Kunci S A R I K A R A N G A N

Saat ini, instansi pemerintah masih menjalankan program reformasi birokrasi yang mengacu pada Peraturan Presiden No 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025. Salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh instansi pemerintah adalah kepuasan pelanggan (masyarakat). Atas dasar kondisi tersebut, setiap instansi pemerintah harus melakukan pengukuran terkait dengan tingkat kepuasan pelanggan (masyarakat). Pengukuran kepuasan pelanggan (masyarakat) juga harus dilakukan oleh instansi pemerintah yang memiliki tugas di bidang penelitian, seperti LIPI, BPPT, BATAN, dll. Dalam prakteknya, beberapa instansi penelitian mengukur indeks kepuasan masyarakat dengan indikator pelayanan pada umumnya, seperti pelayanan adminsitrasi, perijinan, pembayaran dan lainnya. Padahal penelitian mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pelayanan pada umumnya. Oleh karena itu, penulis memandang perlunya pengembangan model pengukuran kepuasan masyarakat untuk instansi penelitian di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pengukuran kepuasan masyarakat terkait penelitian yang dilaksanakannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu instansi penelitian dalam melakukan pengukuran kepuasan pelanggan untuk konteks penelitian yang dijalankan oleh instansi pemerintah, sehingga hasil pengukuran yang diperoleh menjadi lebih akurat.

(14)

PENDAHULUAN

Di era globalisasi saat ini, salah satu tujuan yang tidak boleh diabaikan oleh setiap organisasi adalah kepuasan pelanggan (Kotler dan Keller, 2012). Fokus kepuasan pelanggan tidak hanya diperlukan bagi organisasi profit saja, melainkan organisasi non-profit juga wajib berfokus pada kepuasan pelanggan. Selain dapat meningkatkan penjualan dan keuntungan organisasi, kepuasan pelanggan juga dapat memberikan banyak manfaat, seperti kepercayaan, komitmen, loyalitas pelanggan, word of mouth, dan lainnya (Moreira dkk., 2015; Caceres dan Paparoidamis, 2007; Kim, 2008; Teo dan Soutar, 2012; Bakti dan Sumaedi, 2013; Kitapci dkk., 2014). Oleh karena itu, beberapa ahli menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan salah satu indikator penting dari kinerja organisasi (Kaplan, 2010). Bahkan, dalam standar internasional ISO 9001:2015, fokus pada kepuasan pelanggan menjadi salah satu persyaratan wajib untuk mengimplementasikan sistem manajemen mutu dalam suatu organisasi (ISO, 2015).

Atas dasar kondisi tersebut, setiap organisasi sangat disarankan untuk melakukan pengukuran kepuasan pelanggan. Hal ini dikarenakan pengukuran kepuasan pelanggan bertujuan untuk memantau tingkat kepuasan para pelanggan terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan oleh organisasi. Selain itu, hasil dari pengukuran kepuasan pelanggan juga diharapkan dapat memberikan masukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja organisasi.

Pengukuran kepuasan juga penting bagi instansi pelayanan publik, termasuk instansi pelayanan public yang memiliki tugas di bidang

penelitian, seperti LIPI, BPPT, BATAN, dan lainnya. Dalam konteks instansi pelayanan public di Indonesia, kepuasan pelanggan disebut juga dengan kepuasan masyarakat. Secara umum, tujuan dari pengukuran kepuasan masyarakat bagi instansi penelitian adalah untuk mendukung program reformasi birokrasi yang sedang dijalankan pemerintah Indonesia (Peraturan Presiden No 81 tahun 2010). Lebih sepesifik, pengukuran kepuasan masyarakat diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas dari pelayanan publik (Permenpan RB No. 16 tahun 2014). Pentingnya instansi penelitian melakukan pengukuran kepuasan masyarakat juga telah dituangkan dalam berbagai peraturan, seperti (1) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015 – 2019, (2) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik, (3) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 38 Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Public, (4) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pelayanan Publik, (5) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah.

Sejak tahun 2014, peraturan untuk pedoman pengukuran kepuasan masyarkat telah dituangkan pada Peraturan Menpan RB No. 16 Tahun 2014 tentang pedoman survei kepuasan masyarakat

Selain itu, hasil pengukuran diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam proses perbaikan dan peningkatan kualitas penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan desk research. Secara spesifik, penelitian ini dilakukan dengan empat tahapan, yaitu (1) analisis organisasi penelitian, (2) analisis konteks pengukuran kepuasan pelanggan di Indonesia, (3) analisis terhadap model-model pengukuran kepuasan, dan (4) perumusan model kepuasan pelanggan untuk instansi penelitian di Indonesia

© Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional VI, Tahun 2016

(15)

terhadap penyelenggaraan pelayanan public. Peraturan tersebut telah mengganti peraturan sebelumnya, yaitu Keputusan Kepmenpan Nomor : KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang pedoman umum penyusunan indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan instansi pemerintah. Meskipun secara prinsip penggunaan peraturan yang lama tidak melanggar peraturan yang terbaru, penggunaan peraturan yang lama memiliki permasalahan pengukuran pada unsur-unsur pelayanan, dimana unsur-unsur tersebut terlalu umum (generik) dan kurang cocok untuk organisasi penelitian, sehingga hasil dari pengukuran tersebut menjadi tidak relevan bagi organisasi penelitian. Sayangnya, dalam prakteknya, banyak instansi penelitian masih mengacu pada peraturan yang lama.

Selanjutnya, pada peraturan yang terbaru juga terlihat jelas bahwa panduan pengukuran kepuasan masyarakat saat ini dibuat ini lebih umum (generik) dan fleksibel. Dengan kata lain, instansi pelayanan public diberikan kebebasan untuk menentukan metode dan teknik yang tepat dalam pengukuran kepuasan masyarakat. Lebih lanjut, dalam peraturan tersebut juga tidak ada cara spesifik untuk menghitung tingkat kepuasan pelanggan. Setiap instansi pelayanan public dapat memilih berbagai teknik, seperti (1) kuesioner dengan wawancara tatap muka, (2) kuesioner melalui pengisian sendiri, termasuk yang dikirimkan melalui surat; (3) kuesioner elektronik (internet/e-survey), (4) diskusi kelompok terfokus, dan (5) wawancara tidak berstruktur melalui wawancara mendalam. Lebih lanjut, tahapan spesifik dari masing-masing teknik tersebut tidak disebutkan dalam peraturan tersebut (Permenpan RB No. 16 tahun 2014).

Berbagai metode pengukuran kepuasan telah dikembangkan sebelumnya. Salah satu metode pengukuran kepuasan yang paling populer adalah ACSI (American Customer Satisfaction Index) (Fornell dkk. 1992). Model ACSI kemudian menjadi acuan berbagai negara dalam mengembangkan model kepuasan pelanggan yang sesuai dengan karakteristik masyarakat di setiap negarannya masing-masing, Contohnya ECSI (Europan Customer Satisfaction Index) (Eklof, 2000, NCSB (Norwegian Customer Satisfaction

Index) (Johnson dkk., 2001), dan lainnya. Beberapa peneliti juga memandang bahwa model ACSI juga perlu disesuai dengan konteks dari produk atau layanan yang ditawarkan (Hsu, 2008) Bahkan, untuk konteks organisasi penelitian, Mukherjee (2003) berpendapat bahwa model ACSI perlu disesuaikan dengan karakteristik dari organisasi penelitian itu sendiri.

Di Indonesia, Triyono dan Putra (2013) sudah melakukan pengukuran kepuasan pelanggan instansi penelitian dengan pendekatan ACSI. Mereka telah melakukan penelitian kepuasan masyarakat untuk instansi penelitian dengan mengadopsi model yang dikembangkan oleh Pusat Riset Mutu Nasional - University of Michigan Business School (the National Quality Research Center of the University of Michigan Business School). Meskipun model tersebut sudah disesuaikan dengan konteks organisasi penelitan, penelitan mereka belum menyesuaiakan dengan konteks yang ada di Indonesia, dimana penelitian mereka tidak menyesuaikan dengan peraturan di Indonesia, Misalnya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Padahal, dalam pengkuran kepuasan masyarakat, setiap instansi pelayanan publik, termasuk instansi penelitian, wajib mengacu pada peraturan tersebut.

Berdasarkan kondisi diatas, penulis memandang bahwa penting untuk melakukan penelitian terkait dengan pengembangan model kepuasan pelanggan yang sesuai dengan karakteristik instansi penelitian dan konteks negara Indonesia. Oleh karena itu, perumusan masalah penelitian ini adalah model pengukuran kepuasan pelanggan apa yang sesuai dengan karakteristik instansi penelitian dan konteks di Indonesia ?. Tujuannya adalah untuk memperoleh model pengukuran kepuasan pelanggan baru yang cocok dengan karakteristik instansi penelitian di Indonesia.

(16)

KERANGKA TEORI/KERANGKA KONSEP

Konsep kepuasan merupakan salah satu konsep penting yang telah diakui secara teori maupun praktek (Kotler dan Keller, 2012). Kurang lebih selama 5 dekade para peneliti telah mempelajari mengenai konsep kepuasan pelanggan. Konsep kepuasan pelanggan juga banyak dipelajari di bidang ilmu, seperti ekonomi, pemasaran, bisnis, psikologi, perilaku konsumen, manajemen, kualitas, dan lainnya.

Secara etimologi, kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa latin yaitu satis yang artinya

cukup dan facere yang artinya

melakukan/membuat. Dengan demikian, kepuasan pelanggan dapat dimaknai sebagai kemampuan suatu produk/ pelayanan dalam membuat pelanggan merasa tercukupi kebutuhannya. Dalam perkembangnnya, sampai saat ini, pengertian kepuasan telah memiliki beragam definisi. Perkembangan definisi kepuasan pelanggan secara komperhensif dilihat pada studi Giese dan Cote tahun 2002. Dari berbagai definisi yang sudah ada, secara umum, kepuasan pelanggan diartikan perasaan pelanggan terhadap suatu produk yang diperoleh dari hasil perbandingan antara harapannya dengan kinerja dari produk tersebut (Kotler dan Keller, 2012). Definisi tersebut menjelaskan bahwa pelanggan merasa puas, ketika kinerja produk/pelayanan telah memenuhi atau melebihi harapannya. Sedangkan, pelanggan merasa tidak puas, ketika harapannya belum dipenuhi kinerja produk/pelayanan tersebut.

Dalam melakukan pengukuran kepuasan pelanggan, Johnson dkk. (2001) mengemukakan bahwa terdapat dua teknik pengukuran kepuasan pelanggan, yaitu kepuasan transaksi-spesifik (transaction-spesifik satisfaction) dan kepuasan kumulatif (cumulative satisfaction). Dalam teknik kepuasan transaksi-spesifik, kepuasan diukur dengan cara menilai pengalaman pelanggan dalam mengkonsumsi/ menggunakan suatu produk/ pelayanan secara spesifik. Pada teknik ini, kepuasan pelanggan dipandang memiliki banyak dimensi (multi-dimensional), sehingga pengukurannya berdasarkan pada dimensi - dimensi produk/ pelayanan tersebut. Disisi lain, dalam teknik kepuasan kumulatif, kepuasan

diukur dengan cara menilai pengalaman pelanggan dalam menggunakan/ mengkonsumsi suatu produk/pelayanan secara menyeluruh (total). Dengan kata lain, teknik ini adalah kebalikan dari teknik transaksi-spesifik. Pada teknik ini, kepuasan dipandang sebagai satu variabel (unidimensional), sehingga untuk mengukurnya hanya meminta pelanggan memberikan penilaian kepuasan secara menyeluruh. Umumnya, variabel kepuasan pada teknik ini dianggap sebagai kepuasan keseluruhan (overall satisfaction).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan desk research. Dalam penelitian ini, desk research dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan model kepuasan pelanggan baru yang sesuai dengan karakteristik instansi penelitian dan konteks negara Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut proses penelitian ini terdiri dari empat tahap, yaitu (1) analisis organisasi penelitian, (2) analisis konteks pengukuran kepuasan pelanggan di Indonesia, (3) analisis terhadap model-model pengukuran kepuasan, dan (4) perumusan model kepuasan pelanggan untuk instansi penelitian di Indonesia

Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Tahap pertama penelitian ini adalah analisis terhadap karakterisitik organisasi penelitian. Tahap ini dilakukan dengan cara menganalisis karakterisik apa saja yang menjadi penting dalam mengukur kepuasan pelanggan untuk organisasi penelitian. Output dari tahap ini adalah diperoleh faktor-faktor yang menjadi penting dalam menentukan tingkat kepuasan pelanggan untuk organisasi penelitian.

(17)

Tahap 1

Analisis Organisasi Penelitian

Tahap 2

Analisis Konteks Pengukuran Kepuasan Pelanggan di Indonesia

Tahap 3

Analisis Terhadap Model-Model Pengukuran Kepuasan

Tahap 4

Perumusan Model Kepuasan Pelanggan untuk Instansi Penelitian di

Indonesia

Gambar 1. Rancangan Penelitian

Tahap kedua adalah analisis terhadap konteks pengukuran kepuasan pelanggan di Indonesia. Tujuan tahap kedua adalah untuk mengetahui hal-hal apa saja yang yang menjadi penting untuk diketahui dalam kaitannya dengan pengukuran kepuasan pelanggan dengan konteks di Indonesia. Output dari tahap kedua adalah diperoleh faktor-faktor yang dianggap penting dalam pengukuran kepuasan pelanggan yang sesuai dengan konteks Indonesia.

Adapun untuk tahap ketiga penelitian ini adalah analisis terhadap model-model pengukuran kepuasan. Tahap ketiga dilakukan dengan mengidentifikasi model-model pengukuran pengukuran pelanggan yang sudah ada sebelumnya. Output dari penelitian ini adalah diperoleh jenis model kepuasan pelanggan yang tepat untuk instansi penelitian.

Terakhir, tahap keempat adalah perumusan model baru kepuasan pelanggan instansi penelitian di Indoneisa. Tahap ketiga penelitian ini

dilakukan dengan cara mengintegrasikan output dari tahap pertama sampai dengan ketiga. Lebih spesifik, tahap ini mengintegrasikan faktor-faktor yang dianggap penting dalam kepuasan pelanggan sesuai dengan karakteristik instansi penelitian dan konteks negara Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Organisasi Penelitian

Kepuasan pelanggan adalah salah satu tujuan yang harus dicapai oleh semua organisasi. Pentingnya proses pengukuran kepuasan pelanggan juga wajib dilakukan oleh organisasi penelitian. Mengingat kegiatan utama organisasi tersebut adalah melakukan suatu penelitian, dalam proses pengukuran tersebut, aspek yang tidak boleh dilupakan adalah pengukuran terhadap kualitas dari suatu penelitian (European Science Foundation, 2012). Dalam model makro kepuasan pelanggan, kualitas suatu penelitian memiliki peran sebagai pengungkit kepuasan pelanggan.

Sayangnya, dalam pengukuran tersebut, organisasi penelitian tidak dapat mengadopsi model kualitas produk/ pelayanan pada organisasi umumnya, contohnya model SERVQUAL (Parasuraman dkk., 1988). Hal tersebut dikarenakan organisasi penelitian memiliki karakteristik proses kegiatan yang berbeda dengan organisasi pada umumnya. Selain itu, menggunakan model kualitas pelayanan generik seperti SERVQUAL menjadi tidak relevan bagi organisasi penelitian. Oleh kerana itu, dalam pengukuran kualitas penelitian, organisasi yang bergerak dibidang penelitian perlu mengadopsi model pengukuran yang sesuai dengan karakteristik organisasi penelitian.

Berdasarkan analisis terhadap berbagai literatur, penulis memandang bahwa model kualitas penelitian yang dapat diadopsi oleh setiap organisasi penelitian adalah model kualitas yang dikembangkan oleh Martensen dkk. (2016). Kelebihan dari model tersebut adalah model yang dikembangkan bersifat generik untuk sumua jenis organisasi penelitian. Ini artinya model tersebut dapat diimplementasikan pada semua bidang seperti penelitian sosial, perilaku, alam, teknik, medis, bisnis, ekonomi, dan lainnya. Selain itu,

(18)

model tersebut juga dibangun secara komperhensif, karena model tersebut

menggunakan 23 konsep yang terkait dengan kualitas penelitian.

Hirarki kualitas penelitian yang dikembangkan oleh Martensen dkk. (2016) memiliki empat dimensi, yaitu kredibel (credible), kontribusi (contributory), kemampuan komunikasi (communicable), dan kepatuhan (conforming). Martensen dkk. (2016) menjelaskan bahwa dimensi kredibel artinya penelitian tersebut harus koheren, konsisten, ketat dan transparan. Sedangkan, dimensi kontribusi memandang suatu penelitian harus original, relevan dan dapat digeneralisasi. Adapun, dimensi kemampuan komunikasi mengukur penelitian pada aspek kemampuan dapat digunakan (consumable), dapat

diakses (acessable), dan dapat dicari (searchable). Terakhir, dimensi kepatuhan berkaitan dengan aspek ketaatan terhadap peraturan terkait, menjalankan praktek penelitian secara etis (ethical), dan penelitian tersebut berkelanjutan (sustainable). Lebih spesifik, hirarki kualitas penelitian tersebut menggunakan 23 konsep terkait dengan kualitas penelitian. Konsep hirarki kualitas penelitian Martensen dkk. (2016) dapat dilihat pada gambar 2. Adapun untuk penelasan masing-masing dimensi dari hirarki kualitas penelitian dapat pada tabel 1.

Gambar 2. Konsep Hirarki Kualitas Penelitian Sumber : Martensen dkk. (2016)

(19)

Tabel 1. Penjelasan konsep terkait dengan dimensi kualitas pada suatu penelitian

No Dimensi Konsep Terkait Penjelasan

1 Kredibel (credible)

Internally valid Penggunaan metode ilmiah yang benar dalam memecahkan masalah penelitian, dan pengetahuan baru dapat dibuktikan.

Reliable Metode ilmiah yang digunakan tepat untuk permasalahan penelitian, serta didokumentasikan dengan baik agar orang lain dapat dapat menggunakannya untuk mencapai hasil yang sama pada konteks yang sama

Contextual Pengetahuan yang sudah ada (existing knowledge) releven untuk konteks yang diteliti, dan disajikan sesuai dengan aturan yang ditetapkan (rules for description).

Consistent Pengetahuan baru secara logis terkait dengan pengetahuan yang sudah ada dan sesuai dengan metode ilmiah dan pertanyaan penelitian yang sedang dibahas saat ini.

Coherent Pertimbangan yang memadai (cukup) diberikan pada pengetahuan yang sudah ada dalam konteks yang dipilih

Transparent Pengetahuan baru yang relevan dalam pelaporan hasil penelitian disertakan, dan prosesnya dijelaskan dalam kaitannya dengan permasalahan saat ini (question at hand), metode ilmiah, pengetahuan yang sudah ada.

2 Kontribusi (contributory)

Original idea Pertanyaan penelitian yang belum ditanyakan sebelumnya dalam konteks sekarang atau ditafsirkan dalam cara baru.

Original procedure

Prosedur deskripsi (described procedure) originaldalam kaitannya degngan pertanyaan penelitian.

Original result Pengetahuan baru yang dapat dibuktikan dalam kaitannya dengan pengetahuan yang sudah ada.

Relevant research idea

Pertanyaan penelitian relevan untuk kelompok sasaran saat ini

Applicable result pengetahuan baru bermanfaat untuk kelompok sasaran saat ini

Current idea Pertanyaan penelitian sesuai dengan konteks saat ini

Generalizable Pengetahuan baru yang berguna secara praktis atau teoritis dalam konteks lain dari yang dipelajari.

3 Kemampuan Komunikasi (communicable)

Structured Dokumentasi penelitian mengikuti aturan yang ditetapkan (rules for description)

Understandable Bahasa yang digunakan dalam dokumentasi penelitian dapat dimengerti oleh kelompok targetnya

Readable Bahasan yang benar dalam dokumentasi penelitian untuk kelompok targetnya

(20)

Accessible Pengetahuan terbaru dari hasil penelitian dapat dengan mudah diakses oleh

Searchable Pengetahuan baru yang sudah didokumentasikan disusun sesuai dengan aturan yang ditetapkan (rules for description), dan mudah ditemukan oleh kelompok targetnya.

4 Kepatuhan (conforming)

Aligned with regulations

Penelitian sesuai dengan aspek hukum yang berlaku saat ini

Morally justifiable Penelitian sesuai dengan standar etika yang berlaku saat ini

Open Penelitian menunjukkan tansparansi dengan standar etika yang berlaku saat ini

Equal opportunities

Penelitian konsisten dengan perlakuan yang sama (equal treatment) sesuai dengan sistem aturan yang ada

Sustainable Penelitian sesuai dengan aspek pengembangan berkelanjutan (sustainable development aspects)

Sumber : Martensen dkk. (2016)

Analisis Konteks Pengukuran Kepuasan Pelanggan di Indonesia

Dalam peraturan disebutkan bahwa salah satu kegiatan instansi pelayanan public adalah melakukan pengukuran kepuasan masyarakat. Pada konteks pelayanan publik di Indonesia, kepuasan pelanggan juga disebut sebagai kepuasan masyarakat. Instansi penelitan yang merupakan bagian dari instansi pelayanan publik di Indoensia juga perlu melakukan pengukuran kepuasan masyarakat.

Secara umum, pentingnya pengukuran kepuasan masyarakat bagi instansi penelitian adalah untuk mendukung program reformasi birokrasi yang sedang dicanangkan pemerintah Indonesia. Visi dari reformasi birokrasi adalah menjadi pemerintahan kelas dunia, yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas

tinggi yang mampu menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada abad ke-21 melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025 (Perpres No 81 tahun 2010). Lebih lanjut, tujuan dari reformasi birokrasi instansi pemerintah adalah untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Untuk itu. sasaran reformasi birokrasi yang harus dicapai, yaitu : (a) terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme; (b) meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat; (c) meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi (Perpres No 81 tahun 2010).

(21)

Tabel 2. Penjelasan ruang lingkup pelayanan publik menurut Permenpan RB No 16 tahun 2014

No Ruang Lingkup Penjelasan

1 Persyaratan Persyaratan adalah syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis pelayanan, baik persyaratan teknis maupun

administratif.

2 Prosedur Prosedur adalah tata cara pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan, termasuk pengaduan

3 Waktu pelayanan Waktu pelayanan adalah jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan.

4 Biaya/Tarif Biaya/Tarif adalah ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan dalam mengurus dan/atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara penyelenggara dan masyarakat.

5 Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan

Produk spesifikasi jenis pelayanan adalah hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk pelayanan ini merupakan hasil dari setiap spesifikasi jenis pelayanan.

6 Kompetensi Pelaksana Kompetensi Pelaksana adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh pelaksana meliputi pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan pengalaman.

7 Perilaku Pelaksana Perilaku Pelaksana adalah sikap petugas dalam memberikan pelayanan.

8 Maklumat Pelayanan Maklumat Pelayanan adalah merupakan pernyataan kesanggupan dan kewajiban penyelenggara untuk melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan.

9 Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan

Penanganan pengaduan, saran dan masukan, adalah tata cara pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjut.

Sumber : Permenpan RB No 16 tahun 2014

Untuk mencapai visi, tujuan dan sasaran tersebut, pemerintah melalui Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah menetapkan pedoman pengukuran survei kepuasan pelangggan yang dituangkan dalam Peraturan Menpan RB No 16 tahun 2014 tentang pedoman survei kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan publik. Pedoman tersebut merupakan landasan setiap instansi pelayanan public dalam melakukan pengukuran kepuasan masyarakat, termasuk juga instansi penelitian.

Dalam Permenpan RB No 16 tahun 2014 disebutkan bahwa survei kepuasan kasyarakat adalah pengukuran secara komprehensif kegiatan tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran atas pendapat masyarakat. Secara umum, tujuan dari survai kepuasan masyarakat adalah untuk mengukur kepuasan masyarakat sebagai pengguna layanan dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayanan public. Peraturan tersebut juga menyatakan bahwa survei kepuasan masyarakat

(22)

dilakukan secara berkala minimal 1 (satu) kali setahun (Permenpan RB No 16 tahun 2014).

Selanjutnya, pelaksanaan survei kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan publik dapat dilaksanakan melalui tahapan perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengolahan dan penyajian hasil survei, yang mencakup langkah-langkah, sebagai berikut : (1) menyusun instrumen survei; (2) menentukan besaran dan teknik penarikan sampel; (3) menentukan responden; (4) melaksanakan survei; (5) mengolah hasil survei; (6) menyajikan dan melaporkan hasil (Permenpan RB No 16 tahun 2014).

Berdasarkan analisis terhadap Permenpan RB No 16 tahun 2014, penulis mamandang bahwa pengukuran kepuasan merupakan bagian penting dalam program reformasi birokrasi setiap instansi pelayanan public, termasuk instansi penelitian. Mengacu pada Permenpan RB No 16 tahun 2014, penulis memandang bahwa dalam melakukan survei kepuasan masyarakat setiap instansi diberikan kebebasan dalam menggunakan metode atau teknik sesuai dengan kebutuhan setiap instansi pelayanan public. Hal tersebut dapat dilihat pada pasal 4 Permenpan RB No 16 tahun 2014 bahwa “survei kepuasan masyarakat yang dilakukan terhadap setiap jenis penyelenggaraan pelayanan publik menggunakan indikator dan metodologi survei sesuai kebutuhan”.

Selanjutnya, dalam pedoman tersebut juga disebutkan bahwa setiap instansi pelayanan public dapat memilih salah satu dari lima teknik pengukuran kepuasan pelanggan, yaitu : 1) kuesioner dengan wawancara tatap muka; (2) kuesioner melalui pengisian sendiri, termasuk yang dikirimkan melalui surat; (3) kuesioner elektronik (internet/e-survey); (4) diskusi kelompok terfokus; (5) wawancara tidak berstruktur melalui wawancara mendalam. Sayangnya, pedoman tersebut tidak memberikan penjelasan spesifik dari masing-masing teknik. Dengan kata lain, setiap instansi pemerintah diberikan kebebasan dalam menentukan secara spesifik pada setiap teknik tersebut. Meskipun begitu, salah satu catatan pentingnya adalah setiap teknik atan metode yang dipilih harus dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, metode dan

teknik yang dipilih juga harus dapat memberikan saran perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan public.

Meskipun setiap instansi diberikan kebebasan dalam menentukan metode dan teknik pengukuran kepuasan masyarakat, pedoman tersebut menyatakan bahwa terdapat sembilan ruang lingkup wajib yang harus diukur dalam survai kepuasan masyarakat. Dengan kata lain, hasil survai tersebut juga harus dapat memberikan penilian masyarakat terhadap sembilan ruang lingkup tersebut. Penjelasan sembilan ruang lingkup survai kepuasan masyarakat dapat dilihat pada tabel 2.

Analisis Terhadap Model-Model Pengukuran Kepuasan

Saat ini berbagai model pengukuran kepuasan pelanggan telah dikemukakan diberbagai literatur. Menurut Hom (2000), model-model kepuasan pelangga dapat dikelompokan menjadi 2 jenis, yaitu model mikro dan makro (Tjiptono dan Diana, 2015). Model mikro adalah model kepuasan pelanggan yang berfokus pada pembentukan kepuasan pelanggan itu sendiri. Dengan kata lain, model kepuasan pelanggan mikro sebenarnya lebih mencakup pada komposisi atau elemen-elemen yang membentuk kepuasan pelanggan. Menurut Erevelles dan Leavitt (1992), beberapa model kepuasan pelanggan mikro, antara lain: (1) the expectation disconfirmation model; (2) the perceived performance model; (3) norms in models of consumer satisfaction, (4) multiple process models; (5) attribution models; (6) affective models; (7) equity models.

Disisi lain, model makro adalah model yang menjelaskan kepuasan pelanggan dengan cara menghubungkannya dengan konsep-konsep lain baik secara anteseden maupun konsekuen. Dengan kata lain, model makro memandang bahwa organisasi jangan hanya berfokus pada pengukuran kepuasan pelanggan saja, melainkan organisasi juga perlu mengukur konsep lainnya yang mempunyai korelasi kuat dengan kepuasan pelanggan. Beberapa konsep lain yang sering dipakai dalam model makro, antara lain harapan pelanggan, kualitas produk/pelayanan, keluhan pelanggan, nilai pelanggan, loyalitas pelanggan,

(23)

dll. Beberapa National Customer Satisfaction Index (NCSI) mengadopsi kepuasan pelanggan berbasis model makro, seperti NCSB (Norwegian Customer Satisfaction Barometer), SCSB (Swedish Customer Satisfaction Barometer), ACSI (American Customer Satisfaction Index),dan ESCI (European Customer Satisfaction Index) (Jhonson dkk. 2001).

Perbedaan mendasar antara model makro dan model mikro adalah pada perspektif pengukuran kepuasan yang dipakai. Model mikro adalah model kepuasan pelanggan yang didasarkan pada perspektif kepuasan pelanggan sebaga proses (process). Sedangkan, model makro adalah model kepuasan pelanggan yang berfokus pada hasil (outcome). Konsekuesi dari model mikro adalah pengukuran kepuasan pelanggan dilakukan dengan cara mengukur elemen-elemen yang membentuk kepuasan pelanggan. Umumnya, model ini mengukur kepuasan pelanggan dengan mengukur kualitas dari berbagai atribut pelayanan/produk. Permasalahannya adalah berbagai peneliti menyatakan bahwa konsep kualitas pelayanan/ produk tidak sama dengan konsep kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, menjadi tidak tepat ketika kepuasan pelanggan diukur dengan kinerja pelayanan.

Sebagai alternatif, pengukuran kepuasan pelanggan dapat juga dilakukan dengan model makro. Pada model makro kepuasan pelanggan diukur dengan melihat pernyataan akhir (the end-state resulting) dari pengalaman mengkonsumsi produk. Oleh karena itu, variabel kepuasan pelanggan pada model makro diukur sebagai kepuasan secara menyeluruh (overall satisfaction). Implikasinya adalah hasil pengukuran model tersebut benar-benar mencerminkan tingkat kepuasan pelanggan. Selain itu, model makro juga dapat memberikan informasi yang komperhensif bagi setiap organisasi, karena model makro tidak hanya mengukur tingkat kepuasan pelanggan saja, melainkan juga dapat memberikan hasil pengukuran variabel lainnya, seperti kualitas pelayanan/produk, harapan pelanggan, keluhan pelanggan, loyalitas pelangan, dll. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis memandang bahwa

model kepuasan masyarakat untuk instansi penelitian lebih baik mengadopsi model makro.

Perumusan Model Kepuasan Pelanggan Instansi Penelitian

Beradasarkan hasil analisis sebelumnya, model kepuasan pelanggan untuk instansi penelitian dan konteks negara Indonesia dapat dilihat dari gambar 2. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa kepuasan dipengaruhi oleh dua faktor penting, yaitu (1) kualitas penelitian (quality of research), dan (2) kualitas pelayanan (quality of service). Selain itu, penulis juga telah mengembangkan indikator pengukuran model kepuasan pelanggan institusi penelitian di Indonesia. Indikator pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 3.

Model kepuasan tersebut telah sesuai dengan karakteristik organisasi penelitian karena pada model tersebut juga mengukur aspek kualitas penelitian (quality of research). Aspek tersebut merupakan aspek yang menggambarkan kinerja dari suatu penelitian yang dilakukan oleh organisasi penelitian. Pada aspek tersebut terdapat 4 faktor yang berperan penting dalam mempengaruhi kepuasan masyarakat yaitu kredibel, kontribusi, komunikasi, dan kepatuhan. Lebih lanjut, empat faktor tersebut diukur dengan 23 indikator yang merefleksikan kinerja suatu penelitian. Penjelasan empat faktor tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 3. Indikator pengukuran model kepuasan pelanggan institusi riset di Indonesia

Variabel Indikator Pengukuran

Kredibel QR1 : Rigorous

(24)

Komunikasi QR8 : Consumable

QR9 : Accessible

QR10 : Searchable

Kepatuhan QR11 : Aligned with regulation

QR12 : Ethical

QR13 : Sustainable

Pelayanan QS1 : Persyaratan

QS2 : Prosedur

QS3 : Waktu

QS4 : Produk spesifikasi jenis pelayanan

QS5 : Maklumat pelayanan

Pelaksana QS6 : Kompetensi pelayanan

QS7 : Perilaku pelayanan

Biaya/taif QS8 : Biaya/tarif

Penaganan Pengaduan

QS9 : Penanganan pengaduan, saran, dan masukan

Kepuasan Pelanggan

KP1 : Kepuasan secara menyeluruh

KP2 : Kinerja dibandingkan dengan pelayanan ideal menurut pelanggan

KP3 : Diskonformasi harapan (expectancy

disconfirmation)

Selain itu, untuk memenuhi konteks di Indonesia, model kepuasan pelanggan yang baru ini juga perlu menambahkan sembilan faktor penting yang harus diukur dalam pengukuran kepuasan masyarakat. Dalam Permenpan RB No 16 tahun 2014 disebutkan bahwa sembilan faktor tersebut wajib diukur dalam survei kepuasan masyarakat. Dengan kata lain, setiap instansi penelitian yang merupakan bagian dari instansi pelayanan publik juga perlu mengukur sembilan unsur tersebut dalam survei kepuasan masyarakat.

Penjelasan ruang lingkup tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

Secara konseptual, sembilan faktor tersebut merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan masyarakat. Oleh karena itu, dalam pengembangan model kepuasan pelanggan ini, penulis menambahkan sembilan indikator penting yang dicerminkan dengan faktor kualitas pelayanan (quality of service), dimana sembilan indikator tersebut dikelompokan menjadi empat dimensi penting dalam mempengaruhi kepuasan masyarakat, yaitu pelayanan, pelaksana, biaya, dan pengaduan.

PENUTUP

Penelitian ini telah mengembangkan model pengukuran kepuasan masyarakat baru untuk instansi penelitian di Indoensia. Model yang dikembangan penelitian ini menyatakan bahwa kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu faktor kualitas penelitian (quality of research) dan kualitas pelayanan (quality of service). Adapun, kualitas penelitan terdiri dari empat dimensi, yaitu kredibel, kontribusi, komunikasi, dan kepatuhan. Sedangkan, faktor kualitas pelayanan juga memiliki empat dimensi, yaitu pelayanan, pelaksana, biaya, dan pengaduan. Dari keseluruhan dimensi tersebut, pengukuran terhadap kualitas penelitian dan kualitas pelayanan instansi penelitian dapat diukur dengan 24 indikator pengukuran.

Model kepuasan pelanggan penelitian ini merupakan model kepuasan yang mengadopsi pendekatan model makro. Implikasinya adalah kepuasan pelangan diukur sebagai kepuasan keseluruhan (overall satisfaction). Dengan kata lain, model penelitian ini memiliki keunggulan dalam memberikan hasil akurat dalam mengukur tingkat kepuasan pelanggan. Untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan, model tersebut menggunakan tiga indikator pengukuran. Indikator-indikator tersebut juga telah digunakan diberbagai model pengukuran pengukuran kepuasan, seperti ACSI, ECSI, NCSB, SCSB.

Dalam pengembangannya, model tersebut juga telah sesuai dengan karakteristik organisasi penelitian. Pemenuhan terhadap karakterstik

(25)

organisasi penelitian dapat dilihat pada faktor kualitas penelitian, dimana empat dimensi yang ada pada faktor tersebut merupakan aspek penting dalam mengevaluasi kinerja suatu penelitian. Pengukuran dengan empat dimensi kualitas penelitian tersebut diharapkan setiap instansi penelitian benar-benar dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas dari penelitiannya.

Model kepuasan yang dikembangkan penulis juga telah memenuhi konteks Indonesia, dimana model tersebut telah disesuaikan dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Perlunya penyesuaian dengan peraturan yang berlaku di Indonesia dikarenakan instansi penelitian yang merupakan bagian dari instansi pelayanan publik dalam penyelenggaraannya wajib patuh terhadap peraturan yang ditetapakan oleh pemerintah Indonesia, termasuk dalam urusan survai kepuasan masyarakat. Dalam model kepuasan pelanggan yang baru ini, pemenuhan terhadap konteks di Indonesia dapat dilihat pada faktor kualitas pelayanan, dimana sembilan indikator yang ada pada empat dimensi kualitas pelayanan tersebut merupakan aspek yang yang harus diukur dalam survei kepuasan masyarakt menurut Permenpan RB No 16 tahun 2014.

Selain itu, pengukuran kepuasan masyarakat dengan dengan cara mengukur kepuasan sebagai kepuasan secara keseluruhan (overall satisfaction) juga tidak melanggar Permenpan RB No 16 tahun 2014, karena dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa setiap instansi pelayanan publik diberikan kebebasan dalam menentukan metode atau teknik untuk mengukur kepuasan masyarakat, asalkan metode dan teknik tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

Penelitian ini telah mengembangkan model pengukuran kepuasan pelanggan untuk instansi penelitian yang ada di Indonesia. Sayangnya model tersebut dikembangkan baru hanya sebatas pengembangan model secara konseptual. Dengan kata lain, keterbatasan penelitian ini adalah model tersebut belum dapat dibuktikan secara empiris, sehingga penelitian ini belum dapat menjawab apakah model tersebut termasuk dalam kategori model yang baik (goodness of fit) secara statistik. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya perlu melakukan suatu penelitian yang tujuannya adalah untuk menguji apakah model tersebut benar-benar signifikan terbukti secara empiris.

(26)

Kepuasan Pelanggan

Pelayanan

Pelaksana

Biaya

Pengaduan

IKP1

IKP2

IKP2 Kredibel

Kontribusi

Kemampuan

Komunikasi

Kepatuhan

QR1

QR2

QR3

QR4

QR5

QR6

QR7

QR9

QR10

QR11

QR12

QR13

QR14

QR15

QR16

QR17

QR18

QR19

QR20 QR8

QR21

QR22

QR23

QS1

QS3

QS3

QS4

QS5

QS6

QS7

QS8

QS9

Gambar 3. Model Kepuasan Pelanggan untuk Institusi Penelitian di Indonesia

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Bakti, IGMY., dan Sumaedi, S (2013). An analysis of library customer loyalty The role of service quality and customer satisfaction, a case study in Indonesia, Library Management, 34 (6/7) , 397-414

Caceres, R.C, dan Paparoidamis, N.G., (2007). Service quality, relationship satisfaction, trust, commitment and business-to-business loyalty, European Journal of Marketing, 41 (7), 836 – 867

Erevelles, S. dan Leavitt, C. (1992), A Comparison of Current Models of Consumer Satisfaction/ Dissatisfaction, Journal of Consumer Satisfaction, Dissatisfaction and Complaining Behavior, 5, 194-114

European Science Foundation, 2012. Evaluation in research and research fundingorganisations: European practices. In: A report by the ESF Member Organisation Forum on Evaluation of Publicly Funded Research.,

ISBN978-2-918428-83-1.External Research Assessment

Fornell, Claes, Michael D. Johnson, Eugene W. Anderson, Jaesung Cha, dan Barbara Everitt Bryant (1996). The American Customer Satisfaction Index: nature, purpose, and findings, Journal of Marketing, 60, 124-134

Giese, J.L. dan Cote, J.A. (2002). Defining Consumer Satisfaction, Academy of Marketing Science Review, 2000 (1).

Hsu, S.-H. (2008), Developing an index for online customer satisfaction: Adaptation of American Customer Satisfaction Index. Expert System with Application, 34, 3033 – 3042.

ISO (2015), ISO 9001, International Standard, Quality Management Systems Requirements, Geneva.

Johnson, M., Gustafsson, Andreasson, T.W., Lervik, L., dan Cha, J. (2001). The evolution and future of National Customer

Satisfaction Index Models, Journal of economic Psychology, 22 (2), 217 – 245.

Kaplan, Robert S., (2012). Conceptual Foundations of the Balanced Scorecard, Working paper, Harvad Business School.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.

Kim, Schangsu, (2008). An Emperical Study on the Integrated Framework of e-CRM in Online Shopping : Evaluating the Relationships Among Perceived Value, Satisfaction, and Trust Based on Customers’ Perspectives, Journal of Electronic Commerce in Organization, 6 (3), 1 – 19.

Kitapci, O., Akdogan, C., dan Dortyol, I.T. (2014). The Impact of Service Quality Dimensions on Patient Satisfaction, Repurchase Intentions and Word-of-Mouth Communication in the Public Healthcare Industry, Procedia - Social and Behavioral Sciences, 148 ( 2014 ), 161 – 169.

Kotler, P., dan Keller, K. L. (2012). Marketing management (14th ed.). Upper Saddle River, Prentice Hall: New Jersey.

Mårtensson, P., Fors, U., Wallin, S.-B., dan Zander, U. (2016). Evaluating research: A multidisciplinary approach to assessing research practice and quality, Research Policy, 45 (3), 593 – 603.

Moreira , A.C., dan Silva , P.M., (2015). The trust-commitment challenge in service quality-loyalty relationships, International Journal of Health Care Quality Assurance, 28 (3), 253 – 266.

Parasuraman, A., Valarie A. Zeithaml, and Leonard L. Berry. (1988). SERVQUAL: A Multiple-Item Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service Quality, Journal of Retailing, 64 (Spring), 12–37.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14

(28)

tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan Pelanggan Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1 tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015 – 2019

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 - 2025.

Teo, R, dan Soutar, G.N. (2012). Word of mouth antecedents in an educational context: a Singaporean study. International Journal of Educational Management, Vol. 26 (7), 678 – 695.

Triyono, B. dan Putera, P.B. (2013). Indeks Kepuasan Masyarakat Spesifik Lembaga Penelitian dan Pengembangan : Implementasi Mode ACSI. Jurnal Borneo Administrator, 9 (1), 53 – 74.

Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian (P2SMTP) – LIPI dengan kepakaran Manajemen Kualitas.

Gambar

Gambar 1. Rancangan Penelitian
Gambar 2. Konsep Hirarki Kualitas Penelitian Sumber : Martensen dkk. (2016)
Tabel 1. Penjelasan konsep terkait dengan dimensi kualitas pada suatu penelitian
Tabel 2. Penjelasan ruang lingkup pelayanan publik menurut Permenpan RB No 16 tahun 2014
+3

Referensi

Dokumen terkait

Jenis bahan pengemas dan lama penyimpanan serta interaksinya menunjukkan pengaruh yang sangat signifikan terhadap kadar vitamin C dan susut berat cabai rawit

Dan model yang lebih mendekati kondisi di Kali Surabaya adalah Model O’Connor – Dobbin’s karena nilai perkiraan kesalahan rata – rata model O’Connor – Dobbin’s lebih

Penelitian ini menggunakan metode analisis path yang digunakan untuk melihat apakah daya dorong dan daya tarik mempunyai pengaruh terhadap keputusan pindah sebagai

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara serempak bauran pemasaran jasa yang terdiri dari produk, harga, tempat, promosi, orang, bukti fisisk dan proses berpengaruh

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) melalui pelaksanaan Survei Kepuasan Pelanggan untuk seluruh unit pelayanan publik di Badan POM dan Balai Besar/ Balai POM

Bank Mandiri (PERSERO) Kanwil VIII Tbk Surabaya dalam program Tanggung jawab Sosial Perusahaan menyadari bahwa CSR atau PKBL adalah suatu kewajiban dan tanggung

Tujuan umum dari pelaksanaan Survei Kepuasan Masyarakat adalah terlaksananya pengukuran tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar oleh puskesmas di wilayah

2 LAPORAN HASIL SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT (INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT) TERHADAP PELAYANAN PUBLIK & PERSEPSI KORUPSI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA.. Survei