• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi Pengendalian Sosial masyarakat adat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Definisi Pengendalian Sosial masyarakat adat "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

A.

Definisi Pengendalian Sosial

Pengendalian sosial adalah pengawasan dari suatu kelompok terhadap kelompok lain untuk mengarahkan peran-peran individu atau kelompok sebagai bagian dari masyarakat agar tercipta situasi, kemasyarakatan sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun pengertian pengendalian sosial menurut para ahli, antara lain sebagai berikut:

1. Rober M. Z. Lawang

Pengendalian sosial adalah semua cara yang dipergunakan suatu masyarakat untuk mengembalikan si penyimpang pada garis yang normal atau yang sebenarnya.

2. Joseph S. Roucek

Pengendalian sosial adalah segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan yang bersifat mendidik, mengajak, atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku.

3. Karel J. Veeger

Pengendalian sosial adalah kelanjutan dari proses sosialisasi dan berhubungan dengan cara-cara dan metode-metode yang digunakan untuk mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak kelompok atau masyarakat.

4. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt

Pengendalian sosial adalah segenap cara dan proses yang ditempuh oleh sekelompok orang atau masyarakat sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai dengan harapan kelompok atau masyarakat itu sendiri.

5. Peter L. Berger

Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang membangkang.

6. Bruce J. Cohen

Pengendalian sosial adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk

(2)

B.

Ciri-ciri dan Tujuan Pengendalian Sosial

a. Ciri-Ciri Pengendalian Sosial

1) Suatu cara atau metode atau teknik tertentu untuk menertibkan masyarakat atau individu.

2) Bertujuan mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan yang terus terjadi di dalam suatu masyarakat.

3) Dapat dilakukan oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya atau oleh suatu kelompok terhadap individu dan antara individu dengan individu lainnya.

4) Dilakukan secara timbal balik meskipun terkadang tidak disadari oleh kedua belah pihak.

b. Tujuan Pengendalian Sosial

1) Untuk menjaga ketertiban sosial.

Apabila nilai-nilai dan norma-norma sosial dijalankan semua masyarakat, maka ketertiban sosial dalam masyarakat dapat terpelihara. Salah satu cara menanamkan nilai dan norma sosial adalah melalui lembaga pendidikan dan keluarga. Melalui lembaga tersebut anak diarahkan untuk meyakini nilai dan norma sosial.

2) Untuk mencegah terjadinya penyimpangan terhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial di masyarakat.

Dengan adanya pengendalian sosial seseorang atau masyarakat mulai berfikir (akibatnya) jika akan berperilaku menyimpang.

3) Untuk mengembangkan budaya malu.

(3)

4) Untuk menciptakan dan menegakkan sistem hukum.

Sistem hukum merupakan aturan yang disusun secara resmi dan disertai sanksi tegas yang harus diterima oleh seseorang yang melakukan penyimpangan.

Singkatnya,

Pengendalian sosial bertujuan mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat atau bertujuan untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan.

C.

Bentuk-Bentuk Pengendalian Sosial

Dalam penerapannya, pengendalian sosial mempunyai beberapa bentuk, seperti agama, pendidikan, Desas-desus atau gossip, teguran, dan hukuman. Lebih jelasnya bentuk-bentuk pengendalian sosial ada dibawah ini :

a) Agama

Agama merupakan pedoman hidup untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat bagi penganutnya. Oleh karena itu, seseorang yang memeluk suatu agama dituntut untuk melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan yang telah digariskan dalam ajaran agamanya. Jika seseorang meyakini dan patuh pada agamanya, maka dengan sendirinya perilakunya akan terkendali dari bentuk perilaku menyimpang.

Setiap pemeluk agama yang taat akan mampu mengendalikan dirinya dari perbuatan yang dilarang oleh agama, seperti mencuri, berjudi, korupsi, menfitnah, menjelek-jelekkan orang lain (menghujat), berzina, dan membunuh.

b) Pendidikan

(4)

Contohnya, dalam menghadapi era globalisasi di mana persaingan bebas akan diikuti oleh masyarakat internasional, sudah selayaknya seseorang sebagai warga negara harus menyadari pentingnya pendidikan dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia (SDM) sebagai bekal dalam mengikuti kompetisi atau persaingan dengan bangsa lain.

c) Desas-desus atau gossip

Desas-desus atau gosip merupakan berita yang menyebar secara cepat baik melalui media massa maupun melalui mulut ke mulut. Desas-desus sering disebut dengan istilah kabar angin atau kabar burung. Kebenaran berita desas-desus masih diragukan karena tidak selalu desas-desus berdasarkan fakta atau kenyataan.

Rasa malu yang ditimbulkan oleh desas-desus membuat pelaku penyimpangan sosial yang didesas-desuskan sadar akan perbuatannya. Dia pun kembali berperilaku sesuai dengan norma-norma masyarakat. Dia pun akan bertindak lebih berhati-hati dan tidak mengulangi perbuatannya.

d) Teguran

Teguran atau peringatan diberikan kepada orang yang melakukan penyimpangan agar pelaku penyimpangan sosial sesegera mungkin menyadari kesalahannya. Teguran dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan. Teguran dalam organisasi formal dilakukan secara bertahap.

Biasanya teguran dilakukan sebanyak tiga kali secara tertulis. Jika teguran demi teguran tidak diindahkan, maka pelaku pelanggaran akan dikenakan sanksi disiplin.

e) Hukuman

Hukuman adalah sanksi negatif yang diberikan kepada seseorang yang melanggar peraturan tertulis atau tidak tertulis. Lembaga formal yang berwenang melakukan hukuman adalah pengadilan. Selain pengadilan, terdapat juga lembaga adat yang mempunyai wewenang memberikan hukuman. Tetapi, wewenang ini terbatas kepada masyarakat adatnya saja.

(5)

D. LEMBAGA PENGENDALIAN SOSIAL

Umumnya, warga masyarakat mendambakan ketertiban keamanan. Namun, dalam kenyataan, selalu ada saja kemungkinan terjadinya gangguan terhadap ketertiban dan

keamanan masyarakat. Seperti sudah di bahas di atas, kenyataan masyarakat selalu di warnai oleh perilaku menyimpang. Baik itu penyimpangan biasa maupun berupa perbuatan

kejahatan. Untuk menanggulangi itu semua, maka di perlukan adanya lembaga pengendalian sosial.

1. Pengertian dan Fungsi Lembaga Pengendalian Sosial

Lembaga pengendalian sosial sering disebut juga lembaga control Sosial (social control ). Ada berbagai definisi yang di kemukakan para pakar mengenai apa itu lembaga pengendalian sosial. Beberapa definisi tersebut, antara lain sebagai berikut.

Lembaga pengendalian sosial adalah segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga – warga masyarakat agar mematuhi kaidah – kaidah dan nilai – nilai sosial yang berlaku. (Joseph S. Roucek )

Lembaga pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota – anggotanya yang membangkang. ( peter L. Berger )

Lembaga pengendalian sosial adalah berbagai sarana untuk mendorong warga masyarakat agar bersedia mematuhi norma – norma yang berlaku.(John J. Macionis)

Lembaga pengendalian sosial adalah segala usaha dari kelompok atau masyarakat untuk mengatur perilaku anggotanya agar sesuai dengan norma – norma yang

berlaku. ( Craig Calhoun, Donald Light, dan Suzanne Keller )

Berdasarkan berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa hakikat dari lembaga pengendalian sosial adalah berbagai upaya yang dilakukan kelompok atau masyarakat untuk membuat anggota – anggotanya bersedia mematuhi norma – norma yang berlaku dalam kelompok atau masyarakat yang bersangkutan.

Lembaga pengendalian sosial berfungsi untuk mewujudkan dn menjaga keseimbangan antara perubahan dan stabilitas masyarakat. Adapun tujuan lembaga pengendalian sosial adalah terwujudnya kedamaian dan ketertiban dalam sebuah kelompok atau masyarakat.

2. Cara, Sifat, dan Subjek dalam Pengendalian Sosial

(6)

1) Cara pengendalian Sosial

Dilihat dari dimensi cara pelaksanaannya, pengendalian sosial bisa di bedakan atas pengendalian sosial yang dilaksanakan secara persuarsif dan pengendalian sosial yang dilakukan secara koersif.

 Cara Persuasif

Cara persuasif merupakan upaya pengendalian sosial yang dilakukan dengan menekankan pada tindakan yang sifatnya mengajak atau membimbing warga masyarakat agar bersedia bertindak sesuai dengan norma yang berlaku. Cara persuasif cenderung menekankan pada upaya penyadaran msyarakat. Contoh, sejumlah artis membagikan bunga sebagai ajakan untuk mewujudkan perdamaian ; seorang guru Bimbingan dan Penyuluhan ( BP ) menegur dan menasihati seorang siswa yang tertangkap basah merokok di sekolah.

 Cara Koersif

Cara koersif merupakan upaya pengendalian sosial yang dilakuan dengan

menekankan pada tindakan yang sifatnya memaksa warga masyarakat agar bersedia bertindak sesuai dengan norma yang berlaku. Cara koersif cenderung menekankan pada berbagai upaya pemaksaan masyarakat. Upaya ini semestinya digunakan seminimal mungkin, yaitu bila upaya persuasif tidak memberikan hasil. Contoh, petugas ketertiban kota memerintahkan dengan pengeras suara agar semua PKL tidak berdagang di tempat yang dilarang ( tekanan), namun kemudian petugas ketetiban kota mengangkut lapak yang digunakan para pedagang kaki lima yang berdagang di tempat – tempat terlarang. Hal itu dilakukan karena peringatan yang telah diberikan beberapa kali tidak di indahkan.

2) Sifat Pengendalian Sosial

Berdsarkan sifatnya, pengendalian sosial terdiri dari upaya preventif . Berikut keterangan ringkas mengenai pengertian dan contoh dari kedua upaya tersebut.

 Upaya preventif

Upaya preventif adalah berbagai upaya pengendalian sosial yang dilakukan untuk mencegah terjadinya berbagai gangguan terhadap kedamaian dan ketertiban masyarakat. Upaya – upaya preventif dilakukan misalnya melalui proses sosialisasi. Contoh, iklan layanan masyarakat yang berisi ajakan untuk menciptakan pemilu yang damai.

(7)

Upaya represif adalah berbagai upaya pengendalian sosial yang dilakukan untuk mengembalikan kedamaian dan ketertiban masyarakat yang pernah terganggu. Upaya – upaya represif dilakukan dalam bentuk pemberian sanksi kepada warga masyarakat yang menyimpang atau melanggar norma yang berlaku.Contoh: penjatuhan pidana penjara kepada pelaku korupsi.

3) Pelaku dan Sasaran Pengendalian Sosial

Sedangkan, bila dilihat berdasarkan jumlah pelaku dan sasaran yang dituju, upaya pengendalian sosial terdiri atas beberapa hal berikut ini.

Pengendalian sosial yang dilakukan oleh individu terhadap individu lainnya. Contoh, seorang guru memperingatkan seorang siswa yang kedapatan membolos.

Pengendalian sosial yang dilakukan oleh individu terhadap kelompok. Contoh, seorang polisi memperingatkansekolompokk remaja yang tidak menggunakan helm ketikamengendarai sepeda motor di jalan raya.

Pengendalian sosial yang dilakukan oleh kelompok terhadap individu. Contoh, beberapa orang polisi yang memperingatkan seorang sopir agar tidak menjalankan kendaraannya melebihi batas kecepatan yang diperkenankan.

Pengendalian sosial yang dilakukan oleh kelompok terhadap kelompok lain. Contoh, penyuluhan yang dilakukan oleh sejumlah rerlawan kepada para siswa agar

menghindarkan diri dari pengendaraan dan pemakaian narkoba.

3. Jenis – Jenis Lembaga Pengendalian sosial

Ada berbagai jenis lembaga pengendalian sosial yang berfungsi untuk mencegah dan mengatasi perilaku menyimpang. Lembaga pendidikan sosial tersebut meliputi gosip, teguran, hukuman, pendidikan, dan agama. Berikut keteranga ringkas mengenai keenam jenis lembaga pengendalian sosial tersebut.

 Gosip

Gosip sering disebut juga desus – desus atau kabar buruk. Gosip merupakan berita yang menyebar belum tentu/tanpa berlandaskan pada kenyataan atau fakta. Dengsn demikian, gosip bisa saja benar, namun bisa pula salah. Jadi, berita dalam gosip masih diragukan kebenarannya. Sebab, seringkali berita dalam gosip tidak jelas sumbernya.

Pada umumnya gosip muncul bila pernyataan secara terbuka tidak mungkin

(8)

sebuah rumah mewah dengan uang hasil korupsi, ada gosip bahwa munir dibunuh olrh sebuah komplotan yang melibatkan oknum intelijen.

Pada umumnya, orang tidak senang bila menjadi sasaran gosip. Sebab, gosip

menyebabkan perubahan sikap masyarakat terhadap orang yang menjadi sasaran gosip. Oleh karena itu, orang akan berusaha agar tidak menjadi sasaran gosip. Gosip

menjadikan seorang menyadari kesalahannya, lalu berusaha bertindak sesuai norma yang berlaku. Dengan demikian, gosip bisa menjadi salah satu cara pengendalian sosial.

Namun, gosip pada umumnya tidak bisa berfungsi efektif sebagain pengendalian sosial. Apalagi, bila tidak didukung dengan budaya malu.

 Teguran

Teguran adalah peringatan yang dilakukan oleh satu pihak kepada pihak lain. Teguran itu bisa dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, seseorang kepada

kelompok lain, satu kelompok kepada seseorang, atau dari kelompok kepada kelompok lain. Teguran bisa dilakukan secara lisan dan / atau secara tertulis.

Tujuan dari teguran adalah menyadarkan pihak yang melakukan perilaku menyimpang. Sehingga dengan demikian, diharapkan pihak tersebut tidak akan mengulangi tindakannya.

Dalam hubungan – hubungan yang bersifat informal, biasanya teguran dilakukan secara informal pula. Artinya, teguran tersebut tidak mengikuti tata cara atau prosedur tertentu. Akan tetapi, dalam hubungan – hubungan yang bersifat formal, teguran biasanya dilakukan dengan prosedur tertentu. Misalnya, dilakukan teguran secara lisan diindahkan, maka bisa dilanjutkan dengan pemberian sanksi tertentu.

Contoh, seorang fungsionaris partai memproleh teguran keras dari Dewan Pimpinan Pusat partai karena melakukan tindakan yang memperburuk citra partai, seorang anggota fraksi di DPR memproleh teguran dariketua fraksinya karena sering mangkir dalam persidangan – persidangan DPR.

 Hukuman / Sanksi

Hukuman atau sanksi adalah perlakuan tertentu yang sifatnya tidak mengenakkan atau menimbulkan penderitaan,yang diberikan kepada pihak pelaku perilaku

kenyimpang. Hukuman semestinya diberikan sebanding denga kualitas penyimpangan yang dilakukan.

(9)

Demikian pula, pemeberian hukuman tidak boleh dilakukan sembarangan tau sesuka hati. Pada prinsipnya hukumanan harus diberikan setimpal dengan kualitas kesalahan. Lembaga peradilan bisanya telah mangatur mekanisme pemberian hukuman.

Fungsi dari hukuman, setidaknya ada dua yaitu :

Menyadarkan pelaku perilaku menyimpang sehingga tidak melakukan perilaku menyimpang lagi.

Memberikan contoh kepada pihak yang tidak melakukan perilaku mrnyimpang, bila bahwa bila mereka melakukan perilaku menyimpang akan mendapatkan hukuman.

Contoh: TS dihukum 18 bulan penjara dan kewajiban membayarganti rugi sebesar 30,68 milyar rupiah dalam kasus ruislag Bulog – Goro. Sementara itu, R G1, mitra bisnis TS, dihukum dengan hukuman penjara selama 18 bulan dan kewajiban membayar ganti rugi sebesar 7,67 milyar rupiah.

 Pendidikan

Pendidikan merupakan lembaga pengendalian sosial yang penting. Karena melaluin pendidikan, seseorang menjadi tau, memahami, mengakui, dan bersedis berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Tanpa ada pendidikan, maka itu semua tak mungkin terrjadi. Orang tak akan tau, apalagi memahami, mengakui, dan bersedia berperilaku sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat.

Pendidikan tidak hanya berlangsung disekolah. Pendidikan juga berlangsung dalam keluarga dan masyaraka. Demikianlah, keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan agen pendidikan yang penting. Fungsi pendidikan sebagai lembaga pengendalian sosial agar berjalan dengan baik mana kala ada sinergi antara pendidikan yang berlangsung dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Dalam kenyataan, tidaklah mudah mewujudkan sinergi antara pendidikan dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Apa yang diajarkan dalam keluarga dan disekolah, tak jarang berbeda atau bahkan bertentangan dengan pendidikan yang berlangsung dalam masyarakat.

Sebagai contoh, dalam keluarga dan disekolah seorang anak dididik untuk mengasihi sesamanya dan berperilaku santun. Namun demikian, begitu banyak media massa cetak maupun elektronik ( sebagai salah satu agen pendidikan masyarakat) justru menyajikan secara vulgar dan eksesif berbagai bentuk kekerasan dan perilaku seronok. Sehingga, sang anak ataupun orang yang menerima sosialisasi dapat merasa bingung karena dihadapkan dengan dua hal yang bertentangan. Internalisasi yang membingungkan ini bisa membuat orang memilih nilai yang sebenarnya tidak disukai masyarakat.

(10)

salah satu masalah serius pendidikan dalam kaitannya dengan salah satu fungsinya sebagai lembaga pengendalian sosial.

 Agama

Bagi umat beragama, agama memberikan pedoman hidup. Baik dalam berhubungan dengan Tuhan, sesama, dan dengan alam. Agama mengajarkan apa yang baik, yang harus dilakukan. Demikian pula, agama menunjukkan apa yang jahat, yang harus dijauhi. Agama memberikan perintah untuk berbuat baik dan larangan untuk berbuat jahat. Orang yang bersedia mematuhi perintah agama disebut sebagai orang yang bertakwa.

Persoalannya, tidak banyak orang yang menjalankan agama secara substanrif. Menurut banyak tokoh agama, masih begitu banyak warga masyarakat yang beragama secara formalistic. Artinya, orang merasa puas kalau sudah melakukan Hal – hal yang formal, misalnya, bersembahyang. Ini merupakan kebalikan dari keberagaman

substantive. Akibatnya, meskipun orang tampakberagama dengan khusuk, namun kehiupannya yang sesungguhnya, masih saja diwarnai dengan perilakumenyimpang.

Itulah sebabnya, di Indonesia agama belum mampu berdampak efektifterhadap pengendalian sosial. Tak jarang, agama bukannya dijalankan dengan tulus, tetapi justru dipakaisebagai alat untuk menyelubungi perilaku menyimpang. Contoh, meskipun masyarakat indonediadikenal sebagai masyarakat agamis, namun ternyata Indonesia termasuk salah satu Negara paling korup di dunia. Ini jelas merupakan paradok yang sangat menyedihkan.

4. Lembaga Sosial Pelaksana Pengendalian Sosial

Di dalam masyarakat, dikenal adanya lembaga sosial yang berperan penting dalam melaksanakan pengendalian sosial. Beberapa di antara lembaga tersebut adalah kepolisian, peradilan, adat, dan tokoh masyarakat.

 Kepolisian

Di Indonesia, keberadaan kepolisian secara konstitusional diatur dalam pasal 30 ayat 4 UUD1945. Di sana dinyatakan: “Kepolisian Negara Repuplik Indonisia sebagai alat Negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan Hukum”.

Adapun tugas dan wewenang kepolisian indonisia diatur lebih lanjut dalam UUD No. 28 tahun 1997 tentang kepolisian Negara Republik Indonesia. Menurut Undang – undang tersebut, tugas utama polisi adalah:

(11)

Sebagai pengayom, memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat bagi tegaknya ketentuan peraturan perundang – undangan.

Bersama – sama dengan segenap komponen pertahanan dan keamanan Negara lainnya, membina ketenteraman masyarakat dalam wilayah Negara guna mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat.

Membimbing masyarakat demi terciptanya kondisi yang menunjang terselenggaranya usaha dan kegiatan mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat.

Meskipun masih banyak kekurangan di sana sini, lembaga kepolisian di Indonesia menampakkan diri semakin professional. Hal ini misalnya ditunjukkan oleh

kesigapannya dalam membongkar sebagian jaringan terorisme di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

 Peradilan

Lembaga peradilan berfungsi memberikan putusan hokum kepada warga masyarakat yang melakukan pelanggaran terhadap norma-norma hokum. Peradilan juga membuat keputusan mengenai penyelesaian perselisihan antara dua pihak. Putusan peradilan sangat penting artinya dalam menyelesaikan persoalan hukum. Melalui putusan peradilan, menjadi jelas status hokum dari sebuah persoalan hokum. Dengan kata lain, putusan peradilan memberikan kepastian hokum kepada masyarakat.

Dalam praktiknya, dalam membuat keputusan, lembaga peradilan selain berpegang pada hokum tertulis juga mempertimbangkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Adapun nilai-nilai yang dipertimbangkan itu antara lain adalah nilai keadilan, nilai kepatutan dan nilai kesusilaan.

Saat ini, lembaga peradilan di Indonesia sedang dalam ujian berat. Tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap lembaga ini sangat rendah. Itu terjadi karena lembaga peradilan tidak menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Orang mengatakan, bahwa di Indonesia terdapat “mafia peradilan”. Artinya, ada jaringan yang tak terorganisasi yang menguasai peradilan, sehingga peradilan tak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Lemahnya lembaga peradilan ini tentu saja menjadi salah satu hal yang membuat lemahnya pengendalian sosial.

 Adat-istiadat

(12)

pelosok-pelosok desa. Adat istiadat merupakan system norma yang tumbuh, berkembang dan dijunjung tinggi oleh masyarakat penganutnya. Adat yang sudah melembaga dan berlaku turun temurun disebut tradisi.

Warga masyarakat yang melanggar adat atau tradisi, pada umumnya akan dikenakan sanksi. Sanksi tersebut misalnya berupa pengucilan atau pengusiran dari lingkungan masyarakat di mana adat istiadat itu berlaku. Meskipun sanksi tersebut tidak tertulis, namun dapat berfungsi efektif. Hal ini disebabkan karena adat istiadat dihormati oleh warga masyarakat.

Di Indonesia, adat istiadat merupakan pelengkap hokum tertulis. Namun demikian, dalam kenyataan, peran adat dalam sistem hukum di Indonesia semakin berkurang. Peran itu semakin tergantikan oleh sistem hukum modern yang cenderung bercorak positivistic. Dalam arti, menyandarkan diri pada hukum tertulis.

 Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat adalah individu-individu warga masyarakat yang dianggap memiliki pengaruh atau wibawa tertentu oleh warga masyarakat lainnya. Orang tersebut biasanya disegani dan dihormati. Tutur kata maupun perbuatannya menjadi salah satu rujukan warga masyarakat lainnya. Tokoh masyarakat biasanya menjadi tempat tujuan warga dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang mereka hadapi.

(13)

Daftar Pusaka

http://nurainikangean.wordpress.com/2012/11/05/lembaga-pengendalian-sosial/ 08/04/2014

http://belajarpsikologi.com/pengendalian-sosial/ 08/04/2014

http://sukma-stc.blogspot.com/2012/05/tujuan-pengendalian-sosial_13.html 08/04/2014 http://sukma-stc.blogspot.com/2012/05/ciri-dan-tujuan-pengendalian-sosial.html 08/04/2014

http://sukma-stc.blogspot.com/2012/05/definisi-pengendalian-sosial_10.html 08/04/2014

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga F hitung (170,926) > Ftabel (2,699) berarti H1 diterima maka kualitas kualitas yang terdiri dari dimensi Kepercayaan, Kualitas dan Keberagaman produk

Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai residual hasil validasi dengan koseismik pada 11 titik pengamatan GPS dapat disimpulkan bahwa model koseismik dari

Pada penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi minyak mint dari daun Mentha arvensis segar yang berasal dari Pujon, Batu, Indonesia dengan metode distilasi air,

Kepada dosen Pembimbing I Pak Tonny Dian Effendi M.si, M.Soc.Sc terimakasih atas segala pengetahuan dan bantuannya selama proses saya mengerjakan tugas akhir ini,

Hasil penelitian berdasarkan pengukuran singkapan di massa batuan sedimen di tambang batubara menunjukkan bahwa distribusi jarak bidang kekar terhadap frekuensi mengukuti

• Fasilitas Pembayaran Premi Otomatis hanya berlaku selama 7 Tahun Polis pertama dengan ketentuan apabila Premi Dasar pada Tanggal Jatuh Tempo belum dibayar lunas setelah melewati

Tatalaksana lanjutan pada pasien neonatus perempuan dengan malforasi anorektal tanpa fistel sama dengan pasien neonatus laki-laki; apabila ada keadaan penyulit yang