• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses sosial manusia sebagai makhluk bi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proses sosial manusia sebagai makhluk bi"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sosiologi merupakan bidang kajian yang memiliki implikasi penting terhadap tumbuh kembangnya manusia dalam masyarakat, termasuk tumbuh berkembangnya mereka dalam dunia pendidikan. Sosiologi memberi sumbangan yang berarti bagi mereka yang tertarik dalam upaya melakukan kajian kritis terhadap apa yang terjadi di masyarakat. Sosiologi juga membantu upaya melakukan perubahan dan reformasi sosial melalui berbagai cara. Sosiologi pendidikan dalam hal ini, bisa membantu memberi bahan berharga dalam rangka melihat proses pendidikan dengan berbagai masalah dan implikasi yang di timbulkan.

Sosiologi Pendidikan adalah adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah

pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis. Untuk menciptakan hubungan yang baik dengan individu maupun terhadap masyarakat maka perlu

menggunakan beberapa pendekatan, dengan pendekatan maka akan berinterksi dengan individu dan masyarakat berjalan dengan lancar dan mudah, oleh karena pentingnya pendekatan dalam Sosioliogi pendidikan.

Dari semua materi yang sudah tersedia di dalam makalah kami ini akan membahas pengertian dan macam-macam interaksi, pengertian dari dasar proses sosial, dan klasifikasi interaksi sosial. Makalah kami yang berjudul “Interaksi Sosial” ini juga digunakan dalam menganalisis permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam bidang pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Interaksi dan macam-macam interaksi? 2. Apa pengertian dari dasar proses sosial?

3. Apa saja klasifikasi interaksi sosial?

C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan pengertian dari interaksi social dan macam-macam interaksi

(2)

3. Menjelaskan klasifikasi interaksi social

D. Batasan Masalah

Makalah ini hanya menjelaskan mengenai interaksi dan dasar proses social serta mendeskripsikan klasifikasi interaksi sosial.

BAB II PEMBAHASAN

(3)

Interaksi menurut KBBI adalah hal saling melakukan aksi,

berhubungan, mempengaruhi, antar hubungan. Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor seperti adanya imitasi, sugesti, identifikasi dan proses simpati. Interaksi di dalam kelas

melahirkan sesuatu yang disebut dengan suasana atau iklim kelas. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi dalam kelas terbingkai dalam kode etik kelas yang telah ditentukan oleh sekolah secara keseluruhan. Pertama, imitasi; kehadiran imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Kedua, sugesti; kehadiran sugesti dapat berlangsung apabila seseorang member suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Ketiga, identifikasi; identifikasi sebenarnya merupakan suatu kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Keempat, proses simpati; pada proses simpati ini terdapat proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain.1

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Dua syarat terjadinya interaksi sosial yaitu adanya kontak sosial (social contact) dan adanya komunikasi. Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk, pertama; adanya orang perorangan yang

dimaksud disini adalah seseorang yang baru memahami norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota. Kedua, adanya

perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya. Contohnya ketika seseorang bergabung dalam suatu kelompok maka seseorang tersebut harus taat dan patuh pada norma yang telah dibuat dan disepakati dalam suatu kelompok tersebut. Ketiga, antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Contohnya sekutu dan Belanda yang bersatu untuk menjajah dan mengalahkan para pahlawan yang berjuang mempertahankan Indonesia. Kontak sosial yang bersifat positif akan mengarah pada kerjasama, tetapi kontak sosial yang mengarah kepada

(4)

yang negatif maka akan timbul pertentangan atau bahkan tidak menghasilkan apapun.

Interaksi social adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.

Kelangsungan interaksi social ini, sekalipun dalam bentuknya yang sederhana, ternyata merupakan proses yang kompleks, tetapi padanya dapat kita beda-bedkan beberapa factor yang mendasarinya, baik secara tunggal maupun bergabung, yaitu (vide Bonner, Social Psychology, no. 3): 1. Faktor imitasi

2. Faktor sugesti 3. Faktor identifikasi 4. Faktor simpati2

Berikut akan dijelaskan mengenai keempat faktor diatas. 1. Imitasi

Imitasi adalah anak meniru seseornag (guru, teman, tetangga, orangtua,dsb). Imitasi ada yang positif ada yang negatif.3

Imitasi dapat mendorong individu atau kelompok untuk

melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik. Selanjutnya, apabila seseorang telah terdidik dalam suatu tradisi tertentu yang melingkupi segala situasi social, maka orang itu memiliki suatu “kerangka cara-cara tingkah laku dan sikap-sikap moral” yang dapat menjadi pokok pangkal untuk memperluas perkembanagnnya dengan positif. Dan, dalam didikannya ke dalam suatu ”tradisi” modern maupun kuno, imitasi memegang peranan penting.

Peranan faktor imitasi dalam interaksi sosial seperti yang digambarkan di atas juga mempunyai segi-segi yang negatif. Yaitu, apabila hal-hal yang diimitasi itu mungkinlah salah ataupun secara moral dan yuridis harus ditolak. Apabila contoh demikian diimitasi

2 Dr. W.A. Gerungan, Dipl. Psych., Psikologi Sosial, Refika Aditama, 2004, Bandung, hlm. 62.

(5)

orang banyak, proses imitasi itu dapat menimbulkan terjadinya kesalahan kolektif yang meliputi jumlah serba besar.

Selain itu adanya proses imitasi dalam interaksi social dapat menimbulkan kebiasaan dimana orang mengimitasi sesuatu tanpa kritik. Seperti yang berlangsung juga pada faktor sugesti. Dan, hal ini dapat menghambat perkembangan kebiasaan berfikir kritis. Dengan kata lain, adanya peranan-peranan imitasi dalam interaksi sosial dapat memajukan gejala-gejala kebiasaan malas berpikir pada individu manusia yang mendangkalkan kehidupannya.

Mengapa dan dalam keadaan manakah orang-orang itu mudah mengimitasi sesuatu?

Seperti yang telah dikatakan pada pembicaraan mengenai kritik erhadap pendapat Gabriel Trade, sebelum orang mengimitasi suatu hal, terlebih dahulu haruslah terpenuhi beberapa syarat, yaitu:

a. Minat-perhatian yang cukup besar akan hal tersebut

b. Sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang diimitasi, dan berikutnya dapat pula suatu syarat lainnya, yaitu bahwa

c. Orang-orang juga dapat mengimitasi suatu pandangan atau tingkah laku karena hal itu mempunyai penghargaan sosial yang tinggi. Jadi seseorang mungkin mengimitasi sesuatu karena ia ingin memperoleh penghargaan social did ala lingkungannya.

Imitasi bukan merupakan dasar pokok dari semua interaksi social seperti yang diuraikan oleh Gabriel Tarde, melainkan merupakan suatu segit dari proses interaksi sosial, yang menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku diantara orang banyak. Dengan cara imitasi, pendangan dan tingkah laku seseorang mewujudkan sikap-sikap, ide-ide, dan adat istiadat dari suatu keseluruhan kelompok masyarakat, dan dengan demikian pula seseorang itu dapat lebih melebarkan dan meluaskan hubungan-hubungannya dengan orang-orang lain.

(6)

Sugesti adalah ketika seseorang memberikan suatu pandangan atau sikap dari dirinya kemudian diterima oleh orang lain. Kapan sugesti itu lebih mudah terjadi pada manusia, dan apa syarat-syarat terjadinya sugesti? Secara garis besar, terdapat beberapa keadaan tertentu serta syarat-syarat yang memudahkan sugesti terjadi, yaitu:

a. Sugesti karena hambatan berpikir

Dalam proses sugesti terjadi gejala bahwa orang yang

dikenainya mengambil alih pandangan-pandangan dari orang lain tanpa memberinya pertimbangan kritik terlebih dahulu. Orang terkena sugesti itu menelan apa saja yang dianjurkan orang lain. b. Sugesti terjadi karena pikiran terpecah-pecah (disosiasi)

Selain dari keadaan ketika pikiran kita dihambat karena

kelelahan atau rangsangan emosional, sugesti itupun mudah terjadi pada diri orang itu mengalami keadaan terpecah-belah. Hal ini dapat terjadi misalnya apabila orang yang bersangkutan menjadi bingung karena ia dihadapkan pada kesulitan-kesulitan hidup yang terlalu kompleks bagi daya penmapungannya. Apabila orang karena sesuatu hal menjadi bingung, maka ia lebih mudah terkena sugesti orang lain yang mengetahui jalan keluar dari kesulitan-kesulitan yang dihadapinya itu.

Keadaan semacam ini dapat pula menerangkan mengapa dalam zaman modern ini orang-orang yang biasanya berobat kepada seorang dokter juga mendatangi seorang dukun untuk memproleh sugestinya yang dapat membantu orang yang bersangkutan mengatasi kesulitan-kesulitan jiwanya.

c. Sugesti karena ototritas

Dalam hal ini orang cenderung menerima

pandangan-pandangan atau sikap-sikap tertentu apabila pandangan-pandangan atau sikap tersebut dimiliki para ahli alam bidangnya sehingga dianggap otoritas pada bidang tersebut atau memiliki prestise social yang tinggi.

(7)

seorang ahli dalam bidang tersebut, atau mempunyai prestise sosial yang tinggi berkaitan dengan bidang itu sehingga dapat dipercaya. d. Sugesti karena mayoritas

Dalam hal ini, orang lebih cenderung akan menerima suatu pandangan atau ucapan apabila ucapan itu didukung oleh

mayoritas, oleh sebagian besar dari golongannya, kelompoknya, atau masyarakatnya. Mereka cenderung untuk menerima

pandangan itu tanpa pertimbanagn lebih lanjut karena jika sebagian besar berpendapat demikian ia pun rela ikut berpendapat demikian. e. Sugesti karena “will to believe”

Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa sugesti itu justru meyakinkan sikap-sikap yang sudah terdapat pada orang secara samar-samar. Demikianlah maka seorang anak yang masih sangat muda itu tidak dapat disugesti berkaitan dengan sikap-sikap sosial karena dia belum mempunyai kecenderungan-kecenderungan sikap sosial. Akan etapi, maki tua umur anak-anak sesuadah berusia 4 tahun itu, makin besar kemungkinan untuk mensugestinya hingga umur 9 tahun. Pada umur-umur itu, ia memang pertama-tama menjadi manusia sosial (permulaan perkembangan sosialnya). Setelah berumur 10 tahun, makin sukar lagi anak tersebut terkena sugesti sikap-sikap social karena sudah mulai berpikir dalam hal itu.

3. Identifikasi

Identifikasi adalah anak ingin menyamakan dirinya dengan orang lain yang dianggap memiliki kelebihan atau keistimewaan.4

Identifikasi dilakukan orang kepada orang lain yang dianggapnya ideal dalam suatu segi, untuk memperoleh sistem norma, sikap, dan nilai yang dianggapnya ideal, dan yang masih merupakan

kekurangannya pada dirinya. Sebagaimana diungkapkan, proses ini terjadi secara otomatis, bawah sadar, dan objek identifikasi itu tidak dipilih secara rasional, tetapi berdasarkan penilaian subjectif, berperasaan. Ikatan yang terlalu dalam antara orang yang

(8)

mengidentifikasi dan orang tempat identifikasi merupakan ikatan batin yang lebih mendalam daripada ikatan antara orang yang saling

mengimitasi tingkah lakunya. Di samping itu, imitasi dapat

berlangsung antara orang-orang yang tidak saling kenal, sedangkan orang tempat kita mengidentifikasi itu dinilai terlebih dahulu dengan cukup teliti (dengan perasaan) sebelum kita mengidentifikasi diri dengan dia, yang bukan merupakan proses rasional dan sadar, melainkan irasional dan berlangsung di bawah taraf kesadaran kita. Hanya. Apabila kita telah mengetahui bahwa memang ada proses-proses identifikasi seperti yang digambarkan itu, kita dapat

menganalisis dii kita sendiri (apabila dianggap perlu), dari manakah kita memperoleh norma-norma itukita juga telah mengidentifikasi diri kita dengan orang lain yang merupakan tokoh kita. Masa

perkembangan ketika manusia itu paling banyak melakukan

identifikasi dengan orang lain daripada orangtuanya adalah pada masa remaja atau pada masa pubertas ketika ia telah melepaskan

identifikasinya dengan orangtua, dan mencari norma-norma kehidupan sendiri saat itu adalah masa yang peka, masa orang mudah sekali dipengaruhi contoh-contoh yang baik atau contoh-contoh yang buruk dari orang-orang yang menjadi tempat identifikasinya itu, orangtua pun dapat mengidentifikasi dirinya dengan anak-anaknya dalam keadaan-keadaan tertentu sehingga terjadilah keadaan timbal balik yang merupakan ciri-ciri khas setiap interaksi sosial. 5

4. Simpati

Simpati adalah tertariknya seseorang dari yang satu kepada yang lain. Simpati lahir karena pertimbangan perasaan, bukan pikiran.6

Peranan simpati cukup nyata dalam hubungan persahabatan antara dua atau lebih orang. Hubugan cinta kasih antar manusia itu biasanya didahului pula oleh hubungan simpati yang terus menerus memegang peranan dalam hubungan cinta kasih itu. Patut ditambahkan bahwa

5 Dr. W.A. Gerungan, Dipl. Psych., Psikologi Sosial, Refika Aditama, 2004, Bandung, hlm. 73-74.

(9)

simpati dapat pula berkembang perlahan-lahan disamping simpati yang timbul dengan tiba-tiba.

Gejala identifikasi dan simpati itu sebenarnya sduah berdekatan. Akan tetapi, dalam hal simpati yang timbale balik itu, akan dihasilkan suatu hubungan kerja sama di mana seseorang ingin lebih mengerti orang lain dengan sedemikian jauhnya sehingga ia dapat merasa berpikir dan bertingkah laku seakan-akan ia adalah orang lain itu. Sedangkan dalam hal identifikasi terdapat suatu hubungan di mana yang satu menghormati dan menjunjung tinggi yang lain, dan ingin belajar daripadanya karena yang lain itu dianggapnya sebagai ideal. Jadi, pada simpati, dorongan utama adalah ingin mengerti an ingin bekerja sama dengan orang lain, sedangkan pada identifikasi dorongan utamanya adalah ingin mengikuti jejaknya, ingin mencontoh ingin belajar dari orang lain yang dianggapnya sebagai ideal. Hubungan simpati menghendaki hubungan kerja sama antara dua atau lebih orang yang setaraf. Hubungan identifikasi hanya menghendaki bahwa yang satu ingin menjadi seperti yang lain dalam sifat-sifat yang

dikaguminya. Simpati bermaksud kerjasama, identifikasi bermaksud belajar.

Simpati hanya dapat berkembang dalam suatu relasi kerjasama antara dua atau lebih orang, yang menjamin terdapatnya saling

mengerti itu. Justru karena adanya simpati itu dapatlah diperoleh saling mengerti yang lebih mendalam. Mutual understanding tidak dapat dicapai tanpa adanya simpati. Pada pihak lain, simpati menyebabkan terjadinya relasi kerjasama tadi, dimana kedua pihak lebih

(10)

Jelaslah bahwa saling memengaruhi dalam interaksi social yang berdasarkan simpati jauh lebih mendalam akibatnya daripada yang terjadi atas dasar imitasi atau sugesti.7

B. Dasar Proses Sosial

1. Pengertian Proses Sosial

Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dsb.

Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.

Proses sosial adalah suatu cara yang digunakan untuk berhubungan dengan kelompok-kelompok sosial. Proses sosial seringkali diartikan sebagai pengaruh timbal-balik. Proses sosial merupakan suatu hal yang harus ada pada interaksi sosial. Jadi bisa dikatakan bahwa di dalam interaksi sosial ada proses sosial yang menaunginya. Manusia memang sebagai makhluk sosial yang peranannya tidak luput serta tidak

ketinggalan dari yang namanya proses sosial. Sebagai makhluk sosial, maka manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia harus melakukan proses sosial dengan lingkungannya. Proses sosial tersebut menjadi satu indikator bahwa manusia harus berperan sebagai makhluk sosial di lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat memiliki peran dan adil dalam berlangsungnya proses sosial. Proses sosial yang dihadirkan dari lingkungan masyarakat yang kondusif akan membuat kelancaran dalam proses sosial manusia.

(11)

Proses sosialisasi pada dasarnya tidak selalu berjalan lancar sesuai dengan rencana dan kadangkala juga mengalami berbagai kesulitan. Adapun kesulitan dalam proses sosialisasi antara lain: pertama, ada kesulitan komunikasi, bila anak tidak mengerti apa yang diharapkan darinya, atau tak tahu apa yang diinginkan oleh masyarakat atau tuntutan kebudayaan tentang kelakuannya. Hal ini akan terjadi bila anak itu tak memahami lambang-lambang seperti bahasa, isyarat dan sebagainya. Kedua, adanya pola kelakuan yang berbeda-beda atau yang bertentangan. Masyarakat modern terpecah-pecah dalam berbagai sektor atau kelompok yang masing-masing menuntut pola kelakuan yang berbeda-beda. Orang tua mengharapkan agar anak jujur, jangan merokok akan tetapi kode peserta didik mengharuskannya turut dalam soal contek-mencontek, merokok, dan sebagainya. Jika tidak maka ia akan dikucilkan dari kelompoknya. Bila pertentangan itu tajam dan individu tak mampu menyesuaikan diri maka ada kemungkinan ia akan mengalami gangguan psikolog atau sosial. Gangguan ini dapat

berbeda-beda tarafnya. Ada yang ringan seperti kecanggungan dalam kelakuan, misalnya menghadapi situasi yang belum dikenal yang mudah diatasi. Akan tetapi ada gangguan yang merusak pribadi individu, sampai memerlukan psikolog atau psikiater. Dalam zaman modern ini, khususnya di kota-kota banyak hal yag menimbulkan ketegangan karena norma-norma bertentangan, dan karena itu makin banyak orang yang harus dirawat dalam rumah sakit jiwa. Hingga batas tertenu sekolah dapat merupakan salah satu sumber permulaan gangguan jiwa pada anak.

(12)

dan shock pada saat kelahiran, luka pada saat kelahiran, dapat merupakan kondisi yang dapat menyebabkan berbagai kelainan, seperti: cerebral, palsy, lemah pikiran8

Ketiga, perbedaan perorangan. Perbedaan perorangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi. Sejak saat dilahirkan anak tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unik yang berbeda dari individu-individu yang lain. Setelah lahir, seorang anak akan tumbuh dewasa dengan karakteristiknya sendiri-sendiri. Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, seperti ciri fisik (bentuk badan, warna kulit, warna mata, dan bentuk rambut), ciri-ciri normal, emosional, personal, dan sosial. Perbedaan perorangan ini mampu mempengaruhi sosialisasi seseorang. Ketika anak sudah lahir, maka ia akan lebih bersikap selektif terhadap pengaruh-pengaruh dari lingkungan. Perbedaan perorangan ini meliputi perbedaan dalam ciri-ciri fisik (bentuk badan, warna kulit, warna mata, warna rambut, dan lain-lain), ciri-ciri fisiologis (berfungsinya sistem endoktrin), ciri-ciri mental dan emosional, ciri personal dan sosial. Peranan faktor

perbedaan perorangan ini menyangkal bahwa determinisme kultural. Menurut paham ini kepribadian manusia itu dibentuk oleh kebudayaan masyarakatnya. Kenyataan menunjukkan, bahwa meskipun individu itu hidup dalam masyarkat dan dipengaruhi oleh kebudayaannya, namun dia tetap merupakan pribadi yang bersifat unik.

Keempat, lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah kondisi sekitar individu baik lingkungan alam, kebudayaan, dan masyarakat yang dapat mempengaruhi proses sosialisasi. Kondisi lingkungan sekitar tidak menentukan, tetapi mampu mempengaruhi dan membatasi proses sosialisasi seseorang.

Kelima, motivasi. Motivasi memiliki peranan yang begitu penting dan pokok dalam kehidupan seseorang. Dalam menjalani kehidupan, setiap individu mempunyai motivasi-motivasi untuk menjadikan hidupnya lebih berarti. Motivasi merupakan kekuatan dalam diri

(13)

seseorang yang menggerakkan seseorang untuk berbuat sesuatu. Motivasi yang dimiliki seseorang mampu mempengaruhi seseorang tersebut dalam bersosialisasi. Orang yang mempunyai motivasi besar dalam bersosialisasi tentu berbeda apabila dibandingkan dengan seseorang yang tidak mempunyai motivasi.

C. Klasifikasi interaksi sosial

Klasifikasi interaksi sosial dapat berupa kerjasama (cooperation), persaingan (competition), dan pertikaian (conflict). Pertikaian mungkin akan dapat mendapatkan suatu penyelesaian, namun penyelesaian tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu, yang dinamakan akomodasi. Keempat bentuk-bentuk dari interaksi sosial tersebut tidak perlu mrupakan suatu kontinuitas, dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertikaian untuk akirnya sampai pada akomodasi.

Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial :

1. Bentuk-bentuk interaksi sosial yang asosiatif a. Kerjasama ( cooperatif )

Bentuk kerjasama akan berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut dikemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Kerjasama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya(ingroup) dan kelompok lainnya ( outgroup). Kerjasama akan bertambah bagus dan kuat jika ada hal-hal yang berkaitan dengan anggota atau perorangan lainnya.

Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama. Kerjasama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi dengan :

Pertama, kerjasama spontan ( spontaneous cooperation) yaitu

(14)

cooperation) yaitu kerjasama atas dasar tertentu. Keempat, kerjasama tradisional (traditional cooperation ) yaitu kerjasama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial.

Selain itu ada lima bentuk kerjasama. Pertama, kerukunan yng mencakup gotong royong dan tolong menolong. Kedua, bargaining yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih. Ketiga, kooptasi yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatau organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan. Keempat, koalisi yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Kelima, joint venture yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya perhotelan, pertambangan batu bara, pengeboran minyak dan sebagainya.

b. Akomodasi ( acomodation)

Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk suatu proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan yaitu adanya suatu

keseimbangan dalam interaksi antara individu dengan individu yang lain, orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan nilai sosial yang berlaku dalam

masyarakat. Sedangkan akomodasi sebaagai suatu proses yaitu menunjuk pada usaha-usaha manusia guna mereda suatu pertikaian dan pertentangan, yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai perdamaian dan kestabilan.

(15)

Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegagan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan

pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadian.

Tujuan akomodasi:

1) Untuk mengurangi pertentangan antara orang-orang atau kelompok-kelompok akibat perbedaan faham. Dalam hal ini akomodasi diarahkan untuk memperoleh sintesa baru dari faham-faham yang berbeda.

2) Untuk mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara waktu.

3) Untuk memungkinkan dilangsungkannya kerjasama di antara individu-individu atau kelompok-kelompok yang karena faktor psikologi atau kebudayaan menjadi terpisah satu dari lainnya.

4) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok yang sebelumnya terpisah.

Bentuk-bentuk akomodasi sebagai proses menghindarkan, meredakan atau mengakhiri konflik antara lain :

1) Kompromi (pihak yang bertikai saling mengurangi tuntutan) 2) Toleransi (saling menghargai, menghormati, membiarkan di

antara pihak-pihak yang sebenarnya saling berbeda) 3) Konsiliasi (usaha yang bersifat kelembagaan untuk

mempertemukan pihak-pihak yang bertikai sehingga dicapai kesepakatan bersama)

4) Koersi (keadaan tanpa konflik karena terpaksa; akibat dari berbedanya secara tajam kedudukan atau kekuatan di antara fihak-fihak yang berbeda, misalnya antara buruh–majikan, orangtua-anak, pemimpin-pengikut, dan seterusnya)

(16)

6) Arbitrasi (penyelesaian konflik melalui pihak ketiga yang berwenang untuk mengambil keputusan penyelesaian) 7) Stalemate (perang dingin, yakni keadaan seimbang tanpa

konflik karena yang bertikai memiliki kekuatan yang seimbang

8) Displacement (menghindari konflik dengan mengalihkan perhatian)

9) Ajudikasi (penyelesaian konflik melalui proses hukum/in court)

10) Secara umum dapat dinyatakan bahwa akomodasi merupakan upaya menyelesaikan konflik atau pertikaian di luar hukum.

c. Asimilasi

Asimilasi merupakan proses sosial tingkat lanjut yang ditandai oleh adanya upaya mengurangi perbedaan serta

mempertinggi kesatuan tindakan, sikap dan proses-proses mental di antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok dengan

memperhatikan kepentingan atau tujuan bersama. Asimilasi akan terjadi apabila ada dua kelompok yang berbeda

kebudayaan,individu/warga kelompok saling bertemu dan bergaul intensif dalam waktu yang lama, sehingga terjadi kontak

kebudayaan (akulturasi) yang memungkinkan dua kelompok yang berbeda itu saling mengadopsi (meminjam) unsur-unsur

kebudayaan,cara hidup dan kebudayaan dua kelompok itu saling menyesuaikan diri sehingga masing-masing mengalami

perubahan,kelompok-kelompok tersebut melebur membentuk kelompok baru dengan cara hidup dan kebudayaan baru yang berbeda dari kelompok asal. Interaksi sosial yang menghasilkan asimilasi dan bersifat pendekatan apabila tidak mengalami

hambatan dan pembatasan, interaksi berlangsung primer,interaksi berlangsung dengan frekuensi yang tinggi dan dalam

keseimbangan.

(17)

2) Kesempatan yang seimbang dalam proses ekonomi.

3) Sikap menghargai orang asing dengan segenap kebudayaannya. 4) Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa (elite/therulling

class).

5) Persamaan unsur-unsur kebudayaan. 6) Perkawinan campuran (amalgamasi).

Hal-hal yang menghambat asimilasi: 1) Terisolirnya suatu kelompok.

2) Kurangnya pengetahuan terhadap kebudayaan lain. 3) Adanya prasangka terhadap kebudayaan lain.

4) Penilaian bahwa kebudayaan kelompoknya lebih tinggi derajatnya (ethnosentrisme).

5) Loyalitas yang berlebihan kepada kelompok bawaan lahirnya (primordialism)

6) In group feeling yang kuat.

7) Perbedaan warna kulit dan ciri-ciri badaniah (ras).

a. Bentuk-bentuk interaksi sosial yang disosiatif.

Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional processess, yang persis sama dengan :

1) Pertentangan ( conflict )

Pribadi maupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan lain-lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian. Adanya penyebab pertentangan adalah perbedaan individu, perbedaan

kebudayaan, perbedaan kepentingan dan perubahan sosial. Pertentanggan mempunyai beberapa bentuk khusus seperti pertentangan pribadi,

pertentangan rasial, pertentangan antar kelas-kelas sosial, pertentangan politik, dan pertentangan yang bersifat internasional.

2) Persaingan (Kompetisi)

(18)

Persaingan mempunyai dua tipe umum, yaitu: bersifat personal/pribadi atau perorangan (rivalry) dan bersifat korporasi atau kelompok. Ruang lingkup persaingan dapat diberbagai bidang kehidupan: ekonomi (perdagangan), sosial (kesempatan pendidikan), budaya (kesenian, olahraga), politik (pemerintahan, partai politik) maupun keagamaan (antar kelompok agama, aliran, madzab, sekte, dst.)

3) Kontravensi

Kontravensi merupakan proses sosial yang berada di antara

persaingan dan konflik. Kontravensi merupakan sikap yang tersembunyi terhadap pihak-pihak lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu golongan. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian, tetapi tidak sampai menimbulkan pertikaian.

Bentuk-bentuk kontravensi:

a. proses umum : perbuatan menolak, keengganan, menganggu proses atau mengacaukan rencana.

b. sederhana : menyangkal pernyataan di depan umum, memaki, mencerca, memfitnah, menyebarakan selebaran atau melemparkan pembuktian kepada orang lain.

c. intensif : menghasut, menyebarkan desas-desus.

(19)

BAB III A. KESIMPULAN

Sosiologi Pendidikan adalah adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau

pendekatan sosiologis. Manusia sebagai makhluk individu dan sosial memiliki unsur jasmani dan rohani unsur raga dan jiwa. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial apabila di dalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Seorang manusia tidak bisa hidup tanpa adanya interaksi sosial antar masyarakat. Adanya proses sosial mampu memudahkan adanya interaksi antar masyarakat tersebut dengan berbagai bentuk. Proses social dapat diartikan sebagai pengaruh timbal balik di berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh mempengaruhi antara social dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dan hukum dan lainnya.

B. SARAN

Kami selaku penulis sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan tentunya masih banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan kami. Oleh karena itu, kami selaku penulis makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami juga mengharapkan makalah ini sangat

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Dr. W.A Gerungan, Dipl. Psych. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Maunah, Binti.2016. Sosiologi Pendidikan. Depok Sleman Yogyakarta: Kalimedia.

Referensi

Dokumen terkait

Menunjuk Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 57/PMK.05/2007 tentang Pengelolaan Rekening Milik Kementerian negara/lembaga/Kantor/Satuan Kerja dengan ini kami menyatakan

19 MOHAMAD TRISTA ADITIA PUTRA 20 MUHAMMAD HABIBURRAHMAN 21 MUHAMMAD ILHAM MAULANA 22 MUHAMMAD RAFFI ADRIANSYAH 23 MUHAMMAD RAIHAN RIDHO 24 MUHAMMAD RIZAL.. 25 MUHAMMAD ROYAN

Dengan adanya dinding pantul, penonton yang berada di susut > 60° sumber bunyi dapat menerima bunyi dengan besar yang sama dengan bunyi yang di dengar penerima

Setelah mendapatkan nilai koreksi antara data pengukuran dan perhitungan yang di butuhkan untuk validasi dari perhitungan transmisi loss (TL) pada kabin maka akan

Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan bahwa rumah sakit melakukan beberapa Kesalahan atas penerapan pemungutan yaitu objek PPh pasal 22, non objek PPh pasal

Alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode EA dengan menerapkan Zachman Framework sebagai teknik analisis data, dimana dengan penerapan metode

Mengkatagorikan data dan menentukan hubungannya, selanjutnyanya disimpulkan dengan urutan dari yang sederhana sampai pada yang lebih kompleks terkait dengan sistem sistem

Tantangan untuk meraih prestasi terdiri dari 2 faktor yaitu faktor dari dalam diri sendiri (faktor internal) dan faktor dari luar (faktor eksternal). kedua faktor