• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKTOR AKTOR KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PEMER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AKTOR AKTOR KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PEMER"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

AKTOR-AKTOR KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PEMERINTAHAN

DISUSUN OLEH:

TIARA UTAMI

C0F012003

Dosen Pembimbing: Wahyu Rohayati, S.IP,.M.Si

PRODI MANAJEMEN PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

KAMPUS SAROLANGUN

(2)

2

*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas rahmat, hidayah dan

ridho-Nya, setelah melalui berbagai kesulitan akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah yang

sederhana ini.

Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih belum sempurna, yang dikarenakan

adanya keterbatasan waktu yang diberikan. Tetapi berkat bimbingan dan pengarahan dari

berbagai pihak maka saya dapat menyusun makalah ini dengan lancar dan semoga dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Saya sangat mengharap saran, pendapat, maupun kritik yang bersifat membangun.

Semoga makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Sebagai

manusia biasa kami tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Bila ada kesalahan itu

datangnya dari saya pribadi dan bila ada kebenaran dan kebaikan itu dari Allah SWT Semata.

Untuk itu bila ada kesalahan, Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wasalam,

Sarolangun, Mei 2014

Penulis

(3)

3

*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003)

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 4

1.2 Rumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penulisan ... 5

1.4 Manfaat Penulisan...5

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN METODOLOGI PENULISAN 2.1 Kajian Teori...6

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik...7

2.2 Metodologi Penulisan 2.2.1 Metode Pengumpulan Data...7

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Aktor-aktor kebijakan publik...7

3.2 Model formulasi kebijakan publik...8

3.3 Tahap perumusan kebijakan publik...14

3.4 Evaluasi kebijakan publik...17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan...19

(4)

4

*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG

Setiap kebijakan tidak lepas dari peran berbagai aktor, Aktor dalam kebijakan dapat

berarti individu-individu atau kelompok-kelompok, dimana para pelaku ini terlibat

dalam kondisi tertentu sebagai suatu subsistem kebijakan. Menurut Howlet dan Ramesh, aktor-aktor dalam kebijakan terdiri atas lima kategori, yaitu sebagai berikut: 1.) Aparatur yang dipilih (elected official) yaitu berupa eksekutif dan legislatif; 2.) Aparatur yang ditunjuk (appointed official), sebagai asisten birokrat biasanya menjadi kunci dasar dan central figure dalam proses kebijakan atau subsistem kebijakan; 3.)Kelompok-kelompok kepentingan ( interest group), Pemerintah dan politikus seringkali membutuhkan informasi yang disajikan oleh kelompok-kelompok

kepentingan guna efektivitas pembuatan kebijakan atau untuk menyerang oposisi

mereka; 4.) Organisasi-organisasi penelitian (research organization), berupa

Universitas, kelompok ahli atau konsultan kebijakan; 5.) Media massa ( mass media ), sebagai jaringan hubungan yang krusial diantara Negara dan masyarakat sebagai

media sosialisasi dan komunikasi melaporkan permasalahan yang dikombinasikan

antara peran reporter dengan peran analis aktif sebagai advokasi solusi.

1. 2 Batasan Masalah

Untuk menghindari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah

ini, maka penulis membatasi masalah-masalah yang akan di bahas antara lain:

1. Aktor-aktor kebijakan publik

2. Kebijakan publik

3. Bagian-bagian yang mencakup dalam pembahasan aktor-aktor kebijakan publik

dalam pemerintahan.

1. 3 Rumusan Masalah

(5)

5

*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003)

yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Siapa saja aktor-aktor kebijakan publik?

b. Apa saja model formulasi kebijakan publik?

c. Apa saja tahap perumusan kebijakan

publik?

d. Bagaimana Evaluasi Kebijakan publik?

1. 4 Tujuan Penulisan

1.4.1 Mengetahui siapa saja aktor-aktor kebijakan publik

1.4.2 Mendeskripsikan apa saja model formulasi kebijakan publik

1.4.3 Mendeskripsikan tahap perumusan kebijakan publik

1.4.4 Menjelaskan evaluasi kebijakan publik

1. 5 Manfaat Penulisan

Karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama kepada

mahasiswa itu sendiri dan lingkungan sekitar.

BAB II

(6)

6

*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003)

2.1 Kajian Teori

2.1.2 Kebijakan Publik

Kebijakan publik menurut Thomas Dye (1981) adalah “apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public policy is whatever goverments choose to do or not to do). Pengertian ini mengandung makna bahwa (1) kebijakan publik dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta, (2) kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh instansi pemerintah.” ( Adisasmita, 113:2011) .

James Anderson mengatakan bahwa kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor dalam mengatasi suatu masalah atau

persoalan. Konsep kebijakan ini dianggap tepat karena memusatkan perhatian pada apa

yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Selain

itu, konsep ini juga membedakan kebijakan dari keputusan yang merupakan pilihan di

antara berbagai alternatif yang ada (Winarno, 21:2012).

2.2 Metedologi Penulisan

2.2.1 Metode Pengumpulan data

Penulisan karya ilmiah ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian

deksriptif ekspolatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam karya tulis ini

menggunakan teknik studi dokumenter. Teknik ini merupakan cara mengumpulkan data

yang dilakukan dengan kategori dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan

dengan penelitian baik dari sumber dokumen maupun buku-buku, koran, majalah dan

lain-lain (H.Hadari Nawari, 2006).

(7)

7

*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003)

PEMBAHASAN

3.1AKTOR-AKTOR KEBIJAKAN PUBLIK

Perumusan kebijakan publik akan melibatkan berbagai aktor, baik yang berasal dari

aktor negara maupun aktor non negara atau yang disebut oleh Anderson sebagai

pembuat kebijakan resmi (official policy-makers) dan peserta non pemerintahan (nongovernmental participants). Pembuat kebijakan resmi adalah mereka yang memiliki kewenangan legal untuk terlibat dalam perumusan kebijakan publik.

Mereka ini menurut Anderson terdiri atas legislatif; eksekutif; badan administratif;

serta pengadilan. Legislatif merujuk kepada anggota kongres/dewan yang seringkali

dibantu oleh para staffnya. Adapun eksekutif merujuk kepada Presiden dan jajaran

kabinetnya. Sementara itu, badan administratif menurut Anderson merujuk kepada

lembaga-lembaga pelaksana kebijakan. Di pihak lain menurut Anderson, Pengadilan

juga merupakan aktor yang memainkan peran besar dalam perumusan kebijakan

melalui kewenangan mereka untuk mereview kebijakan serta penafsiran mereka

terhadap undang-undang dasar. Dengan kewenangan ini, keputusan pengadilan bisa

mempengaruhi isi dan bentuk dari sebuah kebijakan publik.

Secara umum aktor-aktor atau yang terlibat dalam proses formulasi kebijakan dibagi

dalam dua katagori besar yakni :

1. Aktor Inside Government

Aktor inside government pada umumnya meliputi:

a. Eksekutif (Presiden; Staf Penasihat Presiden; para Menteri, para Kepala Daerah)

yang umumnya merupakan jabatan politis.

b. Anggota-anggota dari badan perwakilan rakyat (Lembaga Legislatif).

c. Badan dan orang-orang Yudikatif secara parsial

(8)

8

*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003)

2. Aktor Outside Government

Aktor outside government pada umumnya meliputi:

a. Kelompok-kelompok kepentingan (interest groups) yang bisa berwujud LSM (NGO). Kelompok/ikatan profesional, kelompok bisnis, perserikatan buruh, bahkan

organisasi atau lembaga keagamaan.

b. Akademisi, peneliti dan konsultan, pihak swasta (perusahaan yang memberikan

layanan sesuai permintaan pemerintah).

c. Politisi.

d. Media massa.

e. Opini publik.

f. Kelompok sasaran kebijakan (beneficiaries).

g. Lembaga-lembaga donor (diantaranya adalah Bank Dunia, IMF).

Hubungan antar aktor ini bisa bersifat horizontal (layers), vertikal (levels), maupun antar lembaga (locus-loci). Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin banyak aktor (layers, levels, loci) yang terlibat dalam formulasi sebuah kebijakan, maka akan semakin sulit pula kebijakan tersebut diimplementasikan dan mencapai tujuan yang

diharapkan. Hal ini mudah dipahami karena semakin banyak aktor yang terlibat, maka

akan semakin banyak pula biaya koordinasi yang dibutuhkan, semakin banyak pula

kepentingan yang bersaing untuk didahulukan, belum lagi masalah kewenangan dan

tanggung jawab antar aktor yang mesti diperjelas terlebih dahulu.

3.2MODEL FORMULASI KEBIJAKAN PUBLIK

Perumusan kebijakan melibatkan proses pengembangan usulan akan tindakan yang

terkait dan dapat diterima untuk menangani permasalahan publik. Perumusan

kebijakan tidak selamanya akan berakhir dengan dikeluarkannya sebagai sebuah

produk peraturan perundang-undangan. Seringkali pembuat kebijakan memutuskan

untuk tidak mengambil tindakan terhadap sebuah permasalahan dan membiarkannya

selesai sendiri. Atau seringkali pembuat kebijakan tidak berhasil mencapai kata

sepakat mengenai apa yang harus dilakukan terhadap suatu masalah tertentu (Rusli,

(9)

9

*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003)

Model perumusan kebijakan publik merupakan pengambilan keputusan dari berbagai

alternatif. Dalam pengambilan keputusan biasanya mempertimbangkan antara untung

rugi dan keefisiennya suatu kebijakan (model rasional kompreherensif). Dalam model

perumusan kebijakan publik dalam proses ini faktor aktor akan melakukan

pendefinisian suatu masalah (input) kemudian di konvertasi untuk dibuat kebijakan yang pas dan hasil dari input dan konversi adalah output yang berupa kebijakan. Namun dalam prosis input koversi dan output faktor lingkungan sebagai penerima kebijakan berpengaruh cukup besar. Karena nantinya setelah kebijakan dibuat dan

ditolak oleh lingkungan penerima. kebijakan maka akan diproses kembali untuk

dibuat model kebijakan yang baru, yang sesuai dengan lingkungan penerima

kebijakan.

Di lingkungan para pembelajar perumusan kebijakan publik terdapat sejumlah model.

Dye (1992:20) merumuskan model-model secara lengkap dalam sembilan model

formulasi kebijakan yaitu :

1. Model Kelembagaan (Institutional)

Formulasi kebijakan model kelembagaan secara sederhana bermakna bahwa tugas

membuat kebijakan publik adalah tugas pemerintah. Jadi apapun yang dibuat

pemerintah dengan cara apa pun adalah kebijakan publik. Ini adalah model yang paling

sempit dan sederhana di dalam formulasi kebijakan publik. Model ini mendasarkan

kepada fungsi-fungsi kelembagaan dari pemerintah, di setiap sektor dan tingkat, di

dalam formulasi kebijakan. Disebutkan Dye, ada tiga hal yang membenarkan

pendekatan ini, yaitu pemerintah memang sah membuat kebijakan publik, fungsi

bersifat universal, dan memang pemerintah memonopoli fungsi pemaksaan (koersi)

(10)

10

*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003)

Pendekatan kelembagaan (institutionalism) merupakan salah satu perhatian ilmu politik yang tertua. Kehidupan politik umumnya berkisar pada lembaga pemerintah seperti:

legislatif, eksekutif, pengadilan dan partai politik; lebih jauh lagi kebijakan publik

awalnya berdasarkan kewenangannya ditentukan dan dilaksanakan oleh lembaga

pemerintah. Tidak mengherankan kemudian bila ilmuan politik banyak mencurahkan

perhatian pada pendekatan ini. Secara tradisional pendekatan kelembagaan

menitikberatkan pada penjelasan lembaga pemerintah dengan aspek yang lebih formal

dan legal. Yang meliputi organisasi formal, kekuasaan legal, aturan prosedural, dan

fungsi atau aktivitasnya. Hubungan formal dengan lembaga lainnya juga menjadi titik

berat dari pendekatan kelembagaan. Salah satu kelemahan dari pendekatan ini adalah

terabaikannya masalah-masalah lingkungan di mana kebijakan itu diterapkan.

Dalam model kelembagaan, kebijakan dianggap sebagai hasil dari lembaga-lembaga

pemerintah (parlemen, kepresidenan, kehakiman, pemerintah daerah dan sebagainya)

yang meliputi proses-proses perumusan, pelaksanaan dan pemaksaan secara otoritatif

oleh lembaga-lembaga pemerintah tersebut. Karakteristik kebijakan model

kelembagaan ini meliputi:

a. Pemerintah memberikan legitimasi terhadap kebijaksanaan yang akan ditempuhnya,

sedangkan rakyat sebagai penerima kebijakan tersebut

b. Pemerintah melaksanakan kebijakannya secara universal dan tidak ada seorangpun

yang bisa menghindar

c. Hanya pemerintah yang berhak memaksakan pelaksanaan kebijakan kepada

masyarakat.

2. Model Proses (Process)

Di dalam model ini, para pengikutnya menerima asumsi bahwa politik merupakan

sebuah aktivitas sehingga mempunyai proses. Model ini memberitahukan kepada kita

bagaimana kebijakan dibuat atau seharusnya dibuat, namun kurang memberikan

tekanan kepada substansi seperti apa yang harus ada. Misalnya mulai dari :

a. Proses identifikasi permasalahan

b. Menata agenda formulasi kebijakan

c. Perumusan proposal

(11)

11

*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003)

e. Implementasi kebijakan

f. Evaluasi kebijakan.

3. Model Kelompok (Group)

Model pengambilan kebijakan dalam teori kelompok mengandaikan kebijakan sebagai

titik keseimbangan (equilibrium). Inti gagasannya adalah interaksi di dalam kelompok akan menghasilkan keseimbangan, dan keseimbangan adalah yang terbaik. Di sini

individu di dalam kelompok-kelompok kepentingan berinteraksi secara formal dan

informal, secara langsung atau tidak langsung melalui media masa menyampaikan

tuntutan kepada pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan publik yang diperlukan. Di

sini peran dari sistem politik adalah untuk mengelola konflik yang muncul dari adanya

perbedaan tuntutan, melalui:

a. Merumuskan aturan main antar kelompok kepentingan

b. Menata kompromi dan menyeimbangkan kepentingan

c. Memungkinkan terbentuknya konpromi di dalam kebijakan publik

d. Memperkuat kompromi-kompromi tersebut.

Model teori kelompok sesungguhnya merupakan abstraksi dari proses formulasi

kebijakan yang di dalamnya beberapa kelompok kepentingan berusaha untuk

mempengaruhi isi dan bentuk kebijakan secara interaktif.

4. Model Elit (Elitte)

Model teori elit berkembang dari teori politik elit, massa yang melandaskan diri pada

asumsi bahwa di dalam setiap masyarakat pasti terdapat dua kelompok, yaitu pemegang

kekuasaan atau elite dan yang tidak memiliki kekuasaan atau massa.

Teori ini menggambarkan diri kepada kenyataan bahwa sedemokratis apapun, selalu

ada bias di dalam formulasi kebijakan, karena pada akhirnya.

5. Model Rasional

Dalam teori ini gagasan yang dikedepankan adalah kebijakan publik sebagai maximum social gain yang berarti pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus memilih

(12)

12

*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003)

ini adalah model yang paling banyak diikuti dalam praktek formulasi kebijakan publik

di seluruh dunia.

Model ini mengatakan bahwa proses formulasi kebijakan haruslah didasarkan pada

keputusan yang sudah diperhitungkan rasionalitasnya. Dengan kata lain, model ini lebih

menekankan pada aspek efisiensi atau aspek ekonomis. Cara-cara formulasi kebijakan

disusun dalam urutan (Winarno, 2002:75):

a. Mengetahui preferensi publik dan kecenderungannya

b. Menemukan plihan-pilihan

c. Menilai konsekuensi masing-masing pilihan

d. Menilai rasio nilai sosial yang dikorbankan

e. Memilih alternatif kebijakan yang paling efisien.

Apabila dirunut, kebijakan ini merupakan model ideal dalam formulasi kebijakan,

dalam arti mencapai tingkat efisiensi dan efektivitas kebijakan. Studi-studi kebijakan

biasanya memberikan fokus kepada tingkat efisiensi dan keefektifan kebijakan.

6. Model Incremental

Model Inkrementalis pada dasarnya merupakan kritik terhadap model rasional.

Dikatakannya, para pembuat kebijakan tidak pernah melakukan proses seperti yang

disyaratkan oleh pendekatan rasional karena mereka tidak memiliki cukup waktu,

intelektual maupun biaya, ada kekhawatiran muncul dampak yang tidak diinginkan

akibat kebijakan yang belum pernah dibuat sebelumnya, adanya hasil-hasil dari

kebijakan sebelumnya yang harus dipertahankan, dan menghindari konflik (Winarno,

2002:77-78). Kebijakan seperti ini dapat dilihat pada kebijakan pemerintah hari ini

untuk mengambil alih begitu saja kebijakan-kebijakan di masa lalu, seperti kebijakan

desentralisasi, kepartaian, rekapitalisasi kebijakan PPN dan lain-lain.

Pada model ini para pembuat kebijakan pada dasarnya tidak mau melakukan peninjauan secara konsisten terhadap seluruh kebijakan yang dibuatnya. karena beberapa alasan, yaitu:

a. Tidak punya waktu, intelektualitas, maupun biaya untuk penelitian terhadap

(13)

13

*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003)

b. Adanya kekhawatiran tentang bakal munculnya dampak yang tidak diinginkan

sebagai akibat dari kebijakan yang belum pernah dibuat sebelumnya

c. Adanya hasil-hasil program dari kebijakan sebelumnya yang harus dipertahankan

demi kepentingan tertentu

7. Model Teori Permainan ( Game Theory)

Model seperti ini biasanya di cap sebagai model konspiratif. Gagasan pokok dari

kebijakan dalam model permainan adalah, pertama formulasi kebijakan berada di dalam

situasi kompetisi yang instensif, kedua, para aktor berada dalam situasi pilihan yang

tidak independent ke dependent melainkan situasi pilihan yang sama-sama bebas atau

independent. Sama seperti permainan catur, setiap langkah akan bertemu dengan kombinasi langkah lanjut dan langkah balasan yang masing-masing relatif bebas.

Inti dari teori permainan yang terpenting adalah untuk mengakomodasi kenyataan

paling riil, bahwa setiap negara, setiap pemerintah, setiap masyarakat tidak hidup dalam

vakum. Ketika kita mengambil keputusan, maka lingkungan tidak pasif, melainkan

membuat keputusan yang bisa menurunkan keefektifan keputusan kita. Di sini teori

permainan memberikan konstribusi yang paling optimal.

8. Model Pilihan Publik (Public Choice)

Model kebijakan ini melihat kebijakan sebagai sebuah proses formulasi keputusan kolektif dari individu-individu yang bekepentingan atas keputusan tersebut. Akar kebijakan ini sendiri berekar dari teori ekonomi pilihan publik (Economic of public choise) yang mengandaikan bahwa manusia adalah homo ecnomicus yang memiliki kepentingan-kepentingan yang harus dipuaskan. Prinsipnya adalah buyer meet seller; supply meet demand.

Pada intinya, setiap kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah harus merupakan pilihan dari publik yang menjadi pengguna (benifisiaris atau customer dalam konsep bisnis). Proses formulasi kebijakan publik dengan demikian melibatkan publik melalui kelompok-kelompok kepentingan. Secara umum, ini adalah konsep formulasi kebijakan publik yang paling demokratis karena memberi ruang yang luas kepada publik untuk

(14)

14

*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003)

Sebuah pemikiran yang dilandasi gagas Jhon Locke bahwa, pemerintah adalah sebuah lembaga yang muncul dari kontrak sosial diantara individu-individu warga masyarakat.

9. Model Sistem (System)

Dalam pendekatan ini dikenal tiga komponen: input, proses, dan output. Kelemahan dari pendekatan ini adalah terpusatnya perhatian pada tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah, dan pada akhirnya kita kehilangan perhatian pada apa yang tidak pernah dilakukan pemerintah. Formulasi kebijakan publik dengan model sistem mengandaikan bahwa kebijakan merupakan hasil atau output dari sistem (politik).

3.3TAHAP PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK

Amir Santoso dalam Budi Winarno (2012 : 22), mengkomparasi berbagai definisi

yang dikemukakan oleh para ahli yang menaruh minat pada bidang kebijakan publik

menyimpulkan bahwa, pada dasarnya pandangan mengenai kebijakan publik dapat

dibagi kedalam dua wilayah kategori. Pertama, pendapat ahli yang menyamakan kebijakan publik dengan tindakan-tindakan pemerintah. Para ahli dalam kelompok ini

cenderung menganggap bahwa semua tindakan pemerintah dapat disebut sebagai

kebijakan publik. Pandangan kedua menurut Amir Santoso, berangkat dari para ahli yang memberikan perhatian khusus kepada pelaksanaan kebijakan. Para ahli yang

masuk dalam kategori ini terbagi kedalam dua kubu, yakni mereka yang memandang

kebijakan publik sebagai keputusan keputusan pemerintah yang mempunyai tujuan

dan maksud-maksud tertentu, dan mereka yang menganggap kebijakan publik sebagai

memiliki akibat akibat yang bisa diramalkan.

Para ahli yang termasuk kedalam kubu yang pertama, melihat kebijakan publik dalam

tiga lingkungan, yakni perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan penilaian

kebijakan. Dengan kata lain, menurut kubu ini kebijakan publik secara ringkas dapat

dipandang sebagai proses perumusan, implementasi dan evaluasi kebijakan. Ini berarti

bahwa kebijakan publik adalah serangkaian instruksi dari para pembuat keputusan

(15)

15

*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003)

mencapai tujuan tersebut. Sedangkan kubu kedua lebih melihat kabijakan publik

terdiri dari rangkaian keputusan dan tindakan. Oleh karena itu proposisi yang

menyatakan bahwa kebijakan publik merupakan kebijakan yang

dikembangkan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan pejabat-pejabat pemerintah

harus mendapat perhatian sebaik-baiknya agar bisa membedakan kebijakan publik

dengan bentuk-bentuk kebijakan yang lain, seperti misalnya kebijakan yang

dikeluarkan oleh pihak swasta.

Keterlibatan aktor-aktor dalam perumusan kebijakan kemudian menjadi ciri khusus

dari kebijakan publik. Kenyataan bahwa kebijakan itu diformulasikan oleh apa yang

dikatakan oleh David Easton sebagai penguasa dalam suatu sistem politik, yaitu para sesepuh tertinggi pada suku-suku, anggota-anggota eksekutif, legislatif, yudikatif,

administrator, penasehat raja dan semacamnya. Menurut Easton mereka ini

merupakan orang-orang yang terlibat dalam masalah sehari-hari dalam suatu sistem

politik, diakui oleh sebagian besar anggota-anggota sistem politik, mempunyai

tanggung jawab untuk masalah-masalah ini, dan mengambil tindakan-tindakan yang

diterima secara mengikat dalam waktu yang panjang oleh sebagian terbesar anggota

sistem politik selama mereka bertindak dalam batas-batas peran yang

diharapkan (Budi Winarno, 2012: 22-23).

Tahap-tahap kebijakan publik adalah sebagai berikut :

1. Tahap Penyusunan Agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik.

Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetensi terlebih dahulu untuk dapat masuk

ke dalam agenda kebijakan publik. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda

kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak

disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus

pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu

yang lama seperti:

1. Penyusunan Agenda

2. Formulasi Kebijakan

(16)

16

*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003)

4. Implementasi Kebijakan

5. Evaluasi Kebijakan

2. Tahap Formulasi Kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat

kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan

masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau

pilihan kebijakan (policy alternatives / policy options) yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke agenda kebijakan, dalam tahap perumusan

kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan

yang diambil untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan

bermain untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

3. Tahap Adopsi Kebijakan

Dikumpul dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus

kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan

dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan

peradilan.

4. Tahap implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jika program

tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan program kebijakan yang

telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni

dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat

bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang

memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Beberapa implementasi

(17)

17

*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003) 5. Tahap Evaluasi Kebijakan

Tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat

sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan

publik pada dasarnya dibuat untuk merahi dampak yang diinginkan. Dalam hal ini,

untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Oleh karena itu,

ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai

apakah kebijakan publik telah meraih

dampak yang diinginkan. Istilah kebijakan dalam kehidupan sehari-hari Istilah

kebijakan dalam kehidupan sehari-hari sering digunakan untuk menunjuk suatu

kegiatan yang mempunyai maksud berbeda. Para ahli mengembangkan berbagai

macam definisi untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan kebijakan dan

kebijakan publik. Masing-masing definisi memberikan penekanan yang berbeda-beda,

namun definisi yang dianggap lebih tepat adalah suatu definisi yang menekankan

tidak hanya pada apa yang diusulkan pemerintah, tetapi juga mencakup pula arah

tindakan atau apa yang dilakukan oleh pemerintah.

Sementara itu, para ilmuwan dalam mengkaji kebijakan publik dapat menempatkan

ilmu politik sebagai ilmu yang bebas nilai atau sebaliknya, ia dapat terlibat aktif

dalam memecahkan persoalan-persoalan masyarakat. Sehingga tidak bebas nilai. Sisi

lain, perhatian para ilmuwan politik semakin besar. Hal ini ditunjukan oleh banyaknya

tulisan dan studi menyangkut kebijakan publik. Area yang dapat dikaji dalam

kebijakan publik semakin luas meliputi keseluruhan tahap dalam pembuatan

kebijakan, seperti dalam tahap agenda kebijakan, perumusan kebijakan, hingga

evaluasi kebijakan (dalam Winarno, 22:2012).

3.4EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK

Evaluasi kebijakan publik merupakan aktivitas yang bersifat integral dari keseluruhan

proses kebijakan publik. Evaluasi kebijakan publik akan melihat dan menilai

kebijakan publik yang dilaksanakan pemerintah (Daerah) apakah sudah seperti yang

diharapkan atau belum. Evaluasi kebijakan publik akan dapat menambah nilai dari

proses kebijakan itu sendiri. Tanpa adanya evaluasi kebijakan, kinerja kebijkan tidak

(18)

18

*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003)

Tujuan evaluasi kebijakan publik adalah untuk menilai pelaksanaan kebijakann

sampai sekarang ini dan membuat rekomendasi untuk perbaikan instrumen, desain

dan implementasi program-program secara konsisten dan bersifat keseluruhan

(Adisasmita, 115:2011)

Bingham dan Felbinger, Howlet dan Ramesh (1995) dalam Nugroho (2011, 676-677) mengelompokkan evaluasi menjadi tiga, yaitu:

a. Evaluasi administratif, yang berkenaan dengan evaluasi sisi administratif-anggaran,

efisiensi, biaya-dari proses kebijakan di dalam pemerintah yang berkenaan dengan:

1) effort evaluation, yang menilai dari sisi input program yang dikembangkan oleh kebijakan

2) performance evaluation, yang menilai keluaran (output) dari program yang dikembangkan oleh kebijakan

3) adequacy of performance evaluation atau effectiveness evaluation, yang menilai apakah program dijalankan sebagaimana yang sudah ditetapkan

4) efficiency evaluation, yang menilai biaya program dan memberikan penilaian tentang keefektifan biaya tersebut

5) process evaluations, yang menilai metode yang dipergunakan oleh organisasi untuk melaksanakan program

b. Evaluasi judicial, yaitu evaluasi yang berkenaan dengan isu keabsahan hukum tempat kebijakan diimplementasikan, termasuk kemungkinan pelanggaran terhadap

konstitusi, sistem hukum, etika, aturan administrasi negara, hingga hak asasi manusia.

c. Evaluasi politik, yaitu menilai sejauh mana penerimaan konstituen politik terhadap

(19)

19

*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003)

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Setiap kebijakan tidak lepas dari peran berbagai aktor, Aktor dalam kebijakan

dapat berarti individu-individu atau kelompok-kelompok, dimana para pelaku ini

terlibat dalam kondisi tertentu sebagai suatu subsistem kebijakan.

Keterlibatan aktor-aktor dalam perumusan kebijakan kemudian menjadi ciri khusus

dari kebijakan publik. Kenyataan bahwa kebijakan itu diformulasikan oleh apa

yang dikatakan oleh David Easton sebagai penguasa dalam suatu sistem politik, yaitu para sesepuh tertinggi pada suku-suku, anggota-anggota eksekutif, legislatif,

yudikatif, administrator, penasehat raja dan semacamnya.

Evaluasi kebijakan publik merupakan aktivitas yang bersifat integral dari

keseluruhan proses kebijakan publik. Evaluasi kebijakan publik akan melihat dan

menilai kebijakan publik yang dilaksanakan pemerintah (Daerah) apakah sudah

seperti yang diharapkan atau belum. Evaluasi kebijakan publik akan dapat

menambah nilai dari proses kebijakan itu sendiri. Tanpa adanya evaluasi kebijakan,

(20)

20

*Makalah Aktor-aktor kebijakan publik dalam pemerintahan disusun oleh Tiara Utami (C0F012003)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo.2011.Manajemen Pemerintah Daerah. Yogyakarta:Graha Ilmu

Winarno, Budi.2007.Kebijakan Publik: Teori dan Proses.Yogyakarta:Media Pressindo. Engky, Aktor kebijakan dan lingkungan, dalam http:// engkyblog.blogspot.com/2011/05/aktor-kebijakan-dan-lingkungannya.html?m=1, 20 Juli 2011, diakses 25 mei 2014

Aswad, Aktor, Institusi dan Instrumen dalam Kebijakan Publik, dalam

www.butonutara.blogspot.com/2011/08/aktor-institusi-dan-instrumen-dalam.html?m=1, 30 agustus

Referensi

Dokumen terkait

•• PROCEDURAL FAIRNESS yaitu sampai seberapa PROCEDURAL FAIRNESS yaitu sampai seberapa jauh orang yang terkena dampak kebijakan publik jauh orang yang terkena dampak kebijakan

Local wisdom dapat dijadikan sebagai pemicu peningkatan pelayan publik yang diberikan oleh pemerintah, agar setiap local wisdom yang ada di setiap propinsi dapat

Dari defnisi kebijakan publik diatas dapat dikatakan bahwa : (1) kebijakan publik dibuat oleh pemerintah yang berupa tindakan-tindakan pemerintah, (2) kebijakan publik

 Anderson (1975) → kebijakan publik adalah kebijakan kebijakan yang dibangun oleh badan- badan dan pejabat-pejabat pemerintah, di mana implikasi dari kebijakan tersebut adalah: 1)

Menurut konsep ilmu administrasi negara, kebijakan publik itu berasal dan dibuat oleh pemerintah (manajemen) sebagai fungsi dinamis dari negara (organisasi), yang ditujukan

Dari berbagai konsep kebijakan publik yang telah dikemukan diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik merupakan suatu keputusan yang dibuat dan di implementasikan oleh

Dalam konteks kebijakan publik, modal sosial pada intinya menunjuk pada political will dan penciptaan jaringan-jaringan, kepercayaan, nilai-nilai bersama,

Jejaring Kebijakan Dalam Perumusan Kebijakan Publik Suatu Kajian Tentang Perumusan Kebijakan Penanggulangan Banjir dan Rob Pemerintah Kota Semarang.. Jurnal Delegasi STIA