• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Evaluasi Program Pemberdayaan Mas (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kajian Evaluasi Program Pemberdayaan Mas (1)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

L

APORAN Penelitian

STUDI KAJIAN EVALUASI

PROGRAM BPM ACEH

BKPG

UEG-KSP

PEPG

UEPG

Oleh: Agus Budi Wibowo, Irham M.

Amin dan

Amri

PEMERINTAH ACEH

▸ Baca selengkapnya: jenis evaluasi pemberdayaan berdasarkan ilustrasi tersebut adalah

(2)

2 2

I.1. LATAR BELAKANG

Rapuhnya fondasi ekonomi nasional tidak terlepas dari dikotomi orientasi pembangunan antara pertumbuhan dan pemerataan yang telah dianut sejak lama. Puncaknya, Indonesia dilanda krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Akibatnya, penduduk miskin bertambah sebesar 24,2% (49,5 juta jiwa) pada tahun 1998, dari tahun sebelumnya (tahun 1996) hanya sekitar 11,3% (22,5 juta jiwa). Angka tersebut dipengaruhi oleh tingkat kemiskinan di masing-masing provinsi. Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh dalam kurun 12 (Dua Belas) tahun terakhir tercermin dalam grafik berikut:

Grafik di atas merefleksikan terjadinya penurunan tingkat kemiskinan di Aceh dalam kurun enam tahun terakhir (2005 s/d 2010).

Kenaikan tajam penduduk miskin di Indonesia mendorong Pemerintah untuk merombak dan menyesuaikan kembali kebijakan ekonomi dan sistem pemerintahan ke arah desentralisasi (otonomi daerah). Dengan desentralisasi, kewenangan sekaligus tanggung jawab pengurangan kemiskinan berada di tangan Pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota. Dalam rangka mempercepat penanggulangan kemiskinan, Pemerintah menelurkan kebijakan yang dituangkan dalam Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2005 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Kebijakan ini mengarahkan konsepsi penanggulangan kemiskinan dengan mekanisme "Konsolidasi Penanggulangan Kemiskinan" sebagai berikut:

I.

P

ENDAHULUAN

I.

P

ENDAHULUAN

(3)

2 2 Pemerintah Provinsi dan Kabupaten diberi wewenang melakukan berbagai upaya dan terobosan taktis serta strategis untuk mengimplementasikan berbagai program pengentasan kemiskinan berbasis mekanisme sebagaimana ditampilkan dalam bagan di atas. Program-program pengentasan kemiskinan yang diimplementasikan harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperluas kesempatan kerja, sehingga angka penduduk miskin dapat tersu berkurang secara simultan.

Di satu sisi, upaya yang telah dilakukan Pemerintah (Pusat dan Daerah) telah berhasil mengurangi angka penduduk miskin. Namun diakui pula, di sisi lainnya akibat masih rapuhnya pondasi ekonomi nasional, disamping berbagai bencana dan konflik yang terjadi di daerah telah pula menciptakan kantong-kantong kemiskinan baru.

Pemerintah Aceh terus mengupayakan percepatan pengentasan kemiskinan di Aceh. Program pengentasan kemiskinan dititik beratkan pada cluster II konsolidasi program penanggulangan kemiskinan, yaitu pemberdayaan masyarakat. Demi suksesnya percepatan penanggulangan kemiskinan dalam skala nasional, program-program pemberdayaan masyarakat yang diimplementasikan Pemerintah Aceh diintegrasikan dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Hal ini dilakukan sebagai wujud komitmen Pemerintah Aceh guna membangun kembali kehidupan sosial-ekonomi masyarakat yang sempat terpuruk akibat konflik politik dan bencana tsunami.

Upaya Pemerintah Aceh untuk menekan angka kemiskinan telah menampakkan hasil hingga angka kemiskinan di tahun 2009 menurun hingga 21,28%.

(4)

2 2 Penurunan angka kemiskinan di Aceh disumsikan (sementara) sebagai pengaruh dari berbagai program pembangunan pengurangan penduduk miskin yang telah dilaksanakan Pemerintah Aceh selama ini, yang dititik beratkan pada program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pendekatan ekonomi diarahkan untuk meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan masyarakat miskin mampu memenuhi kebutuhan primer dan sekunder sekaligus meningkatkan kesejahteraannya.

Salah satu unsur dari pemerintah Aceh yang melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh (BPM Aceh). Beberapa program yang telah dilaksanakan diantaranya adalah program BKPG, PEPG, UEG/KSP, dan UEPG di berbagai kabupaten/kota di Provinsi Aceh sejak 2008. Kajian evaluasi terhadap progam yang telah dilaksanakan menjadi menting untuk dilaksanakan sebagai landasan pijak optimalisasi ke depan. Hal inilah yang mendasari pemikiran dan melatarbekakangi pentingnya kegiatan survey kajian evaluasi program BPM Aceh.

I.2. URGENSI PENELITIAN

Pentingnya Survey kajian evaluasi terhadap program pemerdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan oleh BPM Aceh berlandaskan pada kebutuhan akan "fakta dan ukuran keberhasilan" program pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan, sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan implementasi program pemberdayaan di masa yang akan datang. Disamoping itu, fakta dan ukuran keberhasilan dimaksud dapat menjadi contoh atau teladan bagi instansi dalam skala lokal dan nasional.

I.3.

OUTPUT

DAN

OUTCOME

DARI PENELITIAN

(5)

2 2 masyarakat, baik masyarakat awam maupun masyarakat akademis. Dengan demikian, dapat diketahui kelemahan program yang telah dilaksanakan dan dapat diambil sebuah kebijakan yang sesuai dengan kondisi riil di lapangan.

Sedangkan Outcome yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah menurunnya tingkat kemiskinan, di Aceh, baik kuantitas maupun kualitas sehingga cita-cita pemerintah dan masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dapat tercapai.

I.4. BATASAN MASALAH

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pemerintah Aceh melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat telah melaksanakan berbagai upaya pengentasan kemiskinan. Akan tetapi, diakui masih belum optimal. Hal ini masih tampak masih adanya kelompok masyarakat miskin. Ada penyebab mengapa hal tersebut dapat terjadi. Diasumsikan faktor tersebut dapat berasal dari masyarakat itu sendiri dan Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh. Penelitian ini akan melihat dari sisi kedua sisi, baik Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh dan masyarakat melalui sebuah studi evaluasi.

Sesuai dengan uraian tersebut, maka yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini sangat terkait dengan evaluasi program yang telah dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh yaitu efektivitas dan kegunaan program-program yang telah dilaksanakan serta respon masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh melalui evaluasi terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan dampak dari program.

I.5. TUJUAN DAN MANFAAT

I.5.1. TUJUAN

Secara umum, kegiatan kajian evaluasi ini bertujuan untuk:

a. Meningkatkan kualitas dan kinerja program pemberdayaan masyarakat yang diselenggarakan BPM Aceh ke depan

b. Memastikan secara spesifik kelemahan program yang bersumber dari pernyataan masyarakat berupa kritik, saran dan rekomendasi demi penyempurnaan program ke depan

(6)

2 2 d. Mendorong integrasi program pemberdayaan masyarakat yang

dilaksanakan Pemerintah Kabupaten terhadap program pemberdayaan masyarakat berskala nasional

e. Meningkatkan kualitas proses integrasi perencanaan pembangunan sebagaimana diamanahkan Inpres No. 1 Tahun 2010 dan Inpres No. 3 Tahun 2010.

I.5.2. MANFAAT

Pengetahuan dan pemahaman tentang program-program pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan oleh BPM Provinsi Aceh, terkait dengan efektivitas dan kegunaan program serta respon masyarakat, yang dikaji melalui penelitian ini setidaknya dapat bermanfaat menambah khazanah dan pengetahuan bagi semua pihak yang berkompeten dalam pengembangan program pemberdayaan masyarakat.

I.6. METODOLOGI PENELITIAN

I.6.1. LOKASI, POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan beberapa kabupaten/kota di Aceh. Pemilihan lokasi kabupaten/kota sebagai sampel penelitian didasarkan kepada kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya dengan cara memilah-milah lokasi daerah berdasarkan karakterisitik yang diharapkan (seperti jumlah penduduk miskin, dan terdapatnya program-program yang akan dievaluasi, seperti program BKPG, PEPG, UEG/KSP, dan UEPG kemudian memilih sampelnya secara acak (Cooper, 1998).

(7)

2 2 I.6.2. METODE PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada sampel dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam dengan para informan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka yang terdiri dari jurnal, laporan-laporan ilmiah, laporan resmi pemerintah, dan bahan-bahan lain yang relefan.

I.6.3. DESAIN PENELITIAN, METODE ANALISA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini akan menggunakan analisis statistic (analisis statistik inferensial) yaitu berupa peralatan statistik sederhana dengan menggunakan skor total rata-rata dari jawaban responden atas pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Selanjutnya akan dilakukan pengujian data dengan menggunakan peralatan statistik deskriptif, uji beda rata-rata, validitas, dan realibilitas. Untuk analisis penelitian ini digunakan program SPSS.

II.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Karakteristik responden dapat dikelompokkan atas dasar jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status responden, pekerjaan dan jumlah

II. H

ASIL

P

ENELITIAN

II. H

ASIL

(8)

2 2 tanggungan. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 300 responden/penerima manfaat yang dipilih secara acak terhadap masyarakat yang menerima bantuan pemberdayaan masyarakat dari pemerintah Aceh seperti BKPG, UEPG, PEPG dan UEG/K-SP.

Tabel 1.

Karakteristik Responden

Sumber : Data Primer (diolah), 2010

Tabel 1 menampilkan 300 responden yang menerima bantuan pemberdayaan masyarakat berjenis kelamin laki-laki berjumlah 132 responden (44%) dan wanita berjumlah 168 responden (56%), sehingga penelitian mempunyai kecendrungan didominasi oleh responden wanita. Karakteristik responden berdasarkan tingkat usia dapat dijelaskan, bahwa sebanyak 49 responden (16,3%) berusia antara 20-29 tahun, sebanyak 126 responden (42%) berusia antara 30-39 tahun, responden berusia 40-49

No KARAKTERISTIKRESPONDEN JUMLAH %TASE

(9)

2 2 tahun sebanyak 84 responden (28%), responden 50-59 tahun sebanyak 35 responden (11,7%) dan diatas 60 tahun terdapat 6 responden (2%).

Tingkat pendidikan yang diambil sebagai salah satu variabel yang penting dalam penelitian ini, yang berpendidikan tidak/tamat SD sederajat sebanyak 32 responden (10,7%), tidak/tamat SMP sederajat hanya 48 responden (16%), tidak tamat/tamat SMA sederajat sebanyak 176 responden (58,7%), tidak tamat/tamat Diploma sebanyak 19 responden (6,3%) dan sarjana/pasca sarjana sebanyak 25 responden (8,3%).

Pekerjaan responden yang menerima bantuan pemberdayaan masyarakat pemerintah Aceh adalah yang pekerjaannya pegawai negeri sipil sebanyak 24 responden (8%), swasta sebanyak 89 responden (29,7%), pelajar sebanyak 1 responden (0,3%), Nelayan sebanyak 4 responden (1,3%), petani sebanyak 121 responden (40,3%) dan lain-lain sebanyak 61 responden (20,3%).

Mengenai status perkawinan dapat dijelaskan bahwa berstatus belum kawin sebanyak 11 responden (3,7%), 275 responden sebanyak (91,7%) yang status kawin dan yang berstatus janda sebanyak 14 responden (4,7%). Sementara jumlah tanggungan responden yang dimiliki antara 0-2 orang sebanyak 117 responden (39 %), antara 3-4 orang sebanyak 141 responden, antara 5-6 orang sebanyak 30 responden (10 %), antara 7-8 orang sebanyak 9 responden (3 %) dan diatas 9 orang sebanyak 3 responden (1 %).

II.2. HASIL PENGUJIAN INSTRUMEN

Menurut Arikunto (1996) dan Indriantoro (1999), kuallitas data yang diperoleh dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan uji reliabilitas (uji kehandalan) berdasarkan Cranbach Alpha yang lazim digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial.

II.2.1. PENGUJIAN RELIABILITAS

(10)

2 2 koefisien yang dapat diterima di atas 0,50 dan menurut Maholtra koefisien mínimum yang dapat diterima diatas 0,60.

Berdasarkan Tabel 2 uji kehandalan dapat diketahui bahwa nilai alpha (α) untuk masing-masing variabel diperoleh lebih besar dari 0,60, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran kehandalan memenuhi syarat Cronbach Alpha (α) sebagaimana di persyaratkan oleh Malhotra dan Nunally. Artinya semua instrumen yang digunakan dalam model penelitian ini telah memenuhi keandalan dan layak dilakukan penelitian.

Tabel 2

Uji Reliabilitas Untuk Masing-Masing Variabel

N

o VARIABEL NILAI ALPHA KETERANGAN

1

Sumber : Data Primer (diolah), 2010

II.2.2. PENGUJIAN VALIDITAS diperoleh masing-masing pernyataan harus dibandingkan dengan nilai kritis korelasi product moment.

Tabel 3. Uji Validitas

VARIABEL PERTANYAAN CorellationPearson KRITIS RNILAI KETERANGAN

(11)

2 2

C5 0,721 0,113 Valid

berdasarkan hasil penelitian, Tabel 3 menunjukkan bahwa semua pernyataan mempunyai nilai korelasi diatas nilai kritis 5% yaitu diatas 0.113 (Tabel Nilai Kritis Korelasi r Product-Moment untuk n = 300), sehingga pernyataan-pernyataan tersebut adalah signifikan dan memiliki validitas konsistensi internal (internal consistency) yang berarti pernyataan-pernyataan tersebut mengukur aspek yang sama. Ini berarti bahwa data yang diperoleh adalah valid dan dapat dipergunakan untuk penelitian dan dilanjutkan ke penelitian yang lebih mendalam.

II.3. ANALISIS VARIABEL

II.3.1. PERENCANAAN II.3.1. PERENCANAAN

Perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang

sesuatu yang akan dijalankan dalam mencapai tujuan tertentu, oleh

siapa dan bagaimana. Oleh karena itu, suatu perencanaan menjadi

suatu keperluan dalam suatu sistem untuk mendukung tercapainya

tujuan, dimana dipersiapkan untuk bermanfaat secara aplikasi,

disusun dan dikerjakan berdasarkan kepatutan, serta tidak

melanggar norma yang berlaku.

Tabel 4

Evaluasi Program terhadap Variabel Perencanaan

No. VARIABEL RATA-RATA

1. Program BPM Aceh dirancang dengan baik terlihat dari kelancaran pelaksanaannya 2,65

2. Penerima manfaat tepat sasaran karena sudah lebih dulu identifikasi BPM Aceh dan diketahui secara luas oleh masyarakat se-kecamatan

2,41

3. Penentuan lokasi program sangat sesuai karena sudah disurvey BPM Aceh 2,34 4. Bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan 2,28 5. Masyarakat memahami program dengan baik berkat bagusnya proses sosialisasi 2,17

(12)

2 2

Sumber : Data Primer (diolah), 2010

Dalam perencanaan mengandung elemen-elemen seperti:

mengidentifikasikan dan mendokumentasikan kebutuhan,

menentukan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat prioritas,

memperincikan spesifikasi hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan

yang diprioritaskan, mengindentifikasi persyaratan untuk mencapai

tiap-tiap alternatif dan mengindentifikasi altenatif yang

memungkinkan termasuk didalamnya peralatan untuk melengkapi

tiap persyaratan untuk mencapai kebutuhan, untung rugi berbagai

latar dan strategi yang digunakan.

Tabel 4 di atas menampilkan tanggapan responden terhadap

perencanaan yang telah dilakukan pihak BPM Aceh terhadap 300

responden yang menerima manfaat program. Berdasarkan Tabel

tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa kualitas perencanaan yang

telah dilakukan olen Badan Pamberdayaan Masyarakat (BPM) Aceh

terhadap program pemberdayaan yang sedang dijalankan secara

umum mendapat predikat

“Sedang”.

Hal ini ditunjukkan dari

tanggapan responden dengan nilai rata-rata sebesar

2,73 (C).

Jawaban responden menggambarkan bahwa Badan Pemberdayaan

Masyarakat (BPM) Aceh dalam membuat suatu perencanaan

program masih belum terselenggara dengan baik, masih terdapat

kelemahan/kekuranga.

(13)

2 2

tahapan tentang

kesesuaian antara bantuan dengan kebutuhan

diperoleh nilai rata-rata yang paling rendah, yaitu

2,28 (C)

yang

menunjukkan bahwa bantuan yang diberikan masih harus

disesuaikan lagi dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.

Hasil wawancara mendalam dengan "

informan"

dan responden

memperoleh informasi bahwa rendahnya rata-rata kesesuaian

bantuan dan kebutuhan diperoleh jawaban bahwa masalah tersebut

terkait dengan jumlah bantuan yang dirasa relatif belum mencukupi

dan jenis bantuan belum sesuai dengan keinginan masyarakat.

Hasil wawancara dengan informan dan responden di Desa

Bandar Baru Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang, di

tempat masyarakat sering berkumpul dengan metode Focus Group

Discusion, memperoleh informasi bahwa:

"Sebagian responden menyatakan bahwa jumlah dana

bantuan relatif masih kurang sehingga dana yang

dipergunakan untuk membeli sapi yang akan digulirkan

tidak banyak. Hal ini menyebabkan perguliran dana

bantuan tidak dapat dilakukan dengan cepat dalam satu

kelompok".

II.3.2. PELAKSANAAN

(14)

2 2

penerima manfaat tidak bertanggung jawab atas bantuan yang

diterimanya, dana yang dibawa kabur oleh sekelompok orang dan

lain-lain. Untuk melihat sejauh mana tanggapan penerima manfaat

terhadap pelaksanaan bantuan yang diberikan oleh Badan

Pemberdayaan Masyarakat Aceh, maka dapat dilihat pada Tabel 5

berikut.

Tabel 5

Evaluasi Program terhadap Variabel Pelaksanaan

No. VARIABEL RATA-RATA

1. Program dilaksanakan secara transparan, diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat 2,42 2. Persyaratan menerima bantuan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai 2,95 3. Mekanisme pencairan dana mudah dan tidak menyulitkan, namun akuntabel 3,16 4. Penerima manfaat serius dan bertanggung jawab terhadap kegiatan karena BPM Aceh bersama Dinas Terkait

Pemerintah Kabupaten melaksanakan monitoring dan

2,82 5. Penerima manfaat semangat dalam melaksanakan kegiatan karena didukung pendampingan oleh BPM Aceh

bersama Dinas Terkait Pemerintah Kabupaten

2,85

Rerata 2,84

Sumber : Data Primer (diolah), 2010

(15)

2 2

Secara lebih khusus, tahapan pelaksanaan yang mempunyai

nilai rata-rata tertinggi dicapai pada tahapan “mekanisme

pencarian dana mudah dan tidak menyulitkan, namun akuntabel”

dengan nilai rata-rata

3,16 (B).

Hal ini tentunya sesuai dengan

prinsip Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh bahwa

program yang diimplementasikan harus mudah dan aplikatif, tetapi

memenuhi syarat akuntabilitas yang baik.

Akan tetapi, variabel “program dilaksanakan secara

transparan, diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat” diperoleh

nilai rata-rata yang paling rendah, yaitu 2, 42 (C). Hal ini

menunjukkan bahwa kualitas tranparansi program belum dinilai

baik oleh masyarakat. salah satu penyebab rendahnya rata-rata

variable ini adalah masih terdapat persepsi yang kurang benar,

bahwa bantuan yang seharusnya bergulir, tetapi dipersepsikan

sebagai bantuan cuma-cuma (lihat Tabel 9) sehingga bantuan tidak

bermanfaat secara optimal bahkan ada bantuan yang “gagal”

seperti beberapa kasus yang peneliti temui di beberapa tempat,

seperti di Aceh Utara dan Pidie.

II.3.3. DAMPAK

(16)

2 2

tersebut selanjutnya dapat dilanjutkan. Demikian sebaliknya, jika

program tersebut memberikan dampak buruk maka program

tersebut perlu dihentikan atau dievaluasi kembali. Untuk melihat

sejauh mana tanggapan penerima manfaat terhadap dampak

bantuan yang diberikan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat

Aceh, maka dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6

Evaluasi Progrom terhadap Variabel Dampak

No. VARIABEL RATA-RATA

1. Penerima manfaat kesejahteraannya meningkat dengan adanya bantuan/program 3,07

2. Penerima manfaat kapasitasnya meningkat, baik dalam pengetahuan maupun keterampilan 2,93

3. Bantuan/program berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara umum 2,97

4.

Bantuan/program membangkitkan kesadaran dan motivasi masyarakat untuk mengembangkan kegiatan sehingga berdampak lebih luas bagi peningkatan kesejahteraan secara umum

2,70

5. Bantuan/program mendorong kemandirian masyarakat, kelembagaan masyarakat dan kelembagaan aparatur gampong

2,76

Rerata 2,89

Sumber : Data Primer (diolah), 2010

Tabel 6 di atas merefleksikan gambaran tentang kualitas

dampak pelaksanaan program yang merupakan cerminan

anggapan penerima manfaat terhadap bantuan yang diberikan oleh

Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh, yang dianggap sudah

baik

, dimana nilai rata-rata dari tanggapan responden sebesar

(17)

2 2

dapat dilanjutkan. Secara lebih khusus, tahapan dampak yang

mempunyai nilai rata-rata tertinggi dicapai pada tahapan

penerima manfaat kesejahteraannya meningkat dengan adanya

bantuan/program

” dengan nilai rata-rata

3,07 (B)

. Hal ini tentunya

sesuai dengan harapan Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi

Aceh.

Akan tetapi, variabel “

bantuan/program membangkitkan

kesadaran dan motivasi masyarakat untuk mengembangkan

kegiatan sehingga berdampak lebih luas bagi peningkatan

kesejahteraan secara umum

” diperoleh nilai rata-rata yang paling

rendah, yaitu 2,70 (B), yang menunjukkan bahwa bantuan yang

diberikan belum berpengaruh terhadap bangkitnya kesadaran dan

motivasi masyarakat secara umum dalam mengembangkan

kegiatan. Salah satu penyebab rendahnya rata-rata variabel ini

adalah program yang dievaluasi belumlah dilaksanakan terlalu lama

sehingga belum diketahui dampaknya. Dampak dapat diketahui

setelah program bantuan berjalanan selama beberapa tahun.

Bahkan ada program/bantuan yang baru dilaksanakan beberapa

bulan sehingga belum diketahui secara signikan pengarunya bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

II.4. ANALISIS TABULASI SILANG

Pada pembahasan berikut ini akan dijelaskan mengenai hubungan antara jenis bantuan dengan manfaat modal yang diterima, seperti dijelaskan pada beberapa tabel dibawah ini:

(18)

2

Sumber : Data Primer (Diolah), 2010

Berdasarkan tabel 7 di atas dapat dijelaskan bahwa penerima bantuan BKPG menyatakan bahwa bantuan tersebut bermanfaat sebanyak 112 koresponden, sedangkan yang ragu-ragu sebanyak 3 koresponden dan yang menyatakan tidak bermanfaat 1 koresponden. Untuk bantuan PEPG, UEG/K-SP, dan UEPG semuanya koresponden menyatakan bantuan tersebut memberikan manfaat (50, 33, dan 101 koresponden).

Kemudian tabel berikut ini akan menjelaskan mengenai hubungan antara jenis bantuan dengan kecukupan modal yang diterima, seperti dijelaskan pada tabel 8 berikut:

Tabel 8. Tabulasi Silang Antara Jenis Bantuan dengan Kecukupan Modal yang Diterima

(19)

2 2 Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat dijelaskan bahwa penerima bantuan

BKPG merasa bahwa bantuan tersebut sudah mencukupi sebanyak 19

koresponden dan tidak mencukupi sebesar 97 koresponden. Untuk bantuan PEPG. Koresponden yang menyatakan bahwa bantuan tersebut mencukupi sebanyak 8 koresponden dan tidak mencukupi sebanyak 42 koresponden. Untuk bantuan UEG/K-SP menyatakan bahwa bantuan yang diberikan mencukupi sebanyak 3 responden dan tidak mencukupi sebanyak 30

responden. Sedangkan untuk bantuan UEPG, 17 respoden menyatakan bahwa bantuan yang diberikan tersebut mencukupi dan tidak mencukupi sebesar 84 responden.

Untuk keseluruhan penerima manfaat menyatakan bahwa sekitar 47

responden (15,67%) dana tersebut mencukupi dan 253 responden (84,33%) menyatakan bahwa dana tersebut tidak mencukupi.

Tabel 9. Tabulasi Silang Antara Jenis Bantuan

dengan Pengelolaan Bantuan Modal Yang Diberikan Oleh BPM Aceh

ITEM PERTANYAAN

Menurut bapak/ibu/saudara, bagaimana pengelolaan banyuan modal yang diberikan oleh BPM Aceh

Total Sumber : Data Primer (Diolah), 2010

(20)

2 2 menyatakan bahwa bantuan diberikan cuma-cuma, 93 koresponden menyatakan kredit yang harus dikembalikan,dan 2 orang menyatakan tidak tahu.

Secara keseluruhan, 45 (15 %) koresponden menyatakan bahwa bantuan tersebut bersifat cuma-cuma, 248 (82,67 %) responden menyatakan bahwa bantuan tersebut kredit yang harus dikembalikan dan 7 (2,33) koresponden menyatakan tidak tahu.

III.1. KESIMPULAN

Dari pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

III.

P

ENUTUP

III.

(21)

2 2 a. Program bantuan yang telah dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan

Masyarakat Provinsi Aceh, berupa program baik BKPG, PEPG, UEG/KSP, dan UEPG di berbagai kabupaten/kota di Provinsi Aceh sejak 2008 telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Hasil penelitian menunjukkan dari aspek perencanaan, pelaksanaan, dan dampak dari program sudah sesuai dengan harapan.

b. Dalam aspek tertentu seperti; i) besaran nilai bantuan (uang) dan ii) jenis banuan (in kind) masih minim dukungan anallisis kebutuhan (need analisis) dalam perencanaannya.

c. Masih terdapat persepsi bahwa program bantuan adalah program yang diberikan cuma-cuma sehingga ketika program bantuan tersebut harus digulirkan, maka penerima bantuan tidak mau mengembalikannya. Hal ini dapat menghambat kesinambungan program, terutama bagi warga masyarakat yang belum menerima bantuan.

d. Pendampingan program dari pemerintah provinsi cq BPM Aceh masih dirasakan kurang oleh masyarakat. Padahal masyarakat sangat ingin untuk bertemu secara langsung dan berkala dengan sumber penyalur bantuan (BPM Aceh) sehingga dapat menyampaikan aspirasinya secara langsung. Dilain pihak, masyarakat merasa dalam rangka pengendalian bantuan, pemerintah kabupaten dan kecamatan sudah cukkup baik dalam berpartisipasi dalam pendampingan.

e. Seluruh program yang dilaksanakan kecuali BKPG, tidak disertai dengan sistem pengendalian dalam kerangka acuan kerjanya.

III.2. REKOMENDASI

Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan kegunaan program yang dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh, dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:

a. Kerangka Acuan Kerja (ToR) program-program pemberdayaan masyarakat yang akan diimplementasikan ke depan menyertakan sistem pengendalian (monitoring, supervisi dan evaluasi) yang berbasis partisipatif dan bersifat berkesinambungan.

(22)

2 2 maupun oleh lembaga donor, sehingga pengentasan kemiskinan dapat terlaksana akseleratif.

c. Meningkatkan kualitas sosialisasi program dengan jalan: i) pelibatan para pihak (multi stakeholders) secara luas, ii) mendiseminasikan informasi melalui media (cetak dan elektronik), iii) menyebarkan informasi ke lokasi sasaran melalui pamflet atau baliho, dan iv) mendiseminasikan petunjuk teknis pelaksanaan ke tingkat gampong di lokasi sasaran.

d. Menetapkan manajemen "sanksi" terhadap penerima sasaran dalam rangka optimalisasi program.

e. Meningkatkan kualitas pengendalian program dengan pendampingan secara berkala langsung ke lokasi dan target sasaran.

f. Mendorong masyarakat memanfaatkan sarana dan fasilitas transparansi dan akuntabilitas yang telah tersedia dari program lain seperti papan informasi PNPM Mandiri Perdesaan dan Perkotaan.

(23)

2 2

Abd. Majid, M. Shabri H. 2009. “Menggempur Kemiskinan Rakyat

Aceh Secara Islami”.

http://www.tarsa.org/old/artikel/

menggempur_kemiskinan1.html.

Alhumami, Amich. 2009. “Menggugat Makna Kemiskinan”.

Kompas

tanggal 15 Oktober.

Chaidir. 2008. “Sebuah Pandangan terhadap Penetapan Perda

Provinsi No. 36 Tahun 2001 Tentang Pola Pembangunan Daerah

Provinsi Riau”.

www.publik

dan politik lokal Melayu.

Colby, M.E. 1990.

Environmental Management in Development: The

Evolution of Paradigms.

World Bank Discussion Papers. Reading

V. Washington DC.

Cutter, S.L., Renwick, H.L., Renwick, W.H., 1985.

Exploitation,

Conservation, Preservation: A Geographic Perspective on

Natural Resources Use.

New Jersey: Rowman & Allan Held

Publisher.

Fajar Alam P. 2008. ”Kemiskinan atau Pemiskinan

Budaya”.`

http://fajar-maverick2.blogspot.com/2008/08/ikm-ji.html

.

Hadiwerdoyo, Cyrillus Harinowo, 2009. “Menelaah Angka Kemiskinan”,

Kompas

tanggal 23 Oktober.

Hasan, Ishak. “Batee Meutudong, Hikayat Petani Miskin di Aceh Jaya”

dalam

Serambi Indonesia

20 agustus 2009.

Harun, Mohd. 2009.

Memahami Orang Aceh

. Bandung: Cita Pustaka

Media Perintis.

_______________. 2008. Etos Kerja Orang Aceh.

Jeumala No. 27/2008

.

Kartasasmita, Ginandjar. 1996

Pembangunan Untuk Rakyat

Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan

. Jakarta: Cides.

Kartohadikoesoemo, Soetardjo, 1965

Desa

. Bandung, Sumur

Bandung.

Koentjaraningrat. 1981.

Pengantar Ilmu Antropologi

. Jakarta: Aksara

Baru.

Mowen, J.C. 1993.

Consumer Behaviour

. Third edition. Boston:

Richard D. Irwin Inc.

Mubyarto. 1979. “Prospek Perekonomian Indonesia dalam Pelita III”.

(24)

2 2

Nely Murni. 2008. Kemiskinan, Kebudayaan, dan Globalisasi.

http://nellymurni.blogspot.com/2006/06/kemiskinan-kebudayaan-dan-globalisasi.html

Salim, Emil.

1984. “Kebijaksanaan Pemerataan Mengatasi

Kemiskinan”. Dalam Selo Soemardjan, Alfian, Mely G. Tan (ed.)

Kemiskinan Struktural Suatu Bunga Rampai

. Jakarta: Yayasan

Ilmu-ilmu Sosial.

______________. 1987. “Membudayakan Pembangunan”.

Prisma

, 3

(16), 10-17.

Samhadi, Sri Hartati. 2008. “Fokus Belajar dari Korea Selatan”,

Kompas

tanggal 18 Juli, hlm. 1 dan 15.

Singarimbun, Masri dan D. H. Penny. 1984.

Penduduk dan

Kemiskinan Kasus Sriharjo.

Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

Soedjatmoko. 1978. “Berbagai Implikasi Kebijaksanaan Nasional

Kebutuhan Dasar”,

Prisma,

7 (10). 59-79.

____________. 1984. “Dimensi-dimensi Struktural Kemiskinan”. Dalam

Selo Soemardjan, Alfian, Mely G. Tan (ed.)

Kemiskinan Struktural

Suatu Bunga Rampai

. Jakarta: Yayasan Ilmu-ilmu Sosial.

Gambar

Grafik di atas merefleksikan terjadinya penurunan tingkat kemiskinan diSumber: BPS Aceh 2010
Tabel 1.Karakteristik Responden
Tabel  2Uji Reliabilitas Untuk Masing-Masing Variabel
Tabel  4
+5

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa hal yang selalu dilakukan dalam hal discharge planning adalah dalam bentuk pendokumentasian resume pasien pulang, berupa informasi yang disampaikan pada

Salah satu jamur pangan yang berasal dari hutan adalah jamur tiram (Pleurotus ostreatus) yang menjadi salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Serat kayu

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya cemaran bakteri Escherichia coli dan mengetahui nilai Angka Lempeng Total (ALT) cemaran bakteri Escherichia coli

Pengendalian dengan kontrol budidaya dilakukan dengan menciptakan kondisi mikro yang tidak optimal bagi kehidupan patogen seperti sanitasi lahan dari sisa tanaman atau

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa dari 103 Ibu PUS yang mengalami abortus dengan keadaan sewaktu pulang sembuh proporsi tertinggi adalah tidak ada komplikasi

Salah satu masalah utama dalam pengukuran tahanan tinggi adalah kebocoran yang terjadi di sekitar dan sekeliling komponen atau bahan yang diukur, atau didalam

Lakukan modifikasi pada program tersebut dengan manambahkan kata SUHU: , pada Baris 2 diikuti dengan data ADC.. Kalibrasi dataADC ke suhu dengan menggunakan metode Look

Bidang Petratilian dan Froduktivitas mempakan unsur lini pada Dinas 1'ang dipilnpin oleh Kepala Ridang, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala