• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN DAN KARAKTERISTIK doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN DAN KARAKTERISTIK doc"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN, KARAKTERISTIK,

DAN LANGKAH-LANGKAH PENERAPNNYA

Dosen Pembimbing : Marhamah, S.pd. M.Ed

OLEH

Isna Dwi Setianingsih

2D

156310520

PROGRAM BAHASA INGGRIS

JURUSAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

(2)

A. Quantum learning

Selanjutnya, Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:30) mengungkapkan mengenai karakterisitik dari pembelajaran kuantum (quantum learning) yaitu sebagai berikut.

1. Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai. 2. Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan

positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis.

3. Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan positivistis-empiris, behavioristis, dan atau maturasionistis.

4. Pembelajaran kuantum berupaya memadukan (mengintegrasikan),

menyinergikan, dan mengkolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks

pembelajaran.

5. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna.

6. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.

7. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. 8. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan

kebermutuan proses pembelajaran.

9. Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang

memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis.

10. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material.

11. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran.

(3)

13. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.

Adapun langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep Quantum Lerning dengan cara:

1. Kekuatan Ambak

Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan (De Potter dan Hernacki 2001: 49). Motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini siswa akan diberi motivasi oleh guru dengan memberi penjelasan tentang manfaat apa saja setelah mempelajari suatu materi.

2. Penataan lingkungan belajar

Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan lingkungan yang dapat membuat siswa merasa betah dalam belajarnya, dengan penataan lingkungan belajar yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri siswa.

3. Memupuk sikap juara

Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar siswa, seorang guru hendaknya jangan segan-segan untuk memberikan pujian pada siswa yang telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan pula

mencemooh siswa yang belum mampu menguasai materi. Dengan memupuk sikap juara ini siswa akan lebih dihargai.

4. Bebaskan gaya belajarnya

(4)

guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya dan janganlah terpaku pada satu gaya belajar saja.

5. Membiasakan mencatat

Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika sang siswa tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali apa yang didapatkan menggunakan bahasa hidup dengan cara dan ungkapan sesuai gaya belajar siswa itu sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan simbolsimbol atau gambar yang mudah dimengerti oleh siswa itu sendiri, simbol-simbol tersebut dapat berupa tulisan.

6. Membiasakan membaca

Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca. Karena dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah. Seorang guru hendaknya

membiasakan siswa untuk membaca, baik buku pelajaran maupun buku-buku yang lain.

7. Jadikan anak lebih kreatif

Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba dan senang bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan mampu menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya.

8. Melatih kekuatan memori anak

Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga anak perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik.

B. Kooperatif learning

(5)

(a) siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.

(b) anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang.

(c) jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.

(d) sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Berikut langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam melaksanakan model kooperatif.

1. Tahap 1 menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. 2. Tahap 2 menyajikan informasi.

3. Tahap 3 mengorganisasikan siswa ke dalam beberapa kelompok belajar. 4. Tahap 4 membingbing siswa untuk belajar kelompok.

5. Tahap 5 melakukan evaluasi. 6. Tahap 6 memberikan penghargaan. C. Kolaboratif learning

Karakteristik dalam belajar kolaboratif adalah :

1. Siswa belajar dalam satu kelompok dan memiliki rasa ketergantungan dalam proses belajar, penyelesaian tugas kelompok mengharuskan semua anggota bekerja bersama.

2. Interaksi intensif secara tatap muka antar anggota kelompok.

3. Masing-masing siswa bertanggung jawab terhadap tugas yang telah disepakati.

4. Siswa harus belajar dan memiliki ketrampilan komunikasi interpesonal. 5. Peran guru sebagai mediator.

6. Adanya sharing pengetahuan dan interaksi antara guru dan siswa, atau siswa dan siswa.

7. Pengelompokkan secara heterogen.

Berikut ini langkah-langkah pembelajaran kolaboratif.

(6)

2. Semua siswa dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan menulis. 3. Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi, mendemontrasikan, meneliti, menganalisis, dan memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah dalam LKS atau masalah yang ditemukan sendiri.

4. Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah, masing-masing siswa menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap. 5. Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan

agar semua kelompok dapat giliran ke depan) untuk melakukan presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di depan kelas, siswa pada

kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut, dan menanggapi. Kegiatan ini dilakukan selama lebih kurang 20-30 menit.

6. Masing-masing siswa dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi, dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan

dikumpulan.

7. Laporan masing-masing siswa terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun perkelompok kolaboratif.

8. Laporan siswa dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan didiskusikan.

D. Contextual Teaching Learning

Adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan memotivasi dan pemahaman dengan situasi wujud yang nyata dalam kehidupan.

Karakteristik pembelajaran kontekstual Menurut Atik Wintarti (2008:25) bahwa ada beberapa karakteristik pembelajaran berbasis kontekstual, yaitu:

1. Adanya kerja sama, sharing dengan teman dan saling menunjang.

2. Siswa aktif dan kritis, belajar dengan bergairah, menyenangkan dan tidak membosankan, serta guru kreatif.

3. Pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber.

(7)

5. Laporan kepada orang tua bukan sekedar rapor akan tetapi hasil karya siswa, laporan praktikum.

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan guru pada penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And Learning) dalam proses kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut di bawah ini.

1. Guru mengarahkan siswa untuk sedemikian rupa dapat mengembangkan pemikirannya untuk melakukan kegiatan belajar yang bermakna,

berkesan, baik dengan cara meminta siswa untuk bekerja sendiri dan mencari serta menemukan sendiri jawabannya, kemudian memfasilitasi siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan

keterampilannya yang baru saja ditemuinya.

2. Dengan bimbingan guru, siswa di ajak untuk menemukan suatu fakta dari permasalahan yang disajikan guru/dari materi yang diberikan guru. 3. Memancing reaksi siswa untuk melakukan pertanyaan-pertanyaan dengan

tujuan untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa.

4. Guru membentuk kelas menjadi beberapa kelompok umtuk melakukan diskusi, dan tanya jawab.

5. Guru mendemonstrasikan ilustrasi/gambaran materi dengan model atau media yang sebenarnya.

6. Guru bersama siswa melakukan refleksi atas kegiatan yang telah dilakukan.

7. Guru melakukan evaluasi, yaitu menilai kemampuan siswa yang sebenarnya.

Dari ke-7 langkah tersebut di atas, guru dapat memodivikasi lebih sesuai dengan kebutuhan siswa namun diharap jangan menghilangkan beberapa langkah yang sudah ada dengan urut-urutan yang terpadu.

E. E-learning

(8)

a. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik (informasi dan komunikasi); di mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler. Teknologi yang digunakan dapat berupa internet sehingga penyampaian pesan dan komunikasi antara pebelajar dengan pebelajar, pebelajar dengan pembelajar, dan pembelajar dengan pembelajar dapat dilakukan secara mudah dan cepat.

b. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks).

c. Menggunakan bahan pelajaran yang bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan

memerlukannya. Dengan menggunakan e-learning, pebelajar dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap pembelajar karena pembelajaran tidak dilakukan secara langsung. Dabbagh (2007) menjelaskan online learner harus memiliki kemampuan learn how to learn, memiliki disiplin, mampu memonitor perkembangannya sendiri, mampu memotivasi diri, dan mampu memanajemen diri. Intinya, dengan menggunakan e-learning pebelajar dituntut untuk dapat mengorganisir dirinya sendiri dalam belajar. Oleh karena itu pembelajar harus dapat mendesain e-learning yang dapat memotivasi pebelajar. Menurut Allen (2007) memotivasi pebelajar dalam e-learning dapat dilakukan melalui konteks, tantangan, aktivitas yang bervariasi, dan umpan balik yang membangun.

d. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.

e. Materi pembelajaran dapat disimpan di komputer.

f. Memanfaatkan komputer untuk proses pembelajaran dan juga mengetahui hasil kemajuan belajar, administrasi pendidikan, serta untuk mengetahui informasi yang banyak dari berbagai sumber informasi.

(9)

1. Strategi pengembangan e-learning. 2. Penyiapan SDM.

3. Pemilihan dan Impelementasi teknologi e-learning. 4. Pengelolaan.

5. Peluncuran sistem

F. Problem based learning

Sedangkan Karakteristik PBL adalah sebagai berikut: a. Belajar dimulai dengan suatu permasalahan.

b. Memastikan bahwa permasalahan yang diberikan berhubunagn dengan dunia nyata siswa.

c. Mengorganisasikan pelajaran di seputar permasalahan, buka di seputar disiplin ilmu.

d. Memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada siswa dalam mengalami secara langsung proses belajar mereka sendiri.

e. Menggunakan kelompok kecil dan

f. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja (performance).

Tahap pembelajaran PBL adalah sebagai berikut: a. Orientasi siswa pada situasi

Tingkah laku guru: menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas penecahan masalah yang dipilihnya.

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar

Tingkah laku guru: membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.

(10)

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pelaksanaan tugas, misalnya berupa laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Tingkah laku guru: membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka tempuh atau gunakan.

G. Project based learning

Memiliki karakteristik: (a) siswa membuat keputusan, dan membuat kerangka kerja, (b) terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya, (c) siswa merancang proses untuk mencapai hasil, (d) siswa bertanggungjawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang

dikumpulkan, (e) melakukan evaluasi secara kontinu, (f) siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan, (g) hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya, dan (i) kelas memiliki atmosfer yang memberi

toleransi kesalahan dan perubahan.

Adapun langkah-langkah itu adalah; (1) menentukan pertanyaan dasar; (2) membuat desain proyek; (3) menyusun penjadwalan; (4) memonitor kemajuan proyek; (5) penilaian hasil; (6) evaluasi pengalaman.

H. Inquiry

(11)

1) Pembelajaran inquiry menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pembelajaran inquiry

menempatkan siswa sebagai subjek belajar.

2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri sesuatu yang dipertanyakan sehingga dapat

menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).

3) Membuka intelegensi siswa dan mengembangkan daya kreativitas siswa. 4) Memberikan kebebasan pada siswa untuk berinisiatif dan bertindak. 5) Mendorong siswa untuk berfikir intensif dan merumuskan hipotesisnya

sendiri.

6) Proses interaksi belajar mengajar mengarahkan pada perubahan dari teacher centered kepada student centered.

Menurut Sanjaya (2006:202) langkah-langkah model pembelajaran inquiry ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Langkah ini guru mengondisikan siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat

dilakukan dalam tahap ini adalah: (a) menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, (b) menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.

2) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah adalah langkah membawa siswa kepada persoalan yang mengadung teka teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka teki itu. 3) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. 4) Mengumpulkan data

(12)

5) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

6) Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

I. Discovery learning

Ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi

pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.

Langkah-langkah :

a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.

b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja.

Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.

c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.

d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diatas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.

(13)

untuk menyusunya. Disamping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran konjektur.

f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru

Referensi

Dokumen terkait

Namun dari 9 sektor ekonomi tersebut, di Kabupaten Sleman yang lebih berkembang yaitu Sektor Pertanian; Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran; Sektor Industri

Pilihlah bibit yang tidak cacat atau luka, karena biasa bibit yang luka bisa tidak tumbuh, benih yang bersih dari kotoran, benih yang tidak keriput atau benih utuh, dan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jam kerja pemboran jalur kawat, jam kerja pemboran lubang baji, jam kerja penggergajian, efisiensi perobohan, waktu edar alat,

Jumlah ikan Sidat yang paling banyak mengkonsumsi pakan, baik pada pengamatan pagi hari maupun sore hari terdapat pada perlakuan udang rebon, diikuti perlakuan ikan

Setelah Pengamatan: Tanggapan Penilai terhadap dokumen dan/atau keterangan guru. Tindak lanjut

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah atau Negara dalam periode tertentu, kenaikan produksi ini bisa

Untuk meraih gelar sarjana S1, Dianing menulis skripsi dengan judul Gaya Hidup Posmodern Tokoh- Tokoh Dalam Novel Mata Matahari Karya Ana Maryam Sebuah Tinjauan

Dalam penelitian ini, yang di sebut Masyarakat berasal dari bahasa Arab. “syaraka” yang berarti ikut serta, berpartisipasi, atau “masyaraka” yang berarti