• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTEMUAN ISLAM DENGAN PERADABAN INDIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERTEMUAN ISLAM DENGAN PERADABAN INDIA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PERTEMUAN ISLAM DENGAN PERADABAN INDIA

Oleh: Fitri Sari Setyorini1

A.

PENGANTAR

Pengertian peradaban dibedakan cukup jelas oleh A. A. A. Fyzee, yakni dapat diartikan dalam hubungannya dengan kewarganegaraan karena kata tersebut diambil dari kata civies (Latin) atau civil (Inggris) yang berarti menjadi seorang warga negara berkemajuan. Dalam hal ini peradaban dapat diartikan dengan dua cara: pertama, proses menjadi berkeadaban, dan kedua, suatu masyarakat manusia yang sudah berkembang atau maju. Berdasarkan pengertian terakhir, suatu peradaban ditunjukkan dengan gejala-gejala lahir, misalnya memiliki kota-kota besar, masyarakat telah memiliki keahlian di bidang industri (pertanian, pertambangan, pembangunan, pengangkutan dan sebagainya), memiliki tertib politik dan kekuasaan, dan terdidik dengan kesenian yang indah-indah.2

Tulisan ini membahas tentang bagaimana proses pertemuan Islam dengan peradaban India yang diawali dengan invasi politik oleh bangsa Arab pada masa Dinasti Umayyah hingga mengalami puncak kejayaannya pada rezim Mughal. Dalam menguraikan proses dan hasil interaksi Islam dengan peradaban India, penulis menggunakan acuan teori Scientific Revolution/ Shifting Paradigm dari Thomas Kuhn dengan menggunakan variabel-variabel yang sesuai terhadap realita yang ada berdasarkan sumber sejarah.3 Teori ini mengemukakan bahwa suatu ilmu selalu

1 Alumni program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, angkatan

tahun 2012, Jurusan Agama dan Filsafat, konsentrasi Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI).

2 Siti Maryam ed, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik HIngga Modern

(Yogyakarta: Lesf, 2004), hlm. 8.

3 Buku The Structure of Scientific Revolution edisi pertama terdiri dari tigabelas

(2)

mengalami perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu sehingga akan menghasilkan sebuah paradigma baru baik yang berbeda sama sekali dengan paradigma semula maupun sebagian menyerupai paradigma awal. Adapun proses terjadinya ilmu melalui tahapan sebagai berikut:

Normal Science – Anomali – Krisis -- Revolusi –New Science/ New Paradigm.4

Kuhn memakai istilah paradigma untuk menggambarkan sistem keyakinan yang berhubungan dekat dengan normal sains yang di dalamnya berisi seperangkat hukum-hukum, teori, aplikasi dan instrumen yang digunakan.5 Fokus pemikiran Kuhn menyatakan bahwa

perkembangan sains berlaku pada apa yang disebut paradigma ilmu. Menurut Kuhn paradigma ilmu adalah suatu kerangka teoritis, atau suatu cara memandang dan memahami alam, yang telah digunakan sekelompok ilmuwan sebagai pandangan dunianya (world view). Paradigma ilmu berfungsi seabagai lensa yang melaluinya para ilmuwan dapat mengamati dan memahami masalah-masalah ilmiah dalam bidang masing-masing dan jawaban-jawaban ilmiah terhadap persoalan tersebut. Dari rekaman sejarah ilmu bisa diketahui bahwa terjadinya perubahan-perubahan mendalam selama sejarah ilmu tidak didasarkan pada upaya empiris untuk membuktikan suatu teori atau sistem, tetapi melalui revolusi-revolusi ilmiah, sehingga kemajuan ilmiah pertama-tama bersifat revolusioner dan bukan kumulatif.

B. PEMBAHASAN

tentang ilmu. Duabelas bab berikutnya disusun berdasarkan tiga bagian yakni, transisi dari pra-paradigma science ke normal science dari bab dua sampai bab lima. Transisi dari normal science ke extraordinary science dijelaskan pada bab enam sampai delapan, dan transisi dari extraordinary science ke normal science baru dipaparkan dalam bab Sembilan sampai tigabelas. Thomas Nickles, Thomas Kuhn; Philosophy Now (Chesman: Acuumen, 2003), hlm. 8. Thomas S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolution edisi II

(Amerika: University of Chicago Press, 1970), hlm. iii.

4 James A. Marcum, Thomas Kuhn’s Revolution; An Historical Philosophy of

Science (London: Continuum. 2005), 58.

(3)

a.Sejarah Singkat Invasi Muslim ke Benua India

Sejarah masyarakat Muslim di anak benua India bermula pada periode chaostik yang mengiringi hancurnya imperium Abbasiyah pada pertengahan abad kesepuluh. Sebelumnya telah berlangsung invasi Arab. Pada masa kekhalifahan Umar ibn Khattab mengirim utusan untuk menguasai Sind pada tahun 643-644 M yang dipimpin oleh Abdullah ibn Amar ibn Rabi dengan berhasil menginvasi daerah Kimran dan Sistan atau Siwistan dengan mengepung wilayah tersebut dan berhasil membuat penguasa setempat menyerah6. Pada tahun 711 dan 725 M pasukan

invasi Arab dengan dipimpin oleh Muhammad ibn Qasim berhasil menduduki Sind, sebelah barat Rajasthan, Baluchistan dan Gujarat.7

Selama periode ini kaum Muslim belum sepenuhnya menguasai wilayah-wilayah penting. Ini terjadi karena pasukan yang dikerahkan oleh Khalifah di Damaskus tidak sepenuhnya fokus ke daerah India. Perhatian pusat saat itu terbagi-bagi di wilayah Asia Tengah, Afrika Utara hingga Spanyol. Di samping itu khalifah tidak sepenuhnya memberi dukungan untuk mengembangkan kekuasaanya di wilayah ini karena Abbasiyah lebih senang membina kekuatan sosial-budaya di dalamnya.8

Ketika Khalifah Abbasiyah mulai memasukkan orang-orang Turki dari wilayah timur sekitar abad sepuluh ke dalam elite kekuasaannya, mereka kemudian diberi wewenang untuk melanjutkan kegiatan penaklukan di berbagai wilayah yang hampir sepenuhnya tugas ini diserahkan kepada kekuatan baru tersebut. Penaklukan Muslim yang paling menentukan di India datang dari rezim militer Afghanistan pasca

6 Ishwari Prasad, A Short History of Muslim Rule in India: From The Conquest of

Islam To The Death of Aurangzeb (Allahabad: Indian Press, 1931), Hlm. 30.

7 Burton Stein, A History of India ed. 2 (UK: Blackwell, 2010), hlm. 129. Judith E. Walsh, A Brief History of India (New York: Fact on File, 2006), hlm. 61. W. W. Hunter, A Brief History of The Indian People ed. III (London: Tubner, 1883), hlm. 98-99.

8 Ajid Thohir, Islam di Asia Selatan: Melacak Perkembangan Sosial, Politik Islam

(4)

Abbasiyah.9 Ghaznawiyah (973-1025)10 menduduki Kanauj pada January

1019 M11 setelah gagal melakukan invasi ke India sebanyak tujuh belas

kali,12 Lahore tahun 1030 M dan menghancurkan wilayah India Utara

dengan pusat kekuasaan di Afghanistan dan Khurasan, sedangkan wilayah yang pertama kali ditaklukannya hanya dijadikan sebagai daerah taklukan.13 Melalui para pelanjutnya akhirnya Islam bisa diperkenalkan

dan dipelihara di daerah ini, bahkan bisa melebar hingga ke daerah lain. Pada abad dua belas kedudukan Ghaznawiyah digantikan oleh kesukuan di wilayah pegunungan setempat di bawah kepemimpinan Dinasti Ghuridiyah yang mengawali kekuasaan sistematik di India. Tahun 1175 dan 1192 M mereka merebut Uch, Multan, Peshawar, Lahore dan Delhi. Tahun 1206 M, salah seorang jenderal Ghuridiyah, Qutb al-Din Aybeg menjadikan dirinya sebagai penguasa independen dan membentuk dinasti dari serangkaian dinasti yang dikenal dengan Kesultanan Delhi (1206-1526).14

Pada abad dua belas kedudukan Gahznawi digantikan oleh panglimanya yang kemudian di sebut Dinasti Ghuridiyah (kesultanan para budak) pada 1190-1206 M yang jauh berambisi dalam penaklukan wilayah India dibandingkan dengan pendahulunya. Dalam rentang waktu 1175-1192 M mereka berhasil merebut daerah Uch, Multan Peshawar, Lahore. Tahun 1206 M ia berhasil memperluas taklukannya hingga ke Delhi,

9 Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam 1 &2 (Jakarta: Raja Grafndo

Persada, 1999), hlm. 672.

10 Mahmud Ghazni terkenal akan aksinya dalam penghancuran kuil-kuil Hindu di

Kanauj, Mathura, Nagarkot, Somnath (Gujarat) dan Thneswar dari sana ia mendapatkan harta rampasan berupa emas, perak, dan para budak pada tahun 1025 dan dibawa ke istananya di Ghazna (sekarang Afghanistan). Pada waktu itu Mahmud menyombongkan dirinya dengan mengatakan telah membunuh 50.000 orang kafr dan 50.000 Muslim yang dianggapnya telah melakukan perbuatan bid’ah. Sultan Mamud Ghazni meninggal di Ghazna pada 1030 M. Hunter, India, hlm. 103. Stein, India, hlm. 130. Judith E. Walsh,

A Brief History of Hindia (New York: Fact on File, 2006), hlm. 62.

11 Prasad, Muslim Rule, hlm. 59.

12 Hunter, India, hlm. 102.

13 Sayyid S. Alvi “The Muslim Almanak: Islam in South Asia”, dalam Ajid Thoir,

Asia Selatan, hlm. 85.

(5)

Kanauj dan (Varanasi) Benares dan sebagian besar wilayah di Rajashan serta menghancurkan dinasti Sena di Bengal dan menghancurkan banyak biara Budha di situ.15 Ia menempatkan Delhi sebagai bangunan politik.

Selama pemerintahannya, tujuh panglima budak (sultan-sultan lokal) memimpin daerah-daerah kekuasaanya silih berganti, bahkan tidak jarang saling bertikai. Muhammad Ghuri kemudian digantikan oleh sanak saudaranya yang sekaligus sebagai budak-budaknya. Ia membagi kekuasaan yang dimilikinya kepada tiga panglima yang dipercayainya, Tajuddin yang menguasai daerah Ghazna, Nashiruddin Kubacha menguasai wilayah Sind, dan Quthubuddin Aybek menguasai seluruh Hindustan. Aybek memiliki kemampuan manajemen politik dan ketrampilan militer yang sangat hebat. Ini terlihat jelas dari luasnya wilayah yang dikuasainya dan kuatnya pengaruh di daerah kekuasaannya16. Ia berhasil menduduki Meerut, Hansa, Delhi,

Ranthambor, Kol, Benares, Mahoba.17 Rezimnya ini disebut dengan

Kesultanan Delhi dengan beberapa dinasti yang memimpin seperti Dinasti Khalji (1290-1320), Dinasti Tugluq (1320-1413), Dinasti Sayyid (1414-1451) dan Dinasti Lodi (1451-1526).18 Setelah kematian Quthubuddin

Aybek karena kecelakaan jatuh dari kuda saat bermain chaugan19 (polo)

pada tahun 1211 M, anaknya Aram Shah menggantikan ayahnya memegang kekuasaan. Ketidak cakapannya dalam memerintah membuat para pembesar istana memecat dan menggantinya dengan Ilutmish (1211-1236) yang tidak lain adalah menantu dari Quthubuddin sendiri.20

Ia mengamankan wilayah utara India sampai ke sungai Indus dan melakukan ekspansi wilayah ke Sind, Rajasthan dan Bengal. Anak perempuannya Raziya meneruskan kekuasaan Ilutmish selama tiga tahun

15 Walsh, India, hlm. 62.

16 Rajeswari Chatterjee, A History of The People of The Subcontinent of India in

a Nutshell (Nevada: Frandsen Humanities Press, 2003), hlm 14.

17 Prasad, Muslim Rule, hlm. 75. 18 Walsh, India, hlm. 66.

19 Permainan ini begitu populer di masanya terutama di Persia dan India.

Prasad, Muslim Rule, hlm. 76.

(6)

terhitung dari tahun 1236-1239 M. Ia merupakan sultanah pertama yang pernah memerintah di India, dan akhirnya dibunuh oleh sekelompok golongan istana yang tidak menyukai pemerintahan yang dipimpin oleh perempuan.21

Selama rezim Khalji tercatat Mongol pernah melakukan beberapa serangan antara tahun 1299, 1303, 1305, 1306, dan 1241 M di perbatasan Indus yang kesemuanya dapat dikalahkan oleh pasukan Khalji.22 Ekspansi yang dilakukan oleh Alauddin Khalji meliputi Gujarat,

Bengal, Bihar, Delhi, Kalanjar, Lakhnauti,23 Lahore, Madurai.

Bagaimanapun juga setelah Alauddin Khalji meninggal pada 1316 M kondisi kerajaannya menjadi kacau. Malik Kafur yang merupakan bawahan setianya juga dibunuh oleh salah satu prajuritnya sendiri, setelah itu wilayah Gujarat dan Rajasthan kembali mendapatkan kemerdekaanya. Ghiyasuddin Tugluq berhasil mendirikan dinastinya setelah melakukan pemberontakan terhadap Khalji pada tahun 1320. Kematiannya yang tiba-tiba membuat anaknya Muhammad ibn Tugluq menggantikan pemerintahan ayahnya. Selama masa kepemimpinannya ia berusaha mempertahankan wilayah yang telah dikuasai oleh ayahnya dulu. Pasca kematiannya karena demam pada 1351 M, ia digantikan oleh saudara sepupunya Firuz Shah (1351-1388). Dinasti ini tidak mampu bertahan setelah kematian Firuz Shah dikarenakan para penggantinya tidak sekuat dan secakap Firuz Shah dalam memerintah, juga disebabkan karena invasi yang dilakukan oleh Mongol.24

Kesultanan Vijayanagar dan Bahmani

Di India bagian selatan, pada tahun 1336 terdapat sebuah kerajaan Hindu Vijayanagar yang kemudian berubah menjadi Islam dalam rangka melakukan pemberontakan terhadap dinasti Tugluq dengan

21Ibid.,

22Ibid., hlm. 69.

23 Prasad, Muslim Rule, hlm. 75.

24 Walsh,India, hlm. 71. Stuart Cary Welch, India Art and Culture 1300-1900 ed.II

(7)

Harihara I sebagai raja pertamanya yang memerintah dari tahun 1336-1357. Adapun raja-raja besar yang pernah memerintah Vijayanagar antara lain Khrisnadevaraya (1509-1529), Achyutadevaraya (1529-1542), dan Aliya Rama Raja (1542-1565). Tidak jauh dari Vijayagar yakni di sebelah utaranya terdapat kesultanan Bahmani (1347) yang didirikan oleh penguasa Muslim lokal Hasan Gangu dan mendeklarasikan sebagai dinasti independen yang terpisah dari Kesultanan Delhi. Selama dua ratus tahun kedua dinasti ini terlibat pertikaian mengenai persoalan doab

(wilayah yang terdapat diantara dua sungai) di wilayah perbatasan mereka. Pada 1518 M kesultanan Bahmani terbagi menjadi lima bagian Admadnagar, Berar, Bidar, Bijapur, dan Golconda. Pada tahun 1565 M kelima dinasti kecil ini bersatu melawan Vijayanagar. Dinasti-dinasti kecil ini berada di bawah kekuasaan Mughal nantinya.25

Kesultanan Delhi mengalami kemunduruan pada masa Dinasti Sayyid dan Lodi dengan bangkitnya kekuatan-kekuatan lokal seperti Fakhruddin Mubaraq (1336) di Bengal, Syamsudin Syah Mirza Swati (1346) di Kashmir, Zafar Khan Muzzafar (1391) di Gujarat, Malik Sarvar (1349) di Jawnpur, dan Dilavar Khan Husein Ghury (1401) di Malwa. Dari dalam Dinasti Lodi sendiri terjadi konfik internal antara Sultan Lodi dengan pamannya Alam Khan yang berusaha menggulingkan sultan karena ketidakmampuannya dalam mengelola kekuasaan di istana. Alam Khan kemudian meminta bantuan dari Zahiruddin Muhammad Babur (1482-1530) yang pada saat itu sebagai penguasa Farghana untuk membantunya menggulingkan pemerintahan Lodi. Dalam pertempuran di Panipat Babur berhasil mengalahkan Lodi dan mengikrarkan dirinya sebagai penguasa India. Periode selanjutnya disebut dengan periode Mughal (1526-1748).

Pada pemerintahan Babur kondisi perpolitikan di India sedang mengalami transisi dari penguasa lama ke penguasa baru. Kondisi seperti ini rupanya dimanfaatkan oleh sejumlah penguasa Hindu lokal untuk

(8)

melancarkan pemberontakan kepada penguasa baru seperti yang dilakukan oleh raja Hindu Rajput, Rana Sanga pada tahun 1526 hingga tahun 1527 M. Pada masa ini ditandai dengan bangkitnya kekuatan raja-raja lokal Hindu India dalam memberontak Mughal dan munculnya penguasa Muslim yang enggan mengakui pemerintahannya di Afghanistan. Wilayah yang berhasil dikuasainya sepanjang dari Badhakshan, Kabul, Punjab dan perbatasan Bengal.26 Babur meninggal

pada 26 Desember 1530 M dan mewariskan kekuasaannya kepada anak pertamanya Humayun yang memerintah dari tahun 1530-1539 Mdan 1555-1556 M.

Perode pemerintahan Humayun banyak diwarnai dengan berbagai kerusuhan dan pemberontakan. Salah satu dinasti dari Afghanistan yang diperintah oleh Sher Khan berhasil menginvasinya pada tahun 1539 M di Delhi. Humayun berhasil lolos ke Persia dan meminta perlindungan politik dari Sultan Tahmasp I Safawi di Tabriz, Persia pada tahun 1544 M. Pada tahun 1545 M Shah Tahmasp membantu Humayun dalam menduduki benteng Kandahar, dan melanjutkan penyerangan ke Kabul.27 Ia kembali

ke India dengan membawa sejumlah besar pasukan untuk mengalahkan Sher Khan pada 1555 M. Humayun hanya setahun menikmati kekuasaannya di India, setelah kematiannya pada 1556 M, anaknya Jalaluddin Muhammad Akbar menggantikan posisinya sebagai sultan di Mughal pada usia dua belas tahun.28

Jalaluddin Muhammad Akbar menjadi raja tujuh belas hari setelah ayahnya meninggal. Selama masa itu Akbar berada di bawah pengawasan regent nya Bairam Khan. Selama dua dekade Akbar berhasil menguasai Lahore dan Agra, Rajasthan (1570), Gujarat (1572), menaklukan kota klan Rajput yang terletak di Chitor dan pasukannya melakukan pembantaian besar-besaran terhadap 25.000 penduduk kota

26 Welch, India Art, hlm. 118. 27Ibid., hlm. 144.

28 Beberapa pendapat salah satunya Stuart Cary Welch mengatakan bahwa usia

(9)

Chitor dan sekitarnya, serta berhasil merebut Bihar pada tahun 1574 M. Pada tahun 1580 M ia berhasil menganeksasi provinsi-provinsi yang berada di wilayah Sind dan Kashmir, dan pada tahun 1600 M ia berhasil merebut Birar di dataran Deccan.

Sultan Akbar meninggal pada 1605 M dan digantikan oleh anaknya Jahangir (1605-1627), Sultan Shah Jahan (1627-1658), Sultan Aurangzeb (1658-1707). Bijapur dan Golconda berhasil ditakukan dan tunduk di bawah bendera Mughal pada masa Aurangzeb pada 1686-1687 M.

b.

Ideologi Negara

Antusiasme sultan-sultan Ghaznawi memakai pola administrasi dan kultural Persia secara umum sangat mendukung peradaban ini. Buktinya pada tahun 1030-1186 M banyak para sarjana, penyair, guru suf dari kota-kota di Asia Tengah, Iran dan wilayah Arab lainnya termasuk Samarqand, Bukhara, Kasgar, Naisapur, dan Baghdad merasa tertarik untuk tinggal di Lahore. Kedatangan mereka dalam mengisi daerah-daerah yang baru dengan berbagai pengalaman dan potensi yang telah mereka kembangkan di daerah sebelumnya belum memainkan peran yang signifkan. Tetapi di sisi lain pola ini justru menghentikan dan mematikan tradisi Stepa Turki Pagan-nya29 sebagai pengelana atau

penjelajah wilayah sebagaimana tradisi sebelumnya.

Kesultanan Dehi mencerminkan sebuah periode tunggal dalam sejarah India-Muslim disebabkan oleh kontinuitas elite penguasa yang terdiri dari sejumlah panglima militer Afghanistan (Asia Tengah Turki) dan klien mereka. Masing-masing dinasti mencerminkan sebuah segmen yang berbeda-beda dari elite Turki-Afghan serta Asia Tengah yakni pihak

29 C. W. Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam terj. Ilyas Rahman (Bandung: Mizan,

(10)

pemenang dalam perebutan kekuasaan yang berlangsung terus-menerus. Sejumlah dinasti yang silih-berganti tersebut melancarkan usaha yang berkelanjutan untuk memusatkan kekuasaan negara, tetapi tidak satupun dari mereka yang menciptakan kekuasaan absolut. Masing-masing sekedar merupakan senior (pimpinan) dalam sebuah masyarakat politik yang terdiri dari sejumlah muslim lokal dan raja-raja Hindu. Pola kepemimpinan yang diterapkan lebih mirip dengan pola militerisme Tartar Mongol. Dalam setiap kebijakan suksesi yang diterapkan militerisme Tartar Mongol, para pengganti biasanya tidak selalu berasal dari sanak keluarga, tetapi bisa saja dari orang yang dianggap mampu memimpin dan mengembangkan kekuatan militer kelompoknya.30 Akhirnya

masing-masing mengalami problem pembentukan negara Islam di dalam daerah yang sangat menonjol kultur Budha dan Hindunya.31

Semula Kesultanan Delhi secara agresif berkembang sebagai

mewarnai wilayah Timur Islam pasca Abbasiyah. Di sebelah Barat terutama Mesir dan Syria kekuatan seperti ini sedang ditunjukkan oleh para budak-budak militer Turki yang terorganisir dalam Muluk al-Burji dan Muluk al-Bahri. Mereka pada umumnya mencari legitimasi kekuasaan dengan bernaung di bawah legitimasi para pewaris keluarga khalifah Dinasti Abbasiyah yang berdasar pada konsep klasik bahwa seorang khalifah harus berasal dari keturunan Quraisy. Tradisi seperti ini banyak dilakukan pada periode sebelumnya oleh para daulat-daulat kecil (al-duwailat) di hampir seluruh propinsi kekuasaan Abbasiyah di Baghdad untuk hidup secara mandiri dan setengah independen dalam berpolitik. Kemandirianya secara teologi politik belum sepenuhnya mereka tunjukkan. Sikap ini masih mereka terus pelihara baik melalui pencatuman nama para khalifah pusat dalam koin mata uang, mendoakannya dalam setiap kotbah Jum’at, bahkan melalui pemberian upeti secara terus-menerus kepada penguasa pusat yang masih dianggap sakral dalam politik. Karena itu para panglima militer yang secara de facto dan de jure berkuasa penuh secara politik di wilayah Barat Baghdad ini, tetapi tidak berani menyebut dirinya sebagai khalifah. Mereka lebih senang menyebut dirinya sultan. Daniel Pipes “ The Slave Soldiers and Islam” dalam Ajid Thohir, Asia Selatan, hlm. 88.

(11)

hirarkis mengenai masyarakat politik. Persis sebagaimana lazimnya para wali Suf ketika berdiri di puncak spiritual, maka para sultan berpijak pada pimpinan masyarakat sekuler.32

Dinasti Tuglug (1320-1413), dengan pemerintahan Muhammad ibn Tugluq (1325-1351) berusaha menyeimbangkan pengaruh politik dari beberapa keluarga besar Muslim dengan memperkuat dukungan dari kalangan imigran tentara Turki. Ia merupakan sultan pertama yang mengangkat warga non-Muslim dalam tugas kemiliteran dan tugas-tugas administrasi pemerintahan, terlibat di dalam perayaan lokal, dan mengizinkan pembangunan kuil-kuil Hindu.33 Untuk mempertahankan

sejumlah amanat muslim atas rezimnya, Muhammad ibn Tuglug menerapkan kebijakan yang pro-sunni. Ia mempertegas mandatnya sebagai sebagai seorang pejuang Muslim dengan mempertahankan India dari serangan Mongol. Ia memperlihatkan keterikatan secara formal terhadap syari’ah, mengakui kekhalifahan Abbasiyah di Kairo sebagai pimpinan umat Muslim, mengangkat seorang hakim kepala, dan menerapkan pajak kepala kepada warga non-Muslim.34 Muhammad ibn

Tuglug secara umum sangat hormat kepada ulama. Rezimnya merupakan rezim muslim pertama yang mengintegrasikan sejumlah panglima perang Turki, kalangan feudal Hindu, dan ulama muslim ke dalam elite politik.

Selama masa rezim Mughal berlangsung problem yang berkaitan dengan hak penerus takhta tetap saja menjadi persoalan yang tidak mampu diselesaikan. Perebutan kekuasaan menjadi hal yang biasa ketika sultan meninggal, siapa yang paling berhak menduduki kekuasaan menjadi poin yang paling penting. Istilah “takht ya takhta” (kerajaan atau peti mati) menjadi istilah yang begitu populer pada masa itu.

32 Lapidus, Sejarah, hlm. 677. 33Ibid., hlm. 676.

34Pemberlakuan sistem pajak seperti ini pertama kali dilakukan pada masa

Khalifah Umar. Pada era kepemimpinannya mulai diatur tentang pembayaran gaji dan pajak tanah. Terkait dengan masalah pajak, Umar membagi warga negara dalam dua kelompok yaitu muslim dan non-muslim (dzimmy). Bagi muslim diwajibkan membayar pajak, bagi non-muslim dipungut kharaj (pajak tanah) dan jizyah (pajak kepala). Ibid.,.

(12)

c. Administrasi

i. Bidang Militer dan Kenegaraan

Keberhasilan penaklukan India yang dilakukan oleh para penguasa Muslim tidak terlepas dari peran penting pasukan yang dibawa berperang. Mahmud Ghaznawi dan Muhammad Ghuri membawa ribuan pasukan penunggang kuda Afghanistan ketika menguasai India. Para sultan di India melanjutkan tradisi ini sesudahnya. Pasukan yang dibawa oleh para sultan tersebut terdiri atas pasukan cavaleri dan infantry, pasukan gajah, unta, kuda poni, dan binatang lainnya.

Di India hanya beberapa wilayah seperti bagian timur Punjab seperti di Shiwaliks, Samana, Sunnam, Tabarhind, Thanesar dan Kokhars yang memiliki ketersediaan kuda perang dengan kwalitas baik. Tetapi kuda-kuda yang berasal dari daerah ini kwalitasnya di bawah kuda-kuda yang berasal dari Asia Barat, dan impor kuda perang sangat diperlukan oleh para sultan di India. Berdasarkan catatan kronik abad pertengahan mengatakan bahwa kuda yang berasal dari Yamani, Shami, Bahri dan Qipchaqi sudah digunakan oleh para pasukan di India dan terdapat impor kuda dalam jumlah besar-besaran dari Arab. Ziyauddin Barani mengungkapkan bahwa Sultan Alauddin Khalji memiliki koleksi kuda perang sebesar 70.000 di paigahs (kandang) Delhi. Ahli Geograf Arab, Ahmad Abbas al-Umari juga menyebutkan bahwa Sultan Muhammad Tugluq memberi rombongannya kuda Arab berjumlah 10.000.35Dibawah

pemerintahan Sultan Alauddin Khalji, ia memiliki 450.000 pasukan berkuda, dan pasukan cavaleri Muhammad Tugluq berjumlah 900.000 pasukan. Tentu saja jumlah ini berubah-ubah setiap waktu.

(13)

Struktur baru mengenai peringkat pasukan dalam kemiliteran yang diciptakan oleh Sultan Akbar ialah terbentuknya 33 mansabs atau derajad kepangkatan militer. Di dalamnya terdapat tiga mansabdars senior yaitu 10.000, 8.000 dan 7.000 bertugas mengawal pangeran kerajaan. Kepangkatan pasukan lainnya terdiri dari masnsabdars 5.000 hingga paling sedikit 10 saja. Dari keseluruhan tingkatan sistem mansabdars yang kompleks ini hanya mansabdars dengan status tertentu saja yang dapat memimpin (senior) dalam kesatuan pasukannya yang berwenang sebagai kepala komando dari semua mansabdars. Setiap peringkat diwajibkan memiliki sejumlah pasukan tertentu dan sejumlah binatang. Mansabdars 5.000 misalnya memiliki 340 kuda dengan spesifkasi jenis tertentu, 90 gajah, 80 unta, 20 keledai dan 160 gerobak. Untuk tingkatan mansabdars paling rendah yaitu 10 hanya memiliki empat buah kuda tanpa diberi tambahan binatang.36

Selama masa pemerintahan Sultan Akbar, mansabdars dengan peringkat 500 ke atas diberi gelar dengan sebutan mirs (dari bahasa Arab amirs), namun hal ini mengalami perubahan pada masa Shah Jahan, dimana yang memperoleh gelar mir hanya mansabdars dengan tingkatan 1000 keatas. Beberapa mir memiliki spesifkasi tugas masing-masing.

Mirs Bakhsi misalnya yang bertanggung jawab terhadap persoalan transportasi dan pembayaran gaji tentara yang kemudian disalurkan melalui diwan (departemen pererintahan di bawah wazir atau perdana menteri). Jabatan senior penting lainnya adalah Mir Saman yang bertanggung jawab menangani persoalan managemen ketentaraan, termasuk di dalamnya loka karya, gudang senjata dan perbekalan pasukan.37 Salah satu perubahan paling mendasar yang dilakukan oleh

Sultan Akbar ialah memperkenalkan sistem pembayaran gaji tentara. Secara teoritis semua mansabdar mendapatkan gaji secara langsung dari

(14)

kekayaan kerajaan. Di bawah pemerintahannya mansabdars 5000 mendapatkan gaji 30.000 Rupee setiap bulannya.

Jumlah pasukan Mughal mengalami peningkatan dari pertama kali Babur melakukan invasi ke India. Ia membawa sejumlah pasukan dari Afghanistan pada tahun 1507 M tidak kurang dari 2.000 pasukan. Baru setelah lima kali usaha Babur menginvasi India jumlah pasukan yang dibawanya mencapai 15.000 sampai 20.000 orang. Jumlah ini semakin meningkat ketika Mughal telah memantapkan kekuasaannya di India. Pada tahun 1596 M Mughal memiliki 1803 mansabdars, dan pada tahun 1690 M tidak kurang dari 14.449 jumlah mansabdars yang dimiliki. Pada masa Shah Jahan, tahun 1648 M menurut manuskrip yang ada jumlah pasukannya terdiri dari 440.000 orang, termasuk 200.000 pasukan cavalery, 8.000 mansabdars, 7000 ahadis elit, 40.000 pasukan infantry dan artileri, ditambah 185.000 cavalery dari berbagai kontingens di masing-masing provinsi dan para bangsawan. Pada pemerintahan Aurangzeb, jumlah pasukan Mughal akhir abad ke-17 setidaknya memiliki pasukan sebanyak 200.000 orang bagian cavaleri saja.

Di India senjata peperangan berupa busur bersilang yang dikenal dengan istilah chark telah digunakan oleh pasukan Islam India setidaknya hingga awal abad ke enam belas. Di dalam Babur-nama senjata ini dikenal dengan sebutan Kaman-i-guroha dengan bobot tarikan sebesar 40

batman (setara dengan 280 kilogram) dan taksh-andaz (anak panah).38

Dalam pemerintahan militeristik tersebut, sultan adalah penguasa diktator,39 pemerintah daerah dipegang oleh sipah salar (kepala

komandan), sedangkan sub-distrik dipegang oleh faudjar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak

38 David Nicolle, Medieval Siege Weapons (2); Byzantium, The Islamic World and

India AD 476-1526 (UK:Osprey Publishing, 2003), hlm. 23.

39 M. Mujib,”The Indian Muslim”, dalam Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam;

(15)

kemiliteran.40 Akbar membagi wilayah kekuasaannya menjadi duabelas

provinsi.

ii. Bidang Ekonomi

Pada masa pemerintahan ‘Ala al-Din Khalji (1296-1316), rezim Delhi memperkokoh kembali status imperialnya dan memperluas kekuasaannya sampai ke Gujarat, Rajasthan, Deccan, dan sebagian wilayah India Selatan. Ia juga berusaha memperkuat negara agraria.41

Pada tahun 1300 M Ala al-Din Khalji menetapkan standar penghasilan baru sebesar setengah (1/2) dari hasil pertanian di beberapa wilayah utama India, menghapuskan penghasilan tambahan dari kepala-kepala lokal, dan merampas seluruh tanah pemberian yang ada sebagai upaya untuk melepaskan para penguasa lokal dari kekuatan militer dan kekuatan fnansial mereka. Ia juga menguasai pasar biji-bijian di Delhi, di mana hasil biji-bijian tersebut disalurkan kepada para tentara dan warga perkotaan dengan patokan harga yang terkendali.

Pada masa Muhammad ibn Tugluq untuk pertama kalinya diperkenalkan mata uang yang dibuat dari tembaga dan kuningan.42

Kemantapan stabilitas politik karena sistem pemerintahan yang diterapkan Sultan Akbar membawa kemajuan di bidang-bidang yang lain. Dalam bidang ekonomi misanya, kerajaan Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan dan perdagangan. Akan tetapi, sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian. Di sektor

40 Yatim, Dirasah, hlm. 149.

41 Sebelum penaklukan Muslim pajak agrarian didasarkan pada prinsip

bahwasanya kaum petani memiliki kewajiban mengolah tanah dan membayarkan sebagian dari produksinya kepada penguasa. Besarnya bagian ditetapkan oleh penguasa dengan mempertimbangkan luasnya tanah dan melalui besarnya pajak bagi setiap unit ukuran tanah ditetapkan berdasarkan jumlah tertentu atau dengan membagi tanaman pertanian asal. Para penguasa lokal umunya memperlakukan beberapa kampung sebagai satuan unit, dan mengumpulkan pajak melalui asisten atau tokoh-tokoh lokal yang akan menaksir para petani individual. Sang Penguasa pada umumnya menyalurkan hak-hak pajaknya untuk membayar gajii tentara atau gaji para pegawai administratif. Lapidus, Sejarah, hlm. 674.

(16)

ini komunikasi antara petani dengan pemerintah diatur dengan baik. Pengaturan itu didasarkan atas lahan pertanian. Deh merupakan unit lahan pertanian terkecil. Beberapa deh tegabung dalam pargana (desa). Komunitas petani dipimpin oleh seorang mukaddam. Melalui para

mukaddam itulah pemerintah berhubungan dengan petani.43 Kerajaan

berhak atas sepertiga dari hasil pertanian di negeri itu. Hasil pertanian kerajaan Mughal yang terpenting saat itu adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan.

Di samping untuk kebutuhan dalam negeri, hasil pertanian itu diekspor ke Eropa, Afrika, Arabia, dan Asia Tenggara bersamaan dengan hasil kerajinan, seperti pakaian tenun dan kain tipis bahan gordin yang banyak di produksi di Gujarat dan Bengal. Untuk meningkatkan produksi, Jahangir mengizinkan Inggris (1611) dan Belanda (1617) mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat.44

Sultan Akbar membentuk departemen kementerian pada tahun 1560 dengan membaginya menjadi empat kementrian yakni Menteri Keuangan, Menteri Rumah Tangga, Menteri Pertahanan dan Menteri Keagamaan.45 Selama periode pemerintahannya sebesar delapan puluh

dua persen dari keseluruhan pajak dan anggaran yang terkumpul dipergunakan untuk membayar gaji para mansabdars, pasukan dan hal-hal yang berkaitan dengan militer.

iii. Ilmu Pengetahuan

Kesuksesan sultan-sultan budak dalam memerintah wilayah sekitar India bukan hanya menghasilkan kontrol politik, melainkan juga

43 Yatim, Dirasah, hlm. 150.

44 M. Th. Houtsman ed, “First Encyclopedia of Islam”, dalam Yatim, Dirasah, hlm.

150.

(17)

sangat mewarnai proses Islamisasi. Salah satu cara yang dilakukan oleh para penguasa dalam memperkenalkan Islam di India adalah melalui penerjemahan teks-teks keislaman dengan jumlah kurang lebih 1.500 buah dari bahasa Arab dan Persia ke dalam berbagai bahasa lokal di India pada masa pemerintahan Mahmud Ghaznawi.46 Dengan cara demikian

pemikiran tentang keislaman masuk ke dalam wilayah India, kecuali di pusat-pusat Hindu yang masih kental tradisinya seperti di Vijayanagar, India bagian selatan.

Arus pemikiran Islam yang membeku di Timur Tengah saat itu akibat invasi yang dilakukan Mongol kembali menjadi cair di Asia Selatan terutama setelah Hijaz menjadi wilayah persimpangan antara India dan Mekkah. Misalnya dalam kasus Sultan Muhammad Tugluq yang begitu terpengaruh dengan pemikiran Ibn Taimiyyah (1263-1327) hingga ia banyak menggagas kembali penegakan sistem khalifah untuk diterapkan di wilayah India. Tugluq meminta legitimasi spiritual sebagai penguasa yang sah kepada para khalifah Abbasiyah di Mesir untuk memimpin umat Islam di India. Pada masa Tuglugiyah terdapat tokoh penting Ibn Batuta (pengembara asal Maroko) yang pernah mengabdikan dirinya menjadi kepala hakim di wilayah Delhi pada abad empat belas.47 Pada masa

Kesultanan Delhi mazhab yang dianut adalah mazhab Hanaf dengan sebagian besar diikuti oleh India bagian tengah dan barat daya, sedangkan mazhab Maliki di anut oleh masyarakat Muslim di sepanjang Samudra Hindia.

Beberapa karya yang dihasilkan oleh sejarawan pada masa Mughal antara lain auto biograf Babur dengan judul aslinya Waqi’at-I Baburi dalam bahasa Turki Chaghtai namun dialih bahasakan ke dalam bahasa Persia dengan judul “Babur-Nama”,48 memuat banyak

ilustrasi/gambar-gambar dan dikerjakan oleh para artisan pada masa

46 Walsh, India, hlm. 62.

47 Barbara D. Metcalf dan Thomas R. Metcalf, A Concise History of Modern India

ed. II (USA: Cambridge University Press, 2006), hlm. 6.

(18)

Sultan Akbar.49 Di tahun yang sama karya Tuzuk-I Jahangiri (autobiograf

Jahangir) yang berbahasa Persia dan telah dialih bahasakan ke dalam bahasa Inggris, Ain-I Akhbari oleh sejarawan istana Abul Fazl, Akbar Nama, sebuah auto biograf Akbar yang mengkhususkan pembahasan mengenai penaklukan yang dilakukan oleh Mughal ke India, karya ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris terdiri dari tiga volume,

Padshah Nama (Sejarah Para Raja) karangan Abd al-Hamid Lahori.50

Dinasti Mughal banyak memberikan sumbangan di bidang ilmu pengetahuan. Sejak masa Umayyah dan Abbasiyah banyak orang-orang Hindu yang menerjemahkan buku-buku dari bahasa Sansekerta ke bahasa Arab. Buku astrologi Sidhanta yang dikarang Brahma Gupta, dalam bahasa Arab diberi nama Tariche Sind wa Hind. Buku Kalilah wa Dimna

merupakan terjemahan dari buku Panca Tantra yang populer di kalangan Arab. Banyak buku-buku kedokteran India, kehewanan, etika, sulap, kimia, ilmu politik diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Investasi India dalam angka-angka terhadap dunia Arab dikenal oleh Barat sebagai angka Arab (Arabics numerals). Penggunaan angka nol dikenal orang Arab setelah invasi ibn Qasim.

Para ilmuwan, ulama, fuqaha, ahli bahasa, suf dan flsuf serta berbagai bidang ilmu lainnya datang dan berkumpul di India, istana Mughal pun menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Hal ini karena adanya dukungan dari para penguasa, bangsawan serta para ulama. Sultan Akbar memiliki koleksi buku di perpustakaannya dalam bidang biograf, teologi, perbandingan agama, sain, matematika, sejarah, astrologi, pengobatan, zoologi, dan antropologi. Kebanyakan dari buku yang dikoleksinya berisi gambar ilustrasi. Aurangzeb misalnya, memberikan sejumlah besar uang dan tanah untuk membangun sekolah di Lucknow.

49 Karya ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam dua volume.

Annete Susannah Beveridge, The Babur Nama in English; Memoirs of Babur vol.I (London: Luzac & Co, 1922).

(19)

Sultan-sultan Mughal sangat menyukai seni dan ilmu pengetahuan. Sultan Babur sangat menyukai menulis dan membaca puisi, tetapi ia lebih suka menulis prosa tentang fora dan fauna, gaya penulisannya sangat alami. Sultan Akbar mendirikan perpustakaan yang amat besar dengan buku-buku berbahasa Inggris, Yunani, Persia, Hindi serta Arab, di antaranya kitab-kitab suci Hindu dan Alkitab. Perpustakaan Sultan Akbar menyimpan koleksi sekitar tiga puluh empat ribu jilid buku. Pada masa Shah Jahan didirikan sebuah perguruan tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintahan dipegang oleh Aurangzeb.

iv. Arsitektur

Kondisi geografs menentukan gaya dari bentuk seni bangun India. India mempunyai daerah yang amat luas, dan kaya dengan material bangunan seperti batu-batu besar, granit, marmer, tanah liat dan sebagainya. Di India Utara banyak mengandung tanah liat, hal ini menimbulkan ciri arsitektur yang berupa bangunan melengkung dan menjulang tinggi, sebaliknya di India Selatan batu granit banyak terdapat di kawasan ini. Ciri umum bangunan di India Selatan atau yang lebih dikenal dengan ragam Dravida adalah bangunan dengan bentuk melimas, seperti tumpukan batu-batu.

Langkah awal penaklukan muslim di India adalah dengan jalan menghancurkan banyak kuil Hindu dan menggunakan bahan-bahan dari kuil-kuil tersebut untuk membangun masjid raya, monumen, benteng, menara, seperti yang terjadi di Ajmer dan Jalor di Rajasthan, Bharoch, Cambay (Khambayat) dan Patan di Gujarat, Jawnpur, Bijapur, Daulatabad dan Warangal di Deccan, Gaur (Lakhaunati), Pandua dan Tribeni di Bengal, Dhar dan Mandu di Malwa, dan banyak tempat lainnya.51

51 John Burton Page, Indian Islamic Architecture; Forms and Typologies, Sites

(20)

Masjid Quwwat al-Islam di Delhi yang dibangun pada 1191 M dan masjid Atala di Jaunpur yang dibangun menggunakan sisa-sisa material bangunan candi Hindu dan Jain.52 Masjid ini menggabungkan dua puluh

tujuh ting-tiang batu dari beberapa kuil Hindu sebagai perlambang bahwasanya tatanan Islam telah mengalahkan tatanan Hindu.53 Dalam

rangka pembangunan masjid ini banyak pekerja Hindu yang diperkerjakan. Bagian halaman gedung yang dikelilingi oleh tembok ditutupi dengan ukiran yang sebagian besarnya menggunakan motif-motif foral dan hiasan-hiasan. Di sebelah tenggara masjid terdapat sebuah menara yang bernama Qutb Minar. Qutb Minar, sebuah bangunan menara bata melambangkan kehadiran komunitas muslim. Pintu masuk ke komplek masjid sebelah selatan bernama Ala’I Darwaza. Bangunan lain yang dapat ditemukan pada periode Khalji antara lain masjid di Jalor di Rajashtan, Bharoch, Cambay, Patan, Sidhpur di Gujarat, Bhilsa di Malwa, Daulatabad. Masjid-masjid tersebut memiliki karakteristik yang hampir sama dengan yang dijumpai pada Masjid Quwwat al-Islam baik dari segi material maupun model bangunan.54

Tuglugabad merupakan sebuah benteng kastil yang dibangun oleh Quthubuddin Tughlug tahun 1321-1325. Di dalamnya terdapat makam Quthubuddin Tuglug, istri dan anaknya, Muhammad ibn Tugluq.55 Pada

masa Muhammad ibn Tugluq dibangunlah pusat pemerintahan kedua di Daulatabad selama lima tahun, istana megah di Delhi, Bijay Mandal, dan Hazar Sutun. Ia juga membangun tembok benteng Adilabad dan Jahanpanah. Membangun pintu air yang berfungi untuk mengatur debit keluar masuk air dengan nama Sat Pulah.56 Hanya pada abad keempat

belas Dinasti Tugluq mulai mengadopsi motif-motif Hindu ke dalam arsitektur muslim sebagai sebuah lambang kebijaksaan Muslim terhadap

52Ibid., hlm. 42.

53 Lapidus, Sejarah, hlm. 679. 54 Burton, Architecture, hlm.

55 Konstantin S. Nossov, Indian Castles 1206-1526; The Rise and Fall of The

Delhi Sultanate (USA; Osprey, 2006). hlm. 32.

(21)

otoritas politik Hindu. Arsitektur Tugluqiyah meminjam sejumlah desain-desain ruangan seperti chatri atau kios Hindu, batu langkan yang besar, bagian atap, pilar pemisah dan ruang utama.57 Selama pemerintahan

Firuz Shah tercatat sedikitnya empat puluh masjid yang berhasil di bangunnya dan memberlakukan jizyah bagi penduduk non-Muslim.58

Arsitektur Muslim masa Firuz Shah juga dapat ditemui di Jaunpur, Fathabad, dan Hisar. Adapun material yang paling sering digunakan dalam arsitektur Islam di Delhi antara lain kwarsit, untuk digunakan sebagai tiang, kusen pintu dan jendela, lengkungan, dan melapisi alas lantai.

Rezim Delhi juga mewarisi konsep-konsep Persia pra-Islam tentang kerajaan yang menimbulkan pengagungan terhadap penguasa yang mendorong mereka mendemonstrasikan otoritasnya dalam karya-karya publik yang sangat megah. Sher Shah misalnya membangun sejumlah benteng, masjid, dan caravansaries (penginapan) bagi pelancong di sepanjang jalan raya utama di mana tersedia makanan dan pakan hewan untuk keperluan para tentara dan pedagang. Ia juga membangun bangunan makam yang sangat terkenal kemegahannya untuk kakek, ayah, dan bagi dirinya sendiri untuk melegitimasi bentuk pemerintahan yang agung. Makam-makam tersebut dibangun di tempat-tempat yang strategis sebagai penguat legitimasi, dan memudahkan makam-makam para wali tersebut menimbulkan kemuliaan keagamaan.59

Ketika pencapaian Sher Khan dalam mengalahkan Humayun tercapai, ia segera mendirikan benteng pertamanya Purana Qil’a dan membangun sebuah masjid yang sangat elok dengan nama Moth ki dan masjid Jamali, dilengkapi sebuah menara kecil di bagian pojoknya yang diperkaya dengan potongan batu marmer putih. Selain itu, Sher Khan juga membangun benteng di Rohtasgarh di Bihar dan Panjab.

57 Lapidus, Sejarah, hlm. 679. 58 Walsh, India, hlm. 71.

(22)

Arsitektur bangunan di India masa Dinasti Mughal banyak dijumpai persamaan antara kesenian Islam dengan kesenian Hindu, misalnya pada hiasan. Seni bangun Islam dan Hindu sama-sama mementingkan hiasan. Masjid-masjid Islam biasanya ramai dengan berbagai ukiran, demikian halnya dengan kuil. Perbedaan di anatara keduanya terletak pada motif hiasan.

Hasil karya seni dan arsitektur Mughal sangat terkenal dan bisa dinikmati sampai sekarang. Ciri yang menonjol dari arsitektur Mughal adalah pemakaian ukiran dan marmer timbul dengan kombinasi warna-warni. Bangunan yang menunjukkan ciri ini antara lain benteng merah (Red Fort/Lah Qellah),60 istana-istana, makam kerajaan dan Taj Mahal di Agra,

Masjid Raya Delhi yang berlapis marmer dan sebuah istana di Lahore61.

Red Fort memiliki ketinggian pagar mencapai dua puluh meter dengan keseluruhan luas benteng 2,5 kilometer. Material bangunan terbuat dari batu pasir merah dan batu marmer putih. Hathi (Elephant) Gate

terletak di sebelah timur yang merupakan gerbang masuk utama bagi masyarakat umum. Lokasi benteng ini berdekatan dengan sungai Jumna (Yamuna) yang ramai digunakan oleh masyarakat. Tata ruang pada halaman istana dalam benteng ini dan dilihat dari segi pahatan batu dipengaruhi oleh tradisi kerajaan non-Muslim di Gujarat dan Rajasthan, benteng raksasa di Gwalior.62

Turbah Sultan Akbar, merupakan makam dan masjid yang terletak di Iskandra dekat dengan kota Agra. Merupakan tempat ziarah yang sampai saat ini banyak dikunjungi orang. Turbah ini belum selesai pengerjaannya ketika sultan wafat. Penyempurnaan bangunan ini dilakukan oleh Syah

60 Josef W. Meri, ed, Medieval Islamic Civilisation An Encyclopedia volume 1

(New York: Routledge, 2006), hlm. 20.

61Ibid., hlm. 188.

62 Jahangir menambahkan istana tambahan dan aula untuk umum. Shah Jahan

(23)

Jahan. Kota Fatehpur Sikri dibangun Sultan Akbar pada tahun 1560. Kota ini dari segi arsitektur merupakan bentuk sintesis arsitektur Hindu dan Islam.63

Bangunan lain yang didirikan pada masa Sultan Akbar ialah Masjid Akbar di Delhi. Pada bagian depan masjid terdapat sebuah pintu besar dengan material batu merah. Bentuk pintu ini sendiri mengikuti model Persia dengan lengkung luas dan dihiasi dengan lengkung kecil-kecil. Terdapat anak tangga yang menuju ke dalam masjid pada pintu gapura masjid. Dua buah menara azan terletak di sebelah sisi kiri dan kanan masjid. Di hadapan masjid terdapat lapangan yang luas dan sebuah kolam di tengahnya. Dalam masjid ini terlihat perpaduan ragam Hindu dan Persia.64

Taj Mahal dibangun oleh Syah Jahan pada tahun 1631 M untuk mengenang kematian istrinya Mumtaz Mahal. Bahan-bahan yang digunakan untuk membangun Taj Mahal antara lain marmer putih, pualam dan batu permata. Syah Jahan sendiri mendatangkan beberapa arsitek penatah yang didatangkan dari Multan, tukang batu dari Multan dan Delhi, desainer halaman dari Kashmir. Banyak juga yang didatangkan dari luar wilayah India seperti, ahli kaligraf dari Shiraz, Samarkand, pemahat batu dari Bukhara.65 Pekerja yang digunakan sekitar dua puluh ribu orang dan

pengerjaannya baru selesai dalam kurun waktu tujuh belas tahun.66

Bangunan lain yang didirikan oleh Syah Jahan adalah Masjid Moti di kota Agra pada tahun 1656 dikenal juga dengan Masjid Luk-Luk (mutiara)

63 Akbar S. Ahmed, Living Islam: From Samarkand to Stoneway (New York:

Facts on File, 1994), hlm. 92.

64 C. Israr, Sejarah Kesenian Islam Jilid II. (Jakarta: Bulan Bintang. 1978), hlm.

117.

65 Akbar, Living, hlm. 95.

66 Luas bangunan ini berdiri di atas lahan ukuran 100x100 meter dengan empat

(24)

dan istana Syah Jahan yang dibangun pada tahun 1648 di kota Delhi. Masjid Badshahi di Lahore di bangun oleh Sultan Aurangzeb.

Pada masa Mughal perkembangan seni lukis dan kesusastraan berkembang pesat yang menghiasi istana-istana dan masjid di Agra, Delhi, Fatehpur Sikri, dan Lahore. Akbar membangun istananya di Fatehpur Sikri (fateh: kemenangan, pur: kota) yang ia jadikan sebagai pusat pemerintahan dari tahun 1571 dan 1585 M. Para kaum bangsawan hidup di kastil-kastil yang indah yang di dalamnya banyak terdapat harem, taman-taman yang ada air mancurnya, sejumlah besar budak dan pelayan. Para bangsawan mengenakan pakaian dengan kualitas kain yang sangat baik yang terbuat dari bahan terbaik seperti katun dan sutra. Untuk memenuhi kebutuhan mereka terdapat sejumlah industri kerajinan tangan yang memproduksi barang-barang dengan kwalitas tinggi seperti kain katun, sutra, perhiasan, hiasan pada pedang dan senjata. Industri-industri besar banyak berkembang dengan sangat pesat pada masyarakat perkotaan.

Populasi masyarakat perkotaan lebiih besar di bawah rezim Muslim dibanding dengan rezim Hindu. Sebagian besar pekerja urban adalah Muslim. India telah melakukan perdagangan produk-produk tekstil dengan Afrika Timur, Teluk Persia, dan Asia Tenggara. Pusat industri tekstil, nila dan mineral terdapat di Gujarat, Coromandel dan Bengal. Mereka memperkenalkan teknik baru dalam pencelupan warna pada benang, memintal benang sutra dan mengatur produksi kain dalam jumlah besar untuk pertama kalinya.

(25)

v. Bahasa dan Seni Sastra

Amir Khusrau Dihlavi merupakan seorang penyair yang lahir pada 1253 di Patiala, ayahnya adalah seorang Turki sedang ibunya asli penduduk India. Ia merupakan murid dari Nizam ad-Din Auliya. Menjadi penyair istana pada masa kesultanan Delhi terhitung dari tahun 1270 dan 1325 M.67 Ia menulis sejumlah besar lirik, membuat copyan Khamsa karya

Nizam ad-Din Auliya, risalah dalam hal korespondensi dan sejumlah karya sejarah. Puisi ketiganya berisi tentang ashiqa (puisi cinta) Duwal Rani Khizr Khan diselesaikan pada 1314. Ashiqa ini bercerita tentang kisah roman tragis antara Putra Sultan Alauddin Khalji, Khizr Khan dengan Devaldi, seorang putri Hindu.68

Bahasa Persia telah dijadikan sebagai bahasa elite pemerintahan sejak masa pemerintahan Quthbuddin Aybek tahun 1206.69 Meskipun

pada prosesnya interaksi antara bahasa Persia dan Hindi sudah ada sebelum rezim Lodi, hal ini terbukti dengan adanya tokoh penyair terkemuka bernama Chandko’i dan Shah Sharaf pada abad keenam dan kedelapan masehi.70 Pada masa Sikandar Lodi inillah orang-orang Hindu

dalam sejarah mereka mulai membaca karya-karya dalam bahasa Persia secara lebih terbuka sekaligus sebagai bahasa administrasi.

Bahasa Persia yang telah digunakan pada masa rezim Delhi, kembali digunakan sebagai bahasa komunikasi politik dan administrasi pada rezim Mughal menggantikan bahasa Sansekerta yang biasa digunakan oleh penguasa dan golongan elite Hindu sebelumnya. Tetapi di sini keduanya mengalami interaksi sehingga terjadilah perpaduan antara

67 Welch, India, hlm. 154. 68Ibid.,

69 Barbara, Modern India, hlm. 5.

70 Muhammad Abdul Ghani, History of Persian Language & Literature at The

Mughal Court: With a Brief Survey of The Growth of Urdu Language ( Babur to Akbar)

(26)

kedua bahasa itu menjadi bahasa baru yang disebut Urdu.71 Urdu

menggabungkan tata bahasa Hindi dengan kosa kata Arab dan Persia. Bahasa ini menjadi lingua franca pada masa rezim Delhi akhir abad tiga belas terutama di wilayah barat laut India, Apabhramsa. Pada waktu itu Urdu menjadi bahasa istana dan sekarang menjadi bagian dari bahasa syair.72 Bahasa Urdu dipakai oleh lima puluh juta orang di India dan

Pakistan. Penyair besar pertama yang menggunakan bahasa Urdu dalam karyanya adalah Amir Khusrau (1253-1325), yang menggubah dohas

(bait), lagu-lagu rakyat, dan pantun ke dalam bentuk tata bahasa baru yang kemudian dikenal dengan Hindvi.73

Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan istana, baik yang berbahasa Persia maupun yang berbahasa Hindi. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan suf yang menghasilkan karya besar berjudul

Padmavat, sebuah karya alegoris yang menghasilkan pesan kebajikan jiwa manusia

Di Bengal para penulis suf dan penguasa muslim menggunakan bahasa lokal. Kesastraan Hindu klasik “Mahabbarata” dan kesastraan klasik Arab dan Persia, termasuk kisah Seribu Satu Malam diterjemahkan ke dalam bahasa Bengali atas perintah penguasa muslim. Beberapa pujangga muslim juga menulis dalam bahasa Bengali perihal dewa-dewa dan mitos Hindu, dengan menggunakan peristilahan yang dipinjam dari bahasa Arab dan Persia. Sintesa bahasa dan kesastraan ini menjadi basis bagi tumbuhnya sebuah bahasa kesastraan Bengali yang baru. Seperti ini

71 Welch, India, hlm. 118. 72Ibid., hlm. 121.

73 Logat ini kemudian dikenal dengan beberapa nama seperti Zaban-e-Hind,

(27)

pula, independensi Sultan-sultan Gujarat (1407-1572) mengembangkan bahasa regional sebagai pengganti bahasa Sanskrit dan Persia.74

Deccan, Bijapur dan Golconda merupakan pusat-pusat bagi sintesa antara Islam dengan berbagai kultur lokal. Rezim Bahmaniyah di Bijapur (1347-1527) menguasai sebuah wilayah yang terbentang antara wilayah masyarakat yang berbahasa Marathi sampai ke bagian utara dan antara wilayah masyarakat yang berbahasa Kannada sampai ke wilayah selatan. Di wilayah ini tidak terdapat tradisi Sanskritik Hindu yang kuat, kultur India cenderung telah melemah, sebuah rezim muslim mengembangkan model rekonsiliasi dan integrasi antara unsur-unsur kultur Marathi dan Kannada dan membentuk regional bahasa yang baru, Dakhni, yang sangat kentara terpengaruh oleh bahasa Persia.75

Di Golconda sintesa antara aristokratik Muslim dan Hindustan di berbagai kultur telah berkembang dari masa pemerintahan dinasti Qutb Shah (1491-1688). Rezim ini turut membantu mengintegrasikan seorang Muslim dan seorang elite yang berbahasa Telugu dengan melindungi tentara aristokrasi lokal, menyediakan sejumlah pertanahan bebas pajak bagi beberapa kuil Hindu Saivite, dan dengan mensponsori kultur regional yang didasarkan pada penggunaan bahasa Telugu dan Persia. Demikianlah, ketika kesultanan Delhi condong kepada supremasi Muslim, beberapa rezim Muslim propinsial mengembangkan pola integrasi antara kultur Muslim dan Hindu dan membentuk sebuah peradaban Islam versi bangsa India.76 Karya sastra yang ada pada era Sultan Akbar antara lain

manuskrip Darah Nama, Anvar-I Suhaili. Adapun artisan yang berkontribusi dalam Darah Nama antara lain Basawan, Nanha, dan Miskin.

vi. Seni lukis

74 Lapidus, Sejarah Sosial, hlm. 679. 75Ibid., hlm. 180.

(28)

Sebelum agama Islam masuk ke tanah India, seni lukis terlebih dahulu sudah dikenal masyarakat India. Pada zaman Dinasti Mughal seni lukis berkembang di kalangan istana. Menghiasai dinding-dinding istana dan buku dengan lukisan yang indah. Sementara itu, masyarakat awam tidak terlalu berperan terhadap perkembangan seni lukis di India. Ketika Humayun melarikan diri ke Persia dan meminta perlindungan dari Shah Tahmasp I ia membawa serta dua pelukis ternama dari Persia untuk dibawa ke India, mereka adalah Mir Sayyid Ali dan Abd as-Samad. Mereka selanjutnya memperkenalkan ke India standar kaligraf yang tinggi dan pencahayaan, penggunaan kertas berwarna dan dilapisi emas sebagai media lukis dengan garis tepi di bagian pinggirnya. Salah satu karya lukis terbesar adalah pada pakaian Humayun (Princes of The House of Timur)

yang dilukis oleh pelukis dari Persia dengan seluruh ciri khas lukisannya.77

Ciri khas lukisan Abd as-Samad adalah goresan garis yang tegas pada fgur yang ia lukis, pada bagian atas terdapat lukisan burung yang sedang terbang, sekumpulan pohon dan tanaman. Selain itu terdapat pelukis handal istana lainnya yang berasal dari Persia bernama Dust Muhammad tinggal di istana Mughal sampai tahun 1550.

Lukisan Mughal lebih bersifat otokrasi dan feudal. Obyek sudah tidak terbatas pada motif tertentu. Kedatangan Mir Sayyid Ali dan Abd as-Samad berperan banyak dalam pengaruh seni lukis di India masa Mughal. Sekolah lukis bernama Bihzads merupakan wujud kotribusi mereka pada Mughal dalam bidang seni lukis. Mereka memimpin seratus pelukis lainnya untuk menyelesaikan kitab “Hamza Nama” sebuah naskah bergambar yang menceritakan riwayat hidup Amir Hamzah paman Nabi, selesai dikerjakan pada tahun 1575 M atas perintah Sultan Akbar. Di dalamnya berisi 1.400 ilustrasi kanvas mini dan terbagi menjadi dua belas volume. Manuskrip ini merupakan adikarya dalam seni Islam Mughal.78

77 Welch, India, hlm. 144.

78Kira-kira enampuluh halaman dari kitab ini sekarang ada di Wina. Sebagian lagi

(29)

Seorang pelukis bernama Daswanth yang tidak lain adalah murid Sayyid Ali pernah mengilustrasikan sebuah manuskrip dalam versi Persia tentang kisah Mahabarata.79 Banyak dari para pelukis istana ini yang mengalami

perlakuan buruk dari Sultan Shah Jahan sehingga sejumlah besar dari mereka lari dan meminta perlindungan pemerintah profnsi di beberapa wilayah India seperti perbukitan Punjab, Rajasthan, Oudh dan Bengal.

vii. Peran Perempuan pada masa Mughal

Para sultan Mughal dikenal sebagai sultan yang memiliki banyak talenta. Hal ini yang kemudian tidak membatasi ruang gerak kaum wanita di lingkup kerajaan untuk mengembangkan aktiftas intelektual mereka dengan mengikuti berbagai macam sekolah yang ada di istana sesuai dengan minat mereka. Selama masa pemerintahan Sultan Akbar dibuka sekolah-sekolah yang disediakan olehnya dari beberapa ruangan di istana Fatehpur Sikri untuk dijadikan sebagai tempat pembelajaran atau kelas bagi para perempuan. Para Sultan Mughal menugaskan beberapa guru yang didatangkan dari luar untuk mengajar kesastraan Persia khususnya.80

Sultan Shah Jahan pernah mengangkat Sati un-Nisa Begum (pada waktu itu menjabat sebagai nazir atau akuntan pada masa Mumtaz Mahal) untuk mengajar anak perempuannya Jahanara Begum tentang kesastraan Arab dan Persia. Aurangzeb juga mendidik anak-anak perempuannya tidak hanya terbatas pada keilmuan agama tetapi juga beberapa bidang ilmu pengetahuan lainnya seperti linguistik, teologi,

Mr. Chester Beatty. Israr, Kesenian Islam. hlm. 126. Raana Bokhari & Mohammad Seddon,

Ensiklopedi Islam (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 96-97.

79 Sampai buku ini terbit, manuskrip tersebut dimiliki oleh Maharaja dari Jaipur.

Bernard Lewis ed, The World of Islam: Faith, People, Culture (London: Thames and Hudson, 1976), hlm. 308.

80 Jurnal “South Asian Studies: A Research Journal of South Asian Studies”. Vol.

(30)

sejarah dan lain sebagainya dengan menunjuk Hafza Mariyum dan Asraf Mazindarani sebagai gurunya. Kurikulum pembelajaran pada saat itu antara lain kesastraan Persia, Arab, Sejarah, Teologi, Geograf, flologi dan lain sebagainya.

Pendidikan pada masa Mughal tidak hanya berlangsung dilingkungan istana saja. Beberapa tokoh perempuan Mughal banyak berkontribusi dalam mempromosikan lembaga-lembaga dunia pendidikan. Bega Begum (istri Humayun) membangun sebuah perguruan tinggi yang terletak berdekatan dengan makam suaminya. Maham Anga (ibu angkat Sultan Akbar) mendirikan sebuah madrasah atau sekolah di Delhi yang berhimpitan dengan sebuah masjid bernama Khir ul-Munazil. Jahanara Begum juga mendirikan sebuah sekolah yang berdekatan dengan Jamia Masjid Agra.

Perlindungan dan kebebasan yang diberikan kepada para perempuan untuk menuntut pendidikan tidak hanya terbatas di lingkungan istana Mughal saja. Di beberapa profnsi Mughal terdapat beberapa perempuan yang memiliki perhatian cukup besar dalam mempromosikan dan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan. Bibi Razi (istri dari Mahmud Shah dari Jaunpur) misalnya mendirikan sebuah universitas dan memberikan beasiswa kepada para guru dan murid yang belajar di situ.

Beberapa sekolah melukis sudah ada pada zaman ini. Salah satu pelukis wanita yang cukup dikenal pada masa itu adalah Nadira Bano, anak dari Aqa Riza yang melukis tiruan lukisan sketsa Flemish. Beberapa kaum perempuan di istana juga memiliki ketertarikan di bidang ini, hanya saja tidak ada sumber yang menyebutkan siapa saja tokoh wanita yang menggeluti bidang lukis masa Mughal.

(31)

Haji Begum (istri dari Humayun). Ia membangun makam untuk suaminya dengan penuh perhatian dan kecermatan, ia juga membangun sebuah Arab Sarai yang dipergunakan bagi para pengembara Arab dan para pedagang. Dekat dengan benteng Lahore, masji Begum Shahi diprakarsai atas ide dari Marriyam Zamani (ibu dari Jahangir yang bernama Manmati, yang tidak lain adalah anak perempuan Raja Bihar Mal).

C.KESIMPULAN

Pada masa kejayaan tiga kerajaan besar ini (Mughal, Persia, Turki Usmani) umat Islam kembali mengalami kemajuan. Akan tetapi, kemajuan yang dicapai berbeda dengan kemajuan yang dicapai pada masa klasik Islam. Kemajuan pada masa klasik Islam lebih kompleks. Di bidang intelektual kemajuan pada masa tiga kerajaan besar tidak sebanding dengan kemajuan di zaman klasik. Dalam bidang ilmu keagamaan, umat Islam sudah mulai bertaklid kepada imam-imam besar yang lahir pada masa klasik Islam. Kalau pun ada mujtahid, maka ijtihad yang dilakukan adalah ijtihad fi al-mazhab, yaitu ijtihad yang masih berada dalam batas-batas mazhab tertentu. Tidak ada lagi ijtihad mutlak, hasil pemikiran bebas yang mandiri. Beberapa sains yang berkembang pada masa klasik, ada yang tidak berkembang lagi, bahkan ada yang dilupakan.81 Filsafat dianggap bid’ah.82 Kalau pada klasik, umat Islam

maju dalam bidang politik, peradaban dan kebudayaan, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan dan pemikiran flsafat, pada masa tiga kerajaan besar kemajuan di bidang flsafat (kecuali sedikit berkembang di kerajaan Safawi Persia) dan ilmu pengetahuan tidak didapatkan lagi. Kemajuan

(32)

yang dapat dibanggakan pada masa ini hanya di bidang politik, kemiliteran, dan kesenian, terutama arsitektur.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Ahmed, Akbar S.. Living Islam: From Samarkand to Stoneway. New York: Facts on File, 1994.

Beveridge, Annete Susannah. The Babur Nama in English; Memoirs of Babur vol.I. London: Luzac & Co. 1922.

Bokhari, Raana & Mohammad Seddon. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Erlangga. 2010.

Bosworth, C. W.. Dinasti-Dinasti Islam terj. Ilyas Rahman. Bandung: Mizan. 1993.

Chatterjee, Rajeswari. A History of The People of The Subcontinent of India in a Nutshell. Nevada: Frandsen Humanities Press. 2003.

(33)

Hunter, W. W.. A Brief History of The Indian People ed. III. London: Tubner. 1883.

Israr, C. Sejarah Kesenian Islam Jilid II. Jakarta: Bulan Bintang. 1978.

Kuhn, Thomas S.. The Structure of Scientific Revolution ed. II. Amerika: University of Chicago Press. 1970.

Kuiper ed., Kathleen. India; The Culture of India. New York: Britannica. 2011.

Lapidus, Ira. M. Sejarah Sosial Ummat Islam I & II. Jakarta: Raja Grafndo Persada. 1999.

Lewis ed, Bernard. The World of Islam: Faith, People, Culture. London: Thames and Hudson, 1976

Marcum, James A.. Thomas Kuhn’s Revolution; An Historical Philosophy of Science. London: Continuum. 2005.

Maryam, Siti, ed. Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: Lesf. 2004.

Meri, Josef W. ed,. Medieval Islamic Civilisation An Encyclopedia Vol. 1. New York: Routledge. 2006.

Metcalf, Barbara D. dan Thomas R. Metcalf. A Concise History of Modern India ed. II. USA: Cambridge University Press. 2006.

Nickles, Thomas. Thomas Kuhn; Philosophy Now. Chesman: Acuumen. 2003.

Nicolle, David. Mughul India 1504-1761. Inggris: Osprey. 1993.

. Medieval Siege Weapons (2); Byzantium, The Islamic World and India AD 476-1526. UK:Osprey Publishing. 2003.

(34)

Page, John Burton. Indian Islamic Architecture; Forms and Typologies, Sites and Monuments. Leiden: Brill. 2006.

Prasad, Ishwari. A Short History of Muslim Rule in India: From The Conquest of Islam To The Death of Aurangzeb. Allahabad: Indian Press. 1931.

Stein, Burton. A History of India edisi ke-2. UK: Blackwell. 2010.

Thohir, Ajid. Islam di Asia Selatan: Melacak Perkembangan Sosial, Politik Islam di India, Pakistan, dan Bangladesh. Bandung: Humaniora. 2006.

Walsh, Judith E.. A Brief History of India. New York: Fact on File. 2006.

Welch, Stuart Cary. India Art and Culture 1300-1900 ed.II. New York: Bradford Kelleher. 1986.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Raja Grafndo Persada. 2000.

Jurnal:

Referensi

Dokumen terkait

Cara pembagian harta warisan masih berdasarkan hukum adat Melayu Sambas kalaupun ada bagian para ahli waris berdasarkan hukum waris Islam, ayah dan Ibu belum

Hasil dari penelitian ini adalah Pembagian warisan dengan cara perdamaian (Tashaluh) menurut hukum Islam yakni pembagian warisan dengan berdasarkan kesepakatan para ahli waris

Hasil dari penelitian ini adalah Pembagian warisan dengan cara perdamaian ( Tashaluh ) menurut hukum Islam yakni pembagian warisan dengan berdasarkan kesepakatan para ahli waris

Selain mengetahui temuan-temuan pakar ilmu falak India yang fenomenal, tentu yang paling penting adalah mengambil pelajaran dari karya-karya mereka.Walaupun diakui bahwa

Pendidikan Islam seperti ini cara yang dijalankan, Maka hanya akan melahirkan peserta didik yang hanya mampu mengerti dan memahami sesuatu pada dataran teks dan konteks,

Arab dan India mengajak para penguasa sultan Melayu untuk memeluk Agama Islam dan menyebarkan Islam ke seluruh wilayah Asia Tenggara.2 Malaysia dengan Konstitusinya tahun 1957 dan

ISSN 0128-0732 e-ISSN 2590-4302 Diterbitkan oleh Ikatan Ahli Arkeologi Malaysia HUBUNGAN AWAL ASIA TENGGARA DENGAN BANGSA TURKIC DI INDIA DARI SUDUT SEJARAH DAN SENI ISLAM