• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM DI TURKI ANDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM DI TURKI ANDA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM DI TURKI (ANDALUSIA)

Makalah ini Dipresentasikan pada Seminar Makalah dalam Matakuliah Pemikiran Pendidikan Islam

Oleh:

LUKMAN HAKIM RITONGA Prodi : PEDI-B

Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Dja’far Siddik, M.A

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

BAB I PENDAHULUAN

Ketika Islam mulai memasuki pada era kemunduran di daerah semenanjung

Arab, bangsa Eropa mulai bangkit yang kemudian banyak dikenal dengan

renaissance. Bangkit dalam bidang politik, dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama

dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Harus diakui, justru dalam bidang

ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan negara-negara baru

Eropa. Kemjuan-kemajuan Eropa tidak dapat dipisahkan dari peran Islam saat

menguasai Spanyol.1

Dari Spanyol Islam itulah Eropa banyak menimba ilmu pengetahuan. Ketika

Islam mencapai masa keemasannya, kota Cordoba dan Granada di Spanyol

merupakan pusat-pusat peradaban Islam yang sangat penting saat itu dan dianggap

menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen, Katolik

maupun Yahudi dari berbagai wilayah dan negra banyak belajar di

perguruan-perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa.2

Sehingga keamanan mereka terjaga penuh dengan kedamaian dan toleransi yang

tinggi, kebebasan untuk berimajinasi dan adanya ruang yang luas untuk

mengekspresikan jiwa-jiwa seni dan sastra.

Penduduk keturunan Spanyol dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori,

yaitu: pertama, kelompok yang telah memeluk Islam; kedua, kelompok yang tetap pada keyakinannya tetapi meniru adat dan kebiasaan bangsa Arab, seperti perilaku

dan perkataan; mereka kemudian dikenal dengan sebutan musta’ribah, dan ketiga,

1Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2005), h. 109.

(3)

kelompok yang tetap berpegang teguh pada agamanya semula dan warisan budaya

nenek moyangnya. Tidak sedikit dari mereka, yang no-muslim, menjadi pejabat

sipil maupun militer, di dalam kekuasaan Islam Spanyol. Mereka pun mendapat

keleluasaan dalam menjalankan ibadah mereka tanpa diganggu atau mendapat

rintangan dari penguasa muslim saat itu, sesuatu yang tidak pernah terjadi

sebelumnya saat penguasa Kristen memerintah Spanyol.3

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Letak Geografis Andalusia

Negeri Andalusia terletak di Spanyol dan portugal. Andalusia adalah sebutan yang diberikan kaum muslim terhadap kawasan Iberia (Spanyol). Sebutan itu berasal dari kata Vandal, suatu kelompok etnis Jerman atau Sicilia yang pernah menyerbu kawasan itu pada abad ke-5 M. Saat itu semenanjung Iberia pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka dikalahkan oleh bangsa Ghotia Barat pada abad ke-5. Daerah ini dikuasai oleh Islam setelah penguasa bani Umayyah merebut tanah semenanjung ini dari bangsa Ghotik Barat pada masa khalifah al-Walid ibn Abdul al-Malik.4

Luas kedua negara itu sekitar 600.000 km2, atau kurang dari 2/3 luas mesir.

Semenanjung Andalusia dipisahkan dengan Maroko oleh sebuah selat yang semenjak era penaklukan Islam kemudian dikenal sebagai selat Gibraltar (yang oleh para penulis dan sejarawan Arab dikenal dengan nama dar az-ziqaq); yang lebarnya sekitar 12,8 km antara Sabtah (Ceuta) dan Jabal Thariq (Gilbraltar).5

Spanyol adalah negara yang berubah nama setelah Andalusia, kepopulerannya dikarenakan adanya satu klub sepak bola ternama Real Madrid. Masyarakatnya lebih mengenal pemain sepak bola ketimbang pemimpin negara mereka, bahkan dalam daftar kekayaan club ternama di dunia, Real Madrid termasuk rangking di puncak dalam peringkat pendulangan harta kekayaan.6

Semenanjung Iberia terletak di bagian Tenggara Eropa, di atas daratan segitiga yang semakin menyempit saat kita berjalan ke arah Timur, dan semakin melebar saat kita berjalan menuju arah Barat. Di bagian Selatan ia berbatasan dengan Prancis dengan dibatasi barisan pegunungan yang dikenal sebagai pegunungan Bartat. Air laut mengelilingi wilayah ini dari segala penjuru; yang menyebabkan bangsa Arab menyebutnya sebagai jazirah al-Andalusia ataupun pulau Andalusia. Laut Tengah meliputinya dari arah Timur dan Tenggara,

4Afifuddin, “Pendidikan Islam di Andalusia dan Sisilia,” dalam Didaktika: Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Vol. 10, 2015.

5Rhagib as-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, Terj. Muhammad Ihsan dan Abdul

Rasyad Shiddiq (Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2013), h. 12.

(5)

kemudian laut atlantik meliputinya perbatasan darat yang menghubungkan semenanjung ini dengan Eropa, karena di Utara ia bertemu dengan laut atlantik dan di Selatan ia bertemu dengan laut Tengah (Mediteranian Sea). Pegunungan Pirenia yang menjadi pemisah antara Prancis dan Spanyol membuat seolah-olah semenanjung itu membalikkan wajahnya membelakangi Eropa dan mengarah ke arah Maroko. Inilah yang kemudian disepakati oleh para ilmuan geografis muslim, bahwa Andalusia sebenarnya adalah kelanjutan dari Afrika, dan bukan belahan benua Eropa. Apalagi telah diketahui bahwa semenanjung ini memiliki banyak kesamaan ekologis (tanaman dan hewan) dengan Maroko, khususnya kota Sabtah (Cueta) dan Thanjah (Tangier).

Adapun dari dalam semenanjung itu sendiri maka kita berhadapat dengan sebuah daratan tinggi yang dikenal dengan Maseta, yang dilintasi oleh pegunungan secara horizontal, dipenuhi oleh banyak sungai yang mengalir, seolah-olah ia hidup di atas jalur-jalur air.7 Inilah letak geografis negeri Andalusia

yang sekarang kita kenal dengan sebutan Spanyol.

B. Masuknya Islam ke Andalusia

Dalam sejarah ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, tanah Spanyol lebih banyak dikenal dengan sebutan Andalusia, yang diambil dari sebutan tanah semenanjung liberia. Julukan Andalusia berasal dari kata Vandalusia yang berarti negeri bangsa Vandal, karena bagian Selatan semenanjung ini pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka dikalahkan oleh bangsa Gothia Barat pada abad ke-5. Daerah ini dikuasai Islam setelah penguasa bani Umayyah merebut tanah semenanjung ini dari bangsa Gothia Barat masa khalifah al-Walid ibn Abdul Malik.8

Islam masuk ke Spanyol (Cordoba) pada tahun 93 H (711 M) melalui jalur Afrika Utara di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad yang memimpin angkatan perang Islam untuk membuka Andalusia.9 Sebelum penaklukan Spanyol, umat

Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikan sebagai salah satu provinsi dari dinasti bani Umayyah.

7Rhagib as-Sirjani, Bangkit, h. 12-13.

(6)

Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi di zaman khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah Afrika Utara. Pada masa khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al-Walid, Musa ibn Nushair melakukan perluasan wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai salah satu provinsi dari khalifah bani Umayyah memakan waktu selama 53 tahun, dimulai dari tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa khalifah al-Walid).10 Sebelum

dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik.

Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa dengan satu pasukan perang lima ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda yang gagah berani, mereka menaiki empat buah kapal uang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif ibn Malik dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visighotic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nusair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7.000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.11

Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penaklukan Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.12 Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq

dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama

10Syalabi, Sejaran dan Kebudayaan Islam Jilid II (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983), h. 154.

11Philip K. Hitti, History of the Arab (London: Macmillan Press, 1970), h. 493.

(7)

Gilbraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasinya daerah tersebut, maka terbukalah pintu secara luas memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di Bakkah, raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya menaklukkan kota-kota penting seperti Cordova, Granada dan toledo (ibu kota-kota kerajaan Gothik pada saat itu).13 Sebelum menaklukkan kota Toledo, Thariq meminta tambahan pasukan

kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara. Lalu, dikirimlah 5.000 personil, sehingga jumlah pasukan Thariq 12.000 orang. Jumlah ini tidak sebanding dengan pasukan Ghotik yang berjumlah 25.000 orang.14

Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Musa ibnNushair pun melibatkan diri untuk membantu perjuangan Thariq. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kita penting di Spanyol, termasuk bagian Utaranya mulai dari Sangosa sampai Navarre.15

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan khalifah Umar ibn Abdul Aziz tahun 99 H/717 M, dengan sasarannya menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin bergerak dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari italia.

Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal, adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu, penguasa Ghotic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibabtis menurut agama Kristen. Bagi yang tidak bersedia akan disiksa dan dibunuh secara brutal.16

13Syalabi, Sejarah dan Kebudaan Islam, h. 161. 14Philip K. Hitti, History of the Arab, h. 628.

15Carl, Brockelmann, History of the Islami Peoples, h. 14.

(8)

Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaanya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebasan dan juru pembebasannya mereka temukan dari orang Islam. 17 berkenaan dengan itu, Ameer Ali, seperti

dikutip oleh Imanuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyaman dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan tetangganya di Jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan resi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat.18 Akibat perlakuan

yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.

Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol berada di bawah pemerintahan Romawi, berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri, dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Gothic, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dengan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.19

Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan raja Roderick, raja Gothic terakhir yang dikalahkan Islam.

Awal kehancuran kerajaan Gothic adalah ketika raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Sevilla ke Toledo, sementara Witiza yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderic.

17Mahmudunnasir, Islam Its Concept & History (New Delhi: Kitab Bravan, 1981), h. 214. 18S. M. Imanuddin, Muslim Spain: 711-1492 A.D (Leiden: e. J. Brill, 1981), h. 9.

(9)

Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu, terjadi pula komplik antara Roderick dengan ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian bergabung dengan kaum muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha uman Islam untuk menguasai Spanyol. Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Thaif, Tariq, dan Musa.20

Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum muslimin.21

Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang, dan para prajurit Islam terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentara yang kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam mengahadapi setiap persoalan. Tidak kalah pentingnya, adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu sikap toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama, dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan pendudukan Spanyol menyambut kehadirian Islam di sana.

C. Karakteristik Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Islam dan Teknologi Andalusia

Meskipun persaingan yang terjadi antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Andalusia, namun hubungan budaya antara Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung Barat wilayah Islam ke ujung Timur dan sebaliknya, dengan membawa buku-buku dan gagasan-gagasan cerdas. Sejumlah sarjana muslim dikirim ke daratan India dan Cina untuk dapat meningkatkan hubungan dan kerja sama dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Pada kesempatan yang sama, banyak kalangan

(10)

terpelajar dan penguasa dari Jerman, Prancis, Itali, dan India belajar ke Andalusia.22

Pada saat madrasah berkembang pesat di berbagai belahan dunia Islam, terutama di wilayah Timur, istilah madrasah masih belum dikenal di Andalusia. Sistem pengajaran diselenggarakan di mesjid-mesjid. Dunia pendidikan Islam, khususnya madrasah berjalan sebentar di Andalusia, yaitu kurang lebih setengah abad.23

Hal ini juga tidak terlepas dari pasang surutnya dunia Islam di Spanyol saat itu. Sebagaimana yang dipaparkan oeleh Badri Yatim bahwa terdapat beberapa alasan yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran kekuatan Islam di Spanyol, antara lain adanya konflik antara Islam dengan Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan dan keterpencilan Spanyol dari tanah Arab yang menjadi basis Islam.24

Charles Stanton, seperti dikutip Hanun, mengungkapkan alasan mengapa madrasah tidak dikenal di Andalusia. Menurutnya, hal tersebut disebabkan karena mayoritas muslim di Andalus menganut mazhab Maliki yang konservatif dan tradisional. Penguasa-penguasa yang mengatur wakaf tidak memberikan kesempatan kepada para dermawan untuk mempengaruhi pemilihan dan pergantian guru, syekh atau pengganti-penggantiannya atau mengajukan dirinya untuk menjadi pengawas wakaf.25

Pertumbuhan lembaga-lembaga pendidikan Islam tergantung kepada keluarga penguada, terutama khalifah, yang menjadi pendorong utama bagi kegiatan keilmuan di Granada, Sevillah dan Cordova. Fikih merupakan inti kurikulum, namun mereka lebih menekankan kepada mazhab Maliki daripada mazhab-mazhab lainnya. Hal ini juga berlaku pada saat menentukan tenaga pengajar dan kurikulum yang akan diterapkannya, peran khalifah dan penasehat-penasehat dekatnya aman dominan. Karena khalifah dan keluarganya amat menentukan dalam penyediaan dana dan arah kegiatan lembaga-lembaga pendidikan di Andalusia, maka maju mundurnya lembaga-lembaga tersebut amat

22Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, h. 110.

23Asrahan, Hanun, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 116.

(11)

tergantung kepada interest patronase penguasa terhadap kegiatan keilmuan Islam.26 Kekuatan intelektual muslim Spanyol sebenarnya baru dimulai pada abad

kesepuluh, tetapi kontribusinya yang paling signifikan baru dilakukan selama periode paruh terakhir abad kesebelas hingga perTengahan abad ketiga belas. Pada saat ini Spanyol telah memantapkan bangunan fondasinya dalam dunia ilmu pengetahuan yang telah dirintisnya beberapa waktu sebelumnya, termasuk di antaranya adalah dengan mulai masuknya ilam sejak abad ke-7.

Berbagai khazanah Islam mulai diperkenalkan kepada mata dunia Eropa, sejalan dengan meningkatnya arus mahasiswa dan cendikiawan dari Eropa Barat yang belajar di sekolah-sekolah tinggi dan universitas Spanyol dan melalui terjemahan-terjemahan karya-karya muslim yang berasal dari sumber-sumber (berbahasa) Arab. Hal inilah yang merangsang tumbuh dan berkembangnya teori dan praktik dunia kedokteran, menghasilkan kontroversi baru dalam bidang teologi dan filsafat.27 Pada dunia pendidikan Islam, khususnya kawasan Islam

Timur mulai dikenal lembaga madrasah, namun istilah madrasah ini belum banyak dikenal di Andalusia. Mesjid dan perpustakaan masih menjadi basis dalam pengembangan dunia pengetahuan. Istilah madrasah tidak dikenal di Andalusia hingga abad ke-13 M. Baru pada perTengahanabad ke-14 M, sebuah bangunan madrasah yang besar didirikan di Granada oleh penguasa Nasrid, yaitu Yusuf Abu al-Hajjaj pada tahun 750 H (1349 M). Pembangunan madrasah di Granada tersebut akhirnya menjadi contoh bagi pendirian madrasah-madrasah di empat lain di Andalusia.28

Pada zaman kegemilangan Islam di Andalusia, ilmu-ilmu dan seni semakin bertambah banyak dan berkembang pesat sehingga sukar dihimpun semuanya. Namun demikian, bangunan keilmuan Islam pada masa itu dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Pengetahuan syariah, seperti ilmu Tafsir, ilmu Qira’ah (tata cara membaca quran), tajwid dan pemberian harakat (dlabt), ilmu Hadist, ilmu Musthalah Hadist, ilmu Fikih, ilmu Usul Fikih, ilmu Kalam, dan Tasawuf.

26Ibid.,

(12)

b) Ilmu-ilmu bahasa dan sastra, seperti ilmu Bahasa, ilmu Nahwu, Sharaf, dan Arudl, ilmu Sastra, ilmu Balaghah dan ilmu Kritik Sastra (Naqd Aladab).

c) Ilmu-ilmu sejarah dan sosial, yaitu: ilmu Sirah, Peperangan dan Biograf, ilmu Sejarah, Politik, Sosial, ilmu Jiwa, Pendidikan, Akhlak, Sosiologi, Ekonomi, dan Tata Laksana yang terdiri dari ilmu-ilmu berikut: ilmu Geografi dan Perencanaan Kota.

d) Ilmu-ilmu Falsafah (filsafat), Logika, Debat, dan Diskusi.

e) Ilmu Murni, yaitu Matematika, ilmu Falak, dan ilmu Musik Pendidikan. f) Ilmu-ilmu Kealaman dan eksperimental, yaitu ilmu Kimia, ilmu Kimia,

ilmu Fisika dan Biologi.

g) Ilmu-ilmu terapan dan praktis, yaitu ilmu Kedokteran, Farmasi, dan Pertanian.29

Namun harus diakui bahwa kawasan Andalusia di bawah pengaruh Islam pada saat itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju dibandingkan di kawasan Eropa lainnya. Hampir tidak seorangpun penduduknya yang buta hurup, baik tulis maupun baca. Disisi lain Eropa Kristen saat itu baru mengenal asas-asas ilmu pengetahuan, itupun masih terbatas pada beberapa kalangan, yaitu kalangan pendeta dan penguasa.

Dari tanah Andalusia pun dunia ilmu pengetahuan dan peradaban Arab mengalir dengan deras ke negara-negara Eropa Kristen melalui kelompok-kelompok terpelajar yang mengecap pendidikan di universitas Cordova, Malaga, Granada, Seville, dan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan lainnya di kawasan Andalusia. Pengaruh-pengaruh tersebut sampai hari ini sebagian masih dipertahankan sebagaibukti sejarah bagaimana kontribusi Islam terhadap kebudayaan dan peradaban Barat. Dengan demikian dapat dibayangkan bagaimana besarnya peranan Spanyol di dalam naungan umat Islam yang dikenal dengan Andalusia dalam menghantarkan dunia Eropa memasuki periode baru, yaitu masa kebangkitan (rennaissance).

(13)

D. Spesifikasi Pemikiran Pendidikan Islam Andalusia

Sejarah perjalan Islam tentu tidak akan luput tentang daulah Umayyah, terlihat dalam sudut pandang sejarah tentang perkembangan pendidikan Islam yang menghantarkan dunia Islam pada inklusifisme pemikiran ketika merasionalisasikan al-Qur’an, keadaan ini semakin membuka pandangan umat untuk terus menerjemahkan manuskrif-manuskrif peninggalan helenik, Abdurrahman ad-Dakhil sebagai periode kedua daulah Amawiyah dan selanjutnya pada periode ketiga ketika itu Andalusia telah terpecah-pecah menjadi negara-negara kecil dan ini menyebabkan berkurangnya perkembangan ilmu pengetahuan, dimana beliau menerapkan pendidikan yang berbasis di mesjid sampai kepada terbentuknya pendidikan tinggi di Cordova, pada awalnya pendidikan berkembang hanya pada sistem membaca, menulis, menghapal, dan keseluruhannya itu mengkaji tentang pendidikan agama, seperti ilmu bahasa Arab, Sastra, Hadist, Fikih, dan sebagainya, selanjutnya berkembang kepada ilmu-ilmu alat. Perkembangan pendidikan tinggi ini menjadikan perhatian masyarakat Eropa untuk menimba ilmu-ilmu sebagai kebutuhan peradaban.30

Perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia Islam dilambangkan dengan dinasti Umayyah menunjukkan bahwa dunia Islam telah menancapkan cakarnya menuju perubahan yang berkonsentrasi pada penyebaran agama Islam, para tokoh pemikir-pemikir Islam waktu itu seperti, Abdullah ibn Yasin, Abu Am’r Yuduf ibn al-Barr abu al-Walid, ibn Hazm, Hussain ibn al-Ghassani, ibn Ashim dan mereka ini adalah para muhadditsin.31

Prestasi tersebut karena atas seiringnya visi dan visi pemerintah dengan para ilmuan sehingga perkembangan ilmu pengetahuan bergulir dan menumbuhkan ilmu lainnya yang di antaranya adalah pengetahuan tentang agama yaitu pengkajian tentang hadits, fikih,32 ilmu kalam, tasawuf, sastra yaitu sebagai

salah satu unsur untuk mempermudah dalam menerjemahkan manuskrip-manuskrip yang ditemukan dalam masa eksvansi filsafat dan sains merupakan

30Musyifah sunanto, Sejarah Islam Klasim: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 128.

31Ahmad Amin, Dzuhr Al-Islam: Juz Iii (Kairo: Maktabah, Al-Nadhah Al-Mishriyyah, 1953), h. 48.

(14)

kajian tentang transformasi helenik terhadap pemurnian filsafat ke dalam filsafat Islam yaitu pemikiran-pemikiran Aristoteles dan tokoh-tokoh lainnya dan juga yang terkenal ketika itu adalah kemahiran para penyair dalam mengubah kata-kata. Perkembangan arsitektur yaitu pengembangan konstruksi infra-struktur dalam mendirikan mesjid-mesjid dan bangunan lainnya.33

Di antara ilmu pengetahuan tersebut masih ada keilmuan yang berkembang ketika itu termasuk ilmu tumbuh-tumbuhan dan pengobatan yang dikembangkan melalui penelitian yang mengagungkan oleh para ilmuan Islam seperti Sabi’in al-Ghafiqi, Abu Ja’far, dan yang mengembangkan ilmu kedokteran diwakili oleh Ahmad ibn Muhammad, yang bahan obat-obatannya menggunakan tumbuh-tumbuhan.34

Sistem pengembangan pendidikan yang diterapkan pemerintah ketika itu tidak dapat dipisahkan atas kerja sama dengan para ilmuan yang berasal dari Eropa Timur dan mereka sengaja didatangkan ke Spanyol untuk mengajarkan ilmu yang masih berbahasa Parsi dan berbahasa Pahlavi juga bahasa-bahasa lainnya, juga para ilmuan yang sengaja melakukan penelitian di luar Andalusia sebagai bentuk observasi dan eksperimen dan semuanya itu didukung oleh pemerintah dan kesungguhan para ilmuan juga kestabilan keamanan waktu itu menjadi sebuah jaminan bagi ilmuan, sehingga mereka lebih leluasa dalam mengembangkan dan mengajarkan ilmu-ilmu tersebut, dimana Islam telah menjebatani dan membangkitkan stagnasi ilmu-ilmu Yunani Purba.35

1. Mendirikan lembaga pendidikan

Ketika umat Islam berkuasa di Spanyol, umat Islam telah mendirikan madrasah yang tidak sedikit jumlahnya guna menopang pengembangan peradaban pendidikannya. Madrasah-madrasah itu tersebar di seluruh daerah kekuasaan Islam, antara lain di Qurthubah (Cordova), Isybillah (Seville), Thuailitiah (Toledo), Ghranathah (Granada), dan lain sebagainya.

Guna melakukan sosialisasi ilmu pengetahuan lebih meluas, khalifah Abdul Rahman III mencoba merintis dengan mendirikan universitas Cordova sebagai pusat ilmu pengetahuan. Dari sini terlihat dengan jelas begitu besarnya

33Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam, h. 130. 34Philif K.Hitti, History, h. 557.

(15)

perhatian yang diberikan penguasa dalam memajukan pendidikan Islam di Spanyol masa itu. Di Cordova telah berdiri lembaga pendidikan, baik sekolah rendah sampai perguruan tinggi kurang lebih sebanyak 800 sekolah, belum lagi sekolah-sekolah yang ada di daerah lain seperti Toledo, Seville, dan lain sebagainya.

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa pola lembaga pendidikan yang ditawarkan pada masa itu telah memilki kesamaan stratifikasi dengan pendidikan saat ini. Kesamaan tersebut adalah diterapkannya tingkatan-tingkatan kelas tertentu (sistem klasikal) dalam proses pendidikannya. Hal ini berarti telah ada pengelolaan administrasi pendidikan yang telah rapi pada saat itu, baik yang menyangkut taraf perkembangan peserta didik, fasilitas, maupun materi yang diajarkan.

Untuk sekolah rendah, pendidikan Spanyol Islam lebih menitikberatkan pada pendidikan agama, meliputi: dasar-dasar agama dan sastra. Sedangkan, pada taraf berikutnya meningkatkan materi pendidikan ilmu-ilmu akal, seperti matematika, farmasi, kedokteran, pelayaran, fisik, seni arsitektur, geografi, ekonomi, dan sebagainya. Serta pengembangan ilmu-ilmu naqli (ilmu-ilmu yang berkaitan dengan al-Qur’an dan Hadits). Dalam menunjang pendidikannya, pendidikan Spanyol Islam memberlakukan kurikulum universal dan komprehendif, artinya menawarkan materi pendidikan agama dan umum secara integral pada setiap tingkatan pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Indikasi dari kedalaman dan keluasan kurikulumSpanyol Islam waktu itu oleh jadi ditentukan konsekuensi-konsekuensi praktikal yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, sehingga pola kurikulum yang diterapkan bersifat fleksibel dan adaktif. Bagi pendidikan kejuruan, kurikulum yang ditawarkan oleh memberikan penekanan khusus pada spesialisasi yang ditawarkan. Pengembangan kebijaksanaan ini diberikan hak kepada kebijaksanaan lembaga atau penguasa dimana pendidikan itu dilaksanakan.

(16)

a. Metode bagi pendidikan formal

Pada pendidikan formal, guru/dosen duduk di atas podium. guru memberikan materi pelajaran khususnya pendidikan tinggi dengan membacakan manuskrif-manuskrif. Setelah itu, guru menerangkan secara jelas, kemudian materi itu didiskusikan bersama. Para pelajar diberikan kebebasan untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat, bahkan diperkenankan untuk berbeda pendapat dengan statmen yang diberikan gurunya asal mereka dapat mengajukan bukti-bukti yang mendukung kebenaran pendapatnya. Kesimpulan dari diskusi tersebut kemudian mereka catat, khususnya pada materi yang terbatas buku cetakannya.

Dalam menyampaikan materi pelajaran, seorang dosen dibantu oleh seseorang asisten yang bertugas untuk membantu pelajar (mahasiswa) dalam memahami materi yang dipelajarinya. Ia menggunakan tiga langkah dalam prestasinya, yaitu: menerangkan materi secara umum, agak singkat, dan secara detail. Kemudian jika masih ada yang belum mengerti, ia tidak segan-segan untuk mengulangnya kembali. Kemudia mahasiswa menghafalnya, mengulang lagi apa yang dihafalnya, dianalisis dan di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Metode pendidikan bagi pendidikan non-formal

Metode pendidikan ini menggunakan metode halaqoh. Posisi guru berada para pengunjung. Guru mendiktekan sejumlah buku. Dan kemudian menjelaskannya secara rinci. Diskusi seperti ini merupakan ini merupakan metode mengajaran yang telah membumi di Spanyol.36

Berdasarkan tulisan-tulisan yang ada yang membahas seputar sejarah pendidikan dan sejarah peradaban Islam, secara global, pendidikan Islam di Spanyol terbagi ke dalam dua tingkatan, kuttab dan al-ma’had al-‘ali (semacam pendidikan tinggi).

1) Kuttab

Lembaga kuttab ini bisa dipadankan dengan lembaga pendidikan pesantren atau minimal halaqah atau pengajian tradisional. Pada lembaga pendidikan kuttab, para siswa mempelajari beberapa bidang studi dan pelajaran-pelajaran khusus yang meliputi fikih, bahasa dan sastra serta musik dan kesenian.

(17)

a) Bidang Fikih

Dalam bidang fikih, Spanyol Islam menganut mazhab Maliki, para ulama memperkenalkan materi-materi fikih dari mazhab imam Malik. Para ulama yang memperkenalkan mazhab ini antara lain Ziyad ibn ‘Abd al-Rahman, perkembangan selanjutnya ditentukan oleh ibn Yahya yang menjadi qadi pada masa Hisyam ibn ‘Abd al-Rahman. Ahli-ahli fikih lain diantaranya Abu Bakar ibn al-Qutiyyah, Munzir ibn Sa’id al-Baluti dan ibn Hazm yang terkenal.37

Para siswa di kuttab-kuttab tersebut mendapatkan materi fikih cukup lengkap dari ulama-ulama tersebut yang berkompeten pada disiplin ilmunya. Perkembangan ilmu agama di lingkungan masyarakat intelek Islam Spanyol, oleh sebagian penulis sejarah, diidentikkan dengan perkembangan hukum Islam (ilmu fikih) atau ilmu syariat yang telah mengalami penyempitan makna.

b) Bidang bahasa dan sastra

Al-Qali seorang profesor dari universitas Cordova kelahiran Armenia, awalnya belajar di Baghdad, kemudian disusul oleh Muhammad ibn Hasan al-Zubaydi (928-989 M), seorang muridnya berdarah asli Spanyol kelahiran Seville yang mewarnai hampir seluruh ilmu gurunya. Sebagai bahasa resmi dan bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol, bahasa Arab diajarkan kepada murid-murid dan para pelajar, baik muslim maupun non musli. Hal ini dapat diterima oleh masyarakat, bahkan mereka rela menomorduakan bahasa asli mereka di daerahnya. Diantara ahli bahasa yang terkenal ialah ibn Malik, pengarah kitab al

-fiyyah, ibn Sayyidin, ibn Khuruf, ibn Hajj, Abu ‘ali Shibli, Abu al-Hasan ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnati.

Orang Islam Spanyol juga berjasa atas penyusunan tata bahasa Hebrew (bahasa orang Yahudi) yang secara esensial didasarkan pada tata bahasa Arab. Selanjutnya, di bidang sastra, terdapat juga kemajuan yang sangat dignifikan dan melahirkan banyak tokoh. Ibn ‘Abd al-Rabbih, seorang pujangga yang sezaman dengan ‘Abd al-Rahman III mengarang kitab

(18)

Iqd al-Farid dan al-Ghani. Ali ibn Hazam (ibn Hazm) juga menulis sebuah antologi syair cinta berjudul Tawq al-Hamamah. Bidang syair, yang digabungkan dengan nyanyian, terdapat tokoh ‘Abd al-Walid bin Ziyad dan Walladah yang melakukan improvisasi spektakuler dalam bidang syair. Karya mereka Muwassah dan Jazal merupakan karya monumental yang pernah mereka ciptakan pada masa itu sehingga orang-orang Kristen mengadopsinya untuk nyanyian himne Kristiani mereka.38

c) Bidang musik dan kesenian

Dalam bidang musik dan kesenian Spanyol Islam memiliki tokoh seniman yang sangat terkenal, yaitu al-Hasan ibn Nafi. Setiap kali ada pertemuan dan perjamuan di Cordova, Ziryb (nama julukan) selalu mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai pengubah lagu, ilmu yang dimilikinya itu diajarkan kepada anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan dan juga kepada budak-budak.

2) Madrasah

Ketika umat Islam berkuasa di Andalusia (Spanyol) mereka telah mendirikan madrasah yang tidak sedikit jumlahnya juga untuk menopang pengembangan pendidikannya. Madrasah-madrasah itu tersebar diseluruh daerah kekuasaan Islam, antara lain Qurthuba (Cordova), Isybiliyah (seville), thulaithilah (toledo), gharnathah (granada), dan lain sebagainya.39

3) Al-Ma’had ‘Ali (Pendidikan Tinggi)

Antara pertengahan abad ke-8 sampai dengan akhir abad ke-13. Melalui usaha yang mereka lakukan, ilmu pengetahuan kuno dan ilmu pengetahuan Islam dapat ditransmisikan ke Eropa. Saat Bani Umayyah berada di bawah kekuasaan al-Hakam menyelenggarakan pengajaran dan telah memberikan penghargaan kepada para sarjana. Ia membangun universitas Cordova berdampingan dengan mesjid ‘Abd al-Rahman III yang selanjutnya tumbuh menjadi lembaga pendidikan yang terkenal sejajar dengan universitas Nizhamiyah di Baghdad dan al-Azhar di Kairo.

Di antara para ulama yang bertugas di universitas Cordova adalah ibn Qutaibah yang lebih dikenal sebagai ahli tata bahasa dan Abu ‘Ali al-Qali

38Ibid., h. 155.

(19)

dikenal sebagai pakar filologi. Universitas ini memiliki perpustakaan yang menampung koleksi sekitar 4 juta buku.

Universitas ini mencakup jurusan yang meliputi astronomi, matematika, kedokteran, teologi dan hukum. Selain itu, di Spanyol terdapat universitas terkenal di wilayah Sevilla, Malaga, dan Granada. Mata kuliah yang diberikan di universitas-universitas tersebut meliputi teologi, hukum Islam, kedokteran, kimia, filsafat, dan astronomi.40

a) Bidang filsafat

Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis “diimpor” dari Timur dalam jumlah besar sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti Amawiyyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya. Tokoh utama dan pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih terkenal dengan nama ibn Bajah.

Seperti al-Farabi dan ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Tokoh utama kedua adalah Abu Bakar ibn Thufail, yang banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hayy ibn Yaqzan. Bagian akhir abad ke-12 M. Menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu ibn Rush dari Cordova , ciri khasnya adalah kecermatannya dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatiannya dalam menggeluti masalah-masalah klasik tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fikih dengan karyanya yang termasyhur bidayat al-mujtahid.

Jika dilihat perkembangan filsafat di kalangan masyarakat intelek Islam Spanyol, akan tampak dominasi dari tiga orang filosof kelahiran negeri

(20)

tersebut, yakni ibn Bajah (w. 1138 M), ibn Tufail (w. 1185 M) dan ibn Rush (w. 1126-1198 M).

b) Bidang Sains

Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika astronomi, kimia dan lain-lain, juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas terkenal dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia adalah orang pertama yang menemukan karya kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqas terkenal dalam ilmu astronomi. Ia juga berhasil membuat teropong yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasaan ibn Abi Ja’far dan saudara perempuannya al-Hafiz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.

c) Bidang Pendidikan

Titik berat ilmu pendidikan yang berkembang pada masyarakat intelek Islam Spanyol adalah perhatian mereka pada keharusan seseorang bisa membaca dan menulis yang secara mendasar ditujukan kepada (kecakapan membaca dan menulis) al-Qur’an, tata bahasa Arab dan Syair. Disamping itu, kegiatan kepandidikan juga dalam hal-hal tertentu, berpusat pada persoalan-persoalan hukum atau fikih, yang merupakan istilah derivasi tidak langsung dari kata syariat atau wahyu dan mengalami penyempitan makna.

d) Bidang Kepustakaan

Keberadaan perpustakaan dengan sejumlah besar bukunya merupakan salah satu di atara sekina sarana penunjang kependidikan yang menjadi pusat perhatian mereka. Perpustakaan al-Hakam yang jumlah bukunya mencapai 400.000 buah. Sumber-sumber dana yang berasal dari badan-badan wakaf yang didirikan secara khusus untuk itu telah sangat membantu peningkatan kualitas perpustakaan.

e) Bidang Kesejahteraan

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian dari singasana-Nya, Sang Buddha memancarkan cahaya dari kelima anggota tubuh 217 -Nya. Cahaya tersebut mencapai dan tercurah ke kepala Tathagata dan Bodhisattva di

ALOKASI WAKTU ALAT/SUMBER BAHAN PBKB 4.Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah 4.7 Menyelesaikan masalah yang

Proyeksi PUS dimaksudkan untuk mengetahui jumlah penduduk usia sekolah dalam suatu kawasan, yang digunakan sebagai data dasar dalam menghitung kebutuhan ruang belajar atau

Konsep strategis utama Enver untuk tahun 1916, adalah untuk merakit tentara yang besar di Kaukasus dalam hubungannya dengan Angkatan Darat Ketiga, maka akan

Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan nilai S I dan S G, yaitu parameter sensitivitas insulin dan efektivitas glukosa pada Oral Minimal Model (OMM)

Penelitian ini berfokus faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kota baru mandiri mengalami ketergantungan terhadap kota induk atau wilayah sekitarnya berdasarkan perspektif

Uji ini menunjukkan ada perbedaan rerata pengetahuan remaja terhadap aspek kesehatan, sosial, dan hukum aborsi yaitu : 10 remaja dengan hasil pengetahuan lebih rendah daripada

Ia berkata: “Sesungguhnya para pengikut paham Asy’ari dan sebagian orang yang menganut paham Qadariyyah telah sependapat dengan al-Jahm ibn Shafwan dalam prinsip