• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Perencanaan Kesehatan by looki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Manajemen Perencanaan Kesehatan by looki"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BY:

NURAMALYAH ALI

P1805216013

PROMOSI KESEHATAN

PPS FKM UNHAS

ANALISIS PROFIL DINKES

(2)

Luas Kabupaten

1.174,72 km

2

(117.472 Ha)

Jumlah penduduk

170.316 jiwa

(laki-laki 81.705 jiwa

atau 48,0 % , dan

perempuan

88.611 jiwa atau

sebesar 52,0 %)

Kepadatan

penduduk

terbanyak di

wilayah pekkae,

dan penduduk

terbanyak di

wilayah padongko

Berbatasan

dengan:

Utara: Kota

Parepare dan Kab.

Sidrap

Timur : Kab.

Soppeng dan Kab.

Bone

Terdiri dari 7

Kecamatan:

Pujananting (7

desa)

(3)

Tingkat Pendidikan

Tdk memiliki Ijazah SD

SD/MI

Tahun 2015

sebesar 9,74 %

dari 170.316

jiwa atau sekitar

16.589 jiwa

Penduduk

Miskin terdaftar

KIS 64.027 jiwa

Jumlah

Penduduk

Miskin

(4)

0

2012 2013 2014 2015

AKI

Klinis BTA+

2011 2012 2013 2014 2015 KASUS TB

89

2011 2012 2013 2014 2015

% Cak. K4

% Cak. K4 KUNJUNGAN PERSALINAN

84

% Cakupan Persalinan Oleh Nakes

2011 2012 2013 2014 2015 CAKUPAN PERSALINAN NAKES

(5)

JENIS KONTRASEPSI

CAKUPAN UCI

0

Cakupan KB

(6)

Cakupan Desa UCI

Diperiksa 87,3 80,7 86,9 72,2 100

Rumah Sehat 60,4 58,8 59,7 68,9 67,19

2011 2012 2013 2014 2015

IMUNISASI LENGKAP; 93,4 CAMPAK; 93,9

POLIO4; 92,3

DPT-HB3/DPT-HB-Hip3; 90 BCG; 103,67

80

BCG DPT-HB3/DPT-HB-Hip3

POLIO4 CAMPAK IMUNISASI LENGKAP

Cakupan Imunisasi

75 80 85 90 95

UCI 92,6 90,7 90,9 81,8 90,9

2011 2012 2013 2014 2015

(7)

2015 persentase rumah tangga yang ber-PHBS

sebesar 47,1% dari 24.643 RT yang dipantau atau

sebanyak 11.606 RT (Total RT 43.043)

PHBS

Cakupan ASI Eksklusif 70,9%

ASI Eksklusif

Akses air minum pada tahun 2015 menurut data

dari Seksi Penyehatan Lingkungan Bidang P2PL

Dinas Kesehatan Kab. Barru sebesar 65,23 %

Akses Air

Bersih

Presentase rumah sehat yang memenuhi syarat

sebesar 67,19 % atau 26.936 rumah.

Rumah Sehat

Kasus Gizi Buruk pada balita 8 orang atau 0,06%

Kasus BBLR 119 bayi dari 3.075 bayi lahir hidup

Survei garam beryodium 2014, didapatkan 98,6 % atau 1.175 RT

positif mengandung yodium.

(8)

Mortality

AKB

: 6 orang (sebelumnya 2 orang)

AKABA

: 5 orang

AKI

: 4 jiwa, 130/100.000 kelahiran hidup

AHH

: Tahun 2014 sebesar 67,73%

Kematian akibat TB

3 orang

Morbiditas

Penyakit

Menular

“Acute Flaccid Paralysis”

(AFP) Non Polio

: 1 orang

Diare

: 3.645 kasus, yang ditangani sebanyak 2.936 kasus

(80,6%).

Kusta

: 24 orang dengan angka penemuan kasus baru sebesar

14,09/100.000 penduduk

DBD

: 72 kasus dengan incidence rate per 100.000 penduduk

sebesar 42,3

Filariasis

; 2 kasus

Malaria

:188 Suspek dan penderita positif sebanyak 24 orang

TB

: 1.563 suspek TB;

BTA+

: 247 kasus (jmlh kumulatif dr thn

sblmnya)

(9)

Morbiditas Penyakit Degeneratif

No.

Jenis Penyakit Tidak Menular

Kasus

Jumlah

Per. 100.000

Penduduk

Kecelakaan Lalulintas

Diabetes Militus

ASMA

Strock

Ginjal Kronis

PPOK

Obesitas

Struma

Tumor Payudara

(10)

FOKUS PROGRAM

KIA

Imunisasi

KB

Usila

Kesling

Gizi

Perilaku Hidup

Masyarakat

Khususnya pada kesehatan anak, yaitu penemuan dan

(11)

Pneumonia

Jumlah Balita

12.969

Jumlah kasus yang

diperkirakan 1.297

Jumlah kasus yang

ditemukan dan

ditangani 30 balita

(2,3%)

Data perkiraan

Padongko 238 dari

2378

Pekkae 149 dari

1488 balita

Data yang

ditemukan

Bojo baru 17

balita (23,4%)

Lisu 5 balita (6,7%)

(12)

DIAGNOSA

KOMUNITAS

DIAGNOSA SOSIAL

DIAGNOSA EPIDEMIOLOGI

(13)

Pendidikan

Berada di daerah pesisir dan kebanyakan berprofesi nelayan

membuat tingkat pendidikan tertinggi adalah Sekolah dasar

Presentasi Pendidikan SD 29,79%

Tidak memiliki ijazah 22,8%

SMP/MTs 16,92%

SMA/MA 12,27%

Pekerjaan

Sebagian besar berprofesi sebagai Nelayan

(14)

Pneumonia

Kesehatan

BBLR

Diare

DBD

Non

kesehatan

Tingkat pendidikan

Jenis pekerjaan

Pendapatan

(15)

DIARE

Terdapat 3.645 kasus dan yang ditangani 2.936 (80,6%)

CAMPAK

Terdapat 32 kasus campak

DBD

Terdapat 72 kasus dengan insisden rate per 100.000 penduduk 42,3

BBLR

Prevalensi BBLR mengalami peningkatan yaitu 38,7 per 1.000 bayi lahir, dengan

jumlah kasus 119 dari 3.075 bayi lahir hidup

Gizi Buruk

Terdapat 8 kasus dengan 0,06% dari bayi lahir hidup

KESEHATAN

(16)

PERILAKU

2015 persentase rumah tangga yang ber-PHBS sebesar 47,1% dari 24.643 RT yang dipantau

atau sebanyak 11.606 RT (Total RT 43.043)

Keluarga yang berPHBS khususnya dengan tidak merokok dapat membantu keluarga

khsusunya anak balita dapat hidup dengan kondisi lingkungan keluarga yang kondusif bebas

polusi asap rokok yang bisa merusak jalannya sistem pernafasan dan paru-paru.

PHBS

Cakupan ASI Eksklusif 70,9%

ASI sangat baik untuk bayi dalam pembentukan kekebalan tubuh yang alami sehingga bayi

tidak mudah untuk terserang penyakit yang berbahaya.

ASI Eksklusif

Jumlah penduduk yang memiliki sanitasi layak (jamban sehat) yaitu 49,78% dari jumlahh

170.316 penduduk. Dengan sistem sanitasi yang baik akan berdampak pada kebersihan

lingkungan sehingga sangat bermanfaat dalam mencegah terjadinya penularan penyakit

menular.

(17)

NON PERILAKU

Mengalami kenaikan dari tahun 2014 menjadi 50 Desa/Kelurahan (90,9%)

Ketidak patuhan imunisasi lengkap sangat berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh

pada anak-anak. Denan pemberian imunisasi dapat mencegah anak-anak terhindar dari

penyakit pneumonia.

Desa UCI

Presentase rumah sehat yang memenuhi syarat sebesar 67,19 % atau 26.936 rumah.

Rumah yang sehat akan memiliki ventilasi udara yang cukup untuk memudahkan

terjadinya sirkulasi udara, sehingga dengan rumah yang sehat dapat mencegah

terjadinya penyakit pneumonia.

Rumah Sehat

Akses air minum pada tahun 2015 menurut data dari Seksi Penyehatan Lingkungan

Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kab. Barru sebesar 65,23 %

(18)

PENDIDIKAN

Predisposisi

Pengetahuan

Sikap

Keyakinan

Pemungkin

Sumber Daya

Individu

Fasilitas/Sarana

Penguat

Keluarga

Petugas

kesehatan

(19)

PREDISPOSISI

• Kurangnya pengetahuan akan pencegahan penyakit pneumonia

•Kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemberian ASI Eksklusif dalam pembentukan kekebalan tubuh terhadap anak

•Kurangnya pengetahuan akan pentingnya mengakses layan kesehatan dalam pencarian pengobatan penyakit pneumonia

Pengetahuan

Masih kurang tegas untuk segera melakukan

pemeriksaan dan mengakses layanan

kesehatan di saat anak mengalami sakit

batuk biasa.

Masih menganggap sepele sebuah penyakit

dan bisa mereka tangani dengan pemberian

obat tanpa resep dokter

Sikap

Masih adanya keyakinan bahwa layanan

kesehatan akan diakses di saat anak sudah

sakit parah, bukan di saat awal anak sakit

dan membutuhkan pengobatan dokter

(20)

P

Keluarga : dukungan dari

pihak keluarga dalm

berperilaku hidup sehat

dan bersih, melakukan

imunisasi lengkap

terhadap anak dan

pemberian ASI Eksklusif

serta pentingnya

pencarian pengobatan di

saat anak sakit

Tokoh masyarakat/ tokoh

agama :pentingnya

pengetahuan akan

kesehatan dan penyakit

khususnya pneumonia

dimiliki oleh tokoh

masyarakat maupun

tokoh agama karena

mereka memiliki peran

penting dalam

mempengaruhi perilaku

dan persepsi masyarakat,

bahkan sangat

berpengaruh dalam

pembuatan sebuah

kebijakan apabila mereka

memiliki jabatan sebagai

stakeholder.

Petugas kesehatan:

kurangnya kesadaran dan

sosialisasi yang dilakukan

oleh petugas kesehatan

akan pentingnya

pencegahan penyakit

(21)

3. Enabling

Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Barru sebanyak 688 tenaga

kesehatan yang terdiri dari Medis 46 Orang, Perawat 255 Orang, Bidan 102

Orang, Farmasi 37 Orang, Gizi 31 Orang, Perawat gigi 19 orang, Teknisi

Medis 34 Orang, Sanitasi 28 Orang, Kesehatan Masyarakat/Kesmas 43

Orang, Fisioterapi 8 Orang, Tenaga kesehatan lainnya 2 orang dan Tenaga

penunjang/pendukung kesehatan 83 orang.

Kualitas tenaga kesehatan Promosi kesehatan pada 2 daerah Puskesmas

yang terkena pneumonia terbanyak, tidaklah spesifik lulusan promosi

kesehatan, akan tetapi menggunakan tenaga bidan dan perawat sebagai

petugas promkesnya.

Jumlah Puskesmas sebanyak 12 unit terdiri dari 8 Puskesmas Perawatan

(Puskesmas Ralla, Lisu, Pekkae, Palakka, Madello, Mangkoso, Palanro dan

Bojo Baru) dan 4 Puskesmas Non Perawatan (Puskesmas Pujananting,

Padongko, Doi-Doi dan Pancana). Adapun jumlah Puskesmas Pembantu

pada tahun 2015 sebanyak 33 unit. .

Khusus untuk wilayah Puskesmas Pekkae dan Padongko yang memiliki

kasus tertinggi pneumonia memang tidak proporsional dalam melakukan

pelayanan. Wilayah Puskesmas Padongko merupakan daerah yang

berpenduduk terbanyak di Kab.barru, sedangkan wilayah Puskesmas Pekkae

merupakn daerah yang padat terpadat penduduknya di daerah Kab.Barru,

sehingga hal tersebut sangat berpengaruh dalam kualitas layanan kesehatan

yang dilakukan oleh Puskesmas terhadap penduduk di wilayahnya.

(22)

Analisis Persoalan

Analisis

Situasi

AS

AP

Analisis persoalan

AK

APP

Analisis keputusan

(23)

DIARE

•Tingginya kasus diare dan pneumonia pada 2 daerah yang sama dimana di Padongko 647 kasus diare dari 30.220 penduduk dan Pekkae 326 kasus dari 15.224 penduduk sangat beresiko akan terjadinya angka kesakitan dan kematian pada anak.

•Kejadian penyakit diare dan pneumonia dapat terpisah dan bersamaan, dan biasanya anak dengan pneumonia mengalami diare karena infeksi pneumonia dapat mempengaruhi saluran pencernaan.

Pneumonia

•Dari 1.297 kasus pneumonia yang diperkirakan terjadi namun hanya 30 balita yang ditemukan dan ditangani atau 2,3%

•Dilihat dari wilayah terjadinya Pneumonia perkiraan terbanyak terjadi pada wilayah Pekkae dan padongko dan

berdasarkan pada kasus kematian neonatal dari 17 kasus kematian terdapat 4 kasus terjadi di pekkae yang kemungkinan bisa disebabkan oleh pneumonia.

•Pneumonia merupakan The Forgetten Pandemic atau wabah raya yang terlupakan karena begitu banyak korban yang meninggal karena pneumonia akan tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada masalah pneumonia.

CAMPAK

• Tingginya kasus campak di wilayah Pekkae bahkan termasuk KLB campak karena terjadi 25 kasus, sangat berelasi kuat dengan tingginya perkiraan kasus pneumonia di wilayah Pekkae. Hal ini karena Progaram Pengembangan Imunisasi (PPI) yang meliputi imunisasi DPT dan campak dapat menurunkan proporsi kematian balita akibat pneumonia, dengan kata lain campak, difteri dan pertusis bisa menyebabkan pneumonia atau merupakan penyakita penyerta pada pneumonia balita.

DBD

•Terdapatnya kasus DBD pada daerah Padongko 17 kasus, Bojo Baru 38 kasus, Madello 6 kasus, dan Pekkae 4 kasus

menandakan bahwa pada daerah tersebut memiliki PHBS terhadap lingkungan tempat tinggal masih rendah sehingga bisa menyebabkan timbulnya penyakit lain selain DBD.

(24)

BBLR dan Balita BGM

•Kasus BBLR tertinggi terjadi di daerah Palanro yaitu 24 kasus dari 326 blalita. Sedangkan Padongko terjadi 14 kasus dari 591 balita dan pekkae 13 kasus dari 326 balita. Yai ng secara tidak langsung juga berpengaruh pada proses

pertumbuhannya sehingga terjadi kasus BGM dengan kejadian di Pekkae 0,7% yaitu 9 dari 1488 balita dan padongko 0,3% yaitu 5 kasus dari 2378 balita.

•Berat badan saat lahir sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan fisik serta mental balita, sehingga mudah terkena penyakit infeki, terutama pneumonia dan sakit saluran pernapasan lainnya karena sistem pembentukan organnya belum sempurna.

ASI EKSKLUSIF

•Rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif sangat berkorelasi dengan tingginya angka pneumonia. Hal ini terbukti dari rendahnya cakupan ASI daerah Pekkae dan Padongko dimana ke2 tempat tersebut tinggi kasus pneumonianya. Cakupan ASI Pekkae 53,5 % yaitu 137 dari 256 bayi, sedangkan Padongko 39, 7% yaitu 94 dari 237 bayi.

•ASI memgang peran penting dalam menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup Bayi. Dan ini sesuai dengan hasil penelitian Andri Widayat (2014, tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pneumonia pada Balita di wilayah

Puskesmas Mojogedang II Kab. Karanganyar), dimana pemberian ASI sangat bermanfaat dalam mencegah terjadinya kasus pneumonia

Imunisasi

•Meskipun pada beberap penelitian disebitkan imunisasi tidak berpengaruh besar pada terjadinya kasus pneumonia akan tetapi keterkaitan akan rendahnya cakupan imunisasi di Pekkae terendah sebagai desa UCI yaitu 1 dari 5 desa (20%) sedangkan Padongko termasuk dalam 100 % desa UCI akan tetapi penyakit pneumonia bisa menjadi penyebab tidak langsung yang sangat penting untuk segera diselesaikan.

(25)

Gizi Buruk

Terdapat 8 kasus dan tertinggi Mangkosos 2 kasus, Pekkae 1 kasus, dan

Padongko 1 Kasus

Kasus gizi buruk juga sangat mempengaruhi sistem perkembangan dan

pertumbuhan fisik serta mental balita sehingga balita yang terkena gizi buruk

sangat rentan untuk terpapar penyakit infeksi, karena rendanya sistem

kekebalan tubuh yang dimiliki oleh balita dengan gizi buruk.

PHBS dan Jamban Sehat

Dari 43.043 RT Paling rendah Bojo Baru 30,6%

Terendah Bojo Baru 25,16 % , sedangkan pekkae 34,32%

Pekkae 42,5% dari 4653 RT, dan padongko 48 % dari 7980 RT

Rumah Sehat

Terendah Lisu yaitu 30,22% dan tertinggi 92,49% dari 6578 rumah

Pekkae 69,89 % dari 4288 Rumah

(26)

Meningkatkan

penemuan

dan

penanganan

kasus

pneumonia

secara dini

(27)

Pneumonia

Rendahnya penemuan dan

penanganan kasus pneumonia di

lapangan sangat beresiko akan

terjadinya peningkatan angka

kesakitan dan kematian yang

disebabkan oleh penyakit

pneumonia

Penyakit pneumonia sangat

berperan dalam terjadinya angka

kematian pada balita, sedangkan

kesadaran akan pentingnya

penyelesaian masalah penyakit

ini masih sangat rendah

Memiliki banyak korelasi dengan

beberapa Penyakit

•Penyakit pneumonia dapat

menyebabkan diare, meskipun ke 2 penyakit tesebut dapat terjadi secara terpisah.

•Penyakit pneumonia dapat terjadi pada penderita campak.

•Pneumonia juga bisa terjadi pada penderita BBLR, BGM, dan Gizi Buruk disebabkan karena penyakit tersebut mempengaruhi sistem perkembangan dan pertumbuhan fisik serta mental balita sehingga balita yang memiliki masalah gizi sangat rentan untuk terpapar penyakit infeksi, karena rendanya sistem kekebalan tubuh yang dimiliki oleh balita tersebut.

Pneumonia dapat dicegah dengan

mudah.

•Dengan meningkatkan cakupan akan pemberian ASI Eksklusif sangat berarti dalam mengurangi resiko dan

mencegah bayi balita terkena penyakit pneumonia.

•Cakupan Imunisasi juga sangat

berpengaruh terhadap terjadinya kasus pneumonia. Oleh karena itu dengan meningkatkan cakupan imunisasi sangat bermanfaat dalam mencegah terjadinya pneumonia yang disebabkan oleh penyakit campak.

•Perbaikan gizi. Rendahnya daya tahan tubuh sangat memudahkan terjadinya penyakit tertentu yang diakibatkan oleh infeksi, oleh karena itu perbaikan gizi sangat bermanfaat dalam penanganan masalah pneumonia

(28)

Meningkatkan cakupan

Imunisasi

Meningkatkan cakupan

ASI Eksklusif pada

daerah yang tinggi

kasus pneumonia nya

khusunya Pekkae dan

Padongko

Meningkatkan

kesadaran RT ber-PHBS

Analisis

Persoalan

(29)

Belum dilakukan pelaksanaan

sweeping

atau

kunjungan rumah untuk melengkapi status imunisasi

pada daerah-daerah yang cakupan imunisasinya

masih rendah, pada umumnya disebabkan

keterbatasan sumber daya atau tenaga banyak yang

merangkap dengan tugas lain.

Belum semua Puskesmas membuat Pemantauan

Wilayah Setempat (PWS) imunisasi secara rutin

(bulanan, triwulanan) dikarenakan banyak petugas

imunisasi yang merangkap dengan tugas lain.

Masih ada sebagian kecil orang tua yang menolak

anaknya untuk diimunisasi dikarenakan

(30)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap variabel kinerja karyawan yang bekerja di

Penciptaan tugas akhir Eksistensi Ibuku dalam Fotografi Ekspresi ini lebih banyak bereksplorasi pada pengalaman pribadi sehingga menghasilkan karya yang sesuai

Setelah meneliti, mempelajari serta menganalisa proses dan prosedur pembelian bahan baku yang diterapkan di PT Menara Cipta Metalindo, maka penulis menarik

Penelitian ini bertujuan untuk: 1)Tujuan penelitian ini menghasilkan LKS fisika berbasis Discovry untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa, 2) Mengembangkan

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yaitu untuk menggambarkan prosedur pengukuran profil memanjang dan melintang serta penggambaran dengan

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada isolat Bone media ampas tahu dan beras memberikan pengaruh lebih baik secara signifikan terhadap produksi spora

Kajian ini bertujuan untuk meneliti dan mengkaji strategi yang digunakan oleh pelajar antarabangsa secara formal dan tidak formal dalam mempelajari bahasa Melayu.. Model

Hal tersebut sesuai dengan cara untuk memakmurkan masjid yang dilakukan oleh takmir masjid yaitu memperbanyak kegiatan.. Bentuk dan corak kegiatan seyogianya