• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isi Makalah Dan Manajemen Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Isi Makalah Dan Manajemen Keuangan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis laporan keuangan yang mencakup rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Dengan analisis keuangan ini dapat diketahui kekuatan serta kelemahan yang dimilliki oleh seorang business enterprise. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang yang cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai.

Untuk melakukan analisis ini dapat dengan cara membandingkan prestasi satu periode dengan periode sebelumnya sehigga diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu. Selain itu dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan dengan perusahaan sejenis dalam industri itu sehingga dapat diketahui bagaimana posisi perusahaan dalam industri.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan kepada latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam makalah ini diantaranya yaitu :

1. Pengertian dan fungsi laporan keuangan dan analisis laporan keuangan 2. Macam-macam analisis laporan keuangan

3. Penilaian kinerja keuangan perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk periode tahun 2009 dan 2010.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah diantaranya sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dan fungsi laporan keuangan dan analisis laporan keuangan.

2. Untuk mengetahui macam-macam analisis laporan keuangan.

(2)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan

Laporan Keuangan juga melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan (J. Fred Weston & Thomas E. Copeland, 1994: 24). Laporan keuangan adalah laporan yang memuat hasil-hasil perhitungan dari proses akuntansi yang menunjukkan kinerja keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan juga melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramaln untuk masa depan.

Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya terdiri dari :

 Laporan Neraca  Laporan Laba/Rugi

 Laporan Perubahan Ekuitas

 Laporan Perubahan Posisi Keuangan, berupa Laporan Arus Kas

 Catatan dan Laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan

Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran kondisi keuangan adalah aktiva,kewajiban,dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba/rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba/rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca. 1. Fungsi Laporan Keuangan

Adapun fungsi laporan keuangan antara lain:

(3)

2. Menunjukkan apa yang dilakukan manajemen(stewardship),atau pertanggungjawaban manajemen atas sumberdaya yang dipercayakan kepadanya.

2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan a. Laporan Neraca

Neraca (Balance Sheet) adalah dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode tersebut. Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aktiva, kewajiban, dan modal. 1) Aktiva adalah harta milik perusahaan yang digunakan untuk biaya

operasional dan biaya produksi suatu perusahaan. Aktiva ada dua macam aktiva lancar dan aktiva tetap.

2) Kewajiban (Liabilities) adalah kewajiban perusahaan kepada pihak luar (creditor) yang tercermin di dalam Neraca dan pada umumnya digambarkan dengan kata “payable”.

3) Modal adalah harta yang dikeluarkan oleh pemilik perusahaan sebagai langkah awal dalam menjalankan suatu bisnis, dan digunakan untuk menambah pendanaan aktiva.

Ketiga unsur tersebut dihubungkan dengan persamaan berikut : Aktiva = Hutang + Modal

Informasi yang dapat dilihat dari neraca antara lain adalah posisi sumber kekayaan perusahaan dan sumber pembiayaan untuk memperoleh kekayaan perusahaan tersebut dalam suatu periode akuntansi.

b. Laporan Laba/Rugi

Laporan laba/rugi (income statement) adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba atau rugi bersih.

Laporan laba/rugi mempunyai dua unsur yaitu pendapatan dan beban,

(4)

2) Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya nilai aktiva atau kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian penanaman modal.

c. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas (cash flow statlement) adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntasi yang menunjukkan aliran masuk dan keluar uang perusahaan. Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas perkiraan arus kas yang dibuat sebelumnya. Laporan arus kas juga menjadi alat penanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan.

Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus kas memberikan informasi yang bermafaat bagi pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas).

B. Analisis Laporan Keuangan

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Menurut ikatan akuntan Indonesia analisa laporan keuangan adalah analisa terhadap neraca dan perhitungan laba rugi serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dengan lampiran-lampiran nya untuk mengetahui gambaran tentang posisi keuangan dan perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan.

Analisa laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecendrungan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisa dilakukan dengan pengukuran hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur tersebut dari tahun ke tahun untuk untuk mengetahui perkembangannya.

2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

(5)

yang pertama dan yang utama dari analisis laporan keuangan adalah untuk

b. Sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa yang akan datang.

c. Sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya.

d. Sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.

e. Sebagai data perbandingan untuk dua periode atau lebih untuk dianalisa lebih lanjut.

Dari semua tujuan tersebut, yang terpenting dari analisis laporan keuangan adalah tujuannya untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi. Selain itu juga untuk mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan.

3. Jenis Analisis Laporan Keuangan

Menurut Jumingan (2005 : 44) pada dasarnya ada beberapa jenis analisis yang dapat dilakukan, yakni :

a. Analisis Internal adalah analisis yang dilakukan oleh mereka yang bisa mendapatkan informasi yang lengkap dan terperinci mengenai suatu perusahaan, dilakukan oleh manajemen dalam mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan.

b. Analisis Eksternal adalah analisis yang dilakukan oleh mereka yang tidak bisa mendapatkan data yang terperinci mengenai suatu perusahaan. Dilakukan oleh bank, para kreditur, pemegang saham, calon pemegang saham dan lain-lain dalam hal mengukur tingkat likuiditas dan profitabilitas.

c. Analisis Horizontal / Dinamis adalah analisis perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun guna mengetahui kekuatan atau kelemahan keuangan perusahaan yang bersangkutan.

(6)

C. Analisis Rasio Laporan Keuangan

Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.Pada dasarnya angka-angka rasio itu dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :

1.Angka-angka rasio yang didasarkan pada sumber data keuangan dari mana unsur-unsur angka rasio tersebut diperoleh. Berdasarkan sumber datanya rasio dibagi menjadi tiga, yaitu :

a) Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios), yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar (current ratio) dan rasio tunai (quick ratio).

b) Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba rugi, misalnya rasio laba bruto dengan penjualan netto, rasio laba usaha dengan penjualan netto dan operating ratio. c) Rasio-rasio antar laporan (intern-statement ratios), yaitu

rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi, misalnya rasio penjualan netto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata dan rasio HPP dengan persediaan rata-rata.

2.Angka-angka rasio yang disusun berdasarkan tujuan penganalisis dalam mengevaluasi suatu perusahaan.Ada berbagai pendapat tentang kategori rasio berdasarkan tujuan penganalisis dalam mengevaluasi suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangannya, sedangkan macam-macam rasio untuk perbankan terdiri dari :

a) Rasio likuiditas, bertujuan menguji kecukupan dana

c) Rasio rentabilitas, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan baik didalam menghasilkan laba atas sejumlah modal dan aktiva yang dimilikinya, serta dapat dinilainya tingkat efisiensi penggunaan modal dan aktiva tersebut.

D. Keterbatasan Laporan Keuangan

(7)

keuangan agar para pemakai laporan keuangan tersebut tidak salah mengartikan sehingga tidak akan menyesatkan dalam pengambilan keputusan.

Menurut S. Munawir dalam bukunya “Analisa Laporan Keuangan” menyatakan bahwa: “Laporan keuangan yang bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu laporan kemajuan laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara:

a. Fakta yang telah dicatat (Recorded Fact)

b. Prinsip-prinsip kebiasaan-kebiasaan didalam akuntansi (Accounting Convention and Postulate)

c. Pendapat pribadi (Personal Judgement)”. (2002;6)

Dengan mengingat atau memperhatikan sifat-sifat laporan keuangan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan mempunyai keterbatasan. S. Munawir mengemukakan keterbatasan laporan keuangan yaitu: “Keterbatasan Laporan Keuangan antara lain:

1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan merupakan laporan yang final.

2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah.

3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut menurun, dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan tersebut disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan harga-harga.

4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan suatu uang”. (2002;9)

(8)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan

Bata atau T&A Bata Shoe Company terdaftar di Zlin, Cekoslowakia oleh dua bersaudara Tomáš Anna dan Antonín Bata (1894). Perusahaan sepatu raksasa keluarga ini mengoperasikan empat unit bisnis internasional: Bata Eropa, Bata Asia Pasifik-Afrika, Bata Amerika Latin, dan Bata Amerika Utara. Produk perusahaan ini hadir di lebih dari 50 negara dan memiliki fasilitas produksi di 26 negara. Sepanjang sejarahnya, perusahaan ini telah menjual sebanyak 14 miliar pasang sepatu.

Di Indonesia pengoperasian penjualan sepatu Bata dijalankan oleh PT Sepatu Bata, Tbk. Pabrik perusahaan ini pertama kali berdiri pada tahun 1931, dan saat ini berada di dua tempat, yaitu Kalibata dan Medan. Keduanya menghasilkan 7 juta pasang alas kaki setahun yang terdiri dari 400 model sepatu, sepatu sandal, dan sandal baik yang dibuat dari kulit, karet, maupun dan plastik. Sebelum tahun 1978, status Bata di Indonesia adalah perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA), sehingga dilarang menjual langsung ke pasar. Bata menjual melalui para penyalur khusus (depot) dengan sistem konsinyasi. Status para penyalur tersebut diubah dan pada 1 Januari 1978, yaitu saat izin dagang Bata "dipindahkan" kepada mereka dan PT. Sepatu Bata menjadi perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Kantor:

a. Desa Cibening, Kec Bungursari – Purwakarta

Telp : (0264) 203870, 203871 Faks : (0264) 203560

b. Jl.Thamrin No. 75-W, Medan Telp : (061) 7355267, 7366263 Faks : (061) 7366263

(9)

a) 1931 memulai usahanya sebagai pengimpor sepatu b) 1940 mendirikan pabrik di kalibata jakarta selatan c) 1982 didaftarkan di Bursa Efek Jakarta

d) 1994 mendirikan pabrik di Purwakarta

e) 2004 memperoleh lisensi sebagai distributor dan General Importing.

B. Struktur Organisasi Perusahaan

Dibawah ini ditampilkan struktur organisasi pada PT. Sepatu Bata, Tbk. Tahun 2006 :

(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Data

Berikut ini adalah Laporan Laba/Rugi dan Neraca PT. Sepatu Bata, Tbk. pada periode tahun 2009 dan tahun 2010 :

PT SEPATU BATA Tbk. LAPORAN LABA RUGI

Tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 DESEMBER 2010 dan 2009

(Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

2010 2009

PENJUALAN BERSIH Rp 644.189.190 Rp 598.466.433 BEBAN POKOK PENJUALAN Rp 337.998.532 Rp 322.782.390

LABA KOTOR Rp 306.190.658 Rp 275.684.043

BEBAN USAHA :

PENJUALAN DAN PEMASARAN Rp 140.069.418 Rp 125.454.828 UMUM DAN ADMINISTRASI Rp 78.990.390 Rp 75.271.288

JUMLAH BEBAN USAHA Rp 219.059.808 Rp 200.726.116

LABA USAHA Rp 87.130.850 Rp 74.957.927

PENDAPATAN / BEBAN LAIN-LAIN

LABA PENJUALAN ASET TETAP Rp 572.791 Rp 192.146 PENDAPATAN BUNGA Rp 140.192 Rp 182.810 BEBAN BUNGA Rp (4.390.307) Rp (4.980.268) LABA SELISIH KURS-BERSIH Rp 555.273 Rp 867.653 PENDAPATAN LAINNYA-BERSIH Rp 558.564 Rp 457.713 JUMLAH BEBAN LAIN-LAIN - BERSIH Rp (2.563.487) Rp (3.279.946) LABA SEBELUM PAJAK

PENGHASILAN BADAN

Rp 84.567.363 Rp 71.677.981

BEBAN / MANFAAT PAJAK PENGHASILAN

KINI Rp 20.747.074 Rp 17.778.557

(11)

LABA BERSIH Rp 60.975.070 Rp 52.980.646 LABA USAHA PER SAHAM Rp 6.702 Rp 5.766 (RUPIAH PENUH)

LABA BERSIH PER SAHAM Rp 4.690 Rp 4.075

PT. SEPATU BATA Tbk. N E R A C A

31 DESEMBER 2010 dan 2009

(Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

ASET 2010 2009

ASET LANCAR

KAS DAN SETARA KAS Rp 4.659.400 Rp 9.789.354 PIUTANG USAHA Rp 20.460.201 Rp 14.722.762 PIUTANG PEGAWAI Rp 1.418.008 Rp 732.571 PIUTANG LAIN-LAIN Rp 1.197.773 Rp 1.930.840

PERSEDIAAN Rp 191.217.901 Rp 153.761.143

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DIBAYAR DI

MUKA Rp 29.534.181 Rp 22.659.898

BIAYA DIBAYAR DI MUKA Rp 41.421.448 Rp 33.426.231 ASET LANCAR LAINNYA Rp 5.587.436 Rp 5.279.968

JUMLAH ASET LANCAR Rp 295.496.348 Rp 242.302.767

ASET TIDAK LANCAR

ASET TETAP Rp 167.843.434 Rp 155.768.155

ASET LAIN-LAIN

BIAYA DIBAYAR DI MUKA Rp 13.280.597 Rp 13.253.319 PENGHARGAAN MASA KERJA DIBAYAR DI

MUKA Rp 775.987 Rp - UANG JAMINAN SEWA Rp 6.856.189 Rp 5.354.906 JUMLAH ASET TIDAK LANCAR Rp 188.756.207 Rp 174.376.380

JUMLAH ASET Rp 484.252.555 Rp 416.679.147

KEWAJIBAN DAN EKUITAS 2010 2009

KEWAJIBAN LANCAR

(12)

HUTANG PAJAK Rp 3.982.144 Rp 2.987.935 BEBAN MASIH HARUS DIBAYAR Rp 13.705.212 Rp 12.657.162 UANG JAMINAN DARI PENYALUR Rp 25.247.195 Rp 25.027.631

JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR Rp 141.748.440 Rp 103.018.589

KEWAJIBAN TIDAK LANCAR

PENYISIHAN PENGHARGAAN MASA KERJA Rp - Rp 4.166.735 KEWAJIBAN PAJAK TANGGUHAN-BERSIH Rp 10.995.150 Rp 8.149.928 JUMLAH KEWAJIBAN TIDAK LANCAR Rp 10.995.150 Rp 12.316.663

JUMLAH KEWAJIBAN Rp 152.743.590 Rp 115.335.252

EKUITAS

MODAL SAHAM Rp 13.000.000 Rp 13.000.000

SALDO LABA Rp 318.508.965 Rp 288.343.895

JUMLAH EKUITAS Rp 331.508.965 Rp 301.343.895

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS Rp 484.252.555 Rp 416.679.147

B. Permasalahan dan Pembahasannya 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek (Prastowo dan Juliati, 2002).

Perbedaan rasio lancar antara tahun 2009 dan 2010 terjadi karena peningkatan aktiva lancar yang pada tahun 2009 sebesar Rp 242.302.767 dan pada tahun 2010 sebesar Rp 295.496.348 serta adanya penambahan kewajiban lancar yang pada tahun 2009 sebesar Rp 103.018.589 dan pada tahun 2010 sebesar Rp 141.748.440 .

Walaupun demikian nilai rasio lancar dapat dikatakan baik karena perusahaaan masih mampu membayar kewajiban jangka pendek. Perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat waktu karena perusahaan memiliki jumlah aset lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek.

(13)

b.

Current Ratio = Current Assets Current Liabilities

= Rp. 242.302.767 = 2,35 x (2009) Rp. 103.018.589

= Rp. 295.496.348 = 2,08 x (2010) Rp. 141.748.440

Dari data yang diambil diatas, diketahui bahwa current ratio dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami penurunan dari 2,35 kali menjadi 2,08 kali, sehingga kondisi perusahaan bisa dikatakan kurang baik, sehingga perusahaan harus mampu menekan pertumbuhan kewajiban lancar yang cukup cepat dibandingkan dengan aktiva lancarnya. Hal ini akan menyebabkan perusahaan menaikkan pinjamannya ke bank lebih banyak atau pembayaran utang usahanya akan lebih lambat, dan sebagainya.

c. Quick ratio merupakan alat ukur bagi kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid.

Quick Ratio = Current Assets – Inventory Current Liabilities

= Rp. 242.302.767 – Rp. 153.761.143 = 0,86 x (2009) Rp. 103.018.589

(14)

Rp. 141.748.440

Dari data yang diambil diatas, diketahui bahwa quick ratio dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami penurunan dari 0,86 kali menjadi 0,74 kali, sehingga kondisi perusahaan bisa dikatakan kurang baik, sehingga perusahaan harus mampu untuk mempercepat penagihan piutang yang berada pada konsumen agar perusahaan dapat melunasi kewajiban lancarnya tanpa harus menjual persediaan sama sekali.

2. Rasio Pengelolaan Aktiva (Aktivity Ratio)

Rasio pengelolaan aktiva adalah alat ukur sejauh mana efektifitas perusahaan dalam menggunakan sumber daya – sumber dayanya.

a. Receivable Turn Over (rasio perputaran piutang) memberikan analisa mengenai beberapa kali tiap tahunnya dana yang tertanam dalam piutang berputar dari bentuk piutang kebentuk uang tunai, kemudian kembali kebentuk piutang lagi. Makin tinggi rasio (turn over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif, dll.

Receivable Turn Over = Sales

Account Receivable

= Rp. 598.466.433 = 34,42 x (2009) Rp. 17.386.173

= Rp. 644.189.190 = 31,84 x (2010) Rp. 20.231.077,5

(15)

penurunan dari tahun sebelumnya. Yang tadinya sebanyak 34,42 kali dalam setahun menjadi 31,84 kali. Ini bisa saja terjadi karena keterlambatan penagihan yang bekerja secara tidak efektif. Perusahaan harus kembali mengefektifkan bagian kredit dan penagihan agar perputaran piutang ke bentuk uang tunai bisa lebih cepat untuk memperlancar proses produksi di perusahaan.

b. Average Collection Period yaitu periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang Rasio ini biasanya dipergunakan sebagai tolak ukur untuk menilai tingkat likuiditas aktiva lancar yang berbentuk piutang jangka pendek.

Average Collection Period = Receivable Average Days In Sales

= Rp. 17.386.173 = 10,46 x (2009) Rp. 1.662.406,76

= Rp. 23.075.982 = 12,90 x (2010) Rp. 1.789.414,42

Dari data yang diambil diatas, diketahui bahwa periode pengumpulan piutang dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami keterlambatan pembayaran yang dilakukan oleh costumer dari tahun 2009 sebanyak 10,29 kali dan pada tahun 2010 sebanyak 12,90 kali dalam setahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata konsumen tidak membayar tagihannya secara tepat waktu. Hal ini akan menyedot dana perusahaan yang sebenarnya dapat dipergunakan untuk investasi dalam aktiva produktif.

(16)

barang dagangan diganti atau dijual dalam satu tahun. Perputaran yang tinggi menunjukkan tingkat persediaan yang ada cukup baik.

Inventory Turn Over = Lost Of Good Sold Average Inventory

= Rp. 322.782.390 = 2,10 x (2009) Rp. 153.761.143

= Rp. 337.998.532 = 1,96 x (2010) Rp. 172.489.522

Persediaan tidak mengalami perubahan yang cukup besar dari tahun 2009 sampai 2010. Tetapi jika dibandingkan dengan tahun 2009, pada tahun 2010 persediaan mengalami penurunan sebesar 0,14 x, sehingga perusahaan harus mampu mengkonsistentan perputaran persediaan dari tahun ke tahun jika tidak bisa untuk dinaiikan, itu sangat berguna untuk mengefisienkan kondisi keuangan di perusahaan.

d. Average Days In Inventory yaitu periode menahan rata-rata persediaan barang yang berada di gudang.

Average Days In Inventory = 360

Inventory Turn Over

(17)

= 360 = 184 hari (2010) 1,96

Penyimpanan persediaan di gudang pada tahun 2010 lebih lama dibandingkan dengan tahun 2009. Hal ini bisa saja disebabkan oleh beberapa hal yang menghambat proses produksi dan pengiriman kepada konsumen, misalnya bahan baku yang kurang baik kualitasnya, kerusakan pada barang jadi yang siap dikirim, masalah internal manajemen yang mengakibatkan proses penyimpanan di gudang cukup lama. Perusahaan diusahakan harus lebih mempercepat periode penyimpanan persediaan di gudang agar kondisi keuangan untuk persediaan berputar sebagaimana mestinya. e. Total Assets Turn Over yaitu rasio untuk mengukur efisiensi

penggunaan aktiva secara keseluruhan.

Total Assets Turn Over = Sales Total Assets

= Rp. 598.466.433 = 1,44 x (2009) Rp. 416.679.147

= Rp. 644.189.190 = 1,33 x (2010) Rp. 484.252.555

(18)

beberapa aktiva harus dilepas atau kombinasi dari kedua langkah ini harus dijalankan oleh perusahaan.

3. Rasio Profitabilitas (Profitabilitas Ratio)

Rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dari penggunanaan modalnya.

a. Gross Profit Margin merupakan rasio yang mengukur tingkat profitabilitas produk sebelum dibebani oleh biaya-biaya yang lain. Perubahan rasio laba kotor bisa saja terjadi karena perubahan dalam kebijaksanaan penjualan, misalnya tingkat potongan atau adanya produk baru.

Gross Profit Margin = Gross Profit Sales

= Rp. 275.684.043 = 0,46 (2009) Rp. 598.466.433

= Rp. 306.190.658 = 0,48 (2010) Rp. 644.189.190

Gross profit margin diatas mengalami kenaikan dari tahun 2009 sebesar 0,46 atau 46 % menjadi 0,48 atau 48 % di tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan semakin membaik dan mengalami kenaikan sebesar 2 % dari tahun sebelumnya. Ini akan menjadikan kondisi perusahaan baik dikarenakan profitabilitas yang semakin tinggi.

b. Operating Profit Margin atau laba usaha (laba operasi) adalah laba dari kegiatan utama perusahaan. Oleh karena itu sudah seharusnya laba ini memberikan hasil lebih besar dibanding dari laba yang bukan utama.

(19)

Sales

= Rp. 71.677.981 = 0,12 (2009) Rp.

598.466.433

= Rp. 84.567.363 = 0,13 (2010) Rp.

644.189.190

Operating Profit Margin mengalami kenaikan dari tahun 2009 sebesar 0,12 atau 12 % menjadi 0,13 atau 13 % di tahun berikutnya. Ini merupakan kondisi yang baik dikarenakan laba yang dihasilkan perusahaan mengalami kenaikan yang akan cukup membantu menstabilkan kondisi perusahaan. Penjualan harus lebih ditingkatkan agar laba yang dihasilkan semakin tinggi.

c. Net Profit Margin merupakan rasio yang mengukur hasil akhir dari kegiatan operasi perusahaan. Selisih laba bersih dengan rasio laba usaha dapat mencerminkan berapa beban yan ditanggung perusahaan untuk biaya-biaya non operasional.

Net Profit Margin = EAT

Sales

= Rp. 52.980.646 = 0,09 (2009) Rp. 598.466.433

(20)

Dari perhitungan diatas pada tahun 2009 diperoleh net profit margin sebesar 0,09 % dan pada tahun 2010 sama besar yaitu 0,09 % yang artinya margin laba atas pada perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk. mengalami perubahan yang tidak terlalu signifikan. Dapat dikatakan bahwa kinerja dalam menghasilkan margin atas laba penjualan cukup baik karena tidak mengalami penurunan yang berdampak buruk bagi kondisi perusahaan.

d. Return On Assets merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto.

Return On Assets = EAT

Total Assets

= Rp. 52.980.646 = 0,13 (2009) Rp. 416.679.147

= Rp. 60.975.070 = 0,13 (2010) Rp. 484.252.555

Dari perhitungan diatas,pada tahun 2009 diperoleh return on assets sebesar 0,13 atau 13 % dan pada tahun 2010 sama besar yaitu 0,13 atau 13 %. Hal ini menunjukkan tingkat pengembalian laba atas total aktiva pada perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk. tidak mengalami perubahan dengan kata lain perusahaan menghasilkan laba yang tidak jauh beda dari tahun sebelumnya atas jumlah aktiva perusahaan.

e. Return On Equity merupakan rasio yang berguna untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang diperoleh dari penanam modal. Pengertian modal disini adalah semua modal yang tertanam di perusahaan, termasuk di dalamnya saldo laba (laba ditahan).

Return On Equity = EAT

(21)

= Rp. 52.980.646 = 0,18 (2009) Rp. 301.343.895

= Rp. 60.975.070 = 0,18 (2010) Rp. 331.508.965

Dari perhitungan diatas, pada tahun 2009 diperoleh return on equity sebesar 0,18 yang berarti 18 % dan pada tahun 2010 sama yaitu sebesar 18 %. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan tidak mengalami peningkatan atau penurunan dalam pengembalian modal.

4. Rasio Pengelolaan Hutang (Leverage Ratio)

Rasio pengelolaan hutang (Leverage Ratio) adalah rasio untuk mengetahui seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas pemegang saham. Dengan kata lain, rasio leverage mengukur perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditur perusahaan.

a. Debt To Total Assets Ratio merupakan rasio yang menghitung berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi resiko keuangan perusahaan. Dalam batas tertentu bank akan sulit untuk mengabulkan permohonan kredit. Hanya saja setiap bank batasnya berbeda.

Debt To Total Assets Ratio = Total Liabilities Total Assets

= Rp.

(22)

Rp. 416.679.147

= Rp.

152.743.590 = 0,32 (2010) Rp.

484.252.555

Dari hasil perhitungan diatas pada tahun 2009 diperoleh debt ratio sebesar 0,28 yang artinya adalah prosentasi aktiva didanai dari hutang sebesar 28%, sedangakn untuk tahun 2010 diperoleh debt ratio sebesar 0,32 yang artinya adalah prosentasi aktiva yang didanai dari hutang sebesar 32%. Terjadinya kenaikan debt ratio menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin menurun dengan semakin bertambahnya hutang dalam pendanaan akitiva. Ini akan membahayakan perusahaan dan akan lebih mahal bagi perusahaan untuk meminjam tambahan dana tanpa terlebih dahulu meningkatkan modal ekuitas. Kreditur enggan meminjamkan dana tambahan tanpa kepada perusahaan dan manajemen bisa saja menghadapi resiko kebangkrutan jika perusahaan meningkatkan rasio hutangnya dengan meminjam tambahan dana.

b. Time Interest Earned Ratio merupakan rasio yang mengukur seberapa besar keuntungan dapat berkurang (turun) tanpa mengakibatkan adanya kesulitan keuangan karena perusahaan tidak mampu membayar bunga.

Time Interest Earned Ratio = Earning Before Interest And Tax (EBIT) Interest Expense

= Rp. 71.677.981 = 14,39 x (2009) Rp. 4.980.268

(23)

Rp. 4.390.307

(24)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan berfungsi untuk menyediakan informasi yang menyangkut kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Analisa laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecendrungan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat kesehatan suatu perusahaan. Berfungsi sebagai data perbandingan untuk dua periode atau lebih untuk dianalisa lebih lanjut juga berfungsi sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.

Analisis rasio laporan keuangan PT. Sepatu Bata, Tbk. No

. DESKRIPSI 2009 2010

Keterangan 1 Rasio Likuiditas

a Current Ratio 2,35 X 2,08 X Turun (Kurang Baik) b Quick Ratio 0,86 X 0,74 X Turun (Kurang Baik) 2 Rasio Aktivitas

a Receivable Turn Over 34,42 X 31,84 X Turun (Kurang Baik) b Average Colection Period 10,46 X 12,90 X Naik (Memburuk) c Inventory Turn Over 2,10 X 1,96 X Turun (Kurang Baik) d

Average Days In

Inventory 171 Hari 184 Hari

Naik (Memburuk) e Total Assets Turn Over 1,44 X 1,33 X Turun (Kurang Baik) 3 Rasio Liabilitas

a Gross Profit Margin 46 % 48 % Naik (Membaik) b Operating Profit Margin 12 % 13 % Naik (Membaik)

c Net Profit Margin 9 % 9 % Stabil

(25)

e Return On Equity 18 % 18 % Stabil

Setelah melakukan perhitungan rasio laporan keuangan pada perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk. serta berdasarkan maksud dari penulisan ini adalah menilai kinerja keuangan dengan laporan keuangan sebagai sumber data, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Liquidity Ratios (Rasio Likuiditas)

Dilihat dari rasio likuiditas, kinerja keuangan mengalami penurunan sehingga kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek semakin menurun.

2. Profitability Ratios (Rasio Profitabilitas)

Dilihat dari rasio profitabiltas, kinerja keuangan mengalami peningkatan dan cenderung stabil dari tahun sebelumnya. Dengan kata lain perusahaan mampu menghasilkan keuntungan yang dapat mengembalikan modal serta pengembalian atas total akitva.

3. Activity Ratios (Rasio Pengelolaan Aktiva)

Dilihat dari rasio pengelolaan aktiva, kinerja keuangan masih tidak mampu menghasilkan tingkat penjualan yang cukup untuk tahun berikutnya karena dari tahun sebelumnya mengalami penurunan nilai rasio.

4. Leverage Ratios (Rasio Pengelolaan Hutang)

Dilihat dari rasio pengelolaan hutang, kinerja keuangan kurang baik karena pendanaan aktiva di perusahaan banyak dibiayai dari hutang. Sehingga hutang semakin meningkat maka besar kemungkinan beberapa saran yang perlu diperhatikan sebagai masukan untuk kemajuan perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk. diperiode berikutnya, sebagai berikut : 1. Meningkatkan nilai likuiditas perusahaan yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya, tetapi jangan sampai ada aktiva yang menganggur.

2. Perusahaan harus meningkatkan efisiensi pemanfaatan aktiva yang dimilki dalam kegiatan operasionalnya untuk meningkatkan pendapatan atau meningkatkan laba bersih.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

1. S. Munawir, Drs. 2004. Analisa Laporan Keuangan. YOGYAKARTA: LIBERTY.

2. Brigham, Eugene F. Houston, Joel F. Suharto, Dodo. Wibowo, Herman. Sumiharti, Yati. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta: Penerbit Erlangga. 3. Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori &

Praktik. Surakarta: Penerbit Erlangga.

4. Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat, Cetakan Kedua. Yogyakarta : BPFE-YOGYAKARTA

5. Tristanti, Leony Lovancy. 2012. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Sukarela”. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomika Dan Bisnis , Universitas Diponegoro. 6. Vini Sausan Tungky. Profil Perusahaan PT. Sepatu Bata, Tbk. 2010

(online), (http://vinisausantungky.blogspot.com/2010/05/profil-perusahaan-pt-sepatu-bata-tbk.html diakses terakhir 22 Mei 2010)

7. Andri Apriyono. 2008. “Laporan Rugi Laba” (online),

(http://ilmumanajemen.wordpress.com/2008/03/24/laporan-rugi-laba/ , diakses tanggal 24 March 2008)

8. Universitas Gunadarma. 2009. (online),

(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/analisis-rasio-laporan-keuangan-pada-perusahaan-cv-laksana-jaya/)

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat Rhizobacteria yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman secara tidak langsung yaitu dengan mengurangi keparahan penyakit melalui senyawa antibiosis, induksi

 Teori kekakuan harga: Teori kekakuan harga: penurunan tingkat harga yang tidak penurunan tingkat harga yang tidak diharapkan akan meninggalkan perusahaan dengan harga yang

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses, dampak, berbagai macam kendala dan solusi alternatif pengembangan karakter bersahabat dan peduli sosial

Berdasarkan tabel 11, maka dapat diketahui besar korelasi antara kedua variabel X dan variabel Y adalah 0,546.Pada tabel 20 diatas maka tingkat peranannya

Emisi CO2 selain disebabkan oleh berubahnya tampungan karbon di atas permukaan tanah, tampungan nekromasa, tampungan serasah, tampungan di bawah permukaan

Dari hasil uji komposisi yang telah dilakukan menunjukan bahwa spesimen yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai komposisi yang masuk dalam batasan dari

Dapat dilihat dari apa yang telah dilakukan oleh Apple hingga saat ini adalah perusahaan ini telah. melakukan berbagai aliansi stratejik, dan cukup banyak perusahaan dan

Pemantauan secara rutin dan mencabut tanaman sakit terutama pada saat masih muda hingga mendekati masa berbunga dapat meng- eliminasi kemungkinan penularan virus melalui benih yang