• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan Inquiry Ditinjau dari Hasil Belajar dalam Pembelajaran IPA Kelas V SD Gugus Maruto Bawen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan Inquiry Ditinjau dari Hasil Belajar dalam Pembelajaran IPA Kelas V SD Gugus Maruto Bawen"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

55 4.1 Dekripsi Hasil Penelitian

Bab III telah dibahas mengenai lokasi penelitian yang dilaksanakan di wilayah SD Gugus Maruto Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang, dengan mengambil sampel siswa kelas V SD Negeri Samban 01 dan SD Negeri Samban 02 sebagai perwakilan dari SD Negeri Imbas serta siswa kelas VB dan VC SDIP H. Soebandi sebagai perwakilan dari SD Swasta yang sekaligus dijadikan subjek penelitian dari populasi seluruh siswa kelas V SD yang ada diwilayah Gugus Maruto, kemudian juga dibahas mengenai pengujian instrumen tes berupa pilihan ganda sebagai indikator ketercapaian hasil belajar yang menunjukkan bahwa terdapat 15 item soal valid dengan tingkat reliabilitas (cronbach’s alpha) sebesar 0,853. Selain itu dalam bab III juga dibahas mengenai teknik analisis data yang meliputi uji prasyarat dan uji hipotesis, uji prasyarat ini terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas yang harus dipenuhi sebelum melakukan uji t (uji beda rata-rata). Uji normalitas dengan acuan Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas dengan Levene Satistic dengan ketentuan apabila nilai probabilitas/signifikansi > 0,05 maka dapat dinyatakan data-data tersebut homogen dan berdistribusi normal sehingga dapat dilakukan uji t (uji beda rata-rata) sebagai acuan untuk menguji hipotesis.

(2)

4.1.1 Hasil Penelitian pada Implementasi Pembelajaran dengan Model Group Investigation sebagai Kelompok Eksperimen

Hasil penelitian ini memaparkan hasil observasi proses pembelajaran dan tingkat hasil belajar IPA yang dicapai dengan menggunakan perlakuan model Group Investigation pada kelompok eksperimen di kelas V SD Negeri Samban 02

(SD Negeri Imbas) dan kelas VC SDIP H. Soebandi (SD swasta).

4.1.1.1Hasil Observasi Proses Pembelajaran IPA di Kelas V SD Negeri Samban 02 (SD Negeri Imbas)

Penelitian yang dilakukan di SD Negeri Samban 02 sebagai kelompok eksperimen dari SD Negeri Imbas dilaksanakan dalam 2 pertemuan. Hal ini dikarenakan alokasi waktu untuk mata pelajaran IPA untuk kelas V yaitu 4 x 35 (2x pertemuan). Perincian dari proses pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Topik pembelajaran

Topik yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi mengenai jenis-jenis tanah yang didasarkan pada Standar Kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dan Kompetensi Dasar 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah. Sedangkan indikator pencapaian kompetensinya adalah mengidentifikasi bahan penyusun/komposisi tanah, menyebutkan jenis-jenis tanah, mencirikan jenis-jenis tanah, membandingkan ciri-ciri masing-masing jenis tanah, dan memberi contoh kegunaan dari berbagai jenis tanah.

b. Pertemuan 1

Pertemuan 1 dilaksanakan pada Kamis, 26 Maret 2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit yang diikuti oleh seluruh siswa kelas V yang berjumlah 26 siswa terdiri dari 11 laki-laki dan 15 perempuan. Proses pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan yang meliputi salam, presensi, pemberian soal pretest, apersepsi, dan penyampaian tujuan pembelajaran serta KKM yang harus

(3)

Dilanjutkan dengan kegiatan inti proses pembelajaran menggunakan perlakuan model Group Investigation yang terdiri dari sintagmatik yaitu penyajian masalah/situasi rumit yang disampaikan melalui demonstrasi percobaan mengenai bahan penyusun tanah, eksplorasi reaksi melalui kesempatan siswa untuk bertanya tentang demonstrasi percobaan yang sudah dilakukan, perumusan tugas melalui penyampaian pertanyaan dari siswa yang diarahkan pada apa saja jenis-jenis tanah dan bagaimana ciri-cirinya, kemandirian dan kelompok belajar yang diwujudkan dalam pembagian kelompok berdasarkan minat serta pelaksanaan investigasi mengenai ciri-ciri jenis tanah melalui percobaan yang dilakukan masing-masing kelompok.

Setelah masing-masing kelompok bekerja untuk menginvestigasi ciri-ciri jenis tanah berdasarkan tugas yang didapat, kemudian siswa dalam kelompok ditugaskan untuk membuat laporan sederhana mengenai hasil investigasi mereka yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutnya.

c. Pertemuan 2

Pertemuan 2 dilaksanakan pada Sabtu, 28 Maret 2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit yang diikuti oleh seluruh siswa kelas V berjumlah 26 siswa terdiri dari 11 laki-laki dan 15 perempuan. Proses pembelajaran diawali dengan mengingatkan materi yang sebelumnya telah disampaikan yaitu percobaan tentang jenis-jenis tanah. Kemudian dilanjutkan dengan sintagmatik dari model Group Investigation yang belum dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaitu analisis

perkembangan dan proses melalui kegiatan masing-masing kelompok yang mempresentasikan hasil investigasinya, dan mendaur ulang aktivitas dengan melaksanakan diskusi kelas untuk menganalisis proses penelitian yang sudah dilakukan.

Kegiatan selanjutnya adalah konfirmasi berupa ulasan singkat dari guru dan kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari dengan melibatkan siswa. Proses pembelajaran diakhiri dengan kegiatan penutup berupa refleksi dan pemberian soal posttest untuk mengukur hasil belajar.

(4)

pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri Samban 02 mencapai 90% dari 19 poin kegiatan. Terdapat 2 poin kegiatan yang belum terlaksana yaitu kegiatan siswa bertanya mengenai jenis-jenis tanah berdasarkan percobaan yang didemonstrasikan (sintak perumusan tugas) dan kegiatan guru bersama siswa melaksanakan diskusi kelas untuk menganalisis proses penelitian tentang bagian pembelajaran yang masih menjadi kendala (sintak mendaur ulang aktivitas). Keterangan lebih lanjut mengenai hasil observasi proses pembelajaran dapat dilihat pada lampiran.

4.1.1.2Tingkat Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Samban 02 ( SD Negeri Imbas)

Tingkat hasil belajar ini berisi pemaparan statistik deskriptif dari hasil pretest dan posttest yang terdiri dari rata-rata nilai (mean), nilai tertinggi (max),

nilai terendah (min), standar deviasi, distribusi frekuensi dan penyajiannya dalam bentuk grafik.

Tabel 12

Statistik Deskriptif Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen SD Negeri Samban 02 (SD Negeri Imbas)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Nilai Pretest 26 13,00 86,00 60,4231 15,44066

Nilai Posttest 26 46,00 93,00 71,3846 11,68615

Valid N (listwise) 26

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen (nilai pretest) sebelum proses pembelajaran dengan perlakuan model Group Investigation sebesar 60,42 dengan standar deviasi 15,44066. Sedangkan

setelah diberikan proses pembelajaran dengan perlakuan model Group Investigation didapatkan nilai rata-rata (nilai posttest) meningkat menjadi 71,38

(5)

adalah 46. Jumlah siswa yang mengikuti pretest dan posttest ini sebanyak 26 siswa.

Jumlah data yang disajikan cukup banyak, sehingga data disusun menggunakan tabel distribusi frekuensi agar penyajiannya lebih efisien dan komunikatif. Penyajian tabel distribusi frekuensi menggunakan kelas interval yang diperoleh dari selisih skor maksimal dikurangi skor minimal dibagi jumlah kelas. Dalam menentukan jumlah kelas, menggunakan rumus Sturges (Sugiyono, 2013:35) yaitu K= 1 + 3,3 log n. K merupakan jumlah kelas dan n adalah banyaknya data/siswa. Dengan rumus tersebut maka diperoleh K = 1+ 3,3 log 26 = 1+3,3 . 1,41 = 5,65 atau dibulatkan menjadi 6. Sedangkan interval kelas didapatkan dari hasil rentang (skor maksimal-skor minimal) dibagi jumlah kelas

yaitu 13,3. Untuk melihat hasil distribusi frekuensi nilai pretest dan

posttest kelompok eksperimen SD Negeri Samban 02 (SD Imbas) dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 13

Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen SD Negeri Samban 02 (SD Negeri Imbas)

No.

Kelas Kelas Interval

Nilai Pretest Nilai Posttest Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

1. 13 – 26,3 1 4% 0 0%

2. 26,4 – 39,7 1 4% 0 0%

3. 39,8 – 53,1 7 27% 2 8%

4. 53,2 – 66,5 12 46% 11 42%

5. 66,6 – 79,9 1 4% 5 19%

6. 80 – 93,3 4 15% 8 31%

Jumlah 26 100% 26 100%

(6)

nilai antara 66,6–79,3 dengan persentase 4%, dan 4 siswa mendapatkan nilai antara 80–93,3 dengan persentase 15%.

Nilai posttest mengalami peningkatan yaitu tidak ada siswa yang mendapatkan nilai antara 13–39,7 dengan persentase 0%. Kemudian yang mendapatkan nilai antara 39,8–53,1 sebanyak 2 siswa dengan persentase 8%, yang mendapatkan nilai antara 53,2–66,5 sebanyak 11 siswa dengan persentase 42%, yang mendapatkan nilai antara 66,6–79,9 sebanyak 5 siswa dengan persentase 19% dan sebanyak 8 siswa mendapatkan nilai antara 80–93,3 dengan persentase 31%. Untuk lebih memperjelas daftar distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest di atas maka disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut.

Gambar 6

Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen SD Negeri Samban 02 (SD Negeri Imbas)

4.1.1.3Hasil Observasi Proses Pembelajaran IPA di Kelas VC SDIP H. Soebandi (SD Swasta)

Penelitian yang dilakukan di kelas VC SDIP H. Soebandi sebagai kelompok eksperimen dari SD swasta dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu 2x35 menit tiap pertemuannya. Perincian dari proses pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(7)

a. Topik pembelajaran

Topik yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi mengenai jenis-jenis tanah yang didasarkan pada Standar Kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dan Kompetensi Dasar 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah. Sedangkan indikator pencapaian kompetensinya adalah mengidentifikasi bahan penyusun/komposisi tanah, menyebutkan jenis-jenis tanah, mencirikan jenis-jenis tanah, membandingkan ciri-ciri masing-masing jenis tanah, dan memberi contoh kegunaan dari berbagai jenis tanah.

b. Pertemuan 1

Pertemuan 1 dilaksanakan pada Selasa, 7 April 2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit yang diikuti oleh seluruh siswa kelas VC yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 10 laki-laki dan 10 perempuan. Proses pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan yang meliputi salam, presensi, pemberian soal pretest, apersepsi, dan penyampaian tujuan pembelajaran serta KKM yang harus dicapai.

Dilanjutkan dengan kegiatan inti proses pembelajaran menggunakan perlakuan model Group Investigation yang terdiri dari sintagmatik yaitu penyajian masalah/situasi rumit yang disampaikan melalui demonstrasi percobaan mengenai bahan penyusun tanah, eksplorasi reaksi melalui kesempatan siswa untuk bertanya tentang demonstrasi percobaan yang sudah dilakukan, perumusan tugas melalui penyampaian pertanyaan dari siswa yang diarahkan pada apa saja jenis-jenis tanah dan bagaimana ciri-cirinya, kemandirian dan kelompok belajar yang diwujudkan dalam pembagian kelompok berdasarkan minat serta pelaksanaan investigasi mengenai ciri-ciri jenis tanah melalui percobaan yang dilakukan masing-masing kelompok.

(8)

c. Pertemuan 2

Pertemuan 2 dilaksanakan pada Sabtu, 11 April 2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit yang diikuti oleh siswa kelas VC berjumlah 19 siswa karena ada 1 siswa perempuan yang ijin, terdiri dari 10 laki-laki dan 9 perempuan. Proses pembelajaran diawali dengan mengingatkan materi yang sebelumnya telah disampaikan yaitu percobaan tentang jenis-jenis tanah. Kemudian dilanjutkan dengan sintagmatik dari model Group Investigation yang belum dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaitu analisis perkembangan dan proses melalui kegiatan masing-masing kelompok yang mempresentasikan hasil investigasinya, dan mendaur ulang aktivitas dengan melaksanakan diskusi kelas untuk menganalisis proses penelitian yang sudah dilakukan.

Kegiatan selanjutnya adalah konfirmasi berupa ulasan singkat dari guru dan kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari dengan melibatkan siswa. Proses pembelajaran diakhiri dengan kegiatan penutup berupa refleksi dan pemberian soal posttest untuk mengukur hasil belajar.

(9)

4.1.1.4Tingkat Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VC SDIP H. Soebandi (SD swasta)

Tingkat hasil belajar ini berisi pemaparan statistik deskriptif dari hasil pretest dan posttest yang terdiri dari rata-rata nilai (mean), nilai tertinggi (max),

nilai terendah (min), standar deviasi, distribusi frekuensi dan penyajiannya dalam bentuk grafik.

Tabel 14

Statistik Deskriptif Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen SDIP H. Soebandi (SD swasta)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Nilai Pre-test 20 40,00 100,00 72,0000 14,15701

Nilai Post-test 19 60,00 100,00 79,7368 11,41073

Valid N (listwise) 19

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen (nilai pretest) sebelum proses pembelajaran dengan perlakuan model Group Investigation sebesar 72 dengan standar deviasi 14,15701. Sedangkan

setelah diberikan proses pembelajaran dengan perlakuan model Group Investigation didapatkan nilai rata-rata (nilai posttest) meningkat menjadi 79,74

dengan standar deviasi 11,41073. Hal lain yang tampak adalah nilai tertinggi yang dicapai pada pretest adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 40. Sedangkan pada posttest nilai tertinggi yang berhasil dicapai adalah 100 dan nilai terendahnya

adalah 60. Jumlah siswa yang mengikuti pretest adalah 20 siswa sedangkan posttest sebanyak 19 siswa.

(10)

didapatkan dari hasil rentang (skor maksimal-skor minimal) dibagi jumlah kelas

yaitu 12. Untuk melihat hasil distribusi frekuensi nilai pretest dan

posttest kelompok eksperimen SDIP H. Soebandi (SD swasta) dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 15

Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen SDIP H. Soebandi (SD swasta)

No.

Kelas Kelas Interval

Nilai Pre-Test Nilai Post-Test Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

1. 40 – 52 1 5% 0 0%

2. 52,5 – 64,5 4 20% 1 5%

3. 65 – 77 8 40% 6 32%

4. 77,5 – 89,5 6 30% 8 42%

5. 90 - 100 1 5% 4 21%

Jumlah 20 100% 19 100%

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa pada nilai pretest terdapat 1 siswa yang mendapatkan nilai antara 40–52 dengan persentase 5%, 4 siswa yang mendapatkan nilai antara 52,5–64,5 dengan persentase 20%, 8 siswa mendapatkan nilai antara 65–77 dengan persentase 40%, 6 siswa mendapatkan nilai antara 77,5–89,5 dengan persentase 30%, dan 1 siswa mendapatkan nilai antara 90–100 dengan persentase 5%.

(11)

Gambar 7

Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen SDIP H. Soebandi (SD swasta)

4.1.2 Hasil Penelitian pada Implementasi Pembelajaran dengan Model Inquiry sebagai Kelompok Kontrol

Hasil penelitian ini memapaparkan mengenai hasil observasi proses pembelajaran dan tingkat hasil belajar IPA yang dicapai menggunakan perlakuan model pembelajaran Inquiry pada kelompok kontrol di kelas V SD Negeri Samban 01 (SD Negeri Imbas) dan kelas VB SDIP H. Soebandi (SD swasta).

4.1.2.1Hasil Observasi Proses Pembelajaran IPA di Kelas V SD Negeri Samban 01 (SD Negeri Imbas)

(12)

a. Topik pembelajaran

Topik yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi mengenai jenis-jenis tanah yang didasarkan pada Standar Kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dan Kompetensi Dasar 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah. Sedangkan indikator pencapaian kompetensinya adalah mengidentifikasi bahan penyusun/komposisi tanah, menyebutkan jenis-jenis tanah, mencirikan jenis-jenis tanah, membandingkan ciri-ciri masing-masing jenis tanah, dan memberi contoh kegunaan dari berbagai jenis tanah.

b. Pertemuan 1

Pertemuan 1 dilaksanakan pada Kamis, 5 Maret 2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit yang diikuti siswa kelas V dengan jumlah 32 siswa terdiri dari 18 laki-laki dan 14 perempuan. Proses pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan yang meliputi salam, presensi kehadiran siswa, pemberian soal pretest, apersepsi dan penyampaian tujuan pembelajaran serta KKM yang harus

dicapai.

Dilanjutkan kegiatan inti proses pembelajaran dengan menggunakan perlakuan model Inquiry yang terdiri dari sintagmatik yaitu pertama, orientasi masalah yang disampaikan melalui demonstrasi percobaan mengenai komposisi penyusun tanah, kemudian siswa dipancing untuk bertanya mengenai jenis-jenis tanah berdasarkan percobaan tersebut. Sintagmatik kedua yaitu verifikasi pengumpulan data yang diawali dengan pembentukan kelompok dan penyusunan hipotesis/dugaan sementara mengenai ciri-ciri dari berbagai jenis tanah oleh masing-masing kelompok. Selain itu siswa juga diberi kesempatan terhadap hipotesis yang mereka buat dengan catatan pertanyaan hanya bisa dijawab ya atau tidak.

(13)

diperoleh melalui percobaan, kemudian menyimpulkan dan menyusunnya dalam bentuk laporan sederhana. Presentasi dilakukan pada pertemuan selanjutnya. c. Pertemuan 2

Pertemuan 2 dilaksanakan pada Sabtu, 7 Maret 2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit yang diikuti oleh siswa kelas V dengan jumlah 32 siswa terdiri dari 18 laki-laki dan 14 perempuan. Proses pembelajaran diawali kegiatan pendahuluan yang meliputi salam, presensi, dan apersepsi dengan mengingatkan percobaan yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya yaitu mengenai jenis-jenis tanah.

Setelah itu kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan melaksanakan sintagmatik dari model Inquiry yang belum dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaitu analisis proses penelitian. Dalam sintagmatik tersebut masing-masing perwakilan kelompok maju untuk mempresentasikan hasil laporan yang telah dibuat, sementara kelompok lain menanggapi. Dengan melibatkan guru siswa melakukan diskusi kelas untuk menganalisis proses penelitian yang sudah dilakukan untuk mengetahui bagian mana yang masih menjadi siswa dalam melakukannya.

Dilanjutkan kegiatan konfirmasi berupa ulasan singkat dari guru dan kesimpulan. Proses pembelajaran diakhiri dengan tanya jawab dan pemberian soal posttest untuk mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi yang diharapkan.

(14)

4.1.2.2Tingkat Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Samban 01 (SD Negeri Imbas

Tingkat hasil belajar ini berisi mengenai pemaparan statistik deskriptif dari hasil pretest dan posttest yang terdiri dari rata-rata nilai (mean), nilai tertinggi (max), nilai terendah (min), standar deviasi, distribusi frekuensi dan penyajiannya dalam bentuk grafik.

Tabel 16

Statistik Deskriptif Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol SD Negeri Samban 01 (SD Negeri Imbas)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Nilai Pre-test 32 26,00 100,00 66,6875 15,18156

Nilai Post-test 32 46,00 100,00 74,5938 12,68441

Valid N (listwise) 32

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas kontrol (nilai pretest) sebelum proses pembelajaran dengan perlakuan model Inquiry sebesar 66,69 dengan standar deviasi 15,18156. Sedangkan setelah diberikan proses pembelajaran dengan perlakuan model Inquiry didapatkan nilai rata-rata (nilai posttest) meningkat menjadi 74,59 dengan standar deviasi 12,68441. Hal lain yang tampak adalah nilai tertinggi yang dicapai pada pretest adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 26. Sedangkan pada posttest nilai tertinggi yang berhasil dicapai adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 46. Jumlah siswa yang mengikuti pretest dan posttest sebanyak 32 siswa.

(15)

yaitu 12,3. Untuk melihat hasil distribusi frekuensi nilai pretest dan

posttest kelompok kontrol SD Negeri Samban 01 (SD Imbas) dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 17

Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol SD Negeri Samban 01 (SD Negeri Imbas)

No.

Kelas Kelas Interval

Nilai Pretest Nilai Posttest Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

1. 26 – 38,3 2 6% 0 0%

2. 38,4 – 50,7 1 3% 1 3%

3. 50,8 – 63,1 5 16% 3 9%

4. 63,2 – 75,5 17 53% 12 38%

5. 75,6 – 87,9 6 19% 11 34%

6. 88 - 100 1 3% 5 16%

Jumlah 32 100% 26 100%

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa pada nilai pretest terdapat 2 siswa yang mendapatkan nilai antara 26–38,3 dengan persentase 6%, 1 siswa yang mendapatkan nilai antara 38,4–50,7 dengan persentase 3%, 5 siswa mendapatkan nilai antara 50,8–63,1 dengan persentase 16%, 17 siswa mendapatkan nilai antara 63,2–75,5 dengan persentase 53%, 6 siswa mendapatkan nilai antara 75,6–87,9 dengan persentase 19%, dan 1 siswa mendapatkan nilai antara 88–100 dengan persentase 3%.

(16)

Gambar 8

Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol SD Negeri Samban 01 (SD Negeri Imbas)

4.1.2.3Hasil Observasi Proses Pembelajaran IPA di Kelas VB SDIP H. Soebandi (SD Swasta)

Penelitian yang dilakukan di kelas VB SDIP H. Soebandi sebagai kelompok kontrol dari SD swasta dilaksanakan dalam 2 pertemuan dengan alokasi waktu 2x35 menit tiap pertemuannya. Perincian dari proses pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Topik pembelajaran

Topik yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi mengenai jenis-jenis tanah yang didasarkan pada Standar Kompetensi 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dan Kompetensi Dasar 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah. Sedangkan indikator pencapaian kompetensinya adalah mengidentifikasi bahan penyusun/komposisi tanah, menyebutkan jenis-jenis tanah, mencirikan jenis-jenis tanah,

(17)

membandingkan ciri-ciri masing-masing jenis tanah, dan memberi contoh kegunaan dari berbagai jenis tanah.

b. Pertemuan 1

Pertemuan 1 dilaksanakan pada Selasa, 24 Maret 2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit yang diikuti oleh siswa kelas VB dengan jumlah 20 siswa terdiri dari 12 laki-laki dan 8 perempuan, karena ada 1 siswa perempuan yang tidak masuk. Proses pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan yang meliputi salam, presensi, pemberian soal pretest, apersepsi, dan penyampaian tujuan pembelajaran serta KKM yang harus dicapai.

Dilanjutkan kegiatan inti proses pembelajaran dengan menggunakan perlakuan model Inquiry yang terdiri dari sintagmatik yaitu pertama, orientasi masalah yang disampaikan melalui demonstrasi percobaan mengenai komposisi penyusun tanah, kemudian siswa dipancing untuk bertanya mengenai jenis-jenis tanah berdasarkan percobaan tersebut. Sintagmatik kedua yaitu verifikasi pengumpulan data yang diawali dengan pembentukan kelompok dan penyusunan hipotesis/dugaan sementara mengenai ciri-ciri dari berbagai jenis tanah oleh masing-masing kelompok. Selain itu siswa juga diberi kesempatan terhadap hipotesis yang mereka buat dengan catatan pertanyaan hanya bisa dijawab ya atau tidak.

Sintagmatik ketiga yaitu eksperimentasi pengumpulan data melalui percobaan tentang berbagai macam jenis tanah yang dilakukan oleh tiap-tiap kelompok untuk menguji hipotesis yang telah dibuat. Sintagmatik selanjutnya adalah pengolahan dan perumusan penjelasan yaitu dengan mengolah data yang diperoleh melalui percobaan, kemudian menyimpulkan dan menyusunnya dalam bentuk laporan sederhana. Presentasi dilakukan pada pertemuan selanjutnya. c. Pertemuan 2

(18)

mengingatkan percobaan yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya yaitu mengenai jenis-jenis tanah.

Setelah itu kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan melaksanakan sintagmatik dari model Inquiry yang belum dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaitu analisis proses penelitian. Dalam sintagmatik tersebut masing-masing perwakilan kelompok maju untuk mempresentasikan hasil laporan yang telah dibuat, sementara kelompok lain menanggapi. Dengan melibatkan guru siswa melakukan diskusi kelas untuk menganalisis proses penelitian yang sudah dilakukan untuk mengetahui bagian mana yang masih menjadi siswa dalam melakukannya.

Dilanjutkan kegiatan konfirmasi berupa ulasan singkat dari guru dan kesimpulan. Proses pembelajaran diakhiri dengan tanya jawab dan pemberian soal posttest untuk mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi yang diharapkan.

Berdasarkan hasil observasi, tingkat keterlaksanaan pengajar dalam melaksanakan sintak model Inquiry pada pembelajaran IPA di kelas VB SDIP H. Soebandi mencapai 87% dari 22 poin kegiatan. Terdapat 3 poin kegiatan yang belum terlaksana yaitu kegiatan guru memberi kesempatan siswa bertanya dengan jawaban terbatas kata ya atau tidak ( sintak verifikasi pengumpulan data), kegiatan guru memberikan umpan balik dan reward (sintak analisis proses penelitian), dan kegiatan guru bersama siswa mengoreksi hasil pekerjaan mengerjakan soal evaluasi. Keterangan lebih lanjut mengenai hasil observasi pembelajaran dapat dilihat pada lampiran.

4.1.2.4Tingkat Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VB SDIP H. Soebandi (SD swasta)

(19)

Tabel 18

Statistik Deskriptif Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol SDIP H. Soebandi (SD swasta)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Nilai Pretest 20 53,00 93,00 74,9500 10,99988

Nilai Posttest 21 53,00 93,00 82,7143 10,87724

Valid N (listwise) 20

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas kontrol (nilai pretest) sebelum proses pembelajaran dengan perlakuan model Inquiry sebesar 74,95 dengan standar deviasi 10,99988. Sedangkan setelah diberikan proses pembelajaran dengan perlakuan model Inquiry didapatkan nilai rata-rata (nilai posttest) meningkat menjadi 82,71 dengan standar deviasi 10,87724. Hal lain yang tampak adalah nilai tertinggi yang dicapai pada pretest dan posttest adalah 93 dan nilai terendahnya adalah 53. Jumlah siswa yang mengikuti pretest adalah 20 siswa sedangkan posttest sebanyak 21 siswa.

Jumlah data yang disajikan cukup banyak, sehingga data disusun menggunakan tabel distribusi frekuensi agar penyajiannya lebih efisien dan komunikatif. Penyajian tabel distribusi frekuensi menggunakan kelas interval yang diperoleh dari selisih skor maksimal dikurangi skor minimal dibagi jumlah kelas. Dalam menentukan jumlah kelas, menggunakan rumus Sturges (Sugiyono, 2013:35) yaitu K= 1 + 3,3 log n. K merupakan jumlah kelas dan n adalah banyaknya data/siswa. Dengan rumus tersebut maka diperoleh K = 1+ 3,3 log 20 = 1+3,3 . 1,3 = 5,29 atau dibulatkan menjadi 5. Sedangkan interval kelas didapatkan dari hasil rentang (skor maksimal-skor minimal) dibagi jumlah kelas yaitu 8. Untuk melihat hasil distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest

(20)

Tabel 19

Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol SDIP H. Soebandi (SD swasta)

No.

Kelas Kelas Interval

Nilai Pretest Nilai Posttest Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

1. 53 – 61 3 15% 1 5%

2. 61,5 – 69,5 4 20% 2 9%

3. 70 – 78 3 15% 2 9%

4. 78,5 – 86,5 9 45% 10 48%

5. 87 - 95 1 5% 6 29%

Jumlah 20 100% 21 100%

Dari tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa pada nilai pretest terdapat 3 siswa yang mendapatkan nilai antara 53–61 dengan persentase 15%, 4 siswa yang mendapatkan nilai antara 61,5–69,5 dengan persentase 20%, 3 siswa mendapatkan nilai antara 70–78 dengan persentase 15%, 9 siswa mendapatkan nilai antara 78,5–86,5 dengan persentase 45%, dan 1 siswa mendapatkan nilai antara 87–95 dengan persentase 5%.

(21)

Gambar 9

Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol SDIP H. Soebandi (SD swasta)

4.1.3 Deskripsi Komparasi Hasil Pengukuran

Deskripsi komparasi ini memaparkan perbandingan hasil pengukuran dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing SD (SD imbas dan swasta) berdasarkan nilai pretest dan posttest. Deskripsi tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan grafik sebagai berikut.

Tabel 20

Tabel Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol SD Negeri Imbas Gugus Maruto

Tahap pengukuran Rerata skor (mean) kelompok Keterangan selisih skor Eksperimen Kontrol

Awal 60,42 66,69 6,27

Akhir 71,38 74,59 3,21

Gain score 10,96 7,9

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata tahap pengukuran awal yang ditunjukkan oleh adanya selisih skor

(22)

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 6,27 dimana nilai rata-rata kelompok kontrol lebih unggul. Sedangkan pada tahap pengukuran akhir juga terdapat perbedaan nilai rata-rata yang ditunjukkan adanya selisih skor antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 3,21 dimana nilai rata-rata kelompok kontrol lebih unggul.

Apabila dilihat dari hasil pengukuran pada tahap awal dan akhir, maka dapat diketahui gain score yang diperoleh yaitu sebesar 10,96 untuk kelompok eksperimen dan 7,9 untuk kelompok kontrol. Secara ringkas deskripsi komparasi hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 10

Grafik Deskripsi Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol SD Negeri Imbas Gugus Maruto

Tabel 21

Tabel Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol SD Swasta Gugus Maruto

Tahap pengukuran Rerata skor (mean) kelompok Keterangan selisih skor

Komparasi Nilai

Pretest-Posttest

(23)

Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata tahap pengukuran awal yang ditunjukkan oleh adanya selisih skor antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 2,95 dimana nilai rata-rata kelompok kontrol lebih unggul. Sedangkan pada tahap pengukuran akhir juga terdapat perbedaan nilai rata-rata yang ditunjukkan adanya selisih skor antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 2,97 dimana nilai rata-rata kelompok kontrol lebih unggul.

Apabila dilihat dari hasil pengukuran pada tahap awal dan akhir, maka dapat diketahui gain score yang diperoleh yaitu sebesar 7,74 untuk kelompok eksperimen dan 7,76 untuk kelompok kontrol. Secara ringkas deskripsi komparasi hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 11

Grafik Deskripsi Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol SD Swasta (SDIP H. Soebandi) Gugus Maruto

0

Komparasi Nilai

Pretest-Posttest

tahap pengukuran awal

(24)

4.1.4 Hasil Uji Perbedaan Rerata Hasil Belajar Menggunakan Model Group Investigation dan Inquiry

Sub bab ini memapaparkan hasil uji perbedaan rerata hasil belajar antara kelompok kontrol dan eksperimen beserta teknik analisis data yang digunakan yaitu uji prasyarat dan uji hipotesis. Uji prasyarat terdiri atas uji normalitas dan homogenitas yang harus dipenuhi untuk mengetahui distribusi kenormalan data dan tingkat kesetaraan dari data yang akan diuji t (beda rata-rata). Pengujian normalitas dan homogenitas data dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS 21 for windows.

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah persebaran data berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dengan bantuan SPSS 21 for windows yaitu dengan cara klik analyze-nonparametric tests-1 sample

KS-masukan variabel pada jendela variabel-klik normal pada test distribution-ok. Pengujian normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dengan ketentuan data dikatakan berdistribusi normal jika nilai probabilitas/signifikansi > 0,05. Hasil dari uji normalitas data-data yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 22

Hasil uji Normalitas Nilai Pretest-Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen SD Negeri Imbas

15,18156 15,44066 12,68441 11,68615

(25)

Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa nilai asymp. Sig. (2-tailed) hasil pretest-posttest kelompok kontrol adalah 0,064 dan 0,669. Sedangkan hasil pretest-posttest kelompok eksperimen adalah 0,250 dan 0,386. Karena nilai signifikansi/probabilitas data-data tersebut > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa persebaran data hasil pretest-posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen SD Negeri Imbas berdistribusi normal. Di bawah ini disajikan grafik normalitas hasil pretest-posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen SD Negeri Imbas.

Gambar 12

(26)

Gambar 13

Grafik Uji Normalitas Hasil Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen SD Negeri Imbas (SD Negeri Samban 02)

Setelah dilakukan pengujian normalitas terhadap data pretest-posttest kelompok kontrol dan eksperimen dari SD Negeri Imbas (SD Negeri Samban 01 dan Samban 02), kemudian dilanjutkan dengan pengujian normalitas data pretest-posttest kelompok kontrol dan eksperimen dari SD Swasta yaitu SDIP H.

Soebandi. Berikut hasil uji normalitas data nilai pretest-posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen SD Swasta.

Tabel 23

Hasil uji Normalitas Nilai Pretest-Postest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen SD Swasta (SDIP H. Soebandi)

pretest

10,99988 14,15701 10,87724 11,41073

(27)

Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa nilai asymp. Sig. (2-tailed) hasil pretest-posttest kelompok kontrol adalah 0,559 dan 0,065. Sedangkan hasil pretest-posttest kelompok eksperimen adalah 0,549 dan 0,606. Karena nilai signifikansi/probabilitas data pretest-posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tersebut > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa persebaran data hasil pretest-posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol SD Swasta

berdistribusi normal. Di bawah ini disajikan grafik normalitas hasil pretest-posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen SD Swasta.

Gambar 14

(28)

Gambar 15

Grafik Uji Normalitas Hasil Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen SD Swasta (SDIP H. Soebandi)

Persyaratan uji normalitas berupa distribusi kenormalan data telah terpenuhi, kemudian dilanjutkan syarat kedua yaitu syarat homogenitas atau tingkat kesetaraan data dengan melakukan uji homogenitas menggunakan Levene Test dengan ketentuan apabila nilai probabilitas/signifikansi > 0.05 maka dapat

dikatakan bahwa data kelompok kontrol dan eksperimen memiliki varian yang sama atau dengan kata lain data homogen. Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 21 for windows yang langkah-langkahnya adalah masukkan data-analyze-descriptive statistic-explore-masukkan variabel X2 (nilai pretest) dan X3 (nilai posttest) ke dependent list dan X1 ke factor-klik tombol plots hingga muncul kotak dialog explore:plots-klik power estimation-continue-pada tombol display pilih both-ok. Hasil dari uji homogenitas data

(29)

Tabel 24

Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest-Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen SD Negeri Imbas

Levene Statistic df1 df2 Sig.

nilai pretest

Based on Mean ,011 1 56 ,916

Based on Median ,018 1 56 ,894

Based on Median and with adjusted df

,018 1 55,976 ,894

Based on trimmed mean ,007 1 56 ,936

nilai posttest

Based on Mean ,244 1 56 ,623

Based on Median ,136 1 56 ,714

Based on Median and with adjusted df

,136 1 55,598 ,714

Based on trimmed mean ,257 1 56 ,614

Berdasarkan tabel 4.13 di atas diketahui bahwa hasil output test of homogeneity of variance nilai pretest menunjukkan angka signifikansi yang ada

adalah untuk probabilitas based on mean = 0,916, untuk based on median = 0,894, probabilitas based on median ang with adjusted df = 0,894 dan probabilitas based on trimmed mean = 0,936. Sehingga dapat dikatakan bahwa data nilai pretest

kelompok kontrol dan eksperimen SD Negeri Imbas memiliki varian yang sama atau homogen, karena nilai probabilitas data > 0,05.

Nilai posttestnya menunjukkan bahwa angka signifikansi yang diperoleh adalah untuk probabilitas based on mean = 0,623 , untuk based on median = 0,714 , probabilitas based on median ang with adjusted df = 0,714 dan probabilitas based on trimmed mean = 0,614. Karena nilai probabilitas data > 0,05 maka dapat

dikatakan bahwa data nilai posttest kelompok kontrol dan eksperimen SD Negeri Imbas memiliki varian yang sama atau homogen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data nilai pretest-posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen SD Negeri Imbas memiliki varian yang sama atau homogen.

(30)

Tabel 25

Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest-Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen SD Swasta (SDIP H. Soebandi)

Levene Statistic df1 df2 Sig.

nilai pretest

Based on Mean ,287 1 37 ,595

Based on Median ,102 1 37 ,751

Based on Median and with adjusted df

,102 1 29,456 ,751

Based on trimmed mean ,268 1 37 ,608

Berdasarkan tabel 4.14 di atas diketahui bahwa hasil output test of homogeneity of variance nilai pretest menunjukkan angka signifikansi yang ada

adalah untuk probabilitas based on mean = 0,595, untuk based on median = 0,751 , probabilitas based on median ang with adjusted df = 0,751 dan probabilitas based on trimmed mean = 0,608. Sehingga dapat dikatakan bahwa data nilai

pretest kelompok kontrol dan eksperimen SD Negeri Swasta memiliki varian yang sama atau homogen, karena nilai probabilitas data > 0,05.

Nilai posttestnya menunjukkan bahwa angka signifikansi yang diperoleh adalah untuk probabilitas based on mean = 0,942 , untuk based on median = 0,644 , probabilitas based on median ang with adjusted df = 0644 dan probabilitas based on trimmed mean = 0,822. Karena nilai probabilitas data > 0,05 maka dapat

dikatakan bahwa data nilai posttest kelompok kontrol dan eksperimen SD Negeri Swasta memiliki varian yang sama atau homogen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data nilai pretest-posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen SD Negeri Swasta memiliki varian yang sama atau homogen.

nilai posttest

Based on Mean ,005 1 38 ,942

Based on Median ,218 1 38 ,644

Based on Median and with adjusted df

,218 1 37,165 ,644

(31)

Berdasarkan hasil dari uji normalitas yang menunjukkan bahwa persebaran data posttest berdistribusi normal dan uji homogenitas yang menunjukkan bahwa data posttest kelompok kontrol dan eksperimen homogen, maka dengan demikian uji prasyarat telah terpenuhi sehingga data posttest tersebut dapat dikenakan uji t (uji beda rata-rata) sebagai acuan untuk menguji hipotesis yaitu ada/tidak perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan Inquiry pada siswa kelas V SD Gugus Maruto Bawen. Di bawah ini disajikan hasil uji t (uji beda rata-rata) kelompok eksperimen dan kelompok kontrol SD Gugus Maruto.

Tabel 26

Hasil Uji t Nilai Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol SD Gugus Maruto

Analisis uji beda independent sample test menggunakan equal variances assumed (asumsi varian sama). Dari tabel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa nilai t

(32)

terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen SD Gugus Maruto.

Analisis uji t (uji beda rata-rata) tidak hanya dikenakan pada nilai posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol saja, tetapi uji t juga dikenakan pada nilai gain score yang diperoleh dari selisih nilai posttest-pretest masing-masing siswa dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hal ini dilakukan agar hasil uji t tersebut dapat menggambarkan pengaruh dari proses pembelajaran yang telah diberi perlakuan. Berikut hasil dari uji t yang dikenakan pada nilai gain score kelompok eksperimen dan kelompok kontrol SD Gugus Maruto.

Tabel 27

Hasil Uji t Nilai Gain Score Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol SD Gugus Maruto

Analisis uji beda independent sample test menggunakan equal variances assumed (asumsi varian sama). Dari tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa nilai

(33)

4.1.5 Hasil Uji Hipotesis

Hasil uji t (uji beda rata-rata) terhadap nilai posttest dan gain score kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dijadikan acuan untuk menguji hipotesis. Hipotesis yang telah dirumuskan adalah sebagai berikut.

1. H0: Tidak ada perbedaan hasil belajar yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan Inquiry ditinjau dari hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Maruto Bawen.

2. Ha: Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan dalam penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan Inquiry ditinjau dari belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Maruto Bawen.

Berdasarkan uji t (uji beda rata-rata) yang telah dilakukan terhadap nilai posttest dan gain score kelompok kontrol dan eksperimen SD Gugus Maruto

diperoleh hasil yaitu nilai t hitung -1,182 dan t tabel 1,985 dengan signifikansi/probabilitas 0,240 yang dikenakan pada nilai posttest, sedangkan nilai t hitung 0,468 dan t tabel 1,985 dengan signifikansi/probabilitas 0,641 yang dikenakan pada nilai gain score. Karena angka signifikansi/probabilitas dari hasil uji t yang dikenakan pada nilai posttest maupun gain score menunjukkan nilainya > 0,05 dan nilai t hitung < t tabel maka H0 diterima yaitu tidak ada perbedaan hasil belajar yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan Inquiry ditinjau dari hasil belajar IPA siswa kelas V SD

Gugus Maruto Bawen.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

(34)

Investigation diberikan kepada kelompok eksperimen, sedangkan perlakuan

dengan menggunakan model Inquiry diberikan kepada kelompok kontrol.

Model Group Investigation dan Inquiry dipilih sebagai perlakuan/treatmen untuk membandingkan keefektifan hasil belajar IPA karena kedua model tersebut memiliki substansi karakteristik yang sama dengan karakteristik pembelajaran IPA yaitu mengandung unsur penemuan. Selain itu kedua model tersebut juga dapat diterapkan secara kooperatif khususnya model Group Investigation yang pada dasarnya memiliki karakteristik kooperatif. Hal ini tentunya sangat mendukung karakteristik siswa SD yang suka berkelompok.

Model Group Investigation dan Inquiry juga memiliki kelebihan yang relatif sama yaitu salah satunya siswa menjadi mandiri dalam mencari informasi tentang materi yang dipelajari sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pembelajaran bermakna tersebut yang nantinya akan membawa perubahan tingkah laku jangka panjang dalam diri siswa sebagai hasil dari belajarnya.

Meskipun memiliki karakteristik yang relatif sama, namun antara model Group Investigation dan Inquiry memiliki sintak yang berbeda dalam

pelaksanaannya. Model Group Investigation memiliki 6 sintak sedangkan model Inquiry memiliki 5 sintak. Berikut akan dipaparkan secara singkat perbedaan

sintak dari kedua model untuk selanjutnya dijadikan sebagai evaluasi terhadap hasil penelitian.

Sintak pertama model pembelajaran GI adalah penyajian masalah, sedangkan model Inquiry adalah orientasi masalah. Dalam sintak pertama tersebut terdapat tindakan/kegiatan yang sama dari kedua model yaitu kegiatan guru melakukan demonstrasi percobaan mengenai komposisi penyusun tanah. Perbedaannya terletak pada jumlah kegiatan yang dilakukan pada sintak pertama tersebut.

(35)

pengetahuan siswa dengan bertanya, guru memberi penjelasan singkat tentang bahan penyusun tanah, dan guru bertanya pada siswa mengenai jenis-jenis tanah berdasarkan percobaan. Dari perbedaan tersebut dapat dilihat bahwa sintak orientasi masalah pada model Inquiry memiliki cakupan kegiatan yang lebih luas.

Sintak kedua dari model GI adalah eksplorasi reaksi dan dari model Inquiry adalah verifikasi pengumpulan data. Dalam sintak kedua tersebut,

masing-masing model memiliki kegiatan yang berbeda. Pada sintak eksplorasi reaksi model Inquiry kegiatan yang dilakukan adalah guru mengelompokkan siswa dengan anggota 4-5 orang tiap kelompoknya, guru memberikan penjelasan mengenai langkah kerja yang harus dilakukan, siswa diminta untuk membuat hipotesis sebelum melakukan percobaan, dan siswa diberikan kesempatan bertanya dengan jawaban terbatas pada kata ya atau tidak. Sedangkan dalam sintak eksplorasi model GI kegiatan yang dilakukan adalah guru menggali pengetahuan siswa dengan bertanya pada siswa tentang hasil pengamatan dari percobaan yang didemonstrasikan guru. Kegiatan tersebut pada model Inquiry telah dilakukan dalam sintak pertama yaitu sintak orientasi masalah.

Sintak ketiga dari model GI yaitu perumusan tugas, sedangkan pada model Inquiry adalah eksperimentasi pengumpulan data. Pada sintak perumusan tugas

model GI kegiatan yang dilakukan adalah guru memberikan penjelasan singkat tentang bahan penyusun tanah dan siswa bertanya mengenai jenis-jenis tanah berdasarkan percobaan yang telah didemonstrasikan. Kegiatan tersebut pada model Inquiry telah dilakukan dalam sintak pertama yaitu orientasi masalah. Sedangkan pada sintak eksperimentasi pengumpulan data model Inquiry kegiatan yang dilakukan adalah guru membimbing siswa melakukan percobaan untuk menguji hipotesis. Berdasarkan sintak kedua dan ketiga tersebut, dapat dilihat bahwa kegiatan yang terdapat dalam model Inquiry lebih variatif, meskipun pada dasarnya memiliki substansi yang sama.

(36)

kelompoknya, guru memberikan alat dan bahan percobaan serta menjelaskan langkah kerjanya, dan siswa bekerja dalam kelompok untuk menginvestigasi ciri-ciri berbagai jenis tanah. Sedangkan pada sintak pengolahan dan perumusan data model Inquiry kegiatan yang dilakukan adalah guru membimbing siswa mengolah data, menyimpulkan dan menyusun laporan sederhana. Dalam sintak keempat ini terlihat bahwa kegiatan yang dilakukan dalam model Inquiry selangkah lebih cepat, kemungkinan hal itu disebabkan model Inquiry hanya memiliki 5 sintak.

Sintak kelima dari model GI adalah analisis perkembangan dan proses, sedangkan pada model Inquiry adalah analisis proses penelitian. Kegiatan yang dilakukan pada sintak analisis perkembangan dan proses model GI adalah masing-masing kelompok menyampaikan hasil investigasinya dan kelompok lain menanggapi. Sedangkan pada sintak analisis proses penelitian model Inquiry kegiatan yang dilakukan adalah guru membimbing siswa melakukan presentasi, guru bersama siswa melakukan diskusi kelas untuk menganalisis proses penelitian yang telah dilakukan, guru memberikan umpan balik dan reward, serta guru bersama siswa membuat kesimpulan dari hasil percobaan. Dalam sintak kelima ini kedua model memiliki substansi kegiatan yang sama yaitu kegiatan siswa dalam mengkomunikasikan hasil kerjanya melalui presentasi.

Model Group Investigation masih memiliki sintak yang keenam yaitu sintak mendaur ulang aktivitas. Pada sintak tersebut kegiatan yang dilakukan adalah guru bersama siswa melakukan diskusi kelas untuk menganalisis proses penelitian yang sudah dilakukan dengan menanyakan bagian pembelajaran mana yang masih menjadi kendala, guru memberikan umpan balik dan reward, serta guru bersama siswa membuat kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan. Kegiatan tersebut juga dilakukan dalam sintak terakhir model Inquiry yaitu sintak analisis proses penelitian.

(37)

perbedaan yang mendasar yaitu bahwa model Group Investigation lebih menekankan unsur demokratis dalam pelaksanaanya, misalnya pada kegiatan pemilihan kelompok (sintak kemandirian dan kelompok belajar), siswa dapat memilih anggota kelompoknya sesuai kehendak hatinya dan juga pada kegiatan pemilihan jenis percobaan yang akan dilakukan yaitu disesuaikan dengan minat siswa dalam kelompok. Selain itu perbedaan juga terlihat dari kompleksitas sintak dimana sintak dari model Inquiry lebih kompleks dan variatif.

Berdasarkan hasil observasi yang juga dilakukan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran dengan diberikan perlakuan model Group Investigation dan Inquiry tersebut, tampak keaktifan siswa untuk mengikuti pembelajaran mulai

muncul. Hal ini ditandai dengan ketertarikan siswa untuk memperhatikan ketika guru melakukan kegiatan demonstrasi tentang komposisi penyusun tanah. Karena kegiatan demonstrasi tersebut sama-sama dilakukan pada model Group Investigation dan Inquiry sebagai bagian dari sintak pertama, maka perbedaan

respon siswa dalam mengikuti pembelajaran tidak nampak.

Perbedaan respon siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan perlakuan model Group Investigation dan Inquiry ditampakkan melalui kegiatan percobaan mengenai ciri-ciri masing-masing jenis tanah. Dalam model Group Investigation, kegiatan tersebut dilaksanakan pada sintak kemandirian dan kelompok belajar. siswa bekerja dalam kelompok dengan hanya melakukan percobaan tentang ciri-ciri dari satu jenis tanah sesuai minat mereka. Hal ini membuat siswa kurang antusias karena mereka tidak dapat membandingkan ciri-ciri dari masing-masing jenis tanah secara langsung, mereka hanya mendapatkan pengetahuan mengenai ciri-ciri berbagai jenis tanah melalui presentasi kelompok lain.

(38)

perlakuan model Inquiry lebih tinggi daripada nilai rata-rata siswa kelompok eksperimen yang diberi perlakuan model Group Investigation.

Ketercapaian guru dalam melaksanakan sintak dari kedua model juga berbeda. Ketercapaian guru dalam melaksanakan model Group Investigation pada kelompok eksperimen di SD Negeri Imbas mencapai 90% dan di SD Swasta mencapai 79% dari 19 poin kegiatan. Kegiatan yang tidak terlaksana adalah kegiatan siswa bertanya setelah guru melakukan demonstrasi percobaan yang merupakan bagian dari sintak perumusan masalah dan kegiatan guru bersama siswa melakukan diskusi kelas untuk menganalisis proses penelitian serta kegiatan guru memberikan umpan balik dan reward yang merupakan bagian dari sintak mendaur ulang aktivitas. Kegiatan lain diluar sintak yang tidak dilaksanakan dalam model ini adalah kegiatan guru bersama siswa mengoreksi hasil pekerjaan siswa mengerjakan soal evaluasi.

Ditinjau dari hasi observasi pada pelaksanaan proses pembelajaran dengan perlakuan model Inquiry, didapatkan ketercapaian guru dalam melaksanakan sintak lebih tinggi yaitu mencapai 91% untuk SD Negeri Imbas dan 87% untuk SD Swasta dari 22 poin kegiatan. Kegiatan yang tidak terlaksana adalah kegiatan guru memberi kesempatan siswa bertanya dengan jawaban terbatas pada kata ya atau tidak yang merupakan bagian dari sintak verifikasi pengumpulan data dan kegiatan guru memberikan umpan balik dan reward yang merupakan bagian dari sintak analisis proses penelitian. Kegiatan lain diluar sintak yang tidak terlaksana adalah kegiatan guru bersama siswa mengoreksi hasil perkerjaan siswa mengerjakan soal evaluasi.

(39)

sehingga dihasilkan pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran bermakna tersebut diperoleh dari pengalaman belajar langsung yang dialami siswa yaitu melakukan percobaan untuk membandingkan ciri-ciri dari berbagai jenis tanah, yang juga memberikan dampak pada hasil posttest siswa yang mencapai kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu > 85%.

Indikator untuk mengetahui perbedaan keefektifan dari model pembelajaran Group Investigation dan Inquiry secara pasti diketahui melalui hasil uji t yang dikenakan pada nilai posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah diberikan perlakuan yang berbeda pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, kemudian dilakukan pengumpulan data untuk mengetahui perbedaan keefektifan dari model Group Investigation dan Inquiry. Pengumpulan data yang dimaksud adalah data hasil belajar IPA yang diukur menggunakan alat ukur tes (posttest) yang dilakukan setelah diberikan perlakuan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SD Gugus Maruto pada bulan Februari-April 2015, diperoleh nilai rata-rata posttest untuk kelompok eksperimen dari SD Negeri Imbas sebesar 71,38 sedangkan untuk kelompok kontrol sebesar 74,59. Tidak jauh berbeda, nilai rata-rata posttest untuk kelompok eksperimen dari SD Swasta sebesar 79,73 sedangkan untuk kelompok kontrol sebesar 82,71. Dalam pelaksanaan uji t hasil posttest kelompok eksperimen dari SD Negeri Imbas dan Swasta dijadikan satu, begitu pula dengan kelompok kontrol sehingga diperoleh nilai rata-rata dari kelompok eksperimen yaitu 74,91 dan kelompok kontrol 77,90. Hasil perolehan posttest tersebut selanjutnya dikenakan uji t untuk mengetahui ada/tidaknya perbedaan yang signifikan dari perlakuan kedua model tersebut.

(40)

Pelaksanaan uji t tidak hanya dikenakan pada nilai posttest saja, tetapi juga dikenakan pada nilai gain score yang diperoleh dari selisih nilai posttest-pretest. Hal ini dikarenakan ada anggapan bahwa nilai gain score lebih berarti untuk di uji t dari pada nilai posttest saja, karena nilai gain score menunjukkan hasil dari proses pembelajaran yang dilihat dari seberapa besar selisih nilai yang diperoleh pada tahap akhir-tahap awal. Sedangkan apabila hanya dikenakan pada nilai posttestnya saja dianggap kurang berarti karena bisa saja adanya perbedaan

disebabkan oleh faktor internal siswa seperti tingkat kecerdasan siswa dalam suatu sekolah memang tinggi.

Hasil uji t terhadap nilai gain score kelompok eksperimen dan kelompok kontrol SD Gugus Maruto menunjukkan t hitung sebesar 0,468 dan t tabel sebesar 1,985 dengan signifikansi/probabilitas 0,641. Karena nilai t hitung < t tabel (0,648 < 1,985) dan nilai signifikansi/probabilitas 0,641 > 0,05 maka H0 diterima. Sehingga dapat dilihat bahwa hasil uji t baik yang dikenakan pada nilai posttest maupun gain score menunjukkan bahwa H0 diterima.

H0 diterima, artinya tidak ada perbedaan hasil belajar yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan Inquiry ditinjau dari hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Maruto Bawen.

Karena tidak ada perbedaan yang signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa model Group Investigation dan Inquiry efektif digunakan dalam pembelajaran IPA di kelas V SD Gugus Maruto.Dikatakan efektif karena kelompok eksperimen dan kelompok kontrol telah mencapai kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 85% siswa tuntas dengan KKM 65. Hasil ketuntasan belajar kelompok eksperimen SD Gugus Maruto mencapai 87% dengan 6 siswa tidak mencapai KKM. Sedangkan untuk kelompok kontrol SD Gugus Maruto diperoleh hasil ketuntasan belajar mencapai 90% dengan 5 siswa tidak mencapai KKM.

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dina Maharani Arumsari (2013) yang menunjukkan bahwa model Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SD

(41)

sebesar 36%, setelah diterapkan model Group Investigation pada siklus I meningkat menjadi 72,73% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 100%. Nilai rata-rata yang diperoleh sebelum menerapkan model Group Investigation sebesar 62,86 dan setelah diterapkan model Group Investigation pada siklus I meningkat menjadi 78,40 sedangkan siklus II 85,22.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu Setyorini (2014) juga memperkuat hasil penelitian tentang keefektifan model GI. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP

Negeri 2 Kledung Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 yang dibuktikan dengan adanya perbedaan hasil belajar antara kedua kelas. Hasil posttest siswa kelas VIIA (dengan pembelajaran konvensional) diperoleh rata-rata hasil belajar matematika kelas 76,30. Sedangkan hasil posttest siswa kelas VIIB (dengan pembelajaran Group Investigation) diperoleh rata-rata hasil belajar matematika kelas 89,60.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan keefektifan model pembelajaran Group Investigation dan Inquiry, namun keduanya tetap efektif digunakan dalam pembelajaran IPA. Sehingga hasil penelitian tersebut tidak senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Karnawati (2013) yang menunjukkan bahwa model GI lebih efektif digunakan dengan adanya perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan GI. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil posttest siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

STAD diperoleh rata-rata hasil belajar siswa 58,75 yang berada dalam kategori

hampir cukup dengan standar deviasi 11,981. Sedangkan hasil posttest siswa yang diajar dengan menggunakan model GI diperoleh rata-rata hasil belajar siswa 68,85 yang berada dalam kategori lebih dari cukup dengan standar deviasi 7,659.

Ketidaksenadaan hasil penelitian juga berlaku pada penelitian yang dilakukan oleh Prih Utami (2012) yang menunjukkan bahwa model Group Investigation tidak lebih unggul dari model lain, karena terdapat perbedaan

(42)

dari hasil belajar matematika siswa, yaitu kelas VIID yang diajar menggunakan model pembelajaran NHT memperoleh nilai rata-rata kelas 68,735, sedangkan kelas VIIE yang diajar menggunakan model pembelajaran GI memperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 62,076. Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa model NHT memperoleh nilai rata-rata yang lebih tinggi.

Tidak hanya memperkuat atau menolak penelitian terdahulu tentang keefektifan dari model Group Investigation, hasil penelitian tersebut juga memperkuat penelitian tentang keefektifan model Inquiry yaitu penelitian yang dilakukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Suyono (2012) yang menunjukkan adanya pengaruh metode Inquiry dalam pembelajaran IPA terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Kajengan Kecamatan Todanan Kabupaten Blora Semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Siswa yang diajar menggunakan metode Inquiry memperoleh nilai rata-rata 82,38 sedangkan siswa yang diajar tidak menggunakan metode Inquiry memperoleh nilai rata-rata 74,34.

Hasil penelitian juga memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Prantalo (2012) yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pembelajaran Inquiry terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Manggisan Kecamatan Getasan Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 yang dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata posttest kelas eksperimen (diberi perlakuan model Inquiry) 82,13 dan kelas kontrol (tidak diberi perlakuan model Inquiry) 61,23.

Penelitian yang dilakukan oleh Yosi Widianto (2013) dengan judul

“Upaya Peningkatan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPA dengan

Menggunakan Metode Inquiry pada Siswa Kelas 4 SDN Ledok 07 Salatiga

Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013” menunjukkan adanya peningkatan hasil

belajar IPA siswa kelas 4 di SD tersebut, dibuktikan dengan ketuntasan hasil belajar siswa yang mencapai 54,05% dengan nilai rata-rata 66,89 pada siklus I dan meningkat pada siklus II dengan ketuntasan mencapai 80% dengan nilai rata-rata 74,59.

(43)

dari model lain, ada juga yang mengatakan bahwa model GI tidak lebih efektif dari model lain, kemudian ada juga yang mengatakan bahwa model Inquiry lebih efektif dari model konvensional dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun, hasil dari penelitian yang dilakukan di SD Gugus Maruto menunjukkan bahwa model Group Investigation dan Inquiry sama-sama efektif digunakan dalam pembelajaran IPA. Sehingga hal ini dapat menyatukan berbagai perbedaan pendapat di atas dengan dibuktikannya hasil penelitian di SD Gugus Maruto yang menunjukkan tidak adanya perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan dalam penerapan model Group Investigation dan Inquiry.

Meskipun hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan hasil belajar yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan Inquiry ditinjau dari hasil belajar IPA, namun bukan berarti

kedua model tersebut tidak efektif atau penelitian tersebut gagal. Karena walaupun perlakuan dari kedua model tidak menunjukkan perbedaan hasil belajar yang signifikan, tetapi tingkat hasil belajar yang diperoleh melalui penerapan kedua model mencapai batas kriteria ketuntasan klasikal yaitu 85%. Selain itu ada juga hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan H0 diterima, yaitu penelitian Bagus I. Sholikhin (2011) yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh model pembelajaran PBL terhadap prestasi belajar siswa kelas V di SD Gugus Kartini Salatiga.

Tidak adanya perbedaan yang signifikan pada penerapan kedua model tersebut dapat juga disebabkan oleh kelemahan metodologis, seperti kurang pahamnya pengajar dalam menerapkan sintak model Group Investigation dan Inquiry yang berbeda, pengajar adalah orang asing bukan guru kelas siswanya

(44)

4.3 Keterbatasan Penelitian

Gambar

Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Gambar 6 Pretest dan Posttest Kelompok
Distribusi Frekuensi Nilai Tabel 15 Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen
Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Gambar 7 Pretest dan Posttest Kelompok
Distribusi Frekuensi Nilai Tabel 17 Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik rekam, dan teknik catat. Data penelitian transkripsi kalimat atau frasa

1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan problem posing secara signifikan lebih baik daripada siswa

IRT memiliki tiga model yaitu, model logistik satu parameter atau juga disebut model Rasch, model logistik dua parameter dan model logistik tiga

Kecamatan Puding Besar mempunyai visi yaitu “ Menjadikan Kecamatan Puding Besar sebagai pelayanan terdepan dalam pencapaian Bangka Bermartabat yang berbasis

Berdasarkan hasil analisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model praktikum berbasis ketidakpastian yang sesuai untuk mahasiswa adalah model praktikum yang

tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas. kulit. Gangguan mukosa mulut, gangguan pada mata

Alhamdullillahirobbilalamin, saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Karunia-Nya, yang telah memberikan kekuatan, kemampuan, dan