• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARAN

Elsa Barati, Moch. Rizki Taufik Kurnia, Suci Wulan Sari, Tri Aninda. Pendidikan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis suciwulansari@student.upi.edu

Dr. H. Dadang Sukirman, M.Pd, Ence Surahman, M.Pd

I. Pendahuluan

A.Latar Belakang

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponen-komponen system pembelajaran (Tim pengembangan kurikulum, 2011:190). Learning is a process of active construction; that learning is a social phenomenon, as well as an individual experience; and that learner differences are resources, not obstacles (Wilson dan Petersen, 2006:1). Pembelajaran memiliki makna luas dari istilah pengajaran. Kata pengajaran mengandung makna bahwa kegiatan atau prosesnya hanya ada di dalam konteks pengajar dan pembelajar di kelas secara formal, kata pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks pengajar dan pembelajar di kelas formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri oleh pengajar secara fisik. Di dalam kata pembelajaran ditekankan bahwa kegiatan belajar pembelajar melalui usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar proses belajar mengajar dapat terlaksana.

(2)

bagaimana membuat kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien diperlukan adanya suatu inovasi untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar Dalam mengembangkan model-model pembelajaran, seorang pengajar harus tahu apakah yang dimaksud dengan model pembelaran, dan pol-pola apa pembelajaran yang ada, kemudian apakah cirri-ciri model pembelajaran yang dapat diterima secara umum, serta bagaimana menerapkan model-model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. (Tim Pengembangan kurikulum, 2011:198)

Berkaitan dengan cara atau metode apa yang akan dipilih dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran,seorang guru harus terlebih dahulu memahami berbagai pendekatan,strategi,dan model pembelajaran.Pemahaman tentang hal ini akan memberikan tuntutan kepada guru untuk dapat memilah,memilih,dan menetapkan dengan tepat metode pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

a) Bagaimana prinsip-prinsip pembelajaran?

b) Bagaimana pendekatan,model,strategi dan metode pembelajaan?

c) Bagaimana jenis-jenis pendekatan,model,strategi dan metode pembelajaran?

C. Tujuan dan Manfaat

Diharapkan dapat dijadikan pertimbangan untuk menjadi bahan bacaan yang berkualitas tentang pendekatan,model,strategi dan metode pembelajaran. Manfaat penulisan makalah ini yaitu kita dapat mengetahui apa itu pendekatan,model,strategi dan metode pembelajaran dan apa saja jenis-jenisnya,sehingga kita bisa menentukan tindakan apa yang akan kita terapkan dalam pembelajaran.

II. Pembahasan

A. Prinsip-prinsip pembelajaran

Menurut Chaedar Alwasilah dalam (Tim Pengembangan kurikulum., 2011:182) , dengan memerhatikan bahwa hakikat pembelajaran adalah “interaksi antara siswa dengan lingkungan pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran (perubahan perilaku)”, maka terdapat beberapa prinsip umum pembelajaran, yaitu:

(3)

a) Belajar menghasilkan perubahan perilaku siswa yang relatif permanen.

b) Siswa memiliki potensi, gandrung, dan kemampuan yang merupakan benih kodratif untuk ditumbuhkembangkan.

c) Perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami, linear, dan sejalan dengan proses kehidupan.

2) Prinsip Khusus Pembelajaran a) Prinsip Perhatian dan Motivasi

Perhatian adalah memusatkan pikiran dan perasaan emosional secara fisik dan psikis terhadap sesuatu yang menjadi pusat perhatiannya. Perhatian dapat muncul secara spontan atau karena direncanakan. Dalam pembelajaran, perhatian akan muncul dari diri siswa apabila pelajaran yang diberikan menarik dan dibutuhkan oleh siswa.

Perhatian dalam proses pembelajaran memiliki peranan sebagai langkah awal dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar. Untuk memunculkan perhatian siswa, maka perlu disusun sebuah rancangan bagaimana menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Gage dan Berliner (1984) mengemukakan bahwa berdasarkan kajian teori belajar pengolahan informasi tanpa adanya perhatian tidak mungkin akan terjadi belajar. Seseorang yang memiliki minat terhadap materi pelajaran tertentu, biasanya akan lebih intensif memerhatikan dan selanjutnya timbul motivasi. motivasi adalah dorongan atau kekuatan yang dapat menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut H. L. Petri (1986), “motivation is the concept we use when we describe the forces acting or on within an organism to initiate and direct behaviour”. Perhatian dan motivasi seseorang tidak selamanya stabil, intensitasnya bisi tinggi, sedang, bahkan menurun.

Motivasi dapat bersifat internal (motif intrinsik), artinya muncul dari dalam diri sendiri tanpa ada intervensi dari yang lain, misalnya harapan, cita-cita, minat, dan aspek lain yang terdapat dalam diri sendiri. Motivasi juga dapat bersifat eksternal (motif ekstrinsik), yaitu muncul karena adanya stimulus dari luar dirinya, misalnya kondisi lingkungan kelas, sekolah, reward, pujian, dan rasa takut oleh hukuman. Motivasi dalam belajar merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

(4)

b) Prinsip Keaktifan

Anak merupakan makhluk yang aktif. Anak memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu, memilikin kemauan, dan keinginan. Belajar pada hakikatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, adanya respons terhadap setiap pembelajaran. Proses pembelajaran, siswa harus aktif belajar dan guru hanya membimbing dan mengarahkan. Gage dan Berliner Teori kognitif menyatakan bahwa belajar menunjukan adanya jiwa yang aktif dan tidak sekedar merepsons informasi, namun jiwa mengolah dan melakukan transformasi informasi yang diterima. (Tim Pengembang Kurikulum 2011:185).

Berdasarkan kajian teori tersebut, maka siswa sebagai subjek belajar memiliki sifat aktif, kontruktif, dan mampu merencanakan, mencari, mengolah informasi, menganalisis, mengidentifikasi, memecahkan, menyimpulkan, dan melakukan transformasi kedalam kehidupan yang lebih luas. Menurut McKeachie, individu merupakan manusia yang aktif dan selalu ingin tahu, dapat menjadi masukan bahwa dalam proses pembelajaran, guru dapat menggali dan mengembangkan aktivitas-aktivitas pembelajaran yang berpusat pada siswa.

c) Prinsip Keterlibatan Langsung/Berpengalaman

Prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus melihat secara langsung untuk mengalaminya. Hal ini sejalan dengan pernyataan “I hear and I forget, I see and I remember, I do and I understand”. Pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara langsung akan menghasilkan pembelajaran lebih efektif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Setiap kegiatan belajar harus melibatkan diri (setiap individu) terjun mengalami. Edgar Dale melalui penggolongan pengalaman belajarnya (kerucut pengalaman) menyatakan bahwa “belajar yang paling baik adalah melalui pengalaman langsung.”

Idealnya, setiap belajar harus terjadi suatu proses internalisasi bagi pihak yang belajar, sebab belajar bukan hanya sekadar proses mengahapal sejumlah konsep, prinsip atau fakta. Pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara langsugn secara aktif melakukan perbuatan belajar, hasilnya akan lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan yang hanya sekadar menuangkan pengetahuan/informasi.

(5)

Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar, antara lain adalah dalil-dalil belajar yang dikemukakan oleh Edward L. Thorndike. Kesimpulan penelitiannya telah memunculkan tiga dalil belajar, yaitu “Law of Effect, Law of Exercise, and Law of Readiness”.

Law of effect mengindikasikan bahwa hubungan antara stimulus dan respons menguat dalam keadaan yang memuaskan, dan sebaliknya akan melemah dalam keadaan yang menyebalkan. Law of Exercise mengindikasikan bahwa hubungan antara stimulus dan respons menguat ketika digunakan/dilakukan, dan sebaliknya akan melemah ketika praktik dihentikan/tidak digunakan. Law of Readiness mengindikasikan bahwa ketika siswa siap untuk melakukan, maka akan dilakukan dengan keadaan memuaskan, sebaliknya bila tidak siap/terpaksa melakukan, maka akan dilakukan dengan keadaan yang menyebalkan.

Teori lain yang berhubungan adalah teori Psikologi Gaya, manusia memiliki sejumlah daya seperti mengamati, menanggapi, mengigat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Oleh karena itu, menurut teori ini belajar adalah melebihi daya-daya tersebut dengan pengulangan, agar setiap daya yang dimiliki manusia dapat terarah sehingga menjadi lebih peka dan berkembang.

e) PrinsipTantangan

Teori medan (Field Theory) menurut Kurt Lewin, mengemukakan bahwa siswa dalam setiap situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis, siswa menghadapai suatu tujuan yang harus dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa dihadapakan pada sejumlah hambatan/tantangan, yaitu materi/bahan belajar. Maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan tersebut dengan mepelajarinya. Pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk turut menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukannya.

Bila dilihat dari segi penggunaan metode pembelajaran, maka metode-metode tersebut memiliki karakteristik yang menantang yang dapat menimbulkan motivasi belajar. Begitu pula penguatan diberikan terhadap setiap hasil belajar siswa, apakah penguatan positif/negatif akan menantang siswa, dan dapat menimbulkan motif belajar untuk memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman.

(6)

Seperti ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B. F. Skinner, menurutnya siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun, dorongan belajar itu tidak saja oleh penguatan positif, tetapi juga negatif. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui pengamatan melalui metode-metode pembelajaran yang menantang akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.

g) Prinsip Perbedaan Individual

Proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain, baik secara fisik maupun psikis. Untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya, dan selanjutnya mendapat perlakukan dan pelayanan sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri. Untuk dapat memberikan bantuan belajar terhadap siswa, maka guru harus dapat memahami dengan benar ciri-ciri para siswanya, baik dalam menyiapkan dan menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan tugas-tugas dan bimbingan belajar terhadap siswa tersebut.

B. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran adalah suatu upaya mengahmpiri makna pembelajaran melalui suatu cara pandang dan pandangan tertentu atau aplikasi suatau cara oandang dan pandangan tertentu dalam memahami makna pembelajaran. Berbagai pendekatan dalam rangka memahami makna pembelajaran, antara lain : a) pendekatan filasafati, b) pendekatan psikologi, dan c) pendekatan sistem.

a. Pendekatan Filasafati terhadap Pembelajaran

(7)

1) Idealisme: Pembelajaran adalah kegiatan tanya jawab antara guru dengan siswa, melatih keterampilan berpikir siswa, serta pemberian teladan dalam hal pengetahuan, nilai dan moral dalam keyakinan dan tingkah laku guru, agar siswa dapat menemukan jawaban atas masalah yang dihadapinya sehingga dapat menguasai pengetahuan yang esensial yang sudah diterima benar dan berlaku sepanjang zaman, serta dapat mengembangkan karakter dan bakat-bakatnya.

Dalam pembelajaran, Idealisme menghendaki diaplikasikannya strategi penemuan melalui tanya jawab dan berpikir deduktif. Jadi, guru tidak menyajikan pesan atau materi pembelajaran yang telah selesai diolah tuntas olehnya sendiri. Sebaliknya, sekalipun pembelajaran ini sesungguhnya berpusat pada bahan ajar, maka pembelajaran dalam konsepsi ini bersifat pragmentaris atau tidak terpadu.

2) Realisme: Pembelajaran adalah kegiatan guru menciptakan kondisi lingkungan dengan disiplin tgertentu untuk dialami siswa, agar siswa menguasai pengentahuan yang esensial dan terbentuk kebiasaan-kebiasaan, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan alam dan lingkungan sosialnya, serta mampu melaksanakan tanggung jawab sosial.

Realisme menghendaki pembelajaran dan penggelolaan kelas yang berpusat pada guru. Siswa diharapkan belajar dari pengalaman langsung maupun tidak langsung melalui strategi inquiry, discovery, pembiasaan, dan berpikir induktif. Pembelajaran seperti ini sebgaimana dilakukan oleh penganut psikologi behaviorisme yang menjadi dasar untuk model pembelajaran modifikasi tingkah laku. Terdapat kesamaan antara konsepsi pembelajaran menurut Realisme dengan konsepsi pembelajaran menurut Idealisme, yaitu bahwa pembelajaran bersifat pragmentaris atau tidak terpadu. Pembelajaran menurut Realisme dapat menggunakan strategi heuristik, tetapi mungkin pula ekspositorik.

(8)

selalu berubah, agar siswa mampu memecahkan masalah berbagai masalah hidup pribadi dan sosial yang dihadapinya secara demokratis.

Berbeda dengan realisme, Pragmatisme menghendaki pembelajaran yang berpusat pada siswa, berpusat pada masalah, berpusat pada altivitas dan bersifat interdisipliner atau terpadu. Karena Pragmatisme menghendaki kurikulum pendidikan yang tidak boleh terpisahkan dari keadaan masyarakat dimana siswa berada, maka pembelajarannya juga bersifat kontekstual dan berbasis pada masyarakat. Pragmatisme menyarankan pembelajaran melalui problem solving, discovery dan inquiry. Dengan demikian, Pragmatisme menyarankan strategi heuristik dan mengutamakan strategi berpikir deduktif-induktif.

4) Konstruktivisme: Pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi dan membimbing siswa berpikir, agar siswa dapat mengembangkan konsep dan pengertian tentang sesuatu sebagai hasil konstruksi aktif siswa sendiri melalui pengalaman yang sesuai dengan situasi dunia nyata siswa.

Bagi penganut konstruktivisme, pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun pengetahuannya sendiri. Jadi pembelajaran bukanlah kegiatan guru mentransfer pengetaahuan kepada siswa. Sebagaimana Pragmatisme, Konstruktivisme menghendaki pembelajaran yang berpusat pada siswa, berpusat pada masalah, berpusat pada aktivitas, bersifat intidisipliner dan kontekstual. Sebab itu, dalam pembelajaran siswalah yang dituntut aktif belajar atau mengolah pesan. Rorty menilai Konstruktivisme sebagai salah satu bentuk Pragmatisme (Paul Suparno. 1997).

5) Eksistensialisme: Pembelajaran adalah kegiatan guru mendampingi siswa belajar berdasakan minat bakat dan kebutuhan-kebutuhannya untuk sampai pada penyadaran diri dan mengembangkan komitmen yang berhasil mengenai sesuatu yang penting dan bermakna bagi eksistensi keberadaannya.

(9)

penganut psikologi humanisme yang menjadi dasar bagi model pembelajaran personal.

6) Filsafat Pendidikan Nasional (Pancasila): Pembelajaran adalah interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran meliputi berbagai kompetensi yang dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional dan diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

b. Pendekatan Psikologi terhadap Pembelajaran

Ada berbagai aliran psikologi yang dapat digunakan dalam mendekati makna pembelajaran, tiga aliran pokok di antaranya adalah Behaviorisme, Kognitif dan Humanisme. Yelon dan Weinstein dalam karyanya A Teacher’s World Psychology in the Classroom (1977) mengidentifikasikan implikasi teori belajar menurut ketiga aliran psikologi tersebut terhadap pendidikan. Apabila kita mendekati pembelajaran dengan menggunakan cara pandang dan pandangan tentang belajar menurut ketiga aliran psikologi tadi, maka akan didapati makna pembelajaran yang berbeda-beda.

Berikut konsepsi tentang pembelajaran berdasarkan pendekatan ketiga aliran psikologi tersebut:

1) Behaviorisme: Pembelajaran adalah kegiatan guru menciptakan ondisi lingkungan sebagai stimulus – berupa tugas, disiplin dan sebagainya atau latihan setahap demi setahap secara rinci, yang diikuti dengan penguatan secara terus-menerus, agar terjadi modifikasi tingkah laku sehingga siswa menguasai kemampuan melakukan sesuatu. Konsep pembelajaran ini menjadi dasar bagi model pembelajaran modifikasi tingkah laku.

(10)

menggunakan kecerdasannya secara bijaksana. Konsep pembelajaran ini menjadi dasar bagi model pembelajaran pemrosesan informasi dan model interaksi sosial.

3) Humanisme: Pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi dan membimbing siswa belajar melalui proyek-proyek terpadu yang menekankan pada studi-studi sosial yang didasarkan atas pemuasan kebutuhan dan kepribadian siswa, agar siswa memperoleh pemahaman dan pengertian, bukan hanya memperoleh pengetahuan dalam rangka pengembangan sosial, pengembangan keterampilan berkomunikasi serta kemampuan untuk tanggap terhadap kebutuhan kelompok dan individu, yang pada akhirnya diarahkan untuk dapat mencapai kesempurnaan diri. Konsep pembelajaran ini antara lain menjadi dasar bagi model pembelajaran personal.

c. Pendekatan Sistem terhadap Pembelajaran

Berdasarkan pendekatan sistem, pembelajaran dapat dipandang sebagai suatu keseluruhan terpadu yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berinteraksi secara fungsional dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Terdapat berbagai komponen yang terlibat di dalam pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran itu adalah tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai, materi pembelajaran yang akan disajikan, metode pembelajaran yang digunakan, alat bantu/media pembelajaran yang dipakai, dan penilaian. Sebagai suatu sistem, semua komponen pembelajaran hendaknya berinteraksi satu dengan yang lainnya sesuai dengan fungsinya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan pendekatan sistem, pembelajaran didesain melalui suatu model pembelajaran yang dulu dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional.

C. Strategi Pembelajaran

(11)

pembelajaran, khususnya berdasarkan pendekatan filsafat dan pendekatan psikologi, maka dapat dipahami adanya berbagai strategi pembelajaran.

Berbagai jenis strategi pembelajaran yang dimaksud dapat dipilah berdasarkan karakteristik sebagai berikut: a) berdasarkan rasio guru dan siswa yang terlibat dalam pembelajaran; b) berdasarkan pola hubungan guru dan siswa dalam pembelajaran; c) berdasarkan peranan guru dan siswa dalam pengelolaan pembelajaran; d) berdasarkan peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan atau materi pembelajaran; dan e) berdasarkan proses berpikir dalam mengolah pesan atau materi pembelajaran. Berbagai jenis strategi pembelajaran tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh T. Raka Joni (1980). (Tim Pengembangan Kurikulum, 2011:198)

a. Berdasarkan Rasio Guru dan Siswa dalam Pembelajaran

Berdasarkan rasio guru dan siswa yang terlibat dalam pembelajaran terdapat lima jenis strategi pembelajaran, yaitu:

1) Pembelajaran oleh seorang guru terhadap sekelompok besar (satu kelas) siswa. 2) Pembelajaran oleh seorang guru terhadap sekelompok kecil (5-7 orang) siswa. 3) Pembelajaran oleh seorang guru terhadap seorang siswa.

4) Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekelompok besar (satu kelas) siswa. 5) Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekelompok kecil (5-7 orang) siswa.

Strategi pembelajaran di atas merupakan alternatif yang mungkin dipilih dan digunakan oleh setiap guru. Guru yang mendekati pembelajaran dari aliran filsafat manapun, aliran psikologi manapun maupun guru yang menggunakan pendekatan sistem, mempunyai kemungkinan untuk memilih salah satu dari strategi di atas untuk digunakan pada sesi-sesi tertentu dari seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran yang diselenggarakannya.

b. Berdasarkan Pola Hubungan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran

Berdasarkan hubungan guru dan siswa dalam pembelajaran, terdapat tiga jenis strategi pembelajaran, yaitu:

1) Pembelajaran tatap muka. 2) Pembelajaran melalui media.

3) Pembelajaran tatap muka plus melaui media.

(12)

manapun, aliran psikologi manapun, maupun guru yang menggunakan pendekatan sistem, mempunyai kemungkinan untuk memilih salah satu dari strategi di atas untuk digunakan pada sesi-sesi tertentu dari seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan.

c. Berdasarkan Peranan Guru dan Siswa dalam Pengelolaan Pembelajaran

Ditinjau berdasarkan peranan guru dan siswa dalam pengelolaan pembelajaran, pada umumnya orang mengemukakan ada dua jenis strategi pembelajaran, yaitu:

1) Pembelajaran yang berpusat pada guru. 2) Pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Strategi pembelajaran yang berpusat pada guru merupakan pilihan bagi guru yang menggunakan pendekatan filsafat Realisme dan pendekatan psikologi Behaviorisme. Sedangkan guru yang menggunakan pendekatan filsafat Pragmatisme, Eksistensialisme, dan Konstruktivisme. Selain itu, strategi pembelajaran berpusat pada siswa juga merupakan pilihan bagi guru yang menggunakan pendekatan psikologi Kognitif dan Humanisme.

Apabila kita menganalisis lebih dalam makna pembelajaran berdasarkan pendekatan filsafat pendidikan nasional (Pancasila), khususnya berdasarkkan peranan guru dan siswa yang terkandung dalam semboyan “ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso dan tut wuri handayani”, maka kita dapat menemukan satu strategi pembelajaran yang berbeda dari kedua strategi pembelajaran di atas, yaitu strategi pembelajaran yang bersifat moderat. Pembelajaran yang bersifat moderat ini maksudnya adalah pembelajaran yang tidak ekstrem mengharuskan pembelajaran berpusat pada guru saja, tidak pula secara ekstrem mengharuskan berpusat pada siswa saja.

(13)

belajar secara mandiri, kita menerima Konesp Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Namun demikian, karena kita juga memiliki nilai-nilai dan norma-norma tersendiri serta memiliki dasar dan tujuan pendidikan yang jlas, maka selain berperan untuk “ing madya mangun karso”, guru pun punya peran untuk “ing ngarso sung tulodo” bagi para siswa sesuai dengan dasar dan tujuan pendidikan yang diakui orang tua, masyarakat dan bangsa. Sebab itu, memang benar kita perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan tujuan, minat dan bakatnya masing-masing (pembelajaran berpusat pada siwa). Tatapi kita tidak dapat sepenuhnya membiarkan siswa mencari dan memilih nilai-nialinya sendiri, agar tidak menyimpang dari dasar dan tujuan pendidikan yang diharapkan. Karenanya, guru pun harus memiliki peran untuk memberikan teladan, bimbingan dan arahan sesuai dengan dasar dan tujuan pendidikan yang diakui (pembelaran berpusat pada guru).

d. Berdasarkan Peranan Guru dan Siswa dalam Mengolah Pesan atau Materi Pembelajaran.

Berdasarkan peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan atau materi pembelajaran, terdapat dua jenis strategi pembelajaran, yaitu:

1) Pembelajaran ekspositorik. 2) Pembelajaran heuristik.

Setiap pembeljaran diarahkan untuk mencapai suatu tujuan, dan berkaitan dengan pesan atau materi pembelajaran (pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai) tertentu. Pesan tersebut dapat diolah tuntas oleh guru sebelum disampaikan kepada siswa, atau sebaliknya, pesan tersebut harus diolah sendiri oleh para siswa dengan bantuan sedikit/banyak dari guru. Pembelajaran yang menyampaikan pesan dalam keadaan telah siap atau telah diolah tuntas oleh guru dimana siswa tinggal menerima saja disebut pembelajaran ekspositorik. Sebaliknya, pembelajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sendiri disebut pembelajaran heuristik. Sebagaimana dikemukakan T. Raka Joni (1980), strategi pembelajaran heuristik selanjutnya dibedakan lagi menjadi dua jenis, yaitu: (a) Pembelajaran Penemuuan (Discovery) dan (b) Pembelajaran Inkuiri (Inquiry).

(14)

Konstruktivisme, bahkan Idealisme. Sedangkan strategi ekspositorik merupakan strategi pembelajaran bagi guru yang menggunakan pendekatan filsafat Realisme. Strategi pembelajran heuristik adalah pilihan bagi guru penganut pendekatan psikologi Humanisme dan Kognitif, sedangkan strategi ekspositorik adalah pilihan bagi guru penganut pendekatan Behaviorisme.

e. Berdasarkan Proses Berpikir dalam Mengolah Pesan atau Materi Pembelajaran Berdasarkan proses berpikir dalam mengolah pesan atau materi pembelajaran, terdapat tiga jenis, yaitu: 1) Pembelajaran deduktif, 2) Pembelaaran induktif, 3) Pembelajaran deduktif-induktif. Stategi pembelajaran deduktif merupakan pilihan bagi guru yang menganut pendekatan filsafat Idealisme. Strategi Induktif adalah pilihan bagi guru penganut pendekatan filsafat Realisme. Sedangkan strategi deduktif-induktif adalah pilihan utama bagi guru penganut filsafat Pragmatisme..

D. Model Pembelajaran

Dorin dalam e-learning (Mudur, 2005:2) A model is a mental pictures that helps us understand something we cannot see or experience directly. Tyler (1986) dalam (Mulyasa, 2013) yang mengemukakan bahwa belajar adalah “...interaction between the leamer and the external condition “.Model pembelajaran adalah pedoman atau rangkaian strategi, pedekatan pembelajaran berdasarkan pengajar (NC State University, 2006). Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka didalam kelas atau dalam latar tutorial dan dalam membentuk materiil-materiil pembelajaran termasuk buku-buku, film-film, pita kaset, dan program media komputer, dan kurikulum (serangkaian studi jangka panjang).

Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun (2009: 31) mengemukakan bahwa model pembelajaran dibagi ke dalam empat kelompok diantaranya adalah: Kelompok Model Pengajaran Memproses Informasi (the information-processing family), Kelompok Model Pengajaran Sosial (the social family), Kelompok Model Pengajaran Personal (the personal family), dan Kelompok Model Pengajaran Sistem Perilaku (the behavioral systems family). Model pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu: model interaksi sosial, model proses informasi, model personal, dan model modifikasi tingkah laku. (Hamalik, 2010). Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(15)

2) Mempunyai misi atau tujuan Pendidikan tertentu.

3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan KBM di kelas.

4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax), (2) adanya prinsip-prinsip reaksi, (3) system sosial, dan (4) system pendukung.

5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran yang meliputi dampak pembelajaran dan dampak pengiring.

6) Membuat persiapan mengajar (desai instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

a. Model Pembelajaran Berdasarkan teori 1) Model interaksi sosial

Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field-theory). Model ini menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together). Pokok pandangan Gestalt adalah objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Makna suatu objek/peristiwa adalah terletak pada keseluruhan bentuk (gestalt) dan bukan bagian-bagiannya. Pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh bukan bagian-bagian. Aplikasi teori Gestalt dalam pembelajaran adalah:

a) Pengalaman Insight/ Tilikan. Dalam proses pembelajaran siswa hendaknya memiliki kemampuan insight yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek. Pengajar hendaknya mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan insight.

b) Pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu objek akan menunjang pembentukan pemahaman dalam proses pembelajaran. Content yang dipelajari siswa hendaknya memiliki makna yang jelas baik bagi dirinya maupun bagi kehidupannya di masa yang akan datang.

c) Perilaku bertujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan. Perilaku disamping adanya kaitan dengan SR-bond, juga terkait erat dengan tujuan yang hendak dicapai.

(16)

mana ia berada. Materi yang disampaikan hendaknya memiliki kaitan dengan situasi lingkungan berada (CTL).

Model Interaksi Sosial ini mencakup Strategi Pembelajaran/ metode pembelajaran sebagai berikut:

a) Kerja kelompok, bertujuan mengembangkan keterampilan, berperan serta dalam proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal dan discovery skill dalam bidang akademik

b) Pertemuan kelas, bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai diri sendiri dan rasa tanggung jawab, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap kelompok.

c) Pemecahan masalah sosial (Inquiry Social), bertujuan untuk mengmbangkan kemampuan memecahkan masalah –masalah sosial dengan cara berpikir logis.

d) Model Laboratorium, bertujuan untuk mengembangkan kesadaran pribadi dan keluwesan dalam kelompok.

e) Bermain peranan, bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan.

f) Simulasi sosial, bertujuan membantu siswa mengalami berbagai kenyataan sosial serta menguji reaksi merek.

Rumpun Model Interaksi Sosial

No Model Tokoh Tujuan

1 Penentuan Kelompok

Herbert Telen & John Dewey

Perkembangan keterampilan untuk partisipasi dalam proses sosial demokratis melalui penekanan yang dikombinasikan pada keterampilan-keterampilan antar pribadi (kelompok) dan keterampilan-keterampilan

penentu akademik. Aspek

perkembangan pribadi

(17)

2 Inkuiri Sosial Byron Massialas & Benjamin Cox

Pemecahan masalah sosial, terutama melalui penemuan sosial dan penalaran logis.

Dirancang terutama untuk mengajarkan kerangka acuan jurisprudensial sebagai cara berfikir daan penyelesaian isu-isu

Dirancang untuk mempengaruhi siswa agar menemukan nilai-nilai pribadi dan sosial. Perilaku dan nilai-nilainya diharapkan anak menjadi sumber bagi penemuan

Dirancang untuk membantu siswa mengalami bermacam-macam proses dan kenyataan sosial, dan untuk menguji reaksi mereka, serta untuk memperoleh konsep keterampilan pembuatan keputusan

Sumber : Rusman (2011). Pendekatan dan Model Pembelajaran.

2) Model Pemrosesan Informasi

(18)

sangat penting dalam perkembangan yang merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capibilities) yag terdiri dari: (1) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan motorik.

Model Proses Informasi ini meliputi beberapa strategi pembelajaran, diantaranya:

a) Mengajar induktif, yaitu untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan membentuk teori.

b) Latihan inquiry, yaitu untuk mencari dan menemukan informasi yang memang diperlukan.

c) Inquiry keilmuan, bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitian dalam disiplin ilmu, dan diharapkan akan memperoleh pengalaman dalam domai-domain disiplin ilmu lainnya.

d) Pembentukan Konsep, bertujuan untuk mengembangkan intelegensi umum, terutama berpikir logis, aspek sosial dan moral.

e) Advanced Organizer Model, bertuuan untuk mengembangkan kemampuan memproses informasi yang efisien untuk menyerap dan menghubungkan satuan ilmu pengetahuan secara bermakna

3) Model Personal

Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri individu. Perhatian utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi siswa yang mampu membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif. Model ini juga berorientasi pada individu dan perkembangan keakuan. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar siswa merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya, baik emosional maupun intelektual. Implikasi teori humanistik dalam pendidikan adalah sebagai berikut:

(19)

c) Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri. d) Sebagian besar TL individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri.

e) Mengajar adalah bukan hal penting, tapi belajar siswa adalah sangat penting (learn how to learn).

f) Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang produktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap.

Model pembelajaran personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut: a) Pembelajaran non direktif, bertujuan untuk membentuk kemampuan dan

perkembangan pribadi (kesadaran diri, pemahaman, dan konsep diri)

b) Latihan kesadaran, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan interpersonal atau kepedulian siswa.

c) Sinetik, untuk mengembangkan kreativitas pribadi dan memecahkan masalah secara kreatif.

d) Sistem konseptual, untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes.

4) Model Modifikasi Tingkah Laku

Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk TL dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati. Karakteristik model ini adalah dalam hal penjabaran tugas-tugas yang harus dipelajari siswa lebih efisien dan berurutan. Ada empat fase dalam model modifikasi tingkah laku ini, yaitu fase mesin pengajaran (CAI dan CBI), penggunaan media, pengajaran berprograma (linier dan branching) Operant Conditioning, dan Operant Reinforcement.

5) Model Desain Pembelajaran

Model desain pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran. Beberapa model pengembangan pembelajaran antara lain:

(20)

Model PPSI ini dilatarbelakangi oleh hal-hal di bawah ini:

 Berkembangnya paradigma “pendidikan sebagai suatu sistem” maka pembelajaran menggunakan pendekatan sistem (PPSI).

 Pendidik/guru masih menggunakan paradigma “Transfer of Knowledge” belum pada pembelajaran yang profesional.

 Tuntutan Kurikulum 1975 yang berorientasi pada tujuan, relevansi, efisiensi, efektivitas dan kontinuitas.

Konsep dari PPSI ini adalah bahwa sistem instruksional yang menggunakan pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sam lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan fungsinya adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemik dan sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

b) Model Glasser

Model Glasser adalah model yang paling sederhana. Ia menggambarkan suatu desain atau pengembangan pembelajaran ke dalam empat komponen yaitu:

c) Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Contextual Teaching Learning merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan siswa dalam memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi, maupun kultural. Sehingga siswa memperoleh ilmu pengetahuan dan

Feedback

INSTRUCTION

AL

OBJECTIVES

ENTERING

BEHAVIOR

INSTRUCTION

AL

PROCEDURES

(21)

keterampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari satu konteks permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya. (Nanang, 2009).

Inti dari pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Pembelajaran konstektual memiliki 7 tahapan pokok yang harus dikembangkan oleh guru yaitu:

i. Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.

ii. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan kegiatan inti dari pendekatan CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.

iii. Bertanya (Questioning)

Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya.

iv. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya.

v. Pemodelan (Modeling)

Kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.

(22)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain, refleksi adalah berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru saja dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.

vii. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL harus mempertimbangkan karakteristik-karakteristik: 1) Kerja sama, 2) Saling menunjang, 3) Menyenangkan dan tidak membosankan, 4) Belajar dengan bergairah, 5) Pembelajaran terintegrasi, 6) Menggunakan berbagai sumber, 7) siswa aktif, 8) Sharing dengan teman, 9) Siswa kritis guru kreatif, 10) Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, 11) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dan lain-lain (Depdiknas, 2002:20). Program pembelajaran konstektual hendaknya:

1) Nyatakan kegiatan utama pembelajaran, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar.

2) Rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajarannya.

3) Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan.

4) Rumuskan skenario tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam melakukan proses pembelajarannya.

5) Rumuskan dan lakukan sistem penilaian dengan memfokuskan pada kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh siswa baik pada saat berlangsungnya (proses) maupun setelah siswa tersebut selesai belajar.

(23)

Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.” Ini berarti Indonesia memiliki dasar filsafat pendidikan tersendiri, yaitu Pancasila. Namun demikian, dalam rangka mengembangkan dan memperkaya kebudayaan (pendidikan) nasional, kita tetap perlu mengkaji, memilah dan memilih konsep filsafat dari aliran yang lainnya. Sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, serta dapat mengembangkan dan memperkaya kebudayaan (pendidikan) nasional.

Implikasi dari hal diatas, maka konsepsi pembelajaran yang kita anut seharusnya konsepsi pembelajaranyang berdasarkan pendekatan filsafat pendidikan Pancasila. Sebab itu, bagi kita pembelajaran hendaknya dipandang sebagai interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam interaksinya dengan siswa (dalam pembelajaran), peranan guru peranan guru tersurat dan tersirat dalam semboyan “Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso dan tut wuri handayani”.

III. Penutup

(24)

Untuk pengembangan lebih lanjut, diperlukan pemahaman khususnya bagi calon pendidik untuk mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran untuk diterapkan dalam pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, dan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional.

Daftar Pustaka:

Burder, Paul R. Brud, and David. M, (1999), Method of Effective Teaching. Second Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Joyce, Bruce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun. (2009). Models of Teaching: Model-Model Pengajaran (Edisi Delapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kurniasih dan Syaripudin, Tatang. (2007). Landasan filosofis Pendidikan dan Landasan Pendidikan. Bandung: Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Mudyahardo, Redja. (2001). Landasan-Landasan Filosofis Pendidikan. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan

NC State University, (2006). Instructional System Design Models. [Online]. Tersedia :

http://edutechwiki.unige.ch/en/Instructional_design_model. [22 April 2017] Rusman, (2011). “Pendekatan Model dan Pembelajaran”. Jakarta: Tim Pengembangan

MKDP, Rajawali Pers.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2011). Kurikulum & Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Wilson, Suzanne M. dan Penelope L. Petersen. (2006). Theories of Learning and Teaching What Do They Mean for Educators?. Washington DC: National Education Association.

Referensi

Dokumen terkait

So Langgodu merupakan situs arkeologi yang memiliki banyak temuan keramik asing, maka perlu dilakukan kajian untuk mengetahui peristiwa budaya di masa lalu.. Berdasarkan

Sehingga data yang tersedia sebanyak 200 bank dari 243 bank yang ada pada saat itu, akan tetapi dua bank memiliki laporan keuangan yang tidak lengkap sehingga

Suaryana (2008) Pengaruh Konservatisme Laba Terhadap Kefisien Respons Laba Variabel independen : Konservatisme,pers istensi laba, pertumbuhan laba, struktur modal dan

Ugyanezen IST-14a jelű minta 63 µm alatti mérettartományának elektron- mikroszkópos vizsgálata alapján a két szemcseméret nehézásvány-társulása nagyon hasonló képet mutat

Hal yang menjadi topik wawancara antara lain: Faktor risiko PTM antara lain: riwayat merokok, kebiasaan minum minuman manis, kopi dan beralkohol, kegiatan

Menurut saya rasanya hampir sama saja karena makanan yang ditawarkan kebanyakan diambil dari makanan luar negeri sehingga makanan yang ditawarkan mengalami suatu inovasi dan

Dunia bisnis tidak hanya digeluti oleh pengusaha, kini para artis mulai menggeluti usaha bisnis bidang kuliner. Para artis membuka usaha bisnisnya di berbagai

Pengamatan yang diamati oleh penulis adalah sebagai berikut, Tingkah laku makan seperti waktu makan, cara makan, cara memilih makanan, cara meraih makanan, jenis-jenis tanaman