• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Perkembangan Islam Di Eropa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Perkembangan Islam Di Eropa"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Sejarah Perkembangan Islam Di Eropa

Islam mulai masuk ke Eropa sudah dimulai dari berabad-abad yang lalu. Semua itu di awali oleh penaklukan negara Andalusia pada tahun 756 M – 1492 M di Semenanjung Iberia. Kemudian berlanjut melalui Sisilia serta penaklukan wilayah Balkan yang dilakukan oleh kekhalifahan Utsmaniyyah. Kehadiran dan perkembangan Islam di Eropa kemudian berlanjut dari imigrasi besar-besaran umat Islam yang berada di negara-negara Islam menuju Eropa setelah selesai perang dunia kedua.

Proses Penaklukan

fotoinviaggio.it

Umat muslim mulai memasuki benua Eropa sejak adanya permintaan bantuan kepada Musa bin Nushair yang waktu itu menjabat Gubernur Afrika Utara oleh seorang bansawan Gothia Barat bernama Graf Yulian yang sedang berkuasa di Geuta Afrika Utara. Waktu itu dia meminta bantuan agar Gubernur bisa membantu keluarga “Witiza” yang sedang menghadapi konflik dengan tentara roderik yang waktu itu memberontak merebut singgasana keluarga “Witiza” pada tahun 710 M.

Singkat cerita, permintaan itu disampaikan oleh Musa kepada khalifah Walid bin Abdul Malik di Damaskus. Diluar dugaan permintaan itu dengan catatan agar Musa berhati-hati. Sebagai

antisipasi dan penjagaan, maka dikirimlah 200 orang pasukan yang dipimpin oleh Tharif bin Malik. Pasukan ini mendarat di Tarifa. Setelah diselidiki, Tharif bin Malik akhirnya meyakinkan Musa akan kesungguhan Graf yulian yang memang benar-benar meminta bantuan. Musa pun menyampaikan kepada Khalifah Walid bin Walid, setelah berunding dikirimlah pasukan pilihan yang dipimpin Thariq bin Ziyad seorang panglima besar yang gagah dan sangat berani, pasukan ini dikirim melalui kota Tanger yang menyebrangi serat Giblatar.

Pada tahun 91 H atau 710 M, pasukan Thariq bin Ziyad mendarat di Spanyol tepat disaat kekuatan dan konsentrasi pasukan Roderik sedang bergerak menuju wilayah Spanyol utara, hal ini dilakukan guna menghindari pemberontakan. Namun satu hal yang menarik dari

(2)

banyak yang tewas, hal ini berarti semakin memudahkan langkah pasukan kaum muslimin untuk menaklukkan kota-kota selanjutnya. Akhirnya kota demi kota bisa direbut, sebut saja seperti kota Malaga, Cordova dan Toledo yang menjadi ibukota Gothia Barat.

Kabar keberhasilan Thariq bin Ziyad ini berhembus ke telinga Musa bin Nushair yang akhirnya ingin turut menyusulnya ke Spanyol dengan turut membawa pasukan sebanyak 10.00 orang. Di kota Toledo keduanya bertemu dan sempat terjadi persilisihan, namun itu tidak terjadi lama karena bisa didamaikan oleh khalifah. Setelah damai, keduanya bahu membahu melanjutkan perjuangan untuk menaklukkan kota-kota berikutnya seperti Saragosa, Casytylia, Arogan dan Barcelona hingga pegunungan Pyrenia.

Hampir seluruh Andalusia kecuali wilayah Glacia sudah berada dalam genggaman kaum muslimin hanya dalam kurun waktu 7 tahun. Pada masa pemerintahan Bani Umayah di Damaskus, Andalusia dipimpin oleh seorang gubernur dan diantara yang memimpin waktu itu adalah Abdul Aziz, yang tak lain adalah putra Musa sendiri. Saat Bani Umayyah runtuh yang ditandai oleh berdirinya daulah Bani Abbasiyah di Baghdad yang dipimpin oleh Abdul Abbas As-safaf, semua keturunan Bani Umayyah dibunuh semua. Namun ada salah seorang keturunan Bani Umayah bernama Abdur Rahman yang berhasil meloloskan diri dan kabur menuju spanyol. Di sana dia membangun kerajaan Bani Umayah kembali dan mampu bertahan cukup lama dari 193 H – 458 H atau 756-1065 M.

Faktor Pendukung Keberhasilan Penaklukan Eropa

Jika kita lihat dari perjalanannya, penaklukan demi penaklukan yang terjadi di Eropa seperti yang terjadi di Prancis Tengah dan Italia oleh kaum muslimin begitu serasa di mudahkan. Hal ini bisa terjadi karena adanya dukungan baik dari faktor internal maupun eksternal.

Faktor Internal

Faktor internal yang turut mendukung keberhasilan penaklukan Eropa salah satunya karena para penguasa, pemimpin sampai prajuritnya yang begitu kompak. Pasda saat itu para pemimpin diisi oleh sosok-sosok yang kuat, tegas, percaya diri serta bertanggung jawan. Di sisi lain para prajuritnya pun ikut terbawa sikap pemimpinnya hingga melahirkan prajurit-prajurit yang hebat pula. Mereka pun berani dan sabar dalam menghadapi setiap persoalan yang dihadapi. Dan yang tak kalah pentingnya dari itu semua adalah ajaran umat islam yang sering ditunjukkan oleh para pemimpin dan pasukan Islam. Dalam penaklukan mereka mengajarkan arti persaudaraan, toleransi serta tolong menolong. Sikap-sikap itulah yang membuat mereka disambut hangat oleh para penduduk Spanyol pada waktu itu.

Faktor Eksternal

Sedangkan faktor eksternalnya adalah kondisi di Spanyol sendiri pada waktu itu yang

memprihatinkan baik kondisi sosial, ekonomi atau politiknya. Secara politik, wilayah spanyol sangat terkoyak-koyak menjadi beberapa negara kecil dan semua rakyatnya dibagi dalam sistem kasta-kasta yang tentu itu semua sangat membuar rakyat tersiksa dan melarat. Ditambah

penguasa yang ada seperti Gothic sangat kejam dan tidak bersikap toleran kepada agama yang di anut para rakyatnya. Hal inilah yang membuat para kaum yang tertindas menantikan

pembebasan, dan pada akhirnya yang berhasil membebaskan mereka adalah kaum muslimin.

Peradaban Islam Masuk ke Eropa dengan 5 Cara Ini

1. Melalui Andalusia (Spanyol)

Ketika kaum muslimin berhasil menaklukkan Spanyol dan Sisilia selama 8 abad, ternyata itu sangat memberikan pengaruh kebudayaan Islam di Eropa. Oleh sebab itu, peradaban Islam akhirnya menyebar di tempat yang berbeda-beda seperti di Granada, Cordova, Toledo dan Sevilla. Pada waktu itu penduduk asli Andalusia kebanyakan menganut ajaran masehi, namun ketika peradaban arab mulai masuk akhirnya menjadi terpecah belah. Bahkan mereka mengganti bahasa umum yang sering digunakan menjadi bahasa arab. Penduduk yang mulai mengenal peradaban arab sering mengenal istilah Mozabarabes yang jika dalam bahasa arab itu biasa disebut musta’rib. Oleh sebab itu pula, banyak pendeta nasrani menerjemahkan Injil ke dalam bahasa arab.

2. Melalui Sisilia (Daerah otonomi Italia)

(3)

Salah satu posisi faktor utama dan yang membuka peluang pengenalan rakyat Balkan kepada Islam adalah posisi geografis Balkan yang strategis. Secara keseluruhan, perkenalan mereka terhadap Islam melalui jalur Albania.

4. Melalui kedatangan orang-orang Salib di Timur Islam

Invasi atas Sisilia dan Spanyol memberi arti bahwa di daerah pinggiran Kristen Latin kelak suatu saat Islam akan hadir.

5. Pertukaran perdagangan antara barat dan timur melalui Mesir

Pengaruh Peradaban Islam di Eropa

1. Orang-orang yahudi yang dulu menderita dan terhina dibawah kekuasaan Ghatia kini dibawah pemerintahan Islam dilindungi dan diperbolehkan bergerak disektor perdagangan.

2. Ketika dibawah kekuasaan Bangsa Arab, mereka yang selama ini hidup tertekan kini diperlakukan dengan baik. Sehingga pada masa pemerintahan Islam tiba, mereka memperoleh dan menikmati hak-haknya sebagai warga negara sipil secara utuh. Disisi lain, bangsa arab bisa memperkokoh perdamaian dan stabilitas antar etnis dan suku yang saling berbeda. Oleh karena itu, bangsa Spanyol patuh terhadap pemerintahan Islam mendapatkan sikap toleran seperti apa yang diharapkan.

3. Saat abad 12 Masehi, pengaruh ilmu pengetahuan dan peradaban islam di Eropa sangat berkembang pesat yang menimbulkan gerakan kebangkitan kembali pusaka Yunani di Eropa pada abad ke 14 M. Perkembangan pemikiran Yunani di Eropa ini berkat melalui terjemahan tulisan arab yang dipelajari kemudian diterjemahkan kembali dalam bahasa latin.

Bukti Peradaban Islam di Eropa

1. Ditemukannya berbagai buku terje mahan dari bahasa arab ke Ibrani, Latin dan Thalia. Pada masa Eropa awal, buku-buku itu memenuhi perpustakaan-perpustakaan yang ada. buku-buku yang terkenal pada waktu itu adalah karangan Ibnu Sina dan Ar-razi yang diantaranya karangan buku tentang ilmu filsafat dan ilmu kedokteran.

2. Adanya kata yang berasal dari bahasa arab yang masih digunakan oleh bangsa Eropa sampai sekarang. Kalimat-kalimat ini bisa ditemukan dalam bahasa Italia, Portugis, Spanyol dan masih banyak yang lainnya.

Perkembangan Islam di Berbagai Negara di Eropa

1. Pada tahun 1975 di Spanyol sekelompok pemuda masuk Islam, disana mereka membangun peradaban muslim di kota Cordova. Selanjutnya pada tahun 1978 setelah memohon izin pada pemerintah Cordova, mereka akhirnya bisa melaksanakan Shalat Idul Fitri di Kathedral. Bahkan pada saat itu, walikota Tulio Angulia memberikan kebijakan tentang tolerasni antar umat

beragama. Hal yang dia lakukan salah satunya menawarkan kepada umat Islam menggunakan taman kota untuk shalat berjamaah dan Idul Adha, tak lupa diapun memberikan tenda besar agar umat Islam bisa semakin khusyuk dan nyaman ketika shalat. Terdapat pula sekolah yang

dikelola oleh Dr. Umar Faruq Abdullah yang mengajar ilmu Al-quran, bahasa arab, hadist, fiqih, tafsir dan masih banyak yang lainnya.

2. Di negara Belgia, berdiri sebuah gedung Islamic Center sebagai pusat kegiatan dakwah islam. Pada tahun 1980 diselenggarakan Mukhtamar Islam di Eropa tepatnya di kota Brussel. Pada waktu itu umat Islam yang berada di Belgia mencapai 150.000 orang.

3. Pada awal abad 15 H di Austria, tepatnya pada tahun 1979 di kota Wina, dibangun sebuah gedung Islamic Center yang memiliki kapasitas 30.000 orang. Di gedung ini terdapat berbagai fasilitas seperti perpustakaan, perumahan, madrasah, serta masjid jami’. Di sana pun agama Islam menjadi agama yang kedua di akui setelah agama Kristen.

4. Telah dibangun sebuah masjid yang megah di kota Almeo, Belanda. Di kota ini juga terbentuk fererasi organisasi Islam yang dipimpin warga asli belanda yang bernama Abdul Wahib Van Bomel. Abdul wahib memperjuangkan agar semua buruh yang beragama Islam bisa diberi kesempatan keleluasaan waktu untuk menjalankan shalat lima waktu. Di kota Redderect pada tanggal 14 oktober 1983, telah dibangun sebuah masjid yang memiliki kapasitas 500 orang yang dilengkapi berbagai fasilitas, diantaranya tempat wudhu, ruang tamu, ruang diskusi dan masih banyak yang lainnya. Pertumbuhan umat Islam di negara ini juga sangat pesat dan dari tahun ke tahun terus meningkat. Yang awalnya hanya ratusan orang kini bertambah menjadi ratusan ribu orang.

(4)

tidak seperti wilayah Eropa lainnya yang tumbuh begitu pesat. Meskipun begitu, pada tahun 1984 umat islam berhasil meletakkan batu pertama untuk pembangunan masjid di Taman Most Antene di Pariali. Masjid ini sendiri diresmikan pada tahun 1995.

6. Di negara Inggris, perkembangan umat Islam cukup bagus. Hal ini terjadi karena adanya dukungan dan faktor kepindahan Universitas Islam Toledo dari Spanyol menuju Inggris. Sejak saat itu perkembangan Islam di sini mulai menyebar dan mulai bisa diterima oleh penduduk asli. Ada salah satu tokoh yang sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam, yakni Mozarebes. Adapaun penyebaran paham dan pengembangan Islam itu dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu, baik kepada anak-anak maupun orang dewasa. Pasca perang dunia kedua, terjadi arus imigrasi kaum muslimin menuju Eropa tak terkecuali Inggris. Hal ini semakin meningkatkan pertumbuhan umat Islam di negara ini.

7. Perkembangan umat Islam di Jerman terbilang sangat cepat, sehingga dalam sebuah penelitian sekitar 40% penduduk Jerman yang dibawah 18 tahun sudah memeluk agama Islam. Kekuatan Islam di sini sangat kuat karena menyatukan berbagai kelompok yang ada dan bisa menambah percaya diri umat Islam di sini k menyebarkan ajaran Islam lebih luas lagi.

Kesimpulan

Secara garis besar, masuknya umat Islam ke Eropa berkat Invasi Turki ke wilayah Eropa yang melalui Sisilia, Spanyol dan penaklukan Balkan. Namun tetap yang paling memberi andil besar adalah penaklukan negeri Andalusia atau yang sering kita sebut Spanyol mengingat kaum muslimin pernah menguasai bangsa ini lebih dari 7 abad. Di Spanyol juga menjadi tempat peradaban umat Islam Eropa baik dalam hubungan ekomomi, sosial, politik atau peradaban antar negara. Bisa disimpulkan perkembangan Islam di Eropa hingga bisa berkembang pesat seperti saat ini berkat khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang pada periode klasik.

Perkembangan Islam Di Eropa

Islam memiliki sejarah tersendiri di benua yang sering disebut dengan benua biru ini. Sepuluh abad yang lalu, islam adalah agama yang berjaya dibeberapa wilayah eropa terutama Spanyol dan pemerintahan islam banyak membawa kemajuan di benua tersebut meskipun hal ini bertolak belakang dengan keadaan islam di Eropa saat ini (baca fungsi agama dalam kehidupan manusia). Untuik mengetahui lebih lanjut tentang sejarah dan perkembangan islam di Eropa simak

penjelasan berikut ini (baca juga sejarah yahudi dan sejarah islam dunia) ads

Masuknya Islam ke Eropa

Berbeda halnya dengan proses masuknya Islam di Amerika yang dipelopori oleh masyarajat kelas bawah, Islam masuk ke Eropa melalui jalur kekuasaan yakni pada masa daulat Bani Umayah, dibawah kepemimpinan Khalifah Al Walid dan yang berkedudukan di Damaskus. Pada saat itu, Khalifah Al walid mengirimkan pasukan ke Afrika Utara untuk memperluas

wilayahnya. Pada sekitar tahun 709 masehi, Mus bin Nusyair yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Afrika mengutus Thariq bin Ziad beserta pasukannya mengadakan penjajakan wilayah ke daerah benua Eropa yakni Spanyol dan ternyata pasukan tersebut berhasil menduduki wilayah Spanyol tanpa melakukan perlawanan yang berarti. Selanjutnya pada tahun 710, Thariq bin Ziad dan pasukannya yang mayoritas merupakan masyarakat Arab dan barbar mengulangi misinya untuk memperluas wilayah dengan menyebrangi laut Tengah menuju daratan Spanyol dan ia serta pasukannya mendarat pada suatu bukit yang kemudian dinamakan jabal Thariq atau yang dikenal dengan nama Gibraltar.

Pasukan Thariq bin Ziad harus berperang melawan pasukan Raja Spanyol yakni Raja Roderick dan peperangan tersebut berlangsung selama delapan hari dan akhirnya dimenangkan oleh pasukan Islam sedangkan raja Roderick dan pengikutnya melarikan diri ke arah barat laut. Wilayah Spanyol yang dikuasai diantaranya adalah Archidona, Toledo, dan Granada kemudian berhasil ditundukkan, dan Musa bin Nusyair menyusul ke Spanyol. Selanjutnya dengan bantuan pasukan Spanyol yang tersisa dan dukungan rakyat Spanyol yang tertindas oleh Roderick, Pasukan Islam berhasil menguasai Prancis dan negara-negara tetangganya hingga ke Skandanavia, Jerman, Polandia, Albania Hongaria, rumania, dan Bulgaria.

Masa Pemerintahan Islam

(5)

Abdur Rahman As Saqafi, Al Samah bin Malik, dan selanjutnya diganti oleh Abdur Rahman Al Ghafiqi yang meninggal setelah perang melawan Prancis. Gubernur terakhir bani Umayah di Spanyol adalah Yusuf Al Fiqri yang menggantikan Abdur Rahman Al Ghafiqi. Saat

pemerintahan bani Abbasiyah, Abdur Rahman bin Mu’awiyah bin Hisyam yang merupakan keturunan Bani Abbasiyah melarikan diri ke Spanyol dan mendirikan kekhalifahan disana. Selanjutnya khalifah

Abdur Rahman berhasil menaklukkan Spanyol dan mendapat julukan Ad-Dakhil yang artinya “sang Penakluk”. Pemerintahan Islam di Spanyol berakhir setelah delapan abad lamanya kekuasaan dan sekitar tahun 1492 – 1502, dan juga setelah raja-raja Eropa yang beragama Kristen bersatu terutama Raja Spanyol dan raja Portugal. Setelah itu perkembangan islam terhenti di benua Eropa.

Kemajuan Pemerintahan Islam di Eropa

Selama delapan abad umat islam memerintah di Spanyol, banyak sejarah dan kemajuan yang telah dicapai mengingat delapan abad bukanlah waktu yang singkat. Umat islam berhasil membawa sejarah yang baik bagi penduduk Spanyol karena mereka tidak memperlakukan penduduk Spanyol sebagai jajahan dan berlaku-semena-mena.

Pemerintahan islam memperlakukan penduduk Spanyol dengan baik dan tidak membatasi kegiatan mereka. Hal inilah yang menyebabkan Spanyol memiliki

catatan sejarah yang lebih baik dibandingkan dengan sejarah negara Eropa lainnya. Berikut ini adalah beberapa kemajuan yang ditorehkan umat muslim kala itu. (baca ilmu pendidikan islam dan hakikat pendidikan islam)

1. Sejarah agama islam mencatat pada masa itu pemerintahan islam diEropa banyak melahirkan ulama besar seperti Imam Al Auza’i, seorang tokoh ilmu Fiqih, dan juga ulama-ulama lain di bidang tasawuf, fikih, hadits dan

sebagainya.

2. Lahirnya filsuf dan ilmuwan islam seperti Ibnu Rusydi, seorang filusuf dan ahli di bidang kedokteran. Serta beberapa ahli astronomi terkenal seperti Al Irqali dari Toledo dan Al Majriti dari Kordoba dan Ibnul Aflah dari Sevilla.

3. Di masa pemerintahannya, islam mewariskan berbagai bangunan indah sebagai karya di bidang arsitektur seperti Istana Ja’fariah, Istana Al Hamra di Granada, Masjid Cordova, Masjid Sevilla dan Tembok Toledo, serta Istana Al makmun. Masjid kala itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat menunaikan shalat wajib, shalat jum’at akan tetapi kegiatan lain seperti zakat (baca penerima zakat dan syarat penerima zakat) serta tempat pengajaran Alqur’an (baca manfaat membaca Alqur’an dalam kehidupan dan manfaat membaca Alqur’an bagi ibu hamil)

Masa Kejatuhan Pemerintahan Islam Eropa

Setelah kejatuhan tentara dan keuasaan islam di Spanyol, Raja Spanyol Ferdinand yang menikah dengan Ratu Portugal Elisabeth melarang segala bentuk aktifitas dakwah islam secara terang-terangan dan sembunyi. Mereka juga mengusir umat muslim dari Spanyol dan memaksanya masuk agama kristen. Tidak ada penduduk Spanyol yang boleh memakai nama Arab ataupun nama islam. Jika ada yang melanggar maka orang tersebut akan mendapat hukuman penggal kepala. Pada tahun 1610, Granada menjadi daerah terakhir yang dilepas oleh pemerintahan Islam di Spanyol dan sekitar 50.00 umat muslim diusir dari wilayah tersebut tanpa boleh membawa apapun sehingga banyak dari mereka yang meninggal di perjalanan.

Raja-raja Eropa yang bersatu dan menang atas tentara islam selanjutnya lupa diri dan menjadikan diri mereka sebagai penjajah negara lain untuk memperluas wilayah dan

mendapatkan lebih banyak harta. Hal inilah yang mendorong mereka untuk menjajah negara-negara lain seperti negara-negara islam dan termasuk Indonesia yang pada saat itu memiliki beberapa kerajaan islam di wilayahnya.

Islam Eropa Saat Ini

(6)

dan menetap di Eropa selanjutnya menjadi cikal bakal berkembangnya islam di zaman modern. Tidak hanya itu banyak pelajar muslim yang kemudian pergi dan menetap di Eropa untuk menuntut ilmu. Kemudian berdirilah organisasi islam yang disebut Young Muslim Association in Europa (YMAE). Organisasi tersebut bertanggung jawab untuk mengembangkan dakwah dan upaya mengenalkan islam kepada masyarakat Eropa. Banyaknya masjid dan makanan halal yang tersedia di Eropa adalah salah satu bukti berkembangnya islam di benua ini.

Saat ini islam sudah banyak mengalami kemajuan di negara-negara Eropa dan banyak

masyarakat Eropa yang sudah menganutnya. Meskipun beberapa negara bertindak semena-mena dan melarang muslim melakukan kewajibannya seperti Prancis yang melarang warganya

terutama wanita untuk mengenakan hijab (baca wanita dalam islam, kedudukan wanita dan peran wanita dalam islam). Meskipun demikian, tetap saja hal ini tidak menggentarkan iman dan keinginan mereka untuk tetap istiqamah melaksanakan perintah Allah SWT dan menjahuhi larangannya.

Sejarah Perkembangan Islam di Benua Eropa Bacaan madani 1:26:00 PM Kisah Islami , Sejarah Islam 0 Comments Berdasarkan kenyataan sejarah, Islam memasuki benua Eropa melalui empat periode yaitu: 1. Periode kekhalifahan Islam di Spanyol (Andalusia) selama ± 8 abad dan

pemerintahan umat Islam di beberapa pulau, di antaranya: Prancis Selatan, Sicilia, dan Italia Selatan. Kekhalifahan Islam di Spanyol berakhir pada tahun 1492, setelah penguasa Kristen memaksa khalifah terakhir dari dinasti Bani Umayyah II, Abu Abdillah untuk menyerah. Setelah itu, umat Islam Spanyol dihadapkan pada tiga pilihan, yaitu: masuk Kristen, keluar dari Spanyol, atau dibunuh. Mereka banyak yang meninggalkan Spanyol dan pindah ke Benua Afrika, bahkan ada juga yang ke Benua Amerika. Demikian pula pada abad XI, bangsa Norman di Sicilia dan Italia Selatan telah menaklukkan pemerintahan Islam di Mediterania, wilayah-wilayah Prancis Selatan, Sicilia, dan Italia Selatan. 2. Adanya penyebaran tentara Mongol pada abad ke-13. Di antara penguasa Mongol, yakni Dinasti Khan beragama Islam, kekuasaannya berpusat di Sungai Volga sebelah utara Laut Kaspia dan Laut Tengah, ia meninggalkan penduduk Muslim di sekitar Sungai Volga hingga Kaukasus dan Krimea, yang terdiri dari orang-orang Tartar. Kemudian mereka menyebar ke berbagai wilayah kekaisaran Rusia, dan membangun koloni di berbagai tempat. Mereka menjadi penduduk Finlandia, wilayah Polandia, dan Ukraina. 3. Periode

ekspansi kekhalifahan Turki Usmani sekitar abad ke-14 dan ke-15 ke wilayah Balkan dan Eropa Tengah. Akibat dari ekspansi itu sampai sekarang terdapat kaum Muslim keturunan Turki di Yugoslavia, Rumania, Yunani, Bosnia Herzegovina, dan di Albania. Bahkan di Albania umat Islam merupakan penduduk mayoritas. 4. Periode kaum imigran Muslim memasuki benua Eropa setelah perang dunia ke-2, terutama ke negara-negara industri, seperti: Prancis, Jerman, Inggris Belanda dan Belgia. Di bawah ini akan dikemukakan keberadaan kaum Muslim di beberapa negara dari benua Eropa. 1. Spanyol Kaum Muslim yang mendiami Spanyol dewasa ini terdiri dan keturunan umat Islam yang terusir pada peristiwa Reqonquista (1492 M), kaum imigran pencari kerja yang bertempat tinggal di Spanyol hanya untuk sementara, dan kaum imigran yang menetap di Spanyol. Jumlah mereka menurut catatan Jongen S. Nielson pada tahun 1990 adalah sebesar 250.000 orang. Mereka berasal dan Maroko, Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Pada tahun 1992, terdapat kesepakatan antara pemerintah Spanyol dan

Comission Islamica Espana (Komisi Islam Spanyol), yang isinya : Kaum Muslimin diizinkan untuk memberikan pengajaran agama di sekolah negeri ataupun swasta. Kaum Muslimin diberi izin membangun sekolah yang dikelola sendiri. Izin melaksanakan ibadah di angkatan

(7)

organisasi-organisasi kaum Muslim di Prancis yang cukup banyak itu. Hal ini ditandai dengan didirikannya Federation Nationale des Musulmans de France (FNMF = Federasi Nasional Muslim Prancis), Union des Organisation Islamiques de France (UDIF = Serikat Organisasi Islam Perancis), dan Conceil Relegieux de Islam en France (CORIF = Dewan keagamaan Islam di Perancis). CORIF didirikan pada 6 November 1989 di bawah Departemen Dalam Negeri. Dewan ini

beranggotakan 15 orang pemuka Muslim Prancis, yang tugasnya melakukan pengkajian mengenai masalah-masalah kaum Muslim Prancis. Selain banyaknya organisasi-organisasi Islam, keberadaan kaum Muslimin di Prancis itu ditandai dengan : a. Didirikannya masjid-masjid, pemukiman-pemukiman warga Muslim, dan sekolah-sekolah untuk warga Muslim. b. Makin banyaknya wanita yang berjilbab di jalan-jalan. c. Mengadakan pameran buku-buku Islam di Prancis. d. Banyaknya toko-toko yang menyediakan makanan-makanan halal. e. Berkembangnya beberapa kelompok tarekat (kelompok sufi), seperti Tarekat Qadiriah, Tarekat Tijaniah, Tarekat Naqsyabandiah, dan Tarekat Bektasyi. Selain di Spanyol dan Prancis, kaum Muslim di Benua Eropa juga terdapat di negara-negara lainnya. Seperti di Inggris, Jerman, Belanda, Belgia, Swedia, Denmark, Norwegia, Swiss, Australia, dan Italia. Keberadaan kaum Muslimin di negara-negara tersebut makin meningkat, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Disalin dari : http://www.bacaanmadani.com/2017/02/sejarah-perkembangan-islam-di-benua.html

Terima kasih sudah berkunjung.

Pembahasan tentang perkembangan Islam di Benua Eropa pada bab ini dibatasi pada beberapa negara, sebagai gambaran umum tentang keberadaan Islam di Eropa, yaitu Andalusia (Spanyol), Rusia, dan Inggris secara sekilas. Perkembangan Islam di wilayah lain di Benua Eropa dapat kalian telusuri dari berbagai sumber.

a. Andalusia (Spanyol)

Pada masa pemerintahan Bani Umayah di Damaskus, Andalusia dipimpin oleh Amir (gubernur) di antaranya oleh putra Musa sendiri, yaitu Abdul Aziz. Runtuhnya kebesaran Bani Umayah di Damaskus dengan berdirinya daulah Bani Abbasyah di bawah pimpinan Abdul Abbas As Safah (penumpah darah) yang berpusat di Baghdad, yang menyebabkan seluruh keluarga Kerajaan Bani Umayah ditumpas. Namun, salah seorang keturunan dari Bani Umayah, yaitu Abdur Rahman berhasil melarikan diri dan menyusup ke Spanyol. Di sana dia mendirikan Kerajaan Bani Umayah yang mampu bertahan sejak tahun 193-458 H (756-1065 M).

Kondisi masyarakat Spanyol sebelum Islam mereka memeluk agama Katolik, dan sesudah Islam tersebar luas tidak sedikit dari mereka yang memeluk agama Islam secara suka rela. Hubungan antar agama selama itu dapat berjalan dengan baik karena raja-raja Islam yang berkuasa memberi kebebasan untuk memeluk agamanya masing-masing. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika di sana telah terjadi percampuran darah juga terdapat orang-orang yang berbahasa Arab, beradat istiadat Arab, meskipun tetap memeluk agama nenek moyang mereka.

Keberadaan kerajaan Islam di Spanyol merupakan perantara sekaligus obor kebudayaan dan peradaban. Ilmu pengetahuan kuno dan filsafat ditemukan kembali. Di samping itu, Spanyol menjadi pusat kebudayaan, karena banyaknya para sarjana dan mahasiswa dari berbagai pelosok dunia berkumpul menuntut ilmu di Granada, Cordova, Seville, dan Toledo.

Di kota-kota tersebut banyak terlahir ilmuwan terkemuka, seperti Abdur Rabbi (sastrawan terkemuka), Ali ibnu Hazm (penulis 400 jilid buku sejarah, agama, logika, adat istiadat), Al Khatib (ahli sejarah), Ibnu Khaldun (ahli filsafat yang terkenal dengan bukunya “Muqaddimah”), Al Bakri dan Al Idrisi (ahli ilmu bumi), dan Ibnu Batuta (pengembara terkenal yang menjelajahi negeri-negeri Islam di dunia).

(8)

Rusyd di bidang pengobatan ialah buku ensiklopedi dengan judul Al Kuliyat fit At Tibb, serta buku filsafat Thahafut At Tahafut.

Perlu pula diketahui bahwa peranan wanita-wanita muslim di Spanyol saat itu tidak hanya mengurus dapur mereka, tetapi mereka juga memberikan sumbangan besar di bidang kesusasteraan, seperti Nazhun, Zaynab, Hamda, Hafsah, Al-Kalayyah, Safia dan Marian dari Seville (adalah seorang guru terkenal). Penulis-penulis wanita dan dokter-dokter wanita, seperti Sysyah, Hasanah At Tamiyah, dan Ummul Ula serta masih banyak lagi.

Pada abad 12 di Spanyol didirikan pabrik kertas pertama. Kenangan pertama dari peristiwa itu ialah kata “Rim” melalui kata “Ralyme” (Perancis Selatan) diambil dari bahasa Spanyol “ Risma” dari bahasa Arab “Rizma” artinya bendel.

Berakhirnya kekuasaan Bani Umayah di Spanyol di bawah kekuasaan Khalifah Sulaiman, diganti oleh dinasti-dinasti Islam kecil, seperti Al- Murabithin, Al-Muhades (Muwahidun), dan kerajaan Bani Ahmar. Setelah delapan abad umat Islam menguasai Andalusia pada tahun 898 H (1492 M). Raja Abdullah menyerahkan kunci kota Granada kepada Ferdinand pemimpin kaum Salib, yang selanjutnya beliau menduduki istana Al Hambra, di mana sebelum itu Khalifah Abdullah bersedia menandatangani perjanjian yang terdiri atas 72 pasal. Di antara isinya antara lain Ferdinand akan menjamin keselamatan jiwa keluarga Raja Bani Ahmar, demikian pula kehormatan dan kekayaan mereka. Dalam pada itu, kemerdekaan beragama pun akan dijamin terhadap kaum muslimin yang tinggal di Andalusia.

Akan tetapi, di kemudian hari perjanjian tersebut diingkari oleh Ferdinand sendiri dan malah mendesak semua pasukan Raja Abdullah untuk masuk Kristen, jika menolak diusir dan harta bendanya disita. Pertumbuhan agama Islam di Eropa sekarang memang cukup sulit dibandingkan dengan berdakwah di Asia-Afrika, yang masyarakatnya terlanjur sekuler, namun karena kegigihan para mubaligh berdakwah sehingga dalam perkembangannya agama Islam semakin baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Apalagi setelah Paus Paulus II membuka dialog antar umat beragama, seperti yang dilakukan terhadap tokoh-tokoh muslim khususnya dari Indonesia dan pada masa hidupnya Paus Paulus II pernah mengundang Menteri Agama RI untuk menjelaskan praktek kerukunan hidup beragama di tanah air.

Di Spanyol atau Andalusia pada tahun 1975 sekelompok pemuda masuk Islam, mereka mendirikan masyarakat muslim di Cordova. Kemudian pada tahun 1978 mereka dapat melaksanakan Shalat Idul Adha di Kathedral (bekas masjid) setelah memohon izin Uskup Cordoba Monseigneur Infantes Floredo. Bahkan, walikota Tulio Anguila melaksanakan teori kerukunan beragama. Ia menawarkan umat Islam menggunakan taman kota dengan diberi kemah besar untuk melaksanakan shalat Idul Adha dan shalat berjamaah. Di sana terdapat madrasah yang dikelola Dr. Umar Faruq Abdullah yang mengajar bahasa Arab, ilmu al-Qur'an, tafsir, fiqih, hadis dan lain sebagainya.

b. Rusia

Sampai akhir abad ke-10 M orang-orang Rusia masih menyembah berhala. Rusia jatuh ke tangan Islam di bawah pimpinan panglima Qutaibah bin Muslim pada masa Khalifah Walid bin Abdul Malik sampai permulaan Khalifah Sulaiman.

Pada saat itu Qutaibah mampu meluaskan penaklukan ke semua negeri yang terletak di dua sungai Jihun dan Sihun. Qutaibah juga berdakwah kepada penduduk untuk memeluk agama Islam dan meninggalkan penyembahan berhala. Karena kebijaksanaan Qutaibah, maka banyak penduduk negeri itu masuk agama Islam.

(9)

Keberadaan pemerintahannya yang berpaham komunis yang anti Islam, cukup menjadi hambatan bagi perkembangan Islam di Rusia. Chechnya adalah salah satu korban keganasan tentara Rusia. Chechnya merupakan negara kecil di kawasan Kaukasus, Rusia yang berpenduduk 1,5 juta dan mayoritas beragama Islam. Presidennya yang bernama Dzhokar Dudayef adalah seorang muslim yang taat.

Pasca runtuhnya rezim Bolshevik yang anti-agama pada 1991, umat Islam Rusia bangkit lagi setelah hampir tiga perempat abad di bawah tekanan. Kebangkitan umat Islam di Rusia terlihat dari tingginya animo menunaikan haji dan umrah, minat mempelajari al-Qur'an, serta peningkatan jumlah jemaah dan masjid. Pada 2008, lebih dari 32.000 muslim Rusia menunaikan haji. Diperkirakan sebanyak 7.000 masjid berdiri di seluruh Rusia, sementara ketika komunis tumbang hanya ada 100 masjid. Moskwa, dengan sekitar 2,5 juta muslim, menjadikannya sebagai kota dengan penduduk muslim terbesar di Eropa. Saat ini diperkirakan 18 persen dari total penduduk atau 25 juta warga Rusia memeluk agama Islam. Melihat perkembangan yang demikian pesat, sebagian pakar memprediksikan bahwa tahun 2050 Rusia akan menjadi Negara Islam terbesar di Eropa.

c. Inggris

Inggris termasuk salah satu negara yang cukup bagus perkembangan Islamnya. Hal ini didukung dengan pemindahan Universitas Islam Toledo di Spanyol ke Inggris. Sejak itu Inggris mempunyai Universitas Cambridge dan Oxford. Mozarabes salah satu tokoh yang amat berjasa dan aktif dalam penyebaran ilmu pengetahuan agama Islam. Ia mengganti namanya menjadi Petrus Al Ponsi, dan beliau menjadi dokter istana Raja Henry I. Pengembangan Islam dilakukan tiap hari libur, seperti hari Sabtu dan Ahad baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Beberapa organisasi Islam yang ada di Inggris adalah:

1) The Islamic Council of Europe (Majlis Islam Eropa) berfungsi sebagai pengawas kebudayaan Eropa.

2) The Union of Moslem Organization (Persatuan Organisasi Islam Inggris). 3) The Asociation of British Moslems (Perhimpunan Muslim Inggris). 4) Islamic Fondation dan Moslem Institute. Keduanya bergerak di bidang penelitian, beranggotakan orang-orang Inggris dan imigran.

Di pusat kota London dibangun Central Mosque (Masjid Agung) yang selesai pembangunannya pada tahun 1977 terletak di Regents Park, dan mampu menampung 4000 jamaah, dilengkapi perpustakaan dan ruang administrasi serta kegiatan sosial. Di samping itu, orang-orang Islam Inggris juga membeli sebuah gereja seharga 85.000 poundsterling di pusat kota London yang akan dijadikan pusat pendidikan ilmu agama Islam. Pemeluk agama Islam di sini selain bangsa Inggris sendiri juga imigran Arab, Turki, Mesir, Cyprus, Yaman, Malaysia dan lain-lain yang jumlahnya ± 1 ½ juta orang (menurut catatan The Union of Moslem Organization), dan di sini agama Islam merupakan agama nomor dua setelah Kristen.

Al-Qur'an pertama kali diperkenalkan di Inggris oleh Robert Katton yang ditejemahkan ke dalam bahasa latin. Kemudian kamus Arab-Inggris pertama disusun sarjana Inggris E.W.Lanes. Di negeri ini juga pada tahun 1985 muncul seorang walikota muslim yang bernama Muhammad Ajeeb di Stradford Inggris. Dan sejak itu, masyarakat muslim dan mahasiswa Universitas Oxford mendirikan “Pusat Kajian Islam”.

Sejarah Peradaban Islam di Eropa

(711M-1492M)

May 1

(10)

BAB I : PENDAHULUAN

Ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran di daerah Semenanjung Arab, bangsa-bangsa Eropa justru mulai bangkit dari tidurnya yang panjang, yang kemudian banyak dikenal dengan

Renaissance. Kebangkitan tersebut bukan saja dalam bidang politik, dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Harus diakui, bahwa justru dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan negara-negara baru Eropa. Kemajuan-kemajuan Eropa tidak dapat dipisahkan dari peran Islam saat menguasai Spanyol.[1]

Dari Spanyol Islam itulah Eropa banyak menimba ilmu pengetahuan. Ketika Islam mencapai masa keemasannya, kota Cordoba dan Granada di Spanyol merupakan pusat-pusat peradaban Islam yang sangat penting saat itu dan dianggap menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen, Katolik maupun Yahudi dari berbagai wilayah dan negara banyak belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa[2] Di sini pula mereka dapat hidup dengan aman penuh dengan kedamaian dan toleransi yang tinggi, kebebasan untuk berimajinasi dan adanya ruang yang luas untuk mengekspresikan jiwa-jiwa seni dan sastra.[3]

Penduduk keturunan Spanyol dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu: Pertama, kelompok yang telah memeluk Islam; Kedua, kelompok yang tetap pada keyakinannya tetapi meniru adat dan kebiasaan bangsa Arab, baik dalam bertingkah laku maupun bertutur kata; mereka kemudian dikenal dengan sebutan Musta’ribah, dan Ketiga, kelompok yang tetap berpegang teguh pada agamanya semula dan warisan budaya nenek moyangnya. Tidak sedikit dari mereka, yang nonmuslim, menjadi pejabat sipil maupun militer, di dalam kekuasaan Islam Spanyol. Mereka pun mendapat keleluasaan dalam menjalankan ibadah mereka tanpa diganggu atau mendapat rintangan dari penguasa muslim saat itu, sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya saat penguasa Kristen memerintah Spanyol.[4]

BAB II : PEMBAHASAN A. Masuknya Islam ke Eropa

(11)

merebut tanah Semenanjung ini dari bangsa Gothi Barat pada masa Khalifah Al-Walid ibn Abdul Malik.[5]

Islam masuk ke Spanyol (Cordoba) pada tahun 93 H (711 M) melalui jalur Afrika Utara di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad yang memimpin angkatan perang Islam untuk membuka Andalusia.[6]

Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah Al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman Al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko.

Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid).[7] Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan Kerajaan Romawi, yaitu Kerajaan Gotik.

Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia

menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang lima ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif ibn Malik dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.[8] Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penaklukan Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang

didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.[9] Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya menaklukkan kota-kota penting seperti Cordova, Granada dan Toledo (Ibu kota kerajaan Goth saat itu).[10] Sebelum menaklukkan kota Toledo, Thariq meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara. Lalu dikirimlah 5000 personil, sehingga jumlah pasukan Thariq 12000 orang. Jumlah ini tidak sebanding dengan pasukan ghothic yang berjumlah 25.000 orang.[11]

Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Musa bin Nushair pun melibatkan diri untuk membantu perjuangan Thariq. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.[12]

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M, dengan sasarannya menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.[13]

Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal.

(12)

kelas, sehingga, keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam.[15] Berkenaan dengan itu, Ameer Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan resi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat.[16] akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat

perlawanan dan pemberontakan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.

Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol berada di bawah pemerintahan Romawi, berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri, dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dengan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.[17]

Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam.

Awal kehancuran kerajaan Ghot adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak, dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu, terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol. Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq, dan Musa.[18]

Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum

Muslimin.[19]

Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang, dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum Muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.

B. Perkembangan Islam di Spanyol

Sejak pertama kali Islam menginjakkan kakinya ditanah Spanyol hingga jatuhnyua kerajaan Islam terakhir di sana sekitar tujuh setengan abad lamanya, Islam memainkan peranan yang besar, baik dalam bidang kemajuan intelektual (filsafat, sains, fikih, musik dan kesenian, bahasa dan sastra), kemegahan bangunan fisik (Cordova dan Granada).[20] Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode yaitu :

1. Periode Pertama (711-755 M)

(13)

terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat

singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing yaitu suku Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini sering kali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.[21] Periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.

2. Periode Kedua (755-912 M)

Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman Al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman Al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.

Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik di bidang politik maupun bidang peradaban. Abdurrahman Al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdul Rahman Al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.[22] Pemikiran filsafat juga mulai pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman Al-Ausath.

Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesahidan (Martyrdom).[23] Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi.[24]

Ada yang berpendapat pada periode ini dibagi menjadi dua yaitu masa Ke Amiran (755-912) dan masa ke Khalifahan (912-1013).[25]

3. Periode Ketiga (912-1013 M)

Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Muluk Al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Muktadir, Khalifah daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilainnya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu Abdurrahman Al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).

Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman Al-Nasir mendirikan universitas Cordova. Ia mendahului Al-Azhar Kairo dan Nizhamiyah Baghdad, juga menarik minat para siswa, Kristen dan Muslim, tidak hanya di Spanyol tetapi juga dari wilayah-wilayah lain di Eropa, Afrika dan Asia.[26]

Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.[27]

4. Periode Keempat (1013-1086 M)

Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah

(14)

perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan

perlindungan dari satu istana ke istana lain.[28]

5. Periode Kelima (1086-1248 M)

Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil

mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Pada masa dinasti Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M.

Dinasti Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumazi (w.1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun’im. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhhidun menyebabkan penguasanya memilih meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara pada tahun 1235 M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh pada tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam.[29]

6. Periode Keenam (1248-1492 M)

Pada Periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena

perselisihan orang-orang istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaannya. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta. Tentu saja, Ferdinand dan Isabella yang mempersatukan kedua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.[30]

C. Kemajuan Peradaban

Dalam masa lebih dari tujuh abad, kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan, pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.

1. Kemajuan Intelektual

Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir.

Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari

komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), alMuwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir,

memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.[31]

a. Filsafat

(15)

dikembangkan pada abad ke-9 M, selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd Al-Rahman (832-886 M).[32]

Atas inisiatif Al-Hakam (961 -976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga, Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia islam.

Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragosa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti Al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid.

Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.

Akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibnu Rusyd dari Cordova. la lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al-Mujtahid.

Ibnu Rusyd memiliki sikap realisme, rasionalisme, positivisme ilmiah Aristotelian. Sikap skeptis terhadap mistisisme adalah basis di mana ia menyerang filsafat Al-Ghazali.[33]

b. Sains

Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan Iain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu.[34] Ibrahim ibn Yahya Al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. la dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. la juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan Al-Hafidz adalah dua orang ahli

kedokteran dari kalangan wanita.

Fisika. Kitab Mizanul Hikmah (The Scale of Wisdom), ditulis oleh Abdul Rahman al-Khazini pada tahun 1121, adalah satu karya fundamental dalam ilmu fisika di Abad Pertengahan, mewujudkan “tabel berat jenis benda cair dan padat dan berbagai teori dan kenyataan yang berhubungan dengan fisika.[35]

Trigonometri Pengantar kepada risalah astronomi dari Jabir ibnu Aflah, dari Seville, ditulis oleh Islah al-Majisti pada pertengahan abad dua belas, berisi tentang teori-teori trigonometrikal. Hasan al-Marrakusyi telah melengkapi pada tahun 1229 di Maroko, suatu risalah astronomi dengan informasi trigonometri. Karyanya tersebut berisi “tabel sinus untuk setiap setengah derajat, juga tabel untuk mengenal benar-benar sinus, arc sinus dan arc cotangen”

Observatorium Maragha, berdiri pada tahun 1259 di Azerbaijan, Persia, menjadi pusat studi astronomi dan alat-alat (baru) atau untuk memperbaiki alat-alat astronomi, kreatif dan terkenal untuk suatu periode yang singkat. Pusat yang menarik bagi ahli astronomi dan pembuat alat-alat astronomi dari Persia dan mungkin Cina.[36]

Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim

Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn Al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika.

(16)

yang paling teliti di dunia. Ia juga menggubah ensiklopedia geografi antara tahun 1154 dan 1166 untuk William I. Al-Mazini di Granada telah menulis geografi Islam Timur dan daerah Volga; keduanya didasarkan atas perjalanannya.[37]

C. Fiqih

Dalam bidang fiqih, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziyad ibn Abd Al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd Al-Rahman. Ahli-ahli fiqih lainnya di antaranya adalah Abu Bakr ibn Al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id Al-Baluthi, dan Ibn Hazm yang terkenal.[38]

d. Musik dan Kesenian

Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. la juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya, baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.

Studi-studi musikal Islam, seperti telah diprakarsai oleh para teoritikus al-Kindi, Avicenna dan Farabi, telah diterjemahkan ke bahasa Hebrew dan Latin sampai periode pencerahan Eropa. Banyak penulis-penulis dan musikolog Barat setelah tahun 1200, Gundi Salvus, Robert Kilwardi, Ramon Lull, Adam de Fulda, dan George Reish dan Iain-lain, menunjuk kepada terjemahan Latin dari tulisan-tulisan musikal Farabi. Dua bukunya yang paling sering disebut adalah De Scientiis dan De Ortu Scientiarum.

Musik Muslim juga disebarluaskan ke seluruh benua Eropa oleh para “penyanyi-pengembara” dari periode pertengahan ini memperkenalkan banyak instrumen dan elemen-elemen musik Islami. Instrumen-instrumen yang lebih terkenal adalah lute (al-lud), pandore (tanbur) dan gitar (gitara). Kontribusi Muslim yang penting terhadap warisan musik Barat adalah musik mensural dan nilai-nilai mensural dalam noot dan mode ritmik. Tarian Morris di Inggris berasal dari Moorish mentas (Morise). Spanyol banyak menerapkan model-model musikal untuk sajak dan rima syair dari kebudayaan Muslim.[39]

Banyak risalah musikal yang telah di tulis oleh para tokoh Islam seperti Nasiruddin Tusi dan Qutubuddin Asy-Syairazi yang lebih banyak menyusun teori-teori musik.[40]

e. Bahasa dan Sastra

Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan Al-Gharnathi.

2. Kemegahan Pembangunan Fisik

Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.

Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hidrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wheel) asal Persia yang dinamakan na’urah (Spanyol: Noria). Di samping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun, dan taman-taman.[41] Industri, di samping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam. Di antaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar.

(17)

Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam. Pohon-pohon dan : bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik peman-dangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsik.

Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Menurut Ibn Al-Dala’i, terdapat 491 mesjid di sana. Di samping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat sekitar 900 pemandi-an. Di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 Km.

b. Granada

Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana Al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya.

Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana Al-Zahra, istana Al-Gazar, inenara Girilda, dan Iain-lain.[42]

3. Faktor-Faktor Pendukung Kemajuan

Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd Al Rahman Al-Dakhil, Abd Al-Rahman Al-Wasith dan Abd Al-Kahman Al-Nashir.

Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang mempelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang terpenting di antara penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah Muhammad Ibn Abd Al-Rahman (852-886) dan Al-Hakam II Al-Muntashir (961-976).

Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga, mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol. Untuk orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi, disediakan hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing.

Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi beragama, komunitas-komunitas itu dapat bekerja sama dan menyumbangkan kelebihannya masing-masing.

Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad ke-11 M dan seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terdapat api yang disebut kesatuan budaya dunia Islam.[43]

Perpecahan politik pada masa Muluk Al-Thawa’if dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya peradaban. Masa itu, bahkan, merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, Kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti (raja) di Malaga, Toledo, Sevilla, Granada, dan Iain-lain berusaha menyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan satu-satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk Al-Thawa’if berhasil

mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang di antaranya justru lebih maju.[44] D. Penyebab Kemunduran dan Kehancuran

1. Konflik Islam dengan Kristen

Para penguasa Muslim tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata.38 Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami

kemunduran.[45]

(18)

Kalau di tempat-tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para mukalaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering

menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, di samping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.[46]

3. Kesulitan Ekonomi

Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian.[47] Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.

4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan

Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat

kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, di antaranya juga disebabkan permasalahan ini.[48]

5. Keterpencilan

Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. la selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dan Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.[49]

D. Pengaruh Peradaban Islam Di Eropa

Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada

khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Memang banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan Perang Salib, tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam.

Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian, dan peradaban antar negara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains di samping bangunan fisik.[50] Yang terpenting di antaranya adalah pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198 M). la melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. la mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang berpikiran bebas. la mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul gerakan Averroeisme (Ibn Rusydisme) yang menuntut kebebasan berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.

Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M.[51] 41 Buku-buku Ibn Rusyd dicetak di Vinesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan, edisi lengkapnya terbit pada tahun 1553 dan 1557 M. Karya-karyanya juga diterbitkan pada abad ke-16 M di Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourg, dan di awal abad ke-17 M di Jenewa.

Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rusyd, ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan Muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas pertama eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di akhir zaman Pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di dalam universitas-universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran Al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd.[52]

(19)

terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Latin. [53]

Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke-18 M.[54]

BAB III PENUTUP

Eksistensi perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh peradaban Spanyol Islam di segala bidang, telah menjadikannya sebagai sebuah negara adikuasa di zamannya.

Kehadirannya telah banyak mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia. Dengan semangat science for science mereka melakukan serangkaian upaya pengembangan khazanah keilmuan yang telah di kemukakan oleh Pemikir Yunani kuno dengan tanpa

melepaskan pada frame religius islami. Semangat inilah yang mereka lakukan dalam melakukan

itjihad keilmuan. Dari akumulasi dan hubungan yang harmonis inilah kemudian melahirkan ilmu pengetahuan islami yang sangat bermanfaat bagi perkembangan kebudayaan manusia

selanjutnya. Di saat perkembangan keilmuwan mencapai zaman keemasan inilah pada waktu yang bersamaan dunia Eropa berada dalam keadaan yang memprihatinkan. Mereka terkekang oleh dogma gerejani yang absolut yang mengharamkan umatnya untuk mengembangkan daya nalarnya.

Namun demikian, perputaran jarum sejarah tidak selamanya menunjukkan arahnya ke dunia Islam. Selang beberapa waktu kemudian dunia Islam mengalami disintegrasi dan stagnasi roh ilmiah intelektual, terutama setelah serangan Al-Ghazali yang mendeskriditkan para filsuf muslim dalam melakukan itjihad akliah mereka. Kondisi ini menjadikan umat menjadi antipati terhadap dinamika intelektual filosofis. Sementara itu banyaklah para filsuf muslim yang harus “keluar” dari negerinya yang sudah tak “bersahabat” lagi dengan ide-idenya ke tempat yang lebih aman, yaitu Benua Eropa. Di sana ide-ide mereka disambut dengan antusias, apalagi setelah para pelajar Eropa belajar di dunia Islam sebelumnya. Mereka tahu akan begitu besarnya manfaat ilmu yang ada di dunia Islam. Keadaan inilah yang akhirnya khazanah ilmu

pengetahuan harus berpindah dari dunia Islam ke dunia non-Islam. Babak inilah yang menandai kemunduran dunia Islam, dan awal zaman keemasan dunia Eropa. Kemunduran dinamika intelektual muslim disebabkan tidak teraplikasikannya nilai-nilai ijtihad yang distimuli

al-Qur’an di tengah-tengah kehidupan umat Islam. Untuk itu fenomena ini hendaknya memberikan nuansa sekaligus pemicu agar umat kembali kepada semangat intelektual Quranik, jika ingin mengembalikan zaman keemasan pendidikan Islam tempo dahulu, guna mengembalikan zaman keemasan pendidikan dan membangun kebudayaan dunia Islam modern secara adaptik dan komprehensif. (nalah_aagun)

DAFTAR PUSTAKA

As-Siba’i Mustafa, Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok. Gema Insani Press, Jakarta : 1993 Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, PT: Gravindo Persada : 2003

Majid Mun’im Abdul, Sejarah Kebudayaan Islam, Pustaka : 1997

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT), Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta 1996.

Sunanto Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta Timur, Penada Media: 2003 Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana. 2005

Dean Derhak, Muslim Spain and European Culture, dalam http://www.muslimheritage.com Siti Maryam, dkk., Sejarah Peradaban Islam: Dari masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta. LESFI, 2004

1. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 2, Jakarta, Pustaka Alhusna, 1983 _________, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, jilid 4, Kairo: Maktabah al-Mishriyah, 1979

Philip K. Hitti, History of the Arab, London, Macmillan Press, 1970

Referensi

Dokumen terkait

Dengan geometri peledakan aktual, didapatkan volume hasil batuan per bulan masih belum mencapai target produksi yang diinginkan perusahaan sebesar 80.000 ton.

Perlakuan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan RME berbantuan-ICT (RME-BICT), pendekatan RME, dan pendekatan konvensional. RME berbantuan ICT yang dimaksud

The last hyperbole on this poem i s available on the last line, “I carry your heart (I carry it in my heart),” actually this line has the same sentence with the first and

Luas area tanaman aren di Indonesia pada tahun 2008 adalah 62.009 ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009) dan ini merupakan keunggulan UKM di Indonesia terutama di

The results showed that the best cultivar response for germination traits was Inpari 13, the best mutagen to build cultivar for germination traits was Gamma

Sedangkan obyek dari penelitian ini adalah lebih mengarah kepada keharmonisan rumah tangga pasangan yang hamil di luar nikah dan perbandingan antara pasangan

Berda- sarkan hal tersebut, penulis berpendapat bahwa dengan menggunakan perspektif gerakan sosial yang dalam hal ini terkait dengan kemampuan gerakan sosial dalam kompetisi

Dalam penelitian budaya visual tujuh karya seni rupa kontemporer Putu Sutawijaya yang sangat beragam dan dinamis tersebut telah diketemukan bahwa Putu Sutawijaya senantiasa