• Tidak ada hasil yang ditemukan

FREE CASH FLOW LEVERAGE BESARAN DAN SIKL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FREE CASH FLOW LEVERAGE BESARAN DAN SIKL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

FREE CASH FLOW, LEVERAGE, BESARAN DAN SIKLUS HIDUP

PERUSAHAAN: BUKTI KEBIJAKAN DEVIDEN DI INDONESIA

R.A. Sista Paramita

Fakultas Ekonomi – Universitas Negeri Surabaya

Email: sistaparamita@yahoo.com,

sistaparamitao3@gmail.com

Informasi Artikel Riwayat Artikel

Diterima tanggal 25 Februari 2015 Direvisi tanggal 26 Maret 2015 Disetujui tanggal 16 Mei 2015

Klasiikasi JEL G35

Kata Kunci Free Cash Flow Leverage

Besaran Perusahaan Siklus Hidup Perusahaan Kebijakan Deviden

DOI

10.17970/jrem.15.1501012.ID

ABSTRACT

This paper examined the dividend policy based on hypothesis. However, dividend payout itself also remains a debated topic. The purpose of this study was to examine the effect of Free Cash Flows, Leverage, Life Cycle, and the Size to Dividend Policy. The data is taken from the Indonesia Stock Exchange, using the sample of manufacturing irms sub-sector of consumption during 2011-2013. Multiple regressions were employed to analyze the data. Based on test results, this study indicates that all the independent variables affect the dividend policy, where FCF, DER and ROA had a positive effect on dividend policy, while the Size and RE / TE had no effect on the dividend policy. This study contributed to the research in dividend topic, and helps the irm to maintain its ability to distribute dividend to their shareholder and cast doubt whether manufactured irm in Indonesia rely on debt or free cash low to pay dividend

ABSTRAKSI

Penelitian ini akan menguji kebijakan dividen yang didasarkan hipotesis. Namun pembayaran dividen itu sendiri juga tetap merupakan topik yang diperdebatkan. Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh free cash low, leverage, besaran serta siklus hidup perusahaan terhadap kebijakan dividen. Data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan sampel perusahaan-perusahaan manufaktur di sub sektor industri barang konsumsi selama periode 2011-2013. Regresi berganda digunakan untuk menganalisis data. Didasarkan pada pengujian hasil, penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel independen berpengaruh pada kebijakan deviden, dimana FCF, DER, dan ROA berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen, sementara besaran dan RE/TE tidak berpengaruh pada kebijakan dividen. Penelitian ini memberikan kontribusi pada topik penelitian dividen, serta membantu perusahaan dalam menjaga kemampuannya membagikan dividen kepada pemegang sahamnya serta akan menghilangkan keraguan apakah perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia menggantungkan pada utang atau pada free cash low untuk membayar dividen.

PENDAHULUAN

Keberhasilan suatu perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Krisis keuan-gan pada tahun 2008 secara global telah men-jadikan perekonomian di berbagai negara me-lemah dan berdampak pada penurunan PDB

(2)

dibandingkan dengan cabang industri pengola-han non migas yang lainnya. Bahkan di tahun 2008 saat terjadi krisis keuangan inansial, sub sektor barang konsumsi tetap menunjukkan ke-naikanya, yaitu sebesar 29,8% di tahun 2007 dan 36,33% di tahun 2013. Jika dihubung-kan dengan pergeradihubung-kan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), perkembangan harga saham perusahaan manufaktur selama periode 2006 - 2012 cenderung luktuatif dengan tren yang meningkat. Kondisi perusahaan manufaktur yang membagikan dividen dari tahun ke tahun juga mengalami kenaikkan, walaupun kinerjan-ya cenderung luktuatif.

Kebijakan dividen merupakan lingkup bahasan yang dianggap penting di bidang keuangan. Black (1976: 5) mengatakan bahwa kebijakan dividen masih menjadi sebuah teka-teki (puzzle). Berbagai riset mengenai perilaku dividen yang pernah dilakukan juga belum men-emukan penjelasan yang dapat diterima (Black, 1976; Allen dan Michaely, 2003). Kebijakan dividen dibuat oleh manajer dengan memper-timbangkan penentuan berapa porsi keuntun-gan yang dibagikan sebagai dividen dan berapa porsi yang berupa laba ditahan (Levy dan Sar-nat, 1990; dalam Rosdini, 2009).

Kebanyakan penelitian tentang kebijakan dividen terdahulu dilakukan di Amerika dan negara maju, sedangkan penelitian yang dilaku-kan di negara sedang berkembang masih jarang (Aivazian et al., 2003; La Porta et al., 2000; Na-ceur et al., 2006). Oleh karena itu, penelitian ini meneliti tentang kebijakan dividen perusahaan manufaktur sub sektor konsumsi di Indonesia, karena perusahaan manufaktur merupakan ke-lompok usaha di Bursa Efek Indonesia dengan jumlah perusahaan yang paling banyak begitu juga dalam hal pembagian dividen kepada para pemegang saham.

Pembagian dividen sebagian besar dipen-garuhi oleh perilaku investor yang lebih memil-ih dividen tinggi, karena dividen yang diterima saat ini lebih berharga dibandingkan dengan

capital gains yang diperoleh di kemudian hari,

sehingga laba ditahan menjadi rendah. Di sisi lain, pihak manajemen menahan kas untuk me-lunasi utang atau meningkatkan investasi (Su-harli, 2006). Oleh karena itu, manajemen perlu membuat kebijakan dividen yang optimal untuk menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa yang akan datang sehingga memaksimalkan harga saham (Brennan dan Thakor, 1990). Kebijakan dividen dapat menjadi salah satu bentuk mekanisme pengawasan pemegang saham terhadap pihak manajemen (Suharli, 2006). Kebijakan dividen kas menurut Kallapur dan Trombley (1999) dapat ditunjukkan melalui dividend payout ra-sio dan dividen yield.

Hal ini membuat topik kebijakan dividen menggunakan dividend payout ratio menjadi menarik untuk diteliti. Hal inilah yang men-dorong penulis untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan yang sama. Maka dari itu peneliti menentukan rumusan masalah un-tuk penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh Free Cash Flow, Leverage, Size, dan Life Cycle terhadap kebijakan dividend pada perusahaan manufaktur sub sektor barang konsumsi yang go publik periode 2011-2013?.

Tujuan penelitian ini adalah untuk men-ganalisis pengaruh Free Cash Flow, Leverage,

Size, dan Life Cycle terhadap kebijakan divi-dend pada perusahaan manufaktur sub sektor barang konsumsi yang go public pada periode 2011-2013.

RERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Kebijakan Dividen

(3)

yang akan datang. Apabila perusahaan memilih membagikan laba berupa dividen dengan porsi lebih besar daripada laba yang ditahan, maka akan mengurangi total dana internal, begitu juga dengan pendanaan internal.

Brigham dan Houston (2007) menyebut-kan bahwa kebijamenyebut-kan dividen dikaitmenyebut-kan dengan seberapa besar laba yang akan dibagikan kepa-da pemegang saham untuk dibayarkan sebagai dividen, sebagai dan berapa laba yang diper-tahankannya untuk investasi kembali di dalam perusahaan. Kebijakan dividen tidak dapat dip-isahkan dengan keputusan pendanaan, begitu juga dengan keputusan pembelanjaan perusa-haan, khususnya berkaitan dengan pembelan-jaan intern perusahaan. Alasannya adalah kare-na besar kecilnya dividen yang akan dibagikan akan mempengaruhi jumlah laba yang ditahan, sedangkan laba ditahan merupakan salah satu sumber dana intern pada perusahaan.

Menurut Kallapur dan Trombley (1999), kebijakan dividen dapat ditunjukkan melalui

dividend payout rasio, yang merupakan ra-sio laba yang dibayarkan perusahaan sebagai dividen kepada investor pada periode tertentu.

Dividen payout ratio dideinisikan sebagai ra -sio antara dividen per share (DPS) terhadap

earning per share (EPS).

Dividend Payout Ratio=

Free Cash Flow

Selama ini penelitian banyak menggunakan laporan keuangan yang disediakan oleh para akuntan. Namun, laporan keuangan itu sebena-rnya didesain untuk digunakan oleh kreditur dan penghitungan pajak, bukan untuk mana-jer dan analis saham (Brigham dan Huston, 2009:67). Oleh karena itu, pembuat keputusan dan analis surat berharga seringkali memodii -kasi data akuntansi untuk disesuikan kebutuhan mereka untuk mendukung pembuatan keputu-san. Banyak analis menyebutkan bahwa Free Cash Flow (FCF) adalah sebuah angka yang sangat penting, yang dikembangkan dari

lapo-ran keuangan, dan bahkan lebih penting dari-pada net income.

Salah satu konsep modiikasi keuangan ini adalah konsep Free Cash Flow (FCF), arus kas yang tersisa dikurangi pendapatan yang di-harapkan, biaya operasi yang diharapkan dan investasi yang diperlukan untuk mempertah-ankan dan meningkatkan arus kas. Analisis ini dimulai dengan kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi dan berakhir pada arus kas bebas, yang dihitung sebagai kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi dikurangi pengeluaran modal dan dividen (Kieso, Wey-gandt dan Warield, 2001:243).

Pada saat suatu perusahaan memiliki aliran free cash low, manajer mendapatkan tekanan dari para pemegang saham untuk membagikan dividen. Padahal Manajer lebih mengingink-an dmengingink-ana tersebut diinvestasikmengingink-an kembali pada proyek–proyek yang dapat menghasilkan keun-tungan (Pujiastuti, 2008) agar perusahaan den-gan aliran kas bebas lebih besar akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusa-haan lainnya karena mereka dapat memperoleh keuntungan atas berbagai kesempatan yang tidak dapat diperoleh perusahaan lain (Rosdi-ni, 2009). Jensen dalam Mahadwartha (2007) mengemukakan bahwa free cash low sebai-knya dibagikan sebagai dividen atau digunakan untuk membayar utang, untuk menghindari ke-mungkinan para manajer melakukan investasi yang merugikan (investasi pada net present value yang negatif).

Free cash low perusahaan yang semakin tinggi, akan memberikan peluang bagi perusa-haan untuk membayar dividen atau menahan-nya sebagai laba ditahan. Selain itu perusahaan yang memiliki free cash low lebih tinggi harus membayar lebih dividen untuk mengurangi bi-aya keagenan. Free cash low pada perusahaan menunjukkan efek tambahan bagi investasi atau

(4)

pembagian dividen. La Porta et al. (2000) men-gatakan, bahwa jika perusahaan memiliki free cash low, maka manajer akan menghambur-hamburkan dana tersebut untuk proyek investa-si, bahkan ketika upaya proteksi bagi investor meningkat. Oleh karena itu, studi yang dilaku-kan Holder et al (1998) dan Mollah et al (2002) menyarankan agar perusahaan dengan free cash low yang besar, seharusnya membayar dividen lebih banyak untuk menurunkan kemungkinan penyalahgunaan free cash low oleh para mana-jer

Leverage

Kebijakan utang berkaitan dengan lever-age. Leverage keuangan merupakan suatu uku-ran yang menunjukkan bagaimana perusahaan menggunakan utang untuk mendanai pembi-ayaan investasi perusahaan. Pada dasarnya ter-dapat dua macam jenis utang yaitu utang jangka pendek dan utang jangka panjang yang memi-liki waktu jatuh tempo lebih dari satu tahun. Jika leverage semakin rendah, maka semakin rendah pula resiko yang dihadapi perusahaan (Brigham & Houston, 2010:14).

Leverage keuangan digunakan untuk me-ningkatkan pengembalian pemegang saham. Leverage yang menguntungkan atau positif terjadi pada saat perusahaan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dengan menggu-nakan biaya tetap. Utang ini seharusnya digu-nakan karena pengaruhnya atas pengembalian kepada pemegang saham sementara resikonya diabaikan. Di sisi lain utang dapat membatasi pembayaran dividen saat masih terdapat pin-jaman. Perusahaan harus membayar beban bunga sehingga dapat mengurangi pembayaran dividen (Brigham & Houston, 2006:95). Sema-kin rendah DER maka semaSema-kin tinggi penda-naan oleh pemegang saham, sehingga tingkat ketergantungan mendanai perusahaan semakin kecil dan risiko gagal bayar perusahaan sema-kin kecil, dan laba yang diperoleh untuk mem-bayar utang semakin kecil dan pemmem-bayaran

dividen payout rasio perusahaan kepada peme-gang saham semakin rendah.

Menurut Pecking order theory oleh My-ers dan Maijluf (1984), struktur modal yang optimal didasarkan oleh keputusan pendan-aan berdasarkan biaya modal yang paling mu-rah, yang bersumber dari dana internal sampai pada sumber dana ekstrenal (utang dan saham). Oleh karena itu, utang membuat manajer me-miliki ikatan untuk membayarkan dividen di masa depan, yang dapat mengurangi biaya keagenan dan arus kas bebas untuk kepentin-gan pribadinya. Penggunaan utang yang tinggi menyebabkan penurunan pembayaran dividen karena sebagian besar keuntungan dialokasikan untuk cadangan bagi pelunasan utang. Hubun-gan negatif leverage dengan kebijakan dividen terjadi karena perusahaan harus melunasi utang jangka panjang dan bunganya. Hal ini berdam-pak dalam pengurangan arus kas bebas yang berlebihan oleh pihak insider, sehingga mengu-rangi tindakan yang tidak menguntungkan bagi pemegang saham.

Size

Suatu perusahaan bisa dikatakan sebagai pe-rusahaan besar, jika kekayaan yang dimilikin-ya besar, demikian juga sebalikndimilikin-ya. Biasandimilikin-ya masyarakat menilai besar kecilnya perusahaan dengan melihat isik perusahaan (perusahaan yang dari luar terlihat megah dan besar diarti-kan sebagai perusahaan besar). Namun, hal itu belum tentu menunjukkan perusahaan tersebut memiliki kekayaan yang besar. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjuk-kan bahwa perusahaan tersebut mencapai tahap kedewasaan, dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah bertambah, dianggap me-miliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, dan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding pe-rusahaan dengan aset yang kecil. Semakin be-sar perusahaan maka semakin bebe-sar dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan opera-sional perusahaan.

(5)

bersangkutan sampai beberapa tahun (Brigham dan Houston,2001), atau nilai total aktiva pe-rusahaan pada neraca akhir tahun (Sujoko dan Soebiantoro, 2007), dan leksibilitas serta akse -bilitas yang tinggi dalam masalah pendanaan di pasar modal (Soliha dan Taswan, 2002). Total aktiva adalah segala sumber daya yang dikua-sai oleh perusahaan sebagai akibat dari trans-aksi masa lalu dan diharapkan akan memberi-kan manfaat ekonomi bagi perusahaan di masa yang akan datang (IAI, 2004).

Perusahaan yang memiliki total aktiva yang besar (perusahaan besar) akan lebih ban-yak mendapatkan perhatian dari investor, kredi-tor maupun para pemakai informasi keuangan lainnya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Jika perusahaan memiliki total aktiva yang be-sar, maka manajemen akan lebih leluasa dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk me-ningkatkan nilai perusahaan. Pada saat meng-hadapi goncangan ekonomi, perusahaan yang berukuran besar biasanya lebih kokoh berdiri, sehingga investor cenderung menyukai peru-sahaan berukuran besar daripada peruperu-sahaan kecil. Perusahaan yang besar relatif memi-liki kemudahan akses pendanaan baik melalui utang ataupun pasar modal. Suatu perusahaan besar dan mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara peru-sahaan yang baru dan kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal karena kemudahan akses ke pasar modal mempengaruhi leksibilitas dan kemampuan -nya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi dari-pada perusahaan kecil (Sutrisno, 2001). Oleh karena itu, size berpengaruh positif dan signii -kan terhadap kebija-kan dividen, yaitu semakin besar ukuran perusahaan, maka dividen yang dibayarkan juga meningkat

Life Cycle

Awalnya, teori siklus hidup (lifecycle) dikem-bangkan sebagai konsep pemasaran, yang telah

diperluas ke bidang lain seperti mikro ekonomi, manajemen dan keuangan (Yan, 2006). Teori kebijakan dividen memprediksi bahwa dividen payout bervariasi di antara berbagai tahap siklus hidup perusahaan. Pada awalnya, perusahaan cenderung meningkatkan dan memanfaatkan peluang investasi sehingga pembayaran dividen menjadi rendah atau bahkan tidak membagikan dividen (Anthony dan Ramesh, 1992). Studi pertama yang menyelidiki hubungan antara Teori siklus hidup dan kebijakan dividen adalah penelitian Mueller (1972), yang menyarankan bahwa ada manajerial diseconomies of scale, yaitu sebuah perusahaan yang matang tidak bisa berinvestasi di tingkat pengembalian yang wajar. Temuannya menunjukkan bahwa peme-gang saham perusahaan yang mature lebih me-nyukai dividen daripada retensi.

Pada perusahaan yang telah matang dan lebih besar, pembayaran dividen meningkat tetapi menurun lagi setelah penurunan prof-itabilitas (De Angelo dan De Angelo, 2006). Kelemahan dari teori siklus hidup adalah bah-wa tak ada deinisi yang tepat dari setiap tahap atau standar metodologi bagaimana mengiden-tiikasi tahap siklus hidup (Yan, 2006). Bahkan jumlah tahap yang terlibat juga berbeda. Miller dan Friesen (1984), misalnya, mengidentiikasi lima tahap yaitu Tahap Kelahiran, Tahap Per-tumbuhan, Tahap Kematangan, Tahap Kebang-kitan dan Tahap Penurunan.

Denis dan Osobov (2008) meneliti secara

(6)

Studi Terdahulu

Hasil penelitian, Thanatawee (2011), Pouragha-jan dkk (2013) menyatakan bahwa Free Cash Flow berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Pada perusahaan yang memiliki free cash low yang tinggi, mereka akan cenderung membayar dividen yang lebih tinggi pula. Fa-jriyah (2011), Taleb (2012) menyatakan bahwa Free Cash Flow berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Pengaruh negatif ini menan-dakan apabila free cash low perusahaan me-ningkat, maka akan terjadi penurunan terhadap pembayaran dividen kepada pemegang saham. Hal ini berarti apabila perusahaan memiliki kelebihan arus kas, manajer dapat menggunak-annyauntuk investasi dalam proyek yang me-ningkatkan NPV, sehingga pemegang saham dikenakan beberapa biaya seperti biaya inspek-si, audit dan kontrol

Beberapa studi menguji pengaruh lever-age terhadap kebijakan dividen. Perusahaan yang memiliki leverage tinggi akan memberi-kan dividen yang rendah (Hoberg dan Prabala, 2005). Penelitian ini akan menggunakan Debt

to Equity ratio (DER) sebagai proksi dari le-verage. Penelitian Fajriah (2011), Thanatawee (2011), Taleb (2012) menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif dan signiikan terhadap ke -bijakan dividen. Hal ini bertolak belakang den-gan penelitian Ranti (2013) yang menunjukkan DER berpengaruh negatif dan signiikan terha -dap kebijakan dividen, sementara Pouraghajan et.al (2013) menunjukkan bahwa DER berpen-garuh negatif tidak signiikan terhadap kebi -jakan dividen.

Size merupakan ukuran perusahaan. Pe-rusahaan yang memiliki aset besar cenderung lebih mature dan mempunyai aksesibilitas yang tinggi dalam pasar modal. Penelitian Thana-tawee (2011), dan Ranti (2011) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signiikan terhadap kebijakan dividen, sedang -kan penelitian Fajriah (2011), dan Pouraghajan et.al. (2013) menunjukkan bahwa ukuran pe-rusahaan berpengaruh negatif signiikan terha

-dap kebijakan dividen. Namun, Thaleb (2011) menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signiikan terhadap kebijakan dividen.

Beberapa studi menguji pengaruh life cy -cle terhadap kebijakan dividen, diantaranya di-lakukan oleh Anthony dan Ramesh (1992) yang menyebutkan ada tiga siklus hidup, yaitu “per-tumbuhan”, “dewasa” dan “stagnan”. Sedang-kan pada riset lanjutannya, mereka mengiden-tiikasi dua tahap tambahan yang disebut “per -tumbuhan / dewasa” dan “dewasa / stagnan”. Temuan mereka menyimpulkan pembayaran dividen rendah untuk perusahaan baru dengan pertumbuhan penjualan yang tinggi terjadi pada tahap pertumbuhan dan pembayaran dividen tinggi untuk perusahaan yang lebih “dewasa” dengan tingkat pertumbuhan rendah.

Grullon, Michaely dan Swaminathan (2002) meneliti lebih lanjut perusahaan mature

yang memiliki proitabilitas tinggi (dan tingkat pertumbuhan yang rendah) cenderung bersedia membayar dividen daripada perusahaan dengan proitabilitas rendah dan peluang investasi yang tinggi. Temuan ini lagi sejalan dengan siklus hidup-teori dividen yang berarti bahwa pem-bayaran dividen tergantung pada trade-off an-tara keuntungan seperti penghematan biaya dan kerugian seperti biaya agensi.

(7)

tinggi cenderung lebih dewasa dengan akumu-lasi keuntungan yang tinggi, sehingga mereka adalah kandidat yang tepat untuk membayar dividen.

Denis dan Osobov (2008) adalah yang per-tama yang meneliti efek campuran modal yang diperoleh / kontribusi kombinasi modal dari luar AS dan menemukan bukti korelasi posi-tif di Kanada, Inggris, Jerman, Perancis dan Jepang pada periode waktu antara tahun 1981 dan 2002. Hasil penelitian mereka juga menun-jukkan bahwa perusahaan membayar dividen adalah terkonsentrasi pada perusahaan-perusa-haan besar dan menghasilkan laba besar. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian teoritis dan hasil penelitian maka kerangka pemikian penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Hipotesis

H1 = Free Cash Flow (FCF) berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen

H2 = Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen

H3 = Size berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen

H4 = RETE berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kausal. Variabel penelitian ini adalah kebijakan dividen yang diproksikan dengan Dividend Payout Ratio. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Free Cash Flow (FCF/ X1) 2. Debt to Equity Ratio (DER/X2), 3. Life Cycle (RETE/X3) 4. Size (Ukuran perusahaan/ X4)

Tabel 1

Deinisi Operasional Variabel Yang Diteliti

No Variabel Deinisi Operasional Skala

1 Kebijakan Dividen (Y)

Kebijakan dividen diproksikan dengan Rasio Dividend Payout Ratio (DPR) diukur dengan menghitung rasio antara Dividend Per Share terhadap Earning Per Share

Rasio

DPR =

2 Free Cash

Flow /FCF (X1)

Free cash low adalaharus kas yang tersisa setelah dikurangi pendapatan yang diharapkan, biaya operasi yang diharapkan dan investasi yang diperlukan untuk

mempertahankan dan meningkatkan arus kas.

Rasio

3 Debt to Equity

Ratio /DER (X2)

Leverage diproksikan dengan DER, yang dihitung menggunakan Rasio total utang dengan total ekuitas

(8)

4 Size/Ukuran perusahaan (X3)

Firm size (SIZE) diukur menggunakan natural logaritma dari total aset.

Rasio SIZE = Ln Total Asset

5 RE/TE (X4)

Siklus hidup diproksikan menggunakan RE/ TE seperti yang digunakan oleh De Angelo dan Stulz (2006)

Rasio Life Cycle =

6 ROA

(X5)

ROA dipakai sebagai variabel kontrol

proitabilitas perusahaan. ROA diukur

menggunakan Laba bersih setelah Pajak dibagi dengan Total Aset

Rasio

ROA =

Sumber: Dikembangkan dari penelitian terdahulu Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sub sektor industri barang kon-sumsi meliputi perusahaan makanan minuman, rokok, farmasi, kosmetik dan keperluan barang rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek

In-donesia (BEI). Populasi sektor industri barang konsumsi ini sebanyak 35 perusahaan (ICMD 2010). Adapun sampel penelitian ini diambil secara purposive sampling dengan kriteria ter-tentu sebagai berikut:

Tabel 2

Kriteria Pemilihan Perusahaan Sampel

Perusahaan manufaktur sub sektor industri barang konsumsi yang go public, di BEI dan listing sejak tahun 2010.

32 perusahaan

Perusahaan membagikan dividen dengan kontinu selama periode 2011-2013. 18 perusahaan Perusahaan sampel harus mencantumkan data lengkap, menerbitkan laporan keuangan secara

kontinu, dan tidak sedang dalam proses delisting pada periode pengamatan.

16 perusahaan

Sumber: www.idx.co.id/, diolah

Jenis data penelitian ini adalah data sekunder, yang diunduh melalui website www. idx.co.id/ . Data yang diperoleh adalah data laporan keuangan tahunan perusahaan manu-faktur pada sektor industri barang konsumsi (Consumer Goods Industry) tahun 2011, 2012, dan 2013 berupa laporan laba rugi dan neraca.

Analisis terhadap data dilakukan secara kuan-titatif, dengan menghitung variabel-variabel

independent (variabel bebas) dan menganali-sis pengaruhya terhadap variabel dependent (variabel terikat). Model regresi linier berganda untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y’ = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5e

Y= Kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividen yield

α = Konstanta β = Koeisien regresi

X

1= Free Cash Flow X2= Debt Equity Ratio (DER)

X3= Ukuran Perusahaan X4 = Retained Earning to Book value of Equity

(9)

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik

Pengujian normalitas menunjukkan bahwa data yang akan dianalisis sudah berdistribusi nor-mal. Model regresi juga menunjukkan tidak ada multikolinearitas antara variabel

indepen-den dalam model regresi. Selanjutnya penguji-an autokorelasi menujukkpenguji-an tidak ada korelasi serial, sehingga variabel tersebut independen (tidak ada ada autokorelasi). Pengujian skedastisitas menunjukkan tidak terjadi hetero-skedastisitas pada model regresi.

Tabel 1

Ringkasan hasil Pengujian Model Regresi Berganda

Variabel Independen Koeisien Regresi t Hitung Sig

Constant -0.531 -0.906 0.370

fcf 1.235 5.076 0.000

der 0.357 3.131 0.003

size 0.028 1.228 0.226

rete -0.451 -1.076 0.288

roa 0.023 0.407 0.006

variabel dependen = Dividend payout

R.Squares = 0.538 adjusted R. Squares = 0.483 F hitung = 9.772 Sig. = 0.000

Sumber: Hasil pengolahan data

Pembuktian Hipotesis

Pengujian variabel independen terhadap varia-bel dependen secara simultan diperoleh nilai F sebesar 9.772 dengan tingkat signiikansi sebe -sar 0.000. Hal ini berarti, variabel independen berpengaruh signiikan terhadap variabel de -penden. Nilai adjusted R Square sebesar 0.483, menunjukkan bahwa seluruh variabel indepen-den berpengaruh dalam menentukan variabel dependen sebesar 48,3% sedangkan sisanya sebesar 51,7% dipengaruhi oleh faktor lain.

Hasil analisis parsial menunjukkan bahwa variabel FCF memiliki koeisien regresi sebe -sar 1,235, dengan tingkat signiikansi sebe-sar 0.000, sehingga H1 terbukti, bahwa FCF ber-pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Variabel DER memiliki koeisien regresi sebe -sar 0.357 dengan tingkat signiikansi sebe-sar 0.003, sehingga H2 terbukti, bahwa DER ber-pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Variabel SIZE memiliki koeisien regresi sebe -sar 0.028 dengan tingkat signiikansi sebe-sar 0.226, sehingga H3 tidak terbukti, dan Size

ti-dak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Variabel RETE memiliki koeisien regresi sebe -sar -0.451 dengan tingkat signiikansi sebe-sar 0.288, sehingga H4 tidak terbukti, bahwa RETE berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Vari-abel control ROA memiliki koeisien regresi sebesar 0.023 dengan tingkat signiikansi sebe -sar 0.006, sehingga variabel kontrol yang digu-nakan dalam penelitian berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

(10)

meningkatkan arus kas. Pada saat suatu perusa-haan memiliki aliran free cash low, perusahaan dianggap mempunyai leksibilitas keuangan yang memuaskan. Manajer akan mendapat-kan temendapat-kanan dari para pemegang saham untuk membagikan dividen untuk menghindari ke-mungkinan para manajer melakukan investasi yang merugikan (Mahadwartha, 2007). Hal ini menunjukkan Free Cash Flow berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

Pengaruh DER terhadap Kebijakan Dividen Hasil analisis menunjukkan bahwa DER ber-pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini konsisten dengan pene-litian Fajriah (2011), Thanatawee (2011), Ta-leb (2012). Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Ranti (2013) yang menunjukkan DER berpengaruh negatif dan signiikan terhadap kebijakan dividen, se -mentara Pouraghajan et.al (2013) menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif tidak signii -kan terhadap kebija-kan dividen.

Perusahaan dengan utang yang lebih be-sar dalam struktur modal akan membayarkan dividen lebih besar dibandingkan perusahaan yang porsi utang lebih kecil dari struktur modal dilihat dari segi dividend payout rasio. Utang merupakan salah satu faktor yang memung-kinkan manajer untuk secara efektif memiliki ikatan untuk membayarkan dividen di masa depan. Utang juga dapat mengurangi biaya keagenan dan arus kas bebas yang digunakan manajer untuk kepentingannya. Kebijakan utang dapat menjadi penyelaras yang baik bagi manajer perusahaan dan pemegang saham. Berdasarkan hasil ini, Thanatawee (2011) yang menyimpulkan perusahaan di Thailand meng-gunakan utang untuk membayar dividen, begitu pula Aivazian et al. (2003) yang mendokumen-tasikan bahwa perusahaan di di pasar yang se-dang berkembang tampaknya bergantung pada utang bank untuk membayar dividend.

Pengaruh Size terhadap Kebijakan Dividen Hasil analisis menunjukkan bahwa Size tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hal ini konsisten dengan penelitian Thaleb (2011) menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signiikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini bertolak belakang dengan pene-litian yang dilakukan oleh Thanatawee (2011), dan Ranti (2011) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signiikan ter -hadap kebijakan dividen, sedangkan penelitian Fajriah (2011), dan Pouraghajan et.al. (2013) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan ber-pengaruh negatif signiikan terhadap kebijakan dividen.

Secara umum, hasil ini konsisten dengan studi Fama dan French (2001), yang menyim-pulkan bahwa size berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Menurutnya, Size, selain menunjukkan ukuran peusahaan juga dapat menjadi proksi untuk informasi investor out-sider, sehingga Fama dan Jensen (1983) ber-pendapat bahwa perusahaan besar cenderung memberikan informasi yang lebih banyak ke-pada pihak kreditur. Rajan dan Zingales (1995) juga menyimpulkan bahwa perusahaan besar cenderung menyebarkan (disclose) informasi lebih banyak kepada investor dibandingkan pe-rusahaan kecil. Oleh karena itu, pepe-rusahaan be-sar memiliki masalah asymmetric information lebih kecil daripada perusahaan kecil, sehingga perusahaan besar cenderung memiliki ekuitas lebih besar dalam struktur modalnya, sehingga dengan ekuitas yang besar, masih dapat mem-bagikan dividen.

Pengaruh RETE terhadap Kebijakan Dividen

(11)

kebijakan dividen, sedangkan Thaleb (2012) menunjukkan hasil positif tidak signiikan ter -hadap kebijakan dividen.

Secara umum, pengaruh negatif menun-jukkan bahwa RE/TE perusahaan yang tinggi menunjukkan perusahaan berada pada tahap daur hidup matang namun memiliki arah ber-lawanan dengan kebijakan dividen. Perusahaan yang berada pada tahap daur hidup matang/de-wasa memiliki kesempatan berkembang yang terbatas, sehingga kesempatan untuk meng-hasilkan laba juga terbatas. Hal ini akan ber-pengaruh pada kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen. Bila perusahaan mampu bertahan, maka ke depan perusahaan akan ma-suk pada tahapan matang, sehingga hal ini akan mempengaruhi ekspektasi investor terhadap masa depan perusahaan.

KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN DAN KETERBATASAN

Makalah ini membahas kebijakan dividen Peru-sahaan Manufaktur sub sektor barang konsum-si periode 2011-2013 untuk menguji arus kas bebas, leverage, ukuran perusahaan dan siklus hidup terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini mengindikasikan bahwa seluruh variabel independen berpenga-ruh terhadap kebijakan dividen, dimana FCF, DER dan ROA berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen, sedangkan Size dan RE/TE tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Implikasi penelitian ini hendaknya dapat menjadi pertimbangan bagi para manajer dalam mengelola perusahaan khususnya dalam mem-buat kebijakan pembagian dividen kepada pe-megang saham. Selain itu bagi Investor, den-gan memperhatikan FCF dan DER, serta Laba, maka mereka dapat menggunakan variabel tersebut untuk memperkirakan apakah perusa-haan akan mampu membagikan dividen atau tidak.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penggunaan sampel yang terbatas pada perusa-haan manufaktur sub sektor barang konsumsi

saja, dan masih memungkinkan untuk memper-luas model dengan memperdalam analisis pada kebijakan dividen.

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan sampel yang digunakan dapat diperluas dengan memasukkan semua perusahaan manufaktur, dan menambahkan beberapa variabel lain, sep-erti risiko, kesempatan investasi, dan lain seb-againya.

DAFTAR RUJUKAN

Aivazian, V., Booth, L., & Cleary, S. (2003). Dividend Policy and the Organization of Capital Markets. Journal of Multinational Financial Management 13, 101-121, doi:10.1016/S1042-444X(02)00038- 5,http://dx.doi.org/10.1016/S1042-444X(02) 00038-5

Allen, Franklin and Roni Michaely, (2003); Payout Policy, The Wharton Financial Institutions Center, Working Paper Series, http://inance.wharton.upenn.edu/

~allenf/download/ Vita/payoutpolicy Al-Taleb, Ghassan (2012) Measurement of

Impact Agency Costs Level of Firms on Dividend and Leverage Policy: An Empirical Study, Interdisciplinary

Journal Of Contemporary Research In Business, Institute of Interdisciplinary

Business Research February, Vol 3, No.10 Anthony, J. H., & Ramesh, K. (1992).

Association between Accounting Performance Measures and Stock Prices. Journal of Accounting and Economics 15, 203-227

Black, F. (1976). The Dividend Puzzle. Journal of Portfolio Management 2, 5-8, doi:10.3905/jpm.1976.408558, http:// dx.doi.org/10.3905/jpm.1976.408558 Brigham, Eugene F. and Houston, Joel F., 2007.

(12)

Denis, D.J. & Osobov, I. (2008). Why Do Firms Pay Dividends? International Evidence on the Determinants of Dividend Policy. Journal of Financial Economics 89, 62-82, doi:10.1016/j.jineco.2007.06.006, http:// dx.doi.org/10.1016/j.jineco.2007.06.006 De Angelo, H., & De Angelo, L. (2006).

The irrelevance of the MM dividend irrelevance theorem. Journal of FinancialEconomics 79, 293–316.

DeAngelo, H., DeAngelo, L., & Stulz, R.M. (2006). Dividend policy and the earned/ contributed capital mix: a test of the lifecycle theory. Journal of Financial Economics 81, 227–254DeAngelo, H., & DeAngelo, L. (2006). The irrelevance of the MM dividend irrelevance theorem. Journal of Financial Economics 79, 293– 316.

Dewi, S. C. 2008. “Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Proi tabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi.

Vol. 10. No. 1. Pp. 47-58.

Fama, E.F., & French, K.R. (2001). Disappearing dividends: changing irm characteristics or lower propensity to pay? Journal

of Financial Economics 60, p.3–43. doi:10.1016/S0304-405X(01)00038-1,http:// dx.doi.org/10.1016/S0304-05X(01)00038-1 Fajriah, Nasim, 2011, Analisis Pengaruh ROE,

DER, Manajemen Ownership, Free Cash Flow, dan Size Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan-perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2009, Skripsi Fakultas Ekonomi Universotas

Diponegoro, Semarang

Gort, M., & Klepper, S. (1982). Time paths in the diffusion of product innovations. The

Economic Journal, 92(367),p. 630-653.

Grabowski, H. G., & Mueller, D. C. (1972). Managerial and stockholder welfare models of irm expenditures. The Review

of Economics and Statistics, 54(1), p. 9-24.

Grullon, G., Michaely, R., & Swaminathan, B., 2002. Are dividend changes a sign of irm maturity? Journal of Business 75, p. 387–424.

Hoberg, Gerard and Prabhala, Nagpurnanand R., 2005, “Disappearing Dividends: The Importance of Idiosyncratic Risk and the Irrelevance of Catering,” Working Paper

http://ssrn.com/abstract=690406.

Holder, M., F. Langrehr, and J. Hexter, 1998. “Dividend Policy Determinants: An Investigation of the Inluences of Stakeholder Theory”, Financial Management 27, pp.73- 82

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat Michael J. Brennan; Anjan V. Thakor Shareholder Preferences and Dividend Policy The Journal of Finance, Vol. 45, No. 4. (Sep., 1990), pp. 993-1018. http:// links.jstor.org/sici?sici=0022-1082%28199009%2945%3A4%3C993%3ASP ADP%3E2.0.CO%3B2-L

Kallapur, S., and M.A. Trombley, 1999, The Association Between Investment Opportunity Set Proxies and Realized Growth, Journal of Business Finance and Accounting, Vol. 26, pp.505-519

Kieso, D. E., Weygandt, J. J., and Warield, T. D. 2001. Intermediate Accounting

(Terjemahan). Tenth Edition. New York:

John Willey & Sons, Inc.

(13)

Mahadwartha, Putu Anom, 2007, The Association of Managerial Ownership with Dividend Policy and Leverage Policy: Indonesian Firm , SSRN Working Papers Series, http://ssrn.com/ abstract=637061

Marlina, Lisa dan Danica, Clara, 2009, Analisis Pengaruh Cash position, Debt to Equity Ratio, and Return on Asset Terhadap Dividend Payout Ratio, Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vo. 2, No. 1 p. 1-6

Mollah A. S , K. Keasey, and H. Short (2002), The inluence of Agency costs on Dividend Policy in An Emerging Market: Evidence from the Dhaka stock Exchange, Working

Paper, Leeds University Business School. Myers, Stewart C., Majluf, Nicholas S., 1984,

Corporate Financing nd Investment Decision When Firms Have Information That Investor Do Not Have, Journal of Financial Economics, 13, pp.187-221 Miller, D., & Friesen, P. H. (1984). A

longitudinal study of the corporate life cycle. Management Science, 30: 1161– 1183.

Naceur, S. Goaied, M. and Belanes, A. (2006), “On the determinants and dynamics of dividend policy”, International Review of Finance, 6, 1-2, 1-23.

Pouraghajan, Abbasali, Mehdi Esmaili, Esmail Abedi Rekabdarkolaei, Askari Rezazade, 2013, Investigation the Effect of Agency Cost Arising from Free Casf Flows on Dividend Policy and Financial Leverage of Companies: Evidence from Iran, www. engineerspress.com, Vol.01. issue: 12 pp.

91-08

Rosdini, D. 2009. “Pengaruh Free Cash Flow terhadap Divident Payout Ratio”. Working

Paper in Accounting and Finance.

Ranti, Uwuigbe Olubukunola, 2013, Determinants of Dividend Policy: A study of selected listed Firms in Nigeria, Change and Leadership, No. 17 , pp. 107-119

Suharli, M., dan Rachpriliani, A. 2006. “Studi Empiris Faktor yang Berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi.

Vol.8 No.1 (April): 34-55

Thanatawee, Yordying, 2011, Life-Cycle Theory and Free Cash Flow Hypothesis: Evidence from Dividend Policy in Thailand, International Journal of Financial Research Vol. 2, No. 2; July 2011

Yan, Z. (2006). A new methodology of measuring corporate life-cycle stages. available at SSRN, URL: http://ssrn.com/ abstract, 893826(05.04), 2009

Statistik BPS

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 2
Tabel 1Ringkasan hasil Pengujian Model Regresi Berganda

Referensi

Dokumen terkait

Disisi lain DER yang tinggi juga bisa memperlemah atau memperkecil pengaruh antara likuiditas perusahaan dengan risiko sistematis saham, hal tersebut memberikan

Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Weil & Rosen (1997) diketahui bahwa terdapat tujuh tipe dari technostress yang dapat menjadi sumber berkembanganya stress pada

adanya pengaruh frekuensi kejadian Pedikulosis kapitis antara kebiasaan keramas yang teratur minimal 3 kali seminggu dengan yang tidak teratur dan kurang dari 3 kali seminggu,

(mamsa vanija), perdagangan minum-minuman keras (majja vanija), dan perdagangan racun (visa vanija). Sang Buddha menganjurkan umat berkeluarga bekerja keras untuk

Realisasi pendapatan transfer sampai dengan triwulan III 2019 adalah sebesar Rp9,24 Triliun yang terdiri dari Transfer Pemerintah Pusat sebesar Rp9,06 Triliun

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kematangan emosi dengan penyesuaian diri pada siswa pada SMA Negeri 8

Laporan tugas akhir dengan judul “ROADMAP PEMBUATAN LIFE CYCLE INVENTORY (LCI) DATABASE DI INDONESIA” ini bertujuan untuk merancang roadmap pembuatan LCI database di

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari tiga variabel yang terjaring untuk analisis multivariat dengan uji regresi logistik berganda melalui metode enter