PERBEDAAN BERAT BADAN SEBELUM DAN SELAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 3BULAN DENGAN LAMA PEMAKAIAN LEBIH DARI 1 TAHUN DI BPM KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN
Indah Cahyani Titik Kurniawati*)
*)Akademi kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : abdi_husada@yahoo.co.id
ABSTRAK
Satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari kontrasepsi suntik adalah terganggunya pola haids diantaranya adalah amenorrhea, menoragia, danmuncul bercak (spotting), terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, peningkatan berat badan.
DMPA adalah derivate 17 α hidroksi progesterone, dibuat dalam bentuk suspense cair. Dosis yang lazim dipakai adalah 150 mg diberikan secara suntikan intramuskuler setiap 3 bulan. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting digunakan sebagai ukuran laju pertumbuhan fisik, disamping itu digunakan sebagai ukuran perhitungan dosis obat dan makanan yang menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang.
Penelitian ini termasuk kompetensi bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan pada akseptor KB. Rancangan yang digunakan adalah pretest-postest design dengan uji analisanya
univariatdanbivariat.Dalam penelitian ini populasi sebanyak 669 orang dan sampelnya sebanyak 87 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakansimple random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan berat badan sebelum dan selama memakai KB suntik 3 bulan paling banyak adalah berat badan naik sebesar 48 orang (55,2%), berat badan tetap 20 orang (23,0%), dan berat badan turun sebesar 19 orang (21,8). Berdasarkan hasil uji statistik t-test
didapatkan hasilt= -7,749 dan t-hitung sebesar 0,000, sehingga Ha ditolak Ho diterima. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan berat badan sebelum dan selama menggunakan KB suntik 3 bulan dengan lama pemakaian lebih dari 1 tahun di BPM NY. Triyatmi Desa Tambirejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Purwodadi.
Saran yang dapat disampaikan kepada akseptor KB suntik untuk dapat memanfaatkan fasilitas serta sarana prasarana yang diberikan oleh petugas kesehatan, tanpa harus khawatir secara berlebihan terhadap efek samping yang dapat ditimbulkan dari alat kontrasepsi KB seperti perbedaan berat badan baik sebelum dan selama memakai KB suntik 3 bulan.
PENDAHULUAN
telah menerapkan program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana Nasional) yang kemudian dalam perkembangannya menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional). Gerakan Keluarga Berencana Nasional bertujuan untuk mengontrol laju pertumbuhan penduduk dan juga untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (Hartanto, 2004).
Visi Keluarga Berencana Nasional adalah “keluarga berkualitas”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak – hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga (Sarwono, 2006).
Permasalahan Kesehatan reproduksi masih banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Saat ini tersedia banyak metode atau alat kontrasepsi meliputi : IUD, Suntik, pil, kontap, implant, kondom. (BKKBN, 2004). Salah satu kontrasepsi yang popular di Indonesia adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Nerotisteron Enentat (NETEN), Depo Medroksi Progesterone Acetat (DMPA) dan Cyclofem.
Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari kontrasepsi suntik adalah terganggunya pola menstruasi diantaranya adalah amenorrhea, menoragia, dan muncul bercak (spotting), terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, peningkatan berat badan (Saifuddin, 2006). Sedangkan kelebihanya itu sendiri yaitu sangat efektif, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak berpengaruh terhadap ASI, klien tidak perlu menyimpan obat suntik (Saifuddin, AB, dkk, 2003)
Efek samping kontrasepsi suntik yang paling tinggi frekuensinya yaitu peningkatan berat badan. Hipotesa para ahli DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hypothalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih daripada biasanya. Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang kejadian peningkatan berat badan yang dialami akseptor kontrasepsi suntik maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kontrasepsi suntik dengan peningkatan berat badan (Hartanto, 2004).
Di Jawa Tengah peserta KB aktif tahun 2011, tercatat jumlah akseptor KB aktif sebanyak 1.087.138. Dengan rincian yaitu peserta KB IUD sebanyak 80.140 (134,23%) jiwa, peserta KB MOW sebanyak 22.144 (121,07%) jiwa, peserta KB MOP 3.207 (81,70%) jiwa, KB Kondom 67.103 (128,40%) jiwa, peserta KB Implant 126.377 (121,30%) jiwa, peserta KB suntik 594.283 (102,50%) jiwa, peserta KB PIL 193.884 (99,89%) jiwa (BKKBN, 2011).
Di Kabupaten Grobogan peserta KB aktif pada akhir bulan Agustus tahun 2012, tercatat jumlah akseptor KB aktif sebanyak 227.819 jiwa. Dengan rincian yaitu peserta KB IUD sebanyak 9.601 (4,21%) jiwa, peserta KB MOW sebanyak 11.131 (4,89%) jiwa, peserta KB MOP 298 (0,13%) jiwa, KB Kondom 2.304 (1.01%) jiwa, peserta KB Implant 15.375 (6,75%) jiwa, peserta KB suntik 155.273 (68,16%) jiwa, peserta KB PIL 33.837 (14,85%) jiwa (BKKBN, 2012).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kecamatan Toroh pada akhir bulan September 2012 tercatat PUS sebanyak 23.868 jiwa dan jumlah akseptor KB aktif 4.978 (20,85%). Dengan rincian yaitu peserta KB Pil sejumlah 1.722 (7,21%) jiwa, KB suntik sejumlah 1.596 (6,68%) jiwa, KB IUD sejumlah 635 (2,66%) jiwa, KB MOW sejumlah 617 (2,58%) jiwa, KB implant sejumlah 349 (1,46%) jiwa, KB Kondom sejumlah 52 (0,21%) dan KB MOP sejumlah 7 (0,02%).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidan Praktek Mandiri (BPM) Ny. Triyatmi, S.SiT, Kelurahan Tambirejo Kecamatan Toroh pada tahun 2012 menunjukkan bahwa peserta KB aktif sejumlah 1380 (89,90%) peserta dengan rincian yaitu peserta KB suntik sejumlah 950 (61,88%) jiwa, KB pil sejumlah 320 (20,84%) jiwa, KB implant sejumlah 40 (2,60%) jiwa, KB MOW sejumlah 40 (2,60%) jiwa, KB IUD sejumlah 25 (1,62%) jiwa, dan KB Kondom sejumlah 5 (0,32%) jiwa.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidan Praktek Mandiri (BPM) Ny. Triyatmi, S.SiT tahun 2012, tercatat PUS sebanyak 1055 jiwa dan jumlah akseptor KB aktif sejumlah 885 peserta dengan rincian yaitu peserta KB suntik 3 bulan sejumlah 765 (72%) jiwa dan KB suntik 1 bulan sejumlah 35 (3,31%) jiwa, KB pil sejumlah 40 (3,79%) jiwa, KB implant sejumlah 20 (1,89%) jiwa, KB IUD sejumlah 20 (1,89%) jiwa, dan KB Kondom sejumlah 5 (0,47%) jiwa.
Dari hasil studi pendahuluan 10 orang pengguna alat kontrasepsi suntik di BPM Ny. Triyatmi, S.SiT, 6 orang mengalami peningkatan berat badan,sebesar 1-2 kg selama pemakaian 1 tahun terakhir, 2 orang berat badan tetap selama pemakaian dan 2 orang cenderung menurun sebesar 1 kg selama pemakaian lebih dari 1 tahun.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan pretest-postest design. Jenis penelitiannyaQuasi experiment.Populasi penelitian ini adalah seluruh akseptor KB suntik dengan penggunaan > 1 tahun sebanyak 669 jiwa.Sampelnya 87 responden. teknik pengambilan sampelnyasimple randomsampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berat badan responden sebelum memakai KB suntik 3 bulan dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Tabel 1 tabel berat badan responden sebelum memakai KB suntik 3 bulan
Kriteria Berat
Tabel 1 menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki berat badan normal yaitu 41 responden (47,1%)
Tabel 2 Tabel Berat Badan Responden Selama Memakai KB Suntik 3 Bulan
Kriteria Berat
Tabel 3 Tabel Berat Badan Responden Sebelum Dan Selama Memakai KB Suntik 3 Bulan
kriteria berat badan
Frekuensi Prosentase (%)
Naik Tetap Turun
48 20 19
55.2 23.0 21.8
Total 87 100
Tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar responden mempunyai
kriteria berat badan naik yaitu 48 responden (55,2%)
Analisa bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui perbedaan antara variabel bebas (berat badan sebelum
memakai KB suntik 3 bulan) dengan variabel terikat (berat badan selama memakai KB suntik 3 bulan). Dalam penelitian yang peneliti lakukan di BPM NY. Triyatmi, S.SiT Desa Tambirejo Kecamatan
Toroh Kabupaten Grobogan Purwodadi di dapat hasilnya sebagai berikut :
Tabel. 4 Perbedaan Berat Badan Sebelum Dan Selama Pemakaian KB Suntik 3 Bulan Dengan Lama Pemakaian Lebih Dari 1 Tahun Di BPM. Ny. Triyatmi Desa Tambirejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan
Purwodadi.
Paired samples test
t Sig. (2-tailed)
Berdasarkan tabel diatas, hasil ujit didapatkan nilai t = -7,749 dan t-hitung sebesar P value: 0,000 sehingga ha diterima h0
ditolak berarti ada perbedaan berat badan sebelum dan selama memakai kb suntik 3 bulan. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan berat badan sebelum dan selama menggunakan KB suntik 3
bulan dengan lama pemakaian lebih dari 1 tahun di BPM. Ny. Triyatmi Desa Tambirejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Purwodadi.
A. PEMBAHASAN
Penelitian tentang perbedaan berat badan sebelum dan selama
pemakaian KB suntik 3 bulan dengan lama pemakaian lebih dari 1 tahun di BPM Ny. Triyatmi, S.SiT Desa Tambirejo Kecamatan Toroh Kabupaten
Grobogan Purwodadi, diperoleh hasil berupa adanya perubahan berat badan sebelum dan selama pemakaian KB suntik 3 bulan dengan lama pemakaian lebih dari 1 tahun di BPM Ny. Triyatmi, S.SiT Desa Tambirejo
Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Purwodadi.
1. Analisa univariat
a. Berat Badan Sebelum Memakai KB Suntik 3 Bulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada tabel tentang distribusi frekuensi berat badan responden sebelum
memakai KB suntik 3 bulan dari ke 87 responden tersebut setelah diolah dan dianalisis secara univariat di dapatkan hasil yaitu
(47,1%), berat badan kurang sebesar 11 responden (12,6%), berat badan lebih 18 responden (20,7%), dan obesitas sebesar 17
responden (19,5%).
Sesuai teori National Center For Chronic Disease Prevention And Health Promotion mendefinisikan kelebihan berat
badan sebagai berlebihnya berat badan dalam hubungannya dengan tinggi badan. Dengan menggunakan IMT (Indek Masa Tubuh)
yang merupakan prediksi derajat lemak tubuh dan pengukurannya di rekomendasikan federal untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas.
Perhitungan indeks masa tubuh dibagi menjadi 2 cara, sebagai berikut:
IMT =
IMT =
Klasifikasi indeks massa tubuh adalah sebagai berikut :
a. Berat badan kurang = IMT < 18,5 kg/m2 b. Berat badan normal = IMT 18,5 – 24,9 kg/m2
c. Berat badan lebih= IMT 25 – 29,9 kg/m2 d. Obesitas = IMT 30 – 34,9 kg/m2
Responden dalam penelitian ini rata – rata memiliki berat badan
b. Berat Badan Selama Memakai KB Suntik 3 Bulan
Berat badan sebagian responden naik sebanyak 41
responden, hal ini sesuai dengan teori Hartanto 2003 bahwa umumnya pertumbuhan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama.
Tampaknya pertambahan berat badan ini terjadi karena bertambahnya lemak tubuh, dan bukan karena retensi cairan.
Hipotesa para ahli, DMPA merangsang pusat pengendalian nafsu makan dihipothalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada biasanya. Dan menurut Glasier 2005, bahwa
pertambahan berat badan ringan sering terjadi kemudian menjadi stabil setelah pemakaian dilanjutkan tetapi sejumlah kecil wanita
terus mengalami pertambahan berat badan moderat selama mereka memakai kontrasepsi tersebut. Mekanisme utama tampaknya adalah peningkatan nafsu makan disertai peningkatan penimbunan
simpanan lemak.
2. Analisa bivariat
Perbedaan berat badan sebelum dan selama pemakaian KB suntik 3 bulan dengan lama pemakaian lebih dari 1 tahun, berdasarkan
ada perbedaan berat badan sebelum dan selama memakai KB suntik 3 bulan.
Sesuai dengan teori Hartanto 2003 bahwa pada umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 – 5 kg dalam tahun pertama. Tampaknya terjadi karena
bertambahnya lemak dalam tubuh dan bukan karena retensi cairan tubuh. Hipotesa para ahli, kontrasepsi suntikan dapat merangsang
pusat pengendali nafsu makan hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya.
Dalam hal ini peneliti menyimpulkan bahwa jika KB suntik
memungkinkan terjadinya peningkatan berat badan yang berlebih, maka sebaiknya akseptor KB suntik mencoba (beralih) menggunakan
Dinamika Kebidanan vol. 3 no.2 Agustus 2013
1 SIMPULAN
1. Berat badan sebelum memakai KB suntik 3 bulan menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki berat badan normal yaitu sebesar 41 responden (47,1%). Berat badan ibu selama memakai KB suntik 3 bulan menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki berat badan normal yaitu sebesar 39 responden (44,8%). Berat badan responden sebelum dan selama memakai KB suntik 3 bulan menunjukan bahwa sebagian besar responden mempunyai kriteria berat badan naik yaitu sebesar 48 responden (55,2%).
Ada perbedaan berat badan sebelum dan selama memakai KB suntik 3 bulan dengan lama pemakaian lebih dari 1 Tahun Di BPM. Ny. Triyatmi Desa Tambirejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Purwodadi dimana p value = 0,000 yang berarti (p < =0,05).Sebagian besar responden dengan tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 16 (53,3%) responden lebih besar dibandingkan dengan tingkat pengetahuan cukup.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. 2007. Metode penelitian kebidanan dan teknik analisis data. Jakarta : Salemba
Medika.
ANWAR, m. 2001. Teknologi kontrasepsi. Yogyakarta: gajah mada University Press.
Baziad, ali. 2002. Kontrasepsi hormonal. Jakarta: ybp – sp
BKKBN. 2004. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi: Kebijakan Program dan Kegiatan tahun 2005-2009. Jakarta: BKKBN.
BKKBN. 2007. Keluarga berencana dan kontrasepsi. Cetakan ke-5. Jakarta.
Cunningham, gary dkk. 2005. Obstetric Williams ediai 21. Jakarta : EGC
Everett, Suzanne. 2007. Buku saku kontrasepsi dan kesehatan sksual reproduksi. Jakarta : EGC.
Dinamika Kebidanan vol. 3 no.2 Agustus 2013
2 Hartanto, Hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan.
Manuaba. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC.
Manuaba. I.B. 2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC.
Manuaba IBG. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : rineka cipta
Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo. 2005. Metodologi penelitian. Jakarta : rineka cipta
Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo : Jakarta Pustaka Sinar Harapan
Saifuddin. 2003. Buku Panduan bina pustaka sarwono prawirihardjo. Jakarta
Saifudin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternaldan Neonatal.Jakarta : Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohadjo
Speroff, L.2003.pedoman klinis kontrasepsi. Jakarta: EGC
Dinamika Kebidanan vol. 3 no.2 Agustus 2013