• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Pegawai Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Mandailing Natal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Pegawai Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Mandailing Natal"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prestasi kerja pegawai mempunyai keterkaitan dengan hasil kerja pegawai

dalam melaksanakan tugas-tugas mereka dan selanjutnya akan berpengaruh

terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sehubungan dengan hal dimaksud perlu

diadakan pembinaan pegawai secara terus menerus, sehingga mereka mampu

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi diri sendiri maupun organisasi. Untuk

itu pe mbinaan pegawai tidak dapat dipisahkan dari kedudukan mereka sebagai

manusia yang tidak terlepas dari kebutuhan, kemampuan dan kepribadian yang

dapat dikembangkan. Oleh karena itu pembinaan prestasi kerja pegawai harus

dapat menyentuh semua itu. Pada kenyataannya seorang pegawai dalam

melaksanakan tugas dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berasal dari

dalam lingkungan organisasi maupun di luar lingkungan organisasi.

Menurut Handoko (1994 : 252-252) mengemukakan sebagai berikut :

Motivasi bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi

seseorang, dua faktor lainnya yang terlibat adalah kemampuan individu dan

pemahaman perilaku untuk mencapai prestasi yang tinggi yang disebut prestasi

peranan. Motivasi, kemampuan dan persepsi peranan adalah saling berhubungan,

jadi bila salah satu faktor rendah maka tingkat prestasi akan rendah walaupun

faktor-faktor lainnya tinggi.

(2)

pegawai juga diperlukan pula bila suatu saat atasan ingin mengubah sistem yang

ada. Kita sering terjebak untuk menilai seorang pegawai berprestasi kerja buruk,

padahal sistem atau peralatan yang tidak memadai.

Pegawai adalah aset utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan

pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Pegawai mempunyai pikiran,

dorongan perasaan, keinginan, kebutuhan status, latar belakang pendidikan, usia

dan jenis kelamin yang heterogen yang dibawa kedalam suatu instansi. Pegawai

bukan mesin, uang dan material yang sifatnya pasif dan dapat dikuasai serta diatur

sepenuhnya dalam mendukung tercapainya tujuan organisasi. Seorang pegawai

akan merasa punya kebanggaan dan kepuasan tersendiri dengan prestasi yang

dicapainya. Dan menurut Hujau Faziel Pegawai adalah mereka yang telah

memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam peraturan perundang - undangan

yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan disertai tugas jabatan.

Prestasi kerja yang baik merupakan keadaan yang diinginkan dalam

kehidupan kerjanya. Seorang pegawai akan memperoleh prestasi kerja yang baik

bila hasil kerjanya sesuai dengan standar baik kualitas maupun kuantitas. Prestasi

kerja merupakan bagian yang sangat penting dan menarik karena terbukti sangat

penting manfaatnya. Suatu lembaga menginginkan pegawai untuk belajar

sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuan yang dimiliki untuk mencapai kerja

yang baik tanpa adanya prestasi kerja yang baik dari seluruh anggota perusahaan

atau badan usaha, maka keberhasilan lembaga dalam mencapai tujuan akan sulit

tercapai. Agar pegawai dapat bekerja sesuai yang diharapkan, maka dalam diri

(3)

yang diinginkan. Apabila semangat kerja menjadi tinggi maka semua pekerjaan

yang dibebankan kepadanya akan lebih cepat dan tepat selesai karena prestasi

kerja pegawai mempunyai keterkaitan dengan hasil kerja pegawai dalam

melaksanakan tugas-tugas mereka dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap

pencapaian tujuan organisasi.

Dalam rangka melaksanakan azaz desentralisasi, maka urusan – urusan

pemerintah yang telah diserahkan kepada daerah pada dasarnya, menjadi

wewenang dan tanggungjawab daerah sepenuhnya. Sehingga prakarsa sepenuhnya

diserahkan kepada daerah dengan baik yang menyangkut penentuan kebijakan,

perencanaan, pelaksanaan maupun yang menyakut pembiayaan.

Penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat

dalam pelaksanaan pembangunan, maka akan dibentuklah beberapa dinas, kantor,

dan bagian – bagiannya, Salah satu penyelenggaraan pemerintah di Kabupaten

Mandailing Natal adalah Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu. Melalui

Peraturan Daerah Kabupaten Mandailing Natal Nomor 6 Tahun 2007 Tentang

Susunan dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Peraturan

Daerah Kabupaten Mandailing Natal 41 Tahun 2008 tentang Lembaga Tekhnis

Daerah yang tugas utamanya adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat

yang berkaitan dengan pelayanan perizinan. Selanjutnya, ditetapkan pada

Peraturan Daerah Kabupaten Mandailing Natal Nomor 4 Tahun 2011 Tentang

pembetukan Organanisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

(4)

Pembentukan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu didasarkan

pada keinginan masyarakat, karena masyarakat umum, terutama kalangan

pengusaha sering mengeluhkan proses pelayanan perizinan oleh pemerintah yang

berbelit – belit, melalui banyak instansi yang berurutan, tidak transparan, waktu

dan biaya tidak jelas. Hal ini tentu saja meresahkan masyarakat dan akibatnya

kinerja pemerintah dinilai buruk oleh masyarakat. Sekarang Kantor Pelayanan

Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Mandailing Natal Berlokasi Di Pusat

Pasar Baru Panyabungan.

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Mandailing Natal adalah

salah satu instansi pemerintahan dibidang Pelayanan Perizinan. Sesuai dengan

Peraturan Bupati Mandailing Natal Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten

Mandaling Natal. Bahwa dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi

melalui peningkatan investasi, perlu dilakukan penyederhanaan penyelenggraan

pemberian perizinan terpadu dengan membentuk unit pelayanan dan unit

perizinan terpadu. Unit pelayanan perizinan terpadu adalah lembaga lain yang

merupakan satuan kerja perangkat daerah di lingkungan pemerintah daerah yang

pembentukannya berpedoman pada peraturan perundangan yang berlaku.

keberadaan Kantor Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Mandailing Natal

perlu dilakukan penyesuaian kembali pembentukannya berpedoman dengan

peraturan daerah tersendiri dikarenakan keberadaannya yang bukan lembaga

teknis daerah, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KKPT) mempunyai tugas

(5)

perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi,

keamanan dan kepastian.

Faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi kerja pegawai adalah

Motivasi, Kemampuan Pegawai, Kepuasan Kerja, Kompensasi ). Sehubungan

dengan hal dimaksud perlu diadakan pembinaan Pegawai secara terus menerus,

sehingga mereka mampu menghasilkan sesuatu yang berguna bagi diri sendiri

maupun organisasi. Pegawai tidak dapat dipisahkan dari kedudukan mereka

sebagai manusia yang tidak terlepas dari kebutuhan, kemampuan dan kepribadian

yang dapat dikembangkan. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Pegawai Pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Mandailing Natal”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang masalah yang telah diuraikan diatas,

penulis merumuskan masalah penelitian yang akan dilakukan, yaitu:

1. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja Pegawai di

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Mandailing Natal.

2. Bagaimana pengaruh Kemampuan kerja Terhadap Prestasi kerja

Pegawai di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten

Mandailing Natal.

3. Bagaimana pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Prestasi kerja Pegawai

(6)

4. Bagaimana pengaruh Kompensasi Terhadap Prestasi kerja Pegawai

pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Mandailing

Natal.

5. Bagaimana motivasi, kemampuan Kerja , kepuasan kerja, kompensasi

berpengaruh terhadap Prestasi Kerja Pada Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu Kabupaten Mandailing Natal.

1.3. Tujuan Penelitian

Melalui penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah untuk

mengetahui dan menganalisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja

Di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Mandailing Natal.

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh motivasi terhadap

prestasi kerja Pegawai di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

Kabupaten Mandailing Natal.

2. Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh Kemampuan kerja

Terhadap Prestasi kerja Pegawai di Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu Kabupaten Mandailing Natal.

3. Untuk Mengetahui Seberapa besar pengaruh Kepuasan Kerja

Terhadap Prestasi kerja Pegawai di Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu Kabupaten Mandailing Natal.

4. Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh Kompensasi

Terhadap Prestasi kerja Pegawai di Kantor Pelayanan Perizinan

(7)

5. Untuk mengatahui faktor apa yang paling dominan berpengaruh

terhadap prestasi kerja Pegawai dikantor Pelayanan Perizinan

Terpadu Kabupaten Mandailing Natal.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, sebagai usaha untuk melatih meningkatkan,

mengembangkan kemampuan berfikir penulis melalui karya

ilmiah.

2. Bagi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kab. Mandailing Natal

sebagai masukan dalam meningkatkan prestasi pegawai.

3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara, sebagai penambahan kualitas dan kuantitas referensi

dibidang ilmu sosial lainnya, khususnya dalam bidang Admnistrasi

Negara.

1.5. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefenisikan sebagai masalah

yang penting. Teori adalah konsep - konsep dan generalisasi- generalisasi hasil

penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan berfikir dalam penelitian yang

dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian

(8)

I.5.1. Pengertian Prestasi Kerja

Prestasi karyawan, adalah proses melalui mana organisasi mengevaluasi

atau menilai prestasi kerja karyawannya, (Handoko, 2001: 193). Indikator

pengukur variabel ini adalah.

1. Hasil kerja.

2. Tingkah laku.

3. Pencapaian tugas.

4. Aktivitas kerja.

Menurut Mc Leland ( Ishak 2004 : 122) bahwa pretasi kerja adalah

merupakan sumber motivasi, dimana semakin tinggi tingkat motivasi berprestasi

dari beberapa eksekutif, semakin meningkat posisi dan jabatannya. Menurut

(Dessler, 2002,106). Prestasi kerja pegawai adalah suatu informasi yang

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan tentang promosi dan gaji.

Penilaian prestasi kerja ialah sebuah penilaian sistematis terhadap pegawai oleh

atasannya atau beberapa ahli lainnya yang paham akan pelaksanaan pekerjaan

oleh pegawai atau jabatan itu.

1.5.2. Aspek - Aspek yang Mempengaruhi Prestasi Kerja

Veitzhal Rivai ( Mangkunegara, 2006 : 50) menyatakan bahwa aspek-aspek

yang dapat mempengaruhi prestasi kerja dapat dikelompokkan menjadi:

1. Kemampuan teknis, kemampuan untuk menggunakan metode, teknik

dan peralatan yang digunakan untuk melaksanakan tugas serta

(9)

2. Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami

kompleksitas lembaga pendidikan dan penyesuaian dari masing-

masing tenaga pengajar, staff serta atasan ke dalam bidang operasional

lembaga pendidikan secara menyeluruh, yang pada intinya individu-

individu tersebut memahami tugas, fungsi serta tanggung jawab.

3. Kemampuan hubungan interpersonal, yaitu kemampuan untuk bekerja

sama dengan orang lain dan memotivasi diri sendiri.

1.5.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja.

Menurut Handoko (2001: 193) banyak faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi kerja antara lain: Motivasi, Kemampuan, Kepuasan Kerja, Kompensasi.

Adapun yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja adalah:

1.5.3.1. Pengertian Motivasi

Menurut Kamus Indonesia Modern, Karangan Muhammad Ali , motif

diartikan sebagai dorongan tindakan seseorang, dasar pikiran dan pendapat

,sesuatu yang menjadi pokok. Dari pengertian motif tersebut dapat diturunkan

pengertian motivasi dorongan bagi seseorang untuk bekerja. (Ishak 2004 : 12).

Sedangkan Menurut Pendapat Mitcell : Motivasi adalah Motivasi mewakili

proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan

(10)

penggerak kepada seseorang yang dalam hal ini pegawai, sehingga mereka mau

bekerja lebih baik dan bergairah demi tercapainya tujuan. Disadari atau tidak

motif manusia didasarkan atas kebutuhan, baik kebutuhan primer maupun

kebutuhan sekunder.

Dari uraian tersebut jelaslah dinyatakan bahwa salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi prestasi kerja adalah pemenuhan kebutuhan. Apabila

kebutuhan seorang pegawai terpenuhi, maka akan sangat dimungkinkan motivasi

untuk berprestasi meningkat. Oleh sebab itu dalam organisasi diupayakan

pemenuhan kebutuhan menjadi skala prioritas utama. Dengan demikian pegawai

perlu diberikan motivasi agar mereka tetap mempunyai minat untuk bekerja

dengan baik dan perasaan puas terhadap pekerjaan atau jabatan yang diembannya.

Keadaan yang demikian memungkinkan seorang pegawai dapat berprestasi lebih

baik.

Pemberian motivasi pegawai pada dasarnya membutuhkan pengetahuan

mengenai karakteristik pegawai dalam organisasi sehingga upaya pemberian

motivasi tersebut akan bermanfaat secara maksimal guna meningkatkan prestasi

kerja pegawai.

1.5.3.2. Pengukuran Motivasi

Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang melakukan suatu

aktifitas tertentu. (Handoko, 2001: 193) Indikatornya yaitu :

1. Pengakuan dan penghargaan yang diberikan pegawai oleh atasan.

(11)

3. Fasilitas kesehatan yang diberikan instansi / lembaga kepada pegawai.

Sedangkan, seorang ahli organisasi dan industri dari Amerika, Dennis

Kinlaw, berhasil menyusun suatu alat, bernama “Motivation Assessment Inventory (MAI)”, yang mampu mengukur motivasi kerja individu dalam lingkungan kerja. Asumsi dasar dari MAI ini: motivasi bukan perilaku refleks melainkan rangkuman

dari segenap kemampuan diri seseorang untuk menentukan pilihan bertindak. Tiap

individu memproses banyak informasi sehubungan dengan pilihan dan keputusan

bertindak. Dalam proses ini maka, menurut kerangka teori yang menjadi landasan

MAI, akan muncul tiga penilaian:

1. Pertama adalah penilaian pegawai tentang seberapa jauh

kebutuhan-kebutuhannya telah terpenuhi lewat serangkaian pencapaian sasaran.

Keselarasan antara pemenuhan kebutuhan dengan sasaran dapat

diukur menghasilkan nilai Match (kesesuaian), yang tidak lain adalah nilai kepuasan bathin yang diantisipasi oleh pegawai tersebut.

2. Kedua adalah penilaian tentang imbalan atau perolehan yang

diharapkan Pegawai sebagai hasil pelaksanaan tugas atau pencapaian

sasaran. Dalam alat MAI nilai ini disebut nilai Return (hasil) dan mencakup hal-hal konkrit seperti: upah, status, rasa aman dalam

jabatan / kedudukannya, dan hal-hal serupa yang diperoleh seorang

pegawai sebagai hasil dari “pengorbanan” yang dilakukan olehnya di

tempat kerja seperti waktu kerja, kebosanan, ketidaknyamanan, dan

(12)

3. Ketiga adalah penilaian tentang berbagai sumberdaya maupun kendala

yang terkait dengan pekerjaan pegawai seperti: dana, tenaga kerja,

teknologi, waktu, dan sebagainya. Penilaian ini ditemukan dengan

penilaian pegawai mengenai aneka kendala yang berhubungan

langsung dengan pekerjaannya seperti: aneka aturan dan kebijakan

pemerintah, persaingan sesama pegawai, kepemimpinan atasan yang

boleh jadi buruk, dan sebagainya.

Secara ringkas, apa yang terjadi adalah penilaian pegawai tentang

kemungkinan dirinya untuk berhasil dalam tugas disebut nilai Expectation

(pengharapan). Penggabungan ketiga penilaian di atas secara langsung

menunjukkan keberadaan atau kondisi motivasi seorang pegawai, yang lantas bisa

digolongkan tingkatannya yakni: rendah, sedang, ataupun tinggi. Gambaran ini

juga memberi keterangan yang rinci tentang sepuluh faktor yang mempengaruhi

motivasi pegawai yaitu:

• Kepangkatan,

• Tanggung jawab,

• Pekerjaan itu sendiri,

• Perhatian dari atasan, rekan sekerja, maupun bawahan,

• Prestasi,

• Kondisi kerja,

• Hubungan antar-pribadi (termasuk pengawasan),

(13)

• Upah dan gaji,

• Peraturan administratif.

:(http://rajapresentasi.com/2009/11/melakukan-asesmen-atas-level-motivasi-karyawan/).

1.5.3.3. Pengertian Kemampuan Pegawai

Kemampuan menurut Siagian ( 1989 : 147 ), mengatakan bahwa

kemampuan yang ditunjukkan oleh para anggota organisasi hanya sebagai potensi

yang terdapat dalam dirinya.

Rao (1996 : 42) : mengatakan bahwa “seseorang yang sangat mampu

mungkin hanya membutuhkan usaha sangat sedikit untuk mencapai prestasi kerja

tinggi, sedangkan seorang dengan kemampuan rendah mungkin harus berusaha

keras untuk menghasilkan tingkat keluaran rata-rata sekalipun”. Kemudian Rao

(1996 : 198) mengemukakan faktor – faktor yang harus dimiliki pegawai agar

dapat berprestasi meliputi :

1. Pengetahuan tentang pekerjaan mencakup pengetahuan, pengertian,

penelitiannya mengenai asas-asas, teknik-teknik, kebijaksanaan,

prosedur dan pengembangan terakhir berkaitan dengan

fungsi-fungsi dan bidang-bidang yang ada kaitannya, kemampuan

menerapkan pengetahuannya kepada situasi-situasi praktis.

2. Keterampilan merencanakan merupakan kemampuan untuk

memvisualisasikan semua segi pekerjaan, menduga

kemungkinan-kemungkinan dan merencanakan secara sistematika seperangkat

(14)

3. Keterampilan mengorganisasi merupakan kemampuan untuk

mengarahkan, mengkoordinasi dan memadukan sumber daya

menyelesaikan tugas dengan pendelegasian tanggung jawab dan

wewenang yang sesuai.

4. Kemampuan berhubungan antara pribadi dan kelompok.

Kemampuan untuk bekerja yang harmonis dengan atasan, rekan

sebaya dan bawahan baik secara perorangan maupun dalam

kelompok.

Dengan demikian kemampuan pegawai dapat dilihat dari pengetahuan dan

keterampilan yang ada pada diri pegawai tersebut dalam menjalankan setiap

tugasnya dengan baik. Modal pengetahuan dan keterampilan tersebut pada

umumnya dimiliki oleh para pegawai yang berpendidikan dan berpengalaman

dalam pekerjaannya. Dalam kaitannya dengan kemampuan kerja, pengalaman

juga merupakan bagian dari kemampuan yang juga tidak kalah pentingnya dengan

faktor pendidikan. Karena pada dasarnya pengalaman juga merupakan potensi

yang ada pada diri seseorang yang memungkinkan untuk bisa mengerjakan

pekerjaannya. Bila Pengalaman itu dihubungkan dengan pekerjaan seorang

pegawai, maka pengertian pengalaman di sini lebih ditujukan pada pelajaran yang

diperoleh seseorang dalam bekerja atau menekuni pekerjaannya.

Dari uraian di atas dapat di mengerti bahwa orang yang memiliki masa dinas atau

masa kerja tertentu, akan memiliki pengalaman tertentu pula dalam jabatan yang

didudukinya. Dengan kata lain semakin lama seseorang menduduki jabatan, maka

(15)

kaitannya dengan kemampuan, Pendidikan dan Pelatihan Pegawai merupakan

bidang penting dalam pembinaan pegawai, dimana kedudukannya dapat langsung

mempengaruhi pegawai yang diinginkan.

Dalam rangka pembinaan Pegawai yang berdasarkan pada sistem karir dan

sistem prestasi kerja, Pendidikan dan Pelatihan merupakan salah satu aspek yang

perlu ditangani secara terus menerus dan terencana. Sebelum lebih jauh

membahas tentang pendidikan dan latihan maka perlu diketahui pengertian dari

pendidikan dan pelatihan terlebih dahulu.

Musenaf (1992 : 155) mengemukakan bahwa: Pendidikan pegawai negeri

adalah pendidikan yang dilakukan bagi pegawai negeri untuk meningkatkan

kemampuannya sesuai dengan tuntuan persyaratan jabatan dan pekerjaannya

sebagai pegawai negeri. Sedangkan latihan pegawai negeri adalah bagian dari

pendidikan yang dilakukan bagi pegawai negeri untuk meningkatkan keterampilan

dan pengetahuannya sesuai dengan tuntutan persyaratan pekerjaan sebagai

pegawai negeri dimana yang bersangkutan ditempatnya. Sedangkan pasal 1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1994 menyatakan bahwa

“Pendidikan dan Pelatihan jabatan Pegawai Negeri Sipil adalah penyelenggaraan

proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri

Sipil dalam melaksanakan jabatannya.

1. Pendidikan dan latihan menurut pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 14

(16)

1. Meningkatkan kesetiaan dan ketaan Pegawai kepada pancasila,

Undang - Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah Republik

Indonesia.

2. Menanamkan rasa kesamaan pola fikir yang dinamis dan bernalar

agar memiliki wawasan yang komprehensip untuk melaksanakan

tugas umum pemerintahan dan pembangunan.

3. Memantapkan semangat pengabdian dan berorientasi pada

pelayanan, dan pengembangan partisipasi masyarakat.

4. Meningkatkan pengetahuan, keahlian dan atau keterampilan

serta pembentukan sedini mungkin kepribadian Pegawai.

Selain itu tujuan pendidikan dan pelatihan jabatan juga diterangkan dalam

penjelasan pasal 31 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999

disebutkan bahwa :

Tujuan pendidikan dan latihan jabatan antara lain adalah :

- Meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian dan ketrampilan;

- Menciptakan adanya pola berpikir yang sama.

- Menciptakan dan mengembangkan metode kerja yang lebih

baik; dan.

- Membina karir Pegawai.

Dengan demikian dari pendidikan dan latihan berguna untuk meningkatkan

kemampuan pengabdian, keterampilan serta pembinaan karir pegawai sehingga

(17)

Berdasarkan ketentuan tersebut pendidikan dan latihan Pegawai Negeri

Sipil terbagi atas :

1. Pendidikan dan pelatihan prajabatan.

2. Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan.

Pendidikan dan pelatihan prajabatan adalah pendidikan dan pelatihan yang

dipersyaratkan dalam pengangkatan Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan

pendidikan dan pelatihan dalam jabatan adalah pendidikan dan pelatihan

yang diperuntukkan bagi Pegawai. Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan

terdiri atas :

a. Pendidikan dan pelatihan Struktural

Pendidikan dan pelatihan Struktural adalah pendidikan dan pelatihan

yang dipersyaratkan bagi Pegawai yang diangkat dalam jabatan

struktural.

Pendidikan dan pelatihan struktural ini terdiri atas :

1. Pendidikan dan pelatihan staf dan pimpinan Administrasi Dasar

Umum yang selanjutnya pendidikan dan pelatihan ADUM, yaitu

pendidikan dan pelatihan yang dipersyaratkan bagi Pegawai

Negeri Sipil yang terpilih dan memiliki kemampuan untuk

diangkat dalam jabatan struktural eselon IV.

2. Pendidikan dan pelatihan staf dan pimpinan Administrasi Dasar

Umum Tingkat Lanjutan (ADUMLA), yaitu pendidikan dan

(18)

yang berpotensial dan dipersiapkan untuk menduduki jabatan

eselon IV.

3. Pendidikan dan pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi

Pertama (SPAMA) yaitu pendidikan dan pelatihan yang diberikan

bagi pejabat eselon III atau pejabat eselon IV yang potensial dan

dipersiapkan untuk menduduki eselon III.

4. Pendidikan dan pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat

Menengah (SPAMEN) yaitu pendidikan dan pelatihan yang

dipersyaratkan bagi pejabat eselon II atau pejabat eselon III yang

potensial dan dipersiapkan untuk menduduki jabatan eselon II.

5. Pendidikan dan pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi Tinggi

(SPATI) yaitu pendidikan dan pelatihan yang dipersyaratkan bagi

Pegawai Negeri Sipil yang telah menduduki jabatan struktur

eselon II dan terpilih serta memiliki kemampuan untuk diangkat

dalam jabatan struktural eselon I.

6. Pendidikan dan pelatihan fungsional adalah pendidikan dan

pelatihan yang dipersyaratkan bagi Pegawai Negeri Sipil yang

akan dan telah menduduki jabatan fungsional. Pendidikan dan

pelatihan dapat dilakukan secara berjenjang sesuai dengan tingkat

jabatan fungsional yang bersangkutan.

b. Pendidikan dan Pelatihan Teknis

Pendidikan dan pelatihan teknis adalah pendidikan dan pelatihan yang

(19)

teknis tertentu kepada seorang Pegawai Negeri Sipil, agar ia mampu

untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya yang dibebankan

kepadanya dengan sebaik-baiknya. Pendidikan dan pelatihan teknis ini

dapat diberikan secara berjenjang kepada seorang Pegawai Negeri Sipil

untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan teknisnya sesuai

dengan tingkat dan jenis pekerjaan pegawai yang bersangkutan.

Dengan demikian pendidikan dan pelatihan dalam jabatan yang di

laksanakan bagi seorang Pegawai Negeri Sipil pelaksanaannya dilakukan secara

berjenjang sesuai dengan tingkat dan jenis jabatan yang dijabatnya. Untuk

menjamin keterampilan dan kemampuan pegawai yang bersangkutan sesuai

dengan tingkat dan jenis jabatan yang dipercayakan kepadanya.

1.5.3.4. Faktor Pengukur kemampuan kerja

1. Menurut Richard William (dalam Wungu, 2003:48) menunjuk

adanya sembilan kriteria faktor penilaian kemampuan kerja

keryawan, yaitu :

1. Reliable, harus mengukur prestasi kerja dan hasilnya secara obyektif.

2. Content valid, secara rasional harus terkait dengan kegiatan kerja.

3. Defined spesific, meliputi segenap perilaku kerja dan hasil kerja yang dapat diidentifikasi.

(20)

5. Non-overlaping, tidak ada tumpang tindih antar kriteria. 6. Comprehensive, perilaku kerja dan hasil kerja yang tidak

penting harus dikeluarkan.

7. Accessible, kriteria haruslah dijabarkan dan diberi nama secara komprehensif.

8. Compatible, kriteria harus sesuai dengan tujuan dan budaya organisasi.

9. Up to date, sewaktu-waktu kriteria perlu ditinjau ulang menilik kemungkinan adanya perubahan organisasi.

Kemampuan kerja dihasilkan oleh adanya 3 (tiga) hal, yaitu :

1. Kemampuan (ability) dalam wujudnya sebagai kapasitas untuk berprestasi (capacity to perform).

2. Kemampuan, semangat, hasrat atau motivasi dalam

wujudnya sebagai kesediaan untuk berprestasi (willingness to perform).

3. Kesempatan untuk berprestasi (opportunity to perform) kemampuan kerja sebagai hasil kerja (output) yang berasal dari adanya

perilaku kerja serta lingkungan kerja tertentu yang kondusif. (

http://new-campuran.blogspot.com/2010/08/kemampuan-kerja-karyawan.html)

1.5.3.5. Pengertian Kepuasan Kerja

Menurut Robbins (2002) bahwa kepuasan kerja adalah suatu sikap

seseorang terhadap pekerjaan sebagai perbedaan antara banyaknya ganjaran yang

(21)

Sedangkan menurut Menurut Herzberg, faktor-faktor yang dapat meningkatkan

kepuasan kerja adalah: pencapaian prestasi (achievement), pengakuan prestasi

(recognition for accomplishment), pekerjaan yang menantang (challenging work),

tanggung jawab yang bertambah (increased responsibility), dan pertumbuhan serta

perkembangan (growth and development).

Sumber : http://sdm-teori.blogspot.com/2007/05/kepuasan-kerja.html.

1.5.3.6. Pengukuran kepuasan kerja

Kepuasan kerja keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan dengan mana para pegawai memandang pekerjaan mereka.

(Handoko, 2001: 193), dengan indikator yaitu:

1. Kepuasan atas prestasi yang dicapai.

2. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya.

3. Kepuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan

Pengukuran kepuasan kerja sangat bervariasi. informasi yang didapat dari

kepuasan kerja ini bisa melalui tanya jawab secara perorangan, dengan angket

ataupun dengan pertemuan suatu kelompok kerja. Kalau menggunakan tanya

jawab sebagai alatnya, maka pegawai diminta untuk merumuskan tentang

perasaannya terhadap aspek-aspek pekerjaan. Cara lain adalah dengan mengamati

sikap dan tingkah laku orang tersebut (Moh. As’ad,1987: 111). Didalam

pengukuran kepuasan kerja, metode yang digunakan adalah dengan membuat

(22)

finansial, faktor fisik, faktor sosial dan faktor psikologi, yang kemudian disebar

pada responden untuk dijawab atau diisi sesuai keadaan yang sebenarnya. Sumber

: http://sdm-teori.blogspot.com/2007/05/kepuasan-kerja.html.

1.5.3.6. Pengertian Kompensasi

Handoko (2001) mengatakan kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Sedangkan menurut Dessler (2002) mengemukakan bahwa sistem kompensasi merupakan salah satu bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada pegawai dan timbul dari dipekerjakannya pegawai itu.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan kompensasi merupakan segala bentuk imbalan atau balas jasa yang diberikan oleh perusahaan dan diterima oleh para pegawai atas kerja yang telah dilakukan.

Menurut Handoko (2001) tujuan pemberian kompensasi adalah:

1. Memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas, kompensasi perlu ditetapkan cukup tinggi agar menarik para pelamar, karena organisasi-organisasi bersaing dalam pasar tenaga kerja, tingkat pengupahan harus sesuai dengan kondisi suplai dan permintaan tenaga kerja. Terkadang tingkat gaji yang relative tinggi diperlukan untuk menarik para pelamar yang cakap dan sudah bekerja di berbagai organisasi lain.

(23)

3. Menjamin keadilan, administrasi pengupahan dan penggajian perusahaan untuk memenuhi prinsip keadilan. Keadilan dan konsisten internal dan eksternal sangat penting diperhatikan dalam tingkat kompensasi.

4. Kepuasan kerja, dengan balas jasa pegawai akan dapat memenuhi

kebutuhan fisik, status, sosial, dan egoistiknya sehingga ia memperoleh kepuasan kerja dan jabatanya.

5. Motivasi, jika balas jasa yang diberikan cukup besar atasan akan mudah

memotivasi pegawainya.

6. Disiplin, dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin

pegawai semakin baik. Mereka akan menyadari serta menaati

peraturan-peraturan yang berlaku.

Secara beragam beberapa ahli juga mengemukakan pendapatnya.

Menurut daft ( 2003 : 416). Kompensasi merujuk pada pembayan uang dan

semua barang atau komoditi yang digunakan berdasarkan nilai uang untuk

memberi imbalan pegawai. Sedangkan bagi benardin ( 2007 : 252) kompensasi

merujuk pada bentuk hasil dan tunjangan yang diterima pegawai sebagai bagian

dari hubungan kerja. Sementara itu Berger (2008: 643) mendefinisikan

kompensasi berdasarkan klasifikasinya, yang terdiri dari kompensasi tunai (cash compensation), kompensasi kotor (gross compensation), dan kompensasi bersih (net compensation). Kompensasi tunai adalah imbalan dalam bentuk gaji, bonus tunai, dan insentif jangka pendek. Kompensasi kotor adalah imbalan yang

berbentuk biaya penggajian atas semua keuntungan pegawai dan tunjangan baik

(24)

Sementara kompensasi bersih adalah imbalan yang digunakan dengan

membandingkan imbalan yang dihitung setelah pajak. Lebih dari itu, kompensasi

juga merupakan semua bentuk kembalian finansial, jasa-jasa berwujud, dan

tunjangan-tunjangan yang diperoleh pegawai sebagai bagian dari sebuah

hubungan kepekerjaan (Simamora, 1995 : 412). Bagi Handoko (2000: 205),

kompensasi merupakan segala sesuatu yang diterima para pegawai sebagai balas

jasa untuk kerjanya. Sedangkan Tulus (1995: 26) memandang kompensasi sebagai

pemberian penghargaan langsung maupun tidak langsung, finansial maupun non

finansial, yang adil dan layak kepada pegawai atas sumbangan mereka dalam

pencapaian tujuan organisasi.

Dari beberapa definisi di atas tampak bahwa pengertian kompensasi lebih

luas daripada sekedar gaji atau upah, karena terdapat pula unsur penghargaan

tidak langsung dan non-finansial ke dalam konsep balas jasa (remuneration) secara keseluruhan.

(http://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/07/pengertian ompensasi.html).

1.5.3.7. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kompensasi

Dalam Pemberian Kompensasi,terdapat sejumlah faktor yang

mempengaruhinya. Secara garis besar faktor – faktor tersebut terbagi 3 yaitu:

(25)

1. Faktor Intern Kompensasi

Contoh faktor intern organisasi yang mempengaruhi besarnya

prestasi adalah :

1. Dana organisasi adalah kemampuan organisasi untuk

melaksanakan kompesasi tergantung pada dana yang

terhimpun untuk keperluan tersebut. Terkumpulnya dana

tersebut sebagai akibat dari prestasi – prestasi kerja yang telah

ditunjukkan pegawai. Makin besarnya prestasi kerja makin

besar pula keuntungan atau hasil yang didapatkan.

2. Serikat pekerja.

Para Serikat pekerja juga mempengaruhi pelaksanaan dan

penetapan kompensasi pegawai.

2. Faktor Pribadi Pegawai

Contoh faktor yang mempengaruhi pribadi pegawai dalam

pemberian kompensasi adalah produktifitas kerja, posisi dan jabatan,

pendidikan dan pengalaman serta jenis dan sifat pekerjaan.

1. Produktifitas kerja

Produktifitas kerja dipengaruhi prestasi kerja, prestasi kerja

merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pemberian

(26)

2. Posisi dan Jabatan

Posisi dan jabatan berimplikasi pada perbedaan pemberian

besarnya kompensasi. Posisi dan jabatan menandakan perbedaan

kedudukan dan tanggung jawab seseorang dalam organisasi.

3. Pendidikan dan Pengalaman

Pegawai yang berpengalaman dan pendidikannya lebih tinggi

akan memperoleh kompensasi yang lebih tinggi dari yang

kurang pendidikan dan pengalaman.

3. Faktor Ekstern

Contoh faktor ekstrn pegawai dan organisasi yang mempengaruhi

besarnya kompensasi.

1. Penawaran dan Permintaan Kerja

Mengacu pada ekonomi pasar bebas, kondisi dimana penawaran

tenaga kerja lebih dari permintaan akan berpengaruh pada

kompensasi.

2. Biaya Hidup

Besarnya kompensasi terutama upah / gaji harus disesuaikan

(27)

3. Kebijakan Pemerintah

Pemerintah menentukan upah minimum jam kerja / hari, untuk

pria dan wanita.pada batas umur tertentu.

1.6. Hipotesis

Bagan 1 : Hipotesis

Keterangan :

1. Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Prestasi Kerja

2. Kemampuan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Prestasi Kerja

3. Kepuasan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Prestasi

Kerja

4. Kompensasi berpengaruh psositif dan signifikan terhadap Pretasi Kerja

Motivasi 

Kemampuan  pergawai 

Kepuasan  Kerja 

 

Prestasi  Kerja 

(28)

1.7. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian

ilmu sosial (Singarimbun, 1989 : 33). Tujuannya adalah untuk memudahkan

pemahaman dan menghindari terjadinya interprestasi ganda dari variabel yang

diteliti. untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang

diteliti. Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang

diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep yaitu :

1. Prestasi kerja adalah tingkat keberhasilan pegawai dalam melakukan

tugasnya. Dapat dilihat melalui kualitas / mutu atau volume kerja dan

ketepatan waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan serta

kemampuan untuk memecahkan masalah.

2. Motivasi merupakan keseluruhan pemberian daya penggerak kepada

seseorang yang dalam hal ini pegawai, sehingga mereka mau bekerja

lebih baik dan bergairah demi tercapainya tujuan.

3. Kemapuan Pegawai adalah Kecakapan dari para Pegawai dalam

melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dengan modal pengetahuan,

keterampilan dan pengalaman yang dimiliki dalam usaha mencapai

tujuan yang dinginkan.

4. Kompensasi mempunyai pengaruh terhadap prestasi kerja pegawai,

dimana makin jelas pengertian pegawai mengenai sasaran pekerjaan,

(29)

1.8. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu

variabel diukur ( Singarimbun, 1985 : 23 ). Adapun variabel yang diteliti dalam

tulisan ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Kerja Pegawai di

kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Mandailing Natal, yang

melipututi 4 faktor yang saling pengaruh mempengaruhi yakni (motivasi,

Kemampuan Pegawai, Kepuasan Kerja, Kompensasi).

Dari uraian diatas dapat disebutkan beberapa indikator - indikator yang

mempengaruhi prestasi kerja :

Adapun indikator – indikator yang dapat mempengaruhi prestasi

kerja yaitu :

1. Prestasi pegawai, adalah proses melalui mana organisasi

mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawannya,

(Handoko, 2001: 193). Indikator pengukur variabel ini

adalah.

1. Hasil kerja.

2. Tingkah laku.

3. Pencapaian tugas.

4. Aktivitas kerja.

2. Motivasi, adalah suatu faktor yang mendorong seseorang

melakukan suatu aktifitas tertentu. (Handoko, 2001: 193)

(30)

1. Pengakuan dan penghargaan yang diberikan pegawai

oleh atasan.

2. Kebutuhan akan sosialisasi diri terhadap lingkungan

kerja.

3. Fasilitas kesehatan yang diberikan instansi / lembaga

kepada pegawai

3. Kemampuan ,Rao (1996 : 198) mengemukakan faktor –

faktor yang harus dimiliki pegawai agar dapat berprestasi

meliputi :

1. Pengetahuan tentang pekerjaan

2. Keterampilan merencanakan

3. Keterampilan mengorganisasikan

4. Kemampuan berhubungan

4. Kepuasan kerja keadaan emosional yang menyenangkan atau

tidak menyenangkan dengan mana para karyawan

memandang pekerjaan mereka. (Handoko, 2001: 193),

dengan indikator yaitu:

1. Kepuasan atas prestasi yang dicapai.

2. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya.

3. Kepuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan

5. Kompensasi adalah Sistem kompensasi yaitu segala sesuatu

(31)

mereka. Indikator dari kompensasi yaitu: Handoko (2000:

205) .

1. Kesesuaian gaji dengan peraturan pemerintah.

2. Imbalan yang layak dan adil.

I. 9. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang masalah,perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis,

defenisi konsep, defenisi operasioanal, sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Meliputi bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sampel,Teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor, teknik

analisa data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Meliputi gambaran umum lokasi penelitian,struktur

organisasi,serta Tugas dan fungsi masing-masing bagian.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan penyajian data-data yang diperoleh dari

lapangan kemudian mentabulasikannya.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan data dari setiap data yang disajikan dan

(32)

BAB VI : PENUTUP

Merumuskan beberapa kesimpulan dan saran-saran dari

hasil-hasil Penelitian yang dianggap penting bagi pihak yang

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai akuntabilitas seseorang terhadap kualitas pekerjaan salah satunya yang dilakukan oleh Messier dan Quilliam (1992) dalam Diani dan Ria,

Simpulan dalam penelitian ini adalah penerapan model think talk write berbantuan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola

Sebuah QR Code dapat menyimpan jumlah data yang sama dengan barcode 1D1. dan tidak memerlukan

Kertas lakmus biasa digunakan untuk membedakan suatu larutan bersifat asam atau basa dengan cara memberikan perubahan warna yang berbeda pada larutan asam dan basa.. Asam adalah

Setiap sistem mempunyai karakteristik tertentu. Gas cenderung lebih kompresibel dari pada zat cair dan zat cair mengalir lebih baik dari pada zat

4 Developing estimates of capital stock assigned to pollution abatement and good output production first requires data on the share of capital expenditures assigned to air, water,

Tidak hanya itu, pihak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Pekanbaru tidak ada koordinasi dengan pihak instansi lain seperti halnya dinas pasar Kota

Uninterruptible power supply atau sering disebut dengan UPS adalah power supply yang memiliki 2 sumber listrik yaitu arus listrik yang langsung berasal