• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2. Penjelasan Tentang Wirausaha - Analisis Karakteristik Dan Perilaku Wirausaha Kue Basah (Studipada Melati Chatering Jl.Amaliun Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2.2. Penjelasan Tentang Wirausaha - Analisis Karakteristik Dan Perilaku Wirausaha Kue Basah (Studipada Melati Chatering Jl.Amaliun Medan)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

Neuman (2003) dalam Prasetyo dan Jannah (2005:64-65) menjelaskan bahwa

teori memberikan kepada kita suatu kerangka yang membantu dalam melihat

permasalahan. Teori menyediakan konsep-konsep yang relevan, asumsi-asumsi

dasar yang dapat digunakan, dan mengarahkan penelitian yang diajukan, serta

membimbing kita dapat memberikan makna terhadap data.

Adapun teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang

karakterisik wirausaha, sikap wirausaha, dan bagaimana hubungannya antara

karakteristik wirausaha terhadap sikap wirausaha.

2.1. Karakter Individu

Karakter secara harfiah berasal dari bahasa latin yaitu “charakter”, yang antara lain berarti : watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekertian, kepribadian

atau akhlak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan

sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan

orang lain.

2.2. Penjelasan Tentang Wirausaha

Dalam beberapa literatur, kata entrepreneurship diambil dari Bahasa Perancis

yang kurang lebih artinya adallah seseorang yang melakukan kegiatan bisnis dan

(2)

Hisrich (2008:6) dikatakan bahwa wirausaha adalah seorang yang menjalankan

bisnisnya dengan berani mengambil resiko yang muncul dalam batas pengetahuan

dan pengalaman yang dimilikinya. Wirausaha dapat juga dikatakan sebagai

seseorang yang memulai sesuatu yang baru atau dapat memunculkan keunikan

dari produk atau jasa yang diciptakannya sehingga berbeda dari para pesaing

lainnya.

Memulai bisnis baru dapat menjadi sesuatu yang memberikn tantangan, tapi

tetap saja seorang wirausaha melihat bahwa memiliki suatu bisnis merupakan

tolak ukur dari kesuksesan. Seorang ahi ekonomi dari Perancis Richard Cantillon

pertama kali yang memperkenalkan istilah entrepreneur. Menurutnya wirausaha adalah orang yang melamkukan suatu proses dan mengombinasikan sumberdaya

serta menjualnya dengan harga tertentu di pasar.

Pengertian wirausaha relatif berbeda-beda antara satu ahli dengan ahli lainnya

dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda pula. Beberapa

pemahaman singkat tentang wirausaha tersebut di antaranya adalah sebagai

berikut :

1. Jean B. Say (1816): Wirausaha adalah agen yang menyatukan berbagai

alat-alat produksi dan menciptakan suatu nilai dari proses produksinya.

2. Frank Knight (1921): Menekankan pada peranan wirausaha dalam

(3)

3. Joseph Schumpter (1934): Wirausaha adalah seorang inovator yang

mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui

kombinasi-kimbinasi baru.

4. Penrose (1963): Aktivitas wirausaha mencakup indentifikasi

peluang-peluang di dalam sistem ekonomi dan melakukan eksekusi terhadap

peluang tersebut.

5. Harvey Leibenstein (1979): Wirausaha mencakup kegiatan-kegiatan

yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan

pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi

dengan jelas atau komponen fungsi produksinya belum diketahui

sepenuhnya.

6. Israel kirzner (1979): Wirausaha sebagai proses mengidentifikasi,

mengembangkan dan membawa visi ke dalam kehidupan. Arafah

(2010:2-4)

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang memilih untuk menjadi

wirausaha, antara lain: (1) Wirausaha dan dunianya masih dianggap sebagai idola

dan dikagumi di dalam masyarakat; (2) Wirausaha dan bisnis saat ini menjadi

primadona dalam dunia pendidikan; (3) Adanya pergeseran sistem ekonomi ke

sistem jasa; (4) Adanya kemajuan dalam bidang teknologi; (5) gaya hidup yang

mandiri; (6) Berkembangnya dunia maya (Arafah, 2010:10).

Seorang wirausaha harus melalui suatu proses untuk mendapatkan

(4)

bisnisnya. Entrepeneurial process yang harus dilalui oleh seorang wirausaha dengan memadukan peluang, sumberdaya serta organisasi tempat wirausaha

melakuka kegiatan bisnisnya atau organisasi bisnis yang dimilikinya. Proses untuk

membuat suatu bisnis baru bukanlah merupakan suatu hal yang mudah, begitu

banyak kendala yang harus dihadapi oleh seorang wirausaha.

Hisrich (2008:9) dalam bukunya menjelaskan ada empat langkah dalam

entrepreneurial proses yang harus dilalui oleh seorang wirausaha, yaitu:

1. Identifcation dan evaluate the opportunity, pada tahap ini sangat sulit sekali bagi seorang wirausaha untuk melakukan identifikasi dan

mengevaluasi peluang, karena tidak semua orang dapat melihat dan

memahami peluang tersebut.

2. Development of the business plan, perencanaan bisnis yang baik harus dikembangkan jika seorang wirausaha sudah memiliki peluang dan

yakin akan keberhasilan peluang yang telah dimilikinya tersebut.

3. Determination of the resources required, menetukan kebutuhan akan sumberdaya merupakan suatu hal yang sangat penting untuk

diperhatikan, karena hal ini berhubungan dengan anggaran yang

dimiliki oleh wirausaha.

4. Manage the entreprose, setelah semuanya ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah bagaimana mengelola suatu kegiatan bisnis dengan

baik. Hal ini menyangkut gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh

(5)

Penulis berpendapat bahwa hakekat, kewirausaha adalah ilmu, seni

amupun perilaku, sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemampuan

dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif (create

new and different). Berpikir sesuatu yang baru (kreativitas) dan bertindak

melakukan sesuatu yang baru (inovasi) guna menciptakan nilai tambah (value

added) agar mampu bersaing dengan tujuna menciptakan kemakmuran individu

dan masyarakat. Karya dari wirausaha dibangun berkelanjutan, dilemabagakan

agar kelak dapat tetap berjalan dengan efektif ditangan orang lain (Kristanto,

2009:3).

2.3. Karakteristik Wirausaha

Menurut Arafah (2010:27-28) bahwa banyak hal yang menjadi latar

belakang seseorang untuk menjadi seorang wirausaha, sangat sulit sekali untuk

membentuk kepribadian yang tangguh bagi seorang wirausaha, karena faktor

terbesar yang menjadi penghalang adalah ada dalam diri individu tersebut, yaitu

rasa takut, malas, tidak ingin berkompetisi, dll. Seorang wirausaha adalah juga

seorang yang dapat melihat peluang, dan tidak semua orang dapat melihat peluang

tersebut dengan jelas, apalagi mengimplementasikannya dalam dunia nyata. Oleh

sebab itu ada beberapa hal yang menjadi karakteristik dan latar belakang

seseorang untuk menjadi wirausaha menurut Hisrich (2008:60), antara lain:

1. Tingkat pendidikan, sangat mempengaruhi pola pikir yang dimiliki oleh

seseorang. Dengan pendidikan seseorang dapat berpikir dengan melihat dari

(6)

menjadi hambatan seorang wirausaha untuk menjalankan bisnisnya. Jadi disini

tingkat pendidikan sangat membantu seseorang untuk memandang sesuatu

dengan lebih teliti, tajam dan terarah.

2. Nilai pribadi, karena nilai-nilai pribadi yang sangat sulit diukur sehingga

seseorang memutuskan dirinya untuk menjadi seorang wirausaha. Oleh sebab

itu pertimbangan personal values ini sangat subjektif dan sangat sulit untuk diukur.

3. Faktor umur merupakan sesuatu hal yang sangat menentukan seseorang untuk

menjadi seorang wirausaha, dalam beberapa literatur dikatakan bahwa

seseorang menjadi wirausaha dimulai pada umur 25 sampai dengan 30 tahun.

4. Pengalaman kerja di masa lalu sangat mempengaruhi seseorang untuk menjadi

seorang wirausaha. Dengan pengalaman yang dimilikinya berarti dia sudah

memiliki modal berupa pengetahuan, pengalaman serta pembelajaran yang

sangat berguna bagi bisnis yang dijalankannya.

2.4. Wirausaha Kue Basah

Wirausaha kue basah adalah seorang wirausaha yang membuka peluang untuk

berjualan kue basah mulai dari proses produksi sampai pada tahap penjualan pada

konsumen. Wirausaha kue basah yang diteliti oleh penulis merupakan bisnis

keluarga yang proses produksi sampai dengan penjualan dilakukan dirumah dan

tidak memiliki toko.

Berdasarkan UU No. 9/1995 tentang Usaha Kecil, yang dimaksud dengan

(7)

kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan, seperti kepemilikan,

sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Usaha kecil yang dimaksud disini

meliputi juga usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun usaha kecil

informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum

berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang

asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan pemulung. Sedangkan usaha

kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang

telah digunakan secara turun temurun, dan atau berkaitan dengan seni dan budaya

(Anoraga, 1997:45).

2.5. Kue Basah, Macamnya, dan Penetapan Harga

Kue adalah kudapan ata

biasanya bercita ras

diartikan sebagai makanan ringan yang dibuat dari adona

Kue basah umumnya empuk, bertekstur lembut, dan tidak dapat bertahan lama

(hanya bertahan beberapa hari atau kurang). Hal ini karena umumnya kue

tradisional terbuat dari tepung beras, gula, dan santan, sehingga lekas basi. Kue

basah biasanya dimasak dengan cara dikukus, direbus, atau digoreng. Kebanyakan

kue tradisional Nusantara adalah kue basah, dan umumnya dapat ditemui di pasar

tradisional di Indonesia.

Beberapa jenis kue basah antara lain: kue lapis, kue dadar gulung, kue

(8)

masih menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia khususnya untuk

dihidangkan pada berbagai acara khusus.

Kue basah yang akan dijual juga harus memperhitungkan penetapan harga

yang akan ditawarkan pada konsumen. Menurut Arafah (2010: 93-96)

menetapkan harga adalah keputusan bisnis yang mempengaruhi baik oleh seni

maupun ilmiah. Penetapan harga untuk produk dan jasa mengharuskan wirausaha

untuk menyeimbangkan antara beberapa pertimbangan yang kompleks, banyak

diantaranya bekerja secara berlawanan. Wirausaha harus memutuskan harga untuk

barang dan jasa yang mereka jual yang akan menarik konsumen dan

menghasilkan keuntungan.

Sayangnya, banyak pemilik bisnis skala kecil menetapkan harga tanpa

informasi yang cukup mengenai biaya operasi mereka dan perilaku alamiah

konsumennya. Harga adalah faktor penting dalam membangun hubungan jangka

panjang dengan konsumen, dan kesalahan penetapan harga dapat berakibat fatal

pada hubungan jangka panjang dengan konsumen dan berakibat pada keuntungan

yang akan diperoleh.

Menurut Mudjiarto, Wahid (2006:156) apabila mengelola keuangan suatu

usaha dengan baik, bukan hanya dilakukan oleh usaha besar saja. Tetapi usaha

kecil dan menengah harus melakukan pengelolaan keuangan dengan baik dan

benar. Sehubungan dengan pernyataan tersebut, maka seorang pemilik usaha

(9)

Penetapan harga dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya

menurut Arafah (2010:105) dengan menetapkan harga jual Break-Even.

Menentukan harga jual Break-Even adalah dengan rumus :

Harga Jual = (Keuntungan + biaya variabel per unit x jumlah barang yang

diproduksi + Total Biaya Tetap) / Jumlah barang yang

diproduksi.

Penetapan harga bukan salah satu keputusan paling sulit yang harus diambil

oleh pemilik usaha kecil, tetapi juga salah satu yang paling penting. Strategi

penetapan harga yang tidak tepat telah menghancurkan banyak bisnis dimana

pemiliknya mengira telah memberikan harga yang cukup tinggi untuk

menghasilkan keuntunga, pada kenyatannya tidak.

1. Harga Image, kebijakan penetapan harga sebuah perusahaan mengkomunikasikan informasi penting mengenai image keseluruhan usaha tersebut kepada pelanggan.

2. Kompetisi dan Penetapan Harga. Ketika menetapkan harga, seorang

wirausaha harus mempertimbangkan harga kompetitornya, tetapi

seharusnya mereka tidak secara otomatis menyamakan atau mengalahkan

harga tersebut. Walaupun harga adalah faktor penting dalam keputusan

pembelian, tetapi bukan hanya hal tersebut yang menjadi pertimbangan

bagi konsumen. sangat penting untuk mempertimbangkan dua faktor

(10)

dan jasa pesaing. Pada sebagian besar pembedaan kualitas dan kuantitas

barang maupun jasanya dari pesaing, maka harga yang ditetapkan

perusahaan tersebut harus menyamai harga yang ditetapkan oleh

pesaingnya untuk barang yang sama.

3. Fokus pada value secara mutlak. Harga yang pas untuk sebuah produk barang atau jasa bergantung pada satu faktor; yaitu nilai yang diberikan

kepada pelanggan. Wirausaha dapat mengenali tujuan value yang diberikan oleh produk dan jasa mereka, yang mana pelanggan berkenaan

membayar apabila merekaa mengerti benar value yang didapat oleh mereka.

Wirausaha yang menghadapi kenaikan biaya produksi pada bisnis mereka

dapat mempertimbangkan beberapa strategi sebagai berikut:

1. Berkomunikasi dengan konsumen, daripada meyembunyikan berita buruk

dari pelanggan, biarkan mereka mengetahui apa yang sedang terjadi.

2. Fokus memperbaiki efisiensi perusahaan, salah satu cara untuk

mengurangi dampak dari kenaikan biaya di satu daerah adalah dengan

mencari cara untuk mengurangi biaya di daerah yang lain. memperbaiki

efisiensi proses operasi mungkin tidak mengahpus kenaikan biaya

(11)

3. Sampaikan value produk dan jasa perusahaan anda kepada pelanggan,

pelanggan mempunyai kecendrungan untuk melupakan keuntungan dan

kelebihan yang diberikan sebuah bisnis kecuali wirausaha secara periodik

mengingatkan mereka.

4. Antisipasi kenaikan biaya dan coba untuk menetapkan harga lebih awal,

sebagai contoh dengan mengetahui harga komoditas kopi dan teh setiap

hari, pemilik kedai kopi dan teh akan mampu untuk mengantisipasi

kenaikan harga bahan baku yang dibutuhkan dan melakukan pembelian

bahan baku tersebut saat diprediksi harga akan mengalami kenaikan.

Menetapkan harga secara layak membutuhkan usaha lebih daripada

mengandalkan seluruhnya pada intuisi. Sebaliknya, kebijakan penetapan harga

yang baik membutuhkan informasi, fakta dan analisa. Beberapa faktor yang harus

dipertimbangkan usaha kecil saat memutuskan untuk menetapkan harga barang

dan jasa diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Biaya produksi barang dan jasa

2. Kondisi pasar penawaran dan permintaan

3. Volume penjualan

4. Harga kompetitor

5. Keunggulan daya saing perusahaan

6. Kondisi ekonomi

(12)

8. Faktor psikologi

9. Kemudahan dan keringanan pembayaran

10.Sensitivitas harga pelanggan

11.Image yang diinginkan.

2.6. Pemasaran Kue Basah

Memasarkan barang merupakan bagian yang penting dalam kelangsungan

hidup usaha. Banyak wirausaha memahami pemasaran hanya sebatas memasarkan

produk yang dihasilkan dalam arti penjualan. Kesuksesan dalam melakukan

kegiatan usaha ditentukan oleh keberhasilan pemasaran perusahaan. Pemahaman

konsep dan praktik pemasaran secara sistematis akan memberikan dasar

pengetahuan bagi wirausaha untuk mencapai sukses bisnis.

Philip Kotler (1997) mengungkapkan pemasaran sebagai sebuah falsafah

bisnis yang mengungkapkan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan

syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Marketing

(pemasaran) adalah proses penciptaan dan penyampaian barang dan jasa yang

diinginkan pelanggan meliputi semua kegiatan yang berkaitan dengan menarik

dan mempertahankan pelanggan setia. Kristanto (2009:101)

Menurut Arafah (2010:66-69) fungsi pemasaran wirausaha adalah sebagai

(13)

1. Membuat pelanggan sadar dan tertarik terhadap barang atau jasa yang

ditawarkan.

2. Menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh para pelanggan.

3. Menyiapkan pelayanan yang baik terhadap pelanggan, sehingga

penjualan ulang akan terjadi.

Ada enam langkah yang harus dipersiapkan sebelum suatu rencana

pemasaran ditetapkan, antara lain adalah:

1. Pemasaran harus ditujukan ke arah keuntungan yang didapat dari hasil

penjualan nyata suatu produk. Jika sebuah usaha ingin berhasil, maka

usaha tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan pelanggannya. Para

pelanggan akan mementukan apa yang mereka butuhkan, berapa yang

mereka akan bayar, dan dimana serta bagaimana mereka ingin

membeli produk atau jasa tersebut.

2. Harus jelas konsep yang menyatakan tujuan utama dari suatu usaha.

Hal ini berguna untuk mendorong semangat kerja para pegawai,

memberikan kenyamana pada para pelanggan dan merupakan langkah

awal dari pengembangan strategi pemasaran.

3. Setiap usaha memerlukan informasi agar sebuah keputusan dapat

dibuat. Riset pasar membantu menyiapkan informasi ini dengan cara

mengumpulkan, mencatat dan menganalisa data yang berhubungan

(14)

4. Menetapkan tujuan merupakan tolak ukur terhadap kemajuan yang

telah diraih. Rencana harus terinci dan berhubungan dengan sesuatu

yang dapat diukur seperti penjualan atau jumlah klien.

5. Mengetahui persaingan, hampir tidak ada usaha yang tidak mempunyai

saingan. Mengetahui siapakan saingan langsung dan tidak langsung,

seperti kekuatan dan kelemahan mereka, adalah hal yang utama dalam

sebuat rencana pemasaran.

6. Penelitian pasar, penelitian pasar biasanya dipakai untuk mendapatkan

informasi tentang pelanggan, pesaing, dan produk atau jasa yang

ditawarkan.

Ringkasan dari seluruh rencana pemasaran menerangkan dengan singkat

cita-cita utama atau tujuan serta petunjuk singkat bagaimana mencapainya. Target

penjualan untuk tahun berikut, beserta keuntungannya. Proyeksi atau target dari

rencana pemasaran harus jelas dan baik di dalam jangka pendek maupun jangka

panjang. Situasi ini akan menjelaskan mengenai target pasar dan bagaimana suatu

perusahaan melakukan penjualan.

Menurut Arafah (2010:70) bahwa strategi pemasaran adalah jantung dari

rencana pemasaran. Rencana pemasaran yang baik akan menjelaskan bagian pasar

manakah yang dikehendaki oleh suatu perusahaan. Strategi yang dilaksanakan

oleh sebuah usaha bergantung pada sasaran pasar, juga bergantung pula apakah

(15)

mempunyai komponen-komponen penentu, seperti: orang-orang (tenaga

pemasar), jenis produk, tempat/lokasi penjualan, kebijaksanaan dari harga produk,

hubungan masyarakat (humas), dll.

Perincian biaya dari pemasaran sangat diperlukan untuk kesuksesan suatu

strategi pemasaran. Rencana yang baik ialah dalam pelaksanaannya berjalan

sesbaui dan tepat pada waktu yang telah ditentukan dan hasilnya sesuai dengan

proyeksi. Penyelaras dapat terjadi dan kecendrungan yang terbentuk dapat

ditentukan secepatnya.

2.7. Sikap Wirausaha

2.7.1. Motif prestasi sebagai ciri sikap wirausaha

David Mc.Clelland, dalam penelitiannya terhadap mahasiswa di Harvard University, membuktikan bahwa adaya hubungan antara tinggi rendahnya kebutuhan berprestasi (need for achivement) pada kelompok mahasiswa yang diteliti, diukur semasa kuliah dengan pemilihan karier/pekerjaan setelah mereka

tamat dan terjun kemasyarakat.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa bagi merea yang memiliki

keinginan berprestasi lebih tinggi ternyata sekitar 66% diantaranya memilih karier

sebagai pengusaha, sementara 34% lainnya memilih pekerjaan di bidang lain.

(16)

10% memilih pekerjaan sebagai pengusaha dan 90% memilih pekerjaan di bidang

lain.

Selanjutnya Mc. Celland mengembangkan penelitian lainnya terhadap

orang-orang diluar kampus yang terdiri dari beragam latar belakang profesi seperti

guru, pengacara, pekerja bank, dokter, pengusaha, dan lain-lain. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa, secara umum pengusaha mendapat nilai n-ach (need for achievement) lebih tinggi dibanding dengan orang-orang dengan profesi dibidang lain. Dari hasil tersebut Mc. Celland dan kawan-kawan mengambil kesimpulan

bahwa, sada hubungan yang erat antara kewirausahaan dengan tingkat n-ach yang

tinggi.

Dari hasil penelitiannya kemudian Mc. Celland dan kawan-kawan

mengambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya meningkatkan n-ach seseorang

dalam rangka mengembangkan sikap wirausaha masyarakat, yang bila dilihat dari

segi ekonomi mikro dapat mendorong tumbuh dan berkembang dunia usaha dan

pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian suatu negara (Mudjiarto,

Wahid, 2006:26-27).

2.7.2. Ciri-Ciri Sikap Wirausaha

Telah dibahas bahwa secara umum orang yang mempunyai n-ach yang

tinggi kebanyakan dari profesi wirausaha dibandingkan dengan profesi yang

(17)

tinggi dari kehidupan sehari-hari atau ciri-ciri sikap seorang wirausaha, menurut

Faisol (2002, hal 42) sebagai berikut:

a. Berani mengambil resiko

Seorang wirausaha tidak menyukai suatu yang hasilnya sudah pasti dan

mudah dicapai, seperti menabung uangnya atau kegiatan mengandung resiko

rendah. Namun demikian juga seorang wirausaha tidak pula menyukai kegiatan

dengan kemungkinan gagal dalam usahanya lebih besar daripada berhasilnya.

Wirausaha adalah orang yang berani mengambil risiko yang wajar yang

sudah diperhitungkan, ia optimis akan berhasil, tapi bukan pasti berhasil atau

gagal.

b. Kreatif dan Inovatif

Seorang wirausaha sejati tidak menyukai pekerjaan yang mendatar atau

yang bersifat rutin. Ia lebih suka melakukan penyempurnaan dari apa yang sudah

ada sebelumnya dan senang menemukan dan mengusahakan sesuatu yang belum

oernah dibuat orang sebelumnya. Kalaupun ia membuat produk atau membuka

jenis usaha yang sama dengan orang lain, tapi bukan karena ikut-ikutan, itu karena

ia melihat peluangnya masih besar. Ia akan melakukan modifikasi, pengembangan

penyempurnaan-penyempurnaan agar lebih menarik konsumen.

Ia juga tidak mudah puas dengan apa yang telah dicapai, selalu ada ide

(18)

yang mungkin ditempuh. Satu cara kelihatannya tidak mungkin, maka dicobanya

cara yang lain. wirausaha adalah orang yang banyak gagasan, dan banyak akal

dalam mewujudkan gagasan-gagasannya.

c. Mempunyai Visi

Wirausaha sukses adalah orang yang visioner, yang memiliki bayangan

atau gambaran masa depan yang akan dicapai. Ia mampu membuat gambaran

tentang wujud masa depan yang akan diraih. Berdasarkan visi yang ditetapkan, ia

mampu menyusun rencana dam strategi untuk meraihnya. Dan dengan tekun

melaksanakannnya secara konsisten, meskipun banyak rintagan, kesulitan dan

hambatan ataupun orang lain meragukannya.

d. Mempunyai tujuan yang berkelanjutan

Sebagai bagian dari upaya mencapai harapan masa depan atau dengan

visinya, seorang wirausaha sukses mampu merumuskan tujuan yang jelas,

menantang namun realitas. Baik tujuan jangka panjang, menegah, mamupun

jangka pendek. Ia juga mampu untuk senantiasa melakukan evaluasi dan

penyesuaian-penyesuaian tujuan yang telah dirumuskan, untuk memastikan bahwa

tujuan tersebut konsisten dengan visi pribadi dan perusahaan yang berkembang.

Seorang wirausaha sukses tidak hanya puas terhadap pencapaian tujuan, lebih dari

itu senantiasa membuat tujuan baru yang lebih menantang.

(19)

Wirausaha yang sukses mempunyai rasa percaya diri yang kuat. Ia optimis

(percaya dan yakin) bahwa apa yang dilakukan akan berhasil sesuai dengan

harapannya, walaupun banyak orang yang meragukan. Ketika memulai bisnis,

meskipun awalnya kecil-kecilan, ia percaya bahwa apa yang dilakukan merupakan

sesuatu yang tepat sehingga tanpa ragu berani mewujudkannya dan yakin pada

saatnya akan sukses. Ia merasa yakin bahwa dirinya mampu memenangkan

persaingan dengan cara yang sehat.

f. Mandiri

Seorang wirausaha adalah orang yang mandiri, tidak mau hidupnya

tergantung dengan orang lain. ia mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi

pemimpin atau “bos” minimal bagi diri sendiri, terbebas dari perintah atau kontrol

orang lain.

Ia juga pantang diberi pertolongan orang lain, kecuali kalau memang

benar-benar sudah tidak mampu untuk berbuat. Kalaupun minta tolong, maka

pertolongan yang diperolehnya akan dianggap sebagai “hutang” yang nanti harus

dibayar kembali.

g. Aktif, Enerjik, dan Menghargai Waktu

Seorang wirausaha sejati biasanya tidak mau diam dan tidak mudah putus

dengan yang sudah ada. Apabila sedang menjalankan usahanya, tidak puas kalau

tidak menggunakan waktu sebaik-baiknya. Ia bekerja kalau perlu sampai 24 jam

(20)

h. Memiliki konsep diri positif

Wirausaha sejati adalah orang yang memiliki konsep diri positif. Ia adalah

orang yang terbuka terhadap kritik, karena kritik sangat berguna bagi diri sendiri

atau usahanya. Berbeda dengan orang yang memiliki konsep diri negatif, akan

sangat peka terhadap kritik, orang ini mudah tersinggung bahkan marah jika

dikritik, karena kritik dianggap menjatuhkan harga diri.

Wirausaha sejati juga tidak bangga terhadap pujian. Keberhasilan adalah

sesuatu yang wajar sebagai hasil kerja keras dan bukan untuk

dibangga-banggakan. Ciri lain orang yang mempunyai konsep diri positif adalah, sanggup

mengungkapkan penghargaan dan pengakuan atas kelebihan orang lain.

i. Berpikir Positif

Berpikir postif bagian sikap hidup sehari-hari seorang wirausaha berhasil.

Ia senantiasa membiasakan diri bersikap dan berprilaku positif terhadap

konsumen, karyawan, pesaing, mitra bisnis, serta kegagalan yang pernah

menimpanya.

Wirausaha sukses selalu menempatkan konsumen dengan cara pandangan

positif. Konsumen ibarat raja yang harus dilayani untuk memebuhi kebutuhan dan

keinginannya.

Wirausaha sukses juga tidak memandang pesaing sebagai musuh, pesaing

adalah teman seperjuangan, pesaing adalah teman bergaul. Walaupun tidak senang

(21)

dalam kesedihannya. Kegagalan dipandangnya sebagai sukses yang tertunda,

dirinya meyakini akan menemui kesuksesan di penghujung kegagalan.

j. Bertanggung Jawab Secara Pribadi

Seorang wirausaha sejati, apabila kurang atau belum berhasil mencapai

tujuan usahanya, maka ia tidak begitu mudah menyalahkan faktor-faktor diluar

dirinya. Ia akan konsisten bertanggung jawab ketika keputusan-keputusan yang

telah diambilnya ternyata kurang/tidak tepat. Sekali berani mengambil keputusan

ia akan bertanggung jawab terhadap segala akibatnya.

k. Selalu belajar dan Menggunakan Umpan Balik

Apabila menghadapi suatu kepahitan dalam usahanya, seorang wirausaha

sejati tidak mudah begitu saha meloncat ke usaha lain yang sama sekali berbeda.

Ia akan mengumpulkan informasi dan mempelajari faktor-faktor apa saja dari

dalam diri dan dari luar diri yang menyebabkan kegagalan. Wirausaha sukses

umumnya adalah orang yang menyadari akan kelemahan dirinya dan mau belajar

untuk memperbaikinya.

Ketika omset penjualan turun, ia akan mencari tahu penyebabnya. Apakah

daya beli masyarakat akan turun atau ada pesaing baru. Jika faktor pesaing, maka

(22)

Disamping kesebelas ciri-ciri sikap pribadi wirausaha tersebut masi

terdapat ciri-ciri tambahan lainnya. Namun pada dasarnya tidak ada orang yang

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe group investigation terhadap kreativitas dan hasil belajar siswa, peneliti menggunakan Uji t. Uji t

Tanah negara bekas tanah terlantar berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 tentang Tata Cara

Slameto (2002:14) mengemukakan bahwa “Faktor cara belajar yang buruk merupakan penyebab masih cukup banyaknya siswa yang sebenarnya pandai tetapi hanya meraih prestasi

Secara keseluruhan orang Bateq masih mengekalkan makanan tradisional mereka dari sumber hutan seperti ubi. Jenis ubi liar yang dijadikan santapan utama mereka ialah seperti ubi takop

PERTUNJUKAN SENI ANGKLUNG SERED BALANDONGAN GRUP TUNGGAL JAYA DI DESA SUKALUYU KECAMATAN MANGUNREJA KABUPATEN TASIKMALAYA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

bangunan terpilih masih dalam kondisi asli, atau jika sudah berubah, perubahan tersebut tidak terlalu signifikan sehingga karakter visual yang asli tetap terjaga;

(Kesimpulan) Perkawinan sebelum adanya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dianggap sebagai sebuah perjanjian saja, sedangkan setelah adanya Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 sudah

0,031 < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pleret Bantul. Paritas