• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II FAKTOR PENYEBAB TERBITNYA SERTIPIKAT HAK MILIK NOMOR 1.022 DIATAS TANAH MILIK PIHAK LAIN A. Peralihan Hak Milik Atas Tanah Dengan Dasar Jual Beli - Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Hak Atas Tanah Yang Telah Diterbitkan Sertipikatnya Atas Nama Pi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II FAKTOR PENYEBAB TERBITNYA SERTIPIKAT HAK MILIK NOMOR 1.022 DIATAS TANAH MILIK PIHAK LAIN A. Peralihan Hak Milik Atas Tanah Dengan Dasar Jual Beli - Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Hak Atas Tanah Yang Telah Diterbitkan Sertipikatnya Atas Nama Pi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

FAKTOR PENYEBAB TERBITNYA SERTIPIKAT HAK MILIK NOMOR 1.022 DIATAS TANAH MILIK PIHAK LAIN

A. Peralihan Hak Milik Atas Tanah Dengan Dasar Jual Beli

Sebelum penerbitan Sertipikat Hak Milik Nomor 1.022, Hutatoruan VII,

pihak penjual dan pembeli telah melakukan peralihan hak atas tanah hanya

berdasarkan jual beli yang dibuat dibawah tangan. Seharusnya setiap perbuatan

hukum yang berupa pengalihan atau jualbeli, harus dilakukan dihadapan Camat atau

notaris setempat. Maka setiap orang Pembeli dari suatu bidang tanah mengharapkan

adanya kepastian hukum dan jaminan hukum bahwa tanah dan segala sesuatu yang

terdapat, tertanam dan tumbuh serta berdiri diatasnya adalah benar-benar aman, tidak

bermasalah dan dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukannya.

  Secara umum terjadinya peralihan hak atas tanah dapat disebabkan oleh berbagai perbuatan hukum antara lain :

a. Jual Beli b. Tukar menukar c. Hibah

d. Pemasukan dalam perusahaan e. Pembagian hak bersama

f. Pemberian hak guna bangunan / hak pakai atas tanah hak milik g. Pemberian hak tanggungan

h. Pemberian kuasa pembebanan hak tanggungan

Salah satu hak kebendaan atas tanah yang diatur dalam Pasal 16 ayat (1)

UUPA adalah hak milik atas tanah yang paling kuat dan terpenuh. Terkuat

menunjukkan bahwa jangka waktu hak milik tidak terbatas serta hak milik juga

(2)

maksudnya hak milik memberi wewenang kepada empunya dalam hal

peruntukannya yang tidak terbatas. 25

Pemindahan hak atas tanah adalah perbuatan hukum yang sengaja dilakukan

dengan tujuan agar hak atas tanah berpindah dari yang mengalihkan kepada yang

menerima pengalihan. 26

Dalam pasal 20 ayat (2) UUPA ditentukan bahwa hak milik dapat beralih dan

dialihkan. “Beralih“ maksudnya terjadi bukan karena suatu perbuatan hukum

(kesengajaan) melainkan karena peristiwa hukum (bukan kesengajaan), misalnya

diwariskan. Pewarisan adalah perpindahan hak milik kepada pihak lain karena

pemiliknya meninggal dunia. Sedangkan “dialihkan” menunjukkan adanya

kesengajaan sehingga terdapat suatu perbuatan hukum terhadap hak milik tersebut.

Salah satu perbuatan hukum peralihan hak milik atas tanah ialah dengan jual beli

tanah. Dalam kebiasaan praktik jual beli tanah pada saat ini diharapkan terdapat

kepastian hukum yang dapat menjamin berlangsungnya kegiatan tersebut

melalui pendaftaran tanah.

Semua hak atas tanah itu mempunyai sifat-sifat kebendaan (zakelijk karakter), yaitu: 27

(1) dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain,

(2) dapat dijadikan jaminan suatu hutang, dan

________________________________

25 Effendi Perangin, Hukum Agraria di Indonesia, Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi Hukum, PT.Raja Grafindo Persada 1994, hal..237.

26 Ibid. hal.1.

(3)

(3) dapat dibebani hak tanggungan.

 

Salah satu perbuatan hukum peralihan hak milik atas tanah ialah dengan jual

beli tanah. Dalam kebiasaan praktik jual beli tanah pada saat ini diharapkan terdapat

kepastian hukum yang dapat menjamin berlangsungnya kegiatan tersebut melalui

pendaftaran tanah.Sebelum melakukan peralihan hak atas tanah, antara kedua belah

pihak terlebih dahulu melakukan perjanjian atau kesepakatan mengenai bidang tanah

yang akan dialihkan haknya tersebut. Dan yang perlu diperhatikan dalam hal ini

adalah calon penjual dan pembeli. Para penjual yaitu pemegang sah dari hak atas

tanah baik itu milik perorangan atau milik keluarga sedangkan mengenai obyek jual

beli tanah adalah hak atas tanah yang akan dijual. Didalam jual beli tanah, tujuan

membeli hak atas tanah adalah supaya dapat secara sah menguasai dan

mempergunakan tanah, tetapi secara hukum yang dibeli atau dijual bukan tanahnya

tetapi hak atas tanahnya.

Penjual merupakan pemilik tanah yang sah atas tanah tersebut, jika jual beli

tersebut dilakukan oleh pihak lain dengan surat kuasa dari penjual yang sah

dengan itikad tidak baik maka dapat menyebabkan perbuatan hukum tersebut batal

demi hukum. Seseorang yang telah menjadi pemegang hak atas tanah yang belum

bersertipikat tidak dapat memberikan haknya tersebut kepada orang lain dengan

begitu saja karena hak itu merupakan kewenangannya namun yang dapat

dilakukannya adalah cara mengalihkan atau melepaskan hak atas tanah yang

(4)

dibuat dihadapan Notaris ataupun Surat Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi yang

dilegalisasi oleh Notaris ataupun Surat Pernyataan Pelepasan Penguasaan Tanah

Dengan Ganti Rugi yang dibuat oleh Camat.

Pelepasan hak atau penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan melepaskan

hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya

dengn memberikan ganti rugi atas dasar musyawarah. Salah satu kunci yang cukup

menentukan dalam perbuatan hukum diatas adalah yang berkenaan dengan ganti rugi

dalam pelepasan hak atau penyerahan tanah itu adalah imbalan sebagai pengganti

nilai tanah yang diserahkan oleh pemilik atau pemegang hak atas tanah.

Pada kenyataan masih ada terjadi jual beli tanah yang belum bersertipikat

yakni hanya didasarkan pada surat penebusan tanah yang dibuat dibawah tangan dan

diterbitkannya Surat Pernyataan Pelepasan hanya berdasarkan permintaan dari

seseorang, seperti yang terjadi di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara,

yaitu jual beli tanah dengan alas haknya hanya berdasarkan Surat Pernyataan

Pelepasan Tanah dari penjual dan bukan oleh pemilik tanah, dengan tanah seluas 580

m2 yang terletak di Aek Ristop, Kelurahan Hutatoruan VII, Kecamatan Tarutung,

Kabupaten Tapanuli Utara antara EH dan RH (penjual) dengan RS (pembeli). Jual

beli tanah ini telah menimbulkan sengketa kepemilikan hak atas tanah dan kekuatan

hukum pelaksanaan jual beli tanah ini dianggap sangat lemah.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas maka jelaslah bahwa salah

satu penyebabnya kurangnya pengetahuan masyarakat dan kepala desa / kelurahan

(5)

dan gampangnya untuk melaksanakan peralihan hak atas tanah tanpa mengetahui

proses ataupun cara peralihan tanah itu sehingga pada saat itu pendaftaran hak atas

tanah tersebut pada Kantor Pertanahan Nasional maupun segala hal yang

menyangkut administrasi data-data tanah tersebut terhadap pihak lain pastilah terjadi

kesulitan dalam proses peralihannya.

Dalam kaitannya dengan hubungannya permasalahan penyerahan hak milik

atas tanah perlu diperhatikan ketentuan Pasal 584 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata berbunyi :

“Hak milik atas suatu benda tidak dapat diperoleh dengan cara lain, melainkan dengan pemilikan, karena perlekatan, karena kadaluarsa, karena pewarisan, baik menurut undang-undang maupun menurut surat wasiat, dan dengan penunjukan atau penyerahan berdasarkan suatu peristiwa perdata untuk pemindahan hak milik, yang dilakukan oleh yang berhak untuk berbuat bebas terhadap barang itu. ”

Hak–hak atas tanah memberi wewenang kepada pemegang haknya untuk

mempergunakan atau mengambil manfaat dari tanah yang dimilikinya, dengan

iberikannya hak atas tanah tersebut , maka antara orang atau badan hukum itu telah

terjalin suatu hubungan hukum dengan tanah yang bersangkutan.

Ada 4 Jenis Peralihan hak atas tanah berdasarkan Jual Beli yaitu :

(1). Jual Beli Menurut KUH Perdata.

Dalam Pasal 1457 KUH Perdata, yang dimaksud dengan jual beli adalah

suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk

menyerahkan suatu kebendaan dan pihak lain yang untuk membayar harga yang

telah disepakati dan dijanjikan. Dengan kata lain jual beli merupakan suatu bentuk

(6)

yang dalam hal ini terwujud dalam bentuk kebendaaan yang dijual oleh penjual dan

penyerahan uang oleh pembeli kepada penjual.28

Unsur-unsur pokok perjanjian jual beli hak atas tanah adalah adanya barang

dan harga yang sesuai dengan asas konsensualisme dalam hukum perjanjian bahwa

perjanjian jual beli tersebut lahir sejak terjadinya kata sepakat mengenai barang dan

harga. Begitu para pihak setuju mengenai barang dan harga, maka lahirlah perjanjian

jual beli yang sah.

Sifat konsensual dari jual beli tersebut ditegaskan dalam Pasal 1458 KUH

Perdata yang menyatakan bahwa jual beli dianggap sudah terjadi antara para pihak

ketika mereka telah mencapai kata sepakat tentang barang dan harga, meskipun

barang itu belum diserahkan maupun harganya belumdibayar.29

Dengan demikian jual beli tersebut sah sepanjang ada kata sepakat dan syarat

lain yang ditentukan oleh Pasal 1320 KUH Perdata untuk sahnya suatu

perjanjian jual beli telah dipenuhi, maka hak milik atas tanah baru beralih kepada

pembelinya jika telah dilakukan penyerahan secara yuridis yang dibuat dan

diselenggarakan dengan pembuataan akta dihadapan pejabat yang berwenang dan

telah didaftarkan di Kantor Badan Pendaftaran Tanah Nasional.

(2). Jual Beli Menurut Hukum Adat

Jual Beli tanah menurut Hukum Adat adalah sesuatu perbuatan pemindahan

hak atas tanah yang bersifat terang dan Tunai. Terang berarti bahwa perbuatan

________________________________ 28

Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, Jual Beli , PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2003. hal.7. 29

(7)

pemindahan hak atas tanah tersebut dilakukan dihadapan pejabat yang berwenang

serta disaksikan oleh beberapa orang saksi.30

Mengenai jual beli menurut Hukum Adat, pembayaran harga dan penyerahan

adalah menjadi satu dan pada saat itulah jual beli telah dinyatakan sah adanya.

Ditentukan lebih lanjut dalam pasal 1320 BW, dimana untuk sahnya perjanjian

diperlukan adanya empat syarat yaitu “kesepakatan”, “kecakapan untuk berbuat”,

“hal yang tertentu”, dan “suatu sebab yang halal”. bahwa syarat-syarat sahnya jual

beli tanah tidak bisa terlepas pada ketentuan yang mengatur tentang syarat-syarat

sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata. Setelah

terpenuhinya unsur-unsur pasal 1320 KUH Perdata tersebut, akta jual beli harus

dibuat dihadapan PPAT yang berwenang (PP. No. 24 tahun 1997).

Pejabat yang berwenang adalah Kepala Desa/Kepala Adat yang berperan

sebagai pejabat yang menanggung keteraturan dan sahnya perbuatan pemindahan

hak atas tanah tersebut, sehingga perbuatan tersebut diketahui secara umum.

Sedangkan sifat tunai maksudnya bahwa perbuatan pemindahan hak dan pembayaran

harganya dibayar secara serentak . Dalam hal ini pembeli dianggap telah membayar

harga tanah secara kontan dan tunai walaupun baru dibayar sebagian , dan sisa

pembayaran harga tersebut dianggap sebagai hutang piutang.31

Dengan dilakukannya jual beli tanah, maka hak milik atas tanah itu beralih

________________________

30 R.Subekti, Aneka Perjanjian, Cetakan ke 10, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal.9. 31

(8)

kepada pembeli dan sejak itu pula menurut hukum Adat pembeli telah menjadi

pemilik yang baru atas tanah tersebut.32

Dengan menjadi pemilik baru hak milik atas tanah tersebut, maka pemilik

tersebut mempunyai kewenangan untuk mempergunakan tanah tersebut dan

memperoleh manfaat lain dari tanah itu, misalnya dengan mengalihkan kembali

tanah tersebut kepada pihak lain sepanjang tidak bertentangan dengan hukum dan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 

(3). Jual Beli Tanah Tanpa Melalui Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

Sehubungan dengan perbuatan hukum jual beli tanpa melalui Pejabat

Pembuat Akta Tanah, maka sistem yang dianut adalah sistem jual beli dalam hukum

adat. Menurut hukum adat sebagaimana disebut diatas, jual beli hak atas tanah

dilakukan secara konkrit dan kontan. Jual beli yang dibuat diatas zegel atau dibuat

tanpa zegel tapi dibubuhi materai secukupnya dan sekaligus berlaku penyerahannya

dan oleh karena itu hak milik atas tanah tersebut telah beralih kepada pembeli 33  

(4). Jual Beli Menurut UUPA

Menurut Hukum Tanah Nasional (UUPA) sahnya jual beli menurut Hukum

Tanah Nasional harus dilakukan oleh Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT). UUPA

tidak memberi penjelasan mengenai apa yang dimaksudkan dengan jual beli tanah.

Tetapi biarpun demikian mengingat bahwa hukum agraria kita sekarang ini

________________________________ 32

Ibid, hal. 52.

(9)

memakai sistem dan asas-asas hukum adat, maka pengertian jual beli tanah sekarang harus pula diartikan sebagai perbuatan hukum yang berupa penyerahan hak miliknya

(penyerahan tanah untuk selama lamanya) oleh penjual kepada pembeli, yang saat itu

juga menyerahkan harganya kepada penjual. Yaitu menurut pengertian Hukum

Adat .34

B. Alas Hak Atas Tanah Yang Belum Bersertipikat

Pada jual beli tanah yang telah dibukukan (sudah terbit sertifikat), maka

sertifikat hak milik atas tanah tersebut disertakan dalam pendaftaran jual beli tanah

itu. Namun tidak demikian jika obyek jual belinya berupa tanah yang belum

dibukukan sehingga belum terdapat sertifikat hak milik atas tanah itu. Maka sebagai

ganti dari pada sertifikat tersebut harus dilengkapi dengan surat-surat pendukung

lainnya, berupa pernyataan atau surat kepemilikan hak atas tanah, surat pernyataan

mengenai riwayat tanah (proses peralihan secara historis), surat pernyataan bahwa

tanah tersebut tidak terlibat dalam sengketa, dan surat pernyataan bahwa tanah

tersebut tidak terlibat sengketa dan harus dilampirkan peta dan gambar tanah yang

dibuat oleh pemilik tanah di tandatangani oleh lurah/kepala desa dan Camat sebagai

pihak yang mengetahui. tanah yang dikuasai atau diusahai oleh masyarakat sekarang

ini dengan bukti kepemilikan ada yang sifatnya tertulis. Namun demikian masih ada

juga yang tidak dilengkapi dengan suatu bukti kepemilikan hak (alas hak) yang

jelas dan tidak lengkap, hal ini disebabkan tanah yang dikuasai oleh pemiliknya

________________________________

(10)

diperoleh dari pembukaan tanah pada zaman dahulu secara bersama-sama oleh

sekelompok masyarakat setempat. bahwa untuk tanah yang belum memiliki sertifikat

prosedurnya terlebih dahulu harus melengkapi warkah-warkah tanah (obyek)

sebagaimana disebut dalam Pasal 24 PP No. 24 tahun 1997, dokumen subyeknya,

pelunasan pajak-pajak. Kemudian dihadapan PPAT, para pihak (penjual-pembeli)

menandatangani AJB (akta jual beli), akta mana kemudian didaftarkan di kantor

Pertanahan untuk proses pembuatan sertifikatnya. Namun, dalam prakteknya

sekarang di Kabupaten Tarutung jual beli tanah yang belum bersertifikat dilakukan

tanpa hadir pemilik tanah tersebut.

Bahwa peralihan hak atas tanah melalui jual beli dimana obyek jual belinya

berupa tanah yang belum bersertifikat, pada pelaksanaannya di Kecamatan Tarutung

yakni didahului dengan pendaftaran atau penegasan hak (konversi) terhadap tanah

tersebut hingga terbitnya suatu sertifikat hak milik atas tanah, lalu dapat dilakukan

proses jual beli atas tanah dan pembuatan akta jual beli yang dilakukan dihadapan

dan oleh PPAT. Selanjutnya oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Tapanuli Utara,

diterbitkan sertifikat hak milik yang baru atas nama pemilik yang baru (pembeli).

Seseorang dapat dikatakan mempunyai alas hak atas suatu obyek tanah atau

mendapatkan penetapan hak atas tanah terlebih dahulu harus dibuktikan dengan

adanya dasar penguasaan seseorang dalam menguasai, menggunakan dan

memanfaatkan tanah yang tidak ditentang oleh pihak manapun dan dapat diterima

(11)

Menurut ketentuan Peraturan Pemerintah No.24 dan Peraturan Menteri

Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.3 Tahun 1997, alas hak

tersebut diberi istilah data yuridis, yakni keterangan mengenai status bidang tanah,

pemegang haknya, dan pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya.

Alas hak diartikan sebagai bukti penguasaan hak atas tanah secara yuridis dapat berupa alat-alat bukti yang menetapkan atau menerangkan adanya hubungan hukum antara tanah dengan yang mempunyai tanah, dapat pula berupa riwayat pemilikan tanah yang pernah diterbitkan oleh pejabat pemerintah sebelumnya maupun bukti pengakuan dari pejabat yang berwenang. Alas hak secara yuridis ini biasanya dituangkan dalam bentuk tertulis dengan suatu surat keputusan, surat keterangan, surat pernyataan, akta otentik maupun surt dibawah tangan lain-lain.35

Hak atas tanah adalah wewenang kepada pemegang haknya untuk mempergunakan

tanah yang bersangkutan, sepanjang tidak bertentangan dengan negara dan

kepentingan umum. Dalam Pasal 2 Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria diatur bahwa bumi (tanah) dikuasai tertinggi

oleh negara. Hak menguasai dari Negara ini adalah untuk mencapai sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat/masyarakat Indonesia Merdeka, berdaulat, adil dan makmur.

Berdasarkan syarat bahwa pemberian/penetapan hak atas tanah harus

dibuktikan terlebih dahulu dengan adanya dasar penguasaan yang

menunjukkan adanya hubungan hukum antara pemilik dengan tanah tersebut. Setelah

ada dasar penguasaan dimaksud maka selanjutnya dapat diformalkan hak tersebut

dengan penetapan pemerintah.

________________________________

(12)

Apabila hubungan hukum tersebut di tunjukkan dengan bukti-bukti tertulis

yang pernah dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang pada daerah yang sudah

bersentuhan dengan administrasi dan yurisdiksi hukum pertanahan seperti

didaerah swapraja / kotapraja maupun bukti-bukti tidak tertulis pada

daerah-daerah yang realitas sosial budayanya tunduk pada hukum adat setempat dan status

tanahnya masih ditemukan hak ulayat dan hak milik adat, dalam hal ini dilakukan

dengan pendaftaran tanah dengan konversi dan pengakuan hak atau penegasan hak.

C. Prosedur Jual Beli Hak Atas Tanah

Berdasarkan PP nomor 24 tahun 1997 pasal 37 menyatakan bahwa peralihan

hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli , tukar

menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan

hak lainnya, hanya dapat didaftar dengan Akta yang dibuat oleh pejabat yang

ditunjuk oleh Menteri, yaitu Pejabat Pembuat Akta Tanah ( PPAT ).

1 . Prosedur jual beli untuk tanah yang bersertipikat :

Syarat-syarat jual beli yang sudah memiliki sertipikat, antara lain :36

a) Penjual dan pembeli datang ke kantor PPAT, mereka masing-masing dapat

diwakili oleh seorang kuasa.

b) Surat-surat yang harus diserahkan kepada PPAT yaitu :

1) Sertipikat tanah yang hendak dijual.

2) Surat keterangan Kepala Desa/Kelurahan yang menyatakan, bahwa obyek tanah yang akan dijual tidak dalam keadaan sengketa kepemilikan atau tidak sedang dijaminkan karena sita pengadilan.

3) Surat tanda bukti pembayaran pendaftaran jual beli yang akan diadakan itu.

__________________________ 

(13)

4) Setelah menerima surat-surat yang diperlukan, PPAT membuat akta jual beli dengan dihadiri oleh dua orang saksi.

5) Pengecekan sertipikat di Kantor Pertanahan.

6) Akta jual beli berserta sertipikat dan warkah-warkahnya (KTP, KK, Surat Nikah) yang diperlukan untuk pembuatan akta itu, oleh PPAT segera diserahkan kepada Kantor Badan Pertanahan.

7) Setelah menerima dan memeriksa segala surat yang bersangkutan, selanjutnya pendaftaran jual beli itu dalam buku tanah yang bersangkutan dan pencoretan nama penjual dan pencantuman nama pembeli dalam sertipikat.

2 Prosedur jual beli untuk tanah yang belum bersertipikat

Syarat-syarat jual beli yang belum memiliki sertipikat, antara lain :37

a) Penjual dan pembeli datang ke kantor PPAT , mereka masing-masing dapat

diwakili oleh seorang kuasa.

b) Surat-surat yang harus diserahkan kepada PPAT yaitu :

1) Surat keterangan Kepala Desa/Kelurahan yang menyatakan, bahwa hak atas tanah itu belum mempunyai sertipikat, bahwa obyek tanah yang akan dijual tidak dalam keadaan sengketa kepemilikan atau tidak sedang dijaminkan karena sita pengadilan.

2) Selain surat keterangan atau pernyataan tersebut perlu diserahkan juga surat bukti hak milik (biasanya petuk pajak bumi, letter C, girik) dan keterangan Kepala Desa yang membenarkan surat bukti hak itu, yang dikuatkan oleh Camat.

3) Surat pernyataan penguasaan fisik sporadik yang dibuat oleh yang bersangkutan dengan dihadiri oleh dua orang saksi dan pegawai Kelurahan dan ketahui oleh Kepala Desa.

4) Setelah menerima surat-surat tersebut, maka dapat dibuat akta jual belinya. 5) Saksi harus Kepala Desa dan seorang anggota pemerintahan desa dimana

tanah itu terletak dan aktanya dibuat oleh PPAT Camat.

Dapat dikatakan bahwa untuk tanah yang belum bersertipikat ada tahap yang wajib

dilengkapi dan diminta oleh kepala desa / kelurahan yaitu adanya surat keterangan

asal usul tanah , berita acara hasil peninjauan lokasi, surat pernyataan tidak sengketa

________________________

(14)

, surat pernyataan penguasaan tanah (SPPT) dan peta atau denah lokasi tanah

(Gambar Situasi), berdasarkan kelengkapan data administrasi tersebut dapatlah pihak

pertanahan menerbitkan sertipikat hak atas tanah dan apabila data dokumen tidak

terpenuhi atau tidak sesuai, maka camat selaku PPAT dapat menolaknya dengan

alasan data belum lengkap.

 

D. Faktor Kesalahan Dari Terbitnya Sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 Diatas Tanah Pihak Lain Di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara.

Penyebab faktor kesalahan terbitnya sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 Aek

Ristop, kelurahan Hutatoruan VII, di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli

Utara yaitu :

1. Faktor Pejabat yang berwenang atas penerbitan sertipikat.

a) Kesalahan akibat kurang telitinya petugas pertanahan saat menjalankan

mekanisme pengurusan sertipikat tanah.

Kekeliruan petugas ini disebabkan kurang menunjangnya data dasar yang

dijadikan bahan acuan menetapkan kepemilikan tanah seseorang, peta dasar

dan peta pendaftaran yang dijadikan acuan belum lengkap hingga akhirnya

tanah yang sudah ada alas haknya dibuat lagi alas hak baru dan diterbitkan

sertipikat baru, seperti dalam kasus terbitnya Hak Milik Nomor 1.022.

Timbulnya sertipikat ganda ini pada umumnya terjadi didaerah yang masih

(15)

ada peta-peta pendaftaran tanahnya. Untuk wilayah yang bersangkutan

belum tersedia peta pendaftaran tanahnya.38

b) Kesalahan saat pengukuran.

Faktor kesalahan dalam penerbitan sertipikat diatas tanah pihak lain, adalah

kesalahan saat pengukuran, petugas pertanahan tidak melakukan pengukuran

tanah sesuai prosedur dan tidak dihadiri oleh pemilik tanah yang

bersangkutan, karena yang paling tahu mengenai tanda batas tanah itu adalah

pemilik tanah itu sendiri.

c) Ketidaktelitian dalam hal dokumentasi.

Adanya kesalahan dan ketidakhati-hatian yang disebabkan oleh karena

kecerobohan, kesepakatan atau ketidak telitian dalam menerbitkan

Sertipikat tanah dari aparat kelurahan, kecamatan dan petugas pendaftran

tanah. Artinya aparat dan petugas kurang meneliti dengan seksama

dokumen-dokumen yang ada, sedangkan dokumen-dokumen-dokumen-dokumen tersebut tidak memenuhi

persyaratan sebagaimana ditentukan oleh perundang-undangan yang berlaku.

d) Adanya Administrasi yang tidak benar di Kelurahan.

Terjadinya karena adanya Surat bukti atau pengakuan hak yang dibuat oleh

lurah, ternyata terbukti mengandung ketidakbenaran identitas pemilik tanah

yang sebenarnya, dan kantor kelurahan menerbitkan alas baru sebagai dasar

diterbitkannya sertipikat Hak Milik No.1.022/Hutatoruan VII.39

________________________

38 Hasil wawancara dengan Bapak Darmagalih Widihastha, Kabid Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan, Kantor Wilayah Medan, pada tanggal 18 Juli 2014.

(16)

2. Faktor Itikad tidak baik dari pemohon. 

Adanya kesengajaan dari pemohon menunjukkan batas yang bukan menjadi

haknya dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi. Sedangkan pemilik

tanah yang sebenarnya tidak pernah merasa menjual tanah tersebut. Dalam hal ini

Badan Pertanahan Nasional hanya melakukan pengukuran berdasarkan

penunjukan batas yang ditunjuk oleh pemohon yaitu dimana letak dan batas-batas

dengan tidak adanya persetujuan tetangga yang berbatasan dengan tanah tersebut.

3. Faktor Ketidakjelasan sejarah asal usul tanah.  

     a) Peta Pendaftaran Belum terbentuk atau belum lengkap

Data yang dimiliki oleh ahli waris LH,HH dan RH yaitu Alas Hak (Liggerblad)

Nomor 107a, Kampung Huta Nagodang, Negeri Hutabarat Partali, Ketjamatan

Tarutung, yang telah dikeluarkan dahulu oleh Assisten Wedana/kepala kantor

urusan sawah, Kabupaten Tapanuli Utara tertanggal 30 Desember 1959 dengan

nomor 149/1959. Akan tetapi peta data tersebut tidak ada terdata pada kantor

pertanahan Kabupaten Tarutung. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya

tumpang tindih kepemilikan hak atas tanah. Disebabkan peta pendaftaran

belum terbentuk pada kantor pertanahan atau belum lengkap.

b) Tanah Warisan yang dijual oleh pewaris tanpa sepengetahuan ahli waris.

Masalah penerbitan sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 di Kecamatan Tarutung,

Kabupaten Tapanuli Utara, diatas tanah warisan milik pihak lain. Latar

belakang masalah tersebut adalah sengketa harta warisan yaitu oleh pemilik

(17)

masing-masing dari harta warisannya kepada pihak lain (tidak diketahui oleh

ahli waris lainnya), dan pihak pembeli telah melakukan pensertipikatan atas

nama pembeli, dan kemudian saat para ahli waris lainnya hendak menjual

tanah yang sama, ternyata diketahui tanah tersebut telah dijual sehingga

mengakibatkan terjadinya sengketa hak atas tanah diatas tanah dengan letak

obyek yang sama sampai dengan diterbitkannya sertipikat.

Kurang berfungsinya aparat pengawas pada kantor pertanahan sehingga

memberikan peluang kepada para aparat bawahannya untuk bertindak

menyelewengkan dalam arti tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai

sumpah jabatannya.

Ketidaktelitian petugas di Kelurahan, di Kecamatan dan Kantor Pertanahan

Kabupaten Tapanuli Utara sehingga dalam menerbitkan sertipikat Hak Milik Nomor

1.022, dokumen-dokumen pemohon yang menjadi dasar bagi penerbitan sertipikat

tidak diuraikan dengan teliti dan seksama yang mungkin saja dokumen-dokumen

tersebut belum memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan oleh ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.40

Masih adanya oknum-oknum yang berbuat untuk memperoleh keuntungan

pribadi sehingga tidak dilaksanakannya undang-undang Pokok Agraria dan peraturan

pelaksanaannya secara konsekuen dan bertanggungjawab yang mengakibatkan

kerugian bagi orang lain.

Sertipikat palsu atas tanah dapat terjadi didalam wujudnya yang sama

_______________________________

(18)

fisik sertipikat tersebut asli sejak awalnya, namun isinya atau data-datanya yang

didalamnya tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya atau rekayasa. Dari

adanya jual beli yang dilakukan dihadapan Camat selaku PPAT yang

dokumen-dokumennya juga direkayasa atau keterangan palsu dari penjual atau penghadap,

sehingga akta tersebut dapat dinyatakan dibatalkan oleh pengadilan atau dinyatakan

palsu berdasarkan isinya. Jika ternyata terbukti dibuat atas dasar keterangan atau

dokumen palsu dari para pihak / penghadap Notaris/PPAT tersebut.

E. Kepastian Hukum Pendaftaran Tanah.

Untuk mendapatkan kepastian hukum diperlukan perangkat hukum tertulis,

lengkap, jelas dilaksanakan secara konsisten, hal tersebut dapat tercapai melalui

pendaftaran tanah. Peraturan pendaftran tanah berlaku sejak dikeluarkannya

Undang-Undang Pokok Agraria dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Dalam

kenyataannya pendaftaran tanah yang diselenggarakan berdasarkan Peraturan

Pemerintah belum memberikan hasil yang memuaskan, dan pendaftran tanah

diseluruh indonesia yang sampai saat ini masih ada sekitar 40 juta bidang tanah yang

belum terdaftar dan merupakan kendala dalam pelaksanaan pendaftaran tanah

disamping kekurangan anggaran, alat dan tenaga serta keadaan obyek

tanah-tanahnya sendiri.41

________________________________

(19)

Menurut Zaidar, hal yang merupakan kendala dalam pelaksanaan pendaftaran tanah disamping kekurangan anggaran, alat, tenaga. Selain sejumlah besar dan tersebar diwilayah yang luas, sebagian besar penguasaannya tidak didukung oleh alat-alat pembuktian yang mudah diperoleh dan dapat dipercaya kebenarannya. Selain itu ketentuan hukum untuk dasar pelaksanaannya dirasakan belum cukup memberikan kemungkinan untuk terlaksananya pendaftran dalam waktu singkat dengan hasil yang lebih memuaskan.42

   

Dalam Pasal 19 UUPA juga mengatakan sertifikat itu adalah sebagai alat

pembuktian yang kuat, sehingga setiap orang dapat mempermasalahkan tentang

kebenaran sertifikat tanahnya dan jika dia dapat membuktikan ketidakbenaran dari

hak atas tanah tersebut maka dapat dibatalkan oleh pengadilan dan kepala BPN dapat

memerintahkan hal itu. Namun PP No 24 tahun 1997 pada pasal 24 juga harus di

perhatikan bahwa telah menguasai dengan itikad baik sesuatu bidang tanah selama

20 tahun atau lebih secara berturut-turut dapat dilakukan pendaftaran tanah yang

dikuasainya tersebut.43

Terhadap penerbitan sertipikat Hak Milik Nomor 1.022/ Hutatoruan VII,

tanggal 20 Agustus 2013, yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan di Kabupaten

Tapanuli Utara, maka dapat dikatakan dari hasil penelitian belum terwujudnya

kepastiaan hukum di daerah tersebut yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti 44

1. Faktor Sejarah Kepemilikan Tanah.

Ketika mengkaji riwayat penerbitan sertipikat Hak Milik Nomor 1.022

________________________

42 Zaidar, Dasar Filosofi Hukum Agraria Indonesia, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2006 , hal, 162. 43 A.P. Perlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia Berdasarkan PP No.24 Tahun 1997, cetakan I, Bandung, Mandar Maju, 1994, Ibid. hal.14.

(20)

yang ditulis asal hak atas tanah didasarkan pada konversi pengakuan hak atas

tanah Milik Adat. Berarti pihak petugas kantor Pertanahan tidak memeriksa status

data tanah serta bukti-bukti yang dibawa pemohon dengan teliti saat si pemohon

meminta pembuatan sertipikat. Maka dapat dikatakan prosedur pendaftaran tanah

tidak dilaksanakan secara mekanisne. Pendaftaran tanah pertama kali meliputi 3

(tiga) bidang, dalam Pasal 1 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997,

yaitu pertama mendaftaran bidang fisik, kedua pendaftaran bidang yurisis dan

ketiga pendaftaran penerbitan dokumen tanda bukti hak. Kurangnya perhatian dan

kesadaran pemilik tanah dalam hal pendaftaran tanah, masih sering diabaikan dan

dianggap tidak menjadi penting sehingga saat ini. Pendaftaran tanah itu tidak

dianggap sebagai kewajiban yang dapat memberikan manfaat bagi hak atas tanah.

Apalagi kepemilikannya semula adalah kepemilikan yang bersifat kolektif maka

bukti hak tidak menjadi sangat perlu. Sehingga pada ketika itu masyarakat tidak

mau mendaftarkan tanah. Dan bukti tanah selalu diabaikan sehingga

kepentingan untuk kepastian hukum tidak terwujud dengan baik.

Kenyataan ini benar-benar sangat mempengaruhi kurangnya perhatian

dan kesadaran dari pemilik tanah untuk mewujudkan kepastian akan miliknya,

sehingga akan terjadi sekarang ini tanah-tanah di Indonesia lebih banyak tidak

memiliki kepastian hukum karena lebih banyak belum terdaftar jadinya. Sekalipun

memang pendaftaran tanah merupakan barang yang melekat di Indonesia, tetapi

(21)

maka sudah seharusnya pendaftaran tanah diterima di masyarakat demi

melindungi akan haknya.45

2. Faktor Psikologi Masyarakat.

Masyarakat tidak memahami adanya suatu perbedaan yang berarti antara ada

sertipikat dari tanahnya atau dengan tidak ada sertipikat atas tanahnya. Bahkan

perlindungan yang diberikan Negara terhadap pemegang sertipikat hampir sama

di mata masyarakat dengan yang tidak memiliki sertipikat. Realitas tidak

adanya jaminan yang lebih dari Negara ini, melemahkan keinginan

masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya. Orang hanya mau mendaftarkan tanah

jika ada keinginan menggunakannya sebagai alat untuk mendapatkan modal

dengan mengagunkannya ke lembaga perbankan sehingga makna sertipikat ini

belum menjadi perhatian dan minat di hati masyarakat untuk segera

mendaftarkannya. Dengan kata lain sertipikat belum menjadi pelindung bagi tanah

masyarakat.

3. Faktor Kelemahan Aturan Pendaftaran Tanah.

Sampai saat ini, banyak masyarakat di Kabupaten Tapanuli Utara, kecamatan

Tarutung yang tidak tahu tentang aturan pendaftaran tanah. Oleh karena itu secara

material aturan pendaftaran tanah seharusnya diharapkan dapat mempercepat

pendaftaran tanah terwujud di Negara ini. Tetapi yang ternyata malah bidang

tanah terdaftar tidak banyak. Bila dilihat dari sejak adanya aturan tersebut dari

________________________

(22)

tahun 1960 hingga sekarang, banyaknya sengketa tanah yang beragam diseluruh

pelosok tanah air hal ini belum bisa terselesaikan. Karena itu dapat dikatakan

tidak dijumpai realitas perlindungan hukum atas aturan tersebut, bahkan isi aturan

itu tidak dapat dipertahankan untuk memberikan alat bagi pencapaian target

terwujudnya sertipikat hak atas tanah di Indonesia.

4. Faktor Pelaksana dan Pelaksanaan.

Masih banyak keluhan masyarakat pada pelaksanaan dari pendaftaran tanah.

Akibat pelaksanaan dianggap tidak tegas, kabur (gelap) dan berbelit-belit. Dan

bahkan terjadi lagi beda tafsir dalam melakukan pekerjaannya. Tentu jika ini

muncul sudah pasti akan tidak terdorong lagi masyarakat untuk mendaftarkan

tanahnya. Masyarakat merasa susah, merasa terbebani dan belum tentu banyak

manfaat dari adanya pendaftaran tanah.

Perlakuan dari pelaksana pendaftaran yang tidak memberikan pelayanan

publik yang baik, menjadi faktor tidak terwujudnya kepastian hukum bagi

masyarakat. Artinya apa yang dikerjakan oleh Aparat-aparat Negara dalam

mendaftar tanah ini dianggap tidak benar secara hukum, sebab mereka yang mau

mendaftar kurang mengerti apa isi pendaftaran dan manfaat setelah adanya

sertipikat tanah tersebut. Dan ini sebenarnya harus dijelaskan oleh pelaksana

pendaftaran tersebut, agar sertipikat tersebut bermakna bagi masyarakat.

5. Faktor Intervensi Undang-Undang Perpajakan (BPHTB dan Biaya Lain).

Sekarang bagi yang ingin mendaftarkan tanah, sudah mengeluh terlebih

(23)

mahal. Pada hal sebenarnya jika dijalankan dengan benar biaya pendaftaran tanah

adalah relatif sangat murah. Di samping harus memenuhi biaya pemohon yang

ditetapkan aturan pendaftaran tanah masih ada juga biaya-biaya lain atas perintah

undang-undang yang tidak dapat diabaikan. Seperti Undang-Undang BPHTB

(Bea Perolehan Hak Atas Tanah Bangunan) yang mewajibkan jika terjadi

peralihan dan perolehan hak atas tanah. Semua biaya yang dibebankan dari

ketentuan aturan pendaftaran tanah itu sendiri menjadikan orang enggan

mendaftarkan tanahnya. Apalagi kejadiannya di daerah pedesaan dan kecamatan.

Keadaan ini menandakan ketidakpastian hukum bagi tanah masyarakat.

Maka harus menjadi perhatian pemerintah agar segera mensosialisasikan apa dan

bagaimana pendaftaran tanah serta tujuan dilakukan pendaftaran. Bila dibiarkan akan

mendorong tidak yakinnya lagi masyarakat atas bukti hak itu sendiri karena dianggap

tidak dapat melindungi hak-hak tanah masyarakat. Apalagi bagi sebagian orang,

sertipikat tanah masih dianggap hanya dapat dimanfaatkan untuk tujuan tertentu saja

sehingga masyarakat masa bodoh atas pendaftaran tanah di Negara ini.

Faktor Dominan yang terjadi di Kecamatan Tarutung Hutatoruan VII yaitu

pertama faktor Psikologi Masyarakat, karena masyarakat tersebut merasa tetap

memiliki tanah tersebut walaupun tanah-tanah mereka belum terdaftar atau

didaftarkan menjadi sertipikat. Tanah yang dimiliki dikecamatan Tarutung,

Hutatoruan VII merupakan tanah warisan yang diperoleh secara turun temurun dan

tetap masih dipertahankan sesuai adat dan kebiasaan setempat. Faktor yang kedua

(24)

proses pendaftaran dan masalah tidak jelasnya berapa biaya yang harus dikeluarkan

untuk pendaftaran tanah. Dan banyaknya syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam

Referensi

Dokumen terkait

Kisaran ukuran ikan kerapu karang bintik biru di perairan Karimunjawa, Jawa Tengah relative lebih besar dibandingkan perairan lain, rata-rata ukuran panjang pertama kali tertangkap

Pilih icon untuk cetak laporan buku register pasien Pilih tombol untuk keluar dari form laporan Data Pasien Rujukan. Pilih tombol

Keputusan konsumen untuk menginap tergolong tinggi, walaupun indikator tingkat prioritas Serrata Hotel sebagai pilihan menginap dan keinginan responden

penelitian tindakan kelas dalam bentuk tesis dengan judul: ” Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Media Video Untuk Meningkatkan Motivasi

Menurut Suyanto (1999) dalam Dwiyono (2004), pakan yang akan digunakan untuk pembesaran ikan lele ini relatif mudah didapat karena beberapa perusahan pakan telah

Tepung terigu merupakan tepung yang berasal dari bahan dasar gandum yang diperoleh dengan cara penggilingan gandum yang banyak digunakan dalam industri pangan.. Komponen

Telah diterima oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar